Persepsi Masyarakat Terhadap Acara “Tukar Nasib“ (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Masyarakat Perumahan Bumi Asri Medan Terhadap Acara Reality Show “Tukar Nasib“ di SCTV).

(1)

PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP ACARA “TUKAR NASIB” (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Masyarakat Perumahan Bumi Asri

Medan terhadap Acara Reality Show “Tukar Nasib” di SCTV)

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Untuk Menyelesaikan Pendidikan Strata Satu (S1)

Di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Disusun Oleh : YESSI KRISTINA SIHITE

050904010

PROGRAM STUDI JURNALISTIK

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

LEMBAR PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan : Nama : Yessi Kristina Sihite

NIM : 050904010 Departemen : Ilmu Komunikasi

Judul : Persepsi Masyarakat Terhadap Acara “Tukar Nasib” (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Masyarakat Perumahan Bumi Asri Medan Terhadap Acara Reality Show “Tukar Nasib” di SCTV)

Medan, September 2009 Dosen Pembimbing Ketua Departemen

Drs. Safrin, M.Si Drs. Amir Purba, M.Si NIP. 131 654 104

Dekan

NIP. 131 757 010


(3)

ABSTRAKSI

Skripsi ini berjudul Persepsi Masyarakat terhadap acara reality show “Tukar Nasib” di SCTV (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Masyarakat Perumahan Bumi Asri terhadap acara reality show “Tukar Nasib” di SCTV). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi masyarakat Perumahan Bumi Asri Medan terhadap acara reality show “Tukar Nasib”yang disiarkan di SCTV.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah dengan menggambarkan atau melukiskan subjek atau objek penelitian berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya. Adapun teori-teori yang dianggap relevan dengan penelitian ini adalah teori media massa, SOR, dan teori persepsi. Perancangan alat ukur adalah kuesioner, yaitu setiap responden diberikan angket yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang dijawab dengan cara memilih. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 3.378 orang. Untuk menghitung jumlah sampel dari data populasi yang ada digunakan rumus Taro Yamane dengan presisi 10% dan tingkat kepercayaan 90%, sehingga jumlah sampel yang diperoleh sebanyak 97 orang.

Langkah-langkah dalam pengambilan sampel menggunakan purposive sampling serta accidental sampling. Lalu peneliti melakukan pengumpulan data dilapangan dan studi kepustakaan. Data yang diperoleh dari hasil penelitian dianalisa dengan menggunakan analisa tabel tunggal melalui SPSS (Statistical Product Service Solution) 15.00.

Hasil penelitian menunjukkan gambaran bahwa mayoritas masyarakat Perumahan Bumi Asri Medan memberikan tanggapan bahwa acara reality show “Tukar Nasib” ini belum dapat dikatakan sebagai acara yang mendidik dan tidak bermanfaat. Masyarakat menanggapi keberadaan acara ini semata mengeksploitasi kemiskinan dengan tidak adanya solusi bagi kemiskinan itu sendiri. Dalam penelitian ini juga dapat dilihat pembentukan persepsi masyarakat bahwa untuk mensyukuri yang kita miliki bukan berarti harus menertawakan nasib orang lain.


(4)

KATA PENGANTAR

Dengan segala kerendahan hati, peneliti mengucapkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat, dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Persepsi Masyarakat Terhadap Acara “Tukar Nasib“ (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Masyarakat Perumahan Bumi Asri Medan Terhadap Acara Reality Show “Tukar Nasib“ di SCTV). Skripsi ini disusun guna memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan Sarjana (S-1) pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Departemen Ilmu Komunikasi.

Peneliti menyadari masih banyak kekurangan yang terdapat dalam penulisan skripsi ini mengingat terbatasnya waktu, pengetahuan, dan kemampuan peneliti. Oleh karena itu, dengan hati yang tulus dan ikhlas peneliti menerima kritik dan saran yang membangun dari pembaca yang nantinya berguna di hari yang akan datang.

Dalam menyelesaikan skripsi ini peneliti banyak mendapat bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Ucapan terimakasih dari dasar hati yang terdalam, penulis persembahkan kepda Bapak S. Sihite dan Ibu D. Napitipulu yang selalu memberikan dukungan moril dan materil, serta kasih sayang yang selalu dicurahkan kepada peneliti. Kepada saudara-saudara penulis : Yanti Dameria, dan Wira Wigrha Sihite yang telah memberikan semangat, dukungan, dan pengertian kepada peneliti.


(5)

Terimakasih yang setulus-tulusnya juga penulis sampaikan kepada : 1. Bapak Prof. Dr. M. Arif Nasution, M.A selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial

dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Amir Purba, M.A selaku Ketua Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. Safrin, M.Si, selaku dosen pembimbing yang banyak memberikan masukan, bimbingan dan dorongan kepada penulis. Terima kasih atas pengetahuan dan wawasan baru yang diberikan kepada penulis, semua itu sangat berarti bagi penulis.

4. Bapak Drs. Mukti Sitompul, selaku dosen wali penulis.

5. Seluruh dosen/ staf pengajar di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara, khususnya para dosen Departemen Ilmu Komunikasi. Terimakasih yang tulus penulis sampaikan atas jasa-jasa yang telah diberikan selama perkuliahan.

6. Bapak Khairuddin Burhan, selaku Lurah Cinta Damai, Kecamatan Medan Helvetia yang telah memberi izin untuk meneliti di Perumahan Bumi Asri Medan.

7. Ibu Dra.Dewi Kurniawati, M.Si, Kak Icut, Kak Ros, Rotua, dan Maya yang selalu ada di departemen yang setia membantu penulis dalam menyelesaikan urusan administrasi.

8. Someone special…….Tony, yang selalu mengerti dan selalu ada untuk penulis. Trima kasih untuk semuanya.


(6)

9. Sahabat penulis Icha Marina dan Dame Serepina yang selalu memberikan dukungan, semangat, dan perhatian dalam melakukan aktivitas perkuliahan. Terima kasih telah menjadi sahabat yang baik bagi penulis.

10. Teman-teman Ilmu Komunikasi 2005 : Raflin, Yeyen, Eva Regina, Bancin, Lilis, Verikasih, dan teman-teman lainnya tidak dapat disebutkan satu-persatu.

11. Kakakku Any, yang selalu membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis mengucapkan rasa terimakasih yang tulus.

12. Semua pihak yang secara sadar atau tidak, telah ikut serta membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis mengucapkan rasa terimakasih yang tulus.

Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih atas bantuan yang telah diberikan oleh semua pihak, semoga Tuhan Yang Maha Esa akan membalasnya dengan limpahan rahmat kepada kita semua. Harapan penulis semoga skripsi ini kelak dapat berguna dan jika terdapat kesalahan penulis memohon maaf serta menerima kritik dan saran yang bersifat membangun.

Medan, September 2009 Peneliti,


(7)

DAFTAR ISI

ABSTRAKSI ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR BAGAN ... ix

BAB I: PENDAHULUAN ... 1

I.1 Latar Belakang Masalah ... 1

I.2 Perumusan Masalah ... 6

I.3 Pembatasan Masalah ... 6

I.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 7

I.4.1. Tujuan Penelitian ... 7

I.4.2. Manfaat Penelitian ... 7

I.5 Kerangka Teori ... 8

I.5.1. Komunikasi dan Komunikasi Massa ... 8

I.5.2. Media Massa Televisi ... 10

I.5.3. SOR ... 11

I.5.4. Persepsi ... 12

I.6 Kerangka Konsep ... 15

I.7 Model Teoritis ... 16

I.8 Variabel Operasional ... 17

I.9 Defenisi Variabel Operasional ... 18

BAB II: URAIAN TEORITIS ... 20

II.1 Komunikasi dan Komunikasi Massa ... 20

II.1.1. Komunikasi ... 20

II.1.1.1. Pengertian Komunikasi ... 20

II.1.1.2. Unsur-unsur Komunikasi ... 21

II.1.1.3. Tujuan dan Fungsi Komunikasi ... 23

II.1.1.4. Tatanan Komunikasi ... 24

II.1.1.5. Dampak Komunikasi ... 24

II.1.2. Komunikasi Massa ... 25

II.1.2.1. Pengertian Komunikasi Massa ... 25

II.1.2.2. Karakteristik Komunikasi Massa ... 27

II.1.2.3. Fungsi Komunikasi Massa ... 30

II.1.2.4 Efek Komunikasi Massa ... 33

II.2 Televisi ... 35

II.2.1. Perkembangan Televisi di Indonesia ... 37

II.2.2. Kekuatan Media Televisi ... 39

II.2.3. Karakteristik Media Televisi ... 42

II.2.4. Faktor-faktor yang Perlu Diperhatikan ... 43


(8)

II.3 S-O-R ... 46

II.4 Reality Show ... 49

II.5 Persepsi ... 50

II.5.1. Ciri-Ciri Persepsi ... 52

II.5.2. Proses Persepsi ... 53

II.5.3. Sifat-sifat Persepsi ... 54

BAB III: METODOLOGI PENELITIAN ... 57

III.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ... 57

III.1.1. Sejarah Singkat Perumahan Bumi Asri ... 57

III.1.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 59

III.1.3. Struktur Organisasi Kelurahan Cinta Damai ... 60

III.2 Profil SCTV... 60

III.2.1. Sejarah SCTV ... 60

III.2.2. Slogan SCTV ... 61

III.3 Metode Penelitian ... 62

III.4 Populasi dan Sampel ... 63

III.4.1. Populasi ... 63

III.4.2. Sampel ... 63

III.5 Teknik Penarikan Sampel ... 64

III.6 Teknik Pengumpulan Data ... 65

III.7 Teknik Analisis Data ... 65

BAB IV: HASIL DAN PEMBAHASAN ... 66

IV.1 Pelaksanaan Pengumpulan Data di Lapangan... 66

IV.2 Teknik Pengolahan Data ... 67

IV.3 Analisis Tabel Tunggal ... 67

IV.3.1. Karakteristik Responden ... 68

IV.3.2. Acara Reality Show ”Tukar Nasib” di SCTV ... 71

IV.3.3. Persepsi Masyarakat ... 84

IV.4 Pembahasan ... 99

BAB V: PENUTUP ... 105

V.1 Kesimpulan ... 105

V.2 Saran ... 106

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Variabel Operasional ... 17

Tabel 2 Fungsi Komunikasi Massa Alexis S. Tan ... 31

Tabel 3 Distribusi Penduduk Berdasarkan Suku di Perumahan Bumi Asri Lingkungan 8 Kecamatan Medan Helvetia ... 58

Tabel 4 Distribusi Penduduk Berdasarkan Agama di Perumahan Bumi Asri Lingkungan 8 Kecamatan Medan Helvetia ... 58

Tabel 5 Distribusi Penduduk Berdasarkan Sarana dan Prasarana di Perumahan Bumi Asri Lingk 8 Kecamatan Medan Helvetia ... 59

Tabel 6 Jenis Kelamin ... 68

Tabel 7 Usia ... 69

Tabel 8 Tingkat Pendidikan ... 69

Tabel 9 Pekerjaan ... 70

Tabel 10 Frekwensi Menonton Responden ... 71

Tabel 11 Waktu Menonton ... 71

Tabel 12 Frekwensi Menonton “Tukar Nasib” ... 72

Tabel 13 Waktu Pemutaran ... 73

Tabel 14 Durasi Penyiaran ... 74

Tabel 15 Frekwensi Penyiaran ... 75

Tabel 16 Tema Acara ... 76

Tabel 17 Alur Cerita... 77

Tabel 18 Penggunaan Peserta ... 78

Tabel 19 Pemilihan Peserta ... 79

Tabel 20 Gaya / Bahasa Tubuh ... 80


(10)

Tabel 22 Pemilihan Musik Pendukung ... 82

Tabel 23 Kejelasan Pesan ... 83

Tabel 24 Lama Menonton “Tukar Nasib” ... 84

Tabel 25 Persepsi Terhadap Acara “Tukar Nasib” ... 85

Tabel 26 Makna Tersirat ... 87

Tabel 27 Makna Tersurat... 88

Tabel 28 Menggugah Emosi/Perasaan ... 89

Tabel 29 Perasaan Ketika Menyaksikan Acara “Tukar Nasib” ... 90

Tabel 30 Tanggapan terhadap pandangan tentang acara “Tukar Nasib”... 93

Tabel 31 “Tukar Nasib” Meningkatkan Kepedulian Sosial ... 96

Tabel 32 “Tukar Nasib” Acara Bermanfaat ... 97


(11)

DAFTAR BAGAN

Model Teoritis ... 17 Struktur Organisasi Kelurahan Cinta Damai Kecamatan Medan Helvetia ... 60


(12)

ABSTRAKSI

Skripsi ini berjudul Persepsi Masyarakat terhadap acara reality show “Tukar Nasib” di SCTV (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Masyarakat Perumahan Bumi Asri terhadap acara reality show “Tukar Nasib” di SCTV). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi masyarakat Perumahan Bumi Asri Medan terhadap acara reality show “Tukar Nasib”yang disiarkan di SCTV.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah dengan menggambarkan atau melukiskan subjek atau objek penelitian berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya. Adapun teori-teori yang dianggap relevan dengan penelitian ini adalah teori media massa, SOR, dan teori persepsi. Perancangan alat ukur adalah kuesioner, yaitu setiap responden diberikan angket yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang dijawab dengan cara memilih. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 3.378 orang. Untuk menghitung jumlah sampel dari data populasi yang ada digunakan rumus Taro Yamane dengan presisi 10% dan tingkat kepercayaan 90%, sehingga jumlah sampel yang diperoleh sebanyak 97 orang.

Langkah-langkah dalam pengambilan sampel menggunakan purposive sampling serta accidental sampling. Lalu peneliti melakukan pengumpulan data dilapangan dan studi kepustakaan. Data yang diperoleh dari hasil penelitian dianalisa dengan menggunakan analisa tabel tunggal melalui SPSS (Statistical Product Service Solution) 15.00.

Hasil penelitian menunjukkan gambaran bahwa mayoritas masyarakat Perumahan Bumi Asri Medan memberikan tanggapan bahwa acara reality show “Tukar Nasib” ini belum dapat dikatakan sebagai acara yang mendidik dan tidak bermanfaat. Masyarakat menanggapi keberadaan acara ini semata mengeksploitasi kemiskinan dengan tidak adanya solusi bagi kemiskinan itu sendiri. Dalam penelitian ini juga dapat dilihat pembentukan persepsi masyarakat bahwa untuk mensyukuri yang kita miliki bukan berarti harus menertawakan nasib orang lain.


(13)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Pesatnya perkembangan industri pertelevisian dewasa ini, membuat persaingan antara media massa televisi tidak terelakkan lagi. Tingginya persaingan itulah yang membuat mereka takut kehilangan pemirsa setianya, sehingga mendorong setiap stasiun televisi untuk mampu mempertahankan eksistensinya dengan memproduksi acara-acara baru, lebih menarik, cepat, tetapi tetap tidak lepas dari keinginan pasar. Dengan kenyataan ini, televisi tumbuh menjadi sebuah industri yang memperoleh keuntungan dari aktifitas “jual beli” informasi dan hiburan.

Sebagai media audio visual, televisi dinilai sebagai media yang paling berhasil dalam menyebarkan informasi dan disampaikan dalam kemasan yang lebih menarik dan menyenangkan pemirsa dibandingkan dengan media komunikasi lainnya, seperti media cetak dan radio. Oleh karena itu, televisi dalam kehidupan manusia dipandang mampu menghadirkan sebuah peradaban, khususnya dalam proses komunikasi dan informasi yang bersifat massa. Globalisasi informasi dan komunikasi setiap media massa menghadirkan suatu efek sosial yang berisi perubahan nilai-nilai sosial dan budaya manusia, dikarenakan kekuatan audiovisual televisi yang mampu menyentuh secara langsung segi-segi kejiwaan manusia. Dan fenomena inilah yang akhirnya dibaca oleh para kreator program televisi untuk menciptakan suatu program yang memiliki kedekatan dengan kehidupan manusia dan dapat menyentuh langsung


(14)

hati pemirsanya, sehingga muncullah acara realita atau lebih dikenal dengan “reality show”.

Reality show adalah jenis program acara televisi dimana

pendokumentasiannya berlangsung tanpa dilengkapi skenario dan menggunakan pemain dari khalayak umum biasa. Berbagai tema yang biasa diangkat dalam reality show diantaranya permasalahan sosial, kompetisi, kemanusiaan, pencarian bakat, mengekspose kehidupan sehari-hari, percintaan, bahkan menjahili orang (www.wikipedia.com).

Geliat reality show di Indonesia muncul ketika disiarkannya sebuah program yang bertema cinta yang diberi nama “Katakan Cinta”. “Katakan Cinta” adalah reality show pertama di Indonesia yang disiarkan sejak 19 Januari 2003 di RCTI setiap hari Minggu pukul 16.30 WIB. Menurut data rating AC Nielsen yang kini telah berganti nama menjadi AGB Nielsen, “Katakan Cinta” adalah program reality show dengan shared audience mencapai 25% dari seluruh pemirsa televisi yang menyaksikan seluruh acara televisi pada jam siarnya. Selain itu, “Katakan Cinta” terpilih sebagai reality show terfavorit dalam ajang Panasonic Awards 2003, dan nominator reality show terfavorit Panasonic Awards 2004.

Kesuksesan RCTI menyiarkan “Katakan Cinta” menggugah stasiun televisi lain untuk membuat acara reality show serupa sebagai pesaing. Reality show dengan tema percintaan menjadi semakin booming, seperti SCTV dengan Playboy Kabel, Kontak Jodoh, dan Harap-harap Cemas (H2C), Pacar Usil, Cinta Lama Bersemi Kembali (CLBK), Cinta Lokasi, Masihkah Kau Mencintaiku, dan masih banyak lainnya. Lalu ketika reality show bergerak dari tema percintaan maka TPI muncul dengan program Uka-Uka, Trans TV dengan Dunia Lain,


(15)

Ekspedisi Alam Gaib, Indosiar yang mengusung Tantangan, Kontes Pencarian Bakat yang diberi nama AFI yang mengadopsi La Academica dari Meksiko, sehingga menginspirasi munculnya Indonesian Idol oleh RCTI yang juga turut mengadopsi American Idol., Anteve yang menayangkan aksi para artis untuk membantu kesulitan seseorang yang diberi nama Selebriti Jam, bahkan Metro TV tidak ketinggalan dengan menayangkan The Scholar Indonesia.

Namun ternyata daya kreatif para kreator televisi tidak terhenti pada lingkup tema-tema tersebut, hingga muncullah reality show bertema sosial dengan mengangkat sesuatu yang berbau kemiskinan dan privaci. Trans Tv dengan Termehek-Mehek, Orang Ketiga, Jika Aku Menjadi. RCTI dengan program Bedah Rumah, Uang Kaget, Rezeki Nomplok, Nikah Gratis, Mata-Mata dan di akhir periode ini SCTV juga kembali memunculkan program terbarunya Tukar Nasib.

“Tukar Nasib”, adalah reality show yang mengangkat tema tentang pertukaran nasib antara keluarga kaya dan keluarga miskin, yang ditayangkan setiap Sabtu dan Minggu pada pukul 16.00 s/d 17.00 dengan durasi 60 menit. Pertukaran nasib ini dilaksanakan selama tiga hari lamanya, dengan mencakup rumah tinggal, seluruh fasilitas, gaya hidup dan juga pekerjaan. Dalam setiap episode pemutarannya, keluarga kaya ditugaskan melakukan tiga pekerjaan utama yang sehari-hari dilakukan oleh keluarga miskin, juga sebaliknya.

Menurut situs resmi SCTV, acara tersebut hadir untuk melebur jurang pemisah antara kekayaan dan kemiskinan, karena selama ini kaya dan miskin bagaikan dua kutub yang saling bertolak belakang. Jurang pemisah itu semakin terlihat ketika keluarga kaya hidup mapan dengan segala fasilitas yang tersedia,


(16)

sedangkan keluarga miskin harus bekerja keras demi sesuap nasi. Lalu muncul ide, bagaimana bila keluarga miskin mencicipi kemewahan dan berleha-leha seperti keluarga kaya, lalu bagaimana pula rasanya keluarga kaya hidup dalam keterbatasan ekonomi (Suara Merdeka edisi Minggu, 26 April 2009).

Dalam setiap episode penyiarannya, reality show “Tukar Nasib” ini memiliki sebuah misi yang harus diwujudkan. Landung Y. Saptoto produser “Tukar Nasib” mengatakan misi berhasil ketika keluarga kaya telah mampu mensyukuri segala kelebihan yang mereka miliki jika dibandingkan dengan keluarga miskin, serta keluarga miskin juga tetap bersyukur dengan kehidupan mereka dan bertekad akan bekerja lebih keras untuk dapat menikmati kehidupan seperti keluarga kaya.

Seiring dengan penyiarannya, reality show ini memperoleh tanggapan yang berbeda-beda dari khalayak pemirsa. Tanggapan tersebut diekspresikan dalam bentuk persepsi. Pesan moral yang mulia yang disampaikan kepada pemirsa dalam acara ini, juga diimbangi oleh tanggapan masyarakat bahwa disisi lain dengan alih-alih kemanusiaan, acara sejenis ini telah menjadi lahan empuk bagi para kreator televisi dalam mengeksploitasi kemiskinan dikarenakan tingginya rating yang sangat menjanjikan dalam menghasilkan keuntungan, khususnya bagi produsen.

Ditambahkan dengan pernyataan Head of Corporate Affairs SCTV Budi Darmawan dalam wawancaranya yang mengatakan bahwa ”Pertunjukan ini adalah gabungan drama, komedi, dan satire dari kesenjangan budaya,”, dan itu tampak jelas dalam berbagai adegan. Selalu muncul keluarga kaya kerepotan hidup dengan kemewahan minus dan juga kegaguan, kecanggungan, dan wajah


(17)

bengong keluarga miskin ketika melihat dan menggunakan fasilitas mewah sangat mewarnai reality show ini. Bagaimanapun juga visualisasi yang ekspresif sangat diperkuat dalam acara ini.

Menu atau hidangan yang ada layaknya reality show seolah makanan, sejauh masyarakat suka dengan mengunyah, lalu menelannya, produksi akan dibuat secara massal. Maka tak jarang warna yang dibangun di setiap stasiun televisi menjadi sama dan seragam karena di campur dalam satu tempat dengan satu tema dan satu tujuan yang sama yakni pasar.

Peneliti tertarik menjadikan masyarakat Perumahan Bumi Asri yang berada pada tingkat ekonomi menengah keatas sebagai objek penelitian dikarenakan persepsi yang dapat dibangun akan lebih bervariasi, dibandingkan masyarakat yang berada pada tingkat ekonomi lemah. Keberadaan ekonomi mereka yang lemah, dengan sangat mudah akan membangun sifat sensitif mereka karena merasa telah dijadikan objek oleh para produsen dalam menciptakan acara televisi yang mengandalkan keuntungan pasar. Reality show yang ada selama ini juga mayoritas menggunakan masyarakat miskin sebagai pesertanya. Namun dalam acara reality show ”Tukar Nasib” ini, masyarakat dari kalangan menengah keatas juga diikutsertakan. Sehingga peneliti juga tertarik untuk mengetahui tingkat kesediaan mereka untuk menjadi peserta dalam acara reality show ini.

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk meneliti Persepsi Masyarakat Perumahan Bumi Asri Medan terhadap Acara reality show “Tukar Nasib” di SCTV.


(18)

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah diuraikan diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

”Bagaimanakah persepsi masyarakat Perumahan Bumi Asri Medan terhadap acara reality show ”Tukar Nasib”di SCTV?”

1.3. Pembatasan Masalah

Agar ruang lingkup penelitian tidak terlalu luas dan menjadikannya lebih khusus maka perlu adanya pembatasan masalah. Adapun pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Subjek penelitian ini adalah acara reality show ”Tukar Nasib”, yang ditayangkan di SCTV setiap Sabtu dan Minggu pada pukul 16.00-17.00 WIB.

2. Objek penelitian ini adalah masyarakat Perumahan Bumi Asri, Kelurahan Cinta Damai, Lingkungan 8, Kecamatan Medan Helvetia.

3. Penelitian ini terbatas pada persepsi masyarakat terhadap acara reality show ”Tukar Nasib” di SCTV, yang akan dilihat melalui perangkat teori S-O-R.


(19)

1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.4.1 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah :

1. Untuk menemukan tingkat ketertarikan masyarakat Perumahan Bumi Asri Medan menonton acara reality show “Tukar Nasib” di SCTV

2. Untuk menemukan frekwensi masyarakat Perumahan Bumi Asri Medan menonton acara reality show “Tukar Nasib” di SCTV

3. Untuk mengetahui persepsi masyarakat Perumahan Bumi Asri Medan terhadap acara reality show “Tukar Nasib” di SCTV

1.4.2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dalam penelitian ini adalah :

a. Secara Teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memperluas pengetahuan peneliti dibidang Ilmu Komunikasi, khususnya Bidang Jurnalistik

b. Secara Akademis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi positif dan memperkaya bahan penelitian dan sumber bacaan di lingkungan FISIP USU, khususnya di departemen Ilmu Komunikasi.

c. Secara Praktis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan kepada pihak-pihak yang membutuhkan pengetahuan berkenaan dengan penelitian ini.


(20)

1

1..55..KKerangka Teori

Sebelum melakukan penelitian, peneliti harus menyusun kerangka teori. Kerlinger menyebutkan teori adalah himpunan konstruk (konsep), defenisi, dan proposisi yang mengemukakan pandangan sistematis tentang gejala dengan menjabarkan relasi diantara variabel untuk menjelaskan dan meramalkan gejala tersebut (Rakhmat, 2004:6).

Setiap penelitian memerlukan kejelasan titik tolak atau landasan berfikir dalam memecahkan atau menyoroti masalahnya. Untuk itu perlu disusun kerangka teori yang merupakan landasan berfikir untuk menggambarkan dari sudut mana peneliti melihat masalah yang akan diteliti (Nawawi, 1995:39).

Dalam penelitian ini, teori-teori yang dianggap relevan adalah : 1.5.1. Komunikasi dan Komunikasi Massa

Secara etimologis, komunikasi berasal dari bahasa latin, “Communicatio”. Istilah ini bersumber dari perkataan “Communis” yang berarti sama. Sama yang dimaksud adalah sama makna atau sama arti. Jadi komunikasi terjadi apabila terdapat kesamaan makna mengenai suatu pesan yang disampaikan oleh komunikator dan diterima oleh komunikan (Effendy, 2003 :30). Dari hal tersebut dapat diartikan jika tidak terjadi kesamaan makna antara komunikator dan komunikan, maka komunikasi tidak akan terjadi.

Lasswell menerangkan bahwa cara terbaik untuk menerangkan komunikasi adalah dengan menjawab pertanyaan : Who Say What In Which Channel To Whom With What Effect. Jadi, jika dipilah-pilah akan terdapat lima unsur atau komponen di dalam komunikasi, yaitu Siapa yang mengatakan ; Apa yang dikatakan ; Media apa yang digunakan ; Kepada siapa pesan disampaikan ; dan dengan efek apa.


(21)

Jawaban bagi pertanyaan paradigmatik Lasswell merupakan unsur-unsur proses komunikasi meliputi komunikator, pesan, media, komunikan dan efek (Effendy, 2003:253).

Komunikasi massa (mass communication) adalah komunikasi yang menggunakan media massa baik cetak (surat kabar, majalah) atau elektronik (radio, televisi) yang dikelola oleh suatu lembaga atau orang yang tersebar yang dilembagakan, yang ditujukan kepada sejumlah besar orang yang tersebar di banyak tempat, anonim, dan heterogen. Pesan-pesannya bersifat umum, disampaikan secara cepat, serentak, selintas, khususnya media elektronik (Mulyana, 2002 :75).

Komunikasi massa juga dapat diartikan sebagai proses komunikasi yang berlangsung dimana pesannya dikirim dari sumber yang melembaga kepada khalayak yang sifatnya massal melalui alat-alat yang bersifat mekanis seperti radio, televisi, dan film (Cangara, 2006:36). Pengertian komunikasi massa terutama dipengaruhi oleh kemampuan media massa untuk membuat produksi massal dan untuk menjangkau khalayak dalam jumlah besar. Disamping itu ada pula makna lain yang dianggap makna asli dari kata massa, yakni suatu makna yang mengacu pada kolektifitas tanpa bentuk yang komponen-komponennya sulit dibedakan satu sama lain. Kamus Bahasa Inggris ringkas memberikan defenisi “massa” sebagai suatu kumpulan orang banyak yang tidak mengenal keberadaan individualitas. Defenisi ini hampir manyerupai pengertian massa yang digunakan oleh para ahli sosiologi khususnya bila dipakai dalam kaitannnya dengan khalayak media.


(22)

1.5.2. Media Massa Televisi

Dalam bahasa Inggris, televisi disebut dengan television. Istilah “television” berasal dari perkataan Yunani : Tele artinya far, off, jauh. Ditambah dengan : Vision yang berasal dari bahasa Latin, yang artinya to see, melihat. Jadi artinya secara harfiah, melihat jauh.

Penemuan Televisi telah melalui berbagai percobaan yang dilakukan oleh berbagai ilmuan akhir abad ke 19 dengan dasar penelitian yang dilakukan oleh James Clark Maxwell dan Henrich Hertz. Televisi sebagai pesawat transmisi dimulai pada tahun 1925 dengan menggunakan metode mekanikal dari Jenkins.

Televisi adalah salah satu bentuk media massa yang selain mempunyai daya tarik yang kuat disebabkan adanya unsur kata-kata, musik dan sound effect, juga memiliki keunggulan lain yaitu unsur visual berupa gambar hidup yang dapat menimbulkan kesan mendalam bagi pemirsanya. Dalam usaha untuk mempengaruhi khalayak dengan menggugah emosi dan pikiran pemirsanya, televisi lebih mempunyai kemampuan menonjol dibanding media massa lainnya (Atmowiloto, 1996:6).

Menurut Prof. Dr. R. Mar’at acara televisi pada umumnya mempengaruhi sikap, persepsi, perilaku, pandangan dan perasaan para penonton, dan ini adalah hal yang wajar. Jadi jika ada hal-hal yang menyebabkan penonton terharu, terpesona, atau latah bukanlah sesuatu yang istimewa, sebab salah satu pengaruh psikologi dalam televisi adalah seakan-akan menghipnotis penonton, sehingga penonton tersebut dihanyutkan dalam suasana pertunjukan televisi (Efendy 2004 :122).


(23)

Mengutip pernyataan Drs. Jalaluddin Rakhmat M.Sc, berdasarkan uraian diatas, juga dapat disimpulkan bahwa pesan komunikasi atau stimulus yang disampaikan melalui media massa televisi akan mendapatkan berbagai tanggapan individu-individu. Artinya, walaupun peristiwanya sama, orang akan menanggapi berbeda-beda sesuai dengan keadaan dirinya (Darwanto, 2007:60)

Semua ini tentu saja menekankan unsur isi pesan yang komunikatif agar pemirsa dapat menyerap makna pesan secara tepat, yakni mengedepankan lima sifat dari media massa televisi tersebut, yakni: Publisitas, Perioditas, Universalitas, Aktualitas, dan Kontinuitas (Kuswandi, 1996:18).

1.5.3. SOR

S-O-R adalah singkatan dari Stimulus-Organism-Response. Menurut teori ini, organisme menghasilkan perilaku tertentu jika ada kondisi stimulus tertentu. Maksudnya, keadaan internal organisme befungsi menghasilkan respon tertentu jika ada kondisi stimulus tertentu juga. Prinsip ini adalah prinsip belajar yang sederhana dimana efek merupakan reaksi terhadap stimulus tersebut.

Prof. Dr. Mar’at (Effendy, 2003:255), dalam bukunya “Sikap Manusia, Perubahan, Serta Pengukurannya” mengutip pendapat Hovland, Janis, dan Kelley yang menyatakan bahwa dalam menelaah sikap baru ada tiga variabel penting, yaitu:

a. Perhatian b. Pengertian c. Penerimaan


(24)

Berdasarkan uraian diatas, maka proses komunikasi dalam teori SOR ini dapat digambarkan sebagai berikut :

Menurut teori ini, efek yang ditimbulkan adalah reaksi khusus terhadap stimulus khusus, sehingga seseorang dapat mengharapkan dan memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan. Jadi unsur-unsur dalam model ini adalah (Effendi, 2003: 254-255) :

a. Stimulus – S (Pesan) yang dimaksud adalah acara reality show “Tukar Nasib” di SCTV

b. Organism – O (Komunikan) yang dimaksud adalah khalayak pemirsa,

yakni masyarakat Perumahan Bumi Asri Medan

c. Response – R (Efek) yang berupa persepsi masyarakat Perumahan

Bumi Asri Medan terhadap acara reality show “Tukar Nasib” di SCTV

1.5.4. Persepsi

Menurut beberapa ahli, seperti yang diungkapkan oleh Desiderato yang dikutip oleh Rahkmat dalam buku Psikologi Komunikasi menyatakan bahwa persepsi adalah pengalaman tentang hubungan-hubungan yang diperoleh dengan

Stimulus (S)

Organism (O):  Perhatian  Pengertian

 Penerimaan

Response (R)


(25)

menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Selain itu, persepsi memberikan makna pada stimuli inderawi yang melibatkan sensasi, atensi, ekspetasi, motivasi, dan memori (Rahkmat, 2005 :51).

Persepsi, seperti juga sensasi ditentukan oleh beberapa faktor seperti faktor fungsional maupun faktor struktural. Para ahli mengatakan bahwa pengaruh suasana emosional terhadap persepsi, secara hipnotis diciptakan oleh tiga macam suasana emosional yaitu suasana bahagia, suasana kritis dan suasana gelisah. Ekspresi mengenal orang lain merupakan studi awal tentang persepsi. Darwin mendorong munculnya permasalahan persepsi dengan pernyataan, “Apa ciri-ciri keputusan yang baik tentang orang lain?”.

Secara etimologi, persepsi atau dalam Bahasa Inggris perception berasal dari bahasa Latin perceptio; dari percipere, yang artinya menerima atau mengambil.

Persepsi (perception) dalam arti sempit ialah penglihatan, bagaimana cara seseorang melihat sesuatu; sedangkan dalam arti luas ialah pandangan atau pengertian, yaitu bagaimana seseorang memandang atau mengartikan sesuatu. Menurut DeVito (1997:75), persepsi adalah proses ketika kita menjadi sadar akan banyaknya stimulus yang mempengaruhi indera kita.

Dalam perspektif ilmu komunikasi, persepsi bisa dikatakan sebagai inti komunikasi, sedangkan penafsiran (interpretasi) adalah inti persepsi, yang identik dengan penyandian balik (decoding) dalam proses komunikasi. Hal ini tampak jelas pada defenisi John R. Wenburg dan Willian W. Wilmot: “persepsi dapat didefenisikan sebagai cara organisme memberi makna”, atau defenisi Rudolph F.


(26)

Verderber: “Persepsi adalah proses menafsirkan informasi inderawi” (Mulyana, 2005:167).

Persepsi disebut inti komunikasi, karena jika persepsi kita tidak akurat, kita tidak mungkin berkomunikasi dengan efektif. Persepsilah yang menentukan kita memilih suatu pesan dan mengabaikan pesan yang lain. Semakin tinggi derajat kesamaan persepsi antar individu, semakin mudah dan semakin sering mereka berkomunikasi, dan sebagai konsekuensinya semakin cenderung membentuk kelompok budaya atau kelompok identitas (Mulyana, 2005:167-168).

PROSES PERSEPSI

Salah satu pandangan yang dianut secara luas menyatakan bahwa psikologi sebagai telaah ilmiah, berhubungan dengan unsur dan proses yang merupakan perantara ransangan diluar organisme dengan tanggapan fisik organisme yang dapat diamati terhadap ransangan. Menurut rumusan ini, yang dikenal dengan teori ransangan-tanggapan (stimulus-respons/SR), persepsi merupakan bagian dari keseluruhan proses yang menghasilkan tanggapan setelah ransangan diterapkan kepada manusia. Subproses psikologis adalah pengenalan, perasaan, dan penalaran.

Seperti dinyatakan pada bagan berikut, persepsi dan kognisi diperlukan dalam semua kegiatan psikologis. Bahkan diperlukan bagi orang yang paling sedikit terpengaruh atau sadar akan adanya ransangan menerima dan dengan cara menahan dampak dari ransangan. Persepsi, pengenalan, penalaran, dan perasaan disebut sebagai variabel psikologis yang muncul diantara ransangan dan tanggapan.


(27)

Penalaran

Ransangan Persepsi Pengenalan Tanggapan

Perasaan Variabel Psikologis Antara Ransangan dan Tanggapan

1.6. Kerangka Konsep

Kerangka adalah hasil pemikiran yang rasional, merupakan uraian yang bersifat kritis dan memperkirakan kemungkinan hasil penelitian yang dicapai dan dapat mengantarkan penelitian pada rumusan hipotesis (Nawawi, 1995:40).

Konsep adalah penggambaran secara tepat fenomena yang hendak diteliti yakni istilah dan defenisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak kejadian, keadaan, kelompok atau individu, yang menjadi pusat perhatian ilmu pengetahuan sosial (Singarimbun, 1995:57).

Jadi kerangka konsep adalah hasil pemikiran yang rasional dalam menguraikan rumusan hipotesis, yang merupakan jawaban sementara dari masalah yang diuji kebenarannya. Agar konsep-konsep dapat diteliti secara empiris, maka harus dioperasionalkan dengan mengubahnya menjadi variabel.

Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Variabel Bebas atau Independent Variabel (X)

Variabel Bebas adalah variabel yang mengandung gejala / faktor / unsur yang menentukan atau mempengaruhi munculnya variabel kedua yang disebut variabel terikat (Y) (Nawawi, 1995:57).


(28)

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah acara reality show ‘Tukar Nasib” di SCTV.

2. Variabel Terikat atau Dependent Variabel (Y)

Variabel terikat adalah sejumlah gejala yang muncul dipengaruhi variabel bebas (X) dan bukan karena adanya variabel lain (Nawawi, 1995:57).

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah persepsi masyarakat Perumahan Bumi Asri Medan

3. Variabel Antara atau Intervening Variabel (Z)

Variabel antara adalah variabel yang menjembatani atau yang menghubungkan antara variabel bebas dan variabel terikat. Variabel intervening ini mempengaruhi hubungan langsung antara variabel independent dan variabel dependent, sehingga terjadi hubungan yang tidak langsung (Husein umar, 2002:61).

Variabel antara dalam penelitian ini adalah karakteristik responden.

1.7. Model Teoritis

Variabel Bebas(X) Acara reality show

“Tukar Nasib”

Variabel Terikat(Y) Persepsi Masyarakat


(29)

1.8. Variabel Operasional

Berdasarkan kerangka teori dan kerangka konsep yang telah diuraikan di atas, agar kerangka konsep yang telah disusun dapat diteliti dengan rinci, maka diperlukan suatu operasional variabel-variabel yaitu sebagai berikut :

Tabel 1

Variabel Operasional

Variabel Teoritis Variabel Operasional

1. Variabel Bebas (X) Acara reality show “Tukar Nasib” di SCTV

 Frekwensi Menonton  Waktu Penyiaran

- Jam Siar

- Durasi Penyiaran - Frekwensi Penyiaran  Isi Acara

- Tema Acara - Alur Cerita - Peserta

- Gaya/Bahasa Tubuh - Musik Pendukung  Kejelasan Makna 2. Variabel Terikat (Y)

Persepsi Masyarakat

 Pengenalan  Penalaran  Perasaan  Tanggapan 3. Variabel Antara (Z)

Karakteristik Responden

 Usia

 Jenis Kelamin  Pendidikan  Pekerjaan


(30)

1.9. Defenisi Variabel Operasional

Defenisi variabel operasional merupakan penjabaran lebih lanjut tentang konsep yang telah dikelompokkan dalam kerangka konsep. Maka variabel yang terdapat dalam penelitian ini perlu didefenisikan sebagai berikut :

1. Variabel bebas (Acara Reality show”Tukar Nasib” di SCTV) yang terdiri dari: a. Frekwensi Menonton, yakni frekwensi pemirsa dalam menonton acara

reality show “Tukar Nasib” di SCTV setiap minggunya. b. Waktu Penyiaran

- Jam Siar, yakni jam penyiaran reality show “Tukar Nasib” di SCTV setiap episodenya, yakni pada pukul 16.00 s/d 17.00 WIB.

- Durasi penyiaran, yakni waktu penyiaran reality show “Tukar Nasib” di SCTV setiap episodenya, yakni 1 jam. - Frekwensi penyiaran, yakni frekwensi penyiaran reality show

“Tukar Nasib” di SCTV setiap minggunya, yakni 2x dalam seminggu

c. Isi acara

- Tema acara, yakni materi acara yang dihadirkan dalam reality show “Tukar Nasib”

- Alur cerita, yakni rangkaian cerita yang ditampilkan dalam pertukaran nasib tersebut

- Peserta/pemain, yakni keluarga yang menjadi para pelaku acara reality show “Tukar Nasib”


(31)

- Gaya/Bahasa tubuh, yakni gaya dan bahasa tubuh para pelaku acara reality show “Tukar Nasib” ketika melakukan perannya

- Musik pendukung, yakni yakni musik/lagu yang digunakan sebagai musik /lagu pembuka, mengiringi pergantian adegan serta menutup acara.

d. Kejelasan makna, yakni kejelasan makna tersurat dan tersirat dalam setiap episode penyiaran reality show “Tukar Nasib”.

2. Variabel terikat (Persepsi Masyarakat) yang terdiri dari :

a. Pengenalan, yakni pengenalan masyarakat terhadap acara reality show “Tukar Nasib” yang disiarkan di SCTV

b. Penalaran, yakni proses berfikir oleh masyarakat yang menuju pada penarikan kesimpulan

c. Perasaan, yakni pengakuan diri terhadap kesamaan rasa

d. Tanggapan, yakni pandangan yang diberikan oleh masyarakat terhadap acara reality show “Tukar Nasib”

3. Variabel Antara (Karakteristik Responden ) yang terdiri dari :

a. Usia, yakni banyaknya usia yang dimiliki oleh para responden b. Jenis Kelamin, yakni pria dan wanita

c. Pendidikan, yakni pendidikan terakhir yang dimiliki oleh para responden


(32)

BAB II

URAIAN TEORITIS

II. 1. Komunikasi dan Komunikasi Massa II. 1. 1. Komunikasi

II. 1. 1. 1. Pengertian Komunikasi

Komunikasi adalah inti semua hubungan sosial, apabila orang telah mengadakan hubungan yang tetap, maka sistem komunikasi yang mereka lakukan akan menentukan apakah sistem tersebut dapat mempererat atau mempersatukan mereka, mengurangi ketegangan atau melenyapkan persengketaan apabila muncul. Manusia sebagai makhluk individu maupun makhluk sosial mampunyai dorongan ingin tahu, ingin maju dan berkembang, maka salah satu sarananya adalah komunikasi. Karenanya, komunikasi merupakan kebutuhan yang mutlak bagi kehidupan manusia (Widjaja, 2002:4)

Secara etimologi (bahasa), kata “komunikasi” berasal dari Bahasa Inggris “communication” yang mempunyai akar kata dari Bahasa Latin “comunicare”. Kata “comunicare” sendiri mempunyai 3 (tiga) kemungkinan arti :

1. “to make common” atau membuat sesuatu menjadi umum

2. “cum+munus” berarti saling memberi sesuatu sebagai hadiah

3. “cum+munire” yaitu membangun pertahanan bersama

Sedangkan secara epistemologis (istilah), terdapat ratusan uraian eksplisit (nyata) dan implisit (tersembunyi). Diantara ratusan defenisi tersebut, salah satu defenisi komunikasi adalah proses atau tindakan menyampaikan pesan (message) dari pengirim (sender) ke penerima (receiver), melalui satu medium (channel)


(33)

yang biasanya mengalami gangguan (noise). Dalam defenisi ini, komunikasi haruslah bersifat intentional (disengaja) serta membawa perubahan (Mufid, 2005:1-2).

Raymond S. Ross, mendefinisikan komunikasi sebagai suatu proses menyortir, memilih dan mengirimkan simbol-simbol sedemikian rupa, sehingga membantu pendengar membangkitkan makna atau respons dari pikiran yang serupa dengan yang dimaksudkan oleh sang komunikator (Wiryanto, 2000:6).

Sedangkan defenisi lain menyebutkan bahwa komunikasi adalah suatu transaksi, proses simbolik yang menghendaki orang-orang yang mengatur lingkungannya dengan (1) membangun hubungan antar sesama manusia (2) melalui pertukaran informasi (3) untuk menguatkan sikap dan tingkah laku orang lain (4) serta berusaha mengubah sikap dan tingkah laku itu (Cangara, 2006:18).

II. 1. 1. 2. Unsur-Unsur Komunikasi

Dari pengertian komunikasi sebagaimana diuraikan diatas, tampak adanya sejumlah komponen dan unsur yang dicakup dan merupakan persyaratan terjadinya komunikasi. Dalam bahasa komunikasi komponen atau unsur adalah sebagai berikut (Widjaja, 2002;11-20):

a). Sumber (source)

Sumber adalah dasar yang digunakan di dalam penyampaian pesan, yang digunakan dalam rangka memperkuat pesan itu sendiri. Sumber dapat berupa orang, lembaga, buku, dan sejenisnya. Dalam hal sumber ini yang perlu kita perhatikan kredibilitas terhadap sumber (kepercayaan) baru, lama, sementara dan


(34)

lain sebagainya. Apabila kita salah dalam mengambil sumber maka kemungkinan komunikasi yang kita lancarkan akan berakibat lain dari yang kita harapkan.

b). Komunikator

Komunikator dapat berupa individu yang sedang berbicara, menulis, kelompok orang, organisasi komunikasi seperti surat kabar, radio, televisi, film dan sebagainya. Dalam komunikator menyampaikan pesan kadang-kadang komunikator dapat menjadi komunikan, dan sebaliknya komunikan menjadi komunikator. Syarat-syarat yang perlu diperhatikan oleh seorang komunikator adalah memiliki kredibilitas yang tinggi bagi komunikasinya, keterampilan berkomunikasi, mempunyai pengetahuan yang luas, sikap dan memiliki daya tarik dalam arti ia memiliki kemampuan untuk melakukan perubahan sikap/penambahan pengetahuan bagi/pada diri komunikan.

c). Pesan

Pesan adalah keseluruhan daripada apa yang disampaikan oleh komunikator. Pesan seharusnya mempunyai inti pesan (tema) sebagai pengarah di dalam usaha mencoba mengubah sikap dan tingkah laku komunikan. Pesan dapat disampaikan secara panjang lebar, namun yang perlu diperhatikan dan diarahkan kepada tujuan akhir dari komunikasinya.

d). Saluran (channel)

Saluran komunikasi selalu menyampaikan pesan yang dapat diterima melalui panca indera atau menggunakan media. Pada dasarnya komunikasi yang sering dilakukan dapat berlangsung menurut 2 saluran yaitu saluran formal atau yang bersifat resmi yang mengikuti garis wewenang dari suatu organisasi dan


(35)

saluran informal atau yang bersifat tidak resmi berupa desas-desus, kabar angin atau kabar burung.

e). Komunikan

Komunikan atau penerima pesan dapat digolongkan dalam 3 jenis yaitu persona (komunikasi yang ditujukan kepada sasaran yang tunggal), kelompok (komunikasi yang ditujukan kepada kelompok tertentu), massa (komunikasi yang ditujukan kepada massa atau komunikasi yang menggunakan media. Massa disini adalah kumpulan orang-orang yang hubungan antar sosialnya tidak jelas dan tidak mempunyai struktur tertentu). Komunikasi akan berjalan baik dan berhasil jika pesan yang disampaikan sesuai dengan rangka pengetahuan dan lingkup pengalaman komunikan.

f). Hasil (effect)

Effect adalah hasil akhir dari sebuah proses komunikasi, yakni sikap dan tingkah laku orang, sesuai atau tidak sesuai dengan yang kita inginkan. Jika sikap dan tingkah laku orang lain itu sesuai, maka komunikasi berhasil, demikian juga sebaliknya.

II. 1. 1. 3. Tujuan dan Fungsi Komunikasi Tujuan komunikasi (Effendy, 2002 :55) yaitu : a. Mengubah sikap (to change the attitude)

b. Mengubah opini/pendapat/pandangan (to change the opinion) c. Mengubah perilaku (to change the behavior)


(36)

Sedangkan fungsi komunikasi (Effendy, 2002 :55) yaitu : a. Menginformasikan (to inform)

b. Mendidik (to educate) c. Menghibur (to entertain) d. Mempengaruhi (to influence)

II. 1. 1. 4. Tatanan Komunikasi

Tatanan komunikasi adalah proses komunikasi ditinjau dri segi jumlah komunikan, berdasarkan situasi komunikan seperti itu, maka dapat diklasifikasikan menjadi bentuk sebagai berikut (Effendy, 2002 :54) :

a. Komunikasi pribadi (personal communication) yang terdiri dari komunikasi intra pribadi dan komunikasi antar pribadi, seperti tukar pikiran dan lain sebagainya

b. Komunikasi kelompok (group communication) yang terdiri dari komunikasi kelompok kecil (ceramah, simposium, diskusi, panel, seminar dan lain-lain) serta komunikasi kelompok besar

c. Komunikasi massa (mass communication) yang terdiri dari komunikasi media massa cetak/press seperti surat kabar dan majalah dan komunikasi media massa elektronik seperti radio, televisi dan lainnya.

II. 1. 1. 5. Dampak Komunikasi

Bagian terpenting dalam berkomunikasi adalah bagaimana caranya agar suatu pesan yang disampaikan komunikator itu menimbulkan dampak atau efek


(37)

tertentu pada komunikan. Dampak yang timbul dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

a. Dampak Kognitif adalah yang timbul dalam diri komunikan yang menyebabkan komunikan menjadi tahu atau meningkatnya intelektualitas b. Dampak Afektif adalah dampak yang timbul dalam diri komunikan bukan

hanya sekedar tahu tetapi tergerak hatinya yang menimbulkan suatu perasaan tertentu

c. Dampak Behavioral adalah yang timbul pada diri komunikan dalam bentuk perilaku, tindakan atau kegiatan.

II. 1. 2. Komunikasi Massa

II. 1. 2. 1. Pengertian Komunikasi Massa

Komunikasi massa merupakan suatu tipe komunikasi manusia (human communication) yang lahir bersamaan dengan mulai digunakannya alat-alat mekanik yang mampu melipatgandakan pesan-pesan komunikasi. Sebagian atau sejumlah besar dari peralatan mekanik itu dikenal sebagai alat-alat komunikasi atau lebih populer dengan nama media massa, yang meliputi semua (alat-alat) saluran, ketika narasumber (komunikator) mampu mencapai jumlah penerima (komunikan, audience) yang luas serta secara serentak dengan kecepatan yang sangat tinggi. Karena demikian eratnya penggunaan peralatan tersebut, maka komunikasi massa dapat diartikan sebagai jenis komunikasi yang menggunakan media massa untuk pesan-pesan yang disampaikan.

Komunikasi massa kita adopsi dari istilah Bahasa Inggris, mass communication, kependekan dari mass media communication (komunikasi media


(38)

massa). Artinya, komunikasi yang menggunakan media massa atau komunikasi yang “mass mediated”. Poll (1973) mendefenisikan komunikasi sebagai komunikasi yang berlangsung dalam situasi interposed ketika antara sumber dan penerima tidak terjadi kontak secara langsung, pesan-pesan komunikasi mengalir kepada penerima melalui saluran-saluran media massa seperti surat kabar, majalah, radio, film, atau televisi (Wiryanto, 2000:1-3).

Defenisi lain tentang komunikasi massa yang dikemukakan para ahli komunikasi tentang komunikasi massa, pada dasarnya komunikasi massa adalah komunikasi melalui media massa (media cetak dan elektronik). Sebab pada awal perkembangannya saja, komunikasi massa berasal dari pengembangan kata media of mass communication (media komunikasi massa). Media komunikasi yang termasuk komunikasi massa adalah radio siaran dan televisi sebagai media elektronik, surat kabar dan majalah sebagai media cetak. Salah satu defenisi komunikasi massa yang lebih rinci dikemukakan oleh Gerbner (1967) “Mass communication is the technologically and institutionally based production and distribution of the most broadly shared continuous flow of messages in industrial societies” (komunikasi massa adalah produksi dan distribusi yang berlandaskan teknologi dan lembaga dari arus pesan yang kontinyu serta paling luas dimiliki orang dalam masyarakat industri (Ardianto, 2004:3-4).

Defenisi komunikasi massa yang dikemukakan Wright nampaknya merupakan defenisi yang lengkap, yang dapat menggambarkan karakteristik komunikasi massa secara jelas. Menurut Wright bentuk baru komunikasi dapat dibedakan dari corak-corak yang lama karena memiliki karakteristik utama yaitu diarahkan pada khalayak relatif besar, heterogen dan anonim, pesan disampaikan


(39)

secara terbuka, seringkali dapat mencapai kebanyakan khalayak secara serentak, bersifat sekilas, komunikator cenderung berada atau bergerak dalam organisasi yang kompleks yang melibatkan biaya besar (Ardianto, 2004:5).

Menurut Little John, komunikasi massa adalah suatu proses dimana organisasi media memproduksi pesan-pesan dan mengirimkannya kepada publik. Melalui proses ini diharapkan sejumlah pesan yang dikirimkan akan digunakan dan dikonsumsi oleh audience (Nurudin, 2004:11).

Rakhmat merangkum defenisi-defenisi komunikasi tersebut menjadi: “komunikasi massa diartikan sebagai jenis komunikasi yang ditujukan kepada sejumlah khalayak yang tersebar, heterogen, dan anonim melalui media cetak atau elektronik sehingga pesan yang sama dapat diterima secara serentak dan sesaat (Ardianto, 2004:7).

II. 1.2.2. Karakteristik Komunikasi Massa

Kita sudah mengetahui bahwa defenisi-defenisi komunikasi massa itu secara prinsip mengandung suatu makna yang sama, bahkan antara satu defenisi dengan defenisi lainnya dianggap saling melengkapi. Melalui defenisi itu pula kita dapat mengetahui karakteristik komunikasi massa (Ardianto, 2004: 7-12), antara lain sbagai berikut :

a). Komunikator Terlembagakan

Ciri komunikasi massa yang pertama adalah komunikatornya. Kita sudah memahami bahwa komunikasi massa itu menggunakan media massa, baik media cetak ataupun elektronik. Apabila media komunikasi yang digunakan adalah


(40)

televisi, tentu akan banyak lagi melibatkan orang seperti juru kamera, juru lampu, pengarah acara, bagian make up, floor manager dan lain-lain.

b). Pesan Bersifat Umum

Komunikasi massa itu bersifat terbuka artinya komunikasi massa itu ditujukan untuk semua orang dan tidak ditujukan untuk sekelompok orang tertentu. Oleh karenanya, pesan komunikasi massa bersifat umum. Pesan komunikasi massa dapat berupa fakta, peristiwa atau opini. Namun tidak semua fakta dan peristiwa yang terjadi di sekeliling kita dapat dimuat dalam media massa. Pesan kounikasi massa yang dikemas dalam bentuk apapun harus memenuhi kriteria penting atau menarik, ataupun penting sekaligus menarik bagi sebagian besar komunikan.

c). Komunikannya Anonim dan Heterogen

Dalam komunikasi massa, komunikator tidak mengenal komunikan (anonim), karena komunikasinya menggunakan media dan tidak tatap muka. Disamping anonim, komunikasi massa adalah heterogen karena terdiri dari berbagai lapisan masyarakat yang berbeda, yang dapat dikelompokkan berdasarkan faktor usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, latar belakang budaya, agama, dan tingkat ekonomi.

d). Media massa Menimbulkan Keserempakan

Kelebihan komunikasi massa dibandingkan dengan komunikasi lainnya adalah jumlah sasaran khalayak atau komunikan yang dicapainya relatif banyak dan tidak terbatas. Bahkan lebih dari itu, komunikan yang banyak tersebut secara serempak pada waktu yang bersamaan memperoleh pesan yang sama juga. Effendy mengartikan keserempakan media massa itu adalah keserempakan kontak


(41)

dengan sejumlah besar penduduk dalam jarak yang jauh dari komunikator dan penduduk tersebut satu sama lainnya berada dalam keadaan terpisah.

e). Komunikasi Mengutamakan Isi daripada Hubungan

Setiap komunikasi melibatkan unsur isi dan unsur hubungan sekaligus. Pada komunikasi massa yang penting adalah unsur isi. Dalam komunikasi massa, pesan harus disusun sedemikian rupa berdasarkan sistem tertentu dan disesuaikan dengan karakteristik media massa yang digunakan.

f). Komunikasi Massa Bersifat Satu Arah

Secara singkat komunikasi massa itu adalah komunikasi dengan menggunakan atau melalui media massa. Karena melalui media massa maka komunikator dan komunikannya tidak perlu melakukan kontak langsung. Komunikator aktif menyampaikan pesan, komunikan pun aktif menerima pesan, namun diantara keduanya tidak dapat melakukan dialog sebagaimana halnya terjadi dalam komunikasi antarpersona. Dengan demikian, komunikasi massa itu bersifat satu arah.

g). Stimulasi Alat Indera Terbatas

Ciri komunikasi massa lainnya yang dapat dianggap salah satu kelemahannya adalah stimulasi alat indera yang “terbatas”. Dalam komunikasi massa, stimulasi alat indera bergantung pada jenis media massa. Pada surat kabar dan majalah, pembaca hanya melihat. Pada radio siaran dan rekaman auditif, khalayak hanya mendengar sedangkan pada media televisi dan film, kita menggunakan indra penglihatan dan pendengaran.


(42)

h). Umpan Balik Tertunda (Delayed)

Komponen umpan balik atau feedback merupakan faktor penting dalam bentuk komunikasi apapun. Efektivitas komunikasi seringkali dapat dilihat dari feedback yang disampaikan komunikan. Umpan balik ini bersifat langsung (direct feedback) atau umpan balik yang bersifat segera (immediate feedback).

II. 1.2.3. Fungsi Komunikasi Massa

Fungsi-fungsi komunikasi massa menurut Jay Black dan Frederick C. Whitney (1988) antara lain : (1) to inform (menginformasikan), (2) to entertain (memberi hiburan), (3) to persuade (membujuk), dan (4) the transmission of culture (transmisi budaya). Sedangkan fungsi komunikasi menurut John Vivian dalam bukunya The Media of Mass Commnunication (1991) disebutkan : (1) providing information, (2) providing entertainment, (3) helping the persuade, dan (4) contributing to sosial cohesion (mendorong kohesi sosial).

Ada pula fungsi komunikasi massa yang pernah dikemukakan oleh Harold D. Lasswell yakni, (1) surveillance of the environment (fungsi pengawasan), (2) correlation of the part of society in responding to the environment (fungsi korelasi), (3) transmission of the sosial heritage from one generation to the next (fungsi pewarisan sosial). Sama seperti pendapat Lasswell, Charles Robert Wright (1988) menambah fungsi entertainment (hiburan) dalam fungsi komunikasi massa.

Sedangkan menurut Alexis S. Tan fungsi-fungsi komunikasi bisa beroperasi dalam 4 (empat) hal. Meskipun secara eksplisit ia tidak mengatakan fungsi-fungsi komunikasi massa, tetapi ketika ia menyebut bahwa penerima pesan


(43)

dalam komunikasi massa, tetapi ketika ia menyebut bahwa penerima pesan dalam komunikasi bisa kumpulan orang-orang (a group of person) atau ia menyebutnya mass audience, sedangkan pengirim pesan atau komunikatornya termasuk kelompok orang atau media massa, maka itu sudah bisa dijadikan bukti bahwa fungsi yang dimaksud adalah fungsi komunikasi massa. Paling tidak ia bisa dilihat dari ciri komunikator atau audience-nya.

Untuk memperjelas fungsi-fungsi yang disodorkannya, Alexis S. Tan menyederhanakan dalam tabel sebagai berikut :

Tabel 2

FUNGSI KOMUNIKASI MASSA ALEXIS S.TAN

N O TUJUAN KOMUNIKATOR (Penjaga Sistem) TUJUAN KOMUNIKAN (Menyesuaikan diri pada system pemuasan kebutuhan) 1 2 3 4 Memberi informasi Mendidik Mempersuasi Menyenangkan; memuaskan kebutuhan komunikasi

Mempelajari ancaman dan peluang; memahami lingkungan; menguji kenyataan; meraih keputusan

Memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang berguna memfungsikan dirinya secara efektif dalam masyarakatnya; mempelajari nilai; tingkah laku yang cocok agar diterima dalam masyarakatnya

Memberi keputusan; mengadopsi nilai; tingkah laku dan aturan yang cocok agar diterima dalam masyarakatnya

Menggembirakan; mengendorkan urat syaraf; menghibur; mengalihkan perhatian dari masalah yang dihadapi


(44)

Komunikasi tidak hanya diartikan sebagai pertukaran berita atau pesan, tetapi juga sebagai kegiatan individu dan kelompok mengenai petukaran data, fakta dan ide. Karena itu (Effendy, 2002:27-28) menyebutkan komunikasi massa dapat berfungsi untuk :

1).Informasi

Yakni kegiatan untuk mengumpulkan, menyimpan, memproses, penyebaran data, gambar, fakta dan pesan, opini dan komentar yang dibutuhkan agar orang dapat mengerti dan bereaksi secara jelas terhadap kondisi internasional, lingkungan, orang lain dan agar dapat mengambil keputusan yang tepat.

2). Sosialisasi

Yakni penyediaan sumber ilmu pengetahuan yang memungkinkan orang bersikap dan bertindak sebagai anggota masyarakat yang efektif yang menyebabkan ia sadar akan fungsi sosialnya sehingga ia dapat aktif di dalam masyarakat.

3). Motivasi

Yakni menjelaskan tujuan setiap masyarakat jangka pendek maupun jangka panjang, mendorong orang untuk menentukan pilihannya dan keinginannya, mendorong kegiatan individu dan kelompok berdasarkan tujuan bersama yang akan dikejar.

4). Perdebatan dan Diskusi

Yakni menyediakan dan saling menukar fakta yang diperlukan untuk memungkinkan persetujuan atau menyelesaikan perbedaan pendapat mengenai masalah publik, menyediakan bukti-bukti yang relevan yang diperlukan untuk


(45)

kepentingan umum dan agar masyarakat lebih melibatkan diri dalam masalah yang menyangkut kegiatan bersama di tingkat internasional, nasional, dan lokal.

5). Pendidikan

Yakni pengalihan ilmu pengetahuan sehingga mendorong perkembangan intelektual, pembentukan watak dan pendidikan keterampilan serta kemahiran yang diperlukan pada semua bidang kehidupan.

6). Memajukan Kebudayaan

Yakni penyebarluasan hasil kebudayaan dan seni dengan maksud melestarikan warisan masa lalu, perkembangan kebudayaan dengan memperluas horizon seseorang, membangun imajinasi dan mendorong kreativitas serta kebutuhan estetikanya.

7). Hiburan

Yakni penyebarluasan sinyal, simbol, suara, citra (image) dari drama, tari, kesenian, kesusastraan, musik, komedi, olahraga, permainan dan sebagainya untuk rekreasi dan kesenangan kelompok dan individu.

8). Integrasi

Yakni menyediakan bagi bangsa, kelompok dan individu kesempatan memperoleh berbagai pesan yang diperlukan mereka agar mereka dapat saling kenal dan mengerti dan menghargai kondisi, pandangan dan keinginan orang lain.

II. 1.2.4. Efek Komunikasi Massa

Efek dari pesan yang disebarkan oleh komunikator melalui media massa timbul pada sasaran komunikasi. Oleh karena efek melekat pada khalayak sebagai


(46)

akibat dari perubahan psikologis. Mengenai efek komunikasi (Effendy, 2003:318-319) dapat diklasifikasikan sebagai :

a) Efek Kognitif (Cognitive Effect)

Efek kognitif berhubungan dengan pikiran dan penalaran, sehingga khalayak yang semula tidak tahu menjadi tahu, yang tidak mengerti menjadi mengerti dan bingung menjadi jelas. Contoh pesan komunikasi yang menimbulkan efek kognitif antara lain berita, tajuk rencana, artikel, acara penerangan, acara pendidikan dan lainnya.

Efek kognitif timbul pada diri komunikan yang sifatnya informatif bagi dirinya. Efek kognitif ini akan membahas tentang bagaimana media massa dapat membantu khalayak dalam mempelajari informasi yang bermanfaat dan mengembangkan keterampilan kognitifnya. Melalui media massa, kita memperoleh informasi tentang benda, orang atau tempat yang belum pernah kita kunjungi secara langsung.

b) Efek Afektif (Affective Effect)

Efek ini kadarnya lebih tinggi dari pada efek kognitif. Dimana efek ini berkaitan dengan perasaan. Tujuan dari komunikasi massa bukan hanya memberitahu khalayak tentang sesuatu, tetapi lebih daripada itu khalayak diharapkan dapat turut merasakan iba, terharu, sedih, gembira, marah dan sebagainya.

c) Efek Konatif (Behavioral Effect)

Efek konatif bersangkutan dengan niat, tekad, upaya, usaha yang cenderung menjadi suatu kegiatan, tindakan atau kebisaaan berperilaku. Karena berbentuk perilaku maka sebagaimana diatas maka efek konatif sering disebut juga efek


(47)

behavioral. Efek konatif tidak langsung timbul sebagai akibat terpaan media massa melainkan didahului oleh efek kognitif dan atau efek afektif.

II. 2. Televisi

Televisi berasal dari dua kata yang berbeda asalnya, yaitu tele (bahasa Yunani) yang berarti jauh, dan visi (videre bahasa Latin) berarti penglihatan. Dengan demikian yang dalam bahasa Inggrisnya television diartikan dengan melihat jauh. Melihat jauh disini diartikan dengan gambar dan suara yang diproduksi di suatu tempat (studio televisi) dapat dilihat dari tempat lain melalui sebuah perangkat penerima (televisi set).

Istilah television sendiri baru dicetuskan pada tanggal 25 Agustus 1900 di kota Paris, yang saat itu di kota tersebut sedang berlangsung pertemuan para ahli bidang elektronika dari berbagai Negara. Dengan demikian kata televisi disini diartikan dengan televisi siaran yang dapat dilakukan melalui transmisi atau pancaran dan dapat juga disalurkan melalui kabel (televisi kabel). Dalam sistem transmisi/pancaran, gambar dan suara yang dihasilkan oleh kamera elektronik diubah menjadi gelombang elektromagnetik dan selanjutnya ditransmisikan melalui pemancar. Gelombang elektromagnetik ini diterima oleh sistem antena yang menyalurkan ke pesawat penerima (pesawat televisi). Di pesawat televisi gelombang elektromagnetik itu diubah kembali menjadi gambar dan suara yang dapat kita nikmati di layar televisi.

Pada hakikatnya, media televisi lahir karena perkembangan teknologi. Berawal dari ditemukannya electrische teleskop sebagai perwujudan dari gagasan seorang mahasiswa dari Berlin (Jerman Timur) yang bernama Paul Nipkov, untuk


(48)

mengirim gambar melalui udara dari suatu tempat ke tempat yang lain. Hal ini terjadi sekitar tahun 1883-1884. Atas perwujudan dari gagasan Nipkov, maka ia diakui sebagai “Bapak” televisi sampai sekarang (Kuswandi, 1996:6). Televisi sendiri mulai dinikmati oleh masyarakat Amerika Serikat pada tahun 1939, yaitu ketika berlangsungnya “world fair” di kota New York. Hingga saat ini televisi memberikan banyak pengaruh dalam kehidupan manusia. Pengaruh itu bisa berupa pengaruh sosial, politik, ekonomi, budaya dan pertahanan suatu keamanan Negara.

Televisi adalah produk dari teknologi canggih dan kemajuannya sendiri sangat tergantung dari kemajuan-kemajuan yang dicapai di bidang teknologi, khususnya teknologi elektronika. Wajarlah bila pengadaan dan pengelolaannya memerlukan biaya yang sangat mahal dan melibatkan banyak tenaga yang memiliki keahlian yang berbeda-beda. Landasan tunggal, dari pengelola siaran televisi yang memiliki keahlian yang berbeda ini ialah kreativitas perorangan. Tanpa kreativitas siaran televisi akan monoton dan sangat menjemukan penontonnya (Wahyudi, 1986:49-51).

Dengan teknologi televisi yang ada sekarang ini, batas-batas Negara pun tidak lagi merupakan hal yang sulit untuk diterjang, melainkan begitu mudah untuk diterobos. Karena itu, bila informasi media televisi dari berbagai belahan dunia tidak terkontrol makan akan menimbulkan efek yang cukup besar, misalnya penjajahan negara dalam hal informasi.

Posisi dan peran media televisi dalam operasionalisasinya di masyarakat, tidak berbeda dengan cetak dan radio. Robert K. Avery dalam bukunya “Communication and The Media” dan Stanford B. Weinberg dalam “Message A


(49)

Reader in Human Communication” Random House, New York 1980, megungkapkan 3 (tiga) fungsi media yaitu :

a. The surveillance of the environment yaitu mengamati lingkungan

b. The correlation of the part of society in responding to the environment yaitu mengadakan korelasi antara informasi data yang diperoleh dengan kebutuhan khalayak sasaran, karena komunikator lebih menekankan pada seleksi evaluasi dan interpretasi.

c. The transmission of the sosial heritage from one generation to the next, maksudnya ialah menyalurkan nilai-nilai budaya dari satu generasi ke generasi berikutnya.

Ketiga fungsi diatas pada dasarnya memberikan satu penilaian pada media massa sebagai alat atau sarana yang secara sosiologis menjadi perantara untuk menyambung atau menyampaikan nilai-nilai tertentu kepada masyarakat. Melihat posisi dan peranannya, bukan tidak mungkin pada suatu saat, media televisi akan memberikan kemajuan bagi manusia sebagai aset informasi dan komunikasi (Kuswandi 1996:24-25).

II. 2.1. Perkembangan Televisi di Indonesia

Ketika peresmian satelit komunikasi Palapa dilakukan oleh Presiden Soeharto pada tanggal 17 Agustus 1976, mulailah dunia komunikasi massa di Indonesia berkembang dengan sendirinya. Satelit Palapa memiliki 12 transponder. Tiap transponder, bisa meneruskan satu saluran televisi berwarna atau 400 saluran telepon bolak-balik atau 800 saluran telepon satu arah. Satelit ini dihubungkan dengan 40 buah stasiun bumi, 27 diantaranya terletak di ibukota provinsi. Di


(50)

Indonesia, dunia pertelevisian berkembang pesat, terbukti dengan bermunculannya stasiun-stasiun televisi swasta bersamaan dengan deregulasi pertelevisian Indonesia oleh pemerintah, sejak tanggal 24 Agustus 1990. Ada berbagai alternatif tontonan bagi masyarakat Indonesia saat ini yaitu TVRI, RCTI, SCTV, TPI, ANTV, MetroTV, GlobalTV, TransTV, Trans7, Indosiar, dan TVOne.

Dengan demikian, semakin maraklah persaingan media televisi di Indonesia, baik dengan televisi lokal maupun televisi international. Hal ini akan membawa pengaruh pada pemasangan iklan di media televisi. Seandainya setiap media televisi lokal di Indonesia tidak mampu mengelola manajemennya dan personifikasi orang di balik media tersebut secara profesional, bukan tidak mungkin pada suatu saat, televisi lokal akan “bangkrut” tergilas oleh kehebatan televisi asing dalam berbagai sajian program maupun iklan.

Tahun 1965, TVRI memiliki 2 stasiun penyiaran dengan 4 stasiun pemancar dan 5 stasiun penghubung. Antara tahun 1973-1978, TVRI menambah 5 buah stasiun penyiaran dengan 77 buah pemancar dengan 11 stasiun penghubung. Tahun 1980 terdapat 9 buah stasiun penyiaran dengan dilengkapi 124 pemancar dan stasiun penghubung. Menurut Deppen, tahun 1991 jaringan nasional TVRI meliputi sarana yang diklasifikasikan sebagai berikut : 10 stasiun siaran, 7 stasiun keliling, dan 225 stasiun transmisi.

Badan televisi swasta pertama di Indonesia adalah Rajawali Citra Televisi Indonesia (RCTI) yang beroperasi sejak bulan April 1989. Kemudian ditetapkan secara resmi tayang nasional tanggal 24 Agustus 1989 sekaligus pencabutan decoder RCTI. Misi dari RCTI yakni ikut serta dalam proses pencerdasan bangsa


(51)

melalui tayangan yang menghibur sekaligus informatif dan mendidik. Kemudian pada bulan Agustus 1989 mengudara Surya Citra Televisi (SCTV), dalam perkembangannya SCTV merencanakan membangun 20 stasiun relay, dimana setiap stasiun relay berkekuatan rata-rata 1 kilowatt.

Televisi Pendidikan Indonesia (TPI) yang dikelola oleh PT Cipta Televisi Pendidikan Indonesia (CTPI) pimpinan Siti Hardiyanti Rukmana, diresmikan penyiarannya oleh Presiden Soeharto tanggal 23 Januari 1991 bertempat di studio 12 TVRI Senayan Jakarta. Meskipun TPI berstatus swasta, tetapi penyiarannya bekerjasama dengan TVRI. TPI terikat UU No.2/1989 tentang pendidikan nasional. Hal ini menyebabkan TPI harus bekerjasama dengan Deppen dan Dekdikbud (Kuswandi, 1996:34-40).

Dengan kehadiran TVRI, RCTI, SCTV dan TPI maka dunia pertelevisian di Indonesia telah mengalami banyak perubahan, baik dalam hal mutu siarannya maupun waktu tayangnya. Kemudian pada tahun berikutnya bermunculan stasiun televisi swasta lainnya seperti Indosiar, Trans TV, Trans7, Global TV, Metro TV, ANTV, dan TVOne. Sehingga sampai saat ini, terdapat 11 stasiun televisi swasta yang mengudara secara nasional di Indonesia.

III.2.2. Kekuatan Media Televisi

Kehadiran media massa pada masyarakat Negara berkembang mempunyai arti yang sangat penting. Terlebih lagi bagi Negara Kepulauan Indonesia. Media massa terbagi atas dua bagian : (1) media massa elektronik (televisi dan radio) (2) media massa cetak (koran, majalah, dan sejenisnya). Setiap media massa mempunyai kekuatan masing-masing. Tetapi pada prinsipnya media massa


(52)

merupakan suatu institusi yang melembaga dan bertujuan untuk menyampaikan informasi kepada khalayak sasaran agar well informed (tahu informasi).

Ada beberapa unsur penting dalam media massa, yaitu : a. Adanya sumber informasi

b. Isi pesan (informasi) c. Saluran informasi (media) d. Khalayak sasaran (masyarakat) e. Umpan balik khalayak sasaran

Dari 5 (lima) komponen diatas maka terciptalah proses komunikasi antara pemilik isi sumber pesan (sumber informasi) dengan penerima pesan melalui saluran informasi (media). Proses komunikasi ini dimaksudkan untuk mencapai kebersamaan terhadap isi pesan yang disampaikan. Dalam menjalankan fungsinya, media massa menghadapi berbagai macam khalayak sasaran yang berbeda status sosial ekonominya.

Media massa televisi sebagaimana media massa lainnya berperan sebagai alat informasi, hiburan, kontrol sosial dan penghubung wilayah secara geografis. Bersamaan dengan jalannya proses penyampaian pesan media televisi kepada pemirsa, maka isi pesan itu juga akan diinterpretasikan secara berbeda-beda menurut visi pemirsa, serta dampak yang ditimbulkan juga beraneka ragam.

Hal ini terjadi karena tingkat pemahaman dan kebutuhan pemirsa terhadap ini pesan televisi berkaitan erat dengan status sosial ekonomi serta situasi dan kondisi pemirsa pada saat menonton televisi. Dengan demikian apa yang diasumsikan televisi sebagai suatu acara yang penting untuk disajikan bagi pemirsa, belum tentu penting bagi khalayak. Jadi efektif tidaknya isi pesan itu


(53)

tergantung dari situasi dan kondisi pemirsa dan lingkungan sosialnya. Berdasarkan hal itulah maka timbul pendapat pro dan kontra terhadap dampak acara televisi (effect) yaitu :

1. Acara televisi dapat mengancam nilai-nilai sosial yang ada dalam masyarakat 2. Acara televisi dapat menguatkan nilai-nilai sosial yang ada dalam masyarakat 3. Acara televisi akan membentuk nilai-nilai sosial baru dalam kehidupan

masyarakat

Perbedaan pendapat tentang dampak acara televisi merupakan hal yang wajar. Kekuatan media televisi dalam operasionalnya berhubungan dengan institusi sosial lainnya yang ada dalam masyarakat, serta adanya perbedaan sudut pandang dari khalayak sasaran.

Ada 3 (tiga) dampak yang ditimbulkan dari acara televisi terhadap pemirsa yaitu :

a. Dampak kognitif yaitu kemampuan seseorang atau pemirsa untuk menyerap dan memahami acara yang ditayangkan televisi yang melahirkan pengetahuan bagi pemirsa. Contoh: acara kuis

b. Dampak peniruan yaitu pemirsa dihadapkan pada “tren” aktual yang ditayangkan televisi. Contoh: model pakaian, model rambut dari bintang televisi yang kemudian digandrungi atau ditiru secara fisik.

c. Dampak perilaku yaitu proses tertanamnya nilai-nilai sosial budaya yang telah ditayangkan acara televisi yang diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Contoh: sinetron Dokter Sartika yang menginternalisasikan kesehatan bagi masyarakat.


(54)

Namun pada kenyataannya apa yang telah diungkapkan diatas hanya bersifat teori. Sementara dalam prakteknya terjadi kesenjangan yang tajam. Banyak paket-paket acara televisi yang diperuntukkan bagi orang dewasa ternyata ditonton oleh anak-anak. Kunci penyelesaiannya adalah para pengelola dan perencana acara televisi tetap harus konsisten dan konsekuen membuat paket acara dengan tujuan yang jelas dan pasti diiringi tanggungjawab moral dalam melihat kondisi dan situasi pemirsanya (Kuswandi, 1996:98-100).

II. 2.3. Karakteristik Media Televisi

Ditinjau dari stimulasi alat indra, dalam radio siaran, surat kabar dan majalah hanya satu alat indra yang mendapat stimulus. Radio siaran dengan indra pendengaran, surat kabar dan majalah dengan indra penglihatan. Adapun karakteristik televisi (Ardianto, 2004:128-130) adalah sebagai berikut :

1. Audiovisual

Televisi memiliki kelebihan yakni dapat didengar sekaligus dapat dilihat (audiovisual). Karena sifatnya yang audiovisual maka siaran berita harus selalu dilengkapi dengan gambar, baik gambar diam seperti foto, gambar peta, maupun film berita yakni rekaman peristiwa yang menjadi topik berita. Pemirsa pada umumnya merasa terpenuhi keingintahuannya bila setiap berita televisi dilengkapi dengan film berita. Terlebih lagi bila kualitas rekamannya baik, serta moment pengambilannya tepat, seolah-olah pemirsa melihat langsung peristiwa tersebut.

2. Berfikir dalam Gambar

Ada dua tahap yang dilakukan dalam proses berfikir dalam gambar. Pertama, aalah visualisasi (visualization) yakni menerjemahkan kata-kata yang


(55)

mengandung gagasan yang menjadi gambar secara individual. Dalam proses visualisasi, pengarah acara harus berusaha menunjukkan objek-objek tertentu manjadi gambar yang jelas dan menyajikannya sedemikian rupa, sehingga mengandung suatu makna. Tahap kedua dari proses “berfikir dalam gambar” adalah penggambaran (picturization) yakni kegiatan merangkai gambar-gambar individual sedemikian rupa, sehingga kontinuitasnya mengandung makna tertentu.

3. Pengoperasian Lebih Kompleks

Dibandingkan dengan radio siaran, pengoperasian televisi siaran lebih kompleks dan lebih banyak melibatkan orang. Untuk menayangkan acara siaran berita yang dibawakan oleh dua orang pembaca saja dapat melibatkan 10 orang. Peralatan yang digunakannya pun harus dilakukan oleh orang-orang terampil dan terlatih. Dengan demikian media televisi lebih mahal daripada surat kabar, majalah dan radio siaran.

III. 2.4. Faktor-faktor yang Perlu Diperhatikan

Setelah membahas mengenai karakteristik suatu peristiwa (fakta dan opini) yang layak menjadi berita yakni fakta dan opini tersebut harus mengandung unsur penting dan menarik. Begitu pula pesan lainnya yang bertujuan menghibur. Tetapi pesan yang akan disampaikan melalui media televisi, memerlukan pertimbangan-pertimbangan lain agar pesan tersebut dapat diterima oleh khalayak sasaran. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan (Ardianto, 2004: 131-132) itu antara lain :

a) Pemirsa

Sesungguhnya dalam setiap bentuk komunikasi dengan menggunakan media apapun, komunikatornya akan menyesuaikan pesan dengan latar belakang


(56)

komunikannya. Namun untuk komunikasi melalui media elektronik, khususnya televisi, faktor pemirsa perlu mendapat perhatian lebih. Dalam hal ini, komunikator harus memahami kebisaaan dan minat pemirsa baik yang termasuk kategori anak-anak, remaja, dewasa maupun orang-orang. Karena itu setiap acara yang ditayangkan benar-benar berdasarkan kebutuhan pemirsa, bukan acara yang dijejalkan begitu saja.

b) Waktu

Setelah komunikator mengetahui minat dan kebisaaan tiap kategori pemirsa, langkah selanjutnya adalah menyesuaikan waktu penayangan dengan minat dan kebisaaan pemirsa. Faktor waktu menjadi bahan pertimbangan, agar setiap acara ditayangkan secara proporsional dan dapat diterima oleh khalayak sasaran atau khalayak yang dituju.

c) Durasi

Durasi adalah waktu, yakni jumlah menit dalam setiap penayangan acara. Durasi masing-masing acara disesuaikan dengan jenis acara dan tuntutan skrip atau naskah, yang terpenting bahwa dengan durasi tertentu tujuan acara tercapai. Suatu acara tidak akan mencapai sasaran karena durasi terlalu singkat atau terlalu lama.

d) Metode Penyajian

Fungsi utama televisi menurut khalayak pada umumnya adalah untuk menghibur, selanjutnya adalah informasi. Tetapi tidak berarti fungsi mendidik dan membujuk dapat diabaikan. Fungsi non hiburan dan non informasi harus tetap ada karena sama pentingnya bagi keperluan kedua pihak komunikator dan komunikan. Permasalahannya adalah bagaimana caranya agar fungsi mendidik dan membujuk


(57)

tetap ada, namun tetap diminati pemirsa. Caranya adalah dengan mengemas pesan sedemikian rupa yakni menggunakan metode penyajian tertentu dimana pesan nonhiburan dapat mengandung unsur hiburan. Acara nonhiburan dapat dikemas dalam bentuk hiburan. Begitu pula dengan pesan informatif, selain melalui acara siaran berita, dapat dikemas dalam bentuk wawancara, panel diskusi, reportase, obrolan dan sejenisnya, bahkan dalam bentuk sandiwara sekalipun.

III.2.5. Program Siaran Televisi

Pengaruh televisi terhadap sistem komunikasi tidak pernah lepas dari pengaruh terhadap aspek-aspek kehidupan pada umumnya. Bahwa televisi menimbulkan pengaruh terhadap kehidupan masyarakat Indonesia sudah banyak yang mengetahui dan merasakannya. Akan tetapi, sejauh mana pengaruh positif dan sejauh mana pengaruh yang negatif, belum diketahui banyak. Menurut Prof. Dr. Mar’at dari Unpad, acara televisi pada umumnya mempengaruhi sikap, pandangan, persepsi dan perasaan para penonton. Ini adalah hal yang wajar. Jadi jika hal-hal yang mengakibatkan penonton terharu, terpesona, atau latah bukanlah sesuatu yang istimewa. Sebab salah satu pengaruh psikologis dari televisi adalah seakan-akan menghipnotis penonton sehingga penonton dihanyutkan dalam suasana pertunjukan televisi (Effendy, 2003:122).

Menurut Frank Jefkins (2003:105-108), televisi memiliki sejumlah karakteristik khusus dan program acara, yaitu :

a. Selain menghasilkan suara, televisi juga menghasilkan gerakan, visi dan warna.


(58)

c. Karena mengandalkan tayangan secara visual, maka segala sesuatu yang tampak haruslah dibuat semenarik mungkin.

Sedangkan program acara televisi terdiri dari :

a. Buletin berita nasional, seperti : siaran berita atau berita regional yang dihasilkan oleh stasiun-stasiun televisi swasta lokal.

b. Liputan-liputan khusus yang membahas tentang berbagai masalah aktual secara lebih mendalam.

c. Program-program acara olahraga, baik olahraga di dalam maupun di luar negeri.

d. Program acara mengenai topik-topik khusus yang bersifat informatif, seperti acara memasak, berkebun, dan acara kuis.

e. Acara drama terdiri dari : sinetron, sandiwara, komedi, film, dan sebagainya.

f. Acara musik seperti konser musik pop, musik rock, musik dangdut, musik klasik dan sebagainya.

g. Acara bagi anak-anak seperti penayangan film kartun.

h. Acara-acara keagamaan seperti siraman rohani, acara ramadhan, acara natal, dan sebagainya.

i. Program acara yang membahas tentang ilmu pengetahuan.

j. Acara bincang-bincang atau sering disebut dengan acara talkshow.

II.3. S-O-R

S-O-R sebagai singkatan dari Stimulus-Organism-Response. Teori ini menyatakan bahwa organisme menghasilkan respons tertentu jika ada kondisi


(59)

stimulus tertentu pula. Dengan demikian seseorang dapat mengharapkan atau memperkirakan suatu hubungan yang erat antara pesan dan reaksi audience yang berasal dari psikologi. Di dalam psikologi, teori ini dipergunakan untuk menerangkan sikap (attitude). Sikap yang dimaksud adalah kecenderungan atau kesediaan seseorang untuk bertingkah laku tertentu kalau ia menghadapi suatu ransang tertentu.

Elemen-elemen utama dari model ini adalah : a. Pesan (stimulus), b. Komunikan/keadaan internal penonton (organisme), c. Efek (respon). Prof. Dr. Mar’at (Effendy, 2003:255), dalam bukunya “Sikap Manusia, Perubahan, Serta Pengukurannya”mengutip pendapat Hovland, Janis, dan Kelley yang menyatakan bahwa dalam menelaah sikap baru ada tiga variabel penting, yaitu:

a. Perhatian b. Pengertian c. Penerimaan

Sikap yang dimaksud disini bukanlah munculnya perilaku, tetapi merupakan kecenderungan bertindak, berpersepsi, berfikir, dan merasa dalam menghadapi objek, ide, situasi, atau nilai. Jadi, pada kenyataannya tidak ada istilah sikap yang berdiri sendiri. Sikap haruslah diikuti oleh kata “terhadap”, atau “pada” objek sikap. Sikap mempunyai daya pendorong atau motivasi. Sikap bukan sekedar rekaman masa lalu, tetapi juga menentukan apa yang disukai, diharapkan, dan diinginkan, mengesampingkan apa yang tidak diinginkan, apa yang harus dihindari (Sherif dan Sherif, 1956:489).

Berdasarkan uraian diatas, maka proses komunikasi dalam teori SOR ini dapat digambarkan sebagai berikut :


(60)

Sebagai manusia, kemampuan kita sangat terbatas untuk berhubungan dengan lingkungan serta dengan sesama kita. Secara fisiologis, setidak-tidaknya, kita hanya memiliki lima alat indera yaitu penglihatan, pendengaran, penciuman, peraba, dan perasa. Fenomena lingkungan itu adalah konsep stimulus sebagai kesatuan alat indera. Jadi, setiap berkas sinar yang masuk pada retina mata kita, setiap getaran udara yang menggetarkan bagian dalam telinga, atau zat apapun yang berhubungan dengan bintil-bintil alat perasa secara potensial dapat dinamakan sebagai stimulus (ransangan). Stimulus memberikan input kepada alat-alat indera dan akibatnya memberikan data yang dipergunakan dalam penjelasan tentang perilaku manusia.

Sebagai makhluk sosial, perilaku kita banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik dari dalam diri kita (organismic forces) maupun dari luar diri kita (environmental forces). Kita berfikir, merasa, bersikap, dan bertindak karena adanya ransangan dari luar diri kita. Perilaku kita ditentukan oleh otak kita. Dengan 10 trilyun sel syarafnya, otak membantu kita menentukan apa yang kita fikirkan, rasakan, pelajari, dan lakukan.

Stimulus / Pesan

Organism / Komunikan:  Perhatian

 Pengertian

 Penerimaan


(61)

Tujuan penjelasan SOR berpusat pada peramalan, dan peramalan berpusat pada respon. Respon dianggap sebagai perilaku yang dapat secara langsung diamati. Namun respon tidak dapat diramalkan semata-mata dalam artian fisik stimulus. Respon lebih dapat diramalkan dengan mengetahui keadaan internal organisme/komunikan sebelumnya.

Untuk dapat memahami penjelasan yang didasarkan secara psikologis ada satu faktor respon perilaku yang perlu diketahui. Sejarah kondisi stimulus sebelumnya yang telah dihadapi oleh organisme penting diketahui untuk meramalkan perilaku yang akan ditunjukkan oleh organisme.

II.4. Reality show

Reality show adalah jenis program acara televisi dimana

pendokumentasiannya berlangsung tanpa dilengkapi skenario dan menggunakan pemain dari khalayak umum bisaa. Reality show berarti pertunjukan yang asli (real), factual, yang merujuk pada program siaran yang menyajikan fakta non fiksi. Kejadiannya diambil dari keseharian, kehidupan masyarakat apa adanya, yaitu realita dari masyarakat (Pedoman Perilaku Penyiaran Indonesia, 2004, Bab II, pasal 8, ayat 1-2). Keunggulan dalam reality show adalah unsur kedekatannya dengan kehidupan masyarakat, dan didukung oleh pesertanya yang berasal dari khalayak biasa. Berbagai tema yang biasa diangkat dalam reality show diantaranya permasalahan sosial, kompetisi, kemanusiaan, pencarian bakat, mengekspose kehidupan sehari-hari, percintaan, bahkan menjahili orang


(1)

air

5 Mengikis rasa kepedulian

masyarakat terhadap kemiskinan dan lebih menjadikannya sebagai hiburan 6 Rasa berharap yang

sangat tinggi terhadap acara sejenis reality show

7 Mengikis privasi seseorang dan keluarganya

26.Bagaimana tanggapan anda dengan pandangan atau labeling di bawah ini ?

No Uraian

Pernyataan Tidak Setuju (1) Setuju (2) Sangat Setuju (3) 1 Acara reality show

“Tukar Nasib” mengandung pesan moral yang mulia 2 Produsen acara

reality show “Tukar Nasib” hanya mengutamakan keuntungan pasar 3 Acara reality show

“Tukar Nasib” mereduksi moral masyarakat

4 Tidak adanya solusi sebagai jalan keluar permasalahan masyarakat miskin dalam meneruskan kehidupannya 5 Masyarakat miskin


(2)

28.Menurut anda, apakah acara reality show “Tukar Nasib” ini Bermanfaat bagi masyarakat ?

1. Tidak bermanfaat 44

2. Bermanfaat 3. Sangat bermanfaat

29.Apakah anda bersedia apabila diikutsertakan sebagai peserta yang bertukar nasib dalam acara reality show “Tukar Nasib” ini ?

1. Tidak bersedia 45

2. Bersedia 3. Sangat bersedia

30.Bagaimanakah persepsi/pandangan anda secara umum terhadap acara reality show “Tukar nasib” yang mengangkat tema tentang “pertukaran nasib” keluarga kaya dan keluarga miskin ini ?

Jawab:

……… ……… ……… 31.Apa pesan dan harapan anda terhadap acara reality show “Tukar Nasib”

selanjutnya? Jawab:

……… ……… ………


(3)

(4)

(5)

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Jl. Dr. A. Sofyan No.1 Telp. (061) 8217168

LEMBAR CATATAN BIMBINGAN SKRIPSI

NAMA : Yessi Kristina Sihite

NIM : 050904010

PEMBIMBING : Drs. Safrin, M.Si

TGL PERTEMUAN PEMBAHASAN

16 Mei 2009 01 Juni 2009 08 Juni 2009 10 Juli 2009

17 September 2009 17 September 2009

ACC Judul Seminar Proposal Perbaikan Bab I

ACC Bab I & Kuesioner ACC Bab II – Bab V ACC Meja Hijau


(6)

BIODATA PENELITI

Nama / NIM : Yessi Kristina Sihite / 050904010 Tempat / Tanggal lahir : Banda Aceh / 18 Oktober 1987 Departemen : Ilmu Komunikasi FISIP USU

Alamat : Jln. Kemiri Ujung No.8, Tanjung Gusta Medan

Anak : Pertama dari 3 Bersaudara

Orang Tua

Bapak : AKP. S. Sihite

Ibu : D. Napitupulu, M.Pd

Pendidikan : SD. Swt. St. Antonius VI (1993-1999) SMP. Swt. St. Maria (1999-2002) SMU Negeri 4 Medan (2002-2005) Dept. Ilmu Komunikasi FISIP USU Angkatan 2005

Saudara : Yanti Dameria Sihite


Dokumen yang terkait

Media Literacy Dan Tayangan Reality Show (Studi Korelasional Tentang Pengaruh Media Lietracy Terhadap Pemilihan Tayangan Termehek-Mehek Di Trans TV Pada Siswa SMP Santo Thomas 1 Medan)

5 93 144

Persepsi Pasien Terhadap Pelayanan Rumah Sakit (Studi Deskriptif Rumah Sakit Siti Hajar Padang Bulan Medan)

3 55 123

PROSES PRODUKSI DALAM PROGRAM ACARA TUKAR NASIB DI DREAMLIGHT WORLD MEDIA

0 10 75

PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP PEREMPUAN BERTATO (Studi Deskriptif Kualitatif Tentang Persepsi Masyarakat Terhadap Perempuan Bertato).

4 8 92

SIKAP MASYARAKAT SURABAYA TERHADAP TAYANGAN ACARA REALITY SHOW “UYA EMANG KUYA” (Study Deskriptif Sikap Masyarakat Surabaya Terhadap Tayangan Acara Reality Show “Uya Emang Kuya” di SCTV).

1 2 93

PERSEPSI MASYARAKAT SURABAYA TENTANG JUDI DALAM ACARA KUIS YANG DITAYANGKAN DI TELEVISI ( Studi Deskriptif Kualitatif Tentang Persepsi Masyarakat Surabaya Tentang Judi Dalam Acara Kuis Yang Ditayangkan di Televisi ).

0 0 82

OPINI MASYARAKAT SURABAYA DALAM MENONTON PROGRAM ACARA REALITY SHOW “UYA KUYA” DI SCTV.

0 1 96

OPINI MASYARAKAT SURABAYA DALAM MENONTON PROGRAM ACARA REALITY SHOW “UYA KUYA” DI SCTV.

0 0 29

PERSEPSI MASYARAKAT SURABAYA TENTANG JUDI DALAM ACARA KUIS YANG DITAYANGKAN DI TELEVISI ( Studi Deskriptif Kualitatif Tentang Persepsi Masyarakat Surabaya Tentang Judi Dalam Acara Kuis Yang Ditayangkan di Televisi )

0 0 16

SIKAP MASYARAKAT SURABAYA TERHADAP TAYANGAN ACARA REALITY SHOW “UYA EMANG KUYA” (Study Deskriptif Sikap Masyarakat Surabaya Terhadap Tayangan Acara Reality Show “Uya Emang Kuya” di SCTV)

0 0 19