Analisis Faktor yang Memengaruhi Rendahnya Cakupan K4 di Puskesmas Aek Kota Batu Kecamatan Na IX-X Kabupaten Labuhanbatu Utara

8

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1

Pelayanan Antenatal Care (ANC)
Pelayanan antenatal adalah pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan

untuk ibu selama masa kehamilannya, dilaksanakan sesuai dengan standar
pelayanan antenatal yang ditetapkan (Depkes RI, 2004). Pelayanan antenatal
merupakan upaya untuk menjaga kesehatan ibu pada masa kehamilan, sekaligus
upaya menurunkan angka kesakitan dan angka kematian ibu. Pelayanan
antenatal sesuai standar meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan
laboratorium atas indikasi, serta intervensi dasar dan khusus (Depkes RI, 2004).
Pemeriksaan kehamilan atau antenatal care merupakan pemeriksaan ibu
hamil baik fisik dan mental serta menyelamatkan ibu dan anak dalam kehamilan,
persalinan dan masa nifas, sehingga keadaan mereka post partum sehat dan
normal, tidak hanya fisik tetapi juga mental (Wiknjosastro, 2005). Kunjungan
ANC adalah kunjungan ibu hamil ke bidan atau dokter sedini mungkin semenjak
ia merasa dirinya hamil untuk mendapatkan pelayanan/asuhan antenatal.

Pelayanan antenatal ialah untuk mencegah adanya komplikasi obstetri bila
mungkin dan memastikan bahwa komplikasi dideteksi sedini mungkin serta
ditangani secara memadai (Saifuddin, 2002).
2.2

Tujuan Antenatal Care
Tujuan pengawasan wanita hamil ialah menyiapkan sebaik-baiknya fisik

dan mental, serta menyelamatkan ibu dan anak dalam kehamilan, persalinan dan

8

Universitas Sumatera Utara

9

masa nifas, sehingga keadaan mereka postpartum sehat dan normal, tidak hanya
fisik akan tetapi juga mental. Ini berarti dalam antenatal care harus diusahakan
agar :
a. Wanita hamil sampai akhir kehamilan sekurang – kurangnya harus

sama sehatnya ataulebih sehat,
b. Kelainan fisik atau psikologi harus ditemukan sejak dini dan
diobati,
c. Wanita melahirkan tanpa kesulitan dan bayi yang dilahirkan sehat
pula fisik dan metal. (Wiknjosastro, 2005)
2.3

Fungsi Antenatal Care
Menurut Depkes (2004), Fungsi antenatal adalah sebagai berikut :
a. Promosi kesehatan selama kehamilan melalui sarana dan aktifitas
pendidikan.
b. Melakukan screening, identifikasi wanita dengan kehamilan resiko
tinggi dan merujuk bila perlu.
c. Memantau kesehatan selama hamil dengan usaha mendeteksi dan
menangani masalah yang terjadi (Saifuddin, 2002).

2.4

Manfaat Antenatal Care
Membangun rasa saling percaya antara klien dan petugas kesehatan,


mengupayakan terwujudnya kondisi terbaik bagi ibu dan bayi yang dikandungnya,
memperoleh informasi dasar tentang kesehatan ibu dan kehamilannya,
mengidentifikasi dan menatalaksanaan kehamilan resiko tinggi, memberikan

Universitas Sumatera Utara

10

pendidikan kesehatan yang diperlukan dalam menjaga kualitas kehamilan dan
merawat bayinya, menghindari gangguan kesehatan selama kehamilan yang akan
membahayakan keselamatan ibu hamil dan bayi yang dikandung.
2.5

Cara Pelayanan Antenatal Care
Cara pelayanan Antenatal care disesuaikan dengan standar pelayanan

antenatal menurut Depkes RI yang terdiri dari :
a. Kunjungan Pertama
1) Catat identitas ibu hamil

2) Catat kehamilan sekarang
3) Catat riwayat kehamilan dan persalinan yang lalu
4) Catat penggunaan cara kontrasepsi sebelum kehamilan
5) Pemeriksaan fisik diagnostik dan laboratorium
6) Pemeriksaan obstetri
7) Pemberian imunisasi tetanus toxoid (TT)
8) Pemberian obat rutin seperti tablet Fe, calsium, multivitamin, dan
mineral lainnya serta obat-obatan khusus atas indikasi.
9) Penyuluhan/konseling.
b. Jadwal Kunjungan Ibu Hamil
Setiap wanita hamil menghadapi resiko komplikasi yang bisa mengancam
jiwanya. Wanita hamil memerlukan sedikitnya empat kali kunjungan selama
periode antenatal yang terdiri dari:
1. Satu kali kunjungan selama trimester satu (< 14 minggu).

Universitas Sumatera Utara

11

2. Satu kali kunjungan selama trimester kedua (antara minggu 14 – 28).

3. Dua kali kunjungan selama trimester ketiga (antara minggu 28 – 36
dan sesudah minggu ke 36) (Saifudin, 2002),
Pada setiap kunjungan pemeriksaan kehamilan perlu melakukan beberapa
hal serta mendapatkan informasi yang sangat penting, yaitu:
a. Trimester pertama sebelum minggu ke 14 (K1)
1. Membangun hubungan saling percaya antara petugas kesehatan dan ibu
hamil.
2. Mendeteksi masalah dan menanganinya.
3. Melakukan tindakan pencegahan seperti tetanus neonatorum, anemia
kekurangan zat besi, penggunaan praktek tradisional yang merugikan.
4. Memulai persiapan kelahiran bayi dan kesiapan untuk menghadapi
komplikasi.
5. Mendorong perilaku yang sehat (gizi, latihan dan kebersihan, istirahat dan
sebagainya.
b. Trimester kedua sebelum minggu ke 28 (K2)
Sama seperti di atas, ditambah kewaspadaan khusus mengenai
preeklampsia (tanya ibu tentang gejala – gejala preeklamsia, pantau tekanan
darah, evaluasi edema, periksa untuk apakah ada kehamilan ganda).
c. Trimester ketiga antara minggu 28-36 (K3)
Sama seperti di atas, ditambah palpasi abdominal untuk mengetahui

apakah ada kehamilan ganda.

Universitas Sumatera Utara

12

d. Trimester ketiga setelah 36 minggu (K4)
Sama seperti di atas, ditambah deteksi letak bayi yang tidak normal, atau
kondisi lain yang memerlukan kelahiran di rumah sakit(Saifuddin, 2002).
2.6

Kebijakan Pelayanan Antenatal

2.6.1 Kebijakan Program
Kebijakan Departemen Kesehatan dalam upaya mempercepat penurunan
AKI dan AKB pada dasarnya mengacu kepada intervensi strategis “Empat Pilar
Safe Motherhood” yaitu meliputi : Keluarga Berencana, ANC, Persalinan Bersih
dan Aman, dan Pelayanan Obstetri Essensial.
Pendekatan pelayanan obstetri dan neonatal kepada setiap ibu hamil ini
sesuai dengan pendekatan Making Pregnancy Safer (MPS), yang mempunyai 3

(tiga) pesan kunci yaitu :
i. Setiap persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih.
ii. Setiap komplikasi obstetri dan neonatal mendapat pelayanan yang
adekuat.
iii. Setiap perempuan dalam usia subur mempunyai akses pencegahan dan
penatalaksanaan kehamilan yang tidak diinginkan dan penanganannya
komplikasi keguguran (Depkes,2001).
Kebijakan program pelayanan antenatal menetapkan frekuensi kunjungan
antenatal sebaiknya minimal 4 (empat) kali selama kehamilan, dengan ketentuan
sebagai berikut :
1) Minimal satu kali pada trimester pertama (K1).
2) Minimal satu kali pada trimester kedua (K2).

Universitas Sumatera Utara

13

3) Minimal dua kali pada trimester ketiga (K3 dan K4)(Depkes, 2009).
2.6.2


Kebijakan teknis
Pelayanan/asuhan antenatal ini hanya dapat di berikan oleh tenaga

kesehatan profesional dan tidak dapat di berikan oleh dukun bayi. Untuk itu perlu
kebijakan teknis untuk ibu hamil seara keseluruhan yang bertujuan untuk
mengurangi resiko dan komplikasi kehamilan secara dini. Kebijakan teknis itu
dapat meliputi komponen-komponen sebagai berikut:
1) Mengupayakan kehamilan yang sehat
2) Melakukan deteksi dini komplikasi, melakukan penatalaksanaan awal
serta rujukan bila diperlukan.
3) Persiapan persalinan yang bersih dan aman
4) Perencanaan antisipstif dan persiapan dini untuk melakukan rujukan jika
terjadi komplikasi.
Beberapa kebijakan teknis pelayanan antenatal rutin yang selama ini
dilaksanakan dalam rangka peningkatan cakupan pelayanan antara lain meliputi :
1) Deteksi dini ibu hamil melalui kegiatan P4K dengan stiker dan buku
KIA, dengan melibatkan kader dan perangkar desa serta kegiatan kelompok
Kelas Ibu Hamil.
2) Peningkatan kemampuan penjaringan ibu hamil melalui kegiatan
kemitraan Bidan dan Dukun.

3) Peningkatan akses ke pelayanan dengan kunjungan rumah.
4) Peningkatan akses pelayanan persalinan dengan rumah tunggu (Depkes,
2009).

Universitas Sumatera Utara

14

2.7

Kunjungan 4 (K4)
Kunjungan ibu hamil adalah kontak ibu hamil dengan tenaga profesional

untuk mendapatkan pelayanan antenatal sesuai standar yang ditetapkan. Ibu hamil
yang berkunjung kefasilitas pelayanan, setiap kontak tenaga kesehatan
diposyandu, polindes/poskesdes, kunjungan rumah dengan ibu hamil untuk
memberikan pelayanan antenatal sesuai standar dapat dianggap sebagai
kunjungan ibu hamil (Syafrudin, 2009).
K4 adalah kontak ibu hamil dengan tenaga kesehatan yang keempat (atau
lebih), untuk mendapatkan pelayanan antenatal sesuai standar yang ditetapkan

(Syafrudin, 2009). Kunjungan K4 adalah ibu-ibu hamil yang telah memperoleh
pelayanan antenatal sesuai dengan standar paling sedikit 4 kali (minimal satu kali
pada trimester I, satu kali pada trimester II, dan dua kali pada trimester III umur
kehamilan) oleh tenaga kesehatan di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu
(Syafrudin, 2009).
Kunjungan 4 meliputi : (1) anamnese (keluhan/masalah), (2) Pemeriksaan
kehamilan dan pelayanan kesehatan, (3) Pemeriksaan Psikologis, (4) Pemeriksaan
Laboratorium bila ada indikasi/diperlukan, (5) Diagnosa akhir (kehamilan normal,
terdapat penyulit, terjadi komplikasi atau tergolong kehamilan risiko tinggi/resti,
(6) Sikap dan rencana tindakan (persiapan persalinan dan rujukan).
2.8

Tinjauan tentang Kunjungan Ibu Hamil
Kontak ibu hamil dan petugas yang memberikan pelayanan untuk

mendapatkan pemeriksaan kehamilan, istilah kunjungan tidak mengandung arti

Universitas Sumatera Utara

15


bahwa selalu ibu hamil yang ke fasilitas tetapi dapat juga sebaliknya, yaitu ibu
hamil yang dikunjungi oleh petugas kesehatan (Depkes RI, 2004).
Menurut Kemenkes RI, 2014 pemeriksaan antenatal dilakukan dengan
standar pelayanan antenatal dimulai dengan :
a.

Timbang berat badan
Penimbangan berat badan pada setiap kali kunjungan pemeriksaan

kehamilan

dilakukan

untuk

mendeteksi

adanya

gangguan

pertumbuhan

janin.Penambahan berat badan yang kurang dari 9 kilogram selama kehamilan
atau kurang dari 1 kilogram setiap bulannya menunjukkan adanya gangguan
pertumbuhan janin.
b.

Ukur Tekanan darah
Pengukuran tekanan darah pada setiap kali kunjungan pemeriksaan

kehamilan dilakukan untuk mendeteksi adanya hipertensi (tekanan darah 140/90
mmHg) pada kehamilan dan preeklampsia (hipertensi disertai edema wajah dan
atau tungkai bawah dan atau proteinuria).
c.

Ukuran Lingkar Lengan Atas (LILA)
Pengkuran LILA hanya dilakukan pada kontak pertama untuk skrining ibu

hamil berisiko kurang energi kronis (KEK). Kurang energi kronis disini
maksudnya ibu hamil yang mengalami kekurangan gizi dan telah berlangsung
lama (beberapa bulan/tahun) dimana kurang dari 23,5 cm. Ibu hamil dengan KEK
akan dapat melahirkan bayi berat lahir rendah (BBLR).

Universitas Sumatera Utara

16

d.

Ukur (Tinggi) fundus uteri
Pengukuran tinggi fundus pada setiap kali kunjungan pemeriksaan

kehamilan dilakukan untuk mendeteksi pertumbuhan janin sesuai atau tidak
dengan umur kehamilan. Jika tinggi fundus tidak sesuai dengan umur
kehamilan,kemungkinan ada gangguan pertumbuhan janin. Standar pengukuran
menggunakan pita pengukuran setelah kehamilan 24 minggu.
e.

Pemberian imunisasi (Tetanus Toxoid)
Untuk mencegah terjadinya neonetorum, ibu hamil harus mendapat

imunisasi TT.Pada saat kontak pertama, ibu hamil diskrining status imunisasi TTnya.Pemberian imunisasi TT pada ibu hamil, disesuaikan dengan status imunisasi
ibu saat ini.
f.

Hitung denyut jantung janin (DJJ)
Penilaian DJJ dilakukan pada akhir trisemster 1 dan selanjutnya setiap kali

kunjungan pemeriksaan kehamilan. DJJ lambat kurang dari 120/menit atau DJJ
cepat lebih dari 160/menit menunjukkan adanya gawat janin.
g.

Tentukan presentasi janin
Menentukan presentasi janin dilakukan pada akhir semester II dan

selanjutnya setiap kali kunjungan pemeriksaan kehamilan.Pemeriksaan ini
dimaksudkan untuk mengetahui letak janin. Jika, pada trisemester III bagian
bawah janin bukan kepala, atau kepala janin belum masuk ke panggul berarti ada
kelainan letak, panggul sempit atau ada masalah lain.

Universitas Sumatera Utara

17

h.

Pemberian Tablet zat besi, minimum 90 tablet selama kehamilan
Untuk mencegah anemia gizi besi, setiap ibu hamil harus mendapatkan

tablet zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan diberikan sejak kontak
pertama.
i.

periksa laboratorium (rutin dan khusus)

j.

Tatalaksana/penanganan kasus
Berdasarkan hasil pemeriksaan kehamilan di atas dan hasil pemeriksaan

laboratorium, setiap kelainan yang ditemukan pada ibu hamil harus ditangani
sesuai dengan standar dan kewenangan tenaga kesehatan. Kasus-kasus yang tidak
dapat ditangani dirujuk sesuai dengan sistem rujukan.
2.9

Pelaksanaan dan Tempat Pelayanan Antenatal
1. Pelaksanaan
Pelaksana pelayanan antenatal adalah dokter, bidan (bidan di puskesmas,

bidan di desa, bidan praktek swasta), pembantu bidan, perawat bidan yang sudah
dilatih dalam pemeriksaan kehamilan(Depkes RI, 2004).
2. Tempat pelaksanaan Antenatal
1) Posyandu
2) Polindes
3) Puskesmas pembantu
4) Puskesmas
5) Rumah sakit pemerintah atau swasta
6) Dokter atau Bidan praktek swasta
7) Rumah bersalin

Universitas Sumatera Utara

18

8) Rumah penduduk (pada kunjungan rumah/kegiatan puskesmas)
2.10 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Cakupan K4
2.10.1 Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan itu terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi
melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman,
rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan
telinga. Pengetahuan kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam
membentuk tindakan seseorang (overt behavior) (Notoatmodjo, 2003).
Pengetahuan menurut Bloom (1971) dalam Muniarti (2008) adalah hasil
tahu yang dimiliki individu atau dengan memperjelas fenomena sekitar.
Pengetahuan adalah informasi atau maklumat yang diketahui atau disadari oleh
seseorang. Pengetahuan termasuk, tetapi tidak dibatasi pada deskripsi, hipotesis,
konsep, teori, prinsip dan prosedur yang secara Probabilitas Bayesian adalah
benar atau berguna.
Pengetahuan terdiri atas kepercayaan tentang kenyataan (reality). Salah
satu cara untuk mendapatkan dan memeriksa pengetahuan adalah dari tradisi atau
dari yang berwenang di masa lalu yang umumnya dikenal, seperti aristoteles.
Pengetahuan juga mungkin diperoleh berdasarkan pengumuman sekuler atau
kekuasaan agama, negara, atau gereja. Cara lain untuk mendapat pengetahuan
dengan pengamatan dan eksperimen: metode ilmiah. Pengetahuan juga diturunkan
dengan cara logika secara tradisional, otoratif atau ilmiah atau kombinasi dari
mereka, dan dapat atau tidak dapat dibuktikan dengan pengamatan dan

Universitas Sumatera Utara

19

pengetesan. Dari pengetahuan dan penelitian ternyata prilaku yang didasari
pengetahuan akan lebih langgeng daripada prilaku yang tidak didasari oleh
pengetahuan (Notoatmodjo, 2003).
Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan yang tercakup dalam domain
mempunyai 6 tingkatan, yaitu :
a. Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya.
b. Memahami (Comprehension)
Memahami adalah suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar
tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi
tersebut secara benar.
c. Aplikasi (Aplication)
Aplikasi diartikan suatu kemampuan untuk menggunakan materi yang
telah dipelajari pada situasi dan kondisi sebenarnya.
d.

Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan suatu materi atau
objek ke dalam komponen-komponen tetapi masih di dalam satu struktur
organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain.

e. Sintesis
Sintesis menunjuk pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang

Universitas Sumatera Utara

20

baru dengan kata lain suatu kemampuan untuk menyusun suatu formula
baru dan formulasi-formulasi yang ada.
f. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian
terhadap suatu materi atau objek.
2.10.2 Sikap
Sikap adalah reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap
suatu objek. Manifestasi sikap tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat
ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata
menunjukkan kondisi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu. Dalam
kehidupan sehari-hari adalah tindakan atau aktivitas, akan tetapi predisposing
tindakan atau perilaku. Sikap masih merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan
reaksi terbuka tingkah laku yang terbuka.
Dalam Notoatmodjo (2007) menjelaskan bahwa sikap mempunyai 3 pokok
komponen yaitu:
(a) Kepercayaan (keyakinan) ide dan konsep terhadap suatu objek.
(b) Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek
(c) Kecendrungan untuk bertindak (tend to behave)
Pengetahuan dan sikap dilakukan dengan secara langsung dan tidak
langsung. Secara langsung dapat dinyatakan bagaimana pendapat atau pertanyaan
responden terhadap suatu objek. Secara langsung dapat dilakukan dengan
pertanyaan-pertanyataan hipotesis, kemudian dinyatakan pendapat respoden.

Universitas Sumatera Utara

21

2.10.3 Pendidikan
Pendidikan adalah suatu proses ilmiah yang terjadi pada manusia,
merupakan suatu proses dimana pengalaman atau informasi diperoleh sebagai
hasil dari proses belajar. Menurut Dictionary of Education, pendidikan dapat
diartikan suatu proses dimana seseorang mengembangkan kemampuan sikap dan
bentuk tingkah laku lainnya dalam masyarakat dan kebudayaan.
Pendidikan adalah proses pengetahuan, sikap dan tingkah laku mengalami
proses pengajaran dan pelatihan. Pendidikan yang beraneka ragam di masyarakat
sangat mempengaruhi perilaku kesehatan masyarakat yang berpendidikan
rendah.Dengan keadaan ini mereka sulit untuk mengikuti petunjuk-petunjuk dari
petugas kesehatan terutama dalam hal perilaku sehat.
Semakin tinggi tingkat pendidikan masyarakat maka masyarakat
diharapkan lebih mudah untuk menerima dan mengerti pesan-pesan kesehatan.
Semakin rendah pendidikan masyarakat maka semakin sulit pula dalam menerima
dan mengerti pesan-pesan kesehatan yang disampaikan.
Menurut Suparlan (2006), pendidikan dalam arti luas yaitu segala kegiatan
pembelajaran yang berlangsung sepanjang zaman dalam segala situasi kegiatan
kehidupan. Pendidikan dalam arti sempit yaitu seluruh kegiatan belajar yang
direncanakan, dengan materi terorganisasi, dilaksanakan secara terjadwal dalam
sistem pengawasan, dan diberikan evaluasi berdasarkan pada tujuan yang telah
ditentukan. Wanita yang berpendidikan akan lebih terbuka terhadap ide-ide baru
dan perubahan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang proposional karena
manfaat pelayanan kesehatan akan mereka sadari sepenuhnya. Jenjang pendidikan

Universitas Sumatera Utara

22

adalah tahapan pendidikan yangditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan
peserta didik, tujuan yang akan dicapai, dan kemampuan yang dikembangkan.
Pendidikan di Indonesia mengenal tiga jenjang pendidikan, yaitu pendidikan dasar
(SD/MI/Paket A dan SLTP/MTs/Paket B), pendidikan menengah (SMU, SMK),
dan pendidikan tinggi yang mencakup program pendidikan diploma, sarjana,
magister, doktor, dan spesialis yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi.
Faktor pendidikan memegang peranan sangat penting dalam menghadapi
segala permalahan yang terjadi, terutama masalah kesehatan ibu tentang
kehamilan. Rendahnya pengetahuan seseorang tentang pendidikan kesehatan akan
mempengaruhi

rendahnya

kunjungan

ibu

hamil

dalam

memeriksakan

kehamilannya.
2.10.4 Paritas
Paritas adalah jumlah janin dengan berat badan lebih dari 500 gram atau
lebih, yang pernah dilahirkan, hidup atau mati. Bila berat badan tidak diketahui
maka dipakai batas umur kehamilannya 24 minggu. Berdasarkan pengertian
tersebut maka paritas mempengaruhi kunjungan kehamilan. Paritas 1 dan paritas
tinggi ( lebih dari 3 ) mempunyai angka kematian maternal lebih tinggi. Lebih
tinggi paritas, lebih tinggi kematian maternal. Resiko pada paritas 1 dapat
ditangani dengan asuhan obstetrik lebih baik, sedangkan resiko pada paritas tinggi
dapat dikurangi atau dicegah dengan keuarga berencana. Sebagian kehamilan
pada paritas tinggi adalah tidak direncanakan ( Wiknjosastro, 2005 ).
Mempunyai anak lebih dari 4 orang akan meningkatkan risiko terhadap ibu
dan bayinya. Lebih-lebih kalau jarak antara kehamilan kurang 2 tahun, maka ibu

Universitas Sumatera Utara

23

akan lemah akibat dari seringnya hamil, melahirkan dan menyusui. Sehingga
sering mengakibatkan berbagai masalah seperti ibu yang menderita anemia,
kurang gizi, dan bahkan sering terjadi pendarahan setelah melahirkan yang
membahayakan nyawa ibu. Risiko melahirkan bayi cacat dan Berat Badan Lahir
Rendah (BBLR) juga meningkat setelah 4 kali kehamilan dan setelah usia ibu 35
tahun.
2.10.5 Jarak Kehamilan
Untuk meningkatkan kesehatan ibu dan anak sebaiknya jarak antara
kehamilan tidak kurang dari 2 tahun, karena kalau jaraknya terlalu dekat dapat
mengganggu tumbuh kembang anak baik fisik maupun mentalnya. Hal ini
disebabkan ASI terpaksa dihentikan, ibu tidak punya waktu untuk menyiapkan
makanan untuk anak, juga berkurangnya perhatian dan kasih faktor. Ibu
memerlukan waktu sekitar 2 tahun untuk memulihkan kesehatannya sebelum
hamil lagi. Kalau ibu hamil terlalu cepat, maka sering melahirkan BBLR
Kematian janin dan kematian neonatal terendah apabila jarak kelahiran
adalah lebih dari 2 tahun. Suatu penelitian epidemiologis di Punjab membuktkan
bahwa kematian bayi terutama kematian neonatal paling tinggi apabila jarak
kelahiran kuran dari 24 bulan (Moersintowarti, 2008).
2.10.6 Pekerjaan
Pekerjaan secara umum didefinisikan sebagai sebuah kegiatan aktif yang
dilakukan oleh manusia. Dalam arti sempit, istilah pekerjaan digunakan untuk
suatu tugas atau kerja yang menghasilkan sebuah karya bernilai imbalan dalam

Universitas Sumatera Utara

24

bentuk uang bagi seseorang. Dalam pembicaraan sehari-hari istilah pekerjaan
dianggap sama dengan profesi. Pekerjaan yang dijalani seseorang dalam kurun
waktu yang lama disebut sebagai karier. Seorang mungkin bekerja pada beberapa
perusahaan selama kariernya tapi tetap dengan pekerjaan yang sama.
Pekerjaan dalam arti luas adalah aktivitas utama yang dilakukan oleh
manusia. Dalam arti sempit, istilah pekerjaan digunakan untuk suatu tugas atau
kerja yang menghasilkan uang bagi seseorang. Pekerjaan ibu merupakan salah
satu faktor yang mempengaruhi kunjungan pelayanan antenatal. Ibu yang bekerja
mempunyai kesibukan yang banyak sehingga tidak mempunyai waktu untuk
memeriksakan kehamilan. Akan tetapi, pekerjaan tersebut memberikan akses yang
lebih baik terhadap berbaga informasi termasuk kesehatan. Hal ini sesuai dengn
penelitian Pasaribu (2005) yang menyatakan bahwa ibu hamil yang bekerja tidak
hanya mempunyai sumber penghasilan untuk melakukan pemeriksaan kehamilan
tetapi juga dalam pekerjaannya dapat berinteraksi dengan orang lain yang
memiliki pengetahuan tentang pentingnya melakukan pemeriksaan kehamilan
sehingga ibu yang bekerja mendapatkan pengetahuan yang lebih dan memiliki
motivasi untuk memeriksakan kehamilannya.
2.10.7 Kondisi Ibu
Menurut Depkes RI dalam Muniarti (2008), kondisi ibu selama kehamilan
harus dipahami, agar ibu tahu bagaimana keadaan (keluhan)) normal atau tidak.
Keluhan normal yang tidak membahayakan bagi kehamilan seperti perubahan
bentuk tubuh. Keluhan atau keadaan yang membahayakan seperti perdarahan baik
sedikit atau banyak, pembengkaan pada kaki yang tidak hilang setelah istirahat

Universitas Sumatera Utara

25

rebahan yang disertai nyeri kepala, mual dan nyeri ulu hati keluar cairan ketuban
sebelum kehamilan cukup umur, janin tidak bergerak atau jarang dalam sehari
semalam dan berat badan tidak bertambah bahkan turun.
2.11 Landasan Teori
Menurut Andersen R (1974) dalam Notoatmodjo 2003, mengembangkan
model sistem kesehatan (Health belief model) yang berupa model kepercayaan
kesehatan dipengaruhi oleh faktor predisposisi (Predisposing factors), faktor
pemungkin (enabling factors), dan faktor kebutuhan (need factors). Faktor-faktor
tersebut digambarkan sebagai berikut :
1.

Faktor predisposisi adalah menggambarkan kecenderungan individu
yang berbeda-beda dalam menggunakan pelayanan kesehatan, yaitu
pengetahun, sikap dan kepercayaan terhadap kesehatan. Faktor
predisposisi berkaitan dengan karateristik individu yang mencakup
pengetahuan, sikap, pendidikan, jarak kehamilan dan paritas.

2.

Faktor pemungkin adalah menunjukkan kemampuan individu untuk
menggunakan pelayanan kesehatan, yang mencakup pekerjaan.

3.

Faktor kebutuhan adalah kondisi ibu.

2.12 Kerangka Konsep
Sesuai dengan tujuan penelitian, kerangka konsep dalam penelitian ini
adalah untuk mengetahui faktor yang memengaruhi rendahnya cakupan K4.
Variabelnya meliputi :Faktor Predisposisi (Pengetahuan, Sikap, Pendidikan,
Paritas dan Jarak Kehamilan), Faktor Pemungkin (Pekerjaan) dan Faktor
kebutuhan (Kondisi ibu).

Universitas Sumatera Utara

26

Variabel Independen

Variabel Dependen

Faktor Predisposisi :
Pengetahuan
Sikap
Pendidikan
Kunjungan 4
Faktor Pemungkin :
Pekerjaan
Keterjangkauan

Faktor Kebutuhan :
Kondisi ibu

Gambar 2.1 Kerangka Konsep Penelitian
2.13 Hipotesis Penelitian
Dari gambar kerangka konsep diatas, maka hipotesis dalam penelitian ini
adalah ada pengaruh faktor predisposisi (pengetahuan, sikap, Pendidikan, Paritas
dan Jarak Kehamilan), faktor pemungkin (pekerjaan) dan faktor kebutuhan
(kondisi ibu) terhadap faktor yang memengaruhi rendahnya cakupan K4 di
Puskesmas Kota Batu Kecamatan Na IX-X Kabupaten Labuhanbatu Utara.

Universitas Sumatera Utara