Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penawaran Kacang Tanah di Sumatera Utara

10

II.

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.

Tinjauan Pustaka

2.1.1.

Teori Penawaran dan Kurva Penawaran
Hukum penawaran pada dasarnya mengatakan bahwa makin tinggi harga

sesuatu barang, semakin banyak jumlah barang tersebut akan ditawarkan oleh para
penjual. Sebaliknya, makin rendah harga sesuatu barang semakin sedikit jumlah
barang yang ditawarkan (Sukirno, 2008).
Kurva penawaran adalah gambaran secara grafis dari hubungan antara
jumlah barang yang ditawarkan dengan harga, jika faktor lainnya tetap sama
(ceteris paribus) (Lipsey et al, 1995). Adapun bentuk kurva penawaran dapat

dilihat pada Gambar 1.

120
S0
100

Harga (P)

80
60
40
20
0
0

20

40

60


80

100

120

140

Jumlah (Q)

Gambar 1. Kurva Penawaran
Sumber : Sukirno, 2008

Universitas Sumatera Utara

11

Pada Gambar 1, dapat dilihat bahwa kurva penawaran (S0) menaik dari
kiri bawah ke kanan atas. Bentuk kurva penawaran seperti itu karena terdapat

hubungan yang positif di antara harga dan jumlah barang yang ditawarkan, yaitu
makin tinggi harga, maka makin banyak jumlah barang yang ditawarkan
(Sukirno, 2008).
Pergeseran kurva penawaran berarti bahwa pada setiap harga akan
ditawarkan jumlah yang berbeda daripada jumlah sebelumnya. Kenaikan jumlah
barang yang ditawarkan pada tiap tingkat harga diwujudkan dalam bentuk
pergeseran kurva penawaran ke kanan. Sebaliknya, penurunan jumlah yang
ditawarkan pada tiap tingkat harga diwujudkan dalam bentuk pergeseran kurva
penawaran ke kiri (Lipsey et al, 1995). Adapun bentuk pergeseran kurva

Harga (P)

penawaran dapat dilihat pada Gambar 2.

120
110
100
90
80
70

60
50
40
30
20
10
0

S2

0

10

20

30

40


50

60

70

80

S0

S1

90 100 110 120 130 140

Jumlah (Q)
S0

S1

S2


Gambar 2. Pergeseran Kurva Penawaran
Sumber : Sukirno, 2008

Universitas Sumatera Utara

12

Dari Gambar 2, dapat dilihat bahwa pergeseran kurva penawaran dari
S0 ke S1 menunjukkan adanya kenaikan dalam penawaran. Suatu kenaikan
penawaran berarti bahwa lebih banyak jumlah yang ditawarkan pada tiap tingkat
harga. Sebaliknya, pergeseran kurva penawaran dari S0 ke S2 menunjukkan
adanya penurunan dalam penawaran. Suatu penurunan dalam penawaran berarti
bahwa lebih sedikit jumlah yang ditawarkan pada tiap tingkat harga
(Sukirno, 2008).
Pergeseran keseluruhan kurva penawaran tersebut dapat disebabkan oleh
beberapa faktor, yaitu:
1. Harga-harga masukan (prices of input)
Input adalah semua jenis barang yang digunakan perusahaan untuk
memproduksi keluaran (output)-nya, seperti bahan baku, tenaga kerja dan mesinmesin. Jika harga lainnya tetap sama, semakin tinggi harga setiap masukan maka

semakin kecil keuntungan yang akan diperoleh dari suatu komoditi tertentu. Oleh
karena itu, dapat dikatakan bahwa semakin tinggi harga setiap masukan yang
digunakan perusahaaan, maka semakin rendah jumlah komoditi yang akan
diproduksi dan ditawarkan oleh perusahaan pada tiap tingkat harga komoditi itu
(Lipsey et al, 1995).
Kenaikan harga masukan akan menggeser kurva penawaran ke kiri, yang
menunjukkan bahwa makin sedikit jumlah yang ditawarkan pada tiap tingkat
harga, dan sebaliknya turunnya harga masukan akan menggeser kurva penawaran
ke arah kanan, yang menunjukkan bahwa makin banyak jumlah barang yang
ditawarkan pada tiap tingkat harga tertentu (Kadariah, 1994).

Universitas Sumatera Utara

13

2. Tujuan perusahaan
Dalam teori dasar ilmu ekonomi, perusahaan diasumsikan memiliki satu
tujuan tunggal yaitu memaksimumkan laba. Akan tetapi, perusahaan bisa saja
memiliki tujuan lainnya atau tujuan sebagai substitusi untuk maksimasi laba.
Jika perusahaan takut menanggung resiko, perusahaan itu akan memilih jalur

kegiatan yang lebih aman meskipun kemungkinan memperoleh laba lebih kecil.
Jika perusahaan ingin menjadi perusahaan besar, mungkin yang dilakukan adalah
memproduksi dan menjual dalam jumlah yang lebih besar daripada kalau
perusahaan sekedar ingin memaksimumkan labanya. Jika yang menjadi tujuan
perusahaan adalah citra masyarakat, maka perusahaan mungkin melepaskan
kegiatan yang tingkat keuntungannya tinggi (seperti produksi dioksin) jika
memang masyarakat tidak menerimanya (Lipsey et al, 1995).
Bagi perusahaan yang bertujuan untuk memaksimumkan laba maka
perusahaan tersebut akan memproduksi dan menjual barang dalam jumlah yang
besar, hal ini akan menggeser kurva penawaran ke kanan yang berarti makin
banyak jumlah yang ditawarkan pada tiap tingkat harga. Dan sebaliknya, jika
suatu perusahaan memiliki tujuan tidak untuk memaksimumkan laba, maka
perusahaan tersebut akan memproduksi dan menjual barang dalam jumlah yang
sedikit, hal ini akan menggeser kurva penawaran ke kiri yang menunjukkan
bahwa makin sedikit jumlah yang ditawarkan pada tiap tingkat harga
(Lipsey et al, 1995).
3. Teknologi
Teknologi memegang peranan yang sangat penting dalam menentukan
banyaknya jumlah barang yang dapat ditawarkan. Kenaikan produksi dan


Universitas Sumatera Utara

14

perkembangan ekonomi yang pesat di berbagai negara terutama disebabkan oleh
penggunaan teknologi yang semakin modern. Kemajuan teknologi telah dapat
mengurangi biaya produksi, mempertinggi produktivitas, mempertinggi mutu
barang dan menciptakan barang- barang yang baru. Dalam hubungannya dengan
penawaran suatu barang, kemajuan teknologi menimbulkan dua efek yaitu:
(i) produksi dapat ditambah dengan lebih cepat, (ii) biaya produksi semakin
murah. Dengan demikian keuntungan menjadi bertambah tinggi. Berdasarkan
kepada kedua akibat ini dapatlah disimpulkan bahwa kemajuan teknologi dapat
menggeser kurva penawaran ke kanan, yang menunjukkan bahwa semakin banyak
jumlah yang ditawarkan (Sukirno, 2008).
4. Harga barang lain
a) Harga barang atau jasa lain: pada barang bersaing ( competitive product)
Ditinjau dari segi penawaran, hubungan suatu barang atau jasa dengan
barang atau jasa lainnya dapat berupa barang bersaing ( competitive product) atau
barang bersama (joint product).
Dua atau lebih barang adalah bersaing apabila barang-barang tersebut

dapat dihasilkan dengan menggunakan faktor produksi yang sama. Pada
umumnya kenaikan harga suatu barang, ceteris paribus, akan menurunkan
penawaran barang saingannya.
Sebagai contoh, jagung dan padi adalah barang bersaing karena dapat
dihasilkan dengan menggunakan lahan yang sama. Jika harga jagung naik, petani
akan berusaha menambah produksi jagung dengan menambah pemanfaatan lahan
untuk tanaman jagung. Dengan demikian, pada luas lahan yang tetap, tanaman

Universitas Sumatera Utara

15

padi berkurang sehingga produksi atau jumlah penawaran padi menjadi berkurang
dan kurva penawaran padi akan bergeser ke kiri (Sukirno, 2008).
b) Harga barang atau jasa lain: pada barang bersama (joint product)
Barang bersama (joint product) adalah dua atau lebih barang yang dapat
dihasilkan dalam suatu proses produksi yang sama. Jika harga suatu barang naik,
ceteris paribus, maka penawaran barang bersamanya juga naik. Sebagai contoh,

daging domba dan bulu domba adalah barang bersama karena dihasilkan dari

proses produksi yang sama dalam kegiatan peternakan. Dengan demikian, jika
harga daging domba naik, peternak akan berusaha menambah penawaran daging
domba dengan memelihara ternak domba yang lebih banyak dan pada saat yang
sama dia juga dapat menambah jumlah penawaran bulu domba. Hal ini dapat
menggeser kurva penawaran ke kanan, yang menunjukkan bahwa semakin banyak
jumlah daging domba dan jumlah bulu domba yang ditawarkan pada tiap tingkat
harga (Sukirno, 2008).

2.1.2.

Elastisitas Penawaran
Elastisitas penawaran mengukur ketanggapan (the responsiveness)

jumlah yang ditawarkan terhadap perubahan harga komoditi itu sendiri, yang
ditulis sebagai s dan didefinisikan sebagai berikut:
ηs =

Persentase perubahan jumlah yang ditawarkan
Persentase perubahan harga

Dan sering juga disebut sebagai supply elasticity (Kadariah, 1994).
Jika kurva penawarannya vertikal, maka jumlah yang ditawarkan tidak
akan berubah dengan adanya perubahan harga atau elastisitas penawarannya sama
dengan nol. Sebaliknya, sebuah kurva penawaran yang horizontal memiliki

Universitas Sumatera Utara

16

elastisitas penawaran tak terhingga dimana penurunan harga sedikit saja dapat
menurunkan jumlah yang akan ditawarkan oleh produsen dari jumlah yang
tak terhingga hingga menjadi nol. Di antara kedua elastisitas penawaran yang
ekstrim ini, terdapat berbagai variasi bentuk kurva penawaran. Adapun beberapa
bentuk dari elastisitas penawaran (s) terhadap harga dapat dilihat pada Gambar 3.

200
0 < Es < 1

Es = 0

Es = 1

Es > 1

160

Harga (P)

Es = 0
0 < Es < 1

120

Es = 1
Es > 1
Es = ∞

80

Es = ∞

40

0
0

50

100

150

200

250

300

Jumlah (Q)

Gambar 3. Bentuk Elastisitas Penawaran
Sumber : Lipsey et al, 1995

Dari Gambar 3, dapat dilihat beberapa bentuk dari elastisitas penawaran
(s) terhadap harga. Ada beberapa bentuk elastisitas penawaran, yakni inelastis
sempurna, inelastis, elastis uniter, elastis dan elastis sempurna. Adapun penjelasan
dari elastisitas penawaran tersebut dapat dilihat pada Tabel 5.

Universitas Sumatera Utara

17

Tabel 5. Elastisitas Penawaran (s) terhadap Harga
Ukuran Elastisitas
dalam Angka

Istilah

Keterangan

Jumlah yang ditawarkan tidak
Nol
Inelastis sempurna berubah dengan adanya perubahan
harga
Lebih besar daripada
Jumlah yang ditawarkan berubah
nol, lebih kecil
Inelastis
dengan persentase yang lebih kecil
daripada satu
daripada perubahan harga
Jumlah yang ditawarkan berubah
Satu
Elastis uniter
dengan persentase yang sama
dengan perubahan harga
Lebih besar daripada
Jumlah yang ditawarkan berubah
Elastis
satu, lebih kecil
dengan persentase yang lebih besar
daripada tak terhingga
daripada perubahan harga
Penjual siap menjual dengan segala
kemampuan mereka pada beberapa
tingkat harga dan tidak sama sekali
Tak terhingga
Elastis sempurna
walaupun dengan harga yang
sedikit lebih rendah.
Sumber : Lipsey et al, 1995.

Dua faktor yang dapat dianggap sebagai faktor yang sangat penting di
dalam menentukan elastisitas penawaran yaitu: jangka waktu di mana penawaran
tersebut dianalisis dan perilaku biaya apabila output (keluaran)-nya bervariasi.
1) Jangka Waktu Analisis
Di dalam menganalisis pengaruh waktu terhadap elastisitas penawaran
dibedakan dua jenis waktu yaitu jangka pendek ( short run) dan jangka panjang
(long run). Dalam penawaran, kurun waktu jangka pendek ataupun jangka
panjang tidak ada hubungannya dengan jumlah minggu, bulan atau tahun
tertentu, melainkan berhubungan dengan faktor produksi yang digunakan
(apakah yang digunakan faktor produksi tetap atau faktor produksi variabel)
(Kadariah, 1994).

Universitas Sumatera Utara

18

Jangka pendek (short run) adalah jangka waktu dimana jumlah masukan
(input) tertentu tidak dapat diubah. Artinya pada periode jangka pendek, faktor
produksi yang digunakan adalah faktor produksi tetap. Faktor produksi tetap
(fixed input) adalah faktor produksi yang jumlah penggunannya tidak tergantung
pada jumlah produksi. Ada atau tidaknya kegiatan produksi, faktor produksi itu
harus tetap tersedia. Contohnya tanah, mesin-mesin pabrik. Sampai tingkat
interval produksi tertentu, jumlah mesin tidak perlu ditambah. Tetapi jika tingkat
produksi menurun bahkan sampai nol unit (tidak berproduksi), jumlah mesin
tidak dapat dikurangi. Oleh karenanya, pada jangka pendek penawaran bersifat
inelastis (Rahardja, 2006).
Jangka panjang (long run) adalah periode waktu dimana semua masukan
(input) dapat berubah, tetapi teknologi dasar produksi tidak dapat diubah. Artinya
periode jangka panjang adalah periode produksi dimana semua faktor produksi
yang digunakan menjadi faktor produksi variabel. Faktor produksi variabel
(variable input) adalah faktor produksi yang jumlah penggunaannya tergantung
pada tingkat produksinya. Makin besar tingkat produksi, makin banyak faktor
produksi variabel yang digunakan. Begitu juga sebaliknya. Contohnya adalah
buruh harian lepas di pabrik rokok. Jika perusahaan ingin meningkatkan
produksi, maka jumlah buruh hariannya ditambah. Sebaliknya jika ingin
mengurangi produksi, maka buruh harian dapat dikurangi. Oleh karena itu,
penawaran pada jangka panjang bersifat elastis (Rahardja, 2006).
2) Perilaku biaya apabila output (keluaran)-nya bervariasi
Jika biaya produksi meningkat dengan bertambahnya keluaran, maka
ransangan untuk meningkatkan produksi dalam menanggapi kenaikan harga, akan

Universitas Sumatera Utara

19

dihambat langsung oleh kenaikan biayanya. Dalam hal ini penawarannya akan
cenderung bersifat inelastis. Akan tetapi, jika kenaikan biayanya naik sedikit
dengan meningkatnya produksi, maka kenaikan harga akan meningkatkan
keuntungan dan akan mengakibatkan kenaikan jumlah yang ditawarkan dalam
jumlah besar, sebelum kenaikan biayanya menghentikan ekspansi keluaran ini.
Dalam

hal

ini

penawaran

akan

cenderung

lebih

bersifat

elastis

(Lipsey et al, 1995).

2.2.

Penelitian Terdahulu
Ada beberapa penelitian yang pernah dilakukan oleh peneliti terdahulu

yang berhubungan tentang respon penawaran suatu komoditi pertanian, seperti
yang ditunjukkan pada Tabel 6.

Tabel 6. Penelitian Terdahulu tentang Respon Penawaran Suatu Komoditi
Pertanian
Nama dan
Tahun

Nariswari,
2009

Judul Penelitian

Analisis Faktorfaktor yang
Mempengaruhi
Respon Penawaran
Kacang Tanah di
Indonesia

Data dan Metode
Penelitian
Data sekunder dengan
deret waktu (time
series) selama 37
tahun yaitu dari tahun
1970-2006. Analisis
data yang digunakan
adalah model
persamaan Nerlovian.
Respon penawaran
kacang tanah
diperoleh melalui
pendekatan luas areal
panen dan
produktivitas kacang
tanah. Bentuk model
luas areal panen
kacang tanah adalah:
LnAt = a0 + a1LnKTt
+a2 LnKDt + a3 LnUKt
+ a4 LnJGt + a5
LnGBHt + a6 LnIRGt
+ a7LnAt-1 + Vt

Hasil Penelitian
Faktor-faktor yang
mempengaruhi luas
panen kacang tanah
adalah luas panen tahun
sebelumnya, harga
kacang tanah dan irigasi.
Peubah yang tidak
berpengaruh nyata pada
luas panen kacang tanah
adalah harga gabah,
harga jagung, harga
kacang kedelai dan harga
ubi kayu.
Faktor-faktor yang
mempengaruhi
produktivitas kacang
tanah adalah
produktivitas tahun
sebelumnya, harga
kacang tanah dan jumkah
tenaga kerja. Elastisitas
penawaran

Universitas Sumatera Utara

20

Tabel 6. Lanjutan
Nama dan
Tahun

Al-Mudatsir,
2009

Judul Penelitian

Analisis Faktor-faktor
yang Mempengaruhi
Respon Penawaran
Kacang Kedelai di
Indonesia

Data dan Metode
Penelitian

Hasil Penelitian

Bentuk model dari
produktivitas kacang tanah
adalah:
LnYt = g0 + g1LnKTt +
g2LnBENIHt + g3Ln
JPUPUKt + g4LnJOBATt +
g5LnJKTt + g6LnCHt +
g7LnSBt + g8LnYt-1 + Tt

terhadap harga kacang
tanah dalam jangka
pendek adalah
penjumlahan dari
elastisitas jangka pendek
areal panen dan
produktivitas. Besarnya
elastisitas tersebut 0,1620
sedangkan untuk
elastisitas jangka
panjangnya juga
merupakan penjumlahan
dari elastisitas areal
panen dan produktivitas
terhadap harga dalam
jangka panjang, sehingga
didapatkan elastisitas
sebesar 0,3013.

Data sekunder dengan deret
waktu (time series) selama
38 tahun yaitu dari tahun
1969-2006.
Respon penawaran kacang
kedelai diduga secara tidak
langsung melalui
persamaan respon luas
areal panen dan respon
produktivitas,
menggunakan model
penyesuaian parsial
Nerlove dan menggunakan
metode OLS.
Secara matematis, fungsi
areal panen adalah:
LnAt = b0 + b1LnPKDt +b2
LnPKCt + b3 LnPJt + b4
LnKLt + b5 LnCHt + b6
LnIRGt + b7 Ln At-1 + ut
Secara matematis, fungsi
produktivitas adalah:
LnYt = d0 + d1LnPKDt +
d2LnPUKt + d3LnBt + d4
LnWt + d5LnINTt + d6LnAt
+ d7 LnYt-1 + ut

Faktor-faktor yang
mempengaruhi luas areal
panen yaitu harga kacang
kedelai, harga jagung,
harga kacang tanah, luas
areal panen teririgasi, dan
luas areal panen tahun
sebelumnya.
Faktor-faktor yang
mempengaruhi
produktivitas secara nyata
yaitu harga pupuk, upah
buruh dan produktivitas
tahun sebelumnya.
Elastisitas (respon)
penawaran kacang
kedelai terhadap harga
pada jangka pendek
bersifat inelastis,
sedangkan pada jangka
panjang bersifat elastis.
Nilai elastisitas
penawaran pada jangka
pendek sebesar 0,66 dan
pada jangka panjang
sebesar 2,18.
Respon penawaran lebih
elastis dalam jangka
panjang.

Universitas Sumatera Utara

21

Tabel 6. Lanjutan
Nama dan
Tahun

Hendry
Alfianto,
2009

Judul Penelitian

Analisis Penawaran
Bawang Merah di
Kabupaten
Karanganyar

Data dan Metode
Penelitian

Hasil Penelitian

Data sekunder (time
series ) selama 15 tahun
yaitu dari tahun 19932007. Analisis data yang
digunakan adalah dengan
regresi linier berganda
pada fungsi penawaran
dengan cara langsung
melalui pendekatan
produksi, secara
matematis dirumuskan :
Qt = b0 + b1Pt-1 + b2 Pit +
b3 Qt-1 + b4 Pst-1 + b5 At +
b6 Rt + E

Variabel harga bawang
merah tahun sebelumnya,
harga pupuk SP36 tahun t,
produksi bawang merah
tahun sebelumnya dan
luas areal panen bawang
merah tahun t
berpengaruh nyata
terhadap penawaran
bawang merah di
Kabupaten Karanganyar.
Elastisitas penawaran
bawang merah dalam
jangka pendek terhadap
perubahan harga bawang
merah tahun sebelumnya,
harga pupuk SP36 tahun t,
produksi bawang merah
tahun sebelumnya dan
luas areal panen bawang
merah tahun t bersifat
inelastis.
Untuk elastisitas
penawaran bawang merah
dalam jangka panjang
terhadap perubahan harga
bawang merah tahun
sebelumnya, produksi
bawang merah tahun
sebelumnya, dan luas
areal panen bawang
merah tahun t bersifat
inelastis, sedangkan harga
pupuk SP36 tahun t
bersifat elastis terhadap
perubahan penawaran
bawang merah di
Kabupaten Karanganyar.

2.3.

Landasan Teori

2.3.1.

Respon Beda Kala (Lag) dalam Komoditi Pertanian
Salah satu karakteristik utama produk pertanian adalah adanya tenggang

waktu antara menanam dan memanen yang disebut dengan gestation periode atau
beda kala (lag). Hasil yang diperoleh petani didasarkan pada perkiraan-perkiraan

Universitas Sumatera Utara

22

periode mendatang dan pengalamannya di masa lalu. Apabila terjadi peningkatan
harga output suatu komoditas pertanian pada saat tertentu maka peningkatan itu
tidak akan segera diikuti oleh peningkatan areal dan produktivitas, karena
keputusan alokasi sumber daya telah ditetapkan petani pada saat sebelumnya.
Respon petani terjadi setelah beda kala ( lag) sebagai dampak perubahan harga
input, output, dan kebijakan pemerintah (Gujarati, 2004).
Peubah beda kala (lagged variable ) sering dimasukkan ke dalam model
ekonometrik yang menduga respon pelaku ekonomi. Alasannya adalah respon dari
pelaku ekonomi untuk merespon terhadap perubahan-perubahan peubah yang
mempengaruhi mereka pada umumnya tidak dapat segera diwujudkan, karena
diperlukan suatu penyesuaian terlebih dahulu. Dengan demikian, peubah beda
kala (lag) dalam model merupakan salah satu cara untuk mempertimbangkan
lamanya waktu proses penyesuaian dari perilaku ekonomi dan proses dinamis dari
proses tersebut (Koutsoyiannis, 2001).
Dalam Gujarati (2004), ada tiga alasan

pokok yang mendasari

penggunaan variabel beda kala yaitu:
1.

Alasan Psikologis. Disebabkan oleh adanya kebiasaan ( habit) terhadap
perilaku lama atau kelembaman (inersia ) dalam menyesuaikan diri.
Secara umum, model fungsi respon penawaran hasil-hasil pertanian
dipengaruhi oleh tingkat penawaran periode sebelumnya, harga-harga input
dan output periode sebelumnya serta faktor-faktor lain.

Para petani

biasanya enggan untuk melakukan perubahan-perubahan karena pada
umumnya terpaku pada tradisi atau kebiasaan lama.

Universitas Sumatera Utara

23

2.

Alasan teknis. Proses produksi pertanian membutuhkan waktu antara saat
menanam dan saat memanen sehingga tergantung pada peubah-peubah beda
kala (lag). Demikian pula introduksi teknik produksi baru memerlukan
waktu untuk sampai diadopsi oleh petani dan sampai petani mahir dalam
menggunakan teknik produksi baru sebelum pada akhirnya dapat
meningkatkan produksi penawarannya.

3.

Alasan kelembagaan. Perubahan tidak dapat terjadi begitu saja karena ada
aturan atau kelembagaan yang mengikat seperti adanya perjanjian kontrak
waktu produksi dan aturan-aturan yang bersifat kelembagaan lainnya.

2.3.2.

Model Perilaku Penyesuaian Parsial Nerlove
Dari semua model ekonometrik yang digunakan untuk mengestimasi

respon penawaran produk pertanian dan perkebunan, model Nerlove adalah salah
satu model yang paling sukses dan banyak digunakan serta terus diuji oleh banyak
studi untuk memperbaiki model ini.
Berdasarkan Gujarati (2004), sebuah model dikatakan dinamis jika nilai
berikutnya dari variabel dependen dipengaruhi oleh nilai pada periode sebelumnya,
bentuk yang tereduksi (reduced form) dari model Nerlove akan berbentuk model
autoregressive karena model tersebut memasukkan nilai lag dari variabel dependen

di antara variabel-variabel penjelasnya.
Pada dasarnya, petani dapat merespon perubahan harga pada tahun t, t-1,
t-2, dan seterusnya. Namun dalam kenyataannya untuk merubah proses produksi
diperlukan tenggang waktu. Untuk mengetahui harga pada tahapan mana
penawaran bersifat responsif, maka perubahan harga pada beberapa tahun tersebut
dapat dimasukkan sebagai peubah penjelas dalam respon penawaran. Akan tetapi

Universitas Sumatera Utara

24

secara statistik sangat besar peluang muncul masalah kolinieritas ganda
(multi collinearity) yang serius antara peubah-peubah penjelas tersebut. Oleh
karena itu, diperlukan modifikasi model untuk menghindari masalah kolinieritas
ganda tersebut dan sekaligus tetap mempertimbangkan pengaruh lag harga
(Ritonga, 2004).

2.3.3.

Model Nerlove
Nerlove mengembangkan model penyesuaian parsial dan merumuskan

bahwa tingkat output yang diinginkan (Y*t) dipengaruhi oleh tingkat harga dan
teknologi. Persamaannya dapat dituliskan sebagai berikut:
Y*t = b0 + b1Pt + b2Tt .......................................................................... (2.1)
Dimana:
Y*t adalah tingkat output yang diinginkan pada tahun ke-t,
Pt adalah harga pada tahun ke-t,
Tt adalah teknologi (LaFrance and Oscar R. Burt, 1983)
Tingkat output yang diinginkan (Y*t) tidak dapat diamati secara langsung
karena masih merupakan target (bukan aktual). Untuk mengatasinya maka Nerlove
mempostulatkan hipotesis yang dikenal sebagai hipotesis perilaku penyesuaian
parsial. Hipotesis perilaku penyesuaian parsial oleh Nerlove ini dapat dituliskan
sebagai berikut:
Yt - Yt-1 = δ (Y*t - Yt-1) ............................................................... (2.2)
Dimana :
Yt - Yt-1

= Perubahan tingkat output yang sebenarnya terjadi

Y*t - Yt-1 = Perubahan tingkat output yang diinginkan
δ

= Koefisien penyesuaian parsial (0 < δ < 1)

Universitas Sumatera Utara

25

Perubahan tingkat output yang sebenarnya terjadi merupakan proporsi
tertentu dari perubahan tingkat output yang diinginkan. Proporsi tertentu ini
disebut sebagai koefisien penyesuaian parsial (δ) yang nilainya terletak di antara
0 sampai 1. Jika:
Nilai δ = 0, maka tidak ada perubahan apapun pada tingkat output yang diinginkan
Nilai δ = 1, maka tingkat output yang diinginkan sama dengan tingkat output yang
sebenarnya terjadi (LaFrance and Oscar R. Burt, 1983).
Persamaan (2.2) dapat disusun kembali menjadi :
Yt - Yt-1 = δ (Y*t - Yt-1)
Yt

= δ Y*t – δ Yt-1 + Yt-1

Yt

= δ Y*t + (1 - δ) Yt-1 ..................................................... (2.3)

Tingkat output pada periode tertentu dipengaruhi oleh tingkat output yang
diinginkan dan tingkat output pada periode sebelumnya. Bila persamaan (2.1)
disubstitusikan ke dalam persamaan (2.3), dan menyusunnya kembali maka akan
diperoleh persamaan:
Yt

= δ Y*t + (1 - δ) Yt-1, dimana :

Y*t

= b0 + b1Pt + b2Tt , maka :

Yt

= δ (b0 + b1 Pt + b2 Tt) + (1- δ) Yt-1

Yt

= δ b0 + δ b1Pt + δ b2Tt + (1- δ) Yt-1

Yt

= a 0 + a 1 Pt + a 2 Tt + a 3 Yt-1........................................ (2.4)

Universitas Sumatera Utara

26

Dimana :
Yt

= Tingkat output pada periode ke-t

Yt-1

= Tingkat output pada periode ke t-1

Pt

= Harga pada periode ke-t

Tt

= Teknologi pada periode ke-t

δ

= (1- a 3), b0 = a 0 / δ, b1 = a 1 / δ, b2 = a 2 / δ
Untuk menganalisis elastisitas penawaran suatu komoditas yang

menggambarkan

ketanggapan

(responsiveness)

jumlah

komoditas

yang

ditawarkan terhadap perubahan harga komoditas itu sendiri, dapat dihitung
dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
ESR = a i

Pt
Yt

dan ELR =

Dimana :

ESR
δ

................................................ (2.5)

ESR = Elastisitas jangka pendek
ELR = Elastisitas jangka panjang
ai

= Koefisien regresi variabel bebas, yaitu harga komoditas

Pt

= Rata-rata variabel bebas, yaitu harga komoditas

Yt

= Rata-rata variabel tak bebas, yaitu tingkat output

δ

= Koefisien penyesuaian parsial, yang besarnya 0 < δ < 1
Dengan kriteria, apabila:

E > 1 : penawaran bersifat elastis. Artinya, setiap perubahan variabel bebas,
yaitu harga komoditas sebesar 1% akan mengakibatkan perubahan
tingkat output lebih besar dari 1%.

Universitas Sumatera Utara

27

E < 1 : penawaran bersifat inelastis. Artinya, setiap perubahan variabel bebas,
yaitu harga komoditas sebesar 1% akan mengakibatkan perubahan
tingkat output lebih kecil dari 1%.

2.4.

Kerangka Pemikiran
Kacang tanah merupakan salah satu komoditas kacang-kacangan yang

penting setelah kacang kedelai. Peluang pengembangan kacang tanah masih
terbuka luas sejalan dengan berkembangnya pemanfaatan kacang tanah baik untuk
konsumsi langsung, industri pangan olahan, pakan ternak dan industri lainnya
yang berbahan baku kacang tanah.
Penawaran komoditas pertanian merupakan keseluruhan atau banyaknya
jumlah komoditas produk pertanian yang ditawarkan oleh produsen berdasarkan
harga yang telah ditentukan kepada pembeli, sehingga terjadi tawar menawar
terhadap

harga

komoditas pertanian. Faktor-faktor

yang mempengaruhi

penawaran produk pertanian adalah harga komoditas itu sendiri, teknologi, harga
input, harga produk lain, jumlah produsen dan ekspektasi terhadap harga
komoditas itu di masa depan.
Di dalam penelitian ini, terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi
penawaran kacang tanah yaitu: luas areal panen kacang tanah, harga kacang tanah,
harga jagung, harga pupuk TSP dan penawaran kacang tanah pada periode
sebelumnya. Di dalam penelitian ini, penawaran kacang tanah menggunakan
model penyesuaian parsial oleh Nerlove. Salah satu karakteristik utama produk
pertanian adalah adanya tenggang waktu antara menanam dan memanen yang
disebut dengan gestation periode atau beda kala (lag). Melalui penggunaan beda
kala (lag) dalam fungsi penawaran maka dapat dihitung elastisitas penawaran

Universitas Sumatera Utara

28

kacang tanah terhadap harga kacang tanah itu sendiri, baik pada jangka pendek
maupun jangka panjang.
Untuk lebih jelasnya, maka dapat dilihat skema kerangka pemikiran
mengenai analisis faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran kacang tanah dan
analisis mengenai elastisitas penawaran kacang tanah terhadap harga kacang tanah
itu sendiri, di Sumatera Utara pada jangka pendek dan jangka panjang, seperti
ditunjukkan pada Gambar 4.

Penawaran
Kacang Tanah

Jangka
Pendek

Elastisitas
Penawaran
Kacang Tanah
Faktor selain harga
komoditas itu sendiri:
 Luas areal panen
kacang tanah (Ha)
 Harga jagung pipilan
(Rp/Kg)
 Harga pupuk TSP
(Rp/Kg)
 Penawaran kacang
tanah pada periode
sebelumnya (Ton)

Faktor
harga
komoditas
itu sendiri:
 Harga
kacang
tanah
(Rp/Kg)

Jangka
Panjang

Gambar 4. Skema Kerangka Pemikiran

Universitas Sumatera Utara

29

2.5.

Hipotesis Penelitian
Hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini adalah:

1.

Variabel luas areal panen kacang tanah, harga kacang tanah, harga jagung
pipilan, harga pupuk TSP, dan penawaran kacang tanah pada periode
sebelumnya berpengaruh nyata dan positif terhadap penawaran kacang tanah
di Sumatera Utara.

2.

Elastisitas penawaran kacang tanah terhadap harga kacang tanah itu sendiri,
di Sumatera Utara bersifat inelastis pada jangka pendek (short run) maupun
pada jangka panjang (long run).

Universitas Sumatera Utara