Makna Simbolik dalam Komunitas Punk. Studi Kasus: Komunitas Street Punk Gonzo di Jalan Mandala By Pass Kelurahan Bandar Set Kecamatan Medan Tembung

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Komunitas Punk menjadi salah satu bagian dalam masyarakat kota yang
tidak mengikuti arus yang dibentuk oleh pasar. Citra identitas sebuah komunitas
Punk hadir dalam bentuk simbol-simbol sebagai produk dari subkultur mereka.
Bentuk citra identitas yang dapat dilihat secara jelas dari komunitas ini pada
awalnya adalah melalui gaya busana yang dikenakan oleh mereka. Secara
keseluruhan, unsur-unsur visual yang melekat pada style Punk mudah dikenali.
Misalnya baju yang dipenuhi aksesoris tempelan berbahan logam (berbentuk
bulat, segitiga, atau yang menyerupai duri), rambut bergaya Mohawk (rambut
tegak ke atas) ala suku Indian, pakaian dan celana robek, sepatu boot, dan lain
sebagainya. Selain gaya busana sebagai bentuk citra identitas, pola-pola citra
identitas yang dibangun oleh komunitas ini pada akhirnya berkembang melalui
berbagai macam cara, tidak hanya melalui bentuk fashion dan musik, melainkan
banyak pola-pola lain yang diterapkan misalnya melalui aksi seni gambar dan lain
sebagainya.
Punk adalah salah satu contoh gerakan subkultur di mana terdapat polapola aksi pemakaian simbol-simbol lewat cara “pencurian” simbol, seperti
penggunaan objek-objek pakaian seragam militer, aksesoris yang sudah mapan,
untuk menghasilkan makna dan identitas yang bersifat ironis. Melalui pencurian

makna dari simbol, subkultur ini menempatkan diri sebagai sub versi atau paling

Universitas Sumatera Utara

tidak secara simbolik yang menyampaikan sikap politis terhadap orde yang
mapan. Punk merupakan sebuah bentuk budaya anak muda yang memiliki
semangat anti kemapanan namun menjunjung tinggi kebebasan individu dalam
berekspresi. Punk merupakan suatu fenomena budaya yang bersifat sub-altern
yang memberikan suatu identitas baru bagi sekelompok kaum muda. Mereka
berusaha membangun sebuah wadah yang dapat menampung segala aktivitas dan
ekspresi dalam rangka mencari jati diri, sekaligus sebagai media perlawanan
terhadap berbagai aturan dan norma-norma yang berlaku di masyarakat. Punk
mempunyai beberapa ideologi yaitu DIY (Do It Yourself ), anti kemapanan, dan
Anarchy (Martono, 2009).
Punk

adalah perilaku yang lahir dari sifat melawan, tidak puas hati,

marah, dan benci pada sesuatu yang tidak pada tempatnya (sosial, ekonomi,
politik, budaya, bahkan agama) terutama terhadap tindakan yang menindas. Para

Punker mewujudkan rasa itu ke dalam musik dan fashion. Sederhananya, punk
menyampaikan kritikan. Mereka hidup bebas dan bertanggung jawab pada setiap
pemikiran dan tindakannya. Oleh sebab itu, mereka menciptakan perlawanan yang
hebat dengan realisasi musik, gaya hidup, komunitas, dan kebudayaan sendiri
(Widya, 2010).
Selain fashion aksi-aksi simbolis yang dilakukan oleh subkultur Punk
untuk pertama kalinya juga dilakukan melalui media musik. Punk yang pertama
kali muncul pada tahun 1970-an di Inggris, tidak hanya menampilkan identitas
diri dalam bentuk fashion melainkan melalui media musik. Melalui itu, subkultur
tersebut dapat menyampaikan bentuk opini dan aspirasi mereka terhadap realita
yang terjadi dalam masyarakat. Subkultur Punk yang awalnya lahir di Inggris

Universitas Sumatera Utara

merupakan sebagai bagian dari bentuk budaya perlawanan terhadap hegemoni
kaum elite atau dengan kata lain lahir karena terjadinya ketimpangan antara elite
dan kelas buruh.
Berbagai
perkembangannya,


anggapan

tentang

mengatakan

kejayaan

bahwa

komunitas

kejayaan

komunitas

Punk

dalam


ini

dalam

perkembangannya adalah di era tahun 1980-an. Hal tersebut berkaitan dengan
gerakan Punk yang merajalela di Amerika. Gerakan anak muda yang diawali oleh
anak-anak kelas pekerja ini dengan segera merambah Amerika yang mengalami
masalah ekonomi dan keuangan yang dipicu oleh kemerosotan moral oleh para
tokoh politik yang memicu tingkat pengangguran dan kriminalitas yang tinggi.
Mereka melakukan perlawanan tidak hanya terhadap hegemoni kaum elit,
melainkan juga melakukan gerakan terhadap isu-isu politik, sosial, dan
lingkungan di sekitar mereka.
Punk berusaha menyindir para penguasa dengan caranya sendiri, melalui
lagu-lagu dengan musik dan lirik yang sederhana namun terkadang kasar, beat
yang cepat dan menghentak. Banyak yang salah mengartikan Punk sebagai “glue
sniffer” dan perusuh karena di Inggris pernah terjadi wabah penggunaan "lem
berbau tajam" untuk mengganti bir yang tak terbeli oleh mereka. Banyak pula
yang merusak citra Punk karena banyak dari mereka yang berkeliaran di jalan dan
melakukan berbagai tindak kriminal.
Subkultur Punk yang awalnya lahir di Inggris dan mengalami

perkembangan di Amerika, merupakan sebagai bagian dari bentuk budaya
perlawanan terhadap hegemoni kaum elite atau dengan kata lain lahir karena
terjadinya ketimpangan antara elite dan kelas buruh melalui aksi-aksi simbolis

Universitas Sumatera Utara

dalam bentuk fashion, musik dan pada akhirnya diadopsi pula di Indonesia.
Keberadaan komunitas Punk atau subkultur Punk yang berkembang di Indonesia
merupakan bagian dari sebuah proses adopsi subkultur Punk dari negara asalnya
yaitu Inggris dan Amerika.
Perkembangan komunitas ini di Indonesia tidak begitu dapat ditemukan
atau dijumpai bagaimana awal subkultur tersebut pertama kali hadir, namun dalam
beberapa informasi komunitas ini awalnya muncul pada tahun 1980-an

yang

sebelumnya sudah didahului dengan perkembangan subkultur metal dan rock di
Indonesia. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa perkembangan komunitas
Punk di kota-kota di Indonesia berangkat dari proses adopsi fashion dan musik.
Proses tersebut yang hingga sekarang masih lekat dengan stigma yang dilabelkan

pada komunitas Punk di Indonesia.
Menjamurnya anak Punk atau yang lebih terkenal dengan sebutan Punker
di Indonesia ini tidak terlepas dari dua faktor yang sangat fundamental yaitu
faktor sosial dan faktor ekonomi. Adapun faktor yang pertama yaitu faktor sosial,
dapat dilihat munculnya "gap" atau jurang pemisah antara si kaya dan si miskin
yang biasa disebut kesenjangan sosial di dalam masyarakat. Sedangkan faktor
ekonomi yaitu Punk di Indonesia didominasi oleh remaja yang secara finansial
cenderung ke bawah, para remaja kelas bawah yang tidak memiliki harapan di
masa depan.

(Analisadaily.2012. Eksistensi Punk dan Moralitas Bangsa

Indonesia. Diakses dari http://www.analisadaily.com).
Orde Baru membiakkan militerisme dan fasisme dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara di Indonesia. Pemerintahan saat itu dilakukan dengan
mengabaikan kebebasan sipil, termasuk kebebasan berekspresi, beragama,

Universitas Sumatera Utara

berserikat dan sebagainya (Chainur Arrasjid, 2002). Era pasca Reformasi justru

memberikan angin segar dan pengaruh terhadap hadirnya berbagai macam
komunitas, tidak terkecuali Komunitas Punk.

Pada masa Orde Baru yang

menutup keras terhadap kritik dan peluang terhadap hadirnya kelompokkelompok yang bertentangan dengan pemerintah dan kaum elite yang berkuasa
saat itu, menjadikan Komunitas Punk kurang populer di masyarakat. Namun,
pasca Reformasi 1998 di Indonesia, kemunculan beragam kelompok-kelompok
anti-meanstream di Indonesia mulai bermunculan menunjukkan citra identitasnya
masing-masing.
Kota Medan yang juga merupakan salah satu kota di Indonesia yang
mengalami perkembangan sebagai kota Metropolitan, menjadikan kota ini salah
satu basis Komunitas Punk di Indonesia. Secara historis, komunitas ini memiliki
sejarah panjang di Kota Medan. Budaya dan scene (istilah kelompok dalam
Komunitas Punk) Punk muncul pertama kali berkisar pada akhir tahun 1980 dan
di awal 1990. Budaya ini dibawa oleh anak-anak Kota Medan yang sekolah atau
berkunjung dari Pulau Jawa, dan akhirnya meluas sampai ke pinggiran Kota
Medan. Tanjung Morawa adalah salah satu kota yang memiliki scene yang sudah
cukup lama eksis dan merupakan pelopor penyebaran budaya Punk di Kota
Medan. Salah satu scene awal di Kota Medan tidak terlepas dari nama INALUM

Brotherhood, walaupun kini sudah tidak ada lagi. Punker yang dulunya tergabung
dan terlibat aktif dalam scene tersebut masih ada yang bertahan dan tetap
menjalani kehidupan Punk sampai sekarang (Newkicks. edisi November 2010.
Halaman 15).

Universitas Sumatera Utara

Komunitas Punk di Indonesia, termasuk di Kota Medan, memang sangat
diwarnai oleh budaya dari barat atau Amerika dan Eropa. Biasanya perilaku
mereka terlihat dari gaya busana yang mereka kenakan seperti sepatu boot,
potongan rambut mohawk ala suku Indian, atau dipotong ala feathercut dan
diwarnai dengan warna-warna yang terang, rantai dan spike, jaket kulit, celana
jeans ketat dan baju yang lusuh, anti kemapanan, anti sosial, kaum perusuh dan
kriminal dari kelas rendah, pemabuk berbahaya sehingga banyak yang mengira
bahwa orang yang berpenampilan seperti itu sudah layak untuk disebut sebagai
punker (Analisadaily. 2012. Eksistensi Punk dan Moralitas Bangsa Indonesia.
Diakses dari http://www.analisadaily.com).
Pada awal tahun 2000 mulai muncul berbagai macam komunitas street
Punk di Kota Medan. Komunitas ini cepat menyebar luas, dan komunitas punkers
baru juga semakin banyak bermunculan. Komunitas street Punk di kota tersebut

bermunculan mulai dari Jalan Sutomo, meluas sampai ke daerah Guru Patimpus,
Aksara, Juanda, Titi Kuning, Brayan, Bilal, Belawan, Ayahanda, Griya, Speksi
dan akhirnya sampai ke daerah Sei Sikambing (Newkicks. edisi November 2010.
Halaman 15).
Hingga kini perkembangannya semakin meluas di Kota Medan. Tepatnya
di sekitar di Jalan Mandala By Pass Kecamatan Medan Tembung juga terdapat
suatu Komunitas Punk, yang disinyalir berdasarkan informasi dan observasi awal
yang dilakukan, komunitas ini menamakan kelompoknya dengan nama
Komunitas Street Punk Gonzo. Komunitas Punk

ini terlihat eksis di tengah

kehidupan masyarakat sekitar lokasi sejak tahun 2014 silam. Letak lokasi yang
berada tidak jauh dari pusat perbelanjaan Jalan Aksara Kota Medan dan tepat

Universitas Sumatera Utara

berada di persimpangan empat jalan kota, menjadikan lokasi ini sebagai lokasi
yang ideal bagi Komunitas Punk untuk memperlihatkan eksistensinya kepada
masyarakat Kota Medan.

Dari observasi peneliti di lapangan, kelompok atau scenes Punk di lokasi
ini merupakan migrasi dari Komunitas street Punk yang berada di Jalan Aksara
Kota Medan. Perpindahan Komunitas Punk tersebut dikarenakan terjadinya
konflik internal diantara kelompok

mereka sendiri. Akibat konflik tersebut,

memaksa Kelompok Punk terbagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok yang
mendiami Jalan Aksara dan kelompok yang mendiami Jalan Mandala By Pass
Kecamatan Medan Tembung.
Kehadiran Komunitas Punk ini memunculkan berbagai pandangan
beragam dari masyarakat sekitarnya. Komunitas Punk oleh sebagian masyarakat
Kota Medan dianggap sebagai pola tindakan menyimpang di masyarakat. Stigma
negatif tersebut muncul akibat pola perilaku dan gaya hidup yang ugal-ugalan,
hidup di jalanan, kotor, mabuk-mabukan serta terkadang juga tidak jauh dari
narkotika. Namun, hal tersebut oleh Komunitas Punk sendiri merupakan bentuk
simbol-simbol perlawanan yang sarat makna terhadap berbagai kondisi sosial,
ekonomi, budaya, politik, dan berbagai macam persoalan di sekitar mereka.
Berangkat dari latar belakang di atas, penelitian ini mencoba mengulas
fenomena di balik simbol-simbol dari Komunitas Street Punk Gonzo yang ada di

Jalan Mandala By Pass Kelurahan Bandar Selamat Kecamatan Medan Tembung,
melalui aksi-aksi simbolis dalam bentuk fashion, musik dan juga bentuk-bentuk
simbolis lain sebagai bentuk perlawanan. Sebagian dari Punk yang berkembang di
Indonesia masih menunjukkan citra identitas Punk yang sama dari negara asalnya,

Universitas Sumatera Utara

namun di sisi lain beberapa dari komunitas tersebut lainnya yang berkembang
justru memiliki citra identitas yang berbeda-beda dengan negara asalnya, sesuai
dengan situasi, konteks, dan isu-isu sosial politik yang ada di sekelilingnya dan di
dalam negeri. Fenomena tersebut yang kemudian menjadi dasar peneliti untuk
melakukan pengkajian terhadap bentuk dan makna simbol-simbol perlawanan,
serta proses terbentuknya simbol-simbol perlawanan yang dilakukan Komunitas
Punk tersebut.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan pemaparan latar belakang masalah di atas, maka yang
menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana bentuk dan makna simbol-simbol perlawanan yang
dilakukan Komunitas Street Punk Gonzo di Jalan Mandala By Pass
Kelurahan Bandar Selamat Kecamatan Medan Tembung?
2. Bagaimana proses terbentuknya simbol-simbol perlawanan yang
dilakukan Komunitas Street Punk Gonzo di Jalan Mandala By Pass
Kelurahan Bandar Selamat Kecamatan Medan Tembung?

1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian adalah rumusan kalimat yang menunjukkan adanya
suatu hal yang diperoleh setelah penelitian selesai. Berdasarkan adanya keinginan
peneliti untuk memperoleh data, guna menjawab pertanyaan-pertanyaan pada
perumusan masalah penelitian ini, maka tujuan penelitian yang hendak dicapai
melalui penelitian ini adalah:

Universitas Sumatera Utara

1. Untuk mengetahui dan menginterpretasikan bentuk dan makna simbolsimbol perlawanan yang dilakukan Komunitas Street Punk Gonzo di
Jalan Mandala By Pass Kelurahan Bandar Selamat Kecamatan Medan
Tembung.
2. Untuk mengetahui dan menginterpretasikan proses terbentuknya
bentuk simbol-simbol perlawanan yang dilakukan Komunitas Street
Punk Gonzo tersebut.

1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat merupakan sesuatu yang diharapkan ketika sebuah penelitian
telah selesai ditulis. Adapun manfaat penelitian ini adalah:
1.4.1 Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah khazanah kajian ilmiah
bagi mahasiswa, serta dapat menambah kontribusi bagi perkembangan Sosiologi
terkhusus bagi kajian kelompok sosial masyarakat perkotaan.
1.4.2 Manfaat Praktis
1. Komunitas Punk
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi tinjauan terhadap komunitas
tersebut, agar menjadi lebih baik serta menambah wawasan dari setiap anggota
komunitas mengenai simbol-simbol perlawanan mereka.
2. Masyarakat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan kepada
masyarakat sehingga masyarakat dapat lebih memahami dan menerima
keberadaan Komunitas Punk di lingkungan mereka.

Universitas Sumatera Utara

3. Pemerintah
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan referensi tambahan
kepada pemerintah dalam merumuskan dan menetapkan kebijakan mengenai
Komunitas Punk

khususnya di Kota Medan, sehingga tidak ada pihak yang

merasa dirugikan.

1.5 Definisi Konsep
Dalam sebuah penelitian ilmiah, definisi konsep sangat diperlukan untuk
mempermudah dan memfokuskan penelitian. Konsep adalah definisi abstrak
mengenai gejala atau realita suatu pengertian yang nantinya akan menjelaskan
suatu gejala (Moleong, 1997). Adapun konsep yang digunakan sesuai dengan
konteks penelitian ini antara lain:
a. Komunitas Punk
Komunitas Punk menjadi salah satu subkultur dalam masyarakat kota yang
tidak mengikuti arus yang dibentuk oleh pasar. Citra identitas sebuah komunitas
Punk hadir dalam bentuk simbol-simbol sebagai produk dari subkultur mereka.
Bentuk citra identitas yang dapat dilihat secara jelas dari komunitas ini adalah
melalui fashion, musik, dan bentuk simbol-simbol perlawanan lainnya sesuai
dengan situasi, konteks, dan isu-isu terkait sosial, ekonomi, politik, bahkan agama
yang ada di sekelilingnya (ruang lingkup yang kecil) dan di dalam negara (ruang
lingkup yang luas).

Universitas Sumatera Utara

b. Makna Simbolik
Makna simbolik berkaitan dengan interaksionisme simbolik. Interaksi
bukan hanya reaksi belaka dari tindakan orang lain, melainkan atas “makna” yang
diberikan terhadap tindakan orang lain. Interaksi tersebut biasanya ditandai
dengan penggunaan simbol-simbol, interpretasi atau dengan saling berusaha untuk
memahami maksud dari tindakan masing-masing.
Dapat disimpulkan bahwa makna simbolik itu adalah proses percakapan
pada diri sendiri dengan individu lain berdasarkan makna tersebut. Seseorang
yang menjadi aktor memberikan informasi hasil dari pemaknaan simbol dari
perspektifnya kepada orang lain, dalam proses saling mempengaruhi tindakan
sosial.
c. Punker
Punker merupakan sebutan bagi seseorang atau individu yang memilih
menjalani hidup dengan berdasarkan ideologi Punk. Adapun seseorang yang
menjalani hidup sebagai seorang Punker akan mengaplikasikan ideologi tersebut
ke dalam kehidupannya sehari-hari, seperti hal nya agama di dalam kehidupan
masyarakat.
d. Ideologi
Ideologi adalah suatu kumpulan gagasan, ide-ide, dasar, paham, keyakinan
serta kepercayaan yang bersifat sistematis dengan arah dan tujuan yang hendak
dicapai. Ideologi dalam Komunitas Punk sendiri di antaranya Do It Yourself
(Berdiri atas diri sendiri), Anarchy (tanpa penguasa), dan Anti Kemapanan.

Universitas Sumatera Utara

e. Simbol Perlawanan Komunitas Punk
Simbol Perlawanan Komunitas Punk dalam penelitian ini adalah media
yang biasa digunakan dan dilakukan oleh Komunitas Street Punk Gonzo sebagai
bentuk simbol-simbol perlawanan mereka seperti melalui fashion, musik, grafity,
produk yang dihasilkan, serta kegiatan lainnya seperti penggunaan “gelek” dan
“polisi gopek”.
f. Fashion
Melalui dimensi sosial kultural, fashion dijadikan sebagai media
komunikasi, ekspresi, dan gagasan. Demikian pula dalam Komunitas Street Punk
Gonzo, fashion menjadi salah satu media simbol perlawanan yang komunitas
gunakan sebagai wujud manifestasi sebuah pernyataan yang lebih dari sekedar
gaya. Perwujudan manifestasi makna dalam fashion yang digunakan Komunitas
Street Punk Gonzo dalam penelitian ini seperti diantaranya rambut Mohawk,
celana ketat dan robek, tatto, jacket, tindik, pierching, sepatu boot, rantai, kalung,
resleting, emblem.
g. Musik
Dalam Komunitas Street Punk Gonzo musik menjadi media simbol
perlawanan yang sangat vital. Hal ini disebabkan musik menjadi media sosialisasi
yang lebih mudah dipahami dan dimengerti masyarakat. Dalam bermusik, Punker
lebih mengutamakan lirik musik dibandingkan teknis dalam bermain musik. Irama
musik yang dimainkan dengan beat yang cepat dan menghentak. Selain itu alat
musik yang digunakan juga sederhana yaitu okulele (gitar berukuran kecil) dan
gendang (terbuat dari pipa dan karet ban dalam sepeda motor). Simbol perlawanan

Universitas Sumatera Utara

ini biasa Komunitas Street Punk Gonzo lakukan saat anggota komunitas
mengamen.
h. Grafity
Grafity merupakan coret-coret pada dinding yang menggunakan komposisi
warna, garis, bentuk dan volume untuk menuliskan kata, simbol, atau kalimat
tertentu. Adanya kelas sosial yang terlalu jauh menimbulkan kesulitan bagi
masyarakat golongan tertentu untuk mengeksplorasikan kegiatan seninya.
Akibatnya beberapa golongan tersebut menggunakan sarana yang hampir tersedia
di seluruh kota yaitu dinding. Biasanya karya ini menunjukkan ketidakpuasan
terhadap golongan sosial (pemerintah) yang mereka alami.
i.

Produk
Menghasilkan produk secara mandiri mulai dari mengenali produk baru,

mengatur permodalan, menentukan cara produksi, serta memasarkannya juga
dilakukan Komunitas Street Punk Gonzo. Produk-produk yang dihasilkan dibagi
dalam dua bentuk yaitu dalam bentuk barang dan dalam bentuk jasa. Selain
sebagai pemenuhan kebutuhan, Komunitas Street Punk Gonzo juga menjadikan
kegiatan ini sebagai media merepresentasikan simbol perlawanan yang ingin
komunitas sampaikan kepada masyarakat di sekitarnya.
j. “Gelek”
“Gelek” adalah istilah lain yang biasa digunakan untuk menyebutkan salah
satu jenis narkotika yaitu ganja. Dalam penelitian ini, Komunitas Street Punk
Gonzo biasa menggunakan barang narkotika jenis ini bersamaan dengan minuman
alkohol pada saat anggota-anggota dalam komunitas sedang berkumpul.

Universitas Sumatera Utara

Pemilihan bahan narkotika jenis ini lebih sering mereka konsumsi dikarenakan
harganya yang lebih terjangkau dibandingkan narkotika jenis lainnya.
k. “Polisi gopek”
“Polisi gopek” adalah kegiatan mengatur jalan lalu lintas seperti hal nya
Polisi Satuan Lalu Lintas (Satlantas) yang bertugas mengatur lalu lintas dan
berusaha untuk mendapatkan upah dari pengemudi kendaraan dengan sukarela.
Dalam penelitian ini, kegiatan “polisi gopek” di perempatan antara Jalan Letda
Sudjono dan Jalan Mandala By Pass biasa dilakukan anggota-anggota Komunitas
Street Punk Gonzo ketika terjadi kemacetan lalu lintas, dan tidak adanya petugas
Satlantas di lokasi tersebut.

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Makna Simbolik dalam Komunitas Punk. Studi Kasus: Komunitas Street Punk Gonzo di Jalan Mandala By Pass Kelurahan Bandar Selamat Kecamatan Medan Tembung

0 18 119

EKSISTENSI KOMUNITAS PUNK DI KELURAHAN TITI KUNING KECAMATAN MEDAN JOHO.

0 2 25

PEMAHAMAN KEHIDUPAN SOSIAL DALAM KOMUNITAS PUNK (STUDI DESKRIPTIF PADA KOMUNITAS PUNK MBALAPAN SECENESTER STREET PUNK)DI KOTA BLITAR - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 0 17

PEMAHAMAN KEHIDUPAN SOSIAL DALAM KOMUNITAS PUNK (STUDI DESKRIPTIF PADA KOMUNITAS PUNK MBALAPAN SECENESTER STREET PUNK)DI KOTA BLITAR - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

1 1 14

PEMAHAMAN KEHIDUPAN SOSIAL DALAM KOMUNITAS PUNK (STUDI DESKRIPTIF PADA KOMUNITAS PUNK MBALAPAN SECENESTER STREET PUNK)DI KOTA BLITAR - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 1 23

Makna Simbolik dalam Komunitas Punk. Studi Kasus: Komunitas Street Punk Gonzo di Jalan Mandala By Pass Kelurahan Bandar Set Kecamatan Medan Tembung

0 0 10

Makna Simbolik dalam Komunitas Punk. Studi Kasus: Komunitas Street Punk Gonzo di Jalan Mandala By Pass Kelurahan Bandar Set Kecamatan Medan Tembung

0 0 1

Makna Simbolik dalam Komunitas Punk. Studi Kasus: Komunitas Street Punk Gonzo di Jalan Mandala By Pass Kelurahan Bandar Set Kecamatan Medan Tembung

0 0 9

Makna Simbolik dalam Komunitas Punk. Studi Kasus: Komunitas Street Punk Gonzo di Jalan Mandala By Pass Kelurahan Bandar Set Kecamatan Medan Tembung

0 0 3

Makna Simbolik dalam Komunitas Punk. Studi Kasus: Komunitas Street Punk Gonzo di Jalan Mandala By Pass Kelurahan Bandar Set Kecamatan Medan Tembung

0 0 2