PENGGUNAAN NAMA PUBLIC FIGURE PADA PRODUK KOSMETIK YANG MEMBAHAYAKAN DIHUBUNGKAN DENGAN UNDANG-UNDANG NO 15 TAHUN 2001 TENTANG MEREK DAN UNDANG-UNDANG NO 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN.

ABSTRAK
PENGGUNAAN NAMA PUBLIC FIGURE PADA PRODUK KOSMETIK
YANG MEMBAHAYAKAN DIHUBUNGKAN DENGAN UNDANGUNDANG NOMOR 15 TAHUN 2001 TENTANG MEREK DAN UNDANGUNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN
KONSUMEN
Regina Rahma Fitriani
110110090327
Merek memiliki peranan yang sangat besar dalam dunia
perdagangan, terutama bagi pelaku usaha (produsen) dalam memasarkan
produknya. Hal inilah yang menjadi dasar produsen dalam menggunakan
nama public figure yang sedang populer di kalangan masyarakat pada
merek produknya dengan tujuan agar konsumen tertarik untuk membeli
produk tersebut. Penggunaan nama public figure pada merek dagang
terutama merek kosmetik tanpa mendapatkan persetujuan dari pihak yang
bersangkutan tentu akan menimbulkan permasalahan. Karena hal
tersebut dapat menyebabkan kerugian bagi public figure yang
bersangkutan. Secara tidak langsung public figure yang namanya
dipergunakan dalam merek kosmetik tersebut akan terkena imbas yang
tidak baik. Permasalahan tersebut bukan hanya merugikan pada public
figure yang namanya dipergunakan sebagai merek kosmetik tetapi juga
untuk konsumen yang menggunakan produk tersebut. Maka dari itu
penulis meneliti mengenai bagaimana penggunaan nama public figure

sebagai merek kosmetik dan akibat hukum penggunaan nama public
figure tersebut sebagai merek kosmetik yang membahayakan.
Metode yang digunaan dalam penelitian ini adalah metode
pendekatan yuridis normatif, yaitu dengan cara mengkaji, menganalisis
mengenai tindakan penggunaan nama public figure pada produk kosmetik
yang membahayakan dihubungkan dengan data-data sekunder berupa
peraturan yang berkaitan dengan merek dan perlindungan konsumen.
Tindakan produsen menggunakan nama public figure pada produk
kosmetik yang membahayakan tanpa persetujuan dari pihak yang
bersangkutan merupakan suatu pelanggaran dan sangat merugikan baik
pihak public figure maupun pihak konsumen yang menggunakan kosmetik
tersebut. Penyelesaian yang dapat ditempuh oleh pihak konsumen yang
dirugikan adalah dengan jalan litigasi (Peradilan) maupun jalan Non
Litigasi (diluar pengadilan) seperti Arbitrase, Mediasi, konsiliasi, dan lain
sebagainya dengan berdasarkan pada peraturan perundang-undangan
yang berlaku di Indonesia.

iv 
 


ABSTRACT
THE USE OF PUBLIC FIGURE ENDORSEMENT FOR DANGEROUS
COSMETIC PRODUCTS IN RELATION WITH REGULATION NUMBER
15 OF 2001 ON THE BRAND AND REGULATION NUMBER 8 OF 1999
ON CONSUMER PROTECTION
Regina Rahma Fitriani
110110090327
Brand has a very significant role in world trade, especially for
businesses (manufacturers) in marketing their products. This also forms
the basis of the manufacturer in the name of public figures who are
popular among the brand its products with the goal of keeping consumers
interested in purchasing the product. Use public figure 's name in a
trademark brand of cosmetics especially without the consent of the parties
concerned would cause problems. Because it can cause loss of public
figures concerned. Indirectly public figure whose name is also used in
cosmetic brand will hit a bad browser. The problem is not only detrimental
to the public figure whose name is used as a cosmetic brand but also to
consumers who use the product. Thus, from the author examines how the
use of public figure as a brand name cosmetics and as a result of the use
of the law of public figures such as name brand cosmetics that harm.

Methods that lot is used in this study is a normative juridical
approach method, namely, by studying, analyzing the actions of public
figures use the name for cosmetics that harm associated with secondary
data in the form of regulations relating to the brand and consumer
protection.
Action figure manufacturer names public in a dangerous cosmetic
products without the consent of the parties concerned of course is a
violation and is detrimental to both the public figure or the consumers
using these cosmetics. The solution can be reached by the injured party is
the way litigation (judicial) or Non Litigation road (off the court) as
Arbitration, Mediation, Reconciliation and others on the basis of laws and
regulations applicable in Indonesia. 

iv