this PDF file Kajian Daya Dukung Tanah Gambut dengan Perkuatan Geotekstil dan Perubahan Muka Air Tanah | Martini | JOURNAL TEKNIK SIPIL DAN INFRASTRUKTUR 1 PB

IL INFRASTRUKTUR
KAJIAN DAYA DUKUNG TANAH GAMBUT DENGAN PERKUATAN
GEOTEKSTIL DAN PERUBAHAN MUKA AIR TANAH
Analysis of Soil Bearing Capacity of Peat Soil Reinforced With Geotextile and the
Change of Water Level
Martini
Jurusan Teknik Sipil Universitas Tadulako-Jalan Soekarno Hatta Km. 8 Palu 94118
Email : martini_geotech@yahoo.com

Abstract
Peat soils have a high compressibily and low bearing capacity. This unfavourable characteristic might cause
differential settlement dan failure of the construction, so that the appropriate improvement method is required to
overcome this problem.Peat soil improvement method that commonly used is mechanically dan chemically soil
improvement method. In this research, the peat soil reinforced with geotextile was conducted in order to find its
influence in increasing the bearing capacity.Also, peat land are generally located in the area with shallow water level.
In this research shallow foundation reinforced with geotextile with variations ground water level was conducted to
determine its effect in improving the bearing capacity. The variation of layer number of reinforcement (N) used was N
= 3, with width 2B reinforcement, where the variations of ground water level are z = 0 cm, z = 5 cm and z = 10 cm
where B is foundation width and z are the distance of the ground water level from base of the foundation. Result of
modeling in the laboratory shows that the insertion of geotextile material in the peat soil can increase its soil bearing
capacity. The increasing of ultimate bearing capacity (qu) tends to be higher for reinforced soil with no ground water

level compared to soil with ground water level.The closer ground water level to foundation base the smaller the bearing
capacity either with or without reinforcement. The highest value of bearing capacity was obtained in reinforced peat
soil with no water level that is 8,6 kN/m2 or the it increase as much of 178,1% compared to unreinforced peat soil with
no water level. Bearing capacity ratio (BCR) has also increase as of as 2,78 in with the reinforcement without water
level compared to condition without reinforcement and without water level.
Key word: peat, geotextile, bearing capacity

Abstrak
Tanah gambut memiliki kompresibilitas tinggi serta daya dukung yang relatif rendah. Sifat teknik yang tidak
menguntungkan ini dapat menyebabkan pemampatan yang tidak merata dan keruntuhan pada konstruksi, sehingga
diperlukan metode perbaikan yang tepat untuk mengatasi hal tersebut. Dan biasanya lahan gambut berada pada daerah
dengan muka air yang dangkal. Metode perbaikan tanah gambut yang umum digunakan adalah perbaikan tanah secara
mekanis dan kimia. Pada penelitian ini dilakukan pemodelan pondasi dangkal yang diperkuat geotekstil dengan
melakukan variasi muka air tanah, untuk mengetahui pengaruhnya dalam meningkatkan daya dukung. Perkuatan yang
digunakan yaitu jumlah N = 3, dengan lebar perkuatan 2B, serta variasi muka air tanah z = 0 cm, muka air tanah z = 5
cm, dan muka air tanah z = 10 cm dimana B lebar pondasi dan z adalah jarak muka air tanah dari dasar pondasi. Hasil
pemodelan di laboratorium diketahui bahwa penyisipan material geotekstil dalam massa tanah gambut dapat
meningkatkan daya dukung tanah. Peningkatan daya dukung batas (qu) cenderung lebih tinggi dengan perkuatan dalam
kondisi tanpa muka air tanah dibandingkan dengan adanya muka air. Apabila muka air tanah semakin dekat dengan
dasar pondasi maka nilai daya dukung semakin kecil baik dengan ataupun tanpa perkuatan. Daya dukung terbesar yang

diperoleh pada saat tanah gambut diberi perkuatan dan dalam kondisi tanpa muka air, dengan nilai sebesar 8,6 kN/m2
atau kenaikanya sebesar 178,1% terhadap tanpa perkuatan kondisi tanpa muka air. Demikian juga dengan rasio daya
dukung (BCR) meningkat yaitu 2,78 dengan pemberian perkuatan dalam kondisi tanpa muka air terhadap tanpa
perkuatan kondisi tanpa muka air.
Kata Kunci : gambut, gotekstile, daya dukung

INFRASTRUKTUR Vol. 5 No. 1 Juni 2015: 51 - 59

PENDAHULUAN
a. Latar Belakang
Daya dukung tanah berbeda-bbeda, tergantung
pada jenis tanah, mulai dari tanah
nah berbutir kasar
yakni kerikil dan pasir, dan tanah
ah berbutir halus
seperti lempung, lanau, serta tanah gambut.
Diantara tanah-tanah tersebut, gam
ambut merupakan
tanah yang memiliki daya duku
kung tanah yang

kurang baik dari semua jenis tanah.
h.
Terzaghi & Peck (1967), gamb
mbut (peat) adalah
agregat agak berserat yang berasa
asal dari serpihan
makroskopik dan mikroskopik tumbuh-tumbuhan.
tum
Warnanya bervariasi antara cok
oklat terang dan
hitam. Gambut juga kompresibel,
l, sehingga
s
hampir
selalu tak mungkin menopang pondasi. Tanah
gambut umumnya berada pada
da daerah yang
berhubungan dengan air, misalnya
ya daerah pantai.
Kadar air tanah gambut sangat

at tinggi, hal ini
disebabkan karena letaknya berd
erdekatan dengan
wilayah perairan (pantai). Maka
ka dari itu perlu
adanya upaya-upaya dalam dalam
am meningkatkan
daya dukung pada tanah gambut.
Karena letak tanah gambut ddi wilayah yang
berair, maka tanah gambut di lapan
angan akan sering
mengalami perubahan muka air. Kondisi
K
ini akan
berpengaruh terhadap karakteristik
tik tanah tersebut.
Antara lain kadar air, pemampatan
annya, kuat geser
dan daya dukungnya.
Masalah yang akan dibahas ddalam penelitian

ini adalah bagaimana mengoptima
malisasikan tanah
gambut dengan memberikan perku
kuatan geosintetik
jenis geotekstil tipe woven U
UW-150 dengan
melakukan peninjauan variasi perubahan
pe
tinggi
muka. Tujuan yang ingin dicapaii dalam
d
penelitian
ini adalah ; untuk mengetahui nilai
nil daya dukung
tanah gambut dengan kondisi tanpa
pa muka air tanah
dan ada muka air tanah dengan 3 (tiga)
(ti
level tinggi
muka air dan memperoleh hubung

ngan antara daya
dukung tanah yang diberi perku
rkuatan geotekstil
dengan variasi tanpa muka air tanah
nah dengan variasi
muka air tanah z = 0 cm, muka air
ir tanah z = 5 cm,
dan muka air tanah z = 10 cm dari da
dasar pondasi.
b. Tinjauan Pustaka
1) Daya dukung tanah dengan
np
perkuatan
Menurut Koerner (1990), model
mo
keruntuhan
daya dukung pada tanah yang dipe
iperkuat geotekstil
yang terjadi di atas lapis perkuat
atan dapat dilihat

pada gambar 1a. Pada gambar 1aa tampak bahwa
penempatan geotekstil tidak berpe
pengaruh terhadap
pola keruntuhan tanah di bawahh pondasi, hal ini
dapat terjadi jika pemasangan geotekstil tidak
berada pada zona keruntuhan di baw
awah pondasi.
Demikian juga dengan pola kkeruntuhan yang

52

terjadi pada gambar 1b,
b,
bahwa penempatan
geotekstil sudah tepat bera
rada pada bidang runtuh,
akan tetapi karena panjangg penjangkaran geotekstil
tidak mencakup bidang rruntuh yang terjadi di
bagian samping pondasi, se
sehingga fungsi geotekstil

menjadi kurang maksimal,
l, hal ini dapat dihindari
dengan menambah ukur
uran geotekstil hingga
diperkirakan akan memoto
otong bidang runtuh di
semua bagian, hal ini dilaku
kukan untuk memobilisasi
gaya tahanan angkur (resis
sisting anchorage force),
Koerner (1990). Sedangkann keruntuhan yang terjadi
pada gambar 1c, menggam
mbarkan keadaan dimana
geotekstil dapat menahan kkeruntuhan baik bidang
yang ada di bagian bawah
ah pondasi maupun yang
ada disamping pondasi, sehi
hingga terjadi keruntuhan
dengan putusnya perkuata
atan (tie break failure),

Koerner (1990).

Gambar 1. Keruntuhann daya
d
dukung yang
terjadi pada tanah denga
gan perkuatan; (a)
Keruntuhan daya dukungg terjadi
t
di atas lapis
perkuatan; (b) Keruntuh
uhan pullout akibat
deformasi; (c) Keruntuha
han akibat putusnya
perkuata
tan
Sumber: Koerne
ner (1990)
2) Geotekstil
ASTM D4439 (Direkto

torat Bina Teknik, 2009),
menjelaskan bahwa geosin
intetik merupakan suatu
produk berbentuk lembar
aran yang terbuat dari
bahan polimer lentur yang
yan digunakan dengan
tanah, batuan, atau mater
terial geoteknik lainnya
sebagai bagian yang tidakk terpisahkan dari suatu
pekerjaan, struktur atau sistem.Salah
si
satu bahan
geosintetik yang banyak
ak digunakan adalah
geotekstil.
Geotekstil telah digu
gunakan untuk berbagai
macam keperluan sesua
uai dengan fungsinya.

Geotekstil dapat digunakan
kan untuk bantalan atau
pelindung bagi material lain
ain, seperti geomembran.
Fluet (1988, dalam Hardiya
yatmo, 2008) menyatakan
bahwa perlindungan ole
leh geotekstil sebagai
bantalan dapat terlihatt nyata, dan derajat
perlindungannya dapat berv
rvariasi yang bergantung

Kajian Daya Dukung Tanah Gambut dengan Perkuatan Geotekstil dan Perubahan Muka Air Tanah
(Martini)

pada tebal, kemudahmampatan, dan kekuatan
geotekstil.
Gambar 2 memperlihatkan bahan penyusun
geotekstil yang teranyam dan tidak teranyam.

(a)

(b)

(c)

(d)

tahan rendah sehingga tanaman yang tumbuh
mudah tumbang/roboh serta memiliki sifat
mengering tak balik yang menurunkan daya retensi
air dan membuat peka erosi.
Klasifikasi tanah gambut adalah sebagai
berikut:
1) Hardiyatmo (2002) mengklasifikasikan tanah
gambut berdasarkan berat jenis, yaitu :
Tabel 1. Klasifikasi tanah gambut
berdasarkan berat jenis
Kategori
Berat jenis (Gs)
Kerikil
2,65 – 2,68
Pasir
2,65 – 2,68
Lanau Anorganik
2,62 – 2,68
Lempung Organik
2,58 – 2,65
Lempung Anorganik
2,68 – 2,75
Humus
1,37
Gambut
1,25 – 1,80
Sumber: Hardiyatmo, 2002

Gambar 2. Jenis serat atau benang geotekstil (a)
woven monofilament; (b) woven multifilament; (c)
woven slit-film; (d) non woven needle-punched
(Sumber: Direktorat Bina Teknik, 2009
Gambar 3 memperlihatkan model pondasi
dangkal yang menggunakan perkuatan lembaran
geotesktil di bawah pondasi.

2)

Farnham (1957, dalam Pihlainen, 1963),
menggolongkan tanah gambut berdasarkan
berat isi:
Tabel 2 Klasifikasi tanah gambut berdasarkan
berat isi asli
Kategori
Berat isi asli (g/cm3)
Moss peat
0,4
Woody peat
0,6
Herbaceous peat
0,7
Aquatic peat
0,9
Aggregate peat
1,1
Amorphous peat
2,2
Sumber: Farnham (1957, dalam Pihlainen,
1963)

Gambar 3. Pondasi dangkal dengan perkuatan
geotekstil
3) Tanah Gambut
Adi dan Suhardjo (1976, dalam Muhaimin,
2009) menyatakan bahwa gambut terbentuk dari
bahan yang terdiri atas sisa tanaman yang telah
mati dan dilingkupi oleh keadaan lingkungan yang
selalu terendam air, pelapukan tidak berlangsung
normal dan sempurna, dengan demikian akan
membentuk profil yang seluruhnya tersusun atas
timbunan bahan organik dengan jeluk (depth)
bervariasi. Adhi dan Suhardjo (1976, dalam
Muhaimin, 2009) mengemukakan bahwa ciri-ciri
tanah gambut yaitu mudah dihancurkan apabila
dalam keadaan kering. Bahan organik yang
terdekomposisi sebagian bersifat koloidal dan
mempunyai kohesi rendah, tanah gambut memiliki
sifat penurunan yang permukaan tanah yang besar
setelah dilakukan drainase, memiliki daya hantar
hidrolik horizontal yang sangat besar dan vertikal
sangat kecil, tanah gambut juga memiliki daya

3)

Jarret (1995, dalam Kalantari, 2013),
menggolongkan kadar organik tanah gambut,
dalam 3 kategori, yaitu:

Tabel 2 Klasifikasi tanah gambut
berdasarkan kadar organik
Kategori
Kadar organik (%)
Clay or silt or sand
3 – 20
Organic soil
20 – 75
Peat
> 75
Sumber: Jarret (1995, dalam Kalantari, 2013)

53

INFRASTRUKTUR Vol. 5 No. 1 Juni 2015: 51 - 59

4)

ASTM D4427-92 (2002) meengklasifikasikan
tanah gambut berdasarkan kan
andungan abunya,
yaitu:
Tabel 4 Klasifikasi tana
nah gambut
berdasarkan kadarr abu
a
Kategori
Kadar
ar abu (%)
Low ash
15
Sumber: ASTM D4427-92, (20
2002)

ng Batas dan
4) Interpretasi Nilai Daya Dukun
Bearing Capacity Ratio (BCR)
Munawir dkk. (2009) menyata
takan bahwa nilai
daya dukung batas dapat dip
iperoleh dengan
pendekatan
Tangent
Intersect
ection
Method.
Pendekatan tersebut dilakukan deng
ngan menarik dua
buah garis singgung (linear line)
lin
pada kurva
hubungan daya dukung dan penu
nurunan yaitu di
awal dan akhir data sampai bertem
temu di satu titik
kemudian ditentukan nilainya.
Untuk mengetahui kinerja getekstil
g
dalam
menaikkan daya dukung tanah pon
ondasi, dilakukan
analisis dimensionless, untuk meenghasilkan nila
aring Capacity Ratio (BCR), yang
ya
merupakan
rasio antara daya dukung batas tana
nah pondasi yang
merupakan rasio antara daya duku
kung batas tanah
pondasi yang diperkuat dengan day
aya dukung batas
tanah pondasi yang tidak diperkuat.
at.

BCR =

qr
qo

dengan :
p
qr = daya dukung batas dengann perkuatan
qo = daya dukung batas den
engan perkuatan
diperkuat.

geotekstil terhadap daya duk
ukung tanah gambut pada
bangunan ringan dengan pondasi
po
dangkal telapak ,
hasilnya ditunjukkan pada Tabel
T
5. Anshori (2014),
juga melakuan penelitian
an mengenai perkuatan
geoteksil pada tanah gambbut Lembasada, dengan
variasi lebar dan jumlah pperkuatan menghasilkan
nilai seperti terlihat pada Tab
abel 6.
Tabel. 5 Hasil pengujian
an daya dukung dengan
variasi lebar dan keda
dalaman perkuatan
Variasi

Sam
ampel

Tanpa
Perkuatan

1

Variasi
Lebar

Variasi
Spasi

5) Penelitian yang Relevan
Penelitian yang dilakukan ole
leh Nugroho dan
Rachman (2009) tentang Penga
garuh Perkuatan

54

13,20

Lebar 2B; Keda
dalaman 0,25B
Lebar 2B; Keda
dalaman 0,5B
Lebar 2B; Keda
dalaman 1B
Lebar 3B; Keda
dalaman 0,25B
Lebar 3B; Keda
dalaman 0,5B
Lebar 3B; Keda
dalaman 1B
Lebar 4B; Keda
dalaman 0,25B
Lebar 4B; Keda
dalaman 0,5B
Lebar 4B; Keda
dalaman 1B
Lebar 4B; Keda
dalaman 0,25B;
Spasi 0,25B
Lebar 4B; Keda
dalaman 0,25B;
Spasi 0,5B
Lebar 4B; Keda
dalaman 0,25B;
Spasi 1B

34,80
30,40
28,60
36,70
33,20
32,30
40,00
37,50
35,50
43,10
41,20
39,80

Sumber Nugroho dan Rachm
hman, 2009
Tabel 6 Nilai daya dukungg batas pada variasi lebar
dan jumlah perkuatan
an. ( Anshori, 2014)
Variasi

Variasi
Lebar
Perkuatan

Gambar 4. Metode-metode Penen
entuan qult dari
Data Penelitian (a) Metode Bebann K
Kritis (Absolon,
1993); (b) Old Methods (Sumber:: Nugroho,
N
2011).

Daya
Dukung
(qu)
(kPa)

Variasi
Jumlah
Perkuatan

Sampel

Lebar 2B, Jumlah N=1
Lebar 3B, Jumlah N=1
Lebar 4B, Jumlah N=1
Lebar 2B, Jumlah N=2
Lebar 3B, Jumlah N=2
Lebar 4B, Jumlah N=2
Lebar 2B, Jumlah N=3
Lebar 3B, Jumlah N=3
Lebar 4B, Jumlah N=3
Jumlah N=1, Lebar 2B
Jumlah N=2, Lebar 2B
Jumlah N=3, Lebar 2B
Jumlah N=1, Lebar 3B
Jumlah N=2, Lebar 3B
Jumlah N=3, Lebar 3B
Jumlah N=1, Lebar 4B
Jumlah N=2, Lebar 4B
Jumlah N=3, Lebar 4B

Daya
Dukung
(qu)

Penu-

(kN/m2)

(mm)

3.7
7.9
8.4
6.4
9.2
9.5
9.0
9.8
10.3
3.7
6.4
9.0
7.9
9.2
9.8
8.4
9.5
10.3

3.0
6.0
6.4
2.4
8.4
5.2
2.8
4.8
5.2
3.0
2.4
2.8
6.0
8.4
4.8
6.4
5.2
5.2

runan

Persentase
Kenaikan
Daya
Dukung
(%)
19.4
154.8
171.0
106.5
196.8
206.5
190.3
216.1
232.3
19.4
106.5
190.3
154.8
196.8
216.1
171.0
206.5
232.3

Kajian Daya Dukung Tanah Gambut dengan Perkuatan Geotekstil dan Perubahan Muka Air Tanah
(Martini)

METODE PENELITIAN
a. Bagan Alir Penelitian
Mulai
Pembersihan tanah gambut
Mensterilkan bak uji dari kotoran dan
memberikan terpal pada dasar bak uji
Memasang pipa paralon ¾” pada 4 buah titik di 4
sudut bak uji
Menimbang Tanah Pada Timbangan Untuk
Mengontrol Kepadatan
Memasukkan tanah ke bak uji dibagi menjadi 5
lapisan, tiap lapisan setinggi 15 cm

Tanpa perkuatan geotekstil

Muka Air Tanah
z = 0 cm

Dengan perkuatan geotekstil

Muka Air Tanah
z = 5 cm

Muka Air Tanah
z = 10 cm

Letakkan dial dan model pondasi di atas tanah
gambut
Pengujian pembebanan dengan hydraulic jack

Mencatat penurunan setiap 3mm sampai penurunan
yang terjadi sebesar 30% lebar pondasi

Pengolahan dan analisis data
Kurva hubungan
beban vs penurunan
(load vs settlement)
Kesimpulan dan saran

Selesai

Gambar 5. Bagan Alir pengujian Pemodelan Daya
Dukung
b. Sampel dan Bahan Perkuatan
Sampel tanah untuk penelitian adalah tanah
gambut yang berada di Desa Lembasada,
Kecamatan Banawa Selatan, Kabupaten Donggala,
tepatnya pada titik kilometer 57 dari kota Palu.
Pada penelitian ini bahan perkuatan
geosintetik yang digunakan adalah jenis geotekstil
teranyam (wovengeotextiles UW-150).

karakteristik tanah gambut. Selanjutnya dilakukan
setup pengujian utama yaitu pengujian pembebanan
pada model pondasi.
a. Pengujian sifat fisik pada tanah gambut
meliputipengujian kadar air, pengujian berat isi,
pengujian berat jenis, pengujian batas-batas
Atterberg, pengujian kadar organik.
b. Pengujian pemodelan daya dukung pada tanah
gambut dilakukan pada variasi m.a.t z = 0cm,
z =5cm, dan z = 10cm dari dasar pondasi dimana
geotekstile diselipkan pada kedalaman 0,5B dan
spasi 0,5B dimana B adalah lebar pondasi.
Pengujian daya dukung dilakukan pada tanah
gambut tanpa perkuatan dan menggunakan
perkuatan. Tahapan pengujian tanpa perkuatan
adalah sebagai berikut:
a. Tanah gambut yang akan dimasukkan kedalam
bak pengujian terlebih dahulu dipisahkan dari
serat yang berukuran lebih dari 1cm dan kayukayu yang mungkin ada pada tanah gambut
tersebut, agar kondisi tanah pengujian seragam.
b. Untuk mendapatkan kepadatan yang sama di
lapangan, dilakukan dengan mengukur berat
tanah yang akan dimasukkan ke dalam bak uji
sesuai dengan volume serta berat isi/kepadatan
yang akan dicapai.
c. Prosedur (a) dan (b) dilakukan pada semua
variasi pengujian sebelum dilakukan proses
memasukkan tanah ke dalam bak uji.
d. Tanah yang akan dimasukkan ke dalam bak uji
dibagi menjadi 5 lapisan. Total ketebalan tanah
yang digunakan pada pemodelan ini adalah 75cm
sehingga tiap lapisan setinggi 15cm.
e. Setelah lapisan tanah terbentuk, model pondasi
diletakkan pada permukaan tanah dibagian
tengah. Kemudian dial penurunan dan dial
beban diletakkan tepat di atas model pondasi dan
dilakukan pengujian pembebanan kondisi tanpa
perkuatan.
f. Pengujian pembebanan dilakukan dengan
memberikan beban pada model pondasi dengan
hydarulic jack.
g. Pembacaan beban dilakukan disetiap nilai
penurunan interval 3 mm. Besarnya beban yang
terjadi dicatat sampai penurunan yang terjadi
sebesar 25% dari lebar pondasi.
h. Pengujian dilakukan sebanyak 3 kali untuk
memperoleh data yang lebih akurat.
i. Prosedur (f – h) dilakukan pada semua variasi
pengujian.

c. Prosedur Pengujian Pemodelan
Pengujian dibagi menjadi tiga 2 tahap yaitu
pengujian pendahuluan dan pengujian utama. Uji
pendahuluan meliputi pengujian sifat fisik dan sifat
mekanik, tujuannya untuk mengetahui jenis dan

HASIL PENELITIAN
a. Deskripsi visual tanah gambut desa
Lembasada
Gambut di desa Lembasada berada pada daerah

55

INFRASTRUKTUR Vol. 5 No. 1 Juni 2015: 51 - 59

pantai dan sering sekali mendapatk
atkan limpasan air
laut. Pasang surut tersebut semakin
in lama membuat
disekitarannya
ditumbuhi
kom
omunitas
bakau
(mangrove) dan semakin meluas
as yang akhirnya
membentuk daerah bakau. Daeraah bakau yang
merupakan tanaman hidup dan meengandung akarakar kecil inilah yang nantinya mengalami
me
proses
dekomposisi serta pembusukan yan
ang menjadikanya
lahan gambut kaya akan mineral org
rganik.
a.

Dari segi warna, tanahh gambut Lembasada juga
terlihat
berwarna
cokl
klat
kemerahan.
Ini
memperlihatkan bahwa kand
ndungan serat Lembasada
cukup banyak. Sisa-sisa
sa kayu yang belum
terdekomposisi dengan sempurna juga bisa
ditemukan pada daerah seki
kitar pengambilan sampel
tanah gambut.
Tabel 7 Hasil pengujian sifat
si fisik tanah gambut
Parameter sifat-sifat fisik

Satuan

Hasil

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

%
g/cm3
g/cm3
%
%
%
%
%

179.09
1.78
1.068
0.383
33.37
33.37
63.4951
36.5049

Kadar air (w)
Berat jenis tanah (Gs)
Berat isi basah (γw)
Berat isi kering (γd)
Batas cair (LL)
Batas plastis (PL)
Indeks Plastisitas (PI)
Kadar Abu
Kadar Organik

b. Daya Dukung Batass ((qu)
b.

c.
Gambar 7 Grafik hubunga
gan beban dan penurunan
hasil uji daya dukung deng
ngan dan tanpa perkuatan

aya dukung (a)
Gambar 6 Setting pengujian day
Tanpa perkuatan; (b) Jumlah 3 lembbar perkuatan; (c)
Jumlah 3 lembar perkuatan denga
gan variasi m.a.t

56

Hasil uji daya duk
ukung yang dilakukan
menunjukkan bahwa penyis
yisipan lembar perkuatan
geotekstil pada tanah gambbut mempengaruhi daya
dukung. Hal ini dapat diliha
hat dari nilai daya dukung
yang semakin meningkat ppada percobaan kondisi
tanpa muka air tanah maupu
pun dengan adanya muka
air tanah. Kondisi ini dip
iperlihatkan pada grafik
hubungan daya dukung-penu
nurunan pada Gambar 7,
bahwa penyisipan perkua
uatan geotekstil dapat
memberikan peningkatan daya
day dukung.
Pada setiap uji daya ddukung yang dilakukan,
hasil pengujian menunjukk
kkan bahwa keruntuhan
yang terjadi adalah modell keruntuhan geser lokal
(local shear failure). Hall ini dapat terlihat pada
Gambar 7 dimana daya dukung
du
batas (qu) sesuai

Kajian Daya Dukung Tanah Gambut dengan Perkuatan Geotekstil dan Perubahan Muka Air Tanah
(Martini)

dengan pengamatan secara langsung
ng terhadap grafik
pengujian hubungan daya dukung-pe
penurunan. Selain
itu, ciri-ciri lain menurut Hard
rdiyatmo (2011),
menyebutkan bahwa dalam keruntu
tuhan geser lokal,
terdapat sedikit penggelembungann tanah di sekitar
pondasi.
p
pada
1) Hasil uji daya dukung tanpaa perkuatan
variasi muka air tanah

ltimit pada kondisi
Gambar 8. Nilai daya dukung ulti
tanpa perkuatan dengan variasi
si muka
m
air tanah
Hasil pengujian daya dukung
ng pada kondisi
tanpa perkuatan dapat dilihat padaa ggrafik hubungan
daya dukung-penurunan pada gambbar 4.1, 4.2 dan
tabel 4.2 bahwa nilai daya duk
ukung batas (qu)
terbesar dengan nilai sebesar 3,1
3, kN/m2 pada
penurunan ultimate sebesar 5,5 m
mm dan dalam
kondisi tanpa muka air.
ir tanah dari dasar
Semakin dekat jarak muka air
pondasi maka nilai daya dukungg justru semakin
kecil. Untuk ketinggian muka air tanah
tan jauh dengan
dasar pondasi z = 10 cm nilai day
aya dukung yang
didapat adalah sebesar 2,8 kN/m2
k
dengan
penurunan ultimate 6,2 mm. S
Sedangkan pada
ketinggian muka air z = 5 cm dekat
d
dari dasar
pondasi nilai daya dukung yang dida
idapat sebesar 2,18
kN/m2 dengan penurunan ultimate
te 9,1 mm. Nilai
daya dukung terkecil berada pada kkondisi muka air
tanah z = 0 cm, dimana nilai day
aya dukung yang
didapat hanya sebesar 1,65 kN/m2
k
dengan
penurunan ultimate 13,2 mm.
Tabel 8 Hasil uji daya dukun
ung yang tanpa
perkuatan pada tiap variasi muk
uka air tanah

Seperti terlihat padaa Tabel 8 , saat tanah
gambut tidak diberi perkua
uatan pada kondisi muka
air tanah z = 10 cm pers
rsentase perubahan daya
dukung berkurang sebesar
ar -9,7% terhadap tanpa
perkuatan dan tanpa mukaa air
a dimana daya dukung
yang dihasilkan sebesarr 2,8 kN/m2 dengan
penurunan 6,2 mm. Pada muka
m
air tanah z = 5 cm
persentase perubahan da
daya dukung semakin
menurun mejadi -29,7% terhadap
ter
tanpa perkuatan
dan tanpa muka air dimaana daya dukung yang
dihasilkan sebesar 2,18 kN
N/m2 dengan penurunan
9,1 mm. Sedangkan pada kondisi
ko
muka air tanah z =
0 cm, terjadi penurunan ppersentase daya dukung
yang sangat besar yakni meencapai -46,8% terhadap
tanpa perkuatan dan tanpaa muka air dimana daya
dukung yang diperoleh sebe
besar 1.65 kN/m2 dengan
penurunan 13,2 mm.
Bowles (1993) meng
ngatakan bahwa apabila
muka air tanah berada dii dekat
d
permukaan tanah,
posisinya dapat mempen
engaruhi jenis pondasi
ataupun metode kontruksi
si. Daya dukung yang
diizinkan cenderung berkur
kurang apabila muka air
tanah semakin dekat dengan
an dasar pondasi.
dengan perkuatan pada
2) Hasil uji daya dukung d
variasi muka air tanah
mperlihatkan nilai daya
Gambar
9 memp
dukung lebih tinggi diban
andingkan pada kondisi
tanpa penyisipan geotekstil
il ddengan variasi muka air
yang sama.

Gambar 9 Grafik Nilai
ai daya dukung ultimit
dengan perkuatan pada variasi
v
muka air tanah
Daya dukung terbesarr yyang diperoleh pada saat
tanah gambut diberi perkua
uatan dan dalam kondisi
tanpa muka air. Pada kondis
disi tanpa muka air tanah,
nilai daya dukung yang diperoleh
d
sebesar 8,62
kN/m2 dengan penurunan uultimate 7,5 mm. Untuk
ketinggian muka air tana
nah jauh dengan dasar
pondasi z = 10 cm nilai day
aya dukung yang didapat
adalah sebesar 7,22 kN/m
/m2 dengan penurunan

57

INFRASTRUKTUR Vol. 5 No. 1 Juni 2015: 51 - 59

ultimate 9,2 mm. Sedangkan padaa ketinggian
k
muka
air z = 5 cm dekat dari dasar pon
ondasi nilai daya
dukung yang didapat sebesar 6,14
14 kN/m2 dengan
penurunan ultimate 6,6 mm. Nila
ilai daya dukung
terkecil berada pada kondisi mukaa air tanah z = 0
cm, dimana nilai daya dukung yang
ng didapat sebesar
4,38 kN/m2 dengan penurunan ultim
imate 5 mm.
Tabel 9 Hasil uji daya dukungg yang diberi
perkuatan pada tiap variasi muuka air tanah

tiap pembebanan dapat ditun
unjukkan pada Tabel 10.
Tabel 10 Bearing cap
apacity ratio (BCR)
Variasi

Samppel

Dengan Per
erkuatan
Tanpa Perku
rkuatan
Dengan Per
erkuatan
Muka Air Tanah z = 10 cm
Tanpa Perku
rkuatan
Dengan Per
erkuatan
Muka Air Tanah z = 5 cm
Tanpa Perku
rkuatan
Dengan Per
erkuatan
Muka Air Tahan z = 0 cm
Tanpa Perku
rkuatan
Tanpa Muka Air

Daya Dukung (qu)
(kN/m2)
8,62
3,10
7,22
2,80
6,14
2,18
4,38
1,65

BCR
2,78
1,00
2,33
0,90
1,98
0,70
1,41
0,53

Tabel 10 menunjukka
kan bahwa nilai bearing
capacity ratio (BCR) meng
ngalami peningkatan jika
muka air tanah semakin jauh
ja
dari dasar pondasi.
Pada konfigurasi pemodelan
an ini, dapat dilihat bahwa
peningkatan nilai BCR cend
nderung bervariasi untuk
pemberian variasi muka airr tanah.
t

c. Bearing capacity ratio (BCR)
Analisis dimensionless atau yang
ya disebut rasio
daya dukung (BCR), yang merupak
pakan rasio antara
daya dukung tanah gambut yang ddiperkuat dengan
daya dukung tanah gambut yangg tidak diperkuat.
Besarnya rasio daya dukung (BCR)
(B
perkuatan
geotekstil terhadap kondisi tanpaa perkuatan pada

58

4.00

Tanpa Perkuat
kuatan

2.78

Dengan Perku
rkuatan

3.00

1.98
BCR

Saat tanah gambut diberi perkuatan pada
kondisi tanpa muka air, persenta
tase kenaikannya
sangat besar yakni mencapai 178,1%
1% terhadap tanpa
perkuatan dan tanpa muka air, dimaana daya dukung
yang dihasilkan sebesar 8,62 kN/m2 dengan
penurunan 7,5 mm. Kondisi mukaa aair tanah z = 10
cm persentase perubahan daya dukung
d
menjadi
132,9% terhadap tanpa perkuatann ddan tanpa muka
air dimana daya dukung yang dih
dihasilkan sebesar
7,22 kN/m2 dengan penurunan 9,22 mm. Pada muka
air tanah z = 5 cm persentase pperubahan daya
dukung mejadi 98,1% terhadap tanp
npa perkuatan dan
tanpa muka air dimana daya dukung
ng yang dihasilkan
sebesar 6,14 kN/m2 dengan penu
nurunan 6,6 mm.
Sedangkan pada kondisi muka air
ir tanah z = 0 cm
persentase daya dukung yang dipero
roleh yakni 41,3%
terhadap tanpa perkuatan dan tanpa
ta
muka air
dimana daya dukung yang diperol
oleh sebesar 4,38
kN/m2 dengan penurunan 5 mm.
Kecenderungan menurunnya
ya daya dukung
pada saat muka air tanah semaki
kin dekat dengan
dasar pondasi, hal ini dikarenak
akan pada tanah
terendam, kondisi tanah dalam kead
adaan jenuh, nilai
daya dukung batas (q) dipengaruh
uhi oleh nilai γ’,
nilai tersebut diperoleh dari γsat - γw. Sehingga (γ’

Dokumen yang terkait

Studi Kualitas Air Sungai Konto Kabupaten Malang Berdasarkan Keanekaragaman Makroinvertebrata Sebagai Sumber Belajar Biologi

23 176 28

Keanekaragaman Makrofauna Tanah Daerah Pertanian Apel Semi Organik dan Pertanian Apel Non Organik Kecamatan Bumiaji Kota Batu sebagai Bahan Ajar Biologi SMA

26 317 36

ANALISIS KOMPARATIF PENDAPATAN DAN EFISIENSI ANTARA BERAS POLES MEDIUM DENGAN BERAS POLES SUPER DI UD. PUTRA TEMU REJEKI (Studi Kasus di Desa Belung Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang)

23 307 16

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

Pencerahan dan Pemberdayaan (Enlightening & Empowering)

0 64 2

KEABSAHAN STATUS PERNIKAHAN SUAMI ATAU ISTRI YANG MURTAD (Studi Komparatif Ulama Klasik dan Kontemporer)

5 102 24