PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP PEREMPUAN BERTATO (Studi Deskriptif Kualitatif Tentang Persepsi Masyarakat Terhadap Perempuan Bertato).

i

PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP PEREMPUAN BERTATO
(Studi Deskriptif Kualitatif Tentang Persepsi Masyarakat Terhadap Perempuan
Bertato).

SKRIPSI

Oleh:
Leonardus Ristiardi Noviyanto
NPM. 0743010274

YAYASAN KESEJ AHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” J AWATIMUR
FAKULTAS SOSIAL DAN ILMU POLITIK
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
SURABAYA
2013
i
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.


ii

PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP PEREMPUAN BERTATO
(Studi Deskriptif Kualitatif Tentang Per sepsi Masyarakat Terhadap
Perempuan Bertato)
Disusun Oleh :

LEONARDUS RISTIARDI NOVIYANTO
NPM. 0743010274
Telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi
J urusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Univer sitas
Pembangunan Nasional “Veteran” J awa Timur Pada Tanggal 20 J UNI 2013
PEMBIMBING

TIM PENGUJ I :
1. Ketua

Dra. Sumar djijati, M.Si
NIP. 196203231993092001


Ir. Didiek Tranggono, M.Si
NIP. 1958122519900011001
2. Sekretaris

Dra. Sumardjijati, M.Si
NIP. 196203231993092001

3. Anggota

Dra. Herlina Suksmawati, M.Si
NIP. 196412251993092001
Mengetahui,
WS DEKAN

Dra. Sumardjijati, M.Si
NIP. 196203231993092001
ii
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.


iii

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatnya dan
karunianya kepada penulis sehingga skripsi dengan judul :

“PERSEPSI

MASYARAKAT

TERHADAP

PEREMPUAN

BERTATO”
(Studi Deskr iptif

Kualitatif


Tentang Per sepsi Masyar akat

Ter hadap Per empuan Ber tato)
Dapat terselesaikan dengan baik.
Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Ibu Sumardjijati, Dra,
Msi selaku dosen pembimbing utama yang telah meluangkan waktunya untuk
memberikan bimbingan, nasihat serta motivasi kepada penulis. Penulis juga
menerima banyak bantuan dari berbagai pihak, baik itu berupa moril, spiritual,
dan materiil. Untuk itu penulis berterimakasih kepada :
1. Bapak Prof. DR. Ir. TeguhSoedarto MP, Rektor Universitas Pembangunan
Nasional “Veteran” JawaTimur.
2. Ibu Dra. Ec. Hj. Suparwati, M.si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” JawaTimur.
3. Bapak Juwito, S.Sos., M.si selaku ketua program studi Ilmu Komunikasi,
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Pembangunan Nasional
“Veteran” JawaTimur.
4. Unyil, yang selalu mengingatkan dan mendoakan penulis untuk dapat
segera menyelesaikan kuliah dan menyemangati supaya cepat lulus.
5. Bapak, Ibu dan Saudara-saudaraku, semoga saya bisa membuat bangga
suatu saat nanti.

6. Teman-teman seperjuanganku, angkatan 2007, Arey, Sandy, serta
almarhum Yosep yang bersama-sama berjuang untuk lulus dan saling
menyemangati.
Surabaya, 12 Juni 2013

Penulis
iii
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

iv

DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PERSETUJ UAN .........................................................................

i

LEMBAR PENGESAHAN ..........................................................................


ii

KATA PENGANTAR ...................................................................................

iii

DAFTAR ISI ..............................................................................................

iv

ABSTRAKSI ..............................................................................................

vii

BAB I

PENDAHULUAN ........................................................................

1


1.1

Latar Belakang Masalah ........................................................

1

1.2

Perumusan Masalah ..............................................................

10

1.3

Tujuan Penelitian ..................................................................

10

1.4


Manfaat Penelitian ................................................................

10

KAJ IAN PUSTAKA ....................................................................

12

2.1

Landasan Teori ....................................................................

12

2.1.1 Persepsi .................................................................................

15

2.1.1.1 Jenis Persepsi ......................................................................


15

2.1.2 Karakteristik Persepsi ............................................................

20

2.1.3 Proses Terjadinya Persepsi .....................................................

21

2.1.4 Kelompok-Kelompok Sosial dan Kehidupan Masyarakat .......

23

2.1.5 Persepsi dan Budaya ..............................................................

25

2.1.6 Persepsi Tentang Diri dan Orang Lain ....................................


32

2.2.1 Budaya Massa dan Budaya Populer........................................

33

2.3

34

BAB II

Budaya................................................................................... ...

iv
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

v


2.3.1 Komunikasi Antarbudaya...................................................... ...

35

2.4

Makna Simbolik..................................................................... ..

35

2.5

Kerangka Berpikir.................................................................. ..

38

BAB III METODE PENELITIAN ............................................................

40

3.1

Jenis Penelitian .....................................................................

40

3.2

Fokus Penelitian ………………………...……….…………. .

42

3.3

Informan dan Teknik Penarikan Informan ..............................

42

3.4

Teknik Pengumpulan Data ....................................................

43

3.5

Teknik Analisis Data .............................................................

45

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................

47

4.1

Gambaran Objek Penelitian....................................................

47

4.1.1 Definisi Tato ..........................................................................

47

4.2

Penyajian Data .......................................................................

49

4.3

Identitas Informan ..................................................................

50

4.4

Data .......................................................................................

51

4.4.1 Persepsi Terhadap Perempuan Bertato ...................................

51

4..4.2 Analisa Data ..........................................................................

56

Persepsi Masyarakat Mengenai Pengertian Tato .....................

56

4.4.3 Persepsi Masyarakat Mengenai Pengaruh Pemakaian Tato
Terhadap Kesehatan Perempuan ............................................
4.4.4

57

Persepsi Masyarakat Mengenai Keterkaitan Perempuan

Bertato Dengan Ajaran Agama Yang Dianut ...................................

v
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

61

vi

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................

65

5.1

Kesimpulan............................................................................

65

5.2

Saran .....................................................................................

66

LAMPIRAN

..............................................................................................

68

Lampiran I : Hasil Wawancara ........................................................

68

Lampiran II : Foto dengan Narasumber ...........................................

81

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................

83

vi
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

vii

Leonardus Ristiardi Noviyanto, PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP
PEREMPUAN BERTATO (Studi Deskriptif Kualitatif Tentang Per sepsi
Masyarakat Terhadap Perempuan Bertato)
ABSTRAK
Tato merupakan salah satu karya seni yang memiliki daya tarik tersendiri
bagi para peminatnya khususnya pada kaum perempuan. tato juga telah
berkembang dari tahun ke tahun. dimana perkembangannya juga diikuti dengan
berkembangnya kemajuan teknologi yang memudahkan seseorang untuk membuat
tato. Fenomena Tato pada perempuan ini tentu menarik perhatian penulis untuk di
teliti. Berbagai persepsi yang lahir dari pandangan orang tentu membuat nilai tato
ini masih bersifat tabuh dan berkesan negatif.
Tato sendiri telah melahirkan berbagai persepsi, ada yang mengatakan tato
itu adalah sebuah sesuatu yang tinggi dan ada juga yang memandangnya sebagai
sebuah karya dengan nilai seni tinggi. Berdasar dari itulah mengapa fenomena
perempuan perempuan bertato ini sangat menarik untuk diteliti. Serta tujuan dari
penelitian ini juga mampu memberikan pandangan terhadap orang yang kerap kali
melihat tato itu pada sisi negatif saja tanpa melihat sisi lain dari pada tato itu
apalagi kaum perempuan sebagai subjek penelitiannya.

vii
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

viii

Leonardus Ristiardi Noviyanto, PUBLIC PERCEPTIONS OF WOMEN
Tattooed (Qualitative Descriptive Study On Public Perception Tattooed
Against Women)
ABSTRACT
Tattoo is a work of art that has a special attraction for the devotees
especially on women. tattoo also has grown from year to year. where development
was followed by the development of technological advances that make it easier
for someone to get a tattoo. Tattoos on women this phenomenon certainly attract
the attention of the writer to be investigated. Perceptions are born from the view
of would make the value of this tattoo and impressive percussion is still negative.
Tattoos themselves have spawned a variety of perceptions, some say the
tattoo is a something high and there is also looked at as a work with high artistic
value. Based on the phenomenon that is why women tattoo lady is very interesting
to study. And the purpose of this study was also able to provide insight into the
often times see the tattoo on the negative side without seeing the other side of the
tattoo that especially women as research subjects.

viii
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

1

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Persepsi masyarakat terhadap tato, kini mengalami perubahan dan cara
pandang yang berbeda. Dahulu, sekitar tahun 1970 sampai dengan 1980-an,
masyarakat menilai tato adalah simbol dari kejahatan dan tindakan kriminal,
karena di masa tersebut biasanya mereka yang membuat tato ketika di dalam
penjara. Namun setelah tahun 1990-an, tato sedikit demi sedikit mulai
dipandang sebagai sebuah bentuk karya seni. Pada saat ini, tidak hanya
seorang pria yang memiliki tato, bahkan sudah banyak wanita juga memiliki
tato.
(http:/kompas/com)
Dalam kamus besar bahasa Indonesia arti kata tato adalah gambar
(lukisan) pada tubuh, sedangkan arti kata mentato adalah melukis pada kulit
tubuh dengan cara menusuki kulit dengan jarum halus, kemudian memasukan
zat warna ke dalam bekas tusukan itu. Dalam membuat gambar permanen
dalam tubuh manusia bisa dengan menggunakan dua cara, yang pertama,
adalah tato yaitu melukis pada kulit tubuh dengan cara menusuki dengan
jarum halus, kemudian memasukan zat warna ke dalam bekas tusukan itu, dan
yang kedua, retas tubuh (scarification), yang berarti menggores permukaan
kulit dengan benda tajam sehingga menimbulkan luka, dan saat luka itu
sembuh akan menimbulkan tonjolan pada permukaan kulit. Ada cara lain

1
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

2

yang hampir sama dengan scarification, salah satunya adalah branding, yaitu
memberi cap pada permukaan kulit dengan logam yang sudah terlebih dahulu
dipanaskan.
Nama istilah tato berasal dari kata Tahiti tatu yang mempunyai arti
“membuat tanda”. Di negeri kita Indonesia, dalam perkembangannya, tato
adalah salah satu identitas suku-bangsa (tribe) di Indonesia seperti di
Kalimantan (suku Dayak), Sumatera (Mentawai), dan juga Nusa Tenggara
Barat (Sumba). Di dalam sebuah tradisi suku mereka masing-masing, tato
merupakan ciri khas atau ciri khusus suku-bangsa tersebut. Dalam tradisi
suku-suku di atas, tato masih sangat dihormati dan dijunjung tinggi dan
biasanya digunakan untuk sebuah tujuan-tujuan tertentu, misalnya melindungi
roh jahat, mendatangkan kesuburan dalam kandungan, tanda bahwa seseorang
anak tumbuh dalam usia dewasa dalam konteks suku-bangsa tersebut,
identitas keluarga (clan), status sosial, dalam stuktual kemasyarakatan
setempat, pelindung dalam kehidupan sesudah kematian, dan sebagainya.
(http:/journal.Cons. Tri Handoko.Makara-Sosial Humaniora.html)
Tato pada dasarnya diaplikasikan pada bagian-bagian tubuh yang sesuai
dengan keinginan penggunanya, seperti tangan, kaki, pergelangan tangan,
jari, daun telinga, wajah, leher, kulit kepala, betis, pinggul, dan bagian tubuh
lainnya. Dan bahkan ada juga yang mentato bagian-bagian tubuh yang
terdengar tidak lazim juga menjadi media aplikasi tato, seperti bola mata
(melalui jalan operasi), gigi, lidah, dan bagian-bagian intim. Untuk kelompok,

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

3

komunitas, atau sekte dalam kaitannya sebagai salah satu keanggotaan
menurut kesepakatan atau ketentuan yang telah ada.
Ada berbagai macam alasan suku-suku di dunia membuat tato.
Diantaranya Yunani, bangsa Yunani kuno menggunakan tato sebagai tanda
pengenal dari badan intelejen mereka, atau mata-mata perang pada saat itu. Di
sini tato menunjukan pangkat dari si mata-mata tersebut. Berbeda dengan
bangsa Romawi, mereka memakai tato sebagai tanda bahwa mereka berasal
dari golongan budak, dan tato dirajahinke setiap tubuh para tahanannya. Suku
Maori di New Zaeland berbentuk ukiran-ukiran spiral pada wajah dan pantat.
Menurut mereka itu merupakan tanda bagi keturunan yang baik. Di kepulauan
Salomon, tato ditorehkan di wajah perempuan, itu menandakan suatu tahapan
baru bagi kehidupan mereka. Hampir sama dengan tato di kepulauan
Salomon, orang-orang suku Neur di Sudan memakai tato untuk menandai
ritus iniasi pada anak laki-laki. Sedangkan pada orang-orang Indian, mereka
melukis tubuh dengan mengukir kulit mereka untuk menambah kecantikan
dan identitas.
(www.wipedia.com/search/penggunatato)
Penggunaan tato sangat beragam seperti halnya bentuk gambar tertentu
yang memiliki nilai pribadi pada diri pengguna tato; seperti nama orang yang
dikasihi, wajah idola, shio, symbol zodiac, hewan favorit, dan gambar
lainnya. Gambar-gambar unik atau yang memiliki nilai historical, symbolsimbol tertentu, sampai dengan yang cenderung abstrak karena memiliki alur
cerita yang hanya dimengerti oleh pemilik tato yang dapat diaplikasikan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

4

sesuai kehendak pengguna tato. Kebebasan pengguna tato menentukan posisi
tatonya tersebut, tentu memberikan banyak sekali keberagaman pada arti tato
masing-masing individu. Pengertiannya bahwa dengan adanya perbedaan
tersebut berarti setiap individu memiliki pemahaman sendiri mengenai letak
dan gambar tato yang digunakannya.
Keberagaman pada gambar tato pada setiap pengguna tato, diyakini
memiliki pesan tersendiri. Pesan yang dibuat untuk dapat menjadi bahan
pengingat dirinya ataupun orang lain. Pesan yang dibuat melalui ukiran
gambar tato pada tubuh penggunanya, sangat memiliki esensi dalam
menyampaikan sesuatu pesan, yang secara penuh harus dimengerti oleh si
pemilik tato sebelum mentato pada bagian tubuhnya. Terkadang orang lain
dapat mengerti pesan yang dimaksud dengan sekilas melihat gambar tato,
tetapi terkadang juga si pemilik tato tidak mengetahui apa pesan yang ingin di
sampaikan pada gambar tato miliknya. Kegiatan komunikasi yang
dipraktekan pengguna tato melalui serangkaian objek tato dan eleman
pendukungnya,

seharusnya

menjadi

salah

satu

bagian

yang

dapat

diintegrasikan oleh pemiliknya. Sejalan dari penjelasan di atas, dapat dilihat
kutipan dari Onong Uhjana Effendy yang menjelaskan mengenai pengertian
komunikasi yang paling mendasar berdasarkan paradigma Lasswell,
“Komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada
komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu.” (Effendy, 2000:
10). Pengertian pesan sendiri dapat dilihat dari kutipan selanjutnya dari
Onong Uhjana Effendy yang menunjukan pemahamannya dalam paradigma

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

5

Lasswell,

“Pesan

merupakan

seperangkat

lambang

bermakna

yang

disampaikan oleh komunikator.” (Effendy, 2000: 18)
(http://ekakj.wordpress.com/2012/9/20/sejarah-tato/las)
Mengupas masalah tato berarti juga mendeskripsikan tentang nilai-nilai
kebudayaan, histortis, sosiologi, komunikasi, seni, design, nilai gender, gaya
hidup, politik, sekstualitas, relijiusitas, dan bahkan secara matematispun
penilaian tato dapat diterapkan. Setidaknya itu merupakan sebagian aspek
yang dapat peneliti tangkap dalam melihat wacana tato yang berkembang
melaui caranya sendiri dengan memperlihatkan adanya kompleksitas
akulktrurasi wacana lainnya.
Dalam era modern, tato tidak hanya dijadikan sebagai alat yang
memiliki pandangan kuno terhadap hal-hal animisme, kekuatan magis, atau
hal-hal ortodok lainnya. Posisi tato sekarang ini jauh melebihi perannya pada
masa lampau. Tato dalam pandangan modern telah banyak melibatkan unsurunsur yang secara sinergis dapat disatukan dalam suatu ringkasan gambar.
Seni design dalam tato memiliki hubungan kuat dengan adanya sisi artistik
dari gambar tato, denngan kata lain tato inipun menjadi satu komoditas lain
untuk dapat mengapresiasi seni, bahkan hal ini justru dijadikan alasan umum
untuk kaum urban dalam mengklaim tato.
(http://www.tatoopedia.com/id/article/koi-fish-tatoo/)
Eksplorasi pop art menjadi salah satu cara untuk menempatkan tato
sebagai bentuk-bentuk di luar pemahaman kuno, kecenderungan memberikan
wacana baru sebagai bentuk gaya hidup. Pemilihan kata gaya hiduppun akan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

6

semakin menjelaskan tato sebagai salah satu cara lain mengungkapkan
kebutuhan seseorang. Tidak heran jika tato kemudian melebarkan
pemahamannya dengan menyangkut gender penggunanya. Kecenderungan
tato sampai saat ini sepertinya masih dipegang pada tubuh laki-laki sebagai
gender yang dirasa cocok untuk memiliki tato. Kesan maskulinitas
seharusnya menjadi acuan, jika nilai gender ini memang dihadirkan untuk
menempatkan tato sebagai milik laki-laki. Kenyataanya, sekarang tato bukan
hanya di dominasi oleh laki-laki. Perempuan pun berhak menentukan
pilihannya dalam menghias tubuhnya dengan beragam gambar tato. Konsep
modernitas pada perempuan bertato diasumsikan peneliti sebagai karya dalam
memposisikan gender mereka dengan lawanya. Kemudian munculnya sikap
feminisme dalam perlawananya menempatkan emansipasi melalui gambar
tato.
Beberapa contoh aspek yang dijangkau pada gambar tato di atas
seharusnya dapat membuka pemahaman-pemahaman masyarakat mengenai
posisi krusial tato dalam masyarakat. Jika melihat hubungan tato dengan
objek gambar tato, bahkan aspek lainnya juga memiliki kecenderungan
tersendiri. Keberagaman objek yang tidak terbatas dapat diterapkan pada
gambar tato. Gambar-gambar seperti penggunaan simbol-simbol kekuasaan,
penindasan, kekuatan, rebellion, dan aroma-aroma bermuatan politikpun
dapat dijadikan sebagai komoditi objek tato. Sebagai contohnya penggunaan
simbol swastika pada Nazi, gambar Che Guevara, dan lainnya.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

7

Seksualitas pun dalam hal penggunaan tato dapat dilibatkan kapan saja.
Ada beberapa alasan yang mengemuka mengenai daya tarik seks tato dalam
berhubungan intim bagi penggunanya. Beberapa pola menunjukan tato pada
perempuan dapat menunjukan sisi seksualitasnya, apalagi dengan letak
gambar tato yang berada dalam jangkauan intim. Jika hal ini merupakan
sebagian kecil asumsi tato yang memilik daya tarik seksual tersendiri, maka
tato sedikitnya memiliki nilai jual untuk membentuk image tersendiri bagi
penggunanya. Memang tidak selalu dihubungkan dengan seks, tetapi ini
merupakan trend lain yang ditunjukan dari fenomena tato.
Kemajuan teknologi, pertukaran informasi, akulturasi budaya, dan
semakin banyaknya studio tato, seharusnya menjadi alasan tato untuk dapat
dilihat sebagai hasil dari perkembangan zaman. Tato yang tidak hanya
dipandang sebagai kajian yang usang mengenai kebudayaan primitif sekarang
ini, sepertinya tidak cukup kuat untuk dapat menghalalkan tato sebagai
perilaku yang dianggap umum dan biasa. Sikap religius masyarakrat
Indonesia yang menghubungkan agama sabagai alasan kuat untuk tidak
mentato diri, menjadi suatu batasan ketat dan utama. Bahkan tidak heran, jika
masyarakat Indonesia yang melihat tato menghubungkanya sebagai bentuk
perbuatan dosa dan terkadang menjadi asumsi masyarakat dengan mengaitkan
atau menghubungkan tato dengan bentuk-bentuk kriminalitas. Tidak salah
memang, melihat banyak sekali preman, pencuri, berandalan, menggunakan
tato. Bahkan hal ini dibenarkan pada saat melihat tayangan kriminalitas di

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

8

televisi yang sering polisi menunjukan tato pelaku. Memang tidak salah, akan
tetapi tidak semua orang bertato melakukan tindakan kriminalitas.
Bentuk

stereotype

mungkin

menjadikan

alasan

kriminalitas

dihubungkan dengan tato. Sepertinya terlalu sempit, jika melihat tato dari satu
sisi kriminalitas dengan menggeneralisasi tato dengan tindak kejahatan.
Padahal orang jahat juga banyak yang tidak bertato. Itu keadaan masyarakat
kita yang sering memandang tato sebagai kemunduran budaya, jika memang
dikaitkan pada posisinya sebagai bentuk gaya hidup modern. Lain halnya
dengan melihat suku-suku yang menggunakan tato sebagai suatu keharusan
dan penghormatan. Tato sekarang ini juga banyak dialihkan pada perannya
sebagai karya seni. Karya yang memiliki nilai seni sehingga mencintai seni
terdengar sebagai alasan kuat untuk menghalalkan tato.
(http://sampukbuku.wordpress.com/2012/9/20/tato)
Tato merupakan salah satu sebuah seni, di dalam seni tato digolongkan
dan termasuk seni lukis.Secara spesifik, tato merupakan sebuah seni rajah
tubuh yang berkembang di berbagai dunia.Tato dianggap sebagai salah satu
bentuk kesenian, karena proses mentato merupakan sebuah kreativitas yang
mencakup proses mendesain bentuk, aplikasi desain dalam media berupa
tubuh manusia, hingga pewarnaan yang memerlukan tidak hanya sekedar
teknik, tapi juga ketelitian.Seni tato merupakan suatu hasil kebudayaan yang
berupa gambar dan di dalamnya terdapat makna. Makna pada gambar tersebut
dapat dipelajari melalui makna semiotik (tanda-tanda memungkinkan kita

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

9

berpikir, berhubungan dengan orang lain dan memberi makna pada apa yang
ditampilkan oleh alam semesta).
Beberapa kelompok di masyarakat, masih memandang tato sebagai hal
yang neegatif.Dalam artian orang yang memiliki tato dianggap sebagai orang
yang jahat, preman atau merupakan perilaku kriminal.Sebagai contoh di
Indonesia sendiri yang masih menilai orang-orang bertato sebagai orang jahat
atau yang biasa disebut dengan preman. Walaupun faktanya di beberapa suku
di Indonesia, tato merupakan bagian dari proses adat dan ritual keagamaan.
Contohnya pada masyarakat suku Mentawai dan Dayak.Umumnya pemilik
tato menyatakan bahwa mereka menggambar tato di tubuhnya, karena
dianggap memiliki nilai artistik.Hubungan antara budaya dan komunikasi
sangat penting untuk dipelajari dan memahami komunikasi antar budaya.
Pemahaman dan kesadaran akan resiko tato patut untuk menjadi
perhatian terutama yang akan menggunakan tato, baik untuk yang pertama
kali atau yang menambah koleksi tatonya. Di sini penulis hanya
memperlihatkan wacana tato sebagai suatu bentuk subkultur yang sering
dijumpai oleh penulis dan masyarakat lainnya. Kepentingan penelitian ini
menunjukan bahwa pemaknaan pesan yang ada dibalik gambar tato jauh lebih
menarik jika dapat ditelusuri lebih dalam lagi. Makna-makna yang ada dalam
tato mengindikasikan adanya komunikasi dalam penyampaian pesan melalui
gambar. Makna pesan inilah yang kemudian akan ditindak lanjuti dalam
penelitian untuk dapat melihat bagaimana orang-orang menempatkan tato
pada persepsi pemikirannya masing-masing.Kemiripan budaya dalam

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

10

persepsi memungkinkan pemberian makna yang mirip pula terhadap suatu
objek sosial atau suatu peristiwa. Cara berkomunikasi, keadaan komunikasi,
bahasa dan gaya bahasa yang digunakan, dan perilaku nonverbal. Komunikasi
itu terikat oleh budaya. Sebagaimana budaya itu berbeda antara satu dengan
yang lainnya, maka praktik dan perilaku komunikasi individu yang diasuh
dalam budaya-budaya tersebutpun akan berbeda pula.

1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka dapat diambil
perumusan masalah, sebagai berikut :
Bagaimana persepsi masyarakat, terhadap perempuanyang memiliki tato.

1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana persepsi
masyarakat, terhadap perempuan yang memiliki tato di bagian tubuhnya.

1.4 Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis :
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan pada
perkembangan dan pendalaman ilmu komunikasi, terutama dalam bidang
yang berkaitan tentang persepsi masyarakat terhadap perempuan yang
memiliki tato, untuk referensi yang berguna bagi penelitian selanjutnya.
2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian diharapkan mampu memberikan wawasan dan
masukan pada perkembangan dan pendalaman ilmu komunikasi, serta

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

11

memberikan gambaran tentang persepsi seseorang terhadap perempuan
bertato.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

12

BAB II
KAJ IAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori
2.1.1 Persepsi
Persepsi merupakan rangkaian proses yang dilakukan seseorang
guna memperoleh gambaran mengenai sesuatu pemillihan, pengolahan
hingga pengertian informasi mengenai sesuatu yang diinginkan tersebut.
Persepsi tersebut nantinya akan mempengaruhi tindakan seseorang
terhadap hal yang diekspresikannya itu.
Menurut kutipan dari Deddy Mulyana (2001 : 167), pengertian dari
persepsi adalah proses internal individu yang memungkinkan individu
untuk memilih, mengorganisasikan, dan menafsirkan rangsangan yang
ditangkap oleh indra manusiawi dari lingkungan sekitarnya, dan perilaku
tersebut akan mempengaruhi perilaku individu tersebut. Persepsi adalah
salah satu inti dari inti komunikasi, sebab apabila persepsi tidak akurat,
maka tidak mungkin akan terjadi sebuah komunikasi yang efektif. Persepsi
juga menentukan seseorang memilih suatu pesan dan mengabaikan pesan
yang lain.
Masih banyak juga definisi-definisi mengenai persepsi yang lainnya
dari para ahli, diantaranya adalah definisi persepsi dari Philip Goordarce
dan Jennifer Follers yang menyatakan, bahwa persepsi adalah proses
mental yang digunakan untuk mengenali rangsangan. Selain itu, ada pula

12
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

13

definisi menurut Kenneth A. Sereno dan Edward M. Bodakaen yang
menyatakan bahwa, persepsi adalah sarana yang memungkinkan seseorang
memperoleh kesadaran akan sekelilingnya dan lingkungannya. Berbeda
menurut Brian Fellow menyatakan bahwa, persepsi adalah proses yang
memungkinkan suatu organism menerima dan menganalisis informasi.
Sedangakan menurut Joseph A. Devito, persepsi adalah proses yang
menjadikan individu sadar akan banyaknya stimulus yang mempengaruhi
indra kita. (Rakhmad, 2003 : 58).
Persepsi merupakan suatu proses yang menjadikan individu sangat
sadar akan aspek lingkungan. Persepsi akan timbul akibat adanya
rangsangan dari luar yang diterima oleh alat indra manusia. Rangsangan
akan diseleksi dan diorganisir oleh setiap individu dengan caranya masingmasing melalui pengalaman yang dimilikinya. Persepsi baru akan
terbentuk, apabila adanya perhatian, pengertian, dan penerimaan ddari
individu sesuai dengan kebutuhan individu dalam pengalaman.
Hasil dari proses di atas akan membentuk suatu pandangan tertentu
terhadap suatu hal. Namun, dalam keadaan yang sama sekalipun dapat
membuahkan persepsi yang berbeda-beda antara individu yang satu
dengan individu yang lain. Hal ini disebabkan setiap manusia mengalami
proses sosialisasi yang berbeda termasuk memberikan perhatian terhadap
rangsangan tertentu dan mengabaikan yang lainnya.
Sesuai yang dikemukakan oleh Sumarwan (2000 : 112), yang
menyatakan bahwa, persepsi merupakan cara seseorang memandang sunia

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

14

sekitarnya. Proses tersebut berbeda pada setiap indiviudu sesuai dengan
keinginan, nilai-nilai, serta harapan masing-masing individu. Oleh sebab
itu persepsi mengenai suatu hal dapat berbeda-beda pada setiap individu.
Selanjutnya masing-masing individu akan cenderung bertindak dan
bereaksi berdasarkan persepsinya masing-masing.
Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa menbentuk
persepsi, seseorang melakukan proses memilih, mengorganisasikan, dan
menginterpretasikan sebagai stimuli yang diterimanya mengenai suatu hal,
yang selanjutnya mengungkapkan pandangan, pendapat ataupun tanggapan
mengenai hal tersebut. Seterusnya, dari persepsi yang diyakini oleh
individu tersebut maka akan mempengaruhi perilakunya mengenai hal
yang dipersepsikan tersebut. Menurut Linda L. Davidov yang disebutkan
dalam Chairunnisa (2007 : 20), hakekat persepsi ada tiga, yaitu :
1. Persepsi bukanlah cerminan realitas
Orang sering kali menganggap bahwa persepsi menyajikan suatu
pencerminan yang sempurna mengenai realitas ataupun kenyataan.
Namun, sebenarnya persepsi bukanlah cerminan realitas, karena indera
kita tidak dapat memberikan respon terhadap aspek-aspek yang ada
dalam lingkungan. Selain itu manusia juga sering melakukan persepsi
rangsangan-rangsangan yang pada kenyataannya tidak ada, dan yang
terakhir, karena persepsi manusia tergantung pada apa yang ia
harapkan, pengalaman, dan motivasi (sangat subjektif).

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

15

2. Persepsi merupakan kemampuan kognitif yang multifaset
Pada awal pembentukan proses persepsi,

seseorang telah

menentukan dahulu apa-apa saja yang diperhatikan. Setiap kali kita
memusatkan perhatian, lebih besar kemungkinannya seseorang akan
memperoleh

makna

dari

apa

saja

yang

ditangkapnya,

lalu

menghubungkannya dengan pengalaman masa lalu, dan kemudian hari
akan diingat kembali. Kesadaran dan ingatan juga mempengaruhi
persepsi.
3. Atensi
Peranan atensi atau perhatian dalam persepsi adalah keterbukaan
seseorang untuk memilih sesuatu. Beberapa psikolog

menemukan

bahwa, atensi sebagai sejenis saring (filter) yang akan menyaring semua
informasi pada titik-titiik yang berbeda pada proses persepsi.
2.1.1.1

J enis Persepsi
Persepsi manusia dibagi dalam dua jenis, yaitu :
1. Persepsi terhadap lingkungan fisik (obyek) adalah persepsi manusia
terhadap obyek melalui lambang-lambang fisik atau sifat-sifat luar
dari suatu benda. Dapat diartikan manusia dalam menilai suatu
benda mempunyai persepsi yang berbeda-beda. Dan persepsi
terhadap obyek bersifat statis, karena obyek tidak mempersiapkan
manusia ketika manusia mempersiapkan obyek-obyek tersebut.
Seseorang dapat melakukan kekeliruan dalam mempersepsi, sebab,

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

16

terkadang indera seseorang menipu diri orang tersebut, hal ini
dikarenakan oleh :
1. Kondisi yang mempengaruhi pandangan seseorang, seperti
keadaan cuaca yang membuat orang melihat fatamorgana,
pembiasan cahaya seperti dalam peristiwa ketika seseorang
melihat bahwa tongkat yang dimasukkan ke dalam air terlihat
bengkok, padahal tongkat tersebut lurus. Hal inilah yang disebut
ilusi.
2. Latar belakang pengalaman yang berbeda, antara seseorang
dengan orang lain.
3. Budaya yang berbeda
4. Suasana psikologi yang berbeda, membuat perbedaan persepsi
seseorang dengan orang lain dalam mempersepsikan suatu
obyek.
2. Persepsi terhadap manusia adalah persepsi manusia terhadap orang
melalui sifat-sifat luar dan dalam (perasaan, motif, dan harapan), dapat
diartikan, manusia bersifat interaktif karena manusia bersifat berubahubah dari waktu ke waktu. Persepsi terhadap manusia juga dapat
disebut dengan persepsi sosial.
( Mulyana, 2001 : 17 )
Menurut definisi mulyana (2005), persepsi sosial adalah proses
menangkap arti obyek-obyek sosial dan kejadian-kejadian yang kita
alami dalam lingkungan kita. Manusia bersifat emosional, sehingga

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

17

penilaian terhadap mereka mengandung resiko. Setiap orang memiliki
gambaran yang berbeda mengenai realitas di sekelilingnya. Prinsipprinsip yang menjadi pembenaran mengenai persepsi sosial adalah :
1. Persepsi berdasar kan pengalaman
Pola-pola

perilaku

manusia

berdasarkan

persepsi

mereka

berdasarkan realitas (sosial) yang telah dipelajari (pengalaman).
Ketiadaan pengalaman terdahlu dalam menghadapi suatu obyek jelas
akan membuat seseorang menafsirkan obyek tersebut dalam dugaan
semata, atau pengalaman yang mirip.
2. Persepsi ber sifat selektif
Alat indera kita akan bersifat lemah dan selektif (selective attention).
Apa yang menjadi perhatian kita lolos dari perhatian orang lain, atau
sebaliknya. Ada kecenderungan kita melihat apa yang kita lihat,
mendengar apa yang ingin kita dengar. Atensi kita pada suatu
rangsangan merupakan faktor utama yang menentukan selektivitas
kita atas rangsangan tersebut. Perhatian adalah proses mental ketika
stimuli atau rangkaian stimuli menjadi menonjol dalam kesadaran
pada saat stimuli lainnya melemah.
3. Persepsi ber sifat dugaan
Oleh data yang kita peroleh mengenai objek lewat penginderaan
tidak pernah lengkap, persepsi merupakan loncatan langsung pada
kesimpulan. Seperti proses seleksi, langkah ini dianggap perlu
karena kita tidak pernah mungkin mendapat seperangkat rincian

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

18

yang lengkap kelima indera kita. Proses persepsi yang bersifat
dugaan itu memungkinkan kita menafsirkan suatu objek dengan
makna yang lebih lengkap dari suatu proses pengorganisasian
informasi yang tersedia, menempatkan rincian yang kita ketahui
dalam skema organisasional

tertentu yang memungkinkan kita

memperoleh suatu makna yang lebih umum.
4. Persepsi ber sifat evaluatif
Tidak ada persepsi yang bersifat obyektif, karena masing-masing
melakukan interpretasi berdasarkan pengalaman masa lalu dan
kepentingannya. Persepsi adalah suatu proses kognitif psikologis
yang mencerminkan sikap, kepercayaan diri, nilai dan penghargaan
persepsi bersifat pribadi dan subjektif yang digunakan untuk
memaknai persepsi.
5. Persepsi ber sifat kontekstual
Konteks merupakan salah satu pengaruh paling kuat. Konteks yang
melingkungi ketika kita melihat seseorang, suatu objek atau suatu
kejadian sangat mempengaruhi stuktur kognitif, pengharapan dan
juga persepsi kita. Interpretasi makna dalam konteksnya adalah suatu
faktor penting dalam memahami komunikasi dan hubungan sosial.
Struktur objek atau kejadian berdasarkan kemiripan atau kedekatan
dan kelengkapan.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

19

Pada tahun 1950-an, dikalangan psikolog sosial lahir istilah
persepsi sosial yang didefinisikan sebagai “the role of socially
generated influences on the basic processes of perception” (Mc David
dan Harari, 1968 : 173). Akhir tahun 1950-an dan awal tahun 1960-an
fokus

penelitian

tidak

fokus

pada

faktor-faktor

sosial

yang

mempengaruhi persepsu, tetapi objek-objek dan peristiwa sosial. Untuk
tidak mengaburkan istilah dan untuk menggaris bawahi manusia (bukan
benda) sebagai objek persepsi, di sini digunakan istilah persepsi
interpersonal. Persepsi pada objek selain manusia kita sebut saja
persepsi objek.
Ada empat perbedaan antara persepsi objek dengan persepsi
interpersonal.
Pertama, pada persepsi objek, stimuli ditangkap oleh alat indera
kita melalui benda-benda fisik; gelombang, cahaya, gelombang suara,
temperature, dan sebagainya; pada persepsi interpersonal, stimuli
mungkin samapai kepada kita melalui lambang-lambang verbal atau
grafis yang disampaikan pihak ketiga.
Kedua, bila kita menanggapi objek, kita hanya menanggapi sifatsifat luar obyek itu, kita tidak meneliti sifat-sifat batiniah obyek itu.
Pada persepsi interpersonal kita mencoba memahami apa yang tampak
pada alat indera kita.
Ketiga, ketika kita mempersepsi objek, objek tidak bereaksi pada
kita. Kita pun tidak memberikan reaksi emosional padanya. Dalam

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

20

persepsi interpersonal, faktor-faktor personal anda, dan karakteristik
orang yang ditanggapi serta hubungan anda dengan orang tersebut,
menyebabkan persepsi interpersonal sampai cenderung untuk keliru.
Keempat, objek relatif tetap, sedangkan manusia berubah-ubah.
Persepsi interpersonal yang berobjekkan manusia, kemudian menjadi
mudah salah.
Betapapun kita sulit mempersepsi orang lain, kita toh berhasil juga
memahami orang lain. Buktinya, kita masih dapat bergaul dengan
mereka, masih dapat berkomunikasi dengan mereka, dan masih dapat
menduga perilaku mereka.kita menduga karakteristik orang lain dari
petunjuk-petunjuk eksternal (external cues) yang dapat diamati
petunjuk-petunjuk itu adalah dekskripsi verbal dari pihak ketiga,
petunjuk proksemik, wajah paralinguistik, dan artifaktual. Selain yang
pertama, yang lainnya boleh disebut sebagai petunjuk non verbal (non
verbal cues). Semuanya disebut faktor-faktor situasional.
2.1.2 Karakteristik Per sepsi
Menurut Busch dan Houston (1985) yang dikutip oleh Ujang Sumarwan
(2001 : 114). Karakteristik persepsi dapat didefinisikan sebagai berikut :
1. Bersifat selektif
Manusia mempunyai keterbatasan dalam hal kapasitas dan
kemampuan mereka dalam proses semua informasi dari lingkungan
mereka. Seseorang pasti berhadapan dengan sub kumpulan yang terbatas
dari obyek-obyek dan peristiwa-peristiwa yang banyak sekali dalam

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

21

lingkungan mereka. Masyarakat cenderung memperhatikan aspek yang
berhubungan dengan urusan pribadi mereka. Mereka mengesampingkan
urusan-urusan lain yang tidak berkaitan dengan urusan pribadi mereka.
2. Teroganisir dan teratur
Suatu perangsang atau pendorong tidak bisa dianggap terisolasi dari
perangsang lain. Rangsangan-rangsangan dikelompokkan menjadi suatu
pola atau informasi yang membentuk keseluruhan. Jadi ketika seseorang
memperhatikan seseuatu, perangsang harus berusaha untuk mengatur.
3. Stimulus
Stimulus adalah apa yang dirasakan dan arti yang terdapat di
dalamnya adalah fungsi dari perangsang atau pendorong itu sendiri.
4. Subyektif
Persepsi merupakan faktor pribadi, hal-hal yang berasal dari sifat
penikmat atau perasa, kebutuhan, nilai-nilai, motif, pengalaman, masa lalu,
pola pikir dan kepribadian seseorang dalam individi memainkan suatu
peran dalam persepsi.
2.1.3 Proses Terjadinya Per sepsi
Menurut Alex Sobur (2003 : 449), proses hingga terjadinya persepsi
adalah sebagai berikut :
1. Terjadinya stimulasi alat indera (sensory stimulation)
Pada tahap pertama, alat indera kita akan dirangsang. Setiap individu
pasti memiliki kemampuan penginderaan untuk merasakan stimulus
(rangsangan), walau tidak selalu digunakan.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

22

2. Stimuli terhadap alat indera diatur
Pada tahap kedua, rangsangan-rangsangan alat indera diatur menurut
berbagai prinsip. Salah satu prinsip sering kali disalah gunakan adalah
prinsip proximitas (proksomitiy) atau kemiripan, sedangkan prinsip lain
adalah kelengkapan (closure) atau kita mempersepsikan fambar atau pesan
yang dalam kenyataannya tidak lengkap. Apa yang kita persepsikan juga
kita tata ke dalam suatu pola yang bermakna bagi kita, pola ini belun tentu
benar atau salah segi obyektif tertentu.
3. Stimulasi alat indera ditafsirkan dan dievaluasi
Langkah ketiga adalah penafsiran dan evaluasi yang tidak sematamata didasarkan pada rangsangan luar, melainkan juga sangat dipengaruhi
oleh pengalaman masa lalu, kebutuhan, keinginan, sistem nilai, keyakinan,
dan sebagainya yang ada dalam diri kita. Walaupun kita sama-sama
menerima sebuah pesan, cara mengevaluasi adalah tidak sama.
Menurut Brehm dan Kassin (1989), persepsi sosial adalah penilaianpenilaian yang terjadi dalam upaya manusia dalam memahami orang lain.
Tentu saja sangat penting, namun bukan tugas yang mudah bagi setiap
orang. Tinggi, berat, bentuk tubuh, warna kulit, warna rambut, dan warna
lensa mata, adalah beberapa hal yang mempengaruhi persepsi sosial.
Brems dan Kassin dalam Lestari (1999), mengatakan persepsi sosial
memilikibeberapa elemen, yaitu :
1. Person, yaitu orang yang menilai orang lain.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

23

2. Situasional, urutan kejadian yang terbentuk berdasarkan pengalaman
orang untik menilai sesuatu
3. Bahaviour, yaitu sesuatu yang dilakukan orang lain. Ada dua
pandangan mengenai proses persepsi, yaitu :
Persepsi sosial berlangsung cepat dan otomatis, tanpa banyak
pertimbangan orang membuat kesimpulan tentang orang lain dengan
cepat berdasarkan penampilan fisik dan perhatian sekilas.
Persepsi sosial adalah sebuah proses yang kompleks, orang
mengamati perilaku orang lain dengan teliti, hingga diperoleh
analisis

secara

lengkap

terhadap

person,

situasional,

dan

behaviour.hubungan sosial yang dinamis, menyangkut hubungan
antara individu, antara kelompok maupun antara individu dengan
kelompok.
Suatu interaksi sosial tidak akan dapat terjadi apabila tidak
memenuhi dua syarat, yaitu :
1. Adanya kontak sosial (social contact), yang dapat berlangsung
dalam tiga bentuk. Diantaranya, anatarinvidu, antar-individu dengan
kelompok, antarkelompok.
2. Adanya komunikasi, seseorang memberi arti pada orang lain atau
sebuah ungakapan perasaan apa yang ingin disampaikan oleh orang.
2.1.4 Kelompok-Kelompok Sosial Dan Kehidupan Masyarakat
Di dalam hubungan antara manusia dengan manusia lain, yang
paling terpenting adalah reaksi yang timbul sebagai akibat hubungan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

24

sosial. Reaksi tersebut yang membuat dan menyebabkan tindakan manusia
bertambah luas. Misalnya, orang yang memiliki tato dan sengaja
memperlihatkan tatonya tersebut, orang tersebut ingin mendapatkan reaksi,
entah yang berwujud pujian ataupun yang berupa ejekan, yang kemudian
menjadi dorongan akan tindakan-tindakan selanjutnya. Di dalam
memberikan sebuah reaksi tersebut, ada kecenderungan manusia untuk
memberikan keserasian dengan tindakan-tindakan orang lain, hal itu
dikarenakan sejak lahir manusia mempunyai dua hasrat atau keinginan
pokok, yaitu :
1. Keinginan untuk menjadi satu dengan manusia lain, disekelilingnya
(masyarakat).
2. Keinginan untuk menjadi satu dengan suasana alam sekelilingnya.
(Mulyana, 2001 : 176)
Untuk bisa menghadapi dan menyesuaikan diri dengan kedua
lingkungan tersebut, manusia menggunakan pikiran, perasaan, dan
kehendaknya.
Dalam sebuah kelompok yang merupakan himpunan atau kesatuankesatuan yang hidup bersama, mereka mempunyai hubungan yang
menyangkut hubungan timbal-balik yang saling mempengaruhi dan juga
kesadaran untuk saling tolong-menolong. Di samping itu, menurut Suyanto
(2006 : 189) ada persyaratan untuk menjadi kelompok manusia agar bias
dinamakan kelompok sosial, antara lain :

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

25

1. Disetiap anggota kelompok ada kesadaran, bahwa dia merupakan
bagian dari kelompok yang bersangkutan.
2. Antara anggota yang satu dengan yang lainnya punya hubungan timbal
balik.
3. Ada suatu faktor yang mempunyai kesamaan dan tujuan, sehingga
hubungannya bertambah erat. Misalnya, nasib yang sama, kepentingan
yang sama, dan lain-lain.
4. Teroganisasi dan mempunyai pola perilaku.
5. Bersistem dan berproses.
2.1.5 Persepsi dan Budaya
Faktor-faktor internal tidak hanya mempengaruhi perhatian atau
minat sebagai salah satu aspek persepsi, tetapi juga mempengaruhi
persepsi seseorang secara keseluruhan, terutama penafsiran atas suatu
rangsangan. Misalnya, agama, cara berpikir, tingkat intelektualitas, tingkat
ekonomi, pekerjaan dan cita rasa sebagai faktor-faktor internal yang jelas
mempengaruhi persepsi seseorang terhadap kenyataan. Dengan begitu,
persepsi itu terikat oleh budaya. Bagaimana kita memaknai pesan, objek,
atau lingkungan yang bergantung pada sistem nilai yang kita anut.
Kelompok-kelompok boleh jadi berbeda dalam mempersepsi sesuatu yang
dapat dipercaya. Oleh karena persepsi berdasarkan budaya yang telah
dipelajari, maka persepsi seseorang atas lingkungannya bersifat subjektif.
Semakin besar perbedaan budaya antara dua orang semakin besar pula
perbedaan persepsi mereka terhadap kenyataan yang ada. Dan oleh karena

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

26

tidak ada dua orang yang mempunyai nilai-nilai budaya yang sama persis
pula. Di dalam konteks ini, sebenarnya budaya dapat dianggap sebagai
pola persepsi dan perilaku-perilaku yang dianut sekelompok orang.
Mempelajari tato bukan hanya menuntun peneliti pada satu aspek
permasalahan, tetapi merujuk pada adanya banyak sudut pandangan
keilmuan yang menjelaskan bahwa penelitian mengenai tato ini
akanmelibatkan euphoria tersendiri secara multiaspek. Mengupas masalah
tato berarti juga mendeskripsikan tentang nilai-nilai kebudayaan, historis,
sosiologi, komunikasi, seni, design, nilai gender, gaya hidup, politik,
seksualitas, relijiusitas dan bahkan secara matematis pun penilaian tato
dapat diterapkan. Setidaknya itu merupakan sebagian lain aspek yang
dapat peneliti tangkap dalam melihat wacana tato yang berkembang
melalui caranya sendiri dengan memperlihatkan adanya kompleksitas
akulkturasi wacana lainnya. Tato pada sejarahnya merupakan bagian
kebudayaan kuno yang dapat ditemukan pada beberapa suku di dunia.
Dalam tradisi suku Dayak di pedalaman Kalimantan (Indonesia), tato
menjadi satu bentuk ritual dalam kaitannya dengan penghormatan pada
leluhurnya.Tato juga menjadi suatu tradisi yang turun temurun dan
dijadikan sebagai alat untuk dapat menunjukan posisi seseorang dalam
suku Dayak, serta menunjukan secara historis mengenai kejadian yang
pernah di alami si pemilik tato.Bentuk-bentuk kepercayaan melalui media
gambar tato pada titik ini menjadikan tato sebagai nilai yang memiliki

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

27

unsur budaya yang kuat.Sejarah pun dilibatkan, karena tato dapat
menunjukan hal-hal yang pernah terjadi dalam momen-momen tertentu.
http://wwwantaranews.com/berita/12497172/senitato sudah menjadigaya
hidup.
Dalam era modernisasi, tato tidak hanya dijadikan sebagai alat yang
memiliki pandangan kuno terhadap hal-hal animisme, kekuatan magis,
atau hal-hal ortodok lainnya.Posisi tato sekarang ini jauh melebihi
perannya pada masa lampau.Tato dalam pandangan modern telah banyak
melibatkan unsur-unsur yang secara sinergis dapat disatukan dalam suatu
ringkasan gambar. Seni design dalam tato memiliki hubungan kuat dengan
adanya sisi artistik dari gambar tato, dengan kata lain tato ini pun menjadi
satu komoditas lain untuk dapat mengapresiasi seni. Bahkan hal ini justru
dijadikan “alasan” umum untuk kaum urban dalam mengklaim
penggunaan tato.
Eksplorasi pop art menjadi salah satu cara untuk menempatkan tato

Dokumen yang terkait

Persepsi Masyarakat Terhadap Acara “Tukar Nasib“ (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Masyarakat Perumahan Bumi Asri Medan Terhadap Acara Reality Show “Tukar Nasib“ di SCTV).

2 52 132

Persepsi Pasien Terhadap Pelayanan Rumah Sakit (Studi Deskriptif Rumah Sakit Siti Hajar Padang Bulan Medan)

3 55 123

CITRA MOBIL ESEMKA (Studi Kualitatif Tentang Persepsi Masyarakat Surakarta Citra Mobil Esemka (Studi Kualitatif Tentang Persepsi Masyarakat Surakarta Terhadap Mobil Esemka).

0 1 13

PERSEPSI MASYARAKAT BALI TERHADAP KONTES MISS WORLD 2013 (Studi Deskriptif Kualitatif Persepsi Masyarakat Bali Terhadap Kontes Miss World 2013).

0 5 121

PERSEPSI PEREMPUAN SURABAYA TERHADAP ORANG YANG MEMAKAI BUSANA MUSLIM ( STUDI DESKRIPTIF KUALITATIF TENTANG PERSEPSI PEREMPUAN SURABAYA TERHADAP ORANG YANG MEMAKAI BUSANA MUSLIM ).

0 1 76

PERSEPSI MAHASISWA TIDAK BERTATO TERHADA

0 0 22

BAB I PENDAHULUAN - STIGMATISASI DAN PERILAKU DISKRIMINATIF PADA PEREMPUAN BERTATO (Studi Deskriptif Mengenai Stigmatisasi dan Perilaku Diskriminatif pada Perempuan Bertato) Repository - UNAIR REPOSITORY

0 0 21

BAB II SEJARAH TATO DAN GAMBARAN UMUM PEREMPUAN BERTATO - STIGMATISASI DAN PERILAKU DISKRIMINATIF PADA PEREMPUAN BERTATO (Studi Deskriptif Mengenai Stigmatisasi dan Perilaku Diskriminatif pada Perempuan Bertato) Repository - UNAIR REPOSITORY

0 0 53

BAB IV STIGMA PADA PEREMPUAN BERTATO: INTERPRETASI TEORITIK - STIGMATISASI DAN PERILAKU DISKRIMINATIF PADA PEREMPUAN BERTATO (Studi Deskriptif Mengenai Stigmatisasi dan Perilaku Diskriminatif pada Perempuan Bertato) Repository - UNAIR REPOSITORY

0 0 28

PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP PEREMPUAN BERTATO (Studi Deskriptif Kualitatif Tentang Persepsi Masyarakat Terhadap Perempuan Bertato).

0 0 19