Studi Komparatif Portofolio Optimal Menggunakan Proksi IDX30 dan IHSG Melalui Pendekatan Model Indeks Tunggal di Bursa Efek Indonesia Periode Februari 2013–Juli 2016

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Investasi
2.1.1 Pengertian Investasi
Investasi adalah cara penanaman modal baik secara langsung maupun tidak
langsung yang bertujuan untuk mendapatkan keuntungan tertentu dari hasil
penanaman modal tersebut (Fabozzi, 1995:2), dengan harapan nilai di waktu
mendatang lebih tinggi dari pada nilai yang ditemui hari ini. Investor harus
senantiasa memperhatikan pertimbangan antara risikio dan keuntungan atas semua
aset atau sekuritas yang akan dimiliki atau dijadikan sarana investasinya
Ada dua faktor yang akan dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan,
yaitu tingkat pengembalian dan risiko. Jika seseorang sudah memutuskan untuk
berinvestasi, maka secara otomatis yang bersangkutan tidak hanya berharap untuk
memperoleh keuntungan semata, tetapi juga harus harus siap menanggung segala
kemungkinan akibat dari keputusan tersebut. Keuntungan yang diharapkan oleh
investor, sebutan bagi individu atau institusi yang melakukan aktivitas investasi,
dapat berbentuk keuntungan modal (capital again)

investor mendapat

kemungkinan memperoleh dividen (Gumanti, 2011: 21).

Dalam mempelajari investasi, hal pertama dan penting untuk diperhatikan
adalah memahami lingkungan untuk investasi. Faktor-faktor yang dimaksud bisa
jadi berupa faktor makro (yang dalam hal ini dapat berupa kondisi perekonomian,
politik dan keamanan), industri ( perkembangan sektor industri dan kerentanan
terhadap gejolak perekonomian makro), dan faktor mikro kondisi internal

Universitas Sumatera Utara

perusahaan yang tercermin dalam laporan keuangan atau kebijakan-kebijakan
khusus manajemen. Proses investasi menunjukan bagaimana pemodal seharusnya
melakukan investasi dalam suatu sekuritas. Yaitu sekuritas apa yang akan dipilih,
berapa banyak investasi, dan kapan investasi tersebut akan dilakukan (Husnan,
2005:47). Untuk mengambil keputusan tersebut diperlukan langkah sebagai
berikut:
1. Menentukan Tujuan Investasi
Dalam tahap ini pemodal perlu menetukan apa tujuan investasinya dan
berapa banyak investasi tersebut akan dilakukan. Ada dua hal yang perlu
dipertimbangkan, yaitu tingkat pengembalian yang diharapkan ( expected rate of
return) dan ketersediaan jumlah dana yang akan diinvestasikan


2. Melakukan Analisis Sekuritas
Salah satu tujuan dari kegiatan ini adalah untuk mendeteksi sekuritas/efek
yang salah harga (mispriced), yakni apakah harga terlalu tinggi atau terlalu
rendah. untuk itu ada dua pendekatan yang digunakan yaitu pendekatan
fundamental dan pendekatan teknikal .

Pemilihan sekuritas bukan didasarkan atas faktor mispriced. Tetapi
didasarkan atas prefrensi risiko para pemodal (pemodal yang bersedia
menanggung risiko tinggi akan menerima saham yang berisiko), pola kebutuhan
kas (pemodal yang menginginkan penghasilan yang tinggi akan memilih saham
yang membagikan dividen stabil)

Universitas Sumatera Utara

3. Melakukan Pembentukan
Portofolio berarti sekumpulan investasi. Pada tahap ini dilakukan
indentifikasi terhadap sekuritas mana yang akan dipilih dan berapa proporsi dana
yang akan ditanamkan pada masing-masing sekuritas tersebut.
4. Melakukan Revisi Kinerja Portofolio
Dari hasil evaluasi, selanjutnya dilakukan revisi terhadap efek yang

membentuk portofolio tersebut, jika dirasa komposisi portofolio yang sudah
dibentuk tidak sesuai dengan tujuan investasi misalnya rate of return lebih rendah
dari yang diisyaratkan.
5. Melakukan Kinerja Portofolio
Dalam tahap ini dilakukan evaluasi atas kinerja portofolio yang telah
dibentuk, baik terhadap tingkat keuntungan yang diharapkan maupun terhadap
tingkat risiko yang ditanggung. Rasionalitas investor diukur dari sejauh mana
investor melakukan prosedur pemilihan saham dan penetuan portofolio optimal
dari data historis pada saham-saham yang listed di Bursa Efek.
Kinerja portofolio ini dapat dilakukan melalui dua pendekatan, pertama
dengan melakukan perhitungan untuk memilih saham dan menentukan portofolio
optimal dengan model indeks tunggal, kedua dengan pola perilaku investor di
bursa yang tercemin dari aktivitasnya melakukan transaksi jual beli saham pada
saham-saham yang diikutkan dalam portofolio (Sartono dan Zulaihati : 1998)
2.1.2 Return
Return adalah measure the financial performance of an investment

(Brigham, 1999:192). Investasi diartikan sebagai pemilikan (pembelian) suatu
aset, maka tingkat pengembalian investasi diartikan sebagai Rate of Return. Untuk


Universitas Sumatera Utara

mengetahui rate of return hal yang harus dilihat adalah nilai awal investasi modal
dan pendapatan dari investasi bersih dari nilai awal investasi. Pendapatan
(proceeds) tersebut dapat berupa keuntungan (profit) atau kerugian (loss). Secara
matematis, tingkat pengembalian dapat dijabarkan dalam rumus tingkat
pengembalian,
Tingkat pengembalian (r) = Penerimaan Tunai+Keuntungan (Kerugian) Modal
Investasi Awal
Return r ealisasi portofolio ( portofolio realizad return) merupakan rata-rata

tertimbang dari return realisasi masing-masing sekuritas tunggal di dalam
portofolio tersebut. Secara sistematis, return realisasi portofolio dapat ditulis
sebagai berikut (Jogiyanto, 2013:206)
E( rp) =∑

E(rj)

Notasi :


E (Rp) = return ekspetasi dari portofolio
xj

= porsi dari sekuritas i terhadap seluruh sekuritas portofolio,

E(rj) = return ekspetasi dari sekuritas i,
n
= jumlah dari sekuritas tunggal.

2.1.3 Risiko
Risiko ( risk ) adalah kemungkinan terjadinya kerugian yang akan dialami
investor atau ketidakpastian atas return yang akan diterima di masa mendatang.
Risiko secara definisi memiliki dua dimensi yaitu ketidakpastian tentang hasil
yang diperoleh di masa mendatang dan kemungkinan akan diperolehnya
kegagalan yang tinggi- hasil yang jelek ( Emery dan Finnerty, 1996).

Universitas Sumatera Utara

Definisi risiko harus mengandung unsur pengukiran terhadap variabilitas
dan pengukuran terhadap kemungkian hasil yang negatif. Artinya, sampai sejauh

mana suatu keluaran (output) akan menyimpang dari yang diharapkan dan
penyimpangan tersebut mengarah pada sisi negatif (merugi). Dalam melihat risiko
sangat penting membedakan antara risiko aset tunggal dan aset dalam portofolio,
karena adanya perbedaan return yang diterima oleh pemilik portofolio. Untuk
mengurangi risiko investasi, investor harus mengenal jenis risiko investasi.
Jenis risiko investasi dikelompokkan dalam dua kelompok besar, yaitu
risiko sistematis atau disebut system risk atau undiversifiable risk dan risiko tidak
sistematis atau disebut unsystematic risk atau specific risk atau diversifiable risk.
Risiko dapat dibedakan menjadi dua (Megginson, 1997:103)
1. Risiko sistematis
Merupakan risiko yang tidak dapat dihilangkan dengan melakukan
diversifikasi, karena fluktuasi risiko ini dipengaruhi oleh faktor-faktor makro yang
dapat mempengaruhi pasar secara keseluruhan. Risiko ini disebabkan oleh faktorfaktor yang secara serentak mempengaruhi harga saham di pasar modal, misalnya
perubahan dalam kondisi perekonomian, iklim politik, peraturan perpajakan,
kebijakan pemerintah, dan lain sebagainya.
2. Risiko tidak sistematis (unsystematic risk)
Merupakan risiko yang dapat dihilangkan dengan melakukan diversifikasi,
karena risiko ini hanya ada dalam satu perusahaan atau industri tertentu. Misalnya
faktor struktur modal, sturktur aset, tingkat likuiditas, tingkat keuntungan, dan lain
sebagainya. Risiko tidak sistematis diukur dengan varian residu atau abnormal


Universitas Sumatera Utara

return (ei). Nilai realisasi merupakan nilai yang sudah pasti tidak mengandung
kesalahan pengukuran sebaliknya nilai ekspetasi merupakan harapan yang
belumterjadi yang masih mengandung ketidakpastian.
Perbedaan nilai ekspetasi dengan nilai realisasi yang merupakan kesalahan
residu (ei). Berdasarkan kesediaan dalam menanggung risiko investasi, investor
dikenal ada tiga yaitu berani mengambil risiko ( risk taker), sikap netral terhadap
risiko (risk neutral) dan yang tidak berani mengambil risiko (risk averse).
Risk taker menurut Weston dan Thomas (1995:427) adalah sikap seorang

yang memili

taruhan yang

fair sedangkan risk

neutral


adalah seseorang

bersikap indifference terhadap taruhan yang fair, dan risk averse adalah investor
akan menolak taruhan yang

fair . Masing-masing ini menyebabkan investor

mempunyai preferensi yang berbeda dalam melihat suatu portofolio. Tidak hanya
itu, preferensi dari investor akan risiko dari suatu portofolio berbeda juga satu
sama lainnya.
Weber (1998) mendefenisikan risiko sebagai penilaian individu terhadap
situasi risiko yang didasarkan pada pengetahuan dan sikap individu yang
bersangkutan. Risiko dari suatu portofolio saham bergantung kepada proporsi dari
saham-saham individu, varians, dan covarians dari saham-saham tersebut.
Perubahan yang terjadi pada variabel-variabel tersebut akan merubah risiko dari
portofolio. Masih berkaitan dengan hal itu, sudah merupakan kebenaran umum
bahwa bila saham-sahamyang dipilih secara acak dan digabungkan ke dalam suatu
portofolio, maka risiko portofolio akan menurun sesuai dengan banyaknya saham
yang berbeda ditambahkan.


Universitas Sumatera Utara

Markowits di tahun 1950an dalam (Jogiyanto:2003) menunjukan bahwa
secara umum risiko mungkin dapat dikurangi dengan menggabungkan beberapa
sekuritas tunggal ke dalam bentuk portofolio. Persyaratan utama untuk dapat
mengurangi risiko di dalam portofolio ialah return untuk masing-masing
sekuritastidak berkolerasi secara positif dan sempurna.
Jogiyanto (2003) juga menyebutkan bahwa salah satu pengukur risiko
adalah deviasi standar atau varian yang merupakan kuadrat dar deviasi standar.
Risiko yang diukur dengan ukuran ini mengukur risiko dari seberapa besar nilai
tiap-tiap item yang menyimpang dari rata-ratanya. Risiko portofolio juga dapat
diukur dengan besarnya deviasi standar atau varian dari nilai-nilai return sekuritas
tunggal yang ada di dalamnya.
2.1.4 Portofolio
Portofolio menurut (Jones, 2002:3) adalah: “portofolio is the securities held
by an investor taken at an unit . Pada intinya portofolio adalah suatu kegiatan

investasi yang dilakukan pada lebih dari satu asset, dimana gabungan dari
berbagai asset tersebut bertujuan mengurangi resiko dari investasi, tanpa
mengurangi hasil atau keuntungan.

Jumlah sekuritas dalam portofolio harus lebih besar dari satu yang
memungkinkan investor bisa mendapatkan return harapan tertinggi pada tingkat
risiko tertentu atau riskio terendah pada tingkat return harapan tertentu. Untuk
menghindari risiko pada suatu investasi antara lain dilakukan melalui diversifikasi
saham dengan membentuk portofolio.

Universitas Sumatera Utara

Menganalisis portofolio, diperlukan sejumlah prosedur perhitungan
melalui sejumlah data sebagai input tentang struktur portofolio. Salah satu teknik
analisis portofolio optimal yang dilakukan oleh Elton dan gruber (1995) adalah
menggunakan indeks tunggal.
Analisis atas sekuritas dilakuka dengan membandingkan excess return to
beta (ERB) dengan cut-off-rate-nya (Ci) dari masing-masing saham. Saham yang

memiliki ERB lebih besar dari Ci dijadikan kandidat portofolio, dan sebaliknya
apabila Ci lebih besar dari ERB tidak diikutkan dalam portofolio.
2.1.4.1 Portofolio Efisien
Pembentukan portofolio yang efisien, perlu dibuat beberapa asumsi
mengenai perilaku investor dalam pembuatan keputusan investasi. Asumsi yang

wajar adalah investor cenderung menghindari risiko ( risk averse). Investor
penghindar risiko adalah investor yang dihadapkan pada dua investasi dengan
pendapatan diharapkan yang sama risiko yang berbeda, maka ia akan memilih
investasi dengan tingkat risiko yang lebih rendah (Fabozzi, 2001).
Seorang investor memiliki beberapa pilihan portofolio yang efisien, maka
portofolio yang paling optimal yang akan dipilihnya. Portofolio yang efisien dapat
diartikan sebagai portofolio yang memberikan tingkat pengembalian yang
diharapkan pada tingkat optimal dengan suatu tingkat resiko tertentu, atau
portofolio yang memberikan suatu tingkat resiko minimal, pada tingkat
pengembalian yang diharapkan (Jones, 2002:512). Investor dapat memilih
kombinasi dari aktiva-aktiva untuk membentuk portofolionya.

Universitas Sumatera Utara

Seluruh aset yang memberikan kemungkinan portofolio yang dapat
dibentuk dari kombinasi aktiva-aktiva yang tersedia disebut dengan opportunity
set atau attainable set. Semua titik di attainable set menyediakan semua

kemungkinna portofolio baik yang efisien maupun yag tidak efisien yang dapat
dipilih oleh investor (Jones, 2002:513).
2.1.4.2 Portofolio Optimal
Portofolio yang optimal adalah portofolio yang dipilih dan disukai oleh
investor karena memberikan manfaat tertinggi, jadi dari berbagai portofolio yang
efisien namun hanya ada satu portofolio yang optimal (Fabozzi, 1995:60).
Portofolio optimal dapat ditentukan dengan menggunakan model Markowitz atau
dengan model indeks tunggal.
Menentukan portofolio yang optimal dengan model-model ini, yang pertama
kali dibutuhkan adalah menetukan portofolio yang efisien, semua portofolio yang
optimal adalah portofolio yang efisien. Investor yang lebih banyak menyukai
risiko akan memilih portofolio dengan return yang tinggi dengan membayar risiko
yang juga lebih tinggi dibandingkan dengan investor yang kurang menyukai
risiko.
2.1.5 Portofolio Optimal Bedasarkan Model Indeks Tunggal
Terdapat banyak model untuk pengambilan keputusan investasi sekuritas.
Ketika memilih investasi sekuritas dalam bentuk saham, obligasi, reksa dana atau
indeks pasar, investor selalu mempertimbangkan dua variabel utama, yaitu return
dan risiko. Single Factor Model adalah suatu cara untuk memprediksi harga atau
return saham dengan menggunakan satu faktor sebagai prediktor yang dianggap

Universitas Sumatera Utara

berpengaruh terhadap suatu sekuritas (Jogiyanto, 2010:339). Salah satu prosedur
penentuan portofolio optimal adalah metode indeks tunggal.
Metode indeks tunggal menjelaskan hubungan antara return dari setiap
sekuritas individual dengan return pasar. Bawasir dan Sitanggang (1994)
mengatakan bahwa metode indeks tunggal dapat digunakan dalam

penetuan

portofolio optimal dengan cara membandingkan excess return to beta (ERB)
dengan cut-off-rate (Ci).
Konsep perhitungan excess return to beta (ERB) dengan cut-off-rate (Ci)
didasarkan pada model perhitungan Elton dan Gruber (1995) yaitu dengan cara
menentukan ranking (urutan) saham-saham yang memiliki ERB yang lebih
rendah. Pemeringkatan bertujuan untuk mengetahui return saham terhadap return
bebas risiko per unit risiko. Saham-saham yang mempunyai Excess Return to Beta
(ERB) sama dengan atau lebih besar dari cut-of-rate (Ci) merupakan kandidat
dalam pembentukan portofolio.
Perhitungan untuk menentukan portofolio optimal akan sangat dimudahkan
jika hanya pada sebuah angka yang dapat menentukan apakah sekuritas dapat
dimasukkan ke dalam portofolio optimal tersebut. Adapun dasar penetuan
portofolio

optimal

berdasarkan

model

indeks

tunggal

yaitu

dengan

membandingkan antara Excess Return to Beta (ERB) dengan tingkat pembatas
saham tertentu atau Cut-of Point (C*).
Jogiyanto (2003) mengatakan bahwa model indeks tunggal didasarkan pada
pengamatan bahwa harga dari suatu sekuritas berfluktuasi searah dengan indeks
harga pasar. Hal ini menyebabkan bahwa return dari sekuritas mungkin

Universitas Sumatera Utara

berkolerasi karena adanya reaksi umum (common response) terhadap perubahan
nilai pasar. Dengan dasar ini, return dari suatu sekuritas dan return dari indeks
pasar yang umum dapat dituliskan:
Ri =αi + βi . Rm +
Notasi :
αi = Nilai ekspetasi dari return sekuritas yang independen terhadap retrun pasar
βi = Sensitivitas return saham suatu sekuritas terhadap return dari pasar
= Kesalahan residu yang merupakan variabel acak dengan nilai ekspektasinya
sama dengan nol atau E (ei) = 0
Model indeks tunggal membagi return dari suatu sekuritas kedalam dua
komponen, yaitu sebagai berikut :
1. Komponen return yang unik diwakili oleh αi yang indenpenden terhadap
return pasar
2. Komponen return yang berhubungan dengan return pasar yang diwakili
oleh βi . Rm.
Model indeks tunggal dapat juga dinyatakan dalam bentuk return ekspektasi
sebagai berikut (Jogiyanto, 2010:342)
E (Ri) = αi +βi. E(Rm)
Model indeks tunggal menggunakan asumsi yang merupakan karakteristik
model ini sehingga menjadi berbeda dengan model lainnya. Asumsi utama dari
model indeks tunggal adalah kesalahan residu dari sekuritas ke- i tidak berkovari
dengan kesalahan residu sekuritas ke-j atau ei tidak berkovari (berkolerasi)
dengan ej untuk semua nilai dari i dan j. Secara sistematis dapat sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara

Cov(ei,ej) = 0
Asumsi-asumsi dari model indeks tunggal mempunyai implikasi bahwa
sekuritas bergerak bersama-sama bukan karena efek di luar pasar ( misalnya efek
dari industrial atau perusahaan-perusahaan itu sendiri), melainkan karena
mempunyai hubungan yang umum terhadap indeks pasar.
Jogiyanto (2003) menambahkan bahwa selain hasil dari model indeks
tunggal dapat digunakan sebagai input analisis portofolio, model indeks tunggal
dapat juga digunakan secara langsung untuk analisis portofolio. Analisis
portofolio menyangkut perhitungan return ekspektasi portofolio dan risiko
portofolio. Return ekspektasi dari suatu portofolio selalu merupakan rata-rata
tertimbang dari return ekspektasi individual sekuritas, maka return ekspektasi
portofolio dinyatakan sebagai berikut (Jogiyanto, 2010:357)
E (Rp) = αp +βp . E (Rm) dengan :
Βp =∑

1 wi. βi , dan
. αi

αp = ∑

Dalam model indeks tunggal ini varian dari portofolio dihitung dengan rumus
sebagai berikut:
.

+∑

wi . σei

Untuk portofolio yang di diversifikasikan dengan baik jumlah n yang
banyak, risiko tidak sistematik akan hilang dan hanya risiko sistematik yang
masih tertinggal. Akibatnya, risiko portofolio yang terdiversifikasikan dengan
baik hanya terdiri dari unsur risiko sistematik saja sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara

=

.

2.1.6 Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
Indeks harga saham merupakan indikator yang menggambarkan pergerakan
harga-harga saham. Saat ini Bursa Efek Indonesia memiliki lima macam indeks
harga saham, yaitu :
1. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), menggunakan semua saham
tercatat sebagai komponen perhitungan indeks
2. Indeks Sektoral, menggunakan semua saham termasuk dalam masingmasing sektor
3. Indeks LQ45 menggunakan 45 saham yang terpilih setelah melalui
beberapa macam seleksi
4. Jakarta Islamic Indeks (JII), menggunakan 30 saham yang masuk dalam
kriteria syariah dan termasuk saham yang likuid
5. Indeks individual, yaitu indeks harga masing-masing saham terhadap
harga dasarnya
Indeks Harga Saham Gabungan ( IHSG) atau composite stock price index
pertama kali diperkenalkan pada tanggal 1 april 1983 sebagai indikator
pergerakan harga saham yang tercatat di bursa, baik saham biasa maupun saham
preferen. IHSG biasanya digunakan sebagai proksi dalam pengukuran risiko pasar
dalam model analisi harga saham. IHSG mencerminkan pergerakan perubahan
harga saham harian seluruh saham yang tercatat di bursa saham indonesia.

Universitas Sumatera Utara

2.1.7

IDX30
IDX 30 adalah indeks yang terdiri dari 30 saham yang konstituennya indeks

LQ45. IDX 30 diresmikan oleh Otoritas Bursa Efek Indonesia pada tangal 23
April 2012 . Konstituennya indeks LQ45 dipilih karena saat ini indeks LQ45
sudah dapat menggambarkan kinerja saham dengan likuiditas tinggi dan
kapitalisasi pasar bebas. Hanya saja, beberapa fund manager merasa jumlah 45
saham tersebut terlalu besar.
Jumlah konstituen indeks IDX30 yang terdiri dari 30 saham memiliki
keunggulan lebih mudah dilakukan replika sebagai acuan portofolio. Selain itu
menurut teori portofolio, jumlah 30 merupakan jumlah diversifikasi aset yang
ideal dalam sebuah portofolio. Dasar pertimbangan pemilihan konstituen indeks
IDX30 adalah faktor kuantitatif yang terkait dengan nilai, frekuensi dan hari
transaksi serta kapitalisasi pasar.
Selain faktor yang bersifat kuantitaf tersebut, BEI juga mempertimbangkan
informasi kelangsungan usaha, laporan keuangan, dan pertimbangan lain,
misalnya sedang diberlakukan suspensi atau tidak. Secara berkala, konstituen
indeks IDX30 akan dikaji ulang setiap 6 bulan sekali, yaitu setiap akhir bulan
januari dan juli. Hasilnya akan diumumkan pada awal bulan berikutnya.
Berikut adalah keriteria yang harus dipenuhi oleh calon perusahaan yang
masuk IDX30

1. Masuk dalam urutan 60 terbesar dari total transaksi saham di pasar reguler
(rata-rata nilai transaksi selama 12 bulan terakhir)

Universitas Sumatera Utara

2. Urutan berdasarkan kapitalisasi pasar (rata-rata nilai kapitalisasi pasar
selama 12 bulan terakhir)
3. Telah tecatat di BEJ selama paling sedikit 3 (tiga) bulan
4. Kondisi keuangan dan prospek pertumbuhan perusahaan frekuensi, dan
jumlah hari transaksi di pasar reguler tertinggi dibandingkan dengan
perusahan-perusahaan lain
Hasil dari evaluasi tersebut akhirnya memunculkan 30 perusahaan yang
membentuk IDX30 dan dijadikan sebagai dasar untuk perhitungan IDX30 selama
enam bulan ke depan. Bursa efek indonesia secara rutin memantau perkembangan
kinerja komponen saham yang masuk dalam perhitungan IDX30. Setiap tiga
bulan dilakukan kajian pergerakan ranking saham yang masuk dalam perhitungan
IDX30.
Penggantian saham akan dilakukan setiap enam bulan sekali, yaitu pada
bulan Februari dan Agustus. Apabila terdapat saham yang tidak memenuhi
kriteria seleksi IDX30, maka saham tersebut dikeluarkan dari perhitungan indeks
dan diganti dengan saham lain yang memenuhi kriteria. Hal ini akan terus
dilakukan sehingga konsistensi terpenuhinya kriteria untuk masuk ke dalam
IDX30 dapat terjaga.
2.2 Penelitian Terdahulu
Seperti telah dituliskan pada bagian pendahuluan ada beberapa penelitian
yang pernah dilakukan sebelumnya mengenai penentuan portofolio. Widanarto
(2005) menggunakan model indeks tunggal dalam memilih saham untuk
membentuk portofolio. Penelitian ini memfokuskan pada pengujian terhadap

Universitas Sumatera Utara

apakah saham yang temasuk ILQ45 sudah tergolong pada saham yang optimal.
Dari hasil penelitian tersebut Widanarto menarik kesimpulan bahwa tidak semua
perusahaan-perusahaan yang masuk dalam LQ45 termasuk dalam portofolio yang
optimal. Dengan demikian investor yang rasional perlu jeli dalam menganalisis
perusahaan-perusahaan yang go public.
Riska (2010) meneliti rasional investor dalam memilih portofolio saham
syariah yang dilihat pada jakarta islamic indeks. Riska membandingkan
pembentukan portofolio dengan menggunakan indeks tunggal dan pembentukan
portofolio dengan metode Constant Correlation.
Pada penelitiannya riska menyimpulkan bahwa menganalisis portofolio
dengan metode indeks tunggal lebih akurat dibandingkan metode constant
correlation. Hal ini dilihat dari penelitian bahwa dari keseluruhan 7 periode,

model indeks tunggal menghasilkan potensi keuntungan yang lebih tinggi,
penelitian ini juga diperkuat dengan penelitian Umanto (2008) bahwa risiko
individual dapat diperkecil dengan membentuk portofolio yang merupakan akibat
adanya diversifikasi.
Dwi (2000) menganalisis beta saham menggunakan model indeks tunggal
perbandingan antara periode perekonomian normal dan krisis moneter. Hasil
penelitiannya menunjukkan bahwa beta saham menunjukan kepekaan return
saham terhadap perubahan ekonomi makro atau return portofolio. Secara ringkas
penelitian-penelitian diatas dapat dilihat pada Tabel 2.1

Universitas Sumatera Utara

Tabel 2.1
Ringkasan Penelitian Terdahulu
Peneliti
S Widanarto
(2013)

Judul
P, Memilih
saham
portofolio optimal
LQ45
Jurnal Pendidikan
Akuntansi Indonesia
Vol.
IV
No,2Tahun 2005 Hal.
14-37

Alat Analisis
Hasil
Model
Indeks Tidak semua saham
Tunggal
yang masuk ke
dalam
ILQ45
membentuk
portofolio optimal
sehingga investor
harus lebih cermat
melihat perusahaan
yang go public
Riska
Rosdiana, Rasional
investor Metode
Constant Dalam penelitian ini
(2010)
dalam
memilih Corelation
dan riska
menarik
portofolio
saham Model
Indeks kesimpulan bahwa
Jurnal manajemen syariah (studi kasus Tunggal
penggunaan analisis
Universitas
pada Jakarta Islamic
dengan
Diponegoro
Indeks)
menggunakan
Vol. 9 No.1 April
Model
Indeks
2014
Tunggal
lebih

akurat
dibandingkan
Metode Constant
Corelation yang
terlihat dalam 12
kali pengamatan
nya pada ILQ45
Metode
Indeks
Tunggal selama 7
periode
menunjukkan hasil
portofolio
yang
optimal
pada
perusahaan yang
termasuk ILQ45
Sukarno, 2007

Analisis
Pembentukan
Jurnal
Magister Portofolio Optimal
Manajemen
Saham
Universitas
Menggunakan
Diponegoro
Metode
Single
Vol 15 No.3 Hlm Index di Bursa Efek
178-187
Jakarta

Model
Tunggal

Indeks Terdapat hubungan
positif antara beta
dengan
return
saham.
Hasil
penelitian
juga
menyatakan bahwa
terdapat
kolerasi
positif antara excess
return
to
beta
saham di masa
mendatang

Universitas Sumatera Utara

Peneliti
Jurnal Manajemen
Universitas
Diponegoro
Vol 3 No.3 (2012)

Judul
model
indeks
tunggal
perbandingan anatar
periode
perekonomian
normal dan krisis
moneter
Dwi
Haroyah, Analisis beta saham
(2000)
menggunakan
model
indeks
Jurnal Manajemen tunggal
Universitas
perbandingan anatar
Diponegoro
periode
Vol 3 No.3 (2012)
perekonomian
normal dan krisis
moneter
Sigit
Triharjono, Single Index Model
(2011)
sebagai alat analisis
optimalisasi
Jurnal
Magister portofolio investasi
Manajemen Bisnis saham (Studi kasus
Universitas
saham LQ45 )
Pendidikan
Indonesia
Vol.04, No. 01
Maret 2013

Alat Analisis

Analisis
investasi
portofolio optimal
Jurnal
Ilmu pada saham LQ45
Administratsi FISIP
Universitas
Indonesia
Vol
15,
No.3,
hlm.178-187

Model
Tunggal

Umanto, (2008)

Hasil
kepekaan
return
saham
terhadap
perubahaan
ekonomi makro atau
return portofolio

Model
Tunggal

Indeks Beta
saham
menunjukkan
kepekaan
return
saham
terhadap
perubahaan
ekonomi makro atau
return portofolio

Single Index

Besarnya koefisien
beta antara periode
pengamatan selalu
tidak stabil. Selain
itu juga diketahui
bahwa
melalui
aplikasi
metode
single index model
basis triwulan dapat
digunakan sebagai
prediksi
untuk
portofolio tahunan
Indeks Nilai beta dengan
frekuensi keaktifan
saham
tidak
menunjukkan
hubungan
searah
(negatif). Hal ini
berarti nilai beta
yang besar tidak
selalu menunjukkan
frekuensi
perdagangan saham
tersebut tinggi atau
sebaliknya
adanya
Indeks Tidak
perbedaan
antara
risiko portofolio dan
return
portofolio
antara IHSG dan
IDX30

Desak Putu Rahayu Studi
Komparatif Model
Lestari, 2008
Portofolio Optimal Tunggal
Menggunakan
Jurnal
Fakultas Proksi LQ45 dan
Ekonomi dan Bisnis IHSG
Melalui
Universitas Undaya Pendekatan Model
Vol 3 No.3 (2014)
Indeks Tunggal

Universitas Sumatera Utara

Peneliti
R. Agus Sartono
dan Arie Andika
Setiawan, (2006)
Jurnal Manajemen
Universitas
Diponegoro
Vol 11 No.1 hlm
37-50

Judul

Alat Analisis
VAR portofolio Metode
Mean
optimal:
Absolute
perbandingan
Deviation
dan
antara
Metode Mean Variance
Markowitz
dan
Mean
Absolute
Deviation

Hasil
Ada kolerasi positif
antara
standar
deviasi dan return
portofolio,
baik
pada
portofolio
yang
dihasilkan
metode
mean
variance
maupun
metode
mean
absolute deviation.
Namun
secara
statistik, korelasi ini
tidak cukup kuat.
Dapat disimpulkan
bahwa
standar
deviasi tidak cukup
baik sebagai tolak
ukur risiko suatu
portofolio

Perbedaan peneliti sekarang dengan peneliti terdahulu adalah pada
penelitian sekarang memilih objek yaitu saham-saham periode pengamatan
Februari 2013- Juli 2016 dan pada penilitian yang sekarang ini dilakukan
pengamatan saham melalui IDX30 dan menganalisis Proporsi Saham antara
IDX30 dan IHSG
2.3 Kerangka Konseptual
Dalam mengambil keputusan untuk berinvestasi, seseorang investor harus
mempertimbangkan saham-saham mana yang harus diplih. Saham yang dipilih
otomatis yang memberikan return maksimal dengan risiko tertentu, atau return
tertentu dengan risiko minimal. Untuk dapat mengetahui saham-saham mana saja
yang dipilih, bisa dilakukan dengan melakukan klasifikasi saham dengan cara
pembentukan portofolio saham.
Pembentukan portofolio saham pada penelitian ini menggunakan model
indeks tunggal dengan kriteria Excess Return to Beta (ERB) lebih besar dari Cut-

Universitas Sumatera Utara

off rate nya (Ci) dengan cara membandingkan apakah terdapat perbedaan return

portofolio, risiko portofolio, dan proporsi saham antara IDX30 dan IHSG.
Investor yang rasional akan memilih saham-saham yang masuk kandidat
portofolio (ERB>Ci). Setelah itu investor dapat melakukan penilaian terhadap
kinerja portofolio baik pada aspek tingkat keuntungan yang diperoleh maupun
risiko yang ditanggung.
Berdasarkan latar belakang masalah dan uraian teoritis, maka kerangka
konseptual dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 2.1
PORTOFOLIO OPTIMAL
IDX30& IHSG
PORTOFOLIO OPTIMAL
MODEL INDEKS
TUNGGAL

Pembentukan Portofolio
Optimal IDX30

Pembentukan
Portofolio Optimal
IHSG

Gambar 2.1
Kerangka Konseptual

Keterangan :
Pemilihan portofolio optimal tergantung kepada preferensi investor terhadap
return dan risiko yang diharapkan :

Universitas Sumatera Utara

1.

Investor penghindar risiko jika dihadapkan pada dua investasi dengan
pendapatan diharapkan yang sama dan risiko yang berbeda, maka ia akan
memilih investasi dengan tingkat risiko yang lebeih rendah (Fabozzi, 2001)

2.

Investor yang lebih menyukai risiko akan memilih portofolio dengan return
yang tinggi dengan membayar risiko yang juga lebih tinggi ( Jogiyanto,2003).

2.4 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka konseptual pada Gambar 2.1, maka hipotesisnya
sebagai berikut:
Ha : Terdapat perbedaan pembentukan portofolio optimal dengan
menggunakan IDX30 dan IHSG melalui pendekatan Model Indeks Tunggal.

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Analisis Pembentukan Portofolio Optimal dengan Model Markowitz dan Model Indeks Tunggal: Studi Kasus Indeks IDX30

0 6 58

Studi Komparatif Portofolio Optimal Menggunakan Proksi IDX30 dan IHSG Melalui Pendekatan Model Indeks Tunggal di Bursa Efek Indonesia Periode Februari 2013–Juli 2016

0 14 143

ANALISIS INVESTASI DAN PENENTUAN PORTOFOLIO OPTIMAL SAHAM DENGAN MENGGUNAKAN MODEL INDEKS TUNGGAL DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2004 - 2008.

0 1 8

ANALISIS INVESTASI DAN PENENTUAN PORTOFOLIO SAHAM OPTIMAL DENGAN MENGGUNAKAN MODEL INDEKS TUNGGAL DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2005-2008.

0 0 10

STUDI KOMPARATIF PORTOFOLIO OTIMAL MENGGUNAKAN PROKSI LQ45 DAN IHSG MEMALUI PENDEKATAN MODEL INDEKS TUNGGAL.

0 1 19

Studi Komparatif Portofolio Optimal Menggunakan Proksi IDX30 dan IHSG Melalui Pendekatan Model Indeks Tunggal di Bursa Efek Indonesia Periode Februari 2013–Juli 2016

0 0 10

Studi Komparatif Portofolio Optimal Menggunakan Proksi IDX30 dan IHSG Melalui Pendekatan Model Indeks Tunggal di Bursa Efek Indonesia Periode Februari 2013–Juli 2016

0 0 2

Studi Komparatif Portofolio Optimal Menggunakan Proksi IDX30 dan IHSG Melalui Pendekatan Model Indeks Tunggal di Bursa Efek Indonesia Periode Februari 2013–Juli 2016

0 0 10

Studi Komparatif Portofolio Optimal Menggunakan Proksi IDX30 dan IHSG Melalui Pendekatan Model Indeks Tunggal di Bursa Efek Indonesia Periode Februari 2013–Juli 2016

0 0 2

Studi Komparatif Portofolio Optimal Menggunakan Proksi IDX30 dan IHSG Melalui Pendekatan Model Indeks Tunggal di Bursa Efek Indonesia Periode Februari 2013–Juli 2016

0 0 71