Makna Simbolik dalam Komunitas Punk. Studi Kasus: Komunitas Street Punk Gonzo di Jalan Mandala By Pass Kelurahan Bandar Selamat Kecamatan Medan Tembung

(1)

LAMPIRAN

Gambar: Peneliti dengan beberapa anggota Komunitas Street Punk Gonzo.

Gambar: Salah seorang anggota (Boy Siahaan) Komunitas Street Punk Gonzo sedang mengamen, yang juga merupakan salah satu bentuk


(2)

Gambar: Lokasi usaha (Tatto) Komunitas Street Punk Gonzo, yang berada di Jalan Stadion Teladan, Medan.

Gambar: Proses pembuatan tatto yang dilakukan oleh Komunitas Street Punk Gonzo.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Anggraheni, Pitri Noor. 2009. Skripsi Identitas Etnis. Medan: FIB Universitas Sumatera Utara.

Arrasjid, Chainur. 2002. Pengantar ke Antropologi Budaya Indonesia. Medan: Penerbit Fakultas Hukum.

Bungin, Burhan. 2001. Metode Penelitian Sosial, Format-format Kualitatif dan Kuantitatif. Jakarta: Airlangga Universitas Pres.

Danesi, Marcel. 2010. Pesan, Tanda, dan Makna. Yogyakarta dan Bandung: Jalasutra.

Eco, Umberto. 2009. Tamasya dalam Hiperealitas. Yogyakarta dan Bandung: Jalasutra.

Fadjar, Arie Nugroho. Konstruksi Identitas Komunitas Punk Maladaptif Terroe Crew. Dalam Jurnal Sosiologi Dialektika Masyarakat. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta.Volume 30.No. 2 Tahun 2012.

Foucalt, Michel. 2007. Order Of Thing: Arkeologi Ilmu-ilmu Kemanusiaan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Idrus, Muhammad. 2009. Metode Penelitian Ilmu Sosial.Yogyakarta: Erlangga.

Ishomuddin. 2005. Sosiologi Perspektif Islam. Malang: UMM Press.

Juhanda, Anshori. 1999. Memahami Kembali Sosiologi Kritik Terhadap Teori Sosiologi. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.


(4)

Koentjaraningrat. 2000. Metode-Metode Penelitian Masyarakat. Edisi Revisi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Lubis, Lusiana Andriani. 2012. Pemahaman Praktis Komunikasi Antarbudaya. Medan: USU Press.

McQuail, Denis. 2011. Teori Komunikasi Massa (terjemahan Putri Iva Izzati). Jakarta: Salemba Humanika.

Martono, John. 2009. Punk! Fesyen-Subkultur-Identitas. Yogyakarta: Halilintar Books.

Martono, Nanang. 2011. Sosiologi Perubahan Sosial Perspektif Klasik, Modern, Postmodern, dan Poskolonial. Jakarta: Rajawali Pers.

Moleong, Lexy J. 2006. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosdakarya.

Narwoko, J. Dwi & Bagong Suyanto. 2004. Sosiologi: Teks Pengantar dan Terapan. Surabaya: Kencana Prenada Media Group.

Poloma, M. Margareth. 2010. Sosiologi Kontemporer. Jakarta: Rajawali Pers.

Ritzer, George-Douglas J. Goodman, ______ Teori Sosiologi Modern Ed. Keempat.Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Salim, Agus. 2009. Teori Sosiologi & Paradigma Penelitian Sosial. Yogyakarta: Tiara Wacana.

Santoso, Selamet. 2009. Dinamika Kelompok. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Satyo, Wicaksana. 2013. Manusia dalam Seni. Jakarta: Salemba Humanika.


(5)

Soekanto, Soerdjono. 2003. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Gramedia.

Soekarno, Hendra. 2006. Musik, Seni dan Moral. Jakarta: Kencana.

Soeprapto, Riyadi. 2002. Interaksi Simbolik, Perspektif Sosiologi Modern. Yogyakarta: Averrpes Press dan Pustaka Pelajar.

Syarbaini, Syahrial dan Rusdiyanta. 2009. Dasar-Dasar Sosiologi. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Turner, Bryan. 2003. Teori-Teori Sosiologi Modernitas Posmodernitas. (terjemahan Imam Baehaqi dan Ahmad Baidlowi). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Widya, G. 2010. Punk: Ideologi Yang Disalahpahami. Yogyakarta: Garasi House of Book.

Sumber Lain:

Analisadaily.2012. Eksistensi Punk dan Moralitas Bangsa Indonesia. Diakses dari


(6)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian studi kasus dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif dapat diartikan sebagai pendekatan yang menghasilkan data, tulisan dan tingkah laku yang diperoleh dari apa yang diamati. Dengan metode studi kasus sebagai kajian yang rinci atau suatu latar peristiwa tertentu. Penelitian studi kasus (Case Study) merupakan penelitian yang jenis penelitiannya dilakukan secara intensif, mendalam dan mendetail. Jadi penelitian ini mempelajari secara intensif latar belakang keadaan dan interaksi lingkungan atau unit sosial, individu, kelompok, institusi, lembaga, atau masyarakat (Idrus, 2009).

Dengan demikian peneliti akan memperoleh data atau informasi lebih mendalam mengenai latar belakang kemunculan Komunitas Street Punk Gonzo di Jalan Mandala By Pass Kelurahan Bandar Selamat Kecamatan Medan Tembung, serta mengetahui dan menginterpretasikan pula bentuk dan makna simbol-simbol perlawanan serta proses terbentuknya simbol-simbol perlawanan yang dilakukan Komunitas Punk tersebut.

3.2 Lokasi Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti memilih lokasi penelitian di Jalan Mandala By Pass Kelurahan Bandar Selamat Kecamatan Medan Tembung. Di lokasi tersebut ditemukan suatu Komunitas Street Punk Gonzo yang berdasarkan


(7)

informasi dan observasi awal yang dilakukan, kemunculan Komunitas Punk di lokasi tersebut belum lama muncul yaitu sekitar akhir tahun 2014 silam. Selain itu, menurut informasi yang diperoleh, komunitas ini memiliki aktivitas-aktivitas sosial yang cukup aktif di tengah kehidupan masyarakat sekitarnya.

3.3 Unit Analisis dan Informan

Dalam melakukan penelitian harus mempunyai unit analisis (satuan tertentu yang dapat dihitung sebagai subjek penelitian) dan informan yang menjadi sumber informan dalam penelitian ini adalah:

3.3.1Unit Analisis

Unit analisis adalah satuan yang diperhitungkan sebagai subjek penelitian. Salah satu ciri dan karakteristik dari penelitan sosial adalah menggunakan apa yang disebut dengan “unit of analisys”. Ada dua jumlah unit yang lazim digunakan pada penelitian sosial yaitu individu, kelompok dan sosial (Bungin, 2007). Adapun yang menjadi unit analisis dan objek kajian dalam penelitian ini adalah Komunitas Street Punk Gonzo di Jalan Mandala By Pass Kelurahan Bandar Selamat Kecamatan Medan Tembung.

3.3.2Informan

Peneliti memilih informan dengan teknik Snowball Sampling (Sampling bola salju). Teknik Snowball Sampling didefinisikan sebagai teknik untuk memperoleh beberapa informan dalam organisasi atau kelompok yang terbatas dan yang dikenal sebagai teman dekat atau kerabat, kemudian informan tersebut bersedia menunjukkan informan lainnya sampai peneliti menemukan konstelasi


(8)

persahabatan yang berubah menjadi suatu pola-pola sosial yang lebih lengkap (dalam Burhan Bungin, 2007: 138).

a. Informan Kunci

Informan kunci ialah orang-orang yang sangat memahami permasalahan yang diteliti. Informan kunci adalah orang yang dianggap mengetahui dan memiliki informasi pokok yang diperlukan dalam penelitian. Informan kunci dalam penelitian ini adalah Pimpinan Komunitas Street Punk Gonzo tersebut.

b. Informan Biasa

Informan biasa ialah mereka yang terlibat dalam penelitian yang diteliti. Adapun informan biasa dalam penelitian ini adalah Kepala Kelurahan Bandar Selamat Kecamatan Medan Tembung, Anggota komunitas Street Punk Gonzo, dan masyarakat yang bertempat tinggal di sekitar Jalan Mandala By Pass Kelurahan Bandar Selamat Kecamatan Medan Tembung. Informan ini ditujukan untuk mengetahui dan menggali informasi mengenai latar belakang kemunculan dan bentuk-bentuk simbol perlawanan Komunitas Punk tersebut.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data atau informasi dalam penelitian di lapangan, maka diperlukan adanya alat pengumpulan data. Pengumpulan data dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan informasi yang dapat menjelaskan dan menjawab permasalahan-permasalahan yang bersangkutan. Dalam proses pengumpulan data peneliti menggunakan beberapa teknik pengumpulan data agar mendapat kesesuaian dengan kebutuhan si peneliti dalam mengolah data dan informasi yang telah diperoleh di lapangan. Dalam penelitian ini, teknik


(9)

pengumpulan data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder, yang dapat digolongkan sebagai berikut:

3.4.1 Teknik Pengumpulan Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari objek penelitian melalui observasi dan wawancara. Oleh karena itu untuk mendapatkan data primer dalam penelitian ini akan dilakukan dengan cara penelitian lapangan yaitu:

3.4.1.1 Observasi

Observasi merupakan pengamatan yang menyeluruh terhadap gejala-gejala sosial yang dilihat di lapangan. Metode observasi adalah metode pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data peneliti melalui pengamatan dan penginderaan (Bungin, 2007). Adapun yang menjadi bahan observasi dalam penelitian ini adalah pengamatan langsung kepada Komunitas Street Punk Gonzo di Jalan Mandala By Pass Kelurahan Bandar Selamat Kecamatan Medan Tembung mengenai bentuk simbol-simbol perlawanan pada Komunitas tersebut.

3.4.1.2 Wawancara Mendalam

Teknik selanjutnya adalah teknik wawancara mendalam. Wawancara mendalam adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap secara langsung antara pewawancara dengan informan terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif lama. Dengan demikian, kekhasan wawancara mendalam adalah keterlibatannya dalam kehidupan informan (Bungin, 2007). Wawancara terhadap informan ditujukan untuk memperoleh data dan informasi secara lengkap tentang makna dan proses terbentuknya simbol-simbol perlawanan yang dilakukan Komunitas Street Punk


(10)

Gonzo di Jalan Mandala By Pass, Kelurahan Bandar Selamat, Kecamatan Medan Tembung.

3.4.2 Teknik Pengumpulan Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung dari objek penelitian. Data ini sebagai salah satu aspek pendukung keabsahan penelitian. Data ini berupa sumber-sumber atau referensi tertulis yang berhubungan dengan permasalahan penelitian. Pengumpulan data sekunder dalam penelitian ini dilakukan dengan cara penelitian kepustakaan dan pencatatan dokumen, yaitu dengan mengumpulkan data dan mengambil informasi dari buku referensi, skripsi, dokumen, majalah, jurnal dan bahan dari situs-situs internet dan hasil penelitian terdahulu yang dianggap relevan dengan masalah yang diteliti.

3.5 Interpretasi Data

Interpretasi data atau penafsiran data merupakan suatu kegiatan menggabungkan antara hasil analisis dengan permasalahan penelitian untuk menemukan makna yang ada dalam permasalahan. Bogdan dan Biklen (Moleong, 2006: 248) menjelaskan interpretasi data adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskan, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.

Interpretasi data dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia yang didapat melalui observasi, wawancara, dan juga dokumentasi. Setelah itu kemudian data akan dipelajari dan ditelaah kembali menggunakan teori yang


(11)

digunakan dan diinterpretasikan secara kualitatif untuk menganalisis permasalahan tersebut.

Interpretasi data dimulai dengan seluruh data-data yang telah diperoleh dalam penelitian ini baik melaui observasi, wawancara, dokumentasi dan cataan dilapangan akan diinterprestasikan berdasarkan dukungan teori dalam kajian pustaka, kemudian data tersebut akan diatur, diurutkan, dikelompokkan ke dalam kategori, pola atau uraian tertentu. Disini peneliti akan mengelompokkan data-data yang diperoleh dari hasil wawancara dan sebagainya, selanjutnya akan dipelajari dan ditelaah secara saksama agar diperoleh hasil atau kesimpulan yang baik dan sampai pada akhirnya menjadikan laporan penelitian.

3.6 Jadwal Kegiatan

Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan Penelitian

No Jadwal Kegiatan

Bulan Ke-

1 2 3 4 5 6 7 8 9

1. Pra Proposal √

2. ACC Judul √

3. Penyusunan Proposal

Penelitian √ √ √

4. Seminar Proposal

Penelitian √

5. Revisi Proposal

Penelitian √ √ √

6. Operasional Penelitian √ √

7. Pengumpulan dan

Analisis Data √ √


(12)

9. Penulisan Laporan

Penelitian √ √ √

10. Sidang Meja Hijau √

3.7 Keterbatasan Penelitian

Setiap orang pasti memiliki banyak keterbatasan yang berbeda-beda, begitu juga dengan peneliti yang memiliki banyak keterbatasan dalam penelitian ini. Adapun yang menjadi keterbatasan dalam penelitian ini adalah:

1. Faktor internal, yaitu keterbatasan yang berasal dari diri peneliti sendiri yakni sedikitnya literatur yang diperoleh peneliti, peneliti memiliki keterbatasan waktu dan kemampuan sehingga kurang mengerti dalam menjabarkan permasalahan penelitian ke dalam teori. Dalam penelitian ini, peneliti belum dapat mendeskripsikan secara mendalam mengenai masalah yang diteliti, sehingga analisis mengenai masalah tersebut belum maksimal.

2. Faktor eksternal, yaitu berupa kendala-kendala yang ditemukan dan muncul dari luar peneliti, seperti kendala waktu (khususnya informan Komunitas Punk) yang hanya dapat meluangkan waktu pada malam hari dengan peneliti, sehingga intensitas pertemuan antara peneliti dengan informan harus memanfaatkan waktu pertemuan yang singkat. Biaya yang cukup besar yang harus peneliti keluarkan setiap kali melakukan pertemuan dengan informan, sebagai bentuk penghargaan terhadap kelompoknya. Selain itu, keterbatasan lainnya terdapat beberapa informan yang memiliki sikap kurang terbuka dalam menjawab


(13)

pertanyaan-dari informan khususnya Komunitas Street Punk Gonzo dalam melakukan dokumentasi.


(14)

BAB IV

DESKRIPSI DAN INTERPRETASI DATA PENELITIAN

4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

4.1.1 Lokasi Berkumpul

Komunitas Street Punk Gonzo memiliki dua lokasi yang biasa mereka gunakan sebagai lokasi berkumpul atau istilah yang biasa komunitas ini gunakan yaitu “ngetem” atau “nongkrong” sejak tahun 2014 silam. Pertama yaitu lokasi Jalan Mandala By Pass, di sekitar pelataran toko, tepatnya di persimpangan empat antara jalan Mandala By Pass, Jalan Letda Sudjono, dan Jalan Kapten Selamat Ketaren, Kelurahan Bandar Selamat Kecamatan Medan Tembung. Lokasi ini dijadikan sebagai lokasi utama karena di wilayah ini pula aktivitas-aktivitas Komunitas Street Punk Gonzo berlangsung seperti mengamen, menggunakan “gelek” dan alkohol, mengatur lalu lintas, dan aktivitas lainnya. Di sekitar lokasi ini terdapat sebuah pasar tradisional dan modern yaitu masing-masing Pasar Firdaus dan Ramayana di Jalan Aksara. Sedangkan untuk lokasi berkumpul lainnya yaitu di Jalan Stadion Teladan Medan, dimana di lokasi ini Komunitas Street Punk Gonzo memasarkan produk-produk yang komunitas hasilkan seperti jasa pembuatan tattoo dan aksesoris.


(15)

Gambar 4.1: Peta Lokasi Jalan Mandala By Pass, lokasi utama berkumpulnya Komunitas Street Punk Gonzo.

4.1.2 Komunitas Street Punk Gonzo Berdasarkan Usia

Masyarakat yang tergabung dalam Komunitas Street Punk Gonzo umumnya berasal dari kelompok usia remaja hingga dewasa berusia sekitar 19-30 tahun. Sementara itu, untuk jumlah anggota dalam komunitas ini tidak dapat diketahui secara valid jumlahnya dikarenakan status komunitas yang tidak terdaftar secara formal, serta jumlah anggota komunitas yang terkadang mengalami penambahan maupun pengurangan. Jumlah anggota yang tidak stabil tersebut disebabkan oleh kehidupan Punker yang nomaden, berpindah dari satu lokasi ke lokasi lainnya yang justru pula mempertemukan anggota-anggota Komunitas Street Punk Gonzo di lokasi saat ini. Akan tetapi, berdasarkan informasi yang diperoleh terdapat 18 orang anggota komunitas yang bergabung hingga saat ini.


(16)

Tabel 4.1

Komunitas Street Punk Gonzo Berdasarkan Usia

No Nama Anggota Usia (Tahun)

1. Ariadi Purba 23

2. Budi 25

3. Meldi 30

4. Simon 23

5. Boy Siahaan 25

6. Toni 24

7. Yuda 19

8. Togi 21

9. Dori 21

10. Lainnya (8 anggota) -

Jumlah Anggota 18

Sumber: Wawancara Penelitian

4.1.3 Komunitas Street Punk Gonzo berdasarkan Daerah Asal

Berdasarkan hasil penelitian di lapangan diperoleh bahwa anggota-anggota Komunitas Street Punk Gonzo sebagian besar berasal dari wilayah daerah luar Kota Medan, seperti Kisaran, Stabat, Rantau Parapat, Binjai, Lubuk Pakam, dan wilayah lainnya. Untuk lebih terperinci dapat dilihat pada tabel berikut:


(17)

Tabel 4.2

Komunitas Street Punk Gonzo Berdasarkan Daerah Asal

No Nama Anggota Daerah Asal

1. Ariadi Purba Binjai

2. Budi Medan

3. Meldi Kisaran

4. Simon Rantau Parapat

5. Boy Siahaan Medan

6. Toni Stabat

7. Yuda Lubuk Pakam

8. Togi Stabat

9. Dori Medan

10. Lainnya (8 anggota) -

Jumlah Anggota 18

Sumber: Wawancara Penelitian

4.1.4 Komunitas Street Punk Gonzo berdasarkan Profesi

Komunitas Street Punk Gonzo selain memiliki aktivitas-aktivitas di dalam kelompok internalnya, masing-masing anggota juga memiliki profesi lainnya yang mendukung dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari, seperti dalam tabel berikut:


(18)

Tabel 4.3

Komunitas Street Punk Gonzo Berdasarkan Profesi

No Nama Anggota Profesi

1. Ariadi Purba Mahasiswa

2. Budi Pedagang Souvenir dan Jasa Tatto

3. Meldi Pengamen

4. Simon Buruh Bangunan

5. Boy Siahaan Pengamen

6. Toni Pengamen

7. Yuda Pegawai Toko

8. Togi -

9. Dori Buruh Bangunan

10. Lainnya (8 anggota) -

Jumlah Anggota 18

Sumber: Wawancara Penelitian

4.1.5 Komunitas Street Punk Gonzo Berdasarkan Lamanya menjadi Punker

Terbentuknya Komunitas Street Punk Gonzo didasari dari adanya konsensus yang lahir dari beberapa anggota komunitas yang sejak lama menjalani hidup sebagai seorang Punker. Hal ini dilihat berdasarkan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa sebagian anggota dalam Komunitas Street Punk Gonzo merupakan Punker yang berasal dari komunitas-komunitas lainnya sesuai dengan kehidupan Punker yang nomaden, dan juga dengan melihat rentang waktu


(19)

terbentuknya Komunitas Street Punk Gonzo yang baru terbentuk sejak tahun 2014 silam. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.4

Komunitas Street Punk Gonzo Berdasarkan Lamanya menjadi Punker

No Nama Anggota

Jenjang Waktu (Tahun)

1. Ariadi Purba ± 10

2. Budi ± 5

3. Meldi ± 6

4. Simon ± 3

5. Boy Siahaan ± 6

6. Toni ± 5

7. Yuda ± 1

8. Togi ± 1

9. Dori ± 1,5

10. Lainnya (8 anggota) -

Jumlah Anggota 18


(20)

4.2 Profil Informan

1. Informan Kunci (Pimpinan Komunitas Street Punk Gonzo) Nama : Ariadi Purba

Jenis Kelamin : Laki-laki

Umur : 23 Tahun

Asal Daerah : Binjai Pekerjaan : Mahasiswa Pendidikan terakhir : SMA Lama menjadi Punker: ± 10 tahun

Ariadi Purba dikenal sebagai pimpinan dalam Komunitas Street Punk Gonzo ini. Meskipun menurutnya tidak ada kasta (ketua, pimpinan, bos, atau raja) dalam Punk, yang senada dengan pengertian Punk sendiri yaitu “Public United Not Kingdom” atau Kesatuan masyarakat tanpa penguasa/pemimpin. Hanya saja karena pengetahuannya mengenai ideologi Punk lebih dari teman-teman se- komunitas, maka ia di posisikan seperti hal nya pemimpin di dalam komunitas tersebut.

Peneliti melakukan wawancara dengan informan ini pada malam hari sekitar pukul 21.00 WIB di pinggiran toko sekitar Jalan Mandala By Pass, tempat yang biasa komunitas Street Punk Gonzo jadikan lokasi berkumpul, setelah dua hari sebelumnya peneliti tidak berjumpa dengan informan ini. Cukup sulit untuk bertemu informan ini, dikarenakan hingga saat ini ia juga aktif kuliah di salah satu universitas swasta di Kota Medan. Nama Gonzo sendiri menurut informan berikut ini tidak memiliki makna sama sekali. Hanya saja ketika sering berkumpul komunitas ini sering melakukan aktivitas minum alkohol dan memakai ganja.


(21)

Sehingga banyak anggota komunitas ini terbiasa menyebut mereka sebagai bagian dari komunitas Punk yang sering memakai ganja, hingga lama-kelamaan kelompok ini terbiasa menyebut Komunitas Punk Gonzo. Menurut pengakuan Adi, panggilan akrabnya, ia mulai tertarik dengan Komunitas Punk sejak duduk di bangku Sekolah Dasar (SD). Saat itu ia tinggal di daerah Binjai. Sejak kedua orangtua nya meninggal dunia akibat kecelakaan pada saat ia masih SMP, Adi diasuh nenek dan pamannya yang hingga kini tinggal di Tembung Pasar X. Semenjak saat itu pula ia mengaku betul-betul terjun mempelajari tentang kehidupan Punk, ketika bentuk keluarga (ayah dan ibu) tidak lagi ia dapatkan, maka ia menemukan keluarga yang baru yaitu nenek dan pamannya.

Awalnya ia bergabung dengan Komunitas Punk yang berlokasi di Jalan Aksara Kota Medan. Ia mengenal dan bergabung dengan Komunitas Punk di lokasi tersebut dari seorang pamannya sendiri yang saat itu memang sudah lebih dulu bergabung. Adi mengakui betul-betul menikmati menjadi seorang Punker, terlebih ketika ia mempelajari secara mendalam mengenai ideologi Punk itu sendiri seperti Do it Yourself (DIY) dan Anarchy serta anti kemapanan. Menurutnya, Do it Yourself mengajarkan kita untuk hidup secara mandiri tanpa ketergantungan dari pihak atau siapapun. Dengan kata lain seperti yang diungkapkan Soekarno “Berdiri diatas kaki sendiri (Berdikari)”. Anarchy yang menghendaki terbentuknya masyarakat tanpa negara, yang menurutnya negara merupakan bentuk penguasa diktator, yang membuat peraturan bersifat memaksa dan membatasi masyarakat untuk pilihannya sendiri. Serta anti kemapanan yang menurut komunitas mereka masyarakat umumnya pada saat ini hidup dengan


(22)

materialistis dan berupaya menguasai orang lain, juga terlalu mengikuti budaya-budaya yang dibentuk oleh kapitalis.

Informan menyatakan Komunitas Street Punk Gonzo sebelumnya merupakan komunitas yang berada di Jalan Aksara. Namun, akibat keributan diantara sesama Punker memaksa komunitas ini berpindah ke lokasi yang sekarang yaitu Jalan Mandala By Pass. Tujuan dari Komunitas ini adalah untuk melawan segala bentuk penindasan, menuntut kebebasan dan melawan segala bentuk penguasa-penguasa.

Menurut informan, tidak ada aturan yang mengharuskan seorang Punker harus menggunakan fashion atau aksesoris selayaknya seorang Punker. Karena menurutnya Punk itu dimaknai dalam jiwa dan perbuatan, bukan sebatas gaya. Informan yang seorang mahasiswa, juga mengkondisikan fashion dan aksesoris yang berlaku di kampusnya, sehingga tidak harus menggunakan penampilan yang khusus. Namun menurutnya, setiap atribut yang digunakan Punker mempunyai nilai filosofi tersendiri, terkhusus bagi Komunitas Street Punk Gonzo para Punker umumnya menggunakan celana yang ketat yang dimaknai sebagai himpitan hidup yang terjadi masyarakat khususnya di Indonesia saat ini. Celana dan baju yang robek dimaknai sebagai kebebasan bergerak di tengah situasi yang sempit atau memenjarakan masyarakat. Sepatu boot dimaknai sebagai perlawanan terhadap militer yang merupakan prajurit pemerintah dengan melalui perlawanan dari bawah. Rambut yang di cat dimaknai sebagai keberagaman identitas ataupun kelompok di masyarakat seperti hal nya pelangi. Emblem atau stiker kain tempel dimaknai sebagai bentuk keprihatinan terhadap kemiskinan yang menggambarkan tidak berdayanya dalam membeli pakaian. Rantai, kalung dan gelang serta warna


(23)

hitam sebagai dimaknai sebagai simbol solidaritas. Tato, tindik, dan pearching dimaknai sebagai penguasaan absolut atas tubuh sendiri tanpa ada campur tangan dari apapun. Informan juga menambahkan bahwa semakin lebar tindikan yang digunakan Punker maka semakin luas dan panjang perjalanan hidup Punker tersebut.

Selain itu jenis musik yang dimainkan Komunitas Street Punk Gonzo tidak mementingkan nada namun lebih memprioritaskan lirik lagu yang disampaikan kepada orang lain. Isi lagu yang disampaikan lebih bersifat kritik sosial sesuai kondisi di Indonesia. Musik itu dimainkan saat Punker mengamen mencari makan. Selain itu bentuk-bentuk perlawanan simbolik lainnya yang dilakukan Komunitas Street Punk Gonzo dilakukan dengan bentuk grafity (coretan-coretan tembok), dan menghasilkan produk-produk yang dihasilkan komunitas seperti emblem, sablon, gelang, kalung, dan jasa pembuatan tatto. Kegiatan itu dimaknai sebagai bentuk kritik terhadap masyarakat umumnya yang hanya tergantung terhadap pemilik modal dalam bermatapencaharian (buruh). Informan juga menambahkan beberapa aktivitas yang dilakukan Komunitas Street Punk Gonzo diantaranya minum alkohol dan “gelek” bersama serta mengatur lalu lintas. Kegiatan itu dimaknai sebagai bentuk solidaritas diantara sesama Punker dan kritik terhadap aparatur negara yang seharusnya memiliki tanggung jawab mengatur lalu lintas.

2. Informan Biasa (Anggota Komunitas Street Punk Gonzo)

Nama : Budi


(24)

Umur : 25 Tahun Asal Daerah : Medan

Pekerjaan : Wiraswasta (Pedagang Souvenir dan Jasa Tatto)

Pendidikan terakhir : SMA Lama menjadi Punker: ± 5 tahun

Informan berikut ini peneliti temui di lokasi usaha Komunitas Street Punk Gonzo yaitu di pinggiran Jalan Stadion Teladan. Peneliti melakukan wawancara pada malam hari disaat ia sedang berdagang. Ia memaparkan bahwa ia sejak lama sudah menjalani hidup sebagai seorang Punker. Awalnya komunitas ini berada di Jalan Aksara, namun karena keributan pada saat itu, komunitas ini membagi wilayah yaitu Komunitas Punk yang berada di Jalan Aksara dan Komunitas Punk di Jalan Mandala By Pass. Awalnya informan bergabung dengan komunitas ini adalah diajak oleh teman sepermainannya sekitar lima tahun yang lalu. Saat itu ia belum memahami bagaimana makna yang terkandung dalam aktivitas dan kehidupan Punk, tetapi justru mengikuti tren. Namun, sejak informan mengenal salah seorang teman yang juga seorang Punker disaat itu pula ia mulai mengenal bagaimana menjalani kehidupan sebagai seorang Punker hingga saat ini.

Menurut Budi, fashion dan aksesoris yang digunakan anggota komunitas Street Punk Gonzo bermacam-macam. Mulai dari tindik, rantai, sepatu boot, celana ketat, rambut Mohawk, gelang dan lain-lain. Selain itu bentuk aktivitas Komunitas ini antara lain meminum minuman keras, mengatur lalu lintas, mengamen, menggambar grafity di tembok, menjual produk-produk.


(25)

Tujuan dari fashion dan aktivitas yang dilakukan Komunitas Street Punk Gonzo ini menurutnya yaitu untuk memberikan perlawanan terhadap segala bentuk penindasan, baik dari pemerintah maupun dari penguasa-penguasa.

3. Informan Biasa (Anggota Komunitas Street Punk Gonzo)

Nama : Meldi

Jenis Kelamin : Laki-laki

Umur : 30 Tahun

Asal Daerah : Kisaran Pekerjaan : Pengamen Pendidikan terakhir : SMP Lama menjadi Punker: ± 6 tahun

Informan berikut merupakan informan tertua yang berasal dari Komunitas Street Punk Gonzo. Peneliti juga menemui informan ini di tempat yang sama dan pada saat yang sama pula dengan informan sebelumnya yaitu Budi. Meldi mengaku sudah sekitar enam tahun bergabung dalam Komunitas Punk. Ia berasal dari Kisaran. Awalnya ia bergabung dengan komunitas yang berada di Jalan Gatot Subroto. Seperti hal nya kehidupan Punker yang berpindah-pindah, ia bertemu dengan Komunitas Street Punk Gonzo ini. Penerimaan anggota Komunitas ini membuat Meldi bertahan lama di lokasi tersebut.

Menurutnya, atribut yang digunakan Komunitas Punk memang memiliki arti tersendiri sesuai dengan kondisi di sekitarnya. Bagi Komunitas Street Punk Gonzo sendiri sepatu boot dimaknai sebagai bentuk perlawanan yang harus dilawan dengan kerasnya sepatu boot itu juga. Celana ketat yang dimaknai


(26)

sebagai bentuk kerasnya hidup yang dialami masyarakat miskin saat ini yang begitu mencekik. Rantai sebagai simbol solidaritas dan kesamarataan. Emblem yang dimaknai sebagai bentuk kesulitan dalam membeli barang akibat harga yang tinggi, sehingga upaya yang dilakukan hanya mengoptimalkan barang seadanya.

Bentuk aktivitas lainnya antara lain mengamen, menggambar grafity, serta mengatur lalu lintas yang biasa komunitas ini sebut sebagai “Polisi Gopek”. Namun, aktivitas itu bukan tanpa makna, melainkan juga memberikan kritik sosial terhadap segala bentuk yang bertentangan dengan ideologi Punk itu sendiri.

4. Informan Biasa (Anggota Komunitas Street Punk Gonzo)

Nama : Simon

Jenis Kelamin : Laki-laki

Umur : 23 Tahun

Asal Daerah : Rantau Parapat Pekerjaan : Buruh Bangunan Pendidikan terakhir : SMA

Lama menjadi Punker: ± 3 tahun

Informan ini peneliti jumpai di sebuah warung kecil saat ia sedang membeli di sekitar lokasi penelitian. Informan ini awalnya terkesan menolak keinginan peneliti untuk mewawancarainya. Namun karena izin yang telah peneliti dapatkan dari salah satu informan yaitu Ariadi, maka informan ini pun bersedia memberikan waktunya. Ia mulai bergabung dengan Komunitas Street Punk Gonzo sekitar tiga tahun yang lalu, pada saat komunitas ini berada di Jalan Aksara Kota Medan. Ia mengaku berasal dari keluarga yang broken home. Konflik


(27)

yang terjadi diantara sesama Komunitas Punk membuat komunitas ini berbagi wilayah yaitu Jalan Mandala By Pass dan Jalan Aksara. Namun, menurutnya konflik itu tidak membuat mereka sesama Komunitas Punk bermusuhan satu sama lain. Karena menurutnya, Punk tetap satu keluarga.

Komunitas Street Punk Gonzo menurut informan ini memaknai fashion dan musik sebagai jalan kritik sosial terhadap pemerintah dan kapitalis. Celana ketat dimaknai sebagai kesempitan dalam menjalani hidup akibat sistem-sistem yang dibentuk pemerintah dan kapitalis. Gelang dan rantai sebagai simbol solidaritas, rambut yang di cat berwarna yang dimaknai sebagai keragaman budaya dan masyarakat, tattoo dan tindik yang dimaknai sebagai penguasaan tubuh oleh individu tanpa ada paksaan dari orang lain ataupun pemerintah.

Selain itu, bentuk musik yang dimainkan Komunitas Punk Gonzo juga menyampaikan isi lagu yang menyinggung pemerintah dan kapitalis. Minuman alkohol yang diminum bersama-sama oleh komunitas ini juga melambangkan kesolidan diantara Komunitas Punk. Bentuk solidaritas itu juga terbentuk melalui tradisi yang dilakukan komunitas ini.

5. Informan Biasa (Anggota Komunitas Street Punk Gonzo)

Nama : Boy Siahaan

Jenis Kelamin : Laki-laki

Umur : 25 Tahun

Asal Daerah : Medan Pekerjaan : Pengamen Pendidikan terakhir : SMA


(28)

Lama menjadi Punker: ± 6 tahun

Boy Siahaan adalah salah satu anggota Komunitas Street Punk Gonzo yang sejak lama telah bergabun g. Ia bergabung sejak komunitas ini masih mendiami lokasi Jalan Aksara Kota Medan. Peneliti melakukan wawancara dengan informan berikut ini di lokasi tempat ia mengamen yaitu di Jalan Mandala By Pass. Ia sangat terbuka dalam menjawab semua pertanyaan yang diajukan. Sehari-harinya beliau bekerja sebagai pengamen, dikarenakan menurutnya ia tidak mau bekerja dibawah tekanan orang lain.

Ia mengenal Punk sejak ia duduk di bangku Sekolah menengah Atas sekitar kelas dua. Saat itu ia bergaul dengan teman-teman yang juga berkepribadian sebagai seorang Punker. Menurutnya kehidupan seperti sekarang ini lebih baik dari kehidupan sebelumnya saat tinggal bersama orangtuanya. Terlebih menurutnya kehidupan bersama orang tua nya yang keras, membatasi dan bertentangan dengan kepribadian nya yang menuntut kebebasan. Kegiatan yang dilakukan komunitas ini beragam mulai dari mengamen, jasa tato, menjual produk, “Polisi Gopek”, dan banyak hal lainnya.

6. Informan Biasa (Anggota Komunitas Street Punk Gonzo)

Nama : Toni

Jenis Kelamin : Laki-laki

Umur : 24 Tahun

Asal Daerah : Stabat Pekerjaan : Pengamen Pendidikan terakhir : SMA


(29)

Lama menjadi Punker: ± 5 tahun

Toni biasa dipanggil akrab, adalah salah satu anggota Komunitas Punk Gonzo yang sejak lama telah bergabung. Ia bergabung sejak komunitas ini masih mendiami lokasi Jalan Aksara Kota Medan. Peneliti melakukan wawancara dengan informan berikut ini di lokasi tempat ia mengamen yaitu di Jalan Mandala By Pass. Ia sangat tertutup dalam menjawab semua pertanyaan yang diajukan. Sehari-harinya beliau bekerja sebagai pengamen, dikarenakan menurutnya ia tidak memiliki pekerjaan lain.

7. Informan Biasa (Anggota Komunitas Street Punk Gonzo)

Nama : Yuda

Jenis Kelamin : Laki-laki

Umur : 19 Tahun

Asal Daerah : Lubuk Pakam Pekerjaan : Pegawai Toko Pendidikan terakhir : SMA

Lama menjadi Punker: ± 1 tahun

Yuda adalah salah satu anggota Komunitas Punk Gonzo yang baru bergabung. Ia bergabung sejak komunitas ini pertama kali berada di Jalan Mandala By Pass. Ia mengaku bergabung karena tertarik dengan fashion Punk itu sendiri tanpa mengetahui maknanya. Peneliti melakukan wawancara dengan informan berikut ini di lokasi tempat yang biasa komunitas ini jadikan sebagai lokasi berkumpul. Ia sangat tertutup dalam menjawab semua pertanyaan yang


(30)

diajukan. Sehari-harinya beliau bekerja sebagai pegawai toko di Jalan Serdang, Medan.

8. Informan Biasa (Anggota Komunitas Street Punk Gonzo)

Nama : Togi

Jenis Kelamin : Laki-laki

Umur : 21 Tahun

Asal Daerah : Stabat Pekerjaan : - Pendidikan terakhir : SMA Lama menjadi Punker: ± 1 tahun

Informan yang satu ini juga belum lama bergabung dengan Komunitas Street Punk Gonzo. Ia peneliti jumpai di tempat lokasi komunitas berkumpul yaitu di Jalan Mandala by Pass sekitar pukul sembilan malam pada saat hanya ada dua orang Punker di lokasi tersebut. Ia mengaku bergabung dengan komunitas ini hanya sebatas ajang berkumpul, dan mencari teman. Menurutnya keberadaan komunitas Punk menjadi hal yang popular di tengah masyarakat. Ia mengaku berasal dari Stabat, Langkat. Ia saat ini tinggal di Bandar Selamat bersama saudara laki-lakinya.

9. Informan Biasa (Anggota Komunitas Street Punk Gonzo)

Nama : Dori


(31)

Umur : 21 Tahun Asal Daerah : Medan

Pekerjaan : Buruh bangunan Pendidikan terakhir : SMA

Lama menjadi Punker: ± 1,5 tahun

Informan yang satu ini juga belum lama bergabung dengan Komunitas Street Punk Gonzo. Ia peneliti jumpai di tempat lokasi komunitas berkumpul yaitu di Jalan Mandala by Pass sekitar pukul sembilan malam pada saat hanya ada ia dan Punker lainnya bernama Togi di lokasi tersebut. Menurutnya style Punk saat ini populer di masyarakat, dan hal tersebut menjadi daya tarik ia bergabung. Ia mengaku merupakan masyarakat yang tinggal di Jalan Mandala By Pass Gg. Tengah. Informan ini terlihat tertutup dalam menjawab pertanyaan yang peneliti ajukan.

10.Informan Biasa (Lurah Kelurahan Bandar Selamat) Nama : Muktar Lubis, SE

Jenis Kelamin : Laki-laki

Umur : 52 Tahun

Agama : Islam

Pekerjaan : Kepala Kelurahan Bandar Selamat Pendidikan terakhir : S1 Manajemen

Bapak Muktar Lubis adalah kepala lurah Kelurahan Bandar Selamat Kecamatan Medan Tembung dan telah menjabat sebagai kepala lurah selama kurang lebih selama dua setengah tahun. Bapak ini sebagai kepala lurah yang ke


(32)

13 semenjak pemerintahan kelurahan ini tidak lagi sebagai desa tapi sudah berstatus sebagai kelurahan.

Peneliti melakukan wawancara dengan lurah tersebut di Kantor Kelurahan Bandar Selamat pada siang hari sekitar pukul 14.00 WIB selepas waktu istirahat. Beliau menyambut peneliti dengan terbuka. Pada saat sesi wawancara dilakukan dilihat dari cara beliau menjawab pertanyaan, terlihat beliau menjawab pertanyaan yang diajukan secara terbuka. Namun, dari informasi yang diperoleh Kepala Kelurahan Bandar Selamat ini kurang mengetahui secara keseluruhan dari beberapa pertanyaan yang peneliti tanyakan seputar Komunitas Punk yang berada di wilayah kelurahan yang saat ini ia pimpin.

Menurut beliau, setahun belakangan ini Komunitas Punk tersebut memang terlihat eksis di Jalan Mandala By Pass, tepatnya di persimpangan empat antara Jalan Mandala By Pass, Jalan Letda Sudjono, serta Jalan Selamat. Komunitas ini berdasarkan informasi yang beliau peroleh dari masyarakat lainnya, berasal dari Komunitas Punk yang ada di Jalan Aksara. Mereka berpindah dari Jalan Aksara ke Jalan Mandala By Pass dikarenakan terjadinya keributan di antara Komunitas Punk Jalan Aksara beberapa tahun lalu. Keributan itu menurut beliau terjadi karena perebutan wilayah untuk mencari makan, khususnya untuk mengamen yang juga merupakan sumber penghasilan mereka.

Menurut beliau, daya tarik masyarakat untuk menjadi Punk dan menjadi anggota Komunitas Punk tersebut, tidak lain karena putus sekolah yang akhirnya tidak memiliki masa depan sehingga memilih Punk sebagai pelarian. Orangtua yang terlalu otoriter dalam membimbing anak juga salah satunya, sehingga anak


(33)

tersebut memilih untuk hidup bebas tanpa tekanan dari siapapun termasuk orangtuanya.

Aktivitas dari komunitas ini menurut beliau mengamen, mengatur lalu lintas saat lampu lalu lintas mati, juga menjual produk-produk kerajinan yang Komunitas Punk hasilkan. Selain itu dari sisi negatif yaitu mabuk-mabukan, narkoba, serta juga membuat takut banyak masyarakat akibat penampilan mereka.

Dari segi fashion atau aksesoris menurut Bapak Muktar Lubis yaitu celana dan baju yang koyak dan ketat, sepatu boot, gelang dan kalung rantai, tindik, pearching, serta rambut Mohawk yang di cat berwarna. Namun, ketika peneliti menanyakan mengenai makna, fungsi serta tujuan dari aktivitas dan fashion/aksesoris dari Komunitas Punk tersebut, beliau mengaku hingga saat ini belum mengetahui sama sekali.

Diakhir wawancara peneliti menanyakan tentang tanggapan dan harapan beliau selaku pemimpin terhadap Komunitas Punk di Jalan Mandala By Pass. Beliau menjawab bahwa apapun bentuk kegiatan masyarakat selalu didukung selagi itu positif, terutama terkait dengan aksi sosial seperti mengatur lalu lintas yang dilakukan Komunitas Punk tersebut. Selain itu ia juga mengharapkan bentuk-bentuk aksi sosial lainnya yang secara langsung dapat menambah nilai positif komunitas tersebut dalam masyarakat.

11.Informan Biasa (Masyarakat Sekitar Lokasi) Nama : Drs. Abdul Arfan

Jenis Kelamin : Laki-laki


(34)

Agama : Islam

Pekerjaan : Staf Kelurahan Bantan Kecamatan Medan Tembung

Pendidikan terakhir : S1

Informan berikut ini merupakan masyarakat yang bekerja di Kantor Kelurahan Bantan Kecamatan Medan Tembung. Beliau yang setiap harinya berada sekitar lokasi Komunitas Punk Gonzo berkumpul cukup mengetahui tentang keberadaan komunitas ini. Menurut beliau komunitas ini muncul eksis di Jalan Mandala By Pass sekitar tahun 2014 yang lalu. Komunitas ini menamakan mereka Komunitas Punk Gonzo. Berdasarkan informasi yang beliau dapatkan langsung dari anggota komunitas tersebut, para anggota komunitas rata-rata berasal dari luar Kota Medan seperti Binjai, Kisaran dan Labuhan batu. Mereka berkumpul di Jalan Aksara dan kemudian berpindah ke Jalan Mandala By Pass hingga saat ini.

Menurut beliau aksesoris yang digunakan Komunitas ini antara lain pakaian yang ketat, tatto, rambut Mohawk, rantai, jacket, tindik, dan sebagainya. Namun ketika peneliti menanyakan tentang makna yang terkandung dalam aksesoris tersebut, informan ini tidak mengetahui makna yang tersebut. Namun, hal positif yang perlu dilihat dari Komunitas Punk Gonzo menurutnya ialah kesediaan komunitas tersebut untuk turut membantu dalam mengatur lalu lintas ketika terjadi macet di sekitar lokasi penelitian.


(35)

12.Informan Biasa (Masyarakat Sekitar Lokasi)

Nama : Masriani

Jenis Kelamin : Perempuan

Umur : 50 Tahun

Agama : Islam

Pekerjaan : Pedagang Sayur Pendidikan terakhir : SMA

Ibu berumur setengah abad ini biasa berjualan di Pasar Firdaus Jalan Mandala By Pass Kelurahan Bantan. Lokasi pasar yang berbatasan langsung dengan Kelurahan Bandar Selamat persis di lokasi tempat berkumpulnya Komunitas Street Punk Gonzo. Menurut beliau komunitas ini mulai muncul sekitar dua tahun yang lalu. Mereka datang dari Jalan Aksara yang lokasinya tidak jauh dari Jalan Mandala By Pass. Menurut pernyataan Ibu Masriani rata-rata anggota komunitas itu berasal dari luar kota bukan dari masyarakat sekitar. Namun, beliau kurang tahu persis asal lokasi mereka.

Tanggapan beliau mengenai keberadaan Komunitas Street Punk Gonzo selama ini mendukung. Karena menurutnya, masyarakat yang hidup di jalanan bukan sekedar karena ikut-ikutan saja, melainkan sulitnya mencari pekerjaan sekarang ini sehingga mereka mencari kehidupan di jalan. Beliau mengaku dulunya memiliki seorang saudara kandung yang juga memilih hidup sebagai seorang Punk. Dari sana lah beliau mengetahui sedikit alasan masyarakat memilih hidup seperti itu.

Kegiatan komunitas Punk di Jalan Mandala By Pass ini yang paling sering mengamen, mengatur lalu lintas saat macet. Dari segi fashion/aksesoris yang


(36)

digunakan Komunitas tersebut menurut beliau seperti rantai, gelang, tindik, rambut yang di cat, tattoo, celana yang sangat ketat, dan lainnya. Informan berikut ini tidak mengetahui makna yang terkandung dalam aktivitas dan fashion dalam Komunitas Punk.

13.Informan Biasa (Masyarakat Sekitar Lokasi)

Nama : Burhanuddin

Jenis Kelamin : Laki-laki

Umur : 27 Tahun

Agama : Islam

Pekerjaan : Pedagang Asongan Pendidikan terakhir : SMA

Informan berikut ini peneliti jumpai di sekitar lokasi tempat Komunitas Punk Gonzo berkumpul, pada malam hari sekitar pukul 20.00 WIB. Beliau yang setiap harinya berdagang asongan (rokok dan aqua) di lampu merah Jalan Mandala By Pass ini mengaku sudah sekitar lima tahun berdagang di lokasi tersebut. Informan ini mengaku mengenal persis Komunitas Punk Gonzo tersebut. Menurutnya mereka berasal dari Jalan Aksara, lokasi yang tidak jauh dari Jalan Mandala By Pass sekitar dua tahun lalu. Mereka berpindah karena ribut masalah lahan untuk mengamen. Di Jalan Aksara sudah ramai dengan anak jalanan lain yang juga mengamen. Maka dari itu Komunitas Punk Gonzo pindah ke lokasi saat ini.

Harapan beliau terhadap Komunitas Punk Gonzo ialah lebih melakukan kegiatan yang lebih positif, terutama kegiatan yang lebih nyata. Menurutnya,


(37)

kegiatan dan atribut yang digunakan komunitas Punk tidak dimengerti banyak orang, sehingga label negatif yang di cap masyarakat lebih mengarah ke arah negatif seperti pengangguran, mabuk-mabukan, narkoba, kotor, dan tidak berpendidikan.

4.3 Sejarah Munculnya dan Perkembangan Komunitas Punk di Kota Medan

Sejarah Komunitas Public United Not Kingdom (Punk) di Indonesia tidak begitu dapat ditemukan atau dijumpai bagaimana awal subkultur tersebut pertama kali hadir, namun dalam beberapa informasi komunitas ini awalnya muncul pada tahun 1980-an yang sebelumnya telah didahului dengan berkembangnya sub kultur metal dan rock di Indonesia. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa perkembangan Komunitas Punk di kota-kota di Indonesia berangkat dari proses adopsi fashion dan musik. Proses tersebut yang hingga sekarang masih lekat dengan stigma yang dilabelkan pada Komunitas Punk di Indonesia.

Kota Medan yang juga merupakan salah satu kota di Indonesia yang mengalami perkembangan sebagai kota besar, menjadikan kota ini salah satu basis Komunitas Punk di Indonesia. Secara historis, komunitas ini memiliki sejarah panjang di Kota Medan. Budaya dan scene (istilah kelompok dalam Komunitas Punk) Punk muncul pertama kali berkisar pada akhir tahun 1980 dan di awal 1990. Budaya ini dibawa oleh anak-anak Kota Medan yang sekolah atau berkunjung dari Pulau Jawa, dan akhirnya meluas sampai ke pinggiran Kota Medan. Tanjung Morawa adalah salah satu kota yang memiliki scene yang sudah cukup lama eksis dan merupakan pelopor penyebaran budaya Punk di Kota


(38)

Medan. Salah satu scene awal di Kota Medan tidak terlepas dari nama “INALUM Brotherhood”, walaupun kini sudah tidak ada lagi. Punker yang dulunya tergabung dan terlibat aktif dalam scene tersebut masih ada yang bertahan dan tetap menjalani kehidupan Punk sampai sekarang (Newkicks. edisi November 2010. Halaman 15).

Kelompok Punk yang terusir dari masyarakat dianggap sampah, di nilai menyimpang, membuat Punkers membentuk kelompok baru untuk berlindung. Solidaritas kelompok ini sangat penting untuk bertahan hidup. Dalam menjalankan kehidupannya, Punk sangat lah memegang teguh gaya hidup kolektif. Semua untuk satu, satu untuk semua. Sehingga dapat dikatakan solidaritas hidup mereka di dalam kelompoknya sangat tinggi. Berkumpul atau sering disebut “nongkrong” merupakan aktifitas wajib yang seolah tak perlu ada aturan yang baku dalam menjalankannya. Generasi muda yang tergabun g dalam komunitas Punk merasa menemukan konsep dan pemikiran mereka terhadap gaya unik dan khas yang ditonjolkan oleh Punk. Dengan dandanan serta gaya berpakaian yang ekstrem, komunitas ini cukup menarik perhatian banyak masyarakat Kota Medan tentunya (Newkicks. edisi November 2010. Halaman 15).

Komunitas Punk di Indonesia, termasuk di Kota Medan, memang sangat diwarnai oleh budaya dari barat atau Amerika dan Eropa. Biasanya perilaku mereka terlihat dari gaya busana yang mereka kenakan seperti sepatu boot, potongan rambut mohawk ala suku Indian, atau dipotong ala feathercut dan diwarnai dengan warna-warna yang terang, rantai dan spike, jaket kulit, celana jeans ketat dan baju yang lusuh, anti kemapanan, anti sosial, kaum perusuh dan


(39)

kriminal dari kelas rendah, pemabuk berbahaya sehingga banyak yang mengira bahwa orang yang berpenampilan seperti itu sudah layak untuk disebut sebagai Punker (Analisadaily. 2012. Eksistensi Punk dan Moralitas Bangsa Indonesia. Diakses dari

Orde Baru membiakkan militerisme dan fasisme dalam kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia. Pemerintahan saat itu dilakukan dengan mengabaikan kebebasan sipil, termasuk kebebasan berekspresi, beragama, berserikat dan sebagainya (Chainur Arrasjid, 2002). Era pasca Reformasi justru memberikan angin segar dan pengaruh terhadap hadirnya berbagai macam komunitas, tidak terkecuali Komunitas Punk. Pada masa Orde Baru yang menutup keras terhadap kritik dan peluang terhadap hadirnya kelompok-kelompok yang bertentangan dengan pemerintah dan kaum elite yang berkuasa saat itu, menjadikan Komunitas Punk kurang populer di masyarakat. Namun, pasca Reformasi 1998 di Indonesia beragam kelompok-kelompok anti-meanstream di Indonesia mulai bermunculan menunjukkan citra identitasnya masing-masing.

Pada awal tahun 2000 ditandai sebagai awal semakin merebaknya kembali berbagai macam komunitas street Punk di Kota Medan. Komunitas ini cepat menyebar luas dan komunitas Punker baru juga semakin banyak bermunculan. Komunitas street Punk di Kota Medan bermunculan mulai dari Jalan Sutomo, meluas sampai ke daerah Guru Patimpus, Sei Sikambing, Juanda, Titi Kuning, Brayan, Aksara, Belawan, Ayahanda, Griya, Speksi dan akhirnya sampai ke daerah Bilal (Newkicks. edisi November 2010. Halaman 15).


(40)

Seiring perkembangannya, menjamurnya anak Punk atau yang lebih terkenal dengan sebutan Punker di Indonesia termasuk di Kota Medan, tidak terlepas dari dua faktor yang sangat fundamental yaitu faktor sosial dan faktor ekonomi. Adapun faktor yang pertama yaitu faktor sosial, dapat dilihat munculnya "gap" atau jurang pemisah antara si kaya dan si miskin yang biasa disebut kesenjangan sosial. Sedangkan faktor ekonomi yaitu Punk di Indonesia di dominasi oleh remaja yang secara finansial cenderung ke bawah, para remaja kelas bawah yang tidak memiliki harapan di masa depan. (Analisadaily.2012. Eksistensi Punk dan Moralitas Bangsa Indonesia. Diakses dari http://www.analisadaily.com).

4.3.1Komunitas Street Punk Gonzo

Komunitas Street Punk Gonzo yang berdomisili di Jalan Mandala By Pass Kelurahan Bandar Selamat Kecamatan Medan Tembung mulai eksis di lokasi tersebut sejak akhir tahun 2014 silam. Komunitas ini sudah terbentuk lama, jauh sebelum komunitas tersebut bermigrasi dari lokasi yang lama yaitu di Jalan Aksara, Kota Medan. Berpindahnya Komunitas Punk ini dari lokasi Jalan Aksara ke Jalan Mandala By Pass disebabkan oleh terjadinya konflik internal di antara sesama anggota Komunitas Punk tersebut. Konflik tersebut tidak lain ialah perebutan lokasi mengamen yang biasa Komunitas Punk jadikan sebagai bagian aktivitas sehari-hari dalam pemenuhan kebutuhan hidup. Hal ini diungkapkan oleh informan Ariadi Purba (23 tahun) sebagai berikut:

“Kami ini dulunya Punker yang di Aksara bang. Tapi, karna ribut diantara sesama Punker, ya kami ngalah lah. Makanya kami yang pindah ke sini ke lokasi yang sekarang di Jalan Mandala By Pass ini. Tapi gak apa juga lah, bagi-bagi tempat bagi-bagi rezeki, sama-sama Punk nya. Kawan seperjuangan”


(41)

Hal yang sama juga diungkapkan oleh informan Muktar Lubis (51 tahun) sebagai berikut:

“Semenjak setahun belakangan ini anak Punk itu disana saya lihat. Di jalan Mandala By Pass itu di simpang antara Jalan Letda Sujono dekat pasar Firdaus. Saya dengar dari orang-orang memang, anak- anak Punk itu dari Aksara pindah ke Jalan Mandala. Mereka pindah karena keributan masalah wilayah mengamen. Ya, kita tahu lah rata-rata mengamen nya anak Punk itu. Dari situ nya makan nya….”

Awalnya penamaan komunitas ini sendiri belum terbentuk sebelum komunitas ini bermigrasi dari Jalan Aksara ke Jalan Mandala By Pass. Aktivitas yang kerap sekali kaitannya dengan stigma yang selama ini di labelkan pada Komunitas Punk seperti mengonsumsi minuman beralkohol dan narkotika khususnya “Ganja”, juga sering dikonsumsi Komunitas Street Punk Gonzo. Aktivitas ini sering dilakukan secara bersama-sama antar anggota komunitas pada malam hari di pinggiran toko di sekitar Jalan Mandala By Pass, ketika pendapatan yang mereka peroleh seharian lebih untuk menutupi biaya utama yaitu makan. Pendapatan itu dihasilkan baik itu melalui mengamen, menjual souvenir, jasa pembuatan tato, dan mengatur lalu lintas atau “Polisi Gopek”. Aktivitas mengonsumsi minuman beralkohol dan ganja di dalam komunitas ini secara berulang-ulang, secara tidak langsung pula menjadi cikal bakal nama Komunitas Punk tersebut menjadi Komunitas Street Punk Gonzo. Penamaan “Gonzo” sendiri bukan terpintas atau lahir dari internal komunitas itu sendiri, melainkan melalui penamaan dan identitas yang diberikan masyarakat sekitar Jalan Mandala By Pass secara berulang dan terus-menerus, berkesesuaian dengan aktivitas mengonsumsi “ganja”. Hal ini sesuai dengan pernyataan yang disampaikan Informan Ariadi Purba (23 tahun) sebagai berikut:


(42)

“Sebenarnya Gonzo itu artinya Ganja. Itu karena kami disini sering make ganja rame-rame, minum juga bang. Itu kalo kami lagi kumpul disini, juga kalo ada duit lebih lah sehari ini. Kami sekeluarga ini ngumpul duit semua, berapa yang ada letakkan. Itu nya kenapa nama kami disini disebut Gonzo. Gak ada arti yang khusus gitu bang…”

Terbentuknya Komunitas Street Punk Gonzo ini didasari akan kesadaran di dalam kelompok, dengan melihat kondisi negara yang semakin kacau dengan merebaknya korupsi, kriminalitas, kemiskinan, pengangguran, serta beragam persoalan-persoalan lainnya yang terjadi di sekitar mereka. Tidak hanya itu, kondisi masyarakat di Indonesia yang cenderung mengikuti budaya dominan yang dibentuk oleh pasar menjadikan masyarakat yang mengarah pada sifat materialis dan kapitalis. Dua persoalan tersebut, menjadi latar belakang konsensus komunitas ini terbentuk.

Masyarakat yang tergabung dalam komunitas ini umumnya berasal dari kelompok usia remaja menjelang dewasa berusia sekitar antara 20-30 tahun. Sementara itu, untuk jumlah anggota dalam Komunitas Street Punk Gonzo ini tidak dapat diketahui secara pasti jumlahnya dikarenakan status komunitas yang tidak terdaftar secara formal, serta jumlah anggota komunitas yang tidak stabil. Penambahan maupun pengurangan jumlah tersebut disebabkan oleh kehidupan Punker yang nomaden, berpindah dari lokasi yang satu ke lokasi lainnya, justru pula mempertemukan anggota-anggota Komunitas Punk ini di lokasi saat ini. Namun, berdasarkan informasi yang diperoleh terdapat sekitar 18 orang Punker yang menetap di lokasi tersebut. Beberapa dari mereka berasal dari luar daerah Kota Medan seperti Kisaran, Rantau Parapat, Binjai, dan Stabat.


(43)

Seiring berkembangnya Komunitas Punk di Kota Medan, berkembang pula jenis kegiatan yang dilakukan komunitas ini. Ide-ide tersebut sebagian muncul dari adopsi budaya yang berasal dari negara asalnya yaitu melalui fashion dan musik, serta melalui para anggota sendiri bersinggungan dengan kondisi negara dan lingkungan masyarakat di sekitar mereka. Jenis kegiatan yang dilakukan Komunitas Street Punk Gonzo ini antara lain mengamen, menjual produk souvenir, pembuatan jasa tatto, mengatur lalu lintas, pesta alkohol dan narkotika, dan lain-lain. Setiap kegiatan yang dilakukan komunitas ini hanya terbatas pada anggota-anggota komunitas.

Untuk bergabung dalam komunitas ini, mereka menerapkan beberapa tradisi yang harus di lalui setiap anggota untuk menjadi bagian dari kelompoknya. Beberapa tradisi ini telah berlangsung sejak lama dan hampir secara keseluruhan berlaku bagi Komunitas Punk di Kota Medan. Tradisi itu antara lain; setiap anggota komunitas diharuskan meminum air ludah dari seluruh anggota lainnya di dalam kelompoknya, dan mengupayakan untuk memenuhi kebutuhan kelompok di atas kepentingan pribadi terutama dalam hal pemenuhan kebutuhan makan sehari-hari. Menurut komunitas ini, tradisi tersebut bertujuan demi membangun solidaritas dan rasa kekeluargaan di antara sesama anggota. Pernyataan ini sesuai dengan yang disampaikan informan Simon (23 tahun) sebagai berikut:

“…kami juga punya tradisi untuk bergabung dalam Komunitas Punk Gonzo ini, harus siap meminum ludah semua Punker disini, juga harus memenuhi kebutuhan kebutuhan bersama disini. Tapi bukan berarti menjadikan budak, sama-sama mencari untuk bersama. Itu semua buat solidaritas dan kekeluargaan”


(44)

4.3.2 Latar Belakang Menjadi Seorang Punker

Menjamurnya Punker di Indonesia tidak terlepas dari dua faktor yang sangat fundamental yaitu faktor sosial dan faktor ekonomi. Adapun faktor yang pertama yaitu faktor sosial dapat di lihat munculnya “gap” atau jurang pemisah antara masyarakat miskin dan masyarakat menengah keatas atau biasa disebut dengan kesenjangan sosial. Sedangkan faktor ekonomi yaitu Punk di Indonesia di dominasi oleh remaja yang secara finansial cenderung ke bawah, para remaja kelas bawah yang tidak memiliki harapan di masa depan.

(Analisadaily.2012. Eksistensi Punk dan Moralitas Bangsa Indonesia. Diakses dari

Seiring perkembangannya, masyarakat yang tergabung atau memilih menjalani hidup sebagai seorang Punker memiliki latar belakang yang berbeda-beda. Selain karena faktor sosial dan ekonomi, dari penelitian yang telah dilakukan pada Komunitas Street Punk Gonzo ditemukan faktor-faktor lain yang mempengaruhi masyarakat untuk memilih dan menjalani hidup sebagai seorang Punker, antara lain:

4.3.2.1 Faktor Keluarga

Keluarga merupakan institusi yang paling mendasar dan penting pengaruhnya terhadap proses sosialisasi manusia. Hal ini dimungkinkan karena berbagai kondisi yang dimiliki keluarga. Pertama, keluarga merupakan kelompok primer yang selalu tatap muka di antara anggotanya, sehingga dapat selalu mengikuti perkembangan anggota-anggotanya. Kedua, orangtua mempunyai kondisi yang tinggi untuk mendidik anak-anaknya, sehingga menimbulkan


(45)

hubungan emosional di mana hubungan ini sangat diperlukan dalam proses sosialisasi. Ketiga, adanya hubungan sosial yang tetap, maka dengan sendirinya orangtua mempunyai peranan penting terhadap proses sosialisasi anak (Narwoko, 2004: 92).

Individu memperoleh sosialisasi mengenai kehidupan sehari-hari pertama kali dari keluarga. Faktor keluarga baik keluarga inti (ayah dan ibu) dan keluarga batih (kerabat) juga mempengaruhi seseorang dalam memutuskan sesuatu. Tugas pengasuhan ini umumnya dilakukan oleh orangtua biologis anak (ayah dan ibu), namun bila orangtua biologisnya tidak mampu melakukan tugas ini, maka tugas tersebut diambil alih oleh kerabat dekat termasuk kakek, nenek, orangtua angkat, atau oleh institusi pengasuhan sebagai alternative care. Hal ini juga berkaitan erat terhadap sikap seseorang anak terhadap pengetahuan dalam bersikap dan bertingkah laku yang ia dapat di dalam keluarganya. Salah satunya, nilai tentang menjalani kehidupan yang berbeda-beda pada setiap individu berdasarkan sosialisasi yang ia peroleh. Keluarga yang memiliki pengetahuan tentang Punk akan menjalankan setiap aktivitas sehari-harinya sesuai dengan ideologi yang dipahami seperti Anti kemapanan, Do It Yourself (berdiri diatas diri sendiri) dan Anarchy (kebebasan tanpa penguasa). Hal ini akan dijadikan budaya atau kebiasaan bagi anggota keluarga, sehingga seorang anak akan merasa memiliki kewajiban dalam menjalani kehidupan sebagai seorang Punker. Hal ini diungkapkan oleh informan Ariadi (23 tahun) sebagai berikut:

“Aku sebelumnya tinggal di Binjai bang, disana juga ada Komunitas Punk. Waktu itu pula aku mulai tertarik dengan Punk tapi belum menjalani hidup sebagai Punker. Waktu Kedua Orangtuaku meninggal sewaktu SMP, aku ikut nenek dan paman ke Tembung Pasar X. Kebetulan pula pamanku juga Punker, aku


(46)

belajar dari pamanku. Disaat itu pula aku mulai belajar dan mengenal lebih jauh tentang kehidupan Punk”

Selain faktor keluarga yang dilihat memiliki fungsi sebagai sosialisasi, faktor keluarga lainnya yang mempengaruhi seseorang individu atau anak untuk memilih untuk menjalani kehidupan sebagai seorang Punker juga disebabkan oleh fungsi-fungsi lainnya di dalam keluarga yang tidak berjalan dengan baik. Fungsi-fungsi yang harusnya diperoleh anggota keluarga di dalam sebuah keluarga seperti fungsi proteksi, fungsi kasih sayang, fungsi kenyamanan, dan juga fungsi rekreasi yang berjalan tidak sempurna di dalam keluarga menyebabkan disfungsi, sehingga seseorang anggota dalam keluarga yang tidak siap akan kondisi disfungsi tersebut akan mencari solusi atau merespon dengan berbagai tindakan baik dengan melakukan perlawanan maupun mencari lingkungan baru yang dapat memberikan fungsi yang sama dengan lingkungan sebelumnya (keluarganya). Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh informan, Simon (23 tahun) seperti:

“Dulu menjadi Punk kayak sekarang bukan kemauan ku lae. Keluarga ku sudah berantakan. Bapak mamak uda pisah, kakak dan adek ku sama saudara. Aku yang hidup di jalanan gini. Tapi aku gak nyesal. Capek juga aku liat ribut dirumah makanya lebih nyaman sekarang. Lebih damai”

Hal yang sama juga diungkapkan oleh informan, Muktar Lubis (51 tahun) sebagai berikut:

“Saya rasa anak-anak muda itu rata-rata putus sekolah, akhirnya mencari pelarian ke jalan. Atau mungkin juga orangtua yang terlalu keras dalam membimbing sehingga anak memberontak”


(47)

4.3.2.2 Faktor Lingkungan Pergaulan

Faktor lingkungan akan mempengaruhi individu menjadi bagian dari sebuah kelompok sosial dalam lingkungan pergaulannya. Mengutip dalam Syarbaini (2009: 39) menjelaskan bahwa kelompok sosial adalah kesatuan sosial yang terdiri dari kumpulan individu yang hidup bersama dengan mengadakan hubungan timbal balik yang cukup intensif dan teratur, sehingga diharapkan pembagian tugas, struktur, serta norma-norma tertentu yang berlaku. Salah satu kelompok yang sangat mempengaruhi sikap seseorang individu adalah kelompok pergaulan.

Di dalam kelompok pergaulan individu mempelajari norma sosial, kultural, peran dan semua persyaratan lainnya yang dibutuhkan individu untuk memungkinkan partisipasinya yang efektif di dalam kelompok pergaulannya. Singkatnya, kelompok pergaulan ikut menentukan dalam pembentukan sikap untuk berperilaku yang sesuai dengan perilaku kelompoknya (Narwoko, 2004: 94). Seorang individu menjalani hidup sebagai seorang Punker disebabkan oleh karena ia berada pada lingkungan yang di dalamnya terdapat individu-individu lainnya yang lebih dulu menjadi seorang Punker. Hal ini seperti diungkapkan oleh informan, Boy Siahaan (25 tahun) sebagai berikut:

“Udah lama aku menjalani hidup sebagai Punker. Sebelum pindah kemari pun aku sudah seperti ini. Waktu kelas dua SMA seingatku pertama kali aku gabung. Itu pun karena aku sering gabung-gabung sama kawan-kawan Punk. Sekolah ku di jalan mesjid itu, tiap pulang sekolah gabung kami. Kami juga ikut Punk lah. Ikut ngamen, ikut mabok, segala macam lah. Tapi kalo tindik, tatto gak ikut, aku masih sekolah waktu itu. Sampe sekarang ini lah senang aku hidup kayak ini….”

Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa seorang individu akan menyesuaikan diri dengan anggota lainnya yang ada di dalam kelompoknya agar


(48)

individu tersebut dapat dikatakan bagian dari kelompok. Kelompok pergaulan sangat berpengaruh pada seorang individu, hal ini ditunjukkan pada keputusan seseorang dalam mengambil keputusan menjalani hidup sebagai seorang Punker. Kepribadian seorang individu akan terbentuk berdasarkan lingkungan yang ia tempati. Semakin sering individu tersebut melakukan interaksi dengan individu lain di dalam sebuah lingkungan maka akan semakin terlihat kesamaan sikap dan perilaku individu tersebut seperti lingkungan sekitarnya.

4.3.2.3 Faktor Sempitnya Lapangan Pekerjaan

Rendahnya pendidikan yang dicapai oleh penduduk di negara-negara berkembang disebabkan oleh berbagai faktor. Biaya pendidikan yang mahal dan terus meningkat dianggap sebagai faktor yang utama. Pada umumnya masyarakat di negara berkembang hidup dalam kemiskinan sehingga mereka tidak punya biaya untuk melanjutkan pendidikan anak-anak mereka. Karena itu tidak mengherankan jika banyak ditemukan anak-anak yang seharusnya berada dalam usia sekolah meninggalkan bangku sekolah setelah duduk, untuk membantu orangtua bekerja mencari penghasilan untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Apalagi semakin tinggi tingkat pendidikan, maka semakin besar pula biaya pendidikan. Akibatnya jumlah penduduk yang bersekolah di tingkat pendidikan tinggi menjadi lebih sedikit dibandingkan dengan tingkat yang lebih rendah.

Rendahnya tingkat pendidikan alhasil juga menjadikan seorang anak atau individu akan sulit berdaya saing di dalam dunia pekerjaan. Terlebih dalam kualifikasi dan kriteria tingkat pendidikan yang harus dipenuhi seorang individu untuk dapat diterima dalam pekerjaan tersebut. Lapangan kerja yang tersedia


(49)

hanya di sektor informal seperti kuli bangunan, supir, tukang, dan profesi lainnya yang termasuk dalam kriteria pekerjaan “kasar”. Namun, profesi-profesi tersebut tidak selalu dapat menyerap tenaga kerja dengan jumlah skala yang besar. Jumlah lapangan kerja yang tidak diimbangi dengan jumlah tenaga kerja menjadi penyebabnya. Dengan demikian merebaknya jumlah pengangguran.

Mengatasi problema tersebut, sebagian masyarakat memiliki alternatif masing-masing untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Mulai dari menciptakan lapangan kerja sendiri, tanpa perlu melakukan pelamaran dengan syarat dan kualifikasi tertentu seperti menjadi pengamen, pedagang souvenir, dan pembuatan jasa tatto. Hal ini seperti yang diungkapkan informan Meldi (30 tahun) sebagai berikut:

“…Kayak mana lah, aku gak sekolah. Cuma tamat SMP. Dulu awak sekolah cabut, gak ada uang buat sekolah. Nyari duit jualan ke pajak. Susah kali nyari kerja kalo tamat SMP ini, semua nolak lah. Kalo pun ada kerja bangunan lah, tapi gak terus ada. Makanya aku ngamen lah, dapat dikit tapi ada hasilnya terus. Selain itu juga jualan gelang, tattoo itu kami. Lumayan lah uangnya. Kadang uangnya itu kami pake rame-rame juga bukan untuk sendiri”.

Hal yang sama juga diungkapkan informan Toni (24 tahun) seperti: “…Gini lah bang, kerjaan gak ada. Mau kerja apalagi aku. Dulu ada yang nawari kerja pabrik minta bayaran dua juta. Mana ada uangku. Aku tamat SMA memang, ada ijazah ku. Tapi kerjaan yang susah. Ngamen lah gini, duitnya lumayan kerjanya enak. Bukan ngemis kan, tetap kerja namanya. Jadi itu makanya kalo pun ngamen sekalian Punk. Kalo punk itu keluarga, kalo ngamen enggak. Kalo kita gak dapat dari kawan-kawan yang lain dapat juga. Intinya sama-sama menikmati bro…”.

Dari data diatas juga diperoleh gambaran, hal yang justru mendukung masyarakat yang tidak memiliki pekerjaan tersebut lebih memilih bergabung dalam komunitas Punk dibandingkan pengamen jalanan ialah bahwa dalam


(50)

Komunitas Punk diperoleh jaminan untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makan meskipun hasil dari usaha secara pribadi tidak dapat memenuhi kebutuhan tersebut. Jaminan itu diperoleh dari anggota-anggota lain dalam satu komunitas yang memperoleh penghasilan lebih untuk menutupi kebutuhan bersama dalam satu komunitas.

4.4.2.4 Faktor Gaya Hidup

G. Tarde (dalam Santosa, 2009: 13) mengungkapkan bahwa imitasi berasal dari imitation yang berarti peniruan. Hal ini disebabkan karena manusia pada dasarnya memiliki sifat individualis. Di pihak lain manusia mempunyai kesanggupan untuk meniru sehingga di dalam masyarakat terdapat kehidupan sosial. Setiap individu memiliki gaya hidup masing-masing. Hal ini yang dapat membedakan antara individu yang satu dengan lainnya. Namun, pada umumnya individu akan menyamakan gaya hidupnya dengan kelompok lainnya. Hal ini juga tergolong ke dalam imitasi, di mana seseorang anggota akan meniru perilaku atau penampilan anggota lain sebagai acuannya.

Di dalam pemilihan untuk bergabung di dalam kelompok Street Punk Gonzo, sebagian besar anggota-anggota kelompok hanya melakukan imitasi dalam bentuk fashion tanpa didasari pemahaman akan ideologi Punk itu sendiri. Menjadi seorang Punker sudah bukan lagi sebagai bentuk simbol perlawanan, namun lebih kepada gaya hidup. Hal ini diungkapkan oleh informan, Yuda (19 tahun) sebagai berikut:

“Gak tau aku bang artinya. Tapi sor aja kurasa, kayak anak band Avenged, Slipknot itu bang. Itu lah band keren gak kayak band-band Indonesia. Ntah apa-apa, sampah.”


(51)

Sejalan dengan yang diungkapkan oleh informan Togi (21 tahun) sebagai berikut:

“Apa ya… gak tau juga aku. Aku jujur gabung-gabung aja. Keren juga ku liat. Mantap dia. Keren. Banyakan gabung-gabung aja ini bang.”

Demikian pula yang diungkapkan oleh informan, Dori (21 tahun) sebagai berikut:

“Style zaman sekarang ini lek. Liat lah distro-distro halat itu. Mulai ikut-ikut modelnya. Kalo aku terinspirasi dari Bon Jovi, SID. Style nya itu, sor aku lek…”

Dari pernyataan-pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa seorang individu akan melakukan imitasi terhadap individu atau kelompok lain, hal ini terjadi pada saat image Punk yang awalnya merupakan suatu hal yang ketinggalan dan buruk, kini lebih menjadi suatu hal yang menarik dan banyak diminati orang lain. Di dalam penelitian ini para anggota Punker Komunitas Gonzo umumnya menjadikan Grup Band Rock seperti Avenged Sevenfold, Slipknot, Bon Jovi, Superman Is Dead dan band-band Rock lainnya sebagai inspirator dan acuan dalam gaya hidup Punk khususnya dalam bentuk fashion dan musik.

4.4 Representasi Makna dalam Bentuk Simbol-simbol Perlawanan Komunitas Street Punk Gonzo

Teori interaksionisme simbolik menyatakan kehidupan pada dasarnya adalah interaksi manusia dengan menggunakan simbol-simbol, mereka tertarik pada cara manusia menggunakan simbol-simbol yang merepresentasikan apa yang mereka maksudkan untuk berkomunikasi dengan sesamanya baik di dalam kelompok internal dan di luar kelompoknya, serta juga pengaruh yang


(52)

ditimbulkan dari penafsiran atas simbol-simbol tersebut terhadap perilaku yang terlibat dalam interaksi sosial.

Representasi dipahami sebagai sebuah proses ataupun keadaan yang di tempatkan sebagai suatu perwakilan terhadap sebuah sikap/perbuatan dari sekelompok orang/golongan tertentu di dalam sebuah lingkungan. Representasi sebagai gambaran sesuatu yang akurat atau realita terdistorsi. Representasi tidak hanya berarti “to presentasi”, “to image”, atau “to depict”, melainkan sebuah cara di mana memaknai apa yang diberikan pada benda yang digambarkan. Dengan demikian, melalui simbol-simbol aktor bukan menitik beratkan pada bentuk simbol sebagai komunikasi atau interaksi melainkan pada arti yang hendak disampaikan oleh simbol tersebut, bahwa simbol bukan berarti representasi bentuk tetapi representasi makna.

Pemaknaan simbol-simbol bagi Komunitas Street Punk Gonzo tidak terlepas dari nilai-nilai yang lahir berdasarkan awal kemunculan gerakan Punk yang berideologikan Do it Yourself, Anarchy, serta anti kemapanan. Ideologi yang menjadi konsensus di dalam pergerakan Punk menjadi pedoman umum yang berlaku, sehingga setiap bentuk simbol-simbol perlawanan yang dilakukan di maknai beriringan dengan idelogi tersebut. Simbol-simbol perlawanan yang diciptakan digunakan sebagai media untuk berkomunikasi dengan orang lain maupun dengan dirinya sendiri atau pikiran pribadinya. Namun, penggunaan dan aktivitas simbol-simbol perlawanan tersebut tidak harus digunakan dan dilakukan secara umum oleh setiap anggota-anggota komunitas untuk mencerminkan secara khusus identitas sebagai bagian dari kelompoknya, melainkan bentuk simbol-simbol perlawanan yang digunakan dan dilakukan lahir berdasarkan pengalaman


(53)

dan daya kritis masing-masing anggota kelompok sesuai dengan lingkungan di sekitarnya. Hal ini menunjukkan sebuah simbol-simbol harus dipahami dari peran aktif dan kreatif individu memaknai dunia. Bahwa sebuah simbol-simbol akan mempunyai makna yang berbeda dan tidak ada garansi bahwa simbol akan berfungsi atau bekerja sebagaimana dicipta namun lebih dilihat bagaimana simbol itu dikreasi.

Representasi makna dalam bentuk simbol-simbol perlawanan Komunitas Street Punk Gonzo dapat dilihat dari:

1. Fashion sebagai representasi makna dalam Komunitas Street Punk Gonzo.

2. Musik sebagai representasi makna dalam Komunitas Street Punk Gonzo.

3. Grafity sebagai representasi makna dalam Komunitas Street Punk Gonzo.

4. Produk sebagai representasi makna dalam Komunitas Street Punk Gonzo.

5. Kegiatan sebagai representasi makna dalam Komunitas Street Punk Gonzo.

4.4.1Fashion sebagai Representasi Makna dalam Komunitas Street Punk Gonzo

Fashion merupakan bagian kesatuan yang tidak terlepas dari kehidupan sosial. Pada dimensi yang lebih luas, fashion menjadi media untuk mengeksistensikan ekspresi dan gagasan yang terkadang muncul dalam makna


(54)

yang serba astrak. Melalui dimensi sosial kultural, fashion dijadikan sebagai media komunikasi, promosi, bahkan pembentukan ideologi. Berbagai persoalan yang muncul dalam kehidupan sosial, dapat direfleksikan melalui produk-produk fashion, sehingga tercipta formulasi komunikasi antara pengguna, maupun pencipta terhadap orang lain sebagai sasaran dari komunikasi tersebut.

Demikian pula dengan fashion yang digunakan Komunitas Street Punk Gonzo sebagai wujud simbol-simbol perlawanan yang juga memiliki sarat makna tersendiri, sesuai dengan konsensus yang terbentuk di dalam kelompok. Melalui fashion, Punk secara sadar dan sengaja berupaya untuk menerobos dan mengobrak-abrik struktur sosial dan sistem sosial yang ada di sekitar mereka. Gaya fashion yang dikenakan oleh Komunitas Street Punk Gonzo tidak serta merta hanya merupakan hasil dari proses imitasi dari budaya Punk yang tumbuh di luar negeri seperti Inggris maupun Amerika, melainkan tumbuh dan bersinggungan langsung dengan situasi, konteks, dan isu-isu sosial politik di sekitarnya. Simbol dan makna dalam fashion tersebut antara lain:

Tabel 4.5

Simbol dan Makna dalam Fashion Komunitas Street Punk Gonzo

Simbol Makna

Rambut Mohawk

Rambut Mohawk adalah rambut yang dipotong sangat tipis pada bagian samping, hingga menyisakan rambut diatas hingga belakang kepala. Simbol ini dimaknai sebagai bentuk perlawanan terhadap segala bentuk penindasan, pembinasaan, serta segala bentuk yang mengancam.

Rambut di Cat berwarna-warni

Rambut di Cat dengan menggunakan cat rambut berwarna seperti merah, biru, hijau, dan lainnya.


(55)

Simbol ini dimaknai sebagai bentuk keanekaragaman, berbagai macam kultur dalam masyarakat. Selain itu, simbol ini juga dimaknai sebagai bentuk kecerahan dari masa depan Komunitas Street Punk Gonzo itu sendiri.

Celana Ketat dan Robek

Celana umumnya yang digunakan anggota Komunitas Street Punk Gonzo adalah celana yang terbuat dari bahan jeans yang dibuat ketat. Di sela lutut celana juga sengaja dirobekkan.

Simbol celana ketat bermakna sebuah himpitan hidup yang sangat mencekik dan menyiksa masyarakat miskin.

Sedangkan robekan di lutut dimaknai sebagai bentuk kebebasan bergerak untuk keluar dari jerat himpitan yang menyiksa tersebut.

Tatto

Tatto umumnya dimiliki oleh anggota Komunitas Street Punk Gonzo. Gambar tubuh ini biasa berada di punggung badan, pergelangan tangan dan kaki. Simbol seni tubuh ini dimaknai sebagai bentuk penguasaan otoritas atas tubuh tanpa ada intervensi dari pihak manapun.

Jacket

Beberapa anggota Komunitas Punk Gonzo menggunakan jacket untuk menambah penampilan.

Simbol jacket ini dimaknai sebagai lambang kebebasan. Karena di dalam jacket, Punker bebas berekspresi dan berseni seperti memasang rantai, emblem maupun coretan-coretan berisi propaganda dan kritik.


(56)

Tindik dan Piercing

Tindik dan Piercing juga biasa digunakan anggota Komunitas Street Punk Gonzo. Kedua aksesoris ini digunakan dengan menembus bagian tubuh dengan menggunakan “Paku tindik”. Tindik digunakan di telinga, sedangkan piercing digunakan di sekitar mulut seperti lidah dan bibir.

Simbol seni tubuh ini juga dimaknai sebagai bentuk penguasaan otoritas atas tubuh tanpa ada intervensi dari pihak manapun.

Selain di atas, tindik juga memiliki pemaknaan yang lebih jauh, yaitu semakin lebar tindikan maka semakin luas dan panjang pula perjalanan perjuangan seorang Punker.

Sepatu Boot

Sepatu boot tidak secara umum dimiliki oleh anggota Komunitas Street Punk Gonzo. Namun, seluruh anggota dalam komunitas menggunakan sepatu.

Sepatu dimaknai sebagai simbol dari arogansi aparat yang harus dilawan dengan kekuatan yang sama.

Rantai, Kalung, dan Gelang

Aksesoris tubuh ini biasa digunakan anggota Komunitas Street Punk Gonzo.

Penggunaan aksesoris ini dimaknai sebagai simbol solidaritas yang kuat di dalam kelompok.

Resleting

Terdapat anggota Komunitas Street Punk Gonzo yang menggunakan resleting di bagian paling bawah celana tepat pada bagian kaki kanan maupun kiri.

Penggunaan simbol ini dimaknai sebagai bentuk keterbukaan bagi masyarakat miskin dan menutup untuk pemerintah.


(57)

Tempelan Emblem

Emblem merupakan sticker yang terbuat dari bahan kain, yang mana anggota Komunitas Street Punk Gonzo sering menempelkannya di baju, jacket maupun di celana.

Simbol penggunaan tempelan emblem ini dimaknai sebagai simbol kemiskinan sehingga tidak mampu membeli barang baru.

Sumber: Wawancara Penelitian

4.4.2Musik sebagai Representasi Makna dalam Komunitas Street Punk Gonzo

Musik terkait dengan bahasa. Artinya terkait pada bahasa karena isi dan bentuk teristimewa oleh hubungan bunyi dengan kata-kata. Selain instrumen atau alat musik yang dimainkan dan vokal dari penyanyi, kekuatan lirik lagu adalah unsur yang penting bagi keberhasilan bermusik. Sebab lewat lirik lagu, pencipta berusaha menyampaikan apa yang ingin diungkapkannya. Melihat dari kekuatan yang dimiliki sebagai alat untuk menyampaikan pesan secara efektif, musik juga digunakan sebagai media untuk menyuarakan pesan-pesan perjuangan. Pesan yang disampaikan oleh seorang pencipta lagu tentunya tidak berasal dari luar diri pencipta lagu tersebut, dalam artian bahwa pesan tersebut bersumber pada pola pikirnya serta kerangka acuan (frame of reference) dan pengalaman (field of experience) sebagai hasil interaksinya dengan lingkungan sosial di sekitarnya (Soekarno, 2006: 176).

Dalam Komunitas Street Punk Gonzo, musik menjadi bagian yang sangat vital dibandingkan simbol-simbol perlawanan lainnya. Hal ini disebabkan, musik menjadi alat sosialisasi yang lebih mudah dipahami dan dimengerti masyarakat yang mendengarnya. Lewat musik komunitas ini merepresentasikan aspirasi,


(58)

kritik, dan pesan-pesan yang bercerita tentang situasi politik, ekonomi, sosial, dan bahkan masalah agama. Dalam bermusik, Punker lebih mengutamakan lirik-lirik lagunya dibandingkan teknis dalam bermain musik. Irama musik yang dimainkan dengan beat yang cepat dan menghentak. Selain itu alat musik yang mereka gunakan juga sederhana, hanya menggunakan alat musik okulele (gitar berukuran kecil) dan gendang (dibuat dengan pipa dan karet ban dalam sepeda motor). Simbol perlawanan ini biasa mereka lakukan pada saat anggota Komunitas Street Punk Gonzo mengamen, yang merupakan bagian aktivitas sehari-hari dalam memenuhi kebutuhan.

Adapun lirik-lirik lagu yang biasa Komunitas Street Punk Gonzo nyanyikan sebagai bentuk simbol perlawanan komunitas ini adalah:

“Para Penghianat”

Kami punya teman, kami punya saudara Mereka yang duduk di sana

Duduk manis dan santai Diguyur tahta dan duit yang banyak

Tapi sekarang orang-orang itu Sudah sama seperti tikus-tikus got

Makan sana makan sini Gak peduli saudara apalagi teman Kami gak perlu tahta apalagi duitmu Hanya tanggungjawab yang perlu kau kerjakan

Ini pesan kami Dari teman dan saudaramu

Buat tikus-tikus got yang duduk santai di sana

“Surga Buta” Banyak orang di sana-sini

Di sekitar kita Punya mata tapi buta

Buta mencari surga Surga Tuhan katanya Yang nggak tau dimana tempatnya


(59)

Ringan ngasih sumbangan Tapi gak mikir Buat anak istrinya

Buat Surga itu katanya Surga di mana tempatnya

Surga yang mencekik, menjerat orang-orang kecil Atau surga cuma buat orang-orang berduit

Yang ringan ngasih sana-sini

Berdasarkan kedua lirik yang biasa dinyanyikan Punker Komunitas Street Punk Gonzo seperti di atas, terdapat makna sesuai realitas yang ingin disampaikan komunitas ini terhadap masyarakat di sekitarnya. Pada lirik yang pertama yang berjudul “Para Penghianat”, Komunitas Street Punk Gonzo ingin menyampaikan berupa kritik khususnya kepada pemerintah, yang bertugas sebagai pengelola pemerintahan untuk secara serius dalam menjalankan tugasnya. Terutama terkait maraknya kasus korupsi yang terjadi di Indonesia, yang menurut mereka tidak diimbangi dengan kesejahteraan masyarakat dan banyaknya masyarakat miskin. Menurut Komunitas Street Punk Gonzo pemerintah hanya sibuk mengurusi permasalahan-permasalahan yang besar seperti korupsi, politik, narkoba dan sederet permasalahan lainnya. Bagi mereka masalah kemiskinan juga harus menjadi prioritas dan ditanggulangi pemerintah. Berikut pemaparan informan Ariadi (23 tahun) sebagai berikut:

“…besar korupsi di negara ini, memang itu harus dibinasakan. Tapi bukan hanya melulu korupsi, narkoba, politik itu-itu aja yang diurusi bang. Masalah orang miskin ini juga masalah pemerintah. Banyak koruptor ditangkapi, uangnya itu alokasikan buat ngatasi kemiskinan…”

Sedangkan pada lirik yang kedua yang berjudul “Surga Buta”, Komunitas Street Punk Gonzo ingin menyampaikan kritik sosial kepada masyarakat miskin yang mengaku memiliki agama. Bagi komunitas ini, mereka memandang masyarakat memposisikan agama sebagai segala sesuatu yang benar secara


(1)

John Sardo Saragih, S.Sos, Victor Median, S.Sos, Handy Rio Sihombing, Nahot Sitohang, S.Sos, Samuel Pasaribu, S.Sos, Arif Hidayat, Rency Saragih¸ S.Sos, Gretty Situmorang, Dewi Helmawati, Yusni Malau, S.Sos, Bani Rizky, Christina Siregar, S.Sos, Indah Lestari Hutapea, S.Sos, Ernita Siregar, S.Sos, Ismi Andari, S.Sos, Herliza Widya, S.Sos, Noviani Siregar¸ S.Sos, Anita Syafitri, S.Sos, Putria Mawaddah, S.Sos, serta angkatan 2011 lainnya yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang turut membantu dan mengajarkan penulis dalam berpikir kritis, solidaritas, pengetahuan, serta dukungan selama menuntut ilmu di Departemen Sosiologi FISIP USU.

7. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada teman-teman Sosiologi FISIP USU, khususnya kepada seluruh teman-teman pengurus Ikatan Mahasiswa Sosiologi (IMASI) FISIP USU periode 2013-2014 dan periode 2014-2015, yang turut membantu penulis dalam membentuk jiwa kepemimpinan, solidaritas, dan kerja sama tim pada diri penulis.

8. Terima kasih kepada para sahabat penulis Deni Marulitua Tinambunan, S.IP, Rama Doni Herman, S.T, Bang Boby Irwansyah, Bang Sahrul Payan, S.Sos, Bang Reza Ardillah, S.Sos, Yuda, S.Pd, yang selalu memberikan semangat dan doa.

9. Ucapan terima kasih juga penulis ucapkan kepada Komunitas Street Punk Gonzo yang telah bersedia meluangkan waktu dan pengalamannya dalam penelitian ini.


(2)

10. Terima kasih kepada Pemerintah Kelurahan Bandar Selamat Kecamatan Medan Tembung, serta pihak-pihak lain yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis telah berusaha secara maksimal, namun penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan, kesalahan, keterbatasan, baik dari sistematika penulisan, materi, ataupun penyajiannya. Untuk itu saran dan kritik yang konstruktif sangat penulis harapkan sebagai bahan evaluasi dan perbaikan penulisan skripsi ini. Demikianlah yang dapat penulis sampaikan, harapannya skripsi ini dapat menjadi salah satu referensi yang baik untuk penelitian yang akan dilakukan selanjutnya serta bermanfaat bagi semua pihak yang membacanya, terutama bagi perkembangan bidang keilmuan Sosiologi. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.

Medan, Oktober 2016 Penulis,

Hizbul Wathan Gultom NIM. 110901018


(3)

DAFTAR ISI

Lembar Persetujuan………...……….i Abstrak………...………...ii Kata Pengantar………...………..………iii Daftar Isi…………...……….v Daftar Tabel………..………..………vii Daftar Gambar………..……….viii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang……...………...………..……...1

1.2 Rumusan Masalah…...…………...…..…………..……….………...9

1.3 Tujuan Penelitian………..………..………….……..…9

1.4 Manfaat Penelitian………..………..………….………..10

1.5 Definisi Konsep…………..………..………...11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Interaksionisme Simbolik……….………16

2.2 Simbol Sebagai Representasi………...19

2.3 Identitas Kelompok………....…..21

2.4 Penelitian Yang Relevan………..23

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian……….……...…….26

3.2 Lokasi Penelitian………..27

3.3 Unit Analisis dan Informan………..27

3.4 Teknik Pengumpulan Data………...…29

3.5 Interpretasi Data………..……..…...…31

3.6 Jadwal Penelitian………...……….32

3.7 Keterbatasan Penelitian………33

BAB IV DESKRIPSI DAN INTERPRETASI DATA PENELITIAN 4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian……….………….35

4.1.1 Lokasi Berkumpul………..………...…..35


(4)

4.1.3 Komunitas Street Punk Gonzo Berdasarkan Daerah Asal…...37

4.1.4 Komunitas Street Punk Gonzo Berdasarkan Profesi….……..38

4.1.5 Komunitas Street Punk Gonzo Berdasarkan Lamanya menjadi Punker………..39

4.2 Profil Informan……….…..……….41

4.3 Sejarah Munculnya dan Perkembangan Komunitas Punk di Kota Medan………..59

4.3.1 Komunitas Street Punk Gonzo………….………...63

4.3.2 Latar Belakang Menjadi Seorang Punker……….………..67

4.4 Representasi Makna dalam Bentuk Simbol-Simbol Perlawanan Komunitas Street Punk Gonzo……….75

4.4.1 Fashion Sebagai Representasi Makna dalam Komunitas Street Punk Gonzo..……….78

4.4.2 Musik Sebagai Representasi Makna dalam Komunitas Street Punk Gonzo..………..…...81

4.4.3 Grafity Sebagai Representasi Makna dalam Komunitas Street Punk Gonzo..………...85

4.4.4 Produk Sebagai Representasi Makna dalam Komunitas Street Punk Gonzo..………..…...89

4.4.5 Kegiatan Sebagai Representasi Makna dalam Komunitas Street Punk Gonzo..………...….………...93

4.5 Proses Terbentuknya Simbol-Simbol Perlawanan (Sebagai Proses Pembentukan Identitas Komunitas Street Punk Gonzo………...95

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan………..………...…...……109

5.2 Saran………..………111

DAFTAR PUSTAKA……….………..……113


(5)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Jadwal Pelaksanaan Penelitian……….……32 Tabel 4.1 Komunitas Street Punk Gonzo Berdasarkan Usia………...37 Tabel 4.2 Komunitas Street Punk Gonzo Berdasarkan Daerah Asal…...38 Tabel 4.3 Komunitas Street Punk Gonzo Berdasarkan Profesi……...….39 Tabel 4.4 Komunitas Street Punk Gonzo Berdasarkan Lamanya menjadi

Punker……….….…40 Tabel 4.5 Simbol dan Makna dalam Fashion Komunitas Street Punk


(6)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Peta Lokasi Jalan Mandala By Pass, lokasi utama

berkumpulnya Komunitas Street Punk Gonzo.…………...….36 Gambar 4.2 Grafity Komunitas Street Punk Gonzo yang Berada

di Jalan Mandala By Pass Gg. Tengah……….…...86 Gambar 4.3 Grafity Komunitas Street Punk Gonzo yang Berada

di Jalan Pukat Banting X dan VII……...….………..87 Gambar 4.4 Grafity Komunitas Street Punk Gonzo yang Berada

di Jalan Mandala By Pass Kompleks Pasar Firdaus………...88 Gambar 4.5 Usaha dalam Bentuk Produk Barang yang Dihasilkan

Komunitas Street Punk Gonzo………...…..91 Gambar 4.6 Usaha dalam Bentuk Produk Jasa yang Dihasilkan


Dokumen yang terkait

EKSISTENSI KOMUNITAS PUNK DI KELURAHAN TITI KUNING KECAMATAN MEDAN JOHO.

0 2 25

PEMAHAMAN KEHIDUPAN SOSIAL DALAM KOMUNITAS PUNK (STUDI DESKRIPTIF PADA KOMUNITAS PUNK MBALAPAN SECENESTER STREET PUNK)DI KOTA BLITAR - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 0 17

PEMAHAMAN KEHIDUPAN SOSIAL DALAM KOMUNITAS PUNK (STUDI DESKRIPTIF PADA KOMUNITAS PUNK MBALAPAN SECENESTER STREET PUNK)DI KOTA BLITAR - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

1 1 14

PEMAHAMAN KEHIDUPAN SOSIAL DALAM KOMUNITAS PUNK (STUDI DESKRIPTIF PADA KOMUNITAS PUNK MBALAPAN SECENESTER STREET PUNK)DI KOTA BLITAR - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 1 23

Makna Simbolik dalam Komunitas Punk. Studi Kasus: Komunitas Street Punk Gonzo di Jalan Mandala By Pass Kelurahan Bandar Set Kecamatan Medan Tembung

0 0 10

Makna Simbolik dalam Komunitas Punk. Studi Kasus: Komunitas Street Punk Gonzo di Jalan Mandala By Pass Kelurahan Bandar Set Kecamatan Medan Tembung

0 0 1

Makna Simbolik dalam Komunitas Punk. Studi Kasus: Komunitas Street Punk Gonzo di Jalan Mandala By Pass Kelurahan Bandar Set Kecamatan Medan Tembung

0 0 14

Makna Simbolik dalam Komunitas Punk. Studi Kasus: Komunitas Street Punk Gonzo di Jalan Mandala By Pass Kelurahan Bandar Set Kecamatan Medan Tembung

0 0 9

Makna Simbolik dalam Komunitas Punk. Studi Kasus: Komunitas Street Punk Gonzo di Jalan Mandala By Pass Kelurahan Bandar Set Kecamatan Medan Tembung

0 0 3

Makna Simbolik dalam Komunitas Punk. Studi Kasus: Komunitas Street Punk Gonzo di Jalan Mandala By Pass Kelurahan Bandar Set Kecamatan Medan Tembung

0 0 2