Pengaruh Kinerja Keuangan dan Tanggung Jawab Sosial Terhadap Profitabilitas Bank Syariah di Indonesia Periode 2010-2014

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori 2.1.1 Bank Syariah

A. Pengertian Bank Syariah

Bank syariah adalah suatu lembaga keuangan yang berfungsi sebagai perantara bagi pihak yang berkelebihan dana dengan pihak yang kekurangan dana untuk kegiatan usaha dan kegiatan lainnya sesuai dengan hukum islam (Ali, 2008:1).

Bank syariah juga dapat diartikan sebagai bank yang kegiatannya mengacu pada hukum islam, dan dalam kegiatannya tidak membebankan bunga maupun tidak membayar bunga kepada nasabah dimana imbalan yang diterima oleh bank syariah maupun yang dibayarkan kepada nasabah tergantung dari akad dan perjanjian antara nasabah dan bank (Ismail, 2011:32).

Menurut Undang-undang Nomor 21 Tahun 2008 bank syariah adalah bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan Prinsip Syariah dan menurut jenisnya terdiri atas Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah.

Prinsip syariah adalah prinsip hukum Islam dalam kegiatan perbankan berdasarkan fatwa yang dikeluarkan oleh lembaga yang memiliki kewenangan dalam penetapan fatwa di bidang syariah (Booklet Perbankan Indonesia, 2011). Prinsip-prinsip tersebut dalam Pasal 2 UU No.21 tahun 2008 menyatakan bahwa:


(2)

1. Riba, yaitu penambahan pendapatan secara tidak sah antara lain dalam transaksi pertukaran barang sejenis yang tidak sama kualitas , kuantitas, dan waktu penyerahan (fadhl), atau dalam transaksi pinjam meminjam yang mempersyaratkan nasabah penerima fasilitas mengembalikan dana yang diterima melebihi pokok pinjaman karena berjalannya waktu (nasi’ah);

2. Maisir, yaitu transaksi yang digantungkan kepada suatu keadaan yang tidak pasti dan bersifat untung-untungan;

3. Gharar, yaitu transaksi yang objeknya tidak jelas, tidak dimiliki, tidak diketahui keberadaannya, atau tidak dapat diserahkan pada saat transaksi dilakukan kecuali diatur lain dalam syariah;

4. Haram, yaitu transaksi yang objeknya dilarang dalam syariah;

5. Zalim, transaksi yang menimbulkan ketidakadilan bagi pihak lainnya.

Triandaru dan Totok (2006:153) berpendapat bahwa bank syariah yaitu bank yang dalam aktivitasnya, baik menghimpun dana maupun dalam rangka penyaluran dananya memberikan dan mengenakan imbalan atas dasar prinsip syariah yaitu jual beli dan bagi hasil. Sumber dana bank syariah terdiri dari tiga jenis (Irmayanto et al, 2002:130), yaitu:

1. Modal

Sumber dana awal bank syariah adalah bersumber dari pihak pertama yang diserahkan para pemilik bank. Setiap akhir tahun, pemilik modal akan memperoleh bagian laba (dividen) dari hasil usaha bank.


(3)

2. Titipan

Secara umum ada dua macam Wadi’ah yakni Wadi’ah Yad Al Amanah dan Wadi’ah Yad Adh Dhamanah.

3. Investasi

Investasi bank syariah merupakan bentuk kerja sama antara pemilik dana dengan pengelola dana, dengan prinsip mudharabah yaitu akad kerja sama antara dua pihak, dimana pihak pertama menyediakan seluruh modal dan pihak lain menjadi pengelola (Kasmir, 2008:194).

B. Perbedaan Bank Syariah dan Bank Konvensional

Bank konvensional adalah bank yang menjalankan kegiatan usahanya secara konvensional dan berdasarkan jenisnya terdiri atas Bank Umum Konvensional dan Bank Perkreditan Rakyat.Sedangkan bank syariah adalah bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah dan menurut jenisnya terdiri atas Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah. Prinsip syariah adalah prinsip hukum Islam dalam kegiatan perbankan berdasarkan fatwa yang dikeluarkan oleh lembaga yang memiliki kewenangan dalam penetapan fatwa di bidang syariah (Booklet Perbankan Indonesia, 2011).

Tabel 2.1

Perbedaan Bank Syariah dan Bank Konvensional

No Bank Syariah Bank Konvensional

1 Hanya membiayai investasi yang halal saja. Tidak membedakan investasi haram dan halal.

2 Pendapatan bank berdasarkan prinsip bagi hasil, sewa, dan jual beli.

Pendapatan dari selisih bunga pinjaman dan bunga tabungan.

3 Berorientasi kepentingan bersama dan tidak mengejar keuntungan.

Kepentingan sepihak dan semata-mata mengejar keuntungan.

4 Hubungan kekeluargaan dan kemitraan antara pemilik bank dan pengguna dana.

Semata-mata hanya hubungan komersial (bisnis).


(4)

2.1.2 Kegiatan Usaha Bank Syariah

Menurut Latumaerissa (2011:334) kegiatan usaha bank syariah terdiri dari: 1. Giro berdasarkan prinsip wadi’ah.

2. Tabungan berdasarkan prinsip wadia’ah atau mudharabah. 3. Deposito berjangka berdasarkan prinsip mudharabah.

4. Transaksi jual beli berdasarkan prinsip murabahah, istishna, ijarah,salam, dan jual beli lainnya.

5. Pembiayaan bagi hasil berdasarkan prinsip mudharabah, musyarakah, dan bagi hasil lainnya.

6. Membeli surat-surat berharga pemerintah dan/ atau Bank Indonesia yang diterbitkan atas dasar prinsip syariah.

7. Memindahkan uang untuk kepentingan sendiri dan/ atau nasabah berdasarkan prinsip wakalah.

8. Menyediakan tempat untuk menyimpan barang dan surat-surat berharga berdasarkan prinsip wadi’ah yad amanah.

9. Melakukan penempatan dana dari nasabah kepada nasabah lain dalam bentuk surat berharga yang tidak tercatat di bursa efek berdasarkan prinsip ujr.

10. Melakukan kegiatan penitipan termasuk penatausahaannya untuk kepentingan pihak lain berdasarkan suatu kontrak dengan prinsip wakalah.

11. Memberikan fasilitas letter of credit (L/C) berdasarkan prinsip wakalah, murabahah, mudharabah, musyarakah, dan wadi’ah, serta memberikan fasilitas garansi bank berdasarkan prinsip kafalah.


(5)

13. Melakukan kegiatan wali amanat berdasarkan prinsip wakalah. 14. Melakukan kegiatan dalam valuta asing berdasarkan prinsip sharf.

15. Melakukan kegiatan penyertaan modal berdasarkan prinsip musyarakah, dan/ atau mudharabah pada bank/ perusahaan lain.

2.1.3Profitabilitas

Sebagaimana dengan Bank Umum lainnya, tugas utama Bank Syariah dalam upaya pencapaian keuntungan adalah dengan mengoptimalkan laba, meminimalkan risiko dan menjamin tersedianya likuiditas yang cukup. Tingkat laba yang dihasilkan oleh bank dikenal dengan istilah profitabilitas. Menurut Brigham dan Houston (2012:146) profitabilitas adalah sekelompok rasio yang menunjukkan kombinasi dari pengaruh likuiditas, manajemen aset, dan utang pada hasil operasi.

Definisi profitabilitas menurut Dendawijaya (2005:118), profitabilitas bank adalah alat untuk menganalisis atau mengukur tingkat efesiensi usaha dan merupakan salah satu dasar penilaian kondisi perusahaan yang bersangkutan. Untuk itu maka dibutuhkan suatu alat analisis untuk bisa menilainya. Alat analisis yang dimaksud adalah rasio-rasio keuangan.

Profitabilitas dalam penelitian ini diproksikan dengan rasio ROA. ROA menunjukkan laba yang diperoleh untuk setiap nilai aset dan mencerminkan kemampuan manajemen untuk menggunakan sumber daya bank dalam menghasilkan laba.


(6)

% 100 x Aset Total

Pajak Sebelum Laba

ROA =

Semakin kecil rasio ini mengindikasikan kurangnya kemampuan manajemen bank dalam hal mengelola aktiva untuk meningkatkan pendapatan dan/ atau menekan biaya.Kriteria penilaian peringkat ROA menurut BI (2007) adalah: Peringkat 1 = ROA > 1,5%; Peringkat 2 = 1,25% < ROA ≤ 1,5%;

Peringkat 3 = 0,5% < ROA ≤ 1,25%; Peringkat 4 = 0% < ROA ≤ 0,5%; dan Peringkat 5 = ROA ≤ 0%.

Hasil pengukuran tersebut dapat dijadikan alat evaluasi kinerja manajemen selama ini, apakah mereka telah bekerja secara efektif atau tidak. Tujuannya adalah agar terlihat perkembangan perusahaan dalam rentang waktu tertentu, baik penurunan atau kenaikan, sekaligus mencari penyebab perubahan tersebut.

Jika berhasil mencapai target yang telah ditentukan maka dikatakan telah berhasil mencapai target untuk periode atau beberapa periode, sebaliknya jika gagal atau tidak berhasil mencapai target yang telah ditentukan, ini akan menjadi pelajaran bagi manajemen untuk periode ke depan. Kegagalan ini harus diselidiki dimana letak kesalahan dan kelemahannya sehingga kejadian tersebut tidak terulang. Kegagalan atau keberhasilan dapat dijadikan sebagai bahan acuan untuk perencanaan laba ke depan, sekaligus kemungkinan untuk menggantikan manajemen yang baru terutama setelah manajemen lama mengalami kegagalan.

Profitabilitas mempunyai arti penting dalam usaha mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka panjang, karena profitabilitas menunjukkan apakah badan usaha tersebut mempunyai prospek yang baik di masa yang akan datang. Dengan demikian setiap badan usaha akan selalu berusaha meningkatkan


(7)

profitabilitasnya, karena semakin tinggi tingkat profitabilitas suatu badan usaha maka kelangsungan hidup badan usaha tersebut akan lebih terjamin.

Mengingat begitu pentingnya bagi bank menjaga profitabilitasnya tetap stabil bahkan meningkat untuk memenuhi kewajiban kepada pemegang saham, meningkatkan daya tarik investor dalam menanamkan modal, dan meningkatkan kepercayaan masyarakat untuk menyimpan kelebihan dana yang dimiliki untuk memperoleh laba selama periode tertentu (Munawir, 2010:33), maka perlu untuk melakukan penelitian mengenai faktor-faktor yang yang dapat mempengaruhi tinggi rendahnya tingkat profitabilitas dalam sebuah perbankan.

2.1.4 Kinerja Keuangan

Secara umum, pengertian kinerja keuangan adalah penentuan ukuran– ukuran tertentu yang dapat mengukur keberhasilan suatu perusahaan dalam menghasilkan laba.

Kinerja keuangan adalah penilaian tingkat efisiensi dan produktivitas yang dilakukan secara berkala atas dasar laporan manajemen dan laporan keuangan yang merupakan pencerminan prestasi yang dicapai perusahaan (Rosiliana, 2014). Fahmi (2011:2) berpendapat bahwa kinerja keuangan adalah suatu analisis yang dilakukan untuk melihat sejauh mana suatu perusahaan telah melaksanakan dengan menggunakan aturan-aturan pelaksanaan keuangan secara baik dan benar.

Kinerja adalah melakukan pekerjaan dan hasil yang dicapai dari pekerjaan tersebut (Wibowo, 2011:7). Kinerja menurut Bastian (2006:274) merupakan


(8)

gambaran pencapaian pelaksanaan program dalam mewujudkan sasaran, tujuan, visi dan misi suatu organisasi.

Untuk mengukur kinerja dari suatu perusahaan dapat menggunakan laporan keuangan. Laporan keuangan adalah laporan yang menunjukkan kondisi keuangan perusahaan pada saat ini atau dalam suatu periode tertentu (Kasmir, 2008:7). Laporan keuangan adalah ikhtisar mengenai keadaan finansial perusahaan, dimana neraca menggambarkan nilai aktiva, hutang dan modal pada satu tanggal tertentu, dan laporan laba rugi menggambarkan hasil-hasil yang dicapai selama periode tertentu, laporan sumber penggunaan dana dan laporan arus kas (Munawir, 2002:4). Laporan Keuangan merupakan ikhtisar mengenai keadaan keuangan suatu perusahaan pada suatu waktu tertentu (Martono dan Harjito, 2008:50).

Menurut Kasmir (2008:78) angka-angka yang ada dalam laporan keuangan akan menjadi lebih apabila dapat kita bandingkan antara satu komponen dengan komponen lain. Setelah itu dapat disimpulkan posisi keuangan perusahaan untuk periode tertentu yang pada akhirnya dapat menilai kinerja manajemen dalam periode tersebut. Perbandingan tersebut dikenal dengan rasio keuangan.

Rasio keuangan digunakan untuk mengevaluasi kondisi keuangan dan kinerja keuangan perusahaan. Dari kinerja yang dihasilkan ini juga dapat dijadikan evaluasi hal-hal yang perlu dilakukan ke depan agar kinerja manajemen dapat ditingkatkan atau diperhatikan sesuai dengan target perusahaan.

Rasio keuangan merupakan indeks yang menghubungkan dua angka akuntansi dan diperoleh dengan membagi satu angka dengan angka lainnya


(9)

(Kasmir, 2008:104). Aspek rasio keuangan yang digunakan dalam menilai kinerja keuangan pada penelitian ini yaitu Capital Adequacy Ratio (CAR),Non Performing Financing (NPF), Financing to Deposit Ratio (FDR), dan Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO).

2.1.4.1 Capital Adequacy Ratio (CAR)

Capital Adequacy Ratio (CAR) adalah rasio yang memperhitungkan seberapa jauh seluruh aktiva bank yang mengandung resiko (kredit, penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank lain) ikut dibiayai dari dana modal sendiri bank disamping memperoleh dana–dana dari sumber–sumber diluar bank, seperti masyarakat, pinjaman (utang), dan lain–lain. Dengan kata lain Capital Adequacy Ratio adalah rasio kinerja bank untuk mengukur kecukupan modal yang dimiliki bank untuk menunjang aktiva yang mengandung atau menghasilkan resiko, misalnya kredit atau pembiayaan yang diberikan.

Dalam Peraturan Bank Indonesia Nomor 7/13/PBI/2005 telah ditetapkan bahwa setiap bank syariah wajib menyediakan modal minimum sebesar 8% dari Aktiva Tertimbang Menurut Risiko. Semakin tinggi rasio ini menunjukkan semakin baik kemampuan bank dalam memenuhi penyediaan modal minimum. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut (Rivai dan Andria, 2008:241):

CAR = Modal Bank

Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR ) x100%

Semakin tinggi rasio CAR menindikasikan bahwa bank telah mempunyai modal yang cukup baik dalam menunjang kebutuhannya serta menanggung risiko-risiko yang ditimbulkan termasuk didalamnya risiko-risiko kredit atau pembiayaan.


(10)

Kriteria penilaian peringkat untuk rasio CAR ini menurut BI (2007) adalah: Peringkat 1 = CAR ≥12%; Peringkat 2 = 9% ≤ CAR < 12%; Peringkat 3 = 8% ≤ CAR < 9%; Peringkat 4 = 6% < CAR < 8%; dan Peringkat 5 = CAR ≤ 6%.

2.1.4.2 Non Performing Financing (NPF)

Rasio Non Performing Financing (NPF) digunakan untuk mengukur tingkat permasalahan pembiayaan yang dihadapi oleh bank syariah. Meningkatnya kredit macet menurunkan aset bank dan dapat menyebabkan bank menjadi kurang sehat/ insolvent atau kewajiban lebih besar daripada aset (Silvanita, 2009:33).

Timbulnya pembiayaan bermasalah diantaranya mengakibatkan hilangnya kesempatan memperoleh pendapatan dari pembiayaan yang diberikan, sehingga mengurangi perolehan laba dan berpengaruh buruk bagi profitabilitas bank (Dendawijaya, 2005:88). Menurut (Hidayat, 2014:122), apabila tingkat NPF semakin rendah maka bank tersebut akan semakin mengalami keuntungan, sebaliknya apabila tingkat NPF tinggi maka bank tersebut akan mengalami kerugian yang diakibatkan tingkat pengembalian kredit macet. Berdasarkan dari uraian tersebut menunjukkan bahwa pembiayaan bermasalah (Non Performing Financing) memiliki pengaruh negatif bagi profitabilitas bank.

Adapun beberapa faktor penyebab pembiayaan bermasalah sebagai berikut (Djamil, 2012:73) yaitu:

1. Faktor intern (berasal dari pihak bank), terdiri dari: a. Kurang baiknya pemahaman atas bisnis nasabah. b. Kurang dilakukan evaluasi keuangan nasabah.


(11)

c. Perhitungan modal kerja tidak didasarkan kepada bisnis usaha nasabah. d. Proyeksi penjualan terlalu optimis.

e. Proyeksi penjualan tidak memperhitungkan kebiasaan bisnis dan kurang memperhitungkan aspek kompetitor.

f. Aspek jaminan tidak diperhitungkan aspek marketable. g. Lemahnya supervisi dan monitoring.

h. Terjadinya emosi mental: kondisi ini dipengaruhi timbal balik antara nasabah dengan pejabat bank sehingga mengakibatkan proses pemberian pembiayaan tidak didasarkan pada praktek perbankan yang sehat.

2. Faktor ekstern, terdiri dari:

a. Karakter nasabah tidak amanah (tidak jujur dalam memberikan informasi dan laporan tentang kegiatannya)

b. Kemampuan pengelolaan nasabah tidak memadai sehingga kalah dalam persaingan usaha.

c. Usaha yang dijalankan relatif baru. d. Bidang usaha nasabah telah jenuh.

e. Tidak mampu menanggulangi masalah/ kurang menguasai bisnis. f. Meninggalnya key person.

g. Perselisihan sesama direksi. h. Terjadi bencana alam.

i. Adanya kebijakan pemerintah: peraturan suatu produk atau sektor ekonomi atau industri dapat berdampak positif maupun negatif bagi perusahaan yang berkaitan dengan industri tersebut.


(12)

Keberlangsungan usaha suatu bank yang didominasi oleh aktivitas pembiayaan dipengaruhi oleh kualitas pembiayaan yang merupakan sumber utama bank dalam menghasilkan pendapatan dan sumber dana untuk ekspansi usaha yang berkesinambungan. Pengelolaan bank yang optimal dalam aktivitas pembiayaan dapat meminimalisasi potensi kerugian yang akan terjadi. Pengelolaan tersebut antara lain dilakukan melalui Restrukturisasi Pembiayaan terhadap nasabah yang mengalami penurunan kemampuan membayar namun dinilai masih memiliki prospek usaha dan mempunyai kemampuan untuk membayar setelah restrukturisasi.

Adapun tingkat dari Non Performing Financing dapat dihitung dengan sebuah rasio yaitu sebagai berikut :

% 100 x Pembiayaan Total

Bermasalah Pembiayaan

NPF=

Semakin tinggi rasio ini, menunjukkan kualitas pembiayaan bank syariah semakin buruk. Kriteria penilaian peringkat untuk rasio NPF ini menurut BI (2007) adalah: Peringkat 1 = NPF < 2%; Peringkat 2 = 2% ≤ NPF < 5 %;

Peringkat 3 = 5% ≤ NPF < 8%; Peringkat 4 = 8% ≤ NPF < 12%; dan Peringkat 5 = NPF ≥ 12%.

2.1.4.3 Financing to Deposit Ratio (FDR)

Financing to Deposit Ratio (FDR) adalah rasio antara seluruh jumlah kredit (pembiayaan) yang diberikan bank dengan dana yang diterima oleh bank (Dendawijaya, 2005:116). Rasio ini berpengaruh positif pada tingkat profitabilitas, semakin tinggi rasio tersebut memberikan indikasi rendahnya


(13)

kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan, karena jumlah dana yang diperlukan untuk membiayai kreditnya semakin banyak sehingga berdampak pada naiknya profitabilitas (Rivai et al, 2007:394). Sebagian praktisi perbankan menyepakati bahwa batas aman FDR suatu bank adalah 80%. Namun batas toleransi berkisar antara 85-100% (Dendawijaya, 2005:116).

Kebutuhan likuiditas setiap bank berbeda-beda tergantung antara lain pada kekhususan usaha bank, besarnya bank dan sebagainya. Oleh karena itu untuk menilai cukup tidaknya likuiditas suatu bank dengan menggunakan ukuran financing to deposito ratio (FDR), yaitu dengan memperhitungkan berbagai aspek yang berkaitan dengan kewajibannya, seperti antisipasi atas pemberian jaminan bank yang pada gilirannya akan menjadi kewajiban pada bank. Apabila hasil pengukuran jauh berada diatas target dan limit bank tersebut maka dapat dikatakan bahwa bank akan mengalami kesulitan likuiditas yang pada gilirannya akan menimbulkan beban biaya yang besar. Sebaliknya bila berada dibawah target dan limitnya, maka bank tersebut dapat memelihara alat likuid yang berlebihan dan ini akan menimbulkan tekanan terhadap pendapatan bank berupa tingginya biaya pemeliharaan kas yang menganggur (idle money).

Dari uraian diatas maka dapat dikatakan Financing to Deposit Ratio (FDR) adalah perbandingan jumlah pembiayaan yang diberikan dengan simpanan masyarakat. FDR dapat dihitung dengan menggunakan rumus:

% 100 x Masyarakat Simpanan

Dana

diberikan yang

Pembiayaan Jumlah

FDR =


(14)

menurut BI (2007) adalah: Peringkat 1 = FDR ≤ 75%; Peringkat 2 = 75% < FDR ≤85%; Peringkat 3 = 85% < FDR ≤ 100%; Peringkat 4 = 100% < FDR ≤ 120%; dan Peringkat 5 = FDR > 120%.

2.1.4.4 Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)

Rasio Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasionalyang digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengendalikan biaya operasional terhadap pendapatan operasional (Agus, 2010). BOPO digunakan untuk melihat sejauh mana efisiensi dan efektivitas bank dalam melakukan kegiatan operasionalnya, dilihat dari kemampuannya menghasilkan pendapatan operasional. Semakin rendah BOPO menunjukkan semakin efisien bank dalam menjalankan aktivitas usahanya dalam mengendalikan biaya operasionalnya, dengan begitu maka keuntungan yang diperoleh bank semakin besar. BOPO merupakan upaya bank untuk meminimumkan risiko operasional. Risiko operasional berasal dari kerugian operasional yang dipengaruhi oleh struktur biaya operasional bank, dan kemungkinannya kegagalan atas jasa-jasa dan produk-produk yang ditawarkan. Untuk menghitung BOPO dapat menggunakan rumus:

BOPO = Biaya Operasional

Pendapatan Operasional x100%

Semakin kecil rasio BOPO menunjukkan semakin efisien biaya operasional yang dikeluarkan bank dan semakin tinggi rasio ini mencerminkan bahwa kurangnya kemampuan bank dalam menekan biaya operasionalnya. Adapun kriteria penilaian peringkat BOPO menurut BI (2007) adalah: Peringkat 1


(15)

= BOPO ≤ 83%; Peringkat 2 = 83% < BOPO ≤ 85%; Peringkat 3 = 85% < BOPO ≤ 87%; Peringkat 4 = 87% < BOPO ≤ 89%; dan Peringkat 5 = BOPO> 89%.

2.1.5 Tanggung Jawab Sosial

Tanggung jawab sosial atau Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan konsep yang semakin mendapat perhatian khusus dari berbagai pihak. Corporate Social Responsibility merupakan suatu korporasi berbadan hukum yang dalam perkembangannya didirikan demi kepentingan umum sebagai akibat dari aktivitas-aktivitas yang dilakukan perusahaan yang berkaitan dengan kegiatan sosial, dimana pengungkapan yang dilakukan tidak sebatas mengenai informasi keuangan perusahaan saja, namun diharapkan juga untuk memberikan informasi mengenai dampak yang diakibatkan oleh aktivitas perusahaan terutama yang berkaitan dengan lingkungan hidup dan masalah sosial dalam masyarakat mengenai dunia bisnis (Bertens, 2000:289).

Menurut Cadbury dalam Hartman (2011:153) perusahaan harus bertanggung jawab kepada masyarakat atas keputusan yang diambilnya, namun masyarakat harus menerima tanggung jawabnya untuk menetapkan standar terhadap keputusan yang dibuat itu. Istilah tanggung jawab sosial merujuk pada perhatian yang tepat dan objektif bagi kesejahteraan masyarakat yang mengendalikan perilaku individu dan perusahaan dari aktivitas yang dapat merusak, dengan tidak mengharapkan keuntungan yang singkat, melainkan dapat menghasilkan kontribusi positif terhadap kemajuan manusia dengan cara yang bervariasi tergantung dari definisi kemajuan manusi itu (Hartman, 2011:153).


(16)

Secara umum, CSR mencakup berbagai tanggung jawab yang dimiliki perusahaan kepada masyarakat dimana perusahaan itu beroperasi. European Commision mendefinisikan CSR sebagai “suatu konsep dimana perusahaan memutuskan dengan sukarela untuk berkontribusi demi masyarakat yang lebih baik dan lingkungan yang lebih bersih.”

Untuk menilai tanggung jawab sosial pada penelitian ini di proksikan dengan menggunakan rasio CSR sebagai berikut (SEBI, 2007):

CSR = Biaya Promosi

Biaya Operasional ×100%

Semakin tinggi rasio ini menunjukkan semakin besar peran bank syariah dalam proses pembelajaran masyarakat.Menurut BI (2007) kriteria penilaian peringkat untuk rasio CSR adalah: Peringkat 1 = CSR > 7%; Peringkat 2 = 5% < CSR ≤ 7%; Peringkat 3 = 3% < CSR ≤ 5%; Peringkat 4 = 2% < CSR ≤ 3%; dan Peringkat 5 = CSR ≤ 2%.

2.2 Penelitian Terdahulu

Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu No Peneliti/

Tahun

Judul Penelitian Variabel Penelitian

Teknik Analisis

Data

Hasil Penelitian

1 Kartika Wahyu Sukarno dan Muhamad Syaichu (2006) Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Bank Umum di Indonesia Dependen: ROA Independen: 1. CAR 2. LDR 3. NPL 4. DER 5. BOPO Regresi Linier Berganda 1. CAR berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROA. 2. LDR berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROA. 3. NPL berpengaruh positif dan tidak


(17)

Lanjutan Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu signifikan terhadap ROA. 4. DER berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap ROA. 5. BOPO berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap ROA. 2 Bambang

Agus Pramuka (2010) Faktor-faktor yang Berpengaruh Terhadap Tingkat Profitabilitas Bank Umum Syariah. Dependen: Return on Assets (ROA) Independen: 1. Financing to Deposit Ratio (FDR) 2. Non Performing Financing (NPF) Regresi Linier Berganda FDR berpengaruh positif dan signifikan terhadap profitabilitas (ROA), sedangkan NPF berpengaruh negatif dan signifikan terhadap profitabilitas (ROA). 3 Dhika Rahma

Dewi (2010)

Faktor-faktor yang

Mempengaruhi Profitabilitas Bank Syariah di Indonesia. Dependen: ROA Independen: 1. CAR 2. FDR 3. NPF 4. REO Regresi Berganda 1. CAR berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap ROA. 2. FDR berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap ROA. 3. NPF berpengaruh negatif signifikan terhadap ROA. 4. REO berpengaruh negatif signifikan terhadap ROA. 4 Muhammad

Farhan Akhtar, Khizer Ali, dan Shama Sadaqat (2011) Influencing the Profitability of Islamic Banks of Pakistan. Dependen: 1. ROA 2. ROE Independen: 1. Ukuran bank 2. DER 3. manajemen Regresi Multivariat

1. DER dan CAR berpengaruh positif dan signifikan terhadap kedua model (ROA dan ROE).

2.Manajemen aset berpengaruh


(18)

Lanjutan Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu

4. NPL 5. CAR 6. efisiensi operasi signifikan terhadap ROA, namun berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap ROE. 3. Ukuran bank berpengaruh negatif dan signifikan pada kedua model (ROA dan ROE). 4. NPL memiliki pengaruh yang negatif dengan profitabilitas (ROA dan ROE), dimana pengaruh NPL terhadap ROA signifikan dan tidak signifikan pada ROE. 5. Efisiensi operasi berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ROA dan ROE. 5 Nadeem Iqbal,

Naveed Ahmad, Mehreen Kanwal (2013) Impact of Corporate Social Responsibility on Profitability of Islamic and Conventional Financial Institution. Dependen: 1. EPS 2. ROA 3. ROE Independen: CSR

Regresi Terdapat hubungan yang positif antara profitabilitas dan praktik CSR.

6 Odetayo, T.A, Adeyami, A.Z, dan Sujiyigbe, A.S (2014) Impact of Corporate Social Responsibility on Profitability of Nigeria Banks. Dependen: ROA Independen: CSR Regresi Sederhana CSR berpengaruh positif signifikan terhadap profitabilitas. 7 Kadek

Rosiliana, Gede Ade Yuniarta, Nyoman Ari Surya Darmawan (2014) Pengaruh Corporate Social Responsibility Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan (Studi Empiris Pada Perusahaan LQ45 di Bursa Efek

Dependen: 1. ROE 2. ROA 3. ROS Independen: CSR Regresi Berganda 1. CSR berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap ROE. 2. CSR berpengaruh positif dan sigifikan terhadap


(19)

Lanjutan Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu Indonesia Periode 2008-2012). ROA. 3. CSR berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROS. 8 Akhmad Fauzi

(2014) Pengaruh Zakat Perbankan dan Corporate Social Responsibility Terhadap Kinerja Bank Umum Syariah di indonesia Periode 2009-2013. Dependen: ROA Independen: 1. Zakat perbankan 2. CSR Regresi Berganda Hasil pengujian secara parsial dengan analisis regresi menunjukkan bahwa variabel CSR tidak berpengaruhterha dap ROA perbankan dan variabel zakat berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROA.

2.3 Kerangka Konseptual

Profitabilitas sebagai dasar dari adanya keterkaitan antara efisiensi operasional dengan kualitas jasa yang dihasilkan oleh suatu bank. Penting bagi bank menjaga profitabilitasnya tetap stabil bahkan meningkat untuk memenuhi kewajiban kepada pemegang saham, meningkatkan daya tarik investor dalam menanamkan modal, dan meningkatkan kepercayaan masyarakat untuk menyimpan kelebihan dana yang dimiliki pada bank karena Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba selama periode tertentu (Munawir, 2010:33).

Capital Adequacy Ratio (CAR) menurut Dendawijaya (2005:121) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam penyediaan modal minimum yang harus dipertahankan sebagai suatu proporsi


(20)

tertentu dari total aktiva tertimbang. Apabila modal bank semakin besar maka kemampuan bank dalam memperoleh laba juga semakin besar.

Pembiayaan bermasalah atau non performing financing (NPF) merupakan gambaran kinerja usaha pembiayaan yang diberikan. Timbulnya pembiayaan bermasalah diantaranya mengakibatkan hilangnya kesempatan memperoleh pendapatan dari pembiayaan yang diberikan, sehingga mengurangi perolehan laba dan berpengaruh buruk bagi profitabilitas bank (Dendawijaya, 2005:88).Menurut (Hidayat, 2014:122), apabila tingkat NPF semakin rendah maka bank tersebut akan semakin mengalami keuntungan, sebaliknya apabila tingkat NPF tinggi maka bank tersebut akan mengalami kerugian yang diakibatkan tingkat pengembalian kredit macet.

Financing to Deposit Ratio (FDR) adalah rasio antara seluruh jumlah kredit (pembiayaan) yang diberikan bank dengan dana yang diterima oleh bank (Dendawijaya, 2005:116). Rasio ini berpengaruh positif pada tingkat profitabilitas, semakin tinggi rasio tersebut memberikan indikasi rendahnya kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan, karena jumlah dana yang diperlukan untuk membiayai kreditnya semakin banyak sehingga berdampak pada naiknya profitabilitas (Rivai et al, 2007:394).

Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) adalah kelompok rasio yang mengukur efisiensi dan efektivitas operasional suatu perusahaan dengan jalur membandingkan satu terhadap lainnya (Dendawijaya, 2005:119). Semakin tinggi rasio BOPO menunjukkan buruknya kemampuan bank dalam hal efisiensi kegiatan operasional dan mengurangi perolehan laba.


(21)

Untuk melaksanakan CSR berarti perusahaan akan mengeluarkan sejumlah biaya. Biaya pada akhirnya akan menjadi beban yang mengurangi pendapatan sehingga tingkat profit perusahaan akan turun. Akan tetapi dengan melaksanakan CSR, citra perusahaan akan semakin baik sehingga loyalitas konsumen semakin tinggi. Seiring meningkatnya loyalitas konsumen dalam waktu yang lama, maka penjualan perusahaan akan semakin membaik, dan pada akhirnya dengan pelaksanaan CSR, diharapkan tingkat profitabilitas perusahaan juga meningkat (Satyo, 2005:8).

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

2.4 Hipotesis

Hipotesis adalah suatu penjelasan sementara tentang perilaku, fenomena, atau keadaan tertentu yang telah terjadi atau akan terjadi (Kuncoro, 2009:59). Berdasarkan landasan teori dan kerangka konseptual, maka hipotesis pada penelitian ini adalahCapital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing

ROA NPF

CAR

FDR

BOPO


(22)

Financing(NPF), Financing to Deposit Ratio (FDR), Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO), dan Corporate Social Responsibility (CSR) berpengaruh signifikan terhadap Profitabilitas (ROA) bank syariah di Indonesia periode 2010-2014.


(1)

Lanjutan Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu signifikan terhadap ROA. 4. DER berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap ROA. 5. BOPO berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap ROA. 2 Bambang

Agus Pramuka (2010) Faktor-faktor yang Berpengaruh Terhadap Tingkat Profitabilitas Bank Umum Syariah. Dependen: Return on Assets (ROA) Independen: 1. Financing to Deposit Ratio (FDR) 2. Non Performing Financing (NPF) Regresi Linier Berganda FDR berpengaruh positif dan signifikan terhadap profitabilitas (ROA), sedangkan NPF berpengaruh negatif dan signifikan terhadap profitabilitas (ROA). 3 Dhika Rahma

Dewi (2010)

Faktor-faktor yang

Mempengaruhi Profitabilitas Bank Syariah di Indonesia. Dependen: ROA Independen: 1. CAR 2. FDR 3. NPF 4. REO Regresi Berganda 1. CAR berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap ROA. 2. FDR berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap ROA. 3. NPF berpengaruh negatif signifikan terhadap ROA. 4. REO berpengaruh negatif signifikan terhadap ROA.

4 Muhammad

Farhan Akhtar, Khizer Ali, dan Shama Sadaqat (2011) Influencing the Profitability of Islamic Banks of Pakistan. Dependen: 1. ROA 2. ROE Independen: 1. Ukuran bank 2. DER 3. manajemen aset Regresi Multivariat

1. DER dan CAR berpengaruh positif dan signifikan terhadap kedua model (ROA dan ROE).

2.Manajemen aset berpengaruh positif dan


(2)

Lanjutan Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu

4. NPL 5. CAR 6. efisiensi operasi signifikan terhadap ROA, namun berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap ROE. 3. Ukuran bank berpengaruh negatif dan signifikan pada kedua model (ROA dan ROE). 4. NPL memiliki pengaruh yang negatif dengan profitabilitas (ROA dan ROE), dimana pengaruh NPL terhadap ROA signifikan dan tidak signifikan pada ROE. 5. Efisiensi operasi berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ROA dan ROE. 5 Nadeem Iqbal,

Naveed Ahmad, Mehreen Kanwal (2013) Impact of Corporate Social Responsibility on Profitability of Islamic and Conventional Financial Institution. Dependen: 1. EPS 2. ROA 3. ROE Independen: CSR

Regresi Terdapat hubungan yang positif antara profitabilitas dan praktik CSR.

6 Odetayo, T.A, Adeyami, A.Z, dan Sujiyigbe, A.S (2014) Impact of Corporate Social Responsibility on Profitability of Nigeria Banks. Dependen: ROA Independen: CSR Regresi Sederhana CSR berpengaruh positif signifikan terhadap profitabilitas. 7 Kadek

Rosiliana, Gede Ade Yuniarta, Nyoman Ari Surya Darmawan (2014) Pengaruh Corporate Social Responsibility Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan (Studi Empiris Pada Perusahaan LQ45 Dependen: 1. ROE 2. ROA 3. ROS Independen: CSR Regresi Berganda 1. CSR berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap ROE. 2. CSR berpengaruh positif dan


(3)

Lanjutan Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu Indonesia Periode

2008-2012).

ROA. 3. CSR berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROS. 8 Akhmad Fauzi

(2014)

Pengaruh Zakat Perbankan dan

Corporate Social Responsibility

Terhadap Kinerja Bank Umum Syariah di indonesia Periode 2009-2013.

Dependen: ROA Independen: 1. Zakat perbankan 2. CSR

Regresi Berganda

Hasil pengujian secara parsial dengan analisis regresi

menunjukkan bahwa variabel CSR tidak berpengaruhterha dap ROA perbankan dan variabel zakat berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROA.

2.3 Kerangka Konseptual

Profitabilitas sebagai dasar dari adanya keterkaitan antara efisiensi operasional dengan kualitas jasa yang dihasilkan oleh suatu bank. Penting bagi bank menjaga profitabilitasnya tetap stabil bahkan meningkat untuk memenuhi kewajiban kepada pemegang saham, meningkatkan daya tarik investor dalam menanamkan modal, dan meningkatkan kepercayaan masyarakat untuk menyimpan kelebihan dana yang dimiliki pada bank karena Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba selama periode tertentu (Munawir, 2010:33).

Capital Adequacy Ratio (CAR) menurut Dendawijaya (2005:121) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam penyediaan modal minimum yang harus dipertahankan sebagai suatu proporsi


(4)

tertentu dari total aktiva tertimbang. Apabila modal bank semakin besar maka kemampuan bank dalam memperoleh laba juga semakin besar.

Pembiayaan bermasalah atau non performing financing (NPF) merupakan gambaran kinerja usaha pembiayaan yang diberikan. Timbulnya pembiayaan bermasalah diantaranya mengakibatkan hilangnya kesempatan memperoleh pendapatan dari pembiayaan yang diberikan, sehingga mengurangi perolehan laba dan berpengaruh buruk bagi profitabilitas bank (Dendawijaya, 2005:88).Menurut (Hidayat, 2014:122), apabila tingkat NPF semakin rendah maka bank tersebut akan semakin mengalami keuntungan, sebaliknya apabila tingkat NPF tinggi maka bank tersebut akan mengalami kerugian yang diakibatkan tingkat pengembalian kredit macet.

Financing to Deposit Ratio (FDR) adalah rasio antara seluruh jumlah kredit (pembiayaan) yang diberikan bank dengan dana yang diterima oleh bank (Dendawijaya, 2005:116). Rasio ini berpengaruh positif pada tingkat profitabilitas, semakin tinggi rasio tersebut memberikan indikasi rendahnya kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan, karena jumlah dana yang diperlukan untuk membiayai kreditnya semakin banyak sehingga berdampak pada naiknya profitabilitas (Rivai et al, 2007:394).

Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) adalah kelompok rasio yang mengukur efisiensi dan efektivitas operasional suatu perusahaan dengan jalur membandingkan satu terhadap lainnya (Dendawijaya, 2005:119). Semakin tinggi rasio BOPO menunjukkan buruknya kemampuan bank dalam hal efisiensi kegiatan operasional dan mengurangi perolehan laba.


(5)

Untuk melaksanakan CSR berarti perusahaan akan mengeluarkan sejumlah biaya. Biaya pada akhirnya akan menjadi beban yang mengurangi pendapatan sehingga tingkat profit perusahaan akan turun. Akan tetapi dengan melaksanakan CSR, citra perusahaan akan semakin baik sehingga loyalitas konsumen semakin tinggi. Seiring meningkatnya loyalitas konsumen dalam waktu yang lama, maka penjualan perusahaan akan semakin membaik, dan pada akhirnya dengan pelaksanaan CSR, diharapkan tingkat profitabilitas perusahaan juga meningkat (Satyo, 2005:8).

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

2.4 Hipotesis

Hipotesis adalah suatu penjelasan sementara tentang perilaku, fenomena, atau keadaan tertentu yang telah terjadi atau akan terjadi (Kuncoro, 2009:59). Berdasarkan landasan teori dan kerangka konseptual, maka hipotesis pada penelitian ini adalahCapital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing

ROA NPF

CAR

FDR BOPO


(6)

Financing(NPF), Financing to Deposit Ratio (FDR), Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO), dan Corporate Social Responsibility (CSR) berpengaruh signifikan terhadap Profitabilitas (ROA) bank syariah di Indonesia periode 2010-2014.