Analisis Pengaruh Ramalan Golongan Darah Terhadap Masyarakat Jepang

(1)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Penemuan golongan darah merupakan sebuah kemajuan pesat dalam perkembangan sistem medis di dunia. Pada tahun 1900-an seorang ilmuwan asal Austria, Karl Landsteiner memperoleh penghargaan Nobel dalam bidang Fisiologi dan Kedokteran untuk jasanya menemukan penggolongan darah yang biasa kita kenal dengan penggolongan darah ABO. Penggolongan darah ABO membagi golongan darah manusia menjadi O, A, B dan AB. Penggolongan darah ABO sangat memudahkan dalam proses pendonoran darah bagi pasien yang membutuhkan transfusi darah (proses pemindahan darah dari seseorang yang sehat/donor ke orang sakit/resipien). Semakin berkembang teknologi, ilmuwan dan peneliti terus mencari hal baru mengenai golongan darah. Sehingga, golongan darah tidak hanya dikenal di bidang kedokteran saja, namun kini sudah mulai berkembang di bidang psikologi. (http://rahasia-golongandarah.blogspot.com/ 2013/12/penemu-golongan-darah-abo-karl.html)

Teori golongan darah awalnya berasal dari ideologi Nazi, pasukan tentara Jerman. Jerman di bawah pimpinan diktator Adolf Hitler berusaha membuat etnis mereka memiliki derajat yang lebih tinggi dari etnis lain, agar mereka bisa menguasai dunia. Pada saat itu Jerman memiliki rasio golongan darah A dan O yang tinggi, sehingga dibuatlah pengetahuan semu berupa teori palsu yang meninggi-ninggikan orang dengan golongan darah A dan O. Bahkan pada tahun


(2)

2

1940-an pasukan unit SS (Schutzstaffel; Regu Perlindungan) Jerman memulai praktik tato golongan darah di bawah ketiak untuk mengidentifikasi golongan darah dan psikologis dari masing-masing prajuritnya. Konsep dari psikologi golongan darah adalah mengetahui kepribadian dan watak seseorang melalui empat jenis golongan darah yaitu O, A, B dan AB. Konsep psikologi golongan darah akhirnya masuk ke Jepang, pada tahun 1916 seorang dokter berkebangsaan Jepang bernama Kimata Hara menulis artikel tentang hubungan golongan darah dan kepribadian (Animoster, 2013, Vol 177:86-87).

Kemudian seorang profesor bernama Takeji Furukawa melakukan penelitian tentang golongan darah. Takeji Furukawa adalah seorang profesor di Sekolah Guru Perempuan Tokyo (Tokyo Women’s Teacher’s School) yang

mempublikasikan papernya “The Study of Temperament Through Blood Type”

(Kajian Temperamen berdasarkan Golongan Darah) di jurnal Psychological Research pada tahun 1927. Ia melakukan observasi terhadap perbedaan temperamen kepada murid-murid yang belajar di sekolahnya dan mengambil simpulan bahwa semua manusia dapat dibagi menjadi dua macam kepribadian. Manusia bergolongan darah A yang intelek dan tenang dengan manusia bergolongan darah B yang emosional dan mudah marah. Studi tersebut sempat mendapat kritik karena dianggap tidak ilmiah dan tidak memiliki bukti-bukti yang kuat. Terinspirasi dari tentara Jerman, konsep golongan darah ini sempat diadopsi oleh Jepang pada tahun 1930-an untuk membentuk tentara-tentara unggul. Tentara pada posisi yang lebih penting terdiri dari golongan darah tertentu. Setelah ini, pemikiran dan teori mengenai kepribadian berdasarkan golongan darah sempat tidak digunakan lagi selama bertahun-tahun. Psikologi golongan darah kurang


(3)

3

begitu diminati dan ditentang karena dianggap tidak konkret dan tidak memiliki dasar yang hanya mengklasifikasikan kepribadian, watak dan kecocokkan dalam empat kategori saja. Kepribadian berdasarkan golongan darah diangkat kembali dan menjadi populer ketika seorang jurnalis bernama Masahiko Nomi menuliskan buku berjudul “Understanding Affinity by Blood Type” (Memahami Persamaan berdasarkan Golongan Darah) pada tahun 1971. Kesuksesan dari buku tersebut disusul oleh 10 buku lainnya kemudian. Masahiko Nomi meninggal dunia pada tahun 1981 dan setelah itu pembahasan mengenai golongan darah dilanjutkan oleh Toshitaka Nomi, anaknya. Semakin banyaknya penelitian mengenai golongan darah, semakin sering pula orang membaca, mendengar dan mengetahui tentang golongan darah, hingga tanpa disadari menjadikan penggolongan darah sebagai prediksi watak seseorang yang disebut dengan ramalan.

Ramalan adalah prediksi nasib di masa depan

(https://ganieindraviantoro.wordpress.com/kuliah/semester-1/islamic-religion-education/ramalan/). Sejak jaman prasejarah, ramalan sudah digunakan sebagai petunjuk dan dipercayai akan kebenarannnya. Pada awalnya, ramalan biasanya dilakukan dengan mengikuti pertanda dari alam seperti letak bintang di langit untuk mengetahui arah, pergerakan binatang di lereng gunung untuk mengetahui adanya gempa bumi, dan melihat tumbuhnya lumut di bebatuan untuk mengetahui sumber air berasal. Namun seiring berkembangnya peradaban, ramalan juga digunakan untuk memprediksi hal yang lebih spesifik secara individual seperti prediksi mengenai karir, jodoh, dan kesehatan seseorang. Dewasa ini, ramalan dan agama dianggap sama kedudukannya sebagai suatu hal yang diyakini dan dipercaya bagi beberapa kelompok masyarakat. Salah satu negara yang sangat


(4)

4

mempercayai ramalan adalah negara Jepang. Dalam agama Shinto yang mayoritas dianut oleh masyarakat Jepang, ramalan menjadi salah satu cara untuk memahami keinginan dari para dewa (Nobutaka,dkk., 2003:8-9).

Di Jepang kepercayaan terhadap ramalan menjadi pedoman hidup bagi masyarakatnya, apapun yang akan dilakukan oleh masyarakat Jepang selalu dikaitkan dengan ramalan. Ramalan di Jepang seperti menyatu dengan segala aspek kehidupan seperti kelahiran, pernikahan, dan kematian. Tradisi ramalan di Jepang memang selalu dilakukan di sepanjang hidup masyarakatnya, misalnya setiap tahun baru masyarakat Jepang berbondong-bondong datang ke Kuil untuk bersyukur kepada dewa sekaligus mencari tahu ramalan mengenai kehidupan mereka selama satu tahun kedepan. Masyarakat Jepang beranggapan hal yang terjadi di masa depan bisa diramalkan pada masa sekarang, sehingga mereka sangat percaya terhadap ramalan, bahkan mereka bisa sangat frustasi apabila mereka mendapatkan ramalan yang dianggap negatif. Kepercayaan terhadap ramalan sebenarnya tidak hanya diminati di Jepang saja, melainkan populer juga di negara-negara Asia Timur seperti China dan Korea Selatan, namun di Jepang ramalan sangat kuat pengaruhnya sehingga tidak bisa dilepaskan begitu saja dari identitas masyarakatnya. Beraneka ragam jenis ramalan yang menjamur di tengah-tengah kehidupan masyarakat Jepang antara lain ramalan shio (ramalan karakter binatang yang disesuaikan dengan tahun kelahiran), ramalan bintang (ramalan berdasarkan astrologi), ramalan garis tangan, ramalan kartu tarot, dan ramalan golongan darah. Dibandingkan ramalan-ramalan lainnya, ramalan golongan darah masih tergolong ramalan baru di Jepang, namun kepopuleran ramalan golongan darah tidak kalah dibandingkan ramalan kuno yang sudah berusia ratusan bahkan


(5)

5

ribuan tahun. Masyarakat Jepang begitu meyakini ramalan golongan darah, sehingga mereka berpikir ada golongan darah tertentu yang dianggap buruk. Akibat dari adanya pengelompokkan berbagai hal berdasarkan golongan darah di Jepang, muncul pengaruh yang menjurus kepada pendiskriminasian.

Dalam wikipedia dijelaskan bahwa diskriminasi merujuk kepada pelayanan yang tidak adil terhadap berdasarkan karakteristik yang diwakili oleh individu tersebut. Diskriminasi merupakan suatu kejadian yang biasa dijumpai dalam disebabkan karena kecenderungan manusia untuk membeda-bedakan yang lain. Di Jepang ada istilah untuk pendiskriminasian, yaitu “hara” yang berasal dari kata dalam bahasa Inggris harassment yang berarti pelecehan. Hara di Jepang sangat

bervariasi misalnya sekuhara (pelecehan seksual) dan pawahara

(pengintimidasian), sedangkan burahara merupakan istilah dari pelecehan golongan darah. Burahara berasal dari kata dalam bahasa Inggris yaitu blood type (golongan darah) dan harassment (pelecehan) kemudian dalam bahasa Jepang

menjadi 「ブラッドタイプ・ハラスメント」(buraiddotaipu harasumento) dan

disingkat menjadi burahara (wikipedia). Istilah ini muncul sekitar akhir tahun 2000-an karena maraknya orang Jepang yang melakukan diskriminasi berdasarkan golongan darah. Burahara bahkan membuat seseorang gagal mendapatkan pekerjaan, dijauhi oleh lingkungan dan menjadi korban intimidasi disebabkan adanya beberapa golongan darah tertentu yang dianggap buruk bagi masyarakat Jepang.


(6)

6

Dalam kehidupan sosial masyarakat Jepang, pengelompokkan golongan darah meliputi hubungan pertemanan, hubungan asmara, pekerjaan dan pengelompokkan anak-anak di TK (Taman Kanak Kanak) menjadi empat grup berdasarkan golongan darah sebagai penelitian (Nomi, 2004:127-128). Tidak hanya kehidupan sosial, banyak karya dan produk yang juga dibuat berdasarkan pengelompokkan golongan darah seperti film yang berjudul “My Boyfriend is Type B” (Pacarku Bergolongan Darah B), serial drama empat episode berjudul “Ketsuekigata Betsu Onna ga Kekkon Suru Houhou” (Cara Menikahi Wanita Yang Berlainan Golongan Darahnya), Audio CD Story berjudul “Ketsuekigata Danshi” (Pria Golongan Darah), anime berjudul “Ketsuekigata-kun!” (Si Golongan Darah), buku serial “Simple Thinking about Blood Type” (Cara Mudah Memahami Golongan Darah) bahkan akhir tahun 2008, empat buku yang termasuk dalam sepuluh buku terlaris di Jepang adalah buku yang membahas tentang tipe golongan darah yang menentukan kepribadian. Menurut penerbit Bungeisha, mengatakan empat seri buku yang masing-masing membahas golongan B, O, A, dan AB, terjual lebih dari lima juta jilid. Selain itu, muncul pula produk-produk berdasarkan empat tipe golongan darah seperti sabun mandi, garam mandi, kondom, bahkan kuil di Jepang ada yang menjual omikuji (kertas ramalan) golongan darah (http://asianlifestyledesign.com/2010/04/ japanese-blood-type-character-analysis/). Dengan latar belakang yang telah dijelaskan, maka penulis akan membahas golongan darah tersebut melalui skripsi yang

berjudul “Analisis Pengaruh Ramalan Golongan Darah Terhadap


(7)

7 1.2. Perumusan Masalah

Setelah adanya penelitian terhadap psikologi golongan darah dan berkembang menjadi kepercayaan golongan darah dalam bentuk ramalan di Jepang, kemudian muncul istilah burahara yang menyudutkan golongan darah

tertentu mengakibatkan burahara benar-benar menjadi hal yang tidak bisa

dianggap sepele lagi. Meskipun awalnya tidak begitu banyak masalah yang ditimbulkan dari pengelompokkan golongan darah, namun sekarang banyak yang merasa dirugikan atas penerapan burahara yang berkembang pesat di tengah-tengah kehidupan sosial masyarakat Jepang. Burahara yang paling sederhana dilakukan adalah seringnya orang Jepang menanyakan golongan darah pada saat berkenalan dengan seseorang, dan langsung mengambil kesimpulan karakter dari orang tersebut melalui golongan darahnya. Bahkan diskriminasi juga berlaku untuk perekrutan karyawan baru, tidak sedikit perusahaan yang malah menggunakan ramalan golongan darah sebagai salah satu cara penyeleksiannya. Adapula profesi tertentu yang dianggap hanya cocok untuk golongan darah tertentu saja. diskriminasi golongan darah juga diterapkan oleh masyarakat Jepang pada saat menjalin pertemanan bahkan hubungan percintaan. Selain itu, Beberapa sekolah pun menerapkan sistem pengelompokkan anak berdasarkan golongan darah, dan banyak orangtua yang mendidik anak-anaknya berdasarkan golongan darah.

Negara Jepang yang dikenal rasional dan canggih malah mempercayai hal-hal yang tidak masuk akal seperti ramalan. Padahal ramalan sendiri hanyalah hasil dari memprediksi suatu hal tertentu tanpa adanya dasar yang jelas, maka dari itu sifatnya tidak ilmiah dan irasional (Goody, 1996:13). Kecanggihan dan


(8)

8

kemajuan peradaban negara Jepang menjadi hal yang sangat kontras dengan kepercayaan masyarakatnya.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka penulis merumuskan masalah dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut :

1. Bagaimana ramalan golongan darah dalam masyarakat Jepang?

2. Bagaimana pengaruh dari ramalan golongan darah dalam kehidupan

masyarakat di Jepang?

1.3. Ruang Lingkup Pembahasan

Untuk memudahkan dalam menganalisa topik permasalahan, penulis membatasi ruang lingkup pembahasan. Sehingga masalah yang akan dibahas menjadi lebih terarah.

Di dalam penelitian ini, pembahasan akan terfokus pada dampak ramalan golongan darah yang menyebabkan pendiskriminasian dalam kehidupan masyarakat di Jepang, khususnya di lingkungan kerja, sekolah, pertemanan dan hubungan percintaan. Selain itu, penulis akan menjelaskan lebih mendetail tentang masing-masing golongan darah dan mengenai kepercayaan ramalan golongan darah pada bab II.


(9)

9

1.4. Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori

1. Tinjauan Pustaka

Menurut Sutan Takdir Alisyahbana, agama adalah suatu sistem kelakuan dan perhubungan manusia yang pokok pada perhubungan manusia dengan rahasia kekuasaan dan kegaiban yang tiada terhingga luasnya, dan dengan demikian memberi arti kepada hidupnya dan kepada alam semesta yang mengelilinginya (http://jurnalapapun.blogspot.com / 2014 / 03 / pengertian- dan- definisi- agama-menurut.html). Sedangkan peramalan merupakan suatu usaha untuk meramalkan keadaan dimasa yang akan datang melalui pengujian keadaan dimasa lalu (Hery Prasetya dan Fitri Lukiastuti, 2009:43 ). Meskipun ramalan dan agama merupakan dua hal yang berbeda, namun keduanya memiliki persamaan yaitu tetap berlanjut dan eksis keberadaannya selama masih ada yang meyakininya. Di Jepang, agama bukan merupakan hal yang rutin dilakukan setiap hari melainkan adalah hal yang erat kaitannya dengan setiap aspek kehidupan sosial dan ekonomi (Yamamoto, 1994: 204-205). Ramalan pun dijadikan sebagai hal yang lebih penting ketimbang agama itu sendiri.

Istilah ramalan dalam bahasa Jepang adalah uranai (占い). Merupakan

istilah yang semata-mata muncul untuk menunjukkan “apa yang berada di belakang, dan karenanya tidak terlihat” (Blacker, 2010:11). Menurut Noriyuki Miyake (2011:11) Ramalan begitu populer di kalangan masyarakat Jepang. Ramalan golongan darah yang memiliki ciri khas (terbagi menjadi empat; O, A, B, dan AB) muncul pada masa perang dunia II, kini begitu banyak masyarakat Jepang yang meyakini dan mempercayainya.


(10)

10

Setiap individu diciptakan Tuhan memiliki ciri khas masing-masing. Dalam hal ini, golongan darah dianggap merupakan salah satu ciri khas yang dimiliki oleh setiap individu dari lahir. Golongan darah tidak hanya sebagai penentu jenis darah, melainkan juga dapat menjelaskan karakter seseorang. Pengetahuan golongan darah dapat digunakan untuk bisa menyingkap berbagai aspek karakter. Berdasarkan data yang banyak dan hasil observasi, ada bukti-bukti yang mendukung adanya hubungan antara golongan darah ABO manusia beserta fenomenanya (Nomi, 2009:6).

Namun, karena pengklasifikasian karakter berdasarkan golongan darah ini masih baru, masih banyak kesalahpahaman. Kesalahpahaman tersebut akan menghambat pemahaman terhadap orang lain sehingga memberikan dampak buruk yang serius bagi pengembangan hubungan antarmanusia. Oleh karena itu, selain memahami karakteristik masing-masing berdasarkan golongan darah, perlu disertai juga dengan pemahaman karakter secara keseluruhan. Dengan demikian kita akan jadi lebih akurat untuk menangkap karakter-karakter orang lain. Selain itu, poin dan juga arah yang harus kita perhatikan menjadi lebih jelas (Nomi, 2009:8). Karena kesalahpahaman dapat menimbulkan pandangan baru mengenai ramalan golongan darah yang menuju ke arah yang negatif yang menuju ke pendiskriminasian. Pendiskriminasian yang muncul dari ramalan golongan darah

yang disebut burahara, membuat masyarakat Jepang meyakini baik buruknya

karakter seseorang dalam aspek kehidupan seperti hubungan kerja, pertemanan, asmara dan cara mendidik anak bisa ditentukan melalui golongan darah.


(11)

11 2. Kerangka Teori

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan teori kepercayaan rakyat

(minkan shinkō) yang berdasarkan pada agama Shinto sebagai salah satu aliran

kepercayaan yang dianut oleh masyarakat Jepang. Menurut Miyake dalam

Situmorang (2013:28), yang dimaksud dengan minkan shinkō (kepercayaan

rakyat) adalah agama alami, yaitu tidak memiliki doktrin, tidak ada sistematika pengajaran, tidak memiliki struktur lengkap dari pengikut, bersifat magis dan tidak melembaga serta menunjukkan kelompok kepercayaan terus menerus.

Minkan shinkō adalah kepercayaan dimana orang menerima apa yang mereka butuhkan dalam kehidupan melalui pengalaman hidup mereka. Hal inilah yang menyebabkan praktek perdukunan, sihir dan ramalan menjadi bagian ajaran

dari minkan shinkō, karena dianggap hal-hal tersebut merupakan hasil dari

pengalaman dan bersifat magis (http://www.newstatesman.com/blogs/the-faith-column/2007/06/birth-life-japanese-shinto). Karena dasar inilah ramalan golongan darah dengan mudahnya masuk ke tengah-tengah kehidupan sosial masyarakat Jepang.

Penulis juga menggunakan teori konstruksi sosial untuk menelaah lebih dalam bagaimana proses kepercayaan golongan darah bisa masuk ke tengah-tengah kehidupan sosial di Jepang. Dalam teori konstruksi sosial dikatakan, bahwa manusia yang hidup dalam konteks sosial tertentu melakukan proses interaksi secara simultan dengan lingkungannya. Masyarakat hidup dalam dimensi-dimensi dan realitas objektif yang dibentuk melalui momen eksternalisasi dan objektivasi dan dimensi subjektif yang dibangun melalui momen internalisasi.


(12)

12

Baik momen eksternalisasi, objektivasi maupun internalisasi tersebut akan selalu berproses secara dialektik dalam masyarakat (Berger & Luckman, 1991:2). Dengan demikian, yang dimaksud dengan realitas sosial adalah hasil dari sebuah konstruksi sosial yang diciptakan oleh manusia itu sendiri. Oleh karena itu, kepercayaan golongan darah masuk dan melahirkan diskriminasi golongan darah di dalam kehidupan sosial masyarakat Jepang, yaitu hubungan kerja, pertemanan, asmara dan mendidik anak.

Selain itu, penulis menggunakan pendekatan fenomenologi, yaitu pendekatan yang menggunakan pengalaman hidup sebagai alat untuk memahami secara lebih baik tentang sosial budaya, politik atau konteks sejarah dimana pengalaman itu terjadi. Wawasan utama fenomenologi adalah “pengertian dan penjelasan dari suatu realitas harus dibuahkan dari gejala realitas itu sendiri” (Aminuddin, 1990:108). Penelitian ini akan berdiskusi tentang suatu objek kajian dengan memahami inti pengalaman dari suatu fenomena. Seperti penjelasan pada tinjauan pustaka sebelumnya, telah terjadi sebuah fenomena di tengah-tengah kehidupan masyarakat Jepang, yaitu ramalan golongan darah. Kuatnya keyakinan terhadap ramalan dan kecilnya kepercayaan terhadap agama membuat masyarakat Jepang dengan mudahnya membuat sebuah ramalan menjadi pedoman hidup mereka.

Penulis juga menggunakan pendekatan semiotik. Menurut Syaom Barliana, Semiotika adalah ilmu yang mempelajari struktur, jenis, tipologi,serta relasi-relasi simbol atau tanda dalam penggunaannya di dalam masyarakat. Semiotika mempelajari relasi diantara komponen-komponen tanda, sertarelasi antar


(13)

13

(http://www.academia.edu/1045086/S_E_M_I_O_T_I_K_A_TENTANG_MEMB ACA_TANDA-TANDA). Dalam penelitian ini terdapat simbol atau tanda pada penggolongan golongan darah yaitu, O, A, B dan AB atau lebih dikenal sebagai Golongan Darah ABO. Masyarakat Jepang menyakini, simbol Golongan Darah ABO tersebut dianggap memiliki keterkaitan dengan watak karakter dari masing-masing pemiliknya.

1.5. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui ramalan golongan darah dalam masyarakat Jepang.

2. Untuk mengetahui pengaruh dari ramalan golongan darah dalam

kehidupan masyarakat di Jepang.

2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Bagi penulis, diharapkan menambah pengetahuan tentang sejarah

munculnya kepercayaan ramalan golongan darah dan perkembangannya sampai saat ini, dan apa yang menyebabkan terjadinya serta dampak dari pendiskriminasian golongan darah dalam kehidupan sosial di Jepang.

2. Bagi pembaca, penulis berharap agar penelitian ini bisa menambah

wawasan pembaca khususnya yang sedang belajar di bidang kajian masyarakat Jepang.


(14)

14

3. Bagi peneliti lain, penulis berharap agar penelitian ini bisa menambah

refrensi atau informasi yang berhubungan dengan kepercayaan masyarakat atau ramalan.

1.6. Metode Penelitian

Metode yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah metode kualitatif yang bersifat deskriptif. Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari metode deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran, atau lukian secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antarfenomena yang diselidiki (Nazir, 2003:54). Penulis berusaha menjabarkan penelitian secara akurat dan berasal dari sumber yang dapat dipertanggungjawabkan dengan menggunakan metode kepustakaan. Penulis memperoleh sumber dari berbagai media cetak seperti buku, majalah, makalah, jurnal, dan koran. Adapun media pendukung lainnya seperti internet digunakan sebagai pelengkap penulis dalam pengerjaan penelitian ini.


(1)

9

1.4. Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori

1. Tinjauan Pustaka

Menurut Sutan Takdir Alisyahbana, agama adalah suatu sistem kelakuan dan perhubungan manusia yang pokok pada perhubungan manusia dengan rahasia kekuasaan dan kegaiban yang tiada terhingga luasnya, dan dengan demikian memberi arti kepada hidupnya dan kepada alam semesta yang mengelilinginya (http://jurnalapapun.blogspot.com / 2014 / 03 / pengertian- dan- definisi- agama-menurut.html). Sedangkan peramalan merupakan suatu usaha untuk meramalkan keadaan dimasa yang akan datang melalui pengujian keadaan dimasa lalu (Hery Prasetya dan Fitri Lukiastuti, 2009:43 ). Meskipun ramalan dan agama merupakan dua hal yang berbeda, namun keduanya memiliki persamaan yaitu tetap berlanjut dan eksis keberadaannya selama masih ada yang meyakininya. Di Jepang, agama bukan merupakan hal yang rutin dilakukan setiap hari melainkan adalah hal yang erat kaitannya dengan setiap aspek kehidupan sosial dan ekonomi (Yamamoto, 1994: 204-205). Ramalan pun dijadikan sebagai hal yang lebih penting ketimbang agama itu sendiri.

Istilah ramalan dalam bahasa Jepang adalah uranai (占い). Merupakan

istilah yang semata-mata muncul untuk menunjukkan “apa yang berada di belakang, dan karenanya tidak terlihat” (Blacker, 2010:11). Menurut Noriyuki Miyake (2011:11) Ramalan begitu populer di kalangan masyarakat Jepang. Ramalan golongan darah yang memiliki ciri khas (terbagi menjadi empat; O, A, B, dan AB) muncul pada masa perang dunia II, kini begitu banyak masyarakat Jepang yang meyakini dan mempercayainya.


(2)

10

Setiap individu diciptakan Tuhan memiliki ciri khas masing-masing. Dalam hal ini, golongan darah dianggap merupakan salah satu ciri khas yang dimiliki oleh setiap individu dari lahir. Golongan darah tidak hanya sebagai penentu jenis darah, melainkan juga dapat menjelaskan karakter seseorang. Pengetahuan golongan darah dapat digunakan untuk bisa menyingkap berbagai aspek karakter. Berdasarkan data yang banyak dan hasil observasi, ada bukti-bukti yang mendukung adanya hubungan antara golongan darah ABO manusia beserta fenomenanya (Nomi, 2009:6).

Namun, karena pengklasifikasian karakter berdasarkan golongan darah ini masih baru, masih banyak kesalahpahaman. Kesalahpahaman tersebut akan menghambat pemahaman terhadap orang lain sehingga memberikan dampak buruk yang serius bagi pengembangan hubungan antarmanusia. Oleh karena itu, selain memahami karakteristik masing-masing berdasarkan golongan darah, perlu disertai juga dengan pemahaman karakter secara keseluruhan. Dengan demikian kita akan jadi lebih akurat untuk menangkap karakter-karakter orang lain. Selain itu, poin dan juga arah yang harus kita perhatikan menjadi lebih jelas (Nomi, 2009:8). Karena kesalahpahaman dapat menimbulkan pandangan baru mengenai ramalan golongan darah yang menuju ke arah yang negatif yang menuju ke pendiskriminasian. Pendiskriminasian yang muncul dari ramalan golongan darah

yang disebut burahara, membuat masyarakat Jepang meyakini baik buruknya

karakter seseorang dalam aspek kehidupan seperti hubungan kerja, pertemanan, asmara dan cara mendidik anak bisa ditentukan melalui golongan darah.


(3)

11 2. Kerangka Teori

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan teori kepercayaan rakyat

(minkan shinkō) yang berdasarkan pada agama Shinto sebagai salah satu aliran

kepercayaan yang dianut oleh masyarakat Jepang. Menurut Miyake dalam

Situmorang (2013:28), yang dimaksud dengan minkan shinkō (kepercayaan

rakyat) adalah agama alami, yaitu tidak memiliki doktrin, tidak ada sistematika pengajaran, tidak memiliki struktur lengkap dari pengikut, bersifat magis dan tidak melembaga serta menunjukkan kelompok kepercayaan terus menerus.

Minkan shinkō adalah kepercayaan dimana orang menerima apa yang mereka butuhkan dalam kehidupan melalui pengalaman hidup mereka. Hal inilah yang menyebabkan praktek perdukunan, sihir dan ramalan menjadi bagian ajaran

dari minkan shinkō, karena dianggap hal-hal tersebut merupakan hasil dari

pengalaman dan bersifat magis (http://www.newstatesman.com/blogs/the-faith-column/2007/06/birth-life-japanese-shinto). Karena dasar inilah ramalan golongan darah dengan mudahnya masuk ke tengah-tengah kehidupan sosial masyarakat Jepang.

Penulis juga menggunakan teori konstruksi sosial untuk menelaah lebih dalam bagaimana proses kepercayaan golongan darah bisa masuk ke tengah-tengah kehidupan sosial di Jepang. Dalam teori konstruksi sosial dikatakan, bahwa manusia yang hidup dalam konteks sosial tertentu melakukan proses interaksi secara simultan dengan lingkungannya. Masyarakat hidup dalam dimensi-dimensi dan realitas objektif yang dibentuk melalui momen eksternalisasi dan objektivasi dan dimensi subjektif yang dibangun melalui momen internalisasi.


(4)

12

Baik momen eksternalisasi, objektivasi maupun internalisasi tersebut akan selalu berproses secara dialektik dalam masyarakat (Berger & Luckman, 1991:2). Dengan demikian, yang dimaksud dengan realitas sosial adalah hasil dari sebuah konstruksi sosial yang diciptakan oleh manusia itu sendiri. Oleh karena itu, kepercayaan golongan darah masuk dan melahirkan diskriminasi golongan darah di dalam kehidupan sosial masyarakat Jepang, yaitu hubungan kerja, pertemanan, asmara dan mendidik anak.

Selain itu, penulis menggunakan pendekatan fenomenologi, yaitu pendekatan yang menggunakan pengalaman hidup sebagai alat untuk memahami secara lebih baik tentang sosial budaya, politik atau konteks sejarah dimana pengalaman itu terjadi. Wawasan utama fenomenologi adalah “pengertian dan penjelasan dari suatu realitas harus dibuahkan dari gejala realitas itu sendiri” (Aminuddin, 1990:108). Penelitian ini akan berdiskusi tentang suatu objek kajian dengan memahami inti pengalaman dari suatu fenomena. Seperti penjelasan pada tinjauan pustaka sebelumnya, telah terjadi sebuah fenomena di tengah-tengah kehidupan masyarakat Jepang, yaitu ramalan golongan darah. Kuatnya keyakinan terhadap ramalan dan kecilnya kepercayaan terhadap agama membuat masyarakat Jepang dengan mudahnya membuat sebuah ramalan menjadi pedoman hidup mereka.

Penulis juga menggunakan pendekatan semiotik. Menurut Syaom Barliana, Semiotika adalah ilmu yang mempelajari struktur, jenis, tipologi,serta relasi-relasi simbol atau tanda dalam penggunaannya di dalam masyarakat. Semiotika mempelajari relasi diantara komponen-komponen tanda, sertarelasi antar


(5)

13

(http://www.academia.edu/1045086/S_E_M_I_O_T_I_K_A_TENTANG_MEMB ACA_TANDA-TANDA). Dalam penelitian ini terdapat simbol atau tanda pada penggolongan golongan darah yaitu, O, A, B dan AB atau lebih dikenal sebagai Golongan Darah ABO. Masyarakat Jepang menyakini, simbol Golongan Darah ABO tersebut dianggap memiliki keterkaitan dengan watak karakter dari masing-masing pemiliknya.

1.5. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui ramalan golongan darah dalam masyarakat Jepang.

2. Untuk mengetahui pengaruh dari ramalan golongan darah dalam

kehidupan masyarakat di Jepang.

2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Bagi penulis, diharapkan menambah pengetahuan tentang sejarah

munculnya kepercayaan ramalan golongan darah dan perkembangannya sampai saat ini, dan apa yang menyebabkan terjadinya serta dampak dari pendiskriminasian golongan darah dalam kehidupan sosial di Jepang.

2. Bagi pembaca, penulis berharap agar penelitian ini bisa menambah

wawasan pembaca khususnya yang sedang belajar di bidang kajian masyarakat Jepang.


(6)

14

3. Bagi peneliti lain, penulis berharap agar penelitian ini bisa menambah

refrensi atau informasi yang berhubungan dengan kepercayaan masyarakat atau ramalan.

1.6. Metode Penelitian

Metode yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah metode kualitatif yang bersifat deskriptif. Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari metode deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran, atau lukian secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antarfenomena yang diselidiki (Nazir, 2003:54). Penulis berusaha menjabarkan penelitian secara akurat dan berasal dari sumber yang dapat dipertanggungjawabkan dengan menggunakan metode kepustakaan. Penulis memperoleh sumber dari berbagai media cetak seperti buku, majalah, makalah, jurnal, dan koran. Adapun media pendukung lainnya seperti internet digunakan sebagai pelengkap penulis dalam pengerjaan penelitian ini.