Pengelolaan Pelayanan dan Asuhan Keperawatan Pasien Kanker Serviks di Ruangan Rindu B1 Obgyn (Onkologi) RSUP H. Adam Malik Medan

(1)

L A P O R A N P B L K

Pengelolaan Pelayanan dan Asuhan Keperawatan Pada Pasien Kanker Serviks di Ruangan Rindu B1 Obgyn (Onkologi) RSUP H. Adam Malik

Medan

Disusun dalam Rangka Menyelesaikan

Mata Ajaran Pengalaman Belajar Lapangan Komprehensif

Oleh:

Meli Puspita Dewi, S.Kep

071010118

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS TAHAP PROFESI FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN, 2012


(2)

(3)

Judul : Pengelolaan Pelayanan dan Asuhan Keperawatan Pasien Kanker Serviks di Ruangan Rindu B1 Obgyn (Onkologi) RSUP H. Adam Malik Medan

Nama Mahasiswa : Meli Puspita Dewi, S.Kep

Jurusan : Program Studi Pendidikan Ners Tahap Profesi F.Kep USU Tahun : 2012

ABSTRAK

Kegiatan PBLK ini bertujuan untuk melakukan pengelolaan manajemen asuhan keperawatan dan manajemen pelayanan keperawatan melalui proses pengorganisasian kegiatan keperawatan secara efektif dan efisien. Praktik Belajar Lapangan Komprehensif ini dilakukan di Ruangan Rindu B1 Obgyn (Onkologi) RSUP H. Adam Malik Medan selama 4 minggu. Dari hasil pengkajian yang dilakukan di Ruangan Rindu B1 Obgyn RSUP H. Adam Malik Medan ditemukan kasus terbanyak adalah kanker serviks. Kanker Serviks atau kanker leher rahim merupakan salah satu penyakit yang paling banyak terjadi bagi wanita. Pada stadium lanjut biasanya penderita kanker serviks akan merasakan keluhan-keluhan seperti terjadinya perdarahan setelah berhubungan seksual, perdarahan spontan pada masa menopouse, timbulnya keputihan yang banyak dan bercampur dengan darah serta berbau, nyeri panggul, nyeri saat berhubungan seksual dan kesulitan untuk buang air kecil serta nafsu makan juga menurun. Kegiatan yang dilakukan selama PBLK ini mencakup pengelolaan pelayanan keperawatan dan manajemen asuhan keperawatan pada lahan praktik yang langsung dilakukan kepada klien dan keluarga. Asuhan keperawatan pada klien dengan kanker serviks diharapkan dapat meningkatkan kualitas hidup klien dan meminimalkan dampak negatif yang timbul, seperti : stres psikologis yang sangat mempengaruhi kondisi kesehatan klien ketika pulang. Berdasarkan hasil pengkajian kepada pasien kanker serviks yang dirawat yang telah mendapat Asuhan Keperawatan didapatkan data sebanyak 60% kualitas hidup pasien cukup baik, sebanyak 20% mempunyai kualitas hidupnya baik dan sebanyak 20% kualitas hidup pasien kanker serviks buruk.


(4)

Title : Management of Nursing Services and Cervical Cancer Patients in room B1 Obgyn (Oncology) RSUP H. Adam Malik Medan

Name Of Student : Meli Puspita Dewi, S.Kep

Jurusan : Program Studi Pendidikan Ners Tahap Profesi F.Kep USU Years : 2012

Abstract

PBLK activity aims to make the management of nursing care management and nursing care management through the process of organizing nursing activities effectively and efficiently. Comprehensive Practice Field Study was conducted in room B1 Love Obgyn (Oncology) Dr H. Adam Malik Medan for 4 weeks. From the results of studies conducted in Room B1 Obgyn Dr H. Love Adam Malik Medan is found most cases of cervical cancer. Cervical cancer or cancer of the cervix is one of the most common disease for women. At an advanced stage cervical cancer patients will usually feel the complaints such as bleeding after intercourse, spontaneous bleeding in the menopause, the incidence of vaginal discharge and mixed with lots of blood and smell, pelvic pain, pain during intercourse and difficulty in urination and decreased appetite also. Activities undertaken during this PBLK include the management of nursing services and nursing care management practices on land that directly made to clients and families. Nursing care to clients with cervical cancer are expected to improve the quality of life for clients and minimize the negative impacts, such as psychological stress that is affecting the client's medical condition when returned. Based on the assessment of the cervical cancer patients treated Nursing has received the data obtained by 60% the quality of life of patients is quite good, as much as 20% have a good quality of life and quality of life as much as 20% of cervical cancer patients worse.


(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas Praktik Belajar Lapangan Komprehensif (PBLK) dengan judul “Pengelolaan Pelayanan dan Asuhan Keperawatan Pada Pasien Kanker Serviks di Ruangan Rindu B1 Obgyn (Onkologi) RSUP H. Adam Malik Medan”.

Dalam penyusunan laporan PBLK ini, penulis mendapatkan bantuan, bimbingan, dan dukungan dari berbagai pihak dengan memberikan butir-butir pemikiran yang sangat berharga bagi penulis baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terimakasih kepada Ibu Erniyati, S.Kp, MNS sebagai dosen pembimbing PBLK yang telah meluangkan waktu untuk memberikan arahan, bimbingan, dan ilmu yang bermanfaat dalam penyusunan laporan PBLK ini.

Penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada dr. Dedi Ardinata, M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Ibu Evi Karota Bukit, S.kp, MNS sebagai Pembantu Dekan II Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara, Bapak Ikhsanuddin Ahmad Harahap, S.kp, MNS sebagai Pembantu Dekan III Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara, Ibu Salbiah, S.Kp, M.Kep sebagai koordinator Profesi dan koordinator mata ajar PBLK, serta Ibu Lufthiani, S.Kep, Ns, M.Kes sebagai bagian dari profesi yang telah meluangkan waktunya untuk mendengarkan keluh kesah mahasiswa saat


(6)

menjalani profesi dan seluruh dosen Fakultas keperawatan Universitas Sumatera Utara serta staf dan pegawai Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Tidak lupa pula penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Rosmahasa Rambe, Am.Keb selaku kepala ruangan Rindu B1 Obgyn RSUP H. Adam Malik Medan yang telah memberikan banyak informasi kepada penulis. Ibu Sumi Ariani, Am.Keb, S.ST selaku CI (Clinical Instructure) di Ruangan Rindu B 1 Obgyn RSUP H. Adam malik Medan yang telah banyak membantu, memberikan masukan-masukan kepada penulis dan seluruh pegawai di Ruangan Rindu B1 Obgyn RSUP H. Adam Malik Medan khususnya kepada Penanggung Jawab atau Katim Ruangan Onkologi Ibu Kristina Ginting, A.MK.

Teristimewa untuk kedua orangtuaku Babe Gamin Wahyu Saputra dan Mak’e Tati Indrawati yang telah memberikan semangat dan dorongan baik itu moril maupun materil serta selalu mendoakan yang terbaik sehingga penulis bisa menyelesaikan laporan PBLK ini. Adik-adikku tersayang Yana Markonah, Vivi Marivi, dan Dedek Ujil Malujil yang selalu menghibur penulis selama ini.

Untuk sahabat-sahabat yang kusayangi Dirayati Sharfina, Fitri Handayani Purnama Syari Nasution, Yuliana, Dewi Ramadani Lubis, Riskina Syahputri Nasution, Nuraidar, Melinda Agnesha, Rahmi Surilesmana, Maya Indriyani, Silvia Fitriani, dan teman seperjuangan Mei Rianita Sinaga, Hendra Sapriko, Hendra Sukma Yuda, Kak Diah, Monalisa, Am.Keb,S.ST dan Tuti Wahyuni serta orang terkasih Ns. Heri Pebrianto, S.Kep yang telah banyak memberikan doa, dorongan dan hiburan kepada penulis. Terima kasih atas bantuan dan semangat yang telah kalian berikan kepada penulis.


(7)

Penulis mengucapkan terima kasih kepada teman-teman terbaik, seluruh anggota kelompok A, Kelompok 3 Profesi dan rekan-rekan mahasiswa S1 Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara, khususnya stambuk 2007 yang telah memberikan semangat dan masukan dalam penyusunan Laporan PBLK ini.

Penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang sifatnya membangun agar penulisan laporan PBLK yang akan datang dapat dianggap perbaikan. Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang turut membantu dalam penyelesaian laporan PBLK ini.

Medan, Juli 2012


(8)

DAFTAR ISI

Lembar Sampul

Lembar Pengesahan ... ii

Abstrak ... iii

Kata Pengantar ... iv

Daftar Isi... v

Daftar Tabel ... vi

Daftar Skema ... vii

Daftar Lampiran ... viii

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Tujuan... 4

C. Manfaat ... 4

BAB 2 PENGELOLAAN PELAYANAN KEPERAWATAN A. Konsep Dasar ... 6

B. Analisis Ruang Rawat ... 32

1. Pengkajian ... 32

2. Analisa Situasi ... 33

3. Rumusan Masalah ... 50

4. Rencana Penyelesaian Masalah ... 50

5. Implementasi ... 54

6. Evaluasi ... 55

C. Pembahasan ... 55

BAB 3 PENGELOLAAN ASUHAN KEPERAWATAN A. Landasan Teori ... 59

B. Tinjauan Kasus ... 85

1. Pengkajian ... 86

2. Diagnosa Keperawatan ... 87

3. Intervensi Keperawatan ... 88

4. Implementasi Keperawatan dan Evaluasi ... 88

5. Ringkasan Keperawatan Klien Pulang ... 96

BAB 4 KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan ... 99

2. Saran ... 102

DAFTAR PUSTAKA ... LAMPIRAN


(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Jumlah tenaga perawat yang dibutuhkan di ruang rawat inap RB1-Obgin berdasarkan kategori asuhan keperawatan menurut Depkes (2002) ... 33 Tabel 2 Jumlah tenaga perawat yang dibutuhkan di ruang rawat inap

RB1-Obgin berdasarkan kategori asuhan keperawatan menurut Douglas (1975) ... 34 Tabel 3 Daftar Nama Tenaga Di Ruang Rb1-Obgin RSUP H. Adam Malik

Medan ... 37 Tabel 4 Analisa SWOT di Instalasi RB1 RSUP HAM Medan 2012 ... 47 Tabel 5 Rencana Penyelesaian Masalah Berdasarkan Masalah yang Ditemukan di Ruangan RB1 ... 52 Tabel 6 Tingkat keganasan klinik menurut FIGO (1978) ... 63 Tabel 7 Pengkajian pasien kanker serviks sebagai pasien kelolaan di Ruangan RB 1 Obgyn (Onkologi), (Data Objektif dan Subjektif dapat dilihat di Resume Kasus Pasien, dilampirkan) ... 86 Tabel 8 Diagnosa Keperawatan pasien kanker serviks di Ruangan RB 1 Obgyn (Onkologi) RSUP H. Adam Malik Medan ... 88 Tabel 9 Implementasi keperawatan pada pasien kanker serviks di Ruangan

RB1 Obgyn (Onkologi) RSUP H. Adam malik Medan ... 89 Tabel 10 Evaluasi Keperawatan pada pasien kanker serviks di Ruangan RB1


(10)

DAFTAR SKEMA

Skema 1 Struktur Organisasi di Ruangan Rindu B 1 Obgyn RSUP H. Adam Malik Medan ... 40


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Kontrak Belajar

2. Insrument Kepuasan Perawat 3. Kuesioner Sikap Kepemimpinan 4. Kuesioner Kepuasan Pasien 5. Kuesioner Kualitas Hidup 6. Satuan Acara Pengajaran 7. Leaflet dan Poster 8. POA


(12)

Judul : Pengelolaan Pelayanan dan Asuhan Keperawatan Pasien Kanker Serviks di Ruangan Rindu B1 Obgyn (Onkologi) RSUP H. Adam Malik Medan

Nama Mahasiswa : Meli Puspita Dewi, S.Kep

Jurusan : Program Studi Pendidikan Ners Tahap Profesi F.Kep USU Tahun : 2012

ABSTRAK

Kegiatan PBLK ini bertujuan untuk melakukan pengelolaan manajemen asuhan keperawatan dan manajemen pelayanan keperawatan melalui proses pengorganisasian kegiatan keperawatan secara efektif dan efisien. Praktik Belajar Lapangan Komprehensif ini dilakukan di Ruangan Rindu B1 Obgyn (Onkologi) RSUP H. Adam Malik Medan selama 4 minggu. Dari hasil pengkajian yang dilakukan di Ruangan Rindu B1 Obgyn RSUP H. Adam Malik Medan ditemukan kasus terbanyak adalah kanker serviks. Kanker Serviks atau kanker leher rahim merupakan salah satu penyakit yang paling banyak terjadi bagi wanita. Pada stadium lanjut biasanya penderita kanker serviks akan merasakan keluhan-keluhan seperti terjadinya perdarahan setelah berhubungan seksual, perdarahan spontan pada masa menopouse, timbulnya keputihan yang banyak dan bercampur dengan darah serta berbau, nyeri panggul, nyeri saat berhubungan seksual dan kesulitan untuk buang air kecil serta nafsu makan juga menurun. Kegiatan yang dilakukan selama PBLK ini mencakup pengelolaan pelayanan keperawatan dan manajemen asuhan keperawatan pada lahan praktik yang langsung dilakukan kepada klien dan keluarga. Asuhan keperawatan pada klien dengan kanker serviks diharapkan dapat meningkatkan kualitas hidup klien dan meminimalkan dampak negatif yang timbul, seperti : stres psikologis yang sangat mempengaruhi kondisi kesehatan klien ketika pulang. Berdasarkan hasil pengkajian kepada pasien kanker serviks yang dirawat yang telah mendapat Asuhan Keperawatan didapatkan data sebanyak 60% kualitas hidup pasien cukup baik, sebanyak 20% mempunyai kualitas hidupnya baik dan sebanyak 20% kualitas hidup pasien kanker serviks buruk.


(13)

Title : Management of Nursing Services and Cervical Cancer Patients in room B1 Obgyn (Oncology) RSUP H. Adam Malik Medan

Name Of Student : Meli Puspita Dewi, S.Kep

Jurusan : Program Studi Pendidikan Ners Tahap Profesi F.Kep USU Years : 2012

Abstract

PBLK activity aims to make the management of nursing care management and nursing care management through the process of organizing nursing activities effectively and efficiently. Comprehensive Practice Field Study was conducted in room B1 Love Obgyn (Oncology) Dr H. Adam Malik Medan for 4 weeks. From the results of studies conducted in Room B1 Obgyn Dr H. Love Adam Malik Medan is found most cases of cervical cancer. Cervical cancer or cancer of the cervix is one of the most common disease for women. At an advanced stage cervical cancer patients will usually feel the complaints such as bleeding after intercourse, spontaneous bleeding in the menopause, the incidence of vaginal discharge and mixed with lots of blood and smell, pelvic pain, pain during intercourse and difficulty in urination and decreased appetite also. Activities undertaken during this PBLK include the management of nursing services and nursing care management practices on land that directly made to clients and families. Nursing care to clients with cervical cancer are expected to improve the quality of life for clients and minimize the negative impacts, such as psychological stress that is affecting the client's medical condition when returned. Based on the assessment of the cervical cancer patients treated Nursing has received the data obtained by 60% the quality of life of patients is quite good, as much as 20% have a good quality of life and quality of life as much as 20% of cervical cancer patients worse.


(14)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kanker Leher Rahim (Kanker Serviks) adalah tumor ganas yang tumbuh di dalam leher rahim/serviks (bagian terendah dari rahim yang menempel pada puncak vagina. Kanker serviks biasanya menyerang wanita berusia 35-55 tahun, kendati begitu penyakit ini dapat ditemukan pada usia lebih muda 20 – 29 tahun, berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sandra Van Loon di RSHS pada tahun 1996 bahwa wanita penderita kanker serviks yang dirawat masih berusia muda saat kawin pertama kali antara usia 15 – 19 tahun (Hilman, 2005). 90% dari kanker serviks berasal dari sel skuamosa yang melapisi serviks dan 10% sisanya berasal dari sel kelenjar penghasil lendir pada saluran servikal yang menuju ke dalam rahim. Ca Cerviks merupakan pertumbuhan dari suatu kelompok sel yang tidak normal pada serviks yang disebabkan oleh Human Papilloma Virus (GlaxoSmithKline, 2007).

Kanker Serviks atau kanker leher rahim merupakan salah satu penyakit yang paling banyak terjadi bagi wanita. Kanker Serviks sering juga disebut dengan kanker mulut rahim. Kanker Serviks merupakan penyakit kanker kedua terbanyak yang dialami oleh wanita di seluruh dunia. Menurut International Agency for Research on Cancer (IARC), 85% dari kasus kanker di dunia, yang berjumlah sekitar 493.000 dengan 273.000 kematian, terjadi di Negara-negara berkembang. Di Indonesia pengidap Ca Cervix adalah terbanyak diantara


(15)

pengidap kanker lainnya, bahkan di seluruh dunia adalah nomer kedua setelah Cina (FK UGM, 2010).

Berdasarkan penelitian di Jakarta, Semarang, Jogjakarta, dan Surabaya ternyata kanker leher rahim juga menduduki urutan dengan proporsi 25 – 45 % penderita melebihi kanker payudara yang baru mencapai 10 – 20 %. Menurut perkiraan Departemen Kesehatan RI adalah 100 per 100.000 penduduk. Untuk Jakarta sebanyak 7.000 penderita dan kira-kira seperlimanya adalah penderita kanker leher rahim (Tara, 2001). Begitu pula data penderita kanker serviks yang dirawat di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik (RSUP HAM) Medan didapat rata-rata 120 orang penderita kanker serviks yang dirawat perbulan (Laporan Ruangan Rindu B 1 Obgin, 2012).

Wanita yang terkena kanker serviks biasanya menyerang di usia 35 – 55 tahun. Pada stadium dini, kanker serviks tidak begitu menimbulkan masalah atau keluhan. Penderita kanker serviks biasanya datang setelah kanker berada pada stadium lanjut dan karena adanya keluhan-keluhan yang dirasakan penderita seperti terjadinya perdarahan setelah berhubungan seksual, perdarahan spontan pada masa menopouse, timbulnya keputihan yang banyak dan bercampur dengan darah serta berbau, nyeri panggul, nyeri saat berhubungan seksual dan kesulitan untuk buang air kecil serta nafsu makan juga menurun (Karolina, 2010). Hal ini membuat penderita mengalami perubahan-perubahan fisik dan psikologis yang menimbulkan berbagai keluhan baik fisik maupun psikologis dan akan mempengaruhi kualitas hidupnya (Rebecca dan Pam, 2007). Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas hidup menurut para ahli dalam kutipan Sekarwiri (2008)


(16)

adalah jenis kelamin, usia, pendidikan, pekerjaan, status pernikahan, penghasilan, dan hubungan dengan orang lain.

Kegiatan Praktik Belajar Lapangan Komprehensif (PBLK) ini dilakukan di Ruangan Rindu B 1 Obgin RSUP H. Adam Malik Medan selama 4 minggu, dimulai sejak 11 Juni 2012 - 07 Juli 2012. Kegiatan yang dilakukan selama PBLK ini mencakup pengelolaan pelayanan keperawatan dan manajemen asuhan keperawatan pada lahan praktik yang langsung dilakukan kepada klien dan keluarga.

Pada Akhir PBLK ini diharapkan sikap dan tingkah laku profesional di tuntut dari seorang perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan serta belajar aktif dan mandiri pada pengalaman praktik klinik dapat dicapai dengan presentasi kasus. Penerapan proses asuhan keperawatan secara komprehensif sebagai bentuk pelayanan keperawatan profesional baik kepada individu maupun keluarga. Kegiatan-kegiatan keperawatan secara efektif dan efisien dalam pelayanan keperawatan dengan selalu meningkatkan pengelolaan pelayanan keperawatan.

Asuhan keperawatan pada klien dengan kanker serviks diharapkan dapat meningkatkan kualitas hidup klien dan meminimalkan dampak negatif yang timbul, seperti : stres psikologis yang sangat mempengaruhi kondisi kesehatan klien. Dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat harus melibatkan peran serta aktif seluruh keluarga dalam merumuskan masalah dalam mengatasi masalah kesehatannya.


(17)

B. Tujuan

Adapun tujuan penulisan praktik Belajar Lapangan Komprehensif ini adalah:

1. Tujuan umum

Meningkatkan kemampuan dalam mengaplikasikan semua teori dan konsep yang telah diperoleh selama proses pendidikan serta untuk mengetahui gambaran kualitas hidup pasien kanker serviks.

2. Tujuan Khusus

2.1Mampu melakukan asuhan keperawatan secara komprehensif sebagai bentuk pelayanan keperawatan profesional kepada individu dan keluarga dengan penyakit Kanker Serviks di Ruangan RB1 Obgyn (Onkologi). 2.2Mampu mengelola manajemen asuhan keperawatan kepada pasien

kanker serviks dan pelayanan keperawatan melalui proses pengorganisasian kegiatan keperawatan secara efektif dan efisien dalam pelayanan keperawatan.

2.3Mampu menilai kualitas hidup pasien kanker serviks setelah mendapat asuhan keperawatan di Ruangan RB 1 Obgyn (Onkologi).

C. Manfaat

Kegiatan PBLK ini diharapkan dapat bermanfaat bagi: 1. Mahasiswa Keperawatan

Adapun manfaat PBLK terhadap mahasiswa adalah sebagai latihan dan gambaran menjadi perawat professional yang dapat memberikan asuhan


(18)

keperawatan yang komprehensif pada pasien kanker serviks di Ruangn RB 1 Obgyn (Onkologi). Selain itu juga melatih mahasiswa mengelola manajemen keperawatan secara efektif dan efisien serta mendapatkan gambaran kualitas hidup penderita kanker serviks yang telah mendapat perawatan dan tindakan terapi di rumah sakit.

2. Institusi Pendidikan

Manfaat PBLK bagi institusi pendidikan adalah untuk meningkatkan kompetensi lulusan institusi dan menghasilkan tugas akhir dalam bentuk karya tulis ilmiah.

3. Lahan Praktik

Selama kegiatan PBLK maka lahan praktik dapat menggunakan tenaga mahasiswa sebagai sumber pengembangan ilmiah agar dapat meningkatkan mutu pelayanan lahan praktik dengan penerapan intervensi kasus sesuai dengan kasus kelolaan mahasiswa sehingga dapat menambah intervensi bagi perawat ruangan dalam melakukan asuhan keperawatan pada pasien secara komprehensif khususnya pada pasien dengan penyakit Kanker Serviks yang dirawat di rumah sakit.


(19)

BAB II

PENGELOLAAN PELAYANAN KEPERAWATAN

A. Konsep Dasar

1. Defenisi Manajemen Keperawatan

Manajemen berasal dari kata manus yang artinya tangan, maka diartikan secara singkat sebagai proses menyelesaikan pekerjaan melalui tangan orang lain. Manajemen mendefinisikan manajemen keperawatan sebagai proses pelaksanaan pelayanan keperawatan melalui upaya staff keperawatan untuk memberikan Asuhan Keperawatan, pengobatan dan rasa aman kepada pasien, keluarga, kelompok dan masyarakat (Gillies, 1989).

Menurut Huber (1996) manajemen adalah koordinasi dan integrasi sumber-sumber melalui perencanaan, pengorganisasian, koordinasi, pengarahan, dan pengawasan dalam mencapai tujuan. Manajemen mengandung tiga prinsip pokok yang menjadi ciri utama penerapannya yaitu efisiensi dalam pemanfaatan sumber daya, efektif dalam memilih alternatif kegiatan untuk mencapai tujuan organisasi, dan rasional dalam pengambilan keputusan manajerial (Muninjaya, 2004).

Manajemen keperawatan mempunyai lingkup manajemen operasional yang merencanakan, mengatur, dan menggerakkan para karyawannya untuk memberikan pelayanan keperawatan yang sebaik-baiknya kepada pasien melalui manajemen Asuhan Keperawatan. Agar dapat memberikan pelayanan keperawatan dengan sebaik-baiknya, maka diperlukan suatu Standard Asuhan


(20)

Keperawatan (SAK) yang akan digunakan sebagai target maupun alat kontrol pelayanan tersebut.

Seluruh aktivitas manajemen, kognitif, afektif dan psikomotor berada dalam satu atau lebih dari fungsi-fungsi utama yang bergerak mengarah pada satu tujuan. Sehingga selanjutnya, bagian akhir dalam proses manajemen keperawatan adalah perawatan yang efektif dan ekonomis bagi semua kelompok.

2. Fungsi Manajemen

Dalam manajemen, diperlukan peran tiap orang yang terlibat di dalamnya untuk menyikapi posisi masing-masing. Oleh sebab itu diperlukan adanya fungsi-fungsi yang jelas mengenai manajemen. Pada fungsi-fungsi manajemen keperawatan terdapat beberapa elemen utama yaitu Planning (perencanaan), Organizing

(pengorganisasian), Staffing (kepegawaian), Directing (pengarahan), Controlling

(pengendalian/evaluasi). 2.1 Planning (perencanaan)

Fungsi planning (perencanaan) adalah fungsi terpenting dalam manajemen, oleh karena fungsi ini akan menentukan fungsi-fungsi manajemen lainnya. Menurut Muninjaya, (1999) fungsi perencanaan merupakan landasan dasar dari fungsi manajemen secara keseluruhan. Tanpa ada fungsi perencanaan tidak mungkin fungsi manajemen lainnya akan dapat dilaksanakan dengan baik. Perencanaan akan memberikan pola pandang secara menyeluruh terhadap semua pekerjaan yang akan dijalankan, siapa yang akan melakukan, dan kapan akan dilakukan. Perencanaan merupakan tuntutan terhadap proses pencapaian tujuan


(21)

secara efektif dan efesien. Swanburg (2000) mengatakan bahwa planning adalah memutuskan seberapa luas akan dilakukan, bagaimana melakukan dan siapa yang melakukannya.

Dibidang kesehatan perencanaan dapat didefenisikan sebagai proses untuk menumbuhkan, merumuskan masalah-masalah kesehatan di masyarakat, menentukan kebutuhan dan sumber daya yang tersedia, menetapkan tujuan program yang paling pokok, dan menyusun langkah-langkah untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan tersebut.

2.1.1 Tujuan perencanaan

Adapun tujuan perencanaan adalah :

1) Sebagai upaya koordinasi dalam memberikan arahan sehingga semua anggota paham akan kondisi organisasi dan mengerti kontribusinya dalam mencapai tujuan baik secara mandiri maupun tim.

2) Mengurangi dampak perubahan.

3) Meminimalkan hasil yang sia-sia, yang tidak efektif dan tidak efisien serta menghindari pengulangan kegagalan.

4) Menetapkan standar pengontrolan/pengendalian : membandingkan kinerja dan tujuan, deviasi dan tindakan korektif yang diperlukan.

5) Untuk menimbulkan keberhasilan dalam mencapai sasaran dan tujuan. 6) Efektif dalam hal biaya.


(22)

2.1.2 Tahapan dalam perencanaan

Ada empat tahapan dalam perencanaan yaitu : 1) Menetapkan tujuan.

2) Merumuskan keadaan sekarang.

3) Mengidentifikasi kemudahan dan hambatan. 4) Mengembangkan serangkaian kegiatan.

2.1.3 Jenis perencanaan

Ada dua jenis perencanaan, yaitu : 1) Perencanaan strategi

Perencanaan strategi merupakan perencanaan yang sifatnya jangka panjang yang ditetapkan oleh pemimpin dan merupakan umum suatu organisasi. Perencanaan jangka panjang digunakan untuk mengembangkan pelayanan keperawatan yang diberikan kepada pasien, juaga digunakan untuk merevisi pelayanan yang sudah tidak sesuai lagi dengan keadaan masa kini.

2) Perencanaan operasional

Perencanaan operasional menguraikan kativitas dan prosedur yang akan digunakan serta menyusun jadwal waktu pencapaian tujuan, menentukan siapa orang-orang yang bertanggung jawab untuk setiap aktivitas, menetapkan prosedur serta menggambarkan cara menyiapkan orang-orang untuk bekerja dan metode untuk mengevaluasi perawatan pasien.


(23)

2.1.4 Manfaat perencanaan

Adapun manfaat perencanaan antara lain :

1) Membantu proses manajemen dalam menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan lingkungan.

2) Memungkinkan manajer mamahami keseluruhan gambaran operasi lebih jelas.

3) Membantu penetapan tanggung jawab lebih tepat.

4) Memberikan cara pemberian perintah yang tepat untuk pelaksanaan. 5) Memudahkan koordinasi.

6) Membuat tujuan lebih khusus, lebih terperinci dan lebih mudah dipahami. 7) Meminimalkan pekerjaan yang tidak pasti.

8) Menghemat waktu dan dana.

2.1.5 Keuntungan perencanaan

Keuntungan dari perencanaan yaitu :

1) Mengurangi atau menghilangkan jenis pekerjaan yang tidak produktif. 2) Dapat dipakai sebagai alat pengukur hasil kegiatan yang dicapai.

3) Memberikan suatu landasan pokok fungsi manajemen lainnya terutama fungsi keperawatan.

4) Memodifikasi gaya manajemen.

5) Fleksibilitas dalam pengambilan keputusan 6) Meningkatkan keterlibatan anggota.


(24)

2.1.6 Kelemahan perencanaan

Selain memiliki keuntungan, perencanaan juga memiliki kelemahan. Kelemahan perencanaan antara lain :

1) Kemungkinan pekerjaan yang tercakup dalam perencanaan berlebihan pada kontribusi kerja.

2) Cenderung menunda kegiatan.

3) Terkadang kemungkinan membatasi inovasi dan inisiatif.

4) Kadang-kadang hasil yang lebih baik didaptkan oleh penyelesaian situasional individual dan penanganan suatu masalah pada saat masalah itu terjadi.

5) Terdapat rencana yang diikuti oleh/atau dengan rencana yang tidak konsisten.

2.1.7 Langkah-langkah dalam perencanaan

Langkah-langkah yang perlu dilakukan untuk membuat perencanaan adalah : 1) Pengumpulan data.

2) Analisis lingkungan (SWOT : Strenght, Weakness, Opportunities, Threats). 3) Pengorganisasian data : memilih data yang mendukung dan data yang

menghambat.

4) Pembuatan rencana : tentukan objektif, uraian kegiatan, prosedur, target, waktu, penanggung jawab, sasaran, biaya, peralatan, metode yang digunakan.


(25)

2.2 Organizing (pengorganisasian)

Pengorganisasian adalah suatu langkah untuk menetapkan, menggolongkan dan mengatur berbagai macam kegiatan, penetapan tugas-tugas dan wewenang seseorang, pendelegasian wewenang dalam rangka mencapai tujuan. Fungsi pengorganisasian merupakan alat untuk memadukan semua kegiatan yang beraspek personil, finansial, material dan tata cara dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Muninjaya, 1999).

Berdasarkan penjelasan tersebut, organisasi dapat dipandang sebagai rangkaian aktivitas menyusun suatu kerangka yang menjadi wadah bagi segenap kegiatan usaha kerjasama dengan jalan membagi dan mengelompokkan pekerjaan-pekerjaan yang harus dilaksanakan serta menyusun jalinan hubungan kerja di antara para pekerjanya.

2.2.1 Manfaat pengorganisasian

Dengan mengembangkan fungsi pengorganisasian, seorang manajer akan dapat mengetahui Pembagian tugas untuk perorangan dan kelompok, Hubungan organisatoris antara orang-orang di dalam organisasi tersebut melalui kegiatan yang dilakukannya, Pendelegasian wewenang, dan Pemanfaatan staff dan fasilitas fisik.

2.2.2 Tahapan dalam pengorganisasian

1) Tujuan organisasi harus dipahami oleh staf. Tugas ini sudah tertuang dalam fungsi perencanaan.


(26)

2) Membagi habis pekerjaan dalam bentuk kegiatan pokok untuk mencapai tujuan.

3) Menggolongkan kegiatan pokok kedalam satuan-satuan kegiatan yang praktis.

4) Menetapkan berbagai kewajiban yang harus dilaksanakan oleh staf dan menyediakan fasilitas yang diperlukan.

5) Penugasan personil yang tepat dalam melaksanakan tugas. 6) Mendelegasikan wewenang

2.2.2.1Deskripsi peran dan fungsi 1) Kepala ruang rawat

Kepala ruang rawat adalah perawat dengan kemampuan D3 keperawatan yang berpengalaman atau kemampuan S.Kp/S.Kep/Ners yang berpengalaman. Kepala ruang rawat bertugas sesuai jam kerja dinas pagi. Tugas dan tanggung jawab kepala ruang rawat adalah :

a) Mengatur pembagian tugas jaga perawat (jadwal dinas).

b) Mengatur dan mengendalikan kebersihan dan ketertiban ruangan.

c) Mengadakan diskusi dengan staf untuk memecahkan masalah di ruangan. d) Membimbing siswa/mahasiswa (bekerjasama dengan pembimbing klinik)

dalam pemberian asuhan keperawatan di ruangan dengan mengikuti sistem yang sudah ada,


(27)

f) Mengorientasikan pegawai baru, residen, mahasiswa kedokteran, dan mahasiswa keperawatan yang akan melakukan praktik keperawatan.

g) Menciptakan dan memelihara hubungan kerja yang harmonis dengan klien dan keluarga klien dan tim kesehatan lain, antara laian kepala ruang rawat mengingatkan kembali klien dan keluarga tentang perawat atau tim yang bertanggung jawab terhadap mereka di ruangan yang bersangkutan.

h) Memeriksa kelengkapan persediaan status keperawatan minimal 5 setiap hari. i) Melaksanakan pembinaan terhadap perawat primer (PP) dan perawat asosiet

(PA) dalam hal implementasi keperawatan profesional termasuk sikap dan tingkah laku.

j) Bila perawat primer cuti, tugas dan tanggung jawabnya didelegasikan pada perawat primer yang lain atau wakil PP pemula yang ditunjuk tetapi tetap dibawah pengawasan kepala ruang rawat.

k) Merencanakan dan memfasilitasi ketersediaan fasilitas yang dibutuhkan di ruangan.

l) Memantau dan mengevaluasi penampilan kerja semua tenaga yang ada di ruangan, membuat DP3 dan usulan kenaikan pangkat.

m) Melakukan pertemuan rutin dengan semua perawat setiap bulan untuk membahas kebutuhan di ruangan.

n) Merencanakan dan melaksanakan evaluasi mutu asuhan keperawatan. o) Membuat peta resiko ruang rawat.


(28)

2) Ketua tim (perawat primer)

Perawat primer (PP) adalah perawat lulusan D3 keperawatan dengan pengalaman minimal 4 tahun atau perawat S.Kp/Ners dengan pengalaman minimal 1 tahun. perawat primer dapat bertugas pada pagi, sore, atau malam hari. Namun sebaiknya perawat primer hanya bertugas pada pagi atau sore saja karena bila bertugas pada malam hari perawat primer akan libur beberapa hari sehingga sulit menilai perkembangan klien. Tugas dan tanggung jawab perawat primer (PP) adalah :

a) Melakukan kontrak dengan klien atau keluarga pada awal masuk ruangan sehingga tercipta hubunga terapetik. Hubungan ini dibina secara terus menerus pada saat melakukan pengkajaian/tindakan kepada klien/keluarga. Panduan orientasi ini sebaiknya dilaminating dan digantung di kamar klien sehingga setiap saat klien/keluarga dapat membaca kembali.

b) Menghitung tingkat ketergantungan klien/beban kerja.

c) Melakukan pengkajian terhadap klien baru atau melengkapi pengakjian yang sudah dilakukan perawat primer pada sore, malam atau pada hari libur.

d) Menetapkan rencana asuhan keperawatan berdasarkan analisis standar rencana perawatan sesuai dengan hasil pengkajian.

e) Menjelaskan rencana asuhan keperawatan (renpre) yang sudah ditetapkan kepada perawat assosiate di bawah tanggung jawabnya sesuai dengan klien yang dirawat pada saat preconfrence sebagai penanggung jawabnya.

f) Menetapkan perawat assosiate yang bertanggung jawab pada setiap klien, setiap kali giliran jaga (shift). Pembagian tugas didasarkan pada jumlah klien,


(29)

tingkat ketergantung klien, dan tempat tidur yang berdekatan. Bila pada satu tugas jaga (shift) PP didampingi oleh 2 perawat assosiate, maka semua klien dibagi pada kedua perawat assosiate sebagai penanggung jawabnya. Perawat primer akan membantu dan membimbing perawat assosiate dalam memberikan asuhan keperawatan. Bila perawat primer hanya didampingi oleh 1 perawat assosiate pada satu tugas jaga maka jumlah klien yang menjadi tanggung jawab perawat primer adalah sebanyak 20% dan klien tersebut termasuk klien dengan tingkat ketergantungan minimal serta klien lainnya menjadi tanggung jawab perawat assosiate. Penetapan ini dimaksudkan agar perawat primer di bawah tanggung jawabnya dalam memberikan asuhan keperawatan.

g) Melakukan bimbingan dan evaluasi (mengecek pekerjaaan perawat assosiate

dalam melakukan tindakan keperawatan apakah sesuai dengan SOP). h) Memonitor dokumentasi yang dilakukan oleh perawat assosiate.

i) Membantu dan memfasilitasi terlaksananya kegiatan perawat assosiate. j) Mengatur pelaksanaan kolaborasi dan pemeriksaan laboratorium.

k) Melakukan kegiatan serah terima klien di bawah tanggung jawabnya bersama dengan perawat assosiate.

l) Mendampingi dokter visite klien di bawah tanggung jawabnya. Bila PP tidak ada, visite didampingi oleh perawat assosiate sesuai timnya.

m) Melakukan evaluasi asuhan keperawatan dan membuat catatan perkembangan klien setiap hari.


(30)

n) Melakukan pertemuan dengan klien/keluarga minimal setiap dua hari untuk membahas kondisi perawatan klien (tergantung pada kondisi klien).

o) Bila perawat primer cuti atau libur, tugas-tugas perawat primer didelegasikan kepada perawat assosiate yang telah ditunjuk (wakil PP) dengan bimbingan kepala ruangan.

p) Memberikan pendidikan kesehatan pada klien/keluarga. q) Membuat perencanaan pulang.

3) Perawat pelaksana

Tugas dan tanggung jawab perawat pelaksana adalah : a) Membaca rencana keperawatn yang telah ditetapkan PP

b) Membina hubungan terapetik dengan klien/keluarga, sebagai kontrak lanjutan yang sudah dilakukan PP.

c) Menerima klien baru (kontrak) dan memberikan informasi berdasarkan format orientasi klien/keluarga jika PP tidak ada di tempat.

d) Melakukan tindakan keperawatan pada klien berdasarkan rencana keperawatan.

e) Melakukan evaluasi terhadap tindakan yang telah dilakukan dan mendokumentasikan pada format yang telah disediakan.

f) Mengikuti visite dokter bila PP tidak di tempat.

g) Membuat laporan pergantian dinas dan setelah selesai diparaf.

h) Mengkomunikasikan kepada PP/PJ dinas bila menemukan masalah yang perlu diselesaikan.


(31)

i) Menyiapkan klien untuk pemeriksaan diagnostik, laboratorium, pengobatan, dan tindakan.

j) Berperan serta dalam memberikan pendidikan kesehatan kepada klien/keluarga yang dilakukan oleh PP.

k) Melakukan inventaris fasilitas yang terkait dengan timnya. l) Membantu tim lain yang membutuhkan.

m) Memberikan resep dan menerima obat dari keluarga klien yang menjadi tanggung jawabnya dan berkoordinasi dengan PP.

2.3 Staffing (ketenagaan)

Staffing merupakan metodologi pengaturan staff, proses yang teratur,

sistematis berdasarkan rasional yang diterapkan untuk menentukan jumlah personil suatu organisasi yang dibutuhkan dalam situasi tertentu (Swanburg, 2000). Proses pengaturan staff bersifat kompleks. Komponen pengaturan staff adalah sistem kontrol termasuk studi pengaturan staff, penguasaan rencana pengaturan staff, rencana penjadwalan, dan Sistem Informasi Manajemen Keperawatan (SIMK). SIMK meliputi lima elemen yaitu kualitas perawatan pasien, karakteristik dan kebutuhan perawatan pasien, perkiraan suplai tenaga perawat yang diperlukan, logistik dari pola program pengaturan staf dan kontrolnya, evaluasi kualitas perawatan yang diberikan.

Dasar perencanaan untuk pengaturan staff pada suatu unit keperawatan mencakup personil keperawatan yang bermutu harus tersedia dalam jumlah yang mencukupi dan adekuat, memberikan pelayanan pada semua pasien selama 24 jam


(32)

sehari, 7 hari dalam seminggu, 52 minggu dalam setahun. Setiap rencana pengaturan staff harus disesuaikan dengan kebutuhan rumah sakit dan tidak dapat hanya dicapai dengan rasio atau rumusan tenaga/pasien yang sederhana. Jumlah dan jenis staff keperawatan yang diperlukan dipengaruhi oleh derajat dimana departemen lain memberikan pelayanan pendukung, juga dipengaruhi oleh jumlah dan komposisi staff medis dan pelayanan medis yang diberikan. Kebutuhan khusus individu, dokter, waktu dan lamanya ronde, jumlah test, obat-obatan dan pengobatan, jumlah dan jenis pembedahan akan mempengaruhi kualitas dan kuantitas personel perawat yang diperlukan dan mempengaruhi penempatan mereka.

Pengaturan staff kemudian juga dipengaruhi oleh organisasi divisi keperawatan. Rencana harus ditinjau ulang dan diperbaharui untuk mengatur departemen beroperasi secara efisien dan ekonomis dengan pernyataan misi, filosofi dan objektif tertulis, struktur organisasi, fungsi dan tanggung jawab, kebijakan dan prosedur tertulis, pengembangan program staff efektif, dan evaluasi periodik terencana.

Komponen yang termasuk dalam fungsi staffing adalah prinsip rekrutmen, seleksi, orientasi pegawai baru, penjadwalan tugas, dan klasifikasi pasien. Pengrekrutan merupakan proses pengumpulan sejumlah pelamar yang berkualifikasi untuk pekerjaan di perusahaan melalui serangkaian aktivitas. Tujuan orientasi pegawai baru adalah untuk membantu perawat dalam menyesuaikan diri pada situasi baru. Produktivitas meningkat karena lebih sedikit orang yang dibutuhkan jika mereka terorientasi pada situasi kerja. Penjadwalan


(33)

siklus merupakan salah satu cara terbaik yang dipakai untuk memenuhi syarat distribusi waktu kerja dan istirahat untuk pegawai. Pada cara ini dibuat pola waktu dasar untuk minggu-minggu tertentu dan diulang pada siklus berikutnya. Jadwal modifikasi kerja mingguan menggunakan shift 10-12 jam dan metode lain yang biasa.

Pada suatu pelayanan profesional, jumlah tenaga yang diperlukan tergantung pada jumlah pasien dan derajat ketergantungan pasien. Menurut Douglas, 1994; loveridge dan cummings, 1996) klasifikasi derajat ketergantungan pasien dibagi 3 kategori yaitu : Perawatan minimal memerlukan waktu 1-2 jam /24 jam, Perawatan intermediet memerlukan 3-4 jam/24 jam, Perawatan maksimal atau total memerlukan waktu 5-6 jam/24 jam.

Dalam suatu penelitian (1975) tentang jumlah perawat di rumah sakit, didapatkan jumlah perawat yang dibutuhkan pada waktu pagi, sore, dan malam hari tergantung tingkat ketergantungan seperti pada uraian di bawah ini :

2.3.1 Minimal care

Pasien yang menerima asuhan keperawatan minimal adalah Pasien bisa mandiri/hampir tidak memerlukan bantuan, Mampu naik turun tempat tidur, Mampu ambulasi dan berjalan sendiri, Mampu mandi sendiri, Mampu membersihkan mulut (sikat gigi sendiri), Mampu berpakaian dan berdandan dengan sedikit bantuan, Status psikologis stabil, Pasien dirawat untuk prosedur diagnostik, Operasi ringan.


(34)

2.3.2 Partial care

Pasien yang memerlukan bantuan perawat sebagian (partial care) adalah Membutuhkan bantuan 1 orang untuk naik turun tempat tidur, Membutuhkan bantuan untuk ambulasi/berjalan, Membutuhkan bantuan dalam menyiapkan makanan, Membutuhkan bantuan untuk makan (disuap), Membutuhkan bantuan untuk kebersihan mulut, Membutuhkan bantuan untuk berpakaian dan berdandan, Membutuhkan bantuan untuk BAB dan BAK (tempat tidur.kamar mandi), Post operasi minor (24 jam), Melewati fase akut dari post operasi mayor, Fase awal penyembuhan, Observasi tanda-tanda vital setiap 24 jam, Gangguan emosional ringan.

2.3.3 Total care

Pasien yang menerima asuhan keperawatan total atau maksimal adalah Pasien memerlukan bantuan perawat sepenuhnya dan memerlukan waktu perawat yang lebih lama, Membutuhkan 2 orang atau lebih untuk mobilisasi dari tempat tidur ke kereta dorong/kursi roda, Membutuhkan latihan pasif, Kebutuhan nutrisi dan cairan terpenuhi melalui intravena (infus) atau NGT (sonde), Membutuhkan bantuan untuk kebersihan mulut, Membutuhkan bantuan penuh untuk berpakaian dan berdandan, Dimandikan perawat, Dalam keadaan inkontinensia, menggunakan kateter, 24 jam post operrasi mayor, Pasien tidak sadar, Pasien dalam keadaan tidak stabil, Observasi TTV setiap kurang dari 1 jam, Perawatan luka bakar, Perawatan kolostomi, Menggunakan alat bantu pernapasan (respirator), Menggunakan WSD, Irigasi kandung kemih secara terus menerus,


(35)

Menggunakan alat traksi (skeletal traksi), Fraktur atau pasca operasi tulang belakang/leher, Gangguan emosional berat, bingung dan disorientasi.

2.4 Directing (pengarahan)

Pengarahan adalah hubungan antara aspek-aspek individual yang ditimbulkan oleh adanya pengaturan terhadap bawahan-bawahan untuk dapat dipahami dan pembagian pekerjaan yang efektif untuk tujuan perusahaan yang nyata.

Kepemimpinan merupakan faktor penting dalam keberhasilan manajemen. Menurut Stogdill dalam Swanburg (2000), kepemimpinan adalah suatu proses yang mempengaruhi aktivitas kelompok terorganisasi dalam upaya menyusun dan mencapai tujuan. Gardner dalam Swanburg (2000), menyatakan bahwa kepemimpinan sebagai suatu proses persuasi dan memberi contoh sehingga individu (pimpinan kelompok) membujuk kelompoknya untuk mengambil tindakan yang sesuai dengan usulan pimpinan atau usulan bersama.

Seorang manajer yang ingin kepemimpinannya lebih efektif harus mampu untuk memotivasi diri sendiri untuk bekerja dan banyak membaca, memiliki kepekaan yang tinggi terhadap permasalahan organisasi, dan menggerakkan (memotivasi) staffnya agar mereka mampu melaksanakan tugas-tugas pokok organisasi.

Menurut Lewin dalam Swanburg (2000), terdapat beberapa macam gaya kepemimpinan yaitu :


(36)

2.4.1 Autokratik

Pemimpin membuat keputusan sendiri. Mereka lebih cenderung memikirkan penyelesaian tugas dari pada memperhatikan karyawan. Kepemimpinan ini cenderung menimbulkan permusuhan dan sifat agresif atau sama sekali apatis dan menghilangkan inisiatif.

2.4.1 Demokratis

Pemimpin melibatkan bawahannya dalam proses pengambilan keputusan. Mereka berorientasi pada bawahan dan menitikberatkan pada hubungan antara manusia dan kerja kelompok. Kepemimpinan demokratis meningkatkan produktivitas dan kepuasan kerja.

2.4.2 Laissez faire

Pemimpin memberikan kebebasan dan segala serba boleh, dan pantang memberikan bimbingan kepada staff. Pemimpin tersebut membantu kebebasan kepada setiap orang dan menginginkan setiap orang senang. Hal ini dapat mengakibatkan produktivitas rendah dan karyawan frustasi.

Manajer perawat harus belajar mempraktekkan kepemimpinan perilaku yang merangsang motivasi pada para pemiliknya, mempraktekkan keperawatan professional dan tenaga perawat lainnya. Perilaku ini termasuk promosi autonomi, membuat keputusan dan manajemen partisipasi oleh perawat professional.

2.5 Controlling (pengendalian/evaluasi)

Fungsi pengawasan atau pengendalian (controlling) merupakan fungsi yang terakhir dari proses manajemen, yang memiliki kaitan yang erat dengan


(37)

fungsi yang lainnya. Pengawasan merupakan pemeriksaan terhadap sesuatu apakah terjadi sesuai dengan rencana yang ditetapkan/disepakati, instruksi yang telah dikeluarkan, serta prinsip-prinsip yang telah ditentukan, yang bertujuan untuk menunjukkan kekurangan dan kesalahan agar dapat diperbaiki (Fayol, 1998).

Pengawasan juga diartikan sebagai suatu usaha sistematik untuk menetapkan standard pelaksanaan dengan tujuan perencanaan, merancang sistem informasi timbal balik, membandingkan kegiatan nyata dengan standard yang telah ditetapkan sebelumnya, menentukan dan mengukur penyimpangan-penyimpangan, serta mengambil tindakan yang digunakan dengan cara paling efektif dan efisien dalam pencapaian tujuan perusahaan (Mockler, 2002).

Pengontrolan atau pengevaluasian adalah melihat bahwa segala sesuatu dilaksanakan sesuai dengan rencana yang disepakati, instruksi yang telah diberikan, serta prinsip-prinsip yang telah diberlakukan (Urwick, 1998). Tugas seorang manajemen dalam usahanya menjalankan dan mengembangkan fungsi pengawasan manajerial perlu memperhatikan beberapa prinsip berikut :

a. Pengawasan yang dilakukan harus dimengerti oleh staff dan hasilnya mudah diukur, misalnya menepati jam kerja.

b. Fungsi pengawasan merupakan kegiatan yang amat penting dalam upaya mencapai tujuan organisasi.

c. Standard unjuk kerja yang akan diawasi perlu dijelaskan kepada semua staf, sehingga staf dapat lebih meningkatkan rasa tanggung jawab dan komitmen terhadap kegiatan program.


(38)

d. Kontrol sebagai pengukuran dan koreksi kinerja untuk meyakinkan bahwa sasaran dan kelengkapan rencana untuk mencapai tujuan telah tersedia, serta alat untuk memperbaiki kinerja.

e. Terdapat sepuluh karakteristik suatu sistem control yang baik : f. Harus menunjukkan sifat dari aktivitas

g. Harus melaporkan kesalahan-kesalahan dengan segera h. Harus memandang ke depan

i. Harus menunjukkan penerimaan pada titik kritis j. Harus objektif

k. Harus fleksibel

l. Harus menunjukkan pola organisasi m.Harus ekonomis

n. Harus mudah dimengerti

o. Harus menunjukkan tindakan perbaikkan.

Untuk fungsi-fungsi control dapat dibedakan pada setiap tingkat manajer. Sebagai contoh, manajer perawat kepala dari satu unit bertanggung jawab mengenai kegiatan operasional jangka pendek termasuk jadwal harian dan mingguan, dan penugasan, serta pengunaan sumber-sumber secara efektif. Kegiatan-kegiatan control ditujukan untuk perubahan yang cepat.

Dua metode pengukuran yang digunakan untuk mengkaji pencapaian tujuan-tujuan keperawatan adalah:


(39)

a. Analisa tugas : kepala perawat melihat gerakan, tindakan dan prosedur yang tersusun dalam pedoman tertulis, jadwal, aturan, catatan, anggaran. Hanya mengukur dukungan fisik saja, dan secara relatif beberapa alat digunakan untuk analisa tugas dalam keperawatan.

b. Kontrol kualitas : Kepala perawat dihadapkan pada pengukuran kualitas dan akibat-akibat dari pelayanan keperawatan.

Apabila fungsi pengawasan dan pengendalian dapat dilaksanakan dengan tepat, maka akan diperoleh manfaat :

a. Dapat diketahui apakah suatu kegiatan atau program telah dilaksanakan sesuai dengan standard atau rencana kerja.

b. Dapat diketahui adanya penyimpangan pada pengetahuan dan pengertian staf dalam melaksanakan tugas-tugasnya

c. Dapat diketahui apakah waktu dan sumber daya lainnya telah mencukupi kebutuhan dan telah digunakan secara benar.

d. Dapat diketahui staf yang perlu diberikan penghargaan atau bentuk promosi dan latihan lanjutan.

3. Standar Asuhan keperawatan

Standar Asuhan Keperawatan (SAK) meliputi pengkajian, diagnosa, perencanaan, implementasi, evaluasi dan catatan asuhan keperawatan (Depkes, 2001). Tujuan utama standar asuhan keperawatan ini memberikan kejelasan dan pedoman untuk mengidentifikasi ukuran dan penilaian hasil akhir, dengan


(40)

demikian standar dapat meningkatkan dan memfasilitasi perbaikan dan pencapaian kualitas asuhan keperawatan (Sitorus, 2005).

3.1 Standar 1 : Pengkajian Keperawatan

Pengkajian merupakan dasar utama atau langkah awal dari proses keperawatan secara keseluruhan. Pada tahap ini semua data dan informasi tentang klien yang dibutuhakan dikumpulkan dan dianalisa untuk menentukan diagnosa keperawatan. Pengkajian keperawatan terdiri dari 3 tahap yaitu pengumpulan data, pengorganisasian atau pengelompokan data serta menganalisa data untuk merumuskan diagnosa keperawatan.

Komponen pengkajian keperawatan meliputi : a. Pengumpulan Data

Kriteria :

1) Menggunakan format yang baku. 2) Sistematis.

3) Diisi sesuai item yang tersedia. 4) Aktual (baru)

5) Abash (valid) b. Pengelompokan Data

Kriteria :

1) Data biologis 2) Data psikologis 3) Data sosial 4) Data spiritual


(41)

c. Perumusan Masalah Kriteria :

1) Kesenjangan antara status kesehatan dengan norma dan pola fungsi kehidupan.

2) Perumusan masalah ditunjang oleh data yang telah dikumpulkan.

3.2 Standar 2 : Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang menjelaskan status atau masalah kesehatan aktual dan potensial. Proses diagnostik mencakup analisis kritis dan interpretasi data, identifikasi masalah klien, dan perumusan diagnosa keperawatan.

Kriteria :

1) Diagnosa keperawatan dihubungkan dengan penyebab kesenjangan dan pemenuhan kebutuhan pasien.

2) Dibuat sesuai dengan wewenang perawat.

3) Komponennya terdiri dari masalah, penyebab dan gejala/ (PES) atau terdiri dari masalah dan penyebab (PE).

4) Bersifat aktual apabila masalah kesehatan pasien sudah nyata terjadi. 5) Bersifat potensial apabila masalah kesehatan pasien kemungkinan besar

akan terjadi.

6) Dapat ditanggulangi oleh perawat.


(42)

Rencana asuhan keperawatan adalah pedoman tertulis untuk perawatan klien. Rencana perawatan tertulis mendokumentasikan kebutuhan perawatan kesehatan klien, tujuan, hasil yang diharapkan dan aktifitas dan starategi keperawatan spesifik. Selama perencanaan perawat berkolaborasi dengan klien dan keluarganya juga berkonsultasi dengan tim perawat lainnya, menelaah literatur yang berkaiatan, memodifikasi asuhan dan mencatat informasi yang relevan tentang kebutuhan perawatan kesehatan klien dan klinik (Kusnanto, 2003).

3.4 Standar 4 : Tindakan Keperawatan

Potter dan Perry (2005) menjelaskan bahwa selama implementasi, perawat mengkaji kembali klien, memodifikasi rencana asuhan keperawatan, mengidentifikasi area bantuan, mengimplementasikan intervensi keperawatan dan mengkomunikasikan intervensi.

Komponen perencanaan keperawatan meliputi: a. Prioritas masalah

Kriteria:

1) Masalah-masalah yang mengancam kehidupan merupakan prioritas utama.

2) Masalah-masalah yang mengancam kesehatan seseorang adalah prioritas kedua.

3) Masalah-masalah yang mempengaruhi perilaku merupakan prioritas ketiga.


(43)

Kriteria: 1) Spesifik. 2) Bisa diukur. 3) Bisa dicapai. 4) Realistik.

5) Ada batas waktu.

c. Rencana tindakan Kriteria:

1) Disusun berdasarkan tindakan tujuan asuhan keperawatan. 2) Melibatkan pasien/keluarga.

3) Mempertimbangkan latar belakang bidaya pasien/keluarga. 4) Menentukan alternative tindakan yang tepat.

5) Mempertimbangkan kebijaksanaan dan peraturan yang berlaku, lingkungan, sumber daya dan fasilitas yang ada.

6) Menjamin rasa aman dan nyaman bagi pasien.

7) Kalimat instruksi, ringkas, tegas dengan bahasanya yang mudah dimengerti.

3.5 Standar 5 : Evaluasi Keperawatan

Menurut Depkes (2001), kriteria proses dalam evaluasi keperawatan adalah menyusun perencanaan evaluasi dari hasil intervensi secara komperehensif,


(44)

tepat waktu dan terus menerus, menggunakan data dasar dan respon klien dalam mengukur perkembangan kearah pencapaian tujuan, memvalidasi dan menganalisis data baru dengan teman sejawat, bekerja sama dengan klien dan keluarga untuk memodifikasi rencana asuhan keperawatan dan mendokumentasikan hasil evaluasi dan memodifikasi perencanaan.

Kriteria :

a) Setiap tindakan keperawatan dilakukan evaluasi.

b)Evaluasi hasil menggunakan indikator yang ada pada rumusan tujuan. c) Hasil evaluasi segera dicatat dan dikomunikasikan.

d)Evaluasi melibatkan pasien, keluarga dan tim kesehatan. e) Evaluasi dilakukan sesuai dengan standar.

3.6 Standar 6 : Catatan Asuhan Keperawatan

Catatan asuhan keperawatan adalah bukti pencatatan dan pelaporan yang dimiliki perawat dalam melakukan asuhan keperawatan. Dalam catatan asuhan keperawatan ini pencatatan yang dilakukan harus sesuai dengan yang dikerjakan dan yang ditulis dengan jelas sehingga dapat digunakan antar tim kesehatan.


(45)

B. Analisis Ruang Rawat

1. Pengkajian

Pengkajian sistem manajemen di ruangan RB1 dilakukan dengan analisa situasi pada tanggal 11-15 Juni 2012 melalui metode :

1.1 Wawancara yang dilakukan dengan kepala ruangan, CI dan beberapa perawat pelaksana.

1.2 Observasi dilakukan mahasiswa Profesi Ners pada shift pagi, meliputi observasi situasi dan kondisi ruangan, pelayanan asuhan keperawatan, penyediaan sarana dan prasarana, sistem kerja, dan komunikasi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan.

1.3 Penyebaran kuesioner kepuasan pasien terhadap pelayanan asuhan keperawatan pada tanggal 11-15 Juni 2012 kepada 10 orang pasien di ruang RB1-Onkologi (kuesioner tingkat kepuasan pasien), 21 bidan/perawat (kepuasan kerja bidan/perawat dan kepemimpinan kepala ruangan). Hal ini untuk mengidentifikasi unsur man, methode, money dan material pada sistem manajemen ruang rawat RB1. Setelah data terkumpul, kemudian dilakukan tabulasi dan analisa data. Gambaran umum Ruang Rawat Inap Rindu B1 (RB1) merupakan ruang rawat inap obgin/kebidanan. RB1 mempunyai kapasitas tempat tidur sebanyak 52 tempat tidur dengan pembagian empat ruangan, diantaranya ruangan Obstetri, Ginekologi, Onkologi dan VK.


(46)

2. Analisa Situasi

Setelah data terkumpul, kemudian dilakukan tabulasi dan analisa data. Gambaran hasil analisa situasi rungan di RB1 dideskripsikan sebagai berikut : 2.1 Man

1. Staffing

2.1.1.1Penghitungan kebutuhan tenaga perawat

Dari hasil wawancara dengan Kepala Ruangan RB 1 Obgyn pada tanggal 14 Juni 2012 diperoleh data rata-rata jumlah pasien di ruangan RB 1 Obgyn sebanyak 40 orang dimana jumlah tempat tidur di ruangan tersebut sebanyak 52 buah. Berdasarkan data tersebut diperoleh nilai BOR :

BOR = Jumlah pasien yang dirawat/hari X 100% Jumlah tempat tidur

= 40 X 100 % = 76,92 % 52

Tabel 2.2 Jumlah tenaga perawat yang dibutuhkan di ruang rawat inap RB1-Obgin berdasarkan kategori asuhan keperawatan menurut Depkes (2002)

No Kategori Rata-rata jumlah pasien/hari

Rata-rata jam perawatan/hari

Total

perawatan/hari

1. Askep Minimal 20 2 40

2. Askep Sedang 10 3,08 30,8

3. Askep Agak Berat 7 4,15 29,05

4. Askep Maksimal 3 6,16 18,48

Total 40 118,33

1) Jumlah perawat yang dibutuhkan adalah :

Jumlah total perawatan = 118,33 = 16,90 orang Jam efektif perawat 7

2) Jumlah Hari Libur (loss day) :

(Jumlah hari minggu/tahun+cuti+hari besar) X jumlah perawat


(47)

(52+12+14) X16,90 = 4,60 286

3) Pekerjaan Non Keperawatan

(Jumlah perawat yang dibutuhkan + jumlah hari libur) X 25% (16,90 + 4,60) x 25% = 5,37orang

4) Jumlah Kebutuhan Perawat

Jumlah perawat yang dibutuhkan + Jumlah hari libur + Pekerjaan non keperawatan

16,90 + 4,60 + 5,37 = 26,87 (27orang)

Maka, jumlah perawat yang dibutuhkan di ruang rawat inap RB1-Obgin menurut Depkes adalah 27 orang + 1 orang kepala ruangan = 28 orang. Dapat disimpulkan bahwa ruangan rawat inap RB1 kekurangan tenaga kerja sebanyak 5 orang.

Tabel 2.3 Jumlah tenaga perawat yang dibutuhkan di ruang rawat inap RB1-Obgin berdasarkan kategori asuhan keperawatan menurut Douglas (1975) No Kategori Rata-rata

pasien/hari

Jumlah Kebutuhan Perawat

Pagi Siang Malam

1. Minimal care/mandiri

20 0,17x20=3,4 0,14x20=2,8 0,10x20=2 2. Partial Care 17 0,27x17=4,59 0,15x17=2,55 0,07x17=1,19 3. Total Care 3 0,36x3=1,08 0,30x3=0,9 0,20x3=0,6

Jumlah 40 9,07 (9 perawat)

6,25 (6 perawat)

3,79 (4 perawat) Jumlah kebutuhan perawat/hari = 9+6+4 = 19 orang

Faktor libur dan cuti = 25%X 19 = 4,75 = 5 perawat

Jadi, jumlah perawat yang dibutuhkan berdasarkan ketergantungan pasien menurut Douglas adalah :

P+S+M+L+ 1 Karu+ 2 Ka.Group = 19+5+1+2 = 27 perawat

Dapat disimpulkan berdasarkan ketergantungan pasien menurut Douglas, ruangan RB1 kekurangan tenaga kerja sebanyak 4 orang.


(48)

Pendistribusian tenaga keperawatan yang ada di ruangan RB1 berdasarkan dinas RB1 sebagai berikut :

Pagi : 8-10 orang Sore : 3 orang Malam : 3 orang Libur/cuti : 2 orang

Adapun jadwal dinas pegawai di ruangan RB 1 disusun sekali sebulan oleh Kepala Ruangan. Setiap hari dibagi menjadi tiga shift yaitu pagi, sore dan malam. Pembagian jam kerja adalah :

Pagi : 08.00-14.15 WIB Sore : 14.15-20.15 WIB Malam : 20.15-08.15 WIB

Dalam pengaturan jadwal pegawai, apabila setiap pegawai yang masuk dinas malam selama 3 hari maka pegawai tersebut akan libur selama 3 hari dan apabila pegawai ingin izin maka digantikan dengan mengurangi hari libur dari dinas malam pegawai tersebut dan tidak mendapatkan uang makan. Untuk pengaturan jadwal cuti, dengan cara diundi pada akhir tahun dan hanya 2 orang pegawai/bulan. Sedangkan pengaturan jadwal bagi pegawai yang melanjutkan tugas belajar, maka pegawai tersebut diliburkan dari tugasnya sampai pegawai tersebut menyelesaikan pendidikannya.

Pegawai di ruangan RB1 diperbolehkan melanjutkan tugas belajar dalam pengembangan ilmu dengan criteria telah memilki lama masa kerja minimal 5 tahun, kemudian pegawai tersebut membuat surat permohonan ke bidang


(49)

pendidikan dan pelatihan dan apabila telah mendapat izin maka diperbolehkan untuk melanjutkan tugas belajar tersebut. Penyusunan Jadwal dinas pegawai tidak berdasarkan kriteria tertentu dan tidak berdasarkan kepada tingkat ketergantungan pasien, hal ini karena keterbatasan tenaga perawat di ruangan RB1, sehingga pembuatan jadwal dinas dilakukan oleh kepala ruangan yaitu shift pagi 8-10 orang dan paling banyak 12 orang, shift sore 3 orang dan shift malam 3 orang.

Kepala Group akan melakukan pertemuan dengan perawat/bidan pelaksana setiap pagi sekitar 15 menit sebelum operan bed to bed, membacakan rawatan pada pagi hari dan tindakan yang akan dilakukan terhadap pasien. Perawat/ bidan akan mendampingi pasien pada saat visite dokter. Dari hasil penyebaran kuesioner yang dilakukan pada tanggal 11-15 Juni 2012 terhadap 10 orang pasien didapatkan data bahwa tingkat kepuasan pasien dalam menerima pelayanan keperawatan/kebidanan diketahui bahwa 4,8 % pasien puas terhadap pelayanan yang diberikan di ruangan khusunya pelayanan di ruang onkologi dan 95,2 % cukup puas terhadap pelayanan yang diberikan. Namun sebanyak 80% dari 10 responden menyatakan bahwa perawat/ bidan jarang mengunjungi pasien di ruangan dan akan lebih sering kontak dengan mahasiswa yang sedang praktek dan pelayanan yang diberikan tidak tepat waktu.

2.1.1.2 Gambaran tenaga perawat di ruangan RB 1 Obgyn

Ruangan RB1 memiliki 23 tenaga baik bidan/perawat yang terdiri dari DIV Kebidanan/SST 2 orang, DIII Kebidanan 10 orang, DIII Keperawatan 3


(50)

orang, DI Kebidanan 7 orang dan 1 orang SMA. Terdiri dari 1 kepala ruangan, 2 kepala tim, CI 1 orang, TU 2 orang dan perawat pelaksana 17 orang.

TABEL 2.1 DAFTAR NAMA TENAGA DI RUANG RB1-OBGIN RSUP HAM

No Nama Golongan Pendidikan Jabatan

1. Rosmahasa, AMKeb III/d DIII/AMKeb Karu 2. Kristina Ginting, AMK III/d DIII/AMK Katim II 3. T. Sy. Amelia, AMK III/c DIII/AMK Katim I 4. Sri Ulina, AMKeb III/c DIII/AMKeb PP I

5. Pulung III/c DI/Bidan PP II

6. Nahemia III/b DI/Bidan PP I

7. Purnama, AMKeb III/b DIII/AMKeb Tata Usaha

8. Ikut Muli III/b DI/Bidan PP I

9. Ritha Panjaitan III/b DI/Bidan PP I 10. Nursahjan Hrp, AMKeb III/b DIII/AMKeb PP I 11. Arihta Ginting III/b DI/Bidan PP II 12. Sumi Ariani, SST III/a DIV/SST CI 13. Sabarati Karo-Karo III/a DI/Bidan PP II 14. Resliana, AMKeb III/a DIII/AMKeb PP II 15. Rotua Ida Simamora II/d DI/Bidan PP 1 16. Itona L. Manik, SST II/d DIV/SST PP II 17. Eni Syahputri, AMKeb II/d DIII/AMKeb PP II 18. Ameria A, AMKeb II/d DIII/AMKeb PP II 19. Lasmaria, AMKeb II/d DIII/AMKeb PP II 20. Hartanta, AMKeb II/d DIII/AMKeb PP I 21. Arie Siswana, AMKeb II/c DIII/AMKeb PP I

22. Nurleli DIII/AMK PP I

23. Tumpak Meha II/b SMA Tata Usaha

Berdasarkan wawancara dengan Karu RB 1 Obgyn, tenaga bidan/perawat di ruangan RB1 memiliki lama masa kerja yang berbeda-beda yaitu 17 orang telah memiliki lama masa kerja > 15 tahun dan 6 orang dengan lama masa kerja < 15 tahun. Perawat/Bidan diberikan izin dan kesempatan untuk melanjutkan pendidikan formal dengan biaya sendiri dan pendidikan non formal atau pelatihan. Adapun pelatihan yang pernah diikuti oleh perawat/bidan di Ruangan RB 1 Obgyn yaitu pelatihan EKG, WSD, RJP, K3RS, Infeksi


(51)

Nosokomial, Kebutuhan Dasar, Kemoterapi, IMD. Sedangkan, pelatihan yang pernah diikuti oleh Kepala Ruangan RB1 diantaranya pelatihan PONEK, perinatologi, audit keperawatan RS, manajemen bangsal, kode etik keperawatan dan kebidanan, PPGD dan KB.

Berdasarkan hasil dari wawancara dengan Karu, didapatkan hasil bahwa di ruangan RB 1 Obgyn tidak pernah merencanakan pertemuan khusus dengan perawat Saat ini Karu dan perawat jarang melaksanakan konferensi sebelum melayani pasien disebabkan oleh beban tugas yang diberikan kepada Karu. Perawat hanya berkumpul di pagi hari untuk pembagian tugas yang dipimpin oleh Katim, jika Katim tidak ada maka pembagian tugas dilakukan oleh perawat yang lebih senior. Karu selalu menegur pegawainya yang tidak datang tepat waktu.

2.1.1.3 Pengadaan tenaga perawat

Perekrutan pegawai di ruangan RB 1 Obgyn dilakukan secara sentral melalui seleksi Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) yang dilakukan Kemenkes dan Ujian dari Rumah Sakit untuk tenaga honorer. Kepala Ruangan RB 1 Obgyn memberitahukan kepada Kapokja Lantai I Instalasi Rindu B mengenai kekurangan tenaga kerja di ruangan RB 1 Obgyn kemudian Kapokja melaporkan kepada Waka Instalasi dan ditindaklanjutkan kepada kepala instalasi dan diteruskan kepada bidang keperawatan.

Tenaga keperawatan yang lulus seleksi akan mengikuti orientasi di semua ruangan selama 3 bulan. Untuk tenaga keperawatan baru di Instalasi Rindu B dilakukan training dengan mengikuti pelatihan kompetensi, dan mengikuti jadwal


(52)

dinas seperti biasa dengan didampingi oleh perawat senior. Orientasi yang diberikan meliputi Struktur organisasi Instalasi Rindu B, Prosedur Kerja, Disiplin dan Peraturan Kerja, Sistem penugasan dan jadwal dinas, Sarana dan prasarana yang ada, Penjelasan mengenai kebijakan dan prosedur kerja rumah sakit dan bidang keperawatan.

Adapun kriteria pegawai yang ditempatkan di Ruangan RB 1 Obgyn adalah minimal pendidikan D3 Keperawatan atau D3 Kebidanan, sudah mendapat orientasi selama 3 bulan dan orientasi berbasis kompetensi dasar keperawatan atau kebidanan.

2. Organizing

Adapun gambaran struktur organisasi di ruangan RB1 yang etrdiri dari 1 orang Kepala Ruangan, 2 orang Kepala Group, 1 orang CI, 2 orang tata usaha, dan 17 orang perawat/bidan pelaksana.


(53)

Kepala Ruangan ( Rosmahasa, AMKeb )

CI RB 1

( Sumi Ariani, SST)

Nursahjan Hrp, AMKeb Resliana, AMKeb Sri Ulina, AMKeb Ameria , AMKeb Hartanta, AMKeb Eny Syahputri, AMKeb Arie Siswana, AMKeb Itona, SST

Ritha Panjaitan Lasmaria, AMKeb Nahemia Sabarati Karo-Karo Ikut Muli Pulung

Rotua Ida Simamora Arihta Ginting Nurleli, AMK

Skema 1. Struktur Organisasi Ruangan Rindu B1 Obgyn RSUP H. Adam Malik Medan. Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Ruangan bahwa metode penugasan yang digunakan di ruangan RB1 adalah metode tim dengan 2 tim yang dipimpin oleh masing-masing Kepala Group atau Kepala Tim dengan latar belakang pendidikan DIII Keperawatan. Namun dalam pelaksanaannya menurut

Tata Usaha (Purnama Am,Keb) (Tumpak Meha)

Ka. Group I VK/Obstetri/Ginekologi (T. Sy Amelia, AMK)

Ka. Group II Onkologi Kristina Ginting, AMK


(54)

hasil observasi, masih dilakukan dengan metode fungsional, disebabkan kekurangan tenaga dalam pelaksanaannya.

Deskripsi kerja masing-masing pegawai di ruangan RB1 sudah jelas, tetapi dalam pelaksanaannya karena kekurangan tenaga kerja dan beban kerja tinggi, sehingga kinerja dari perawat/bidan sulit dinilai karena adanya tugas yang merangkap. Pendelegasian tugas dilakukan dengan jelas, apabila Kepala Ruangan tidak hadir, pendelegasian dilakukan kepada salah satu Kepala Group dan apabila Kepala Group yang tidak hadir, pendelegasian dilakukan kepada perawat/bidan yang paling senior.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan pasien tentang pelaksanaan pendidikan kesehatan kepada pasien di ruangan Onkologi hanya dilakukan di awal saat pasien baru masuk mengenai cara mencuci tangan dengan benar, namun saat pasien pulang pendidikan kesehatan tidak pernah diberikan kepada pasien. Dan berdasarkan hasil kuesioner kepuasan pasien diperoleh data bahwa kontak antara antara pasien dengan perawat/bidan sangat kurang dan tidak tepat waktu.

3. Actiating/ Directing

Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Ruangan di ruangan RB 1 Obgyn mengatakan bahwa Kepala Ruangan merencanakan mengadakan pertemuan khusus dengan staff di saat senggang jadwal visite dokter tidak ada yaitu 2 kali 1 minggu (hari senin dan kamis) tetapi pertemuan tersebut sudah


(55)

jarang dilakukan kecuali jika ada keperluan. Untuk meningkatkan SDM pegawai di ruangan RB1, maka Kepala Ruangan melakukan penilaian meliputi penilaian terhadap kinerja para pegawai, penilaian terhadap kehadiran pegawai dan terhadap etika para pegawai dimana penilaian ini dilakukan sekali dalam satu bulan oleh Kepala Ruangan.

4. Controlling

Ruangan RB1 memiliki penilaian terhadap kinerja perawat meliputi penilaian cara bekerja perawat di ruangan tersebut dan apabila perawat tersebut melakukan kesalahan dalam bekerja, maka perawat tersebut akan diberi teguran dan membuat perjanjian atas kesalahan yang telah dilakukan. Selain itu, dilakukan juga penilaian terhadap kehadiran dan etika para pegawai. Penilaian terhadap kinerja perawat ini dilakukan satu kali dalam sebulan dan yang memberikan penilaian adalah Kepala Ruangan.

Berdasarkan hasil observasi mahasiswa, Kepala Ruangan setiap hari melakukan supervisi. Hal ini dibuktikan dengan adanya pengontrolan dari Kepala Ruangan terhadap pekerjaan yang dilakukan oleh pegawai, adanya operan bed to bed dengan beberapa pegawai serta adanya pengontrolan terhadap alat keperawatan yang ada di ruangan RB1. Monitoring pendokumentasian asuhan keperawatan/kebidanan dilakukan oleh Kepala Group, namun karena beban kerja yang tinggi dan kurangnya tenaga kerja kadang pendokumentasian tidak dilakukan.


(56)

5. Methode

2.1.5.1 Tujuan Pelayanan

Berdasarkan hasil pengkajian dan observasi di Ruangan RB 1 Obgyn pada tanggal 11 – 16 Juni 2012, Ruangan RB 1 memiliki visi, misi, falsafah dan motto keperawatan yang dijadikan sebagai pedoman dalam memberikan pelayanan kesehatan yang diadopsi dengan visi, misi, falsafah dan motto Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan, yakni :

Visi Keperawatan : Menjadi unggulan pelayanan dan asuhan keperawatan untuk

tercapainya derajat kesehatan masyarakat yang optimal tahun 2015.

Misi Keperawatan :

i. Memberi pelayanan dan asuhan keperawatan yang paripurna, bermutu dan terjangkau oleh semua lapisan masyarakat.

ii. Melaksanakan bimbingan pelaksanaan pelayanan dan asuhan keperawatan uantuk mengahsilkan SDM keperawatan yang profesional dengan penggunaan logistik keperawatan secara efisien dan efektif.

Falsafah Pelayanan Keperawatan : Memberi bantuan paripurna dan efektif untuk memenuhi kebutuhan biopsikososial dan kultural yang komprehensif dengan mengutamakan kepentingan pasien melalui pendekatan proses keperawatan oleh tenaga keperawatan.

Motto Pelayanan Keperawatan

Dalam melaksanakan pelayanan dan asuhan kepaerawatan harus bersikap : i. Senyum yang manis


(57)

iii. Sentuh dengan kasih sayang

2.1.5.2Metode Penugasan

Sistem pendelegasian tugas keperawatan di Ruangan RB 1 Obgyn dilaksanakan dengan metode Tim dimana pendelegasian dilakukan dari Kepala Ruangan kepada Ketua Tim yang bertugas dan apabila ada perawat pelaksana yang tidak hadir maka Kepala Ruangan akan menunjuk perawat lain yang tidak bertugas pada hari tersebut.

2.1.5.3Dokumentasi Keperawatan

Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Ruangan bahwa ruangan RB1 tidak memiliki Standar Asuhan Keperawatan (SAK) tetapi memiliki Standar Asuhan Kebidanan sehingga asuhan keperawatan tidak terlaksana. Setiap tindakan yang akan dilakukan kepada pasien memiliki Standar Operasional Keperawatan (SOP) yang jelas. Berdasarkan hasil observasi bahwa para perawat di ruangan RB1 dalam melakukan tindakan keperawatan kepada pasien belum melakukan cara cuci tangan dengan benar, dimana perawat/bidan hanya melakukan cuci tangan setelah selesai melakukan tindakan, seharusnya perawat/bidan mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan keperawatan agar tidak terjadi infeksi nosokomial atau memperkecil terjadinya angka infeksi nosokomial.

2.2 Material

Berdasarkan informasi yang diperoleh dan observasi yang dilakukan ditemukan bahwa pengadaan inventaris alat dilakukan oleh pihak Rumah Sakit


(58)

dengan standart minimal vital sign, alat GV ada pada setiap ruangan poli ditambah lagi dengan adanya peralatan dari PPDS, co-ass dan mahasiswa. Pengawasan inventaris dilakukan langsung oleh kepala poliklinik dan bila ada kekurangan akan dilaporkan ke bagian instalasi rawat jalan.

Kepala Ruangan juga melakukan supervisi terhadap keadaan logistik di ruangan RB1. Dari hasil pengamatan, tindakan ganti perban setiap hari dilakukan kepada pasien sementara peralatan ganti perban di ruangan hanya dua yang tersedia, hal ini juga menimbulkan pemberian asuhan dan pengoabatan menjadi terganggu. Pada dasarnya, pengklasifikasian ruangan dengan penyakit pasien sudah disesuaikan, namun karena kondisi jumlah pasien yang melebihi kapasitas tempat tidur, pengklasifikasian tidak sesuai.

2.3 Money

Sistem budgeting di Ruangan RB 1 Obgyn dikelola langsung oleh direktorat Rumah Sakit. Bagian direktorat rumah sakit bertugas dalam mengelola gaji pegawai dan tunjangan uang makan. Sedangkan pembayaran tunjangan jasa pelayanan pegawai dan biaya pasien yang dirawat di Ruangan RB 1 Obgyn dikelola oleh bagian keuangan Kasir Instalasi terpadu. Besarnya pemberian gaji berdasarkan lamanya masa kerja dan golongan pegawai tersebut sedangkan besarnya pemberian jasa pelayanan sudah ditentukan oleh pihak rumah sakit.

Dalam penyediaan alat-alat di Instalasi Rindu B, pihak Instalasi Rindu B hanya mengajukan daftar kebutuhan alat-alat yang dibutuhkan, bukan mengajukan jumlah dana yang dibutuhkan.


(59)

(60)

Analisa Situasi yang didapat di Ruangan Rindu B1 Obgyn RSUP Haji Adam Malik Medan Tahun 2012 sebagai berikut:

a. Man

Tabel 2.6 Analisa SWOT di Instalasi RB1 RSUP HAM Medan 2012

Strenght (Kekuatan) Weakness (Kelemahan) Opportunity (Kesempatan) Threatened (Ancaman)

a. Perawat diberi izin oleh pihak RS untuk belajar dan melanjutkan pendidikan lebih tinggi serta mengikuti pelatihan-pelatihan. b. Karu melakukan operan bed to

bed dengan perawat pada pasien saat shift pagi dan Kepala Group melakukan pertemuan dengan perawat/bidan pelaksana setiap pagi sekitar 15 menit sebelum operan bed to bed, membacakan rawatan pada pagi hari dan tindakan yang akan dilakukan terhadap pasien.

c. Pegawai mendampingi pasien pada saat visite dokter

a. Tenaga perawat/bidan di RB1 kurang dengan hasil perhitungan menurut Depkes dibutuhkan 28 orang,

menurut Douglas 27 orang, sehingga kekurangan tenaga 4-5 orang.

b. Hasil kuesioner kepuasan pasien terhadap pelayanan di ruangan Onkologi khusunya mengatakan bahwa kontak pasien dengan perawat/bidan di ruangan sangat kurang dan tidak tepat waktu.

a. Adanya mahasiswa Fakultas Kedokteran, Fakultas

Keperawatan, Stikes, Akbid dan Akper yang praktek di ruangan. b.Terbukanya kesempatan untuk

mengikuti pelatihan-pelatihan keterampilan keperawatan.

a.Anggapan masyarakat bahwa RSUP HAM Medan

merupakan rumah sakit pendidikan, yang menjadikan pasien sebagai lahan praktek. b.Adanya asumsi masyarakat

bahwa rumah sakit swasta jauh lebih baik bila

dibandingkan dengan rumah sakit pemerintah


(61)

Strenght (Kekuatan) Weakness (Kelemahan) Opportunity (Kesempatan) Threatened (ancaman) a. Ruangan memiliki struktur organisasi

yang jelas

b. Ruangan memiliki alur pendelegasian tugas dengan metode tim.

c. Ruangan memiliki batasan jam kerja dalam setiap shift dan ada penanggung jawab dalam setiap shift.

d. Karu melakukan supervisi terhadap pegawai dan pasien setiap hari

e. Adanya supervisi bidang keperawatan yang dilakukan setiap hari ke ruangan oleh pihak instalasi atau kapokja dalam pemberian pelayanan keperawatan f. Adanya kolaborasi dan koordinasi yang

baik dengan tim kesehatan lain.

a. Belum ada pemberian pendidikan kesehatan secara terjadwal terutama untuk persiapan pasien pulang.

b. Pelaksanaan metode penugasan tim belum murni

dilaksanakan, karena kurangnya tenaga sehingga

beberapa perawat/bidan ahli dalam bidang tertentu, sehingga batasan deskripsi kerja masing-masing pegawai tidak jelas.

a. Adanya kesempatan untuk mendapatkan pendelegasian tugas

b. Adanya mahasiswa yang praktek sehingga pemberian asuhan dapat berjalan lancar.

Adanya tuntutan akan pelayanan keperawatan yang lebih baik dan profesional.


(62)

Strenght (Kekuatan) Weakness (Kelemahan) Opportunity (Kesempatan) Threatened (ancaman) a. Ruangan V memiliki sistem budgeting

yang diatur langsung oleh rumah sakit baik untuk pelayanan maupun untuk penggajian pegawai ruangan.

b. Adanya jasa pelayanan di luar gaji yang dikeluarkan oleh pihak rumah sakit setiap bulan dan diberikan kepada perawat

- Adanya bantuan/jaminan pembayaran bagi masyarakat miskin melalui JAMKESMAS (jaminan kesehatan msyarakat), bantuan dari PEMPROVSU dan ASKES sosial.

-

d. Material

Strenght (Kekuatan) Weakness(Kelemahan) Opportunity (Kesempatan) Threatened (Ancaman) a. KKeeppaallaa rruuaannggaann mmeennggaaddaakkaann ssuuppeerrvviissii

t

teerrhhaaddaappkkeeaaddaaaannllooggiissttiikkddiirruuaannggaan n

b. RRuuaannggaann ssuuddaahh mmeemmiilliikkii ppeemmbbuuaannggaann s

saammppaahhmmeeddiissddaannnnoonnmmeeddiiss. .

a. Kurangnya

persediaan alat untuk ganti perban

b. Pengklasifikasian ruangan tidak sesuai dengan penyakitnya.

2.Adanya kebutuhan dana/ anggaran dari pemerintah bekerjasama dengan perusahaan dari luar yang memasok dan mensubsidi peralatan di rumah sakit.

3.Rumah sakit RSUP HAM Medan memiliki fasilitas pemeriksaan yang lengkap dan canggih

Adanya persaingan mutu pelayanan antar rumah sakit terkait dengan kelengkapan logistik


(63)

3. Rumusan Masalah

Dari hasil pengkajian yang diperoleh oleh praktikan, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :

1. Kurangnya tenaga perawat/bidan di ruangan Rindu B 1 Obgyn 2. Kurangnya persediaan alat untuk ganti perban

3. Pemberian Pendidikan kesehatan tentang penyakit kepada pasien dan keluarga pasien belum optimal

4. Rencana Penyelesaian masalah

Berdasarkan perumusan masalah yang diperoleh, maka intervensi yang dapat dibuat untuk mengatasi masalah tersebut di atas adalah :

a. Kurangnya tenaga perawat/bidan di ruangan RB1,

Jumlah tenaga perawat termasuk kepala ruangan, ketua tim dan perawat pelaksana yang tersedia ada sebanyak 23 orang. Sedangkan dari hasil perhitungan jumlah tenaga perawat menurut Douglas adalah 27 orang dan menurut Depkes sebanyak 28 orang. Sehingga RB1 kekurangan 4-5 orang pegawai. Segala urusan administrasi pasien sebaiknya bukan diselesaikan oleh tenaga medis (perawat/bidan) melainkan ada khusus pegawai lulusan ekonomi atau perpustakaan sehingga perawat/bidan dapat lebih fokus dalam pemberian asuhan kepada pasien.


(64)

b. Kurangnya persediaan alat untuk ganti perban,

Alat ganti perban yang tersedia hanya 2 set dan tidak sebanding dengan jumlah pasien yang akan dilakukan tindakan ganti perban, kerena waktu untuk mensterilkan 1 set memerlukan waktu ± 45-60 menit.

c. Pemberian Pendidikan kesehatan tentang penyakit kepada pasien dan keluarga pasien belum optimal

Pemberian pendidikan kesehatan tentang penyakit atau tindakan terapi belum optimal, pemberian pendidikan kesehatan hanya diberikan pada saat klien dan keluarga baru masuk untuk rawat inap dan pendidikan yang diberikan oleh perawat/bidan hanya cara cuci tangan. Hal ini terjadi karena beban kerja perawat/bidan yang cukup tinggi terutama saat pasien akan dilakukan pemeriksaan atau tindakan terapi serta saat pasien ingin pulang.


(65)

Planning Of Action

Tabel 2.7 Rencana Penyelesaian Masalah Berdasarkan Masalah yang Ditemukan di Ruangan RB1 RUMUSAN MASALAH RENCANA PENYELESAIAN TARGET WAKTU INDIKATOR KEBERHASILAN PENANGGUNG JAWAB

Kurangnya tenaga perawat/bidan di ruangan RB1

- Mengusulkan kepada KaRu agar mengajukan kepada Kapokja untuk penambahan pegawai di ruangan Rindu B1 Obgyn dengan jumlah tenaga sesuai dengan perhitungan BOR.

Jum’at, 22 Juni 2012

Kebutuhan

perawat/bidan diajukan ke Kapokja Lantai 1 Instalasi Rindu B

- Mei Sinaga, S.Kep

- Meli Puspita, S.Kep

Kurangnya persediaan alat untuk ganti perban

- Mengusulkan kepada KaRu untuk mengamprah penambahan jumlah alat ganti perban ke Kapokja Lantai 1 Instalasi Rindu B

Sabtu, 23 Juni 2012

Adanya penambahan alat ganti perban di ruangan RB1 minimal 1 set.

- Mei Sinaga, S.Kep

- Meli Puspita, S.Kep

Pendidikan kesehatan belum terlaksana oleh perawat ruangan karena beban kerja yang cukup tinggi

- Memberikan Pendidikan kesehatan tentang Kanker serviks dan Kemoterapi - Memberikan leaflet Kanker

Serviks dan Kemoterapi

Sabtu, 23 Juni 2012 Jumat, 22 Juni 2012

- Adanya leaflet yang

disediakan oleh mahasiswa PBLK sebanyak 15 lembar

- Mei Sinaga S.Kep - Meli Puspita S.Kep


(66)

- Mengusulkan kepada KaRu dan CI untuk membuat

kebijakan kepada mahasiswa-mahasiswa yang

dinas di ruangan RB1 untuk melakukan pendidikan kesehatan kepada pasien yang dirawat diruangan.

Jumat, 22 Juni 2012

- Adanya kebijakan yang dibuat KaRu dalam bentuk tertulis mengenai: pelaksanaan pendidikan

kesehatan oleh mahasiswa-mahasiswa

yang dinas di ruangan RB1

- Mei Sinaga S.Kep - Meli Puspita, S.Kep


(67)

5. Implementasi

Berdasarkan rencana tindakan yang dilakukan untuk mengatasi masalah yang ditemukan di ruang RB1, maka mahasiswa melakukan :

a. Mengusulkan kepada KaRu agar mengajukan kepada Kapokja untuk penambahan pegawai di ruangan Rindu B1 Obgyn dengan jumlah tenaga sesuai dengan perhitungan BOR. Hal ini diharapkan agar nantinya jika dipenuhi penambahan tenaga, jobdesc dan pendidikan kesehatan dapat terlaksana dengan optimal dan caring kepada pasien lebih meningkat.

b. Mengusulkan kepada KaRu dan CI untuk penambahan alat ganti perban di ruangan Rindu B1 Obgyn karena tidak sesuainya perbandingan jumlah set ganti perban dengan jumlah pasien yang akan dilakukan tindakan ganti perban.

c. Memberikan penyuluhan kesehatan tentang Kemoterapi pada tanggal 22 Juni. Materi penyuluhan disampaikan oleh Meli Puspita S.Kep dan penyuluhan diikuti oleh 10 orang pasien dengan Ca serviks dan Ca Ovarium berbagai stadium beserta dengan keluarga.

d. Memberikan penyuluhan kesehatan tentang Ca serviks pada tanggal 23 Juni 2012. Materi penyuluhan disamaikan oleh Mei Sinaga S.Kep dan penyuluhan diikuti oleh 10 orang pasien dengan Ca serviks bersama dengan keluarga. e. Mengusulkan kepada KaRu dan CI untuk membuat kebijakan kepada

mahasiswa-mahasiswa yang dinas di ruangan RB1 untuk melakukan pendidikan kesehatan kepada pasien yang dirawat diruangan. KaRu dan CI menerima baik usulan yang diberikan dan mulai tanggal 25 Juni 2012, setiap


(68)

mahasiswa yang dinas di ruangan RB1 diberi tugas memberikan pendidikan kesehatan kepada satu orang pasien.

6. Evaluasi

Setiap kegiatan yang direncanakan oleh praktikan dapat berjalan dengan baik. Kegiatan penyuluhan berlangsung dengan lancar. Peserta penyuluhan tampak antusias dengan materi penyuluhan yang disampaikan dan 80% peserta penyuluhan memahami materi penyuluhan yang disampaikan. Hal ini tampak dengan peserta penyuluhan mampu menjawab pertanyaan yang disampaikan oleh praktikan pada akhir penyuluhan. Pasien dan keluarga pasien juga sangat kooperatif dan tidak segan-segan untuk bertanya tentang apa yang mereka belum ketahui. Pasien dan keluarga pasien mengatakan sangat senang dan setuju dengan adanya penyuluhan tentang Kanker serviks dan kemoterapi sehingga keluarga mampu memiliki pengetahuan tentang bahaya kanker serviks dan pengobatannya serta cara mengatasi efek dari kemoterapi yang dijalani oleh pasien.

Kepala ruangan dan CI mengatakan setuju dengan jadwal dan materi penyuluhan yang telah dibuat praktikan dan akan menerapkannya di ruangan agar penyuluhan kesehatan berlangsung dengan optimal di ruangan.

C. Pembahasan

Berdasarkan hasil pengkajian yang telah dilakukan oleh praktikan di ruangan RB1 RSUP HAM Medan pada tanggal 11 Juni – 15 Juni 2012 ada beberapa masalah yang dijumpai diantaranya: (1) Kurangnya tenaga


(69)

perawat/bidan di ruangan Rindu B 1 Obgyn, (2) Kurangnya persediaan alat untuk ganti perban, (3) Pemberian Pendidikan kesehatan tentang penyakit kepada pasien dan keluarga pasien belum optimal. Untuk menyelesaikan masalah tersebut, praktikan menyusun rencana tindakan yang disesuaikan dengan kemampuan praktikan. Rencana tindakan tersebut telah dilaksanakan dan dievaluasi dan kemudian dibandingkan dengan teori yang ada.

1. Kurangnya tenaga perawat/bidan di ruangan Rindu B 1 Obgyn

Perawatan adalah suatu bentuk pelayanan professional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang didasarkan ilmu dan kiat keperawatan, berbentuk bio-psiko-sosio-spiritual yang komprehensif serta ditujukan kepada individu, keluarga, dan masyarakat baik sakit maupun sehat yang mencakup seluruh siklus kehidupan manusia (Lokakarya keperawatan Nasional 1986).

Praktik keperawatan berarti membantu individu atau kelompok dalam mempertahankan atau meningkatkan kesehatan yang optimal sepanjang proses kehidupan dengan mengkaji status, menentukan diagnose, merencanakan dan mengimplementasikan strategi keperawatan untuk mencapai tujuan, serta mengevaluasi respon terhadap perawatan dan pengobatan (National Council of

State Board of Nursing). Perawat adalah orang yang mengasuh, merawat dan

melindungi, yang merawat orang sakit, luka dan usia lanjut usia (Ellis, Harley, 1980).

Peran perawat adalah menjaga pasien mempertahankan kondisi terbaiknya terhadap masalah kesehatan yang menimpa dirinya (Florence Nightingale dalam


(1)

- Minum setiap muntah

- Hindari makanan yang berbau,berminyak, berlemak, berbumbu, pedas,

terlalu manis, panas dan beraroma sitrus

- Makan makanan yang dingin, kering dan pada temperatu ruangan

- Minum the beraroma mint atau jahe

b. Mengatasi anemia :

- Minum obat suplemen besi dan eritropoetin (pembentuk sel darah

merah)

- Tidur yang cukup

- Kurangi olahraga berat

- Makan makanan yang mengandung zat besi seperti sayur hijau, hati

dan daging merah

- Minum air putih yang cukup dan hindari kopi

c. Mengatasi sariawan :

- Kumur air garam/baking soda dan tidak menggunakan pencuci mulut

yang mengandung alcohol.

- Makan makanan yang lunak, tidak mengiritasi, asin, asam pedas

- Banyak minum dan makan makanan dingin atau pada suhu ruangan

- Sikat gigi minimal 4 kali sehari dengan menggunakan sikat lembut


(2)

- Tidak menggunkan sabun, air, losion, deodorant, obat-obatan, minyak wangi dan kosmetik pada daerah yang kering dan kusam.

- Hindari memakan pakaian yang ketat

- Hindari menggosok, menggaruk/ menggunakan plester yang sangat

lengket pada daerah kulit yang kering dan kusam.

e. Mengatasi Kerontokan Rambut

- Selama periode terapi sebaiknya kenakan topi lebar yang lembut atau

kerudung dari bahan katun. Jika ingin mengenakan wig, pastikan bagian tepinya tidak menggesek kulit Anda.

- Gunakan shampo yang lembut dan kondisioner setiap keramas

- Minimalkan penggunaan hair dryer,

- Hentikan penggunaan mesin dengan listrik, roll rambut, bandana yang

menekan rambut, hair spray, semir rambut

- Hindari menggosok dan menyisir rambut terlalu keras.

- Gunakan bantal yang lembut

- Konsumsi makanan yang: Mengandung tinggi karbohidrat,

Mengandung tinggi protein, Mengkonsumsi suplemen/vitamin nutrisi


(3)

g. Mengatasi Susah Buang Air Besar

- BAB secara teratur

- Minum jus buah atau makan buah

- Minum 3liter air (hangat)

- Makan yang mengandung serat

- Hindari makanan yang banyak mengandung tepung

- Tingkatkan aktivitas fisik

Referensi

Bongard, Frederic, S. Sue, darryl. Y. 1994. Current Critical, Care Diagnosis and

Treatment, First Edition. Paramount Publishing Bussiness and Group : Los Angeles.

Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8

Volume 2. Jakarta : Penerbit EGC.


(4)

PLANNING OF ACTION (POA) PRAKTEK BELAJAR LAPANGAN KOMPREHENSIF (PBLK) PROGRAM PROFESI NERS FAKULTAS KEPERAWATAN USU

DI RUANGAN RB1 ONKOLOGI RSUP HAM MEDAN TANGGAL 11 JUNI – 7 JULI 2012

N

o Kegiatan

Minggu I-IV

I (11 – 16 Juni) II (18 – 23 Juni) III (25 – 30 Juni) IV (2 - 7 Juli)

11 12 13 14 15 16 18 19 20 21 22 23 25 26 27 28 29 30 2 3 4 5 6 7 1. PENGKAJIAN

a. Mengkaji keadaan ruangan b. Mengkaji prosedur ruangan

c . Mengkaji prosedur pelayanan dimulai dari menerima pasien masuk hingga pasien pulang

d. Mengkaji manajemen ruangan dan penyebaran kuesioner terhadap perawat dan pasien

e. Pengkajian uraian tugas perawat ruangan 2. PENENTUAN KASUS

Menentukan fenomena kasus yang diambil sebagai bahan PBLK : kualitas hidup pasien ca serviks pada saat masuk dan saat pulang di ruangan RB1 Onkologi 3. INTERVENSI

a. Penyusunan Intervensi Manajemen Pelayanan Kasus b. Penyusunan materi pendidikan kesehatan melalui Evidance Basic


(5)

(6)