TAHAPAN UPACARA PERKAWINAN ETNIK GAYO DI KECAMATAN SERBEJADI KABUPATEN ACEH TIMUR.

TAHAPAN UPACARA PERKAWINAN ETNIK GAYO
DI KECAMATAN SERBEJADI
KABUPATEN ACEH TIMUR

SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Pada Program Studi Pendidikan Antropologi

OLEH :

DIAH UTRAI PRASETIA
NIM. 309122016

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ANTROPOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2013

LEMBAR PERSETUJUA}I I}AN PENGESAHAN


Skripsi Oleh DIAII UTARI PRASETT{', Nmfi.309122016

.

Telah Dipertaha*kan di Depam Tim Fenguji
Pada Tanggal 22 JuIi 2CI13
l.

TIM FENGUJI
Ilr*- ?usnitnsnti-M-Si
Dosen Pembimbing

$kripsi

$qpoitqgni. M$i
Dmen P*mbinnbing Akademik/Penguji

M-

Rogfspald,hana*4,Si

Dosen Penguii
NoJiv Hesanah.lVI.Hum
Ilosen Penguji

Disetujui dan Ilisahkau pada Tanggal, Jutri 20fut

i

Panitia Ujian

Dekan
Fakultas Ilmu

Sosial,

Ketua Prodi P6ndidikirn Antropotogi
I

\\-


,i

\
Dr. H, Restu. M.S
niIP. 19610?1919E7031001

f$$pitara&i\[:$j

Qf*.
IrrP. 19640626199009200r

\s.

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama

: Diah Utari Prasetia


NIM

: 309122016

Program Studi : Pendidikan Antropologi
Fakulktas

: Ilmu Sosial

Menyatakan dengen sebenarnya bahwa skripsi yang saya tulis ini adalah
hasil karya sendiri, bukan pengambil alihan tulisan atau pikiran orang lain yang
saya akui sebagai hasil tulisan atau pikiran saya sendiri.
Apabila kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan hasil jiplakan atau
duplikat, maka saya bertanggung jawab untuk bersedia menerima sanksi atas
perbuatan tersebut.

Medan,
Juli 2013
Pembuat Pernyataan,


Diah Utari Prasetia
NIM. 309 122 016

ABSTRAK
DIAH UTARI PRASETIA, 309122016, “TAHAPAN UPACARA
PERKAWINAN ETNIK GAYO DI KECAMATAN SERBEJADI
KABUPATEN ACEH TIMUR”, Skripsi S1, Program Studi Pendidikan
Antropologi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Medan 2013.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : 1. Untuk mengetahui tahapan
upacara perkawinan etnik Gayo Serbejadi, 2. Untuk mengetahui upacara
perkawinan etnik Gayo ada pengaruh kebudayaan lain atau tidak, 3. Untuk
mengetahui Sejarah Desa Lokop, 4. Untuk memperkenalkan upacara perkawinan
etnik Gayo Serbejadi pada masyarakat Aceh khususnya dan masyarakat Indonesia
umumnya.
Teori yang digunakan adalah teori evolusi keluarga yang dicetuskan oleh
J.J. Bachoven karena sepasang pemuda akan menghadapi kehidupan yang baru,
dan Akulturasi yakni melihat adanya perubahan dalam kegiatan upacara
perkawinan Etnik Gayo.
Penelitian ini dilakukan di desa Lokop Kecamatan Serbejadi. Untuk

memperoleh data tersebut penulsi menggunakan metode penelitian kualitatif
dengan narasumber tokoh-tokoh masyarakat, tokoh adat dan pihak keluarga. Data
dikumpulkan dengan teknik: Observasi, wawancara dan dokumentasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa desa Lokop berasal dari nama buah
yakni buah mangga hutan. Takengon, Bener Meuriah dan Lokop berasal dari satu
rumpun. Namun, setiap acara adat yang ada di desa Lokop berbeda dengan acara
adat yang ada di Takengon khususnya tahapan-tahapan upacara perkawinannya
berbeda. Yakni dimulai dari tahap a. Risik kono (Perkenalan Keluarga); b.
Munginte ( Melamar atau Meminang); c. Turun caram (Mengantar Uang); d.
Pakat sara ine (Musyawarah keluarga perempuan); e. Segenap dan Begenap
(Musyawarah dan keluarga); f. Jege kul (Jaga semalaman); g. Berguru ( Memberi
nasihat); h. Munalo (Mengantar pengantin laki-laki); i. Mah bai (Mengarak
pengantin laki-laki); j. Akad nikah; k. Pesta; l. Mah Beru (Mengantar pengantin
perempuan); m. Mujele Gule (Mengantar Lauk); n. Mah Kero (Mengantar nasi);
o. Munenes (Ngunduh mantu). Kelengkapan yang digunakan pada upacara
perkawinan yakni beras, sirih atau dalam bahasa Gayonya Mangas, tempat sirih,
sejumlah uang, jarum, kunyit, dan juga pada adat tepung tawar banyak yang
digunakan dedaunan seperti: Dedingin, batang teguh, ongkal, celala. Di desa
Lokop ada 3 bentuk perkawinan yakni kawin Juelen, kawin Lari, kawin angkap,
rangkaian adat upacara perkawinan etnik Gayo yang ada di desa Lokop.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan peneliti dapat menyimpulkan
bahwa tahapan upacara perkawinan yang ada di desa Lokop unik dan tidak
dijumpai pada etnik lain, walaupun itu berasal dari satu rumpun yakni Takengon,
Beuner Meriah.
Kata Kunci: Tahapan, Perkawinan, Etnik, Unik.

iv

KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Segala puji dan syukur terlebih dahulu penulis panjatkan kehadirat Allah
SWT karena berkat rahmat dan hidayah-Nya yang tidak terhingga, akhirnya
skripsi ini yang berjudul “Tahapan Upacara Perkawinan Etnik Gayo di
Kecamatan Serbejadi Kabupaten Aceh Timur” dapat diselesaikan. Shalawat
beruntaikan salam juga tidak pernah lupa penulis hanturkan untuk baginda
Rasullullah SAW beserta kelarga dan para sahabat-Nya, semoga kelak
mendapatkan syafaat dari beliau di hari akhir nanti. Tulisan ini merupakan salah
satu syarat yang diperuntukkan bagi setip mahasiswa untuk memperoleh gelar
Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Antropologi Fakultas Ilmu
Sosial Universitas Negeri Medan.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan
didalamnya, hal ini tentunya disebabkan karena segala keterbatasan yang dimiliki
oleh penulis baik yang bersifat materil maupun non materil. Penulis berharap
semoga Allah SWT meridhoi tulisan ini sehingga dapat bermanfaat bagi semua
pihak.
Penulis juga tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Ibnu Hajar, M.Si sebagai Rektor UNIMED
2. Bapak Dr. Restu M.S sebagai Dekan FIS UNIMED
3. Ibu Dra. Puspitawati, M.Si sebagai Ketua Program Studi Pendidikan
Antropologi sekaligus sebagai Dosen Pembimbing Skripsi penulis, yang
telah banyak memberikan bimbingan, bantuan, arahan dan motivasi
sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik
4. Ibu Supsiloani, M.Si sebagai Dosen Pembimbing Akademik, yang telah
memberikan bimbingan arahan dan masukkan sehingga skripsi ini dapat
terselesaikan.
5. Ibu Rosramadhana, M.Si sebagai Dosen Penguji yang telah banyak
memberikan masukan, pendapat, motivasi yang sangat berarti bagi penulis
dalam menyelesaikan skripsi ini.
i


6. Ibu Noviy Hasanah, M.Hum sebagai Dosen Penguji yang telah banyak
memberikan arahan, bimbingan dan masukan sehingga skripsi ini dapat
terselesaikan.
7. Seluruh Dosen dan Civitas akademik Program Studi Pendidikan
Antropologi yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu terima kasih
atas ilmu, kenangan, pengalaman dan motivasi selama ini.
8. Kedua orang tua penulis Ayahanda Selamat, S.Pd dan Ibunda tercinta Rita
yang telah senantiasa memberikan cinta, kasih sayang, dan dukungan baik
material maupun non material, dan telah membantu penulis melakukan
penelitian, serta senantiasa memberikan doa sehingga skripsi ini dapat
terselesaikan dan dapat menyelesaikan perkuliahan ini dengan baik.
9. Kedua adik penulis, Ansrinsyah dan Mahjati Dzakirah yang selalu
memberikan semangat, do’a dan perhatinannya kepada penulis.
10. Seluruh keluarga besar saya di Langsa dan di Medan yang telah
memberikan semangat sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
11. Bapak Suharto, S.Pd terimakasih atas petunjuk, dan motivasinya yang
telah ikut mensukseskan penelitian ini.
12. Kakanda Tri Adi Syahputra Saragih yang telah memberikan banyak
perhatian, motivasi, bimbingan, semangat dan kasih sayang sehingga
skripsi ini dapat terselesaikan.

13. Teman-teman satu Pembimbing Skripsi Ayu Febryani, Syarifah Hanim,
Nurlela, Yudha Gusti Dermawan, Aldrin Yudhistira yang telah bekerja
sama dan menjadi penyemangat dalam pembuatan skripsi ini.
14. Keluarga

Antropologi

Angkatan

2009,

Firman

Alfian

Zega,

Musdarwinsyah, Muhlis Syahputra, Sisriyani dan teman-teman lainnya
yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah memberikan kenangan
indah selama ini, memotivasi, dan membantu dalam penyelesaian skripsi

ini.
15. Teman-teman PPLT 2012 di SMA Muhammadiyah 8 Kisaran, khususnya
buat Zulfina Hidayati dan Yolanda Sari Harahap terimakasih atas motivasi
dan Do’a yang telah diberikan selama ini.
ii

16. Adik-adik Kos penulis Rismawati, Yuli Iman Sari, Hafiza terimakasih atas
motivasi dan do’a yang diberikan selama ini.
17. Bapak Geuchik Sahuddin beserta pegawai Kantor Geuchik desa Lokop
Kecamatan Serbejadi yang telah memebrikan izin serta data bagi penulis
dalam menyelesaikan penulisan ini.
18. Bagi semua pihak dan responden yang telah banyak membentu penulis
dalam penyusunan skripsi ini, yang tidak dapat ditulis satu persatu, penulis
ucapkan banyak terima kasih
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi. Semoga
skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada
umumnya, serta dapat menjadi bahan masukan bagi yang membutuhkan

Medan,
Penulis

Juli 2013

Diah Utari Prasetia
NIM 309 122 016

iii

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................

i

ABSTRAK ..............................................................................

iv

DAFTAR ISI ...........................................................................

v

DAFTAR TABEL ..................................................................

viii

DAFTAR GAMBAR ..............................................................

ix

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah.........................................

1

1.2 Identifikasi Masalah ...............................................

5

1.3 Pembatasan Masalah ..............................................

5

1.4 Perumusan Masalah ...............................................

5

1.5 Tujuan Penelitian ...................................................

6

1.6 Manfaat Penelitian .................................................

7

BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kerangka Konsep ...................................................

8

2.1.1 Upacara ...................................................

8

2.1.2 Perkawinan ..............................................

10

2.1.3 Makna Simbolik ......................................

14

2.1.4 Latar Belakang Etnik Gayo .....................

15

2.2 Kerangka Teori ......................................................

17

2.2.1 Teori Evolusi Keluarga ...........................

17

2.2.2 Akulturasi ................................................

18

2.6 Kerangka Berpikir ..................................................

19

v

BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian.......................................................

21

3.2 Lokasi Penelitian ....................................................

21

3.3 Subjek dan Objek Penelitian ..................................

22

3.3.1 Subjek Penelitian..............................................

22

3.3.2 Objek Penelitian ...............................................

22

3.4 Teknik Pengumpulan Data .................................................

22

3.4.1 Observasi ..........................................................

22

3.4.2 Wawancara .......................................................

23

3.4.3 Dokumentasi ....................................................

23

3.5 Teknik Analisa Data...........................................................

23

3.5.1 Mengumpulkan hasil data ...................................

24

3.5.2 Menginterpretasikan data ....................................

24

3.5.3 Menganalisis data ................................................

24

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ..................................

25

4.1.1 Sejarah Kecamatan Serbejadi...........................

25

4.1.2 Keadaan Geografis Kecamatan Serbejadi ........

25

4.1.3 Sejarah Desa .....................................................

27

4.1.4 Lokasi dan Fasilitas .........................................

28

4.1.5 Sistem Mata Pecaharian dan Pendidikan .........

30

4.1.6 Sistem Kekerabatan dan Agama .....................

32

4.1.7 Sosial dan Budaya ............................................

33

4.1.7.1 Bahasa ..................................................

33

4.1.7.2 Kesenian Masyarakat ...........................

34

4.2 Hasil Penelitian ..................................................................

34

4.2.1 Adat Perkawinan Etnik Gayo di Desa Lokop .....

34

vi

4.2.1.1 Bentuk Perkawinan ...................................

34

4.2.1.2 Tahapan-tahapn upacara perkawinan etnik Gayo
.................................................................
37
4.2.1.2.1 Tahapan Persiapan .................................

37

4.2.1.2.2 Acara Puncak .........................................

47

4.2.1.2.3 Tahapan Penyelesaian ...........................

57

4.3 Kelengkapan dan makna Simbolik ....................................

61

4.3.1 Tata cara tepung tawar etnik Gayo ..................

65

4.4 Budaya Upacara Perkawinan Etnik Gayo ..........................

66

4.5 Pakaian Pengantin Etnik Gayo ...........................................

67

4.6 Kaitan dengan Teori ...........................................................

70

4.6.1 Teori Evolusi Keluarga .......................................

70

4.6.2 Akulturasi ............................................................

71

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ............................................................

73

5.2 Saran.......................................................................

76

DAFTAR PUSTAKA
PEDOMAN WAWANCARA
DAFTAR INFORMAN
LAMPIRAN

vii

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah
Indonesia merupakan negara yang memiliki keragaman etnik yang tinggi
menurut BPS tahun 2010 ada 1.340 etnik yang terdapat diseluruh Indonesia.
Namun demikian, tingkat keragaman etnik disetiap provinsi tidak sama,ada
propinsi yang memiliki keragaman etnik yang tinggi, tetapi lebih lebih banyak
yang terdiri dari satu etnik. Salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki
keragaman etnik adalah Nanggroe Aceh Darussalam, etnik yang menjadi
penduduk asli di wilayah Nanggroe Aceh Darussalam ini antara lain: Aceh, Gayo,
Alas,

Singkil,

Tamiang,

Kluet,

Aneuk

Jamee,

dan

Simeulue

(sumber:http//www.aceh.com).
Dengan keragaman etnik di provinsi Aceh ini telah melahirkan keragaman
kebudayaan yang dimiliki, kebudayaan merujuk pada berbagai aspek manusia
baik material maupun immaterial, seperti: sistem kepercayaan, bahasa, sistem
teknologi dan sebagainya. Sebagaimana yang dikemukakan oleh (E.B.tylor:1871
dalam Wiranata, 2002: 95) bahwa “kebudayaan adalah keseluruhan yang
kompleks, yang di dalamnya terkandung ilmu pengetahuan, kepercayaan,
kesenian, moral, hukum, adat istiadat dan kemampuan yang lain serta kebiasaan
yang didapat oleh manusia sebagai anggota masyarakat”.
Koentjaraningrat (2002: 203) menyatakan kebudayaan terdiri dari 7 (tujuh)
unsur yang universal (cultural universal), artinya unsur-unsur kebudayaan yang

1

dapat dijumpai pada setiap etnik di muka bumi, cultural universal terdiri dari:
sistem peralatan dan perlengkapan hidup, sistem mata pencaharian hidup, sistem
kemasyarakatan atau organisasi sosial, bahasa, kesenian, sistem pengetahuan, dan
sistem religi.
Salah satu unsur kebudayaan yang terdapat dalam cultural universal
adalah sistem kemasyarakatan. Perkawinan adalah salah satu hal yang penting
dalam sistem kemasyarakatan di samping yang lain seperti perkawinan selalu ada
dalam setiap etnik, sebab melalui perkawinan generasi dari kelompok etnik yang
bersangkutan dapat diteruskan.
Setiap unsur kebudayaan dari tiap suku bangsa tersebut tentu saja memiliki
keunikan dan kekayaan tradisi masing–masing di dalamnya juga terkandung
nilai–nilai luhur untuk kemuliaan hidup. Etnik gayo adalah salah satu etnik asli
dari provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, ditinjau dari populasinya maka etnik
Gayo merupakan etnik kedua terbesar sesudah etnik Aceh yang jumlah
“populasinya berjumlah kurang lebih 85.000 jiwa”(http//suku_gayo.htm),
berdasarkan

data

BPS

tahun

2011

jumlah

penduduk

Gayo

179,55

(http//BPSProvinsiAceh-Dinamis Data.htm).Daerah asal kediaman orang Gayo itu
biasa dinamakan Dataran Tinggi Gayo, dan mereka biasa menyebutnya dengan
Tanoh Gayo (Tanah Gayo). Kini daerah tersebut menjadi bagian dari wilayah
beberapa kabupaten, yakni: (a) seluruh wilayah Kabupaten Aceh Tengah; (b)
sebagian dari wilayah Kabupaten Aceh Tenggara; dan (c) seluruh wilayah
Kabupaten Gayo Lues serta (d) sebagian kecil dari wilayah Kabupaten Aceh
Timur.

2

Adanya perbedaan antara gayo Lues, Gayo Lut, serta Gayo Serbejadi
disebabkan oleh lingkungan alam, yang dalam rentang waktu yang lama tidak ada
prasarana perhubungan dan prasarana komunikasi, sehingga mereka sulit
mengembangkan interaksi dan hubungan. Inilah salah satu sebab sehingga
menimbulkan variasi budaya termasuk logat bahasa, Keadaan alam dan
keterbatasan prasarana komunikasi masih tampak sampai saat ini.
Tak terkecuali kebudayaan masyarakat Gayo yang berada di sekitar
kawasan Serbajadi (Aceh Timur) saat mempersiapkan sebuah hajat besar seperti
upacara perkawinan yang harus melewati beberapa tahapan adat, yang tiap
tahapannya tersimpan makna yang sakral misalnya, adat mengarak keliling
kampung pengantin pria “Mah Bei” dengan tujuan untuk kebahagiaan hidup
rumah tangga pasangan pengantin. Pelaksanaan Upacara perkawinan pada
masyarakat Gayo Serbejadi (Aceh timur) ada banyak persamaan hampir di seluruh
dataran tinggi Tanah Gayo, namun perbedaannya hampir dapat terlihat jelas
khususnya di dalam adat masyarakat Gayo di Kecamatan Serbejadi.
Menurut Suharso (2005: 230) kawin adalah perjodohan laki–laki dan
perempuan menjadi suami istri nikah. Perkawinan mengatur hubungan seksual
dan menentukan kedudukan sosial individu–individu dengan keanggotaan mereka
dalam

kelompok,

menghubungkan

menentukan

individu–individu

hak–hak
dengan

dan

kepentingan

yang

kelompok-kelompok

di

sah,
luar

kelompoknya sendiri, menciptakan unit–unit ekonomi rumah tangga, dan
merupakan instrument hubungan politik diantara individu dengan keluarga

3

Perkawinan juga merupakan salah satu dasar yang utama dalam kehidupan
manusia. Melalui perkawinan dibenarkan hubungan badan antara lawan jenisnya
dan perkawinan juga merupakan suatu hukum dalam kehidupan bermasyarakat.
Upacara perkawinan pada etnik Gayo khususnya yang menetap di
Kecamatan Serbejadi Aceh Timur mempunyai tahapan yang cukup panjang yang
dimulai dari tahapan persiapan (Risik Kono, Munginte, pakat sara ine, segenap
dan begenap, jegekul), serta acara puncak (beguru, Mah

atur, Mah bei),

tahapan penyelesaian (Mah beru, Mujele Gule, Mah kero, Munenes).
Yang membuat peneliti tertarik untuk melaksanakan penelitian mengenai
proses tahapan perkawinan pada etnik Gayo ini antara lain: proses pelaksanaannya
yang demikian panjang, adanya keunikan yang terdapat pada proses tersebut di
mana proses perkawinan tidak terdapat pada etnik lain yang ada di Indonesia.
Yakni, kalau pada setiap suku yang ada di Indonesia, pasti melakukan akad nikah
terlebih dahulu, baru acara kenduri di rumah masing-masing, tapi pada suku Gayo
Serbejadi ini, mereka melakukan resepsi penikahan di rumah masing-masing
mempelai terlebih dulu, baru melakukan acara akad nikah ke esokkan harinya.
Selain dari pada penjelasan tersebut di atas, yang mendorong peneliti
untuk melakukan peneltian ini adalah karena upacara yang demikian panjang,
memakan waktu, dan rumit. Namun, upacara ini masih dilaksanakan hingga kini
di kecamatan Serbejadi ini. Hal inilah yang melatarbelakangi penulis tertarik
untuk melakukan penelitian dengan judul “Tahapan upacara perkawinan etnik
Gayo di kecamatan Serbejadi kabupaten Aceh Timur ”.

4

1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka yang akan menjadi
identifikasi masalah di dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Latar Belakang etnik Gayo
2. Tahapan upacara perkawinan pada etnik Gayo Serbejadi
3. Perbedaan

macam-macam

perkawinan

etnik

Gayo

seperti

kerje

juelen,angkap, kini, munik,mah tabak,ganti tikar
4. Makna simbolik yang terkandung pada setiap tahapan upacara
5. Perlengakapan yang digunakan dalam tahapan upacara perkawinan
1.3 Pembatasan Masalah
Dengan memperhatikan latar belakang dan identifikasi masalah, maka
perlu adanya pembatasan masalah, untuk mempermudah penelitian, dan
tercapainya hasil yang baik. Pembatasan masalah ini dimaksudkan untuk
membantu mengarahkan penulis pada masalah yang sebenarnya dan untuk
menghindari meluasnya masalah dalam penelitian ini, maka permasalahan yang
dikaji dibatasi pada “Tahapan upacara perkawinan etnik Gayo di kecamatan
Serbejadi kabupaten Aceh Timur”.
1.4 Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka yang akan menjadi
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

5

1. Apa saja tahapan upacara perkawinan masyarakat Gayo Serbejadi?
2. Apa saja kelengkapan yang dipergunakan dalam upacara etnik Gayo
tersebut?
3.

Apa makna simbolik yang terkandung dalam setiap tahapan upacara dan
kelengkapan yang digunakan?

4. Adakah pengaruh kebudayaan lain terhadap upacara perkawinan etnik
Gayo Kecamatan Serbejadi?
5. Apa Perbedaan proses perkawinan kerje juelen,angkap, kini, munik,mah
tabak,ganti tikar?
6. Adakah pengaruh akulturasi pada upacara perkawinan etnik Gayo di
Lokop?
1.5 Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah yang telah ditetapkan, maka tujuan
penelitian yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui tahapan upacara perkawinan etnik Gayo Serbejadi
2. Untuk mengetahui tahapan upacara perkawinan etnik Gayo ini dipengaruhi
kebudayaan lain atau tidak
3. Untuk memperkenalkan upacara perkawinan etnik Gayo Serbejadi pada
masyarakat Aceh khususnya dan pada masyarakat Indonesia umumnya

6

1.6 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:
A. Manfaat Teoritis
1. Untuk menambah pengetahuan dan wawasan penulis serta masyarakat lain
khususnya masyarakat dan remaja setempat tentang tahapan upacara
perkawinan etnik gayo Serbejadi.
2. Memberikan informasi bagi masyarakat tentang tahapan upacara
perkawinan etnik Gayo Serbejadi.
B. Manfaat Praktis
1. Sebagai bahan perbandingan bagi penelitian berikutnya yang relevan.
2. Dapat menjadi media pembelajaran bagi siswa/mahasiswa dan masyarakat
yang berkaitan dalam bidang Antropologi, sosial, dan budaya

7

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari pembahasan pada Bab IV dan hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut:
1. Setiap acara adat yang ada di desa Lokop berbeda dengan acara adat yang
ada di Takengon khususnya tahapan-tahapan upacara perkawinannya
sangatlah berbeda. Yakni dimulai dari tahap a. Risik Kono (Perkenalan
Keluarga) yakni tahap perkenalan keluarga, di sini juga keluarga dari
pihak laki-laki mencari tahu bagaimana pribadi si perempuan, di saat
penyelidikan ini dilakukan dengan sambil bergurau. Jika dirasa cocok
beberapa hari kemudian datang rombongan laki-laki untuk acara
Munginte; b. Munginte (Melamar atau Meminang) pada acara Munginte
ini para rombongan laki-laki datang dengan Telangke untuk meminang
anak dara, dan juga mahar yang ditentukan keluarga si perempuan dengan
berat 3 mayam (23,1 gram) mas dan uang sebesar 3 Juta Rupiah keluarga
laki-laki menyetujuinya, semua mahar dihantarkan pada acara Turun
caram; c. Turun caram (Mengantar Uang) pada acara turun caram ini
dilaksanakan saat matahari naik sekitar pukul 09.00-12.00 WIB dengan
harapan kedua pengantin ketika menjalani rumah tangga rezekinya akan
bersinar; d. Pakat sara Ine (Musyawarah Keluarga Perempuan) pada acara
ini membicarakan sifat pesta yang akan dilakasanakan, sederhana, sedikit

73

lebih meriah atau pesta besar-besaran, pada acara ini juga para pihak
saudara memberikan sedikit bantuan berupa uang serta yang dibutuhkan
siyang membuat acara pesta; e. segenap dan Begenap (Musyawarah dan
Keluarga) yakni musyawarah keluarga dan warga sekitar guna
membicarakan seksi yang dibutuhkan oleh pihak keluarga guna
mengurangi beban keluar, serta pembagian selebaran undangan baik yang
bersifat umum dan bersifat adat; f. Jege Kul (Jaga malam) yakni acara
dibuat seperti benar-benar hidup dengan dimeriahkan beberapa tarian khas
Gayo; g. Beguru (Memberi Nasihat) yakni memberi nasehat kepada
pengantin perempuan dengan sekalian menepung tawari pengantin
perempuan, disini pengantin perempuan bersedih, dan meminta izin
kepada nenek dari orang tua sebelah ayah dan orang tua sebelah ibu
beserta meminta izin dengan ayah dan ibu baru lah pengantin perempuan
dibawa untuk dimandikan; h. Munalo (Mengantar pengantin Laki-laki) di
acara ini pengantin laki-laki beserta rombongan dengan membawa batil
akan disambut dengan tari Guel; i. Mah bai (Mengarak Pengantin Lakilaki) barulah pengantin laki-laki di arak keliling kampung dulu baru
dibawa kerumah pengantin perempuan, didepan pintu pengantin
perempuan, sipengantin laki-laki akan di tepung tawari oleh 3 orang
perempuan yakni, ibu kakak dari sebelah ibu dan dari sebelah ayah;
j. Akad Nikah pengantin laki akan dinikahkan oleh orang tua pengantin
perempuan; k. Pesta di acara pesta ini yang akan dari kampung seberang, 1
kecamatan bahkan dari kota juga akan datang, diacara ini para tamu hanya

74

membawa sebungkus beras didalam sebungkus anyamandan sedikit uang,
l. Mah Beru (Mengantar Pengantin Perempuan) disini pengantin
perempuan akan diantar kerumah pengantin laki-laki; m. Mujele Gule
(Mengatar Lauk) pengantin laki-laki- mengantar lauk kerumah pengantin
perempuan dengan membawa masakann khas Gayo yakni ikan mecem jing
dan ikan cangkok; n. Mah Kero (Mengantar nasi) ketika pengantin lakilaki diantar kerumah pengantin perempuan membawa nasi; o. Munenes
(Ngunduh Mantu).
2. Kelengakapan yang digunakan pada upacara perkawinan ini yang paling
mencolok baik pada saat munginte dan tepung tawar, beras yakni
menandakan kemakmuran. Pada saat munginte juga dibawa sirih atau
dalam bahasa Gayo nya (Mangas) yang mengandung makna rendah hati
dan pemberani, tempat sirih, sejumlah uang, jarum dan benang yang
ketiganya mengadung makna tanda pengikat tidak resmi bagi pihak
wanita,agar untuk sementara waktu tidak menerima lamaran orang lain.
dan juga pada adat tepung tawar banyak digunakan dedaunan seperti
Dedingin yang mengandung makna agar rumah tangganya damai dan
tentram,sejuk, selanjutnya ada batang teguh yang mengandung makna
kuatkan iman didalam dada, dan kuatkan diri dari godaan-godaan,
selanjutnya ada celala yang mengandung makna agar nanti berumah
tangga bisa bermasyarakat atau beradaptasi dengan lingkungan sekitar,
ongkal yakni hidup jangan lah bercerai dengan kata lain nikah itu sekali se

75

umur hidup. Air yakni agar hidupnya kelak bersih,suci, dan digunakan
wadah berupa bebesi yang melambangkan tahan uji.
3. Berdasarkan hasil wawancara tidak ada pengaruh dari kebudayaan lain,
walaupun pengantin berasal dari luar desa Lokop, tetap harus menjalani
serangkaian adat yang ada di desa Lokop
4. di desa Lokop ada 3 bentuk perkawinan yakni kawin juelen yakni si
perempuan masuk ke keluarga laki-laki maksudnya mereka menikah tidak
menikah di kampung perempuan namun di kediaman laki-laki,maka
mereka berdua telah melanggar adat dan harus membayar denda adat.
Kawin lari yakni kawin yang dilaksanakan tanpa restu oleh orang tua
kedua belah pihak, dan terakhir kawin angkap yakni kawin yang
melaksanakan berbagai rangkaian adat upacara perkawinan etnik Gayo
yang ada di desa Lokop.
5. Adanya pengaruh akulturasi pada pakaian pengantinnya yakni pakaian
pengantin yang mirip dengan pakaian Jawa.
5.2 Saran
Berdasarkan penelitian yang dilakukan tentang tahapan-tahapan upacara
perkawinan pada etnik Gayo. Kemudian diperoleh data yang sesuai dengan yang
dibutuhkan, maka peneliti mencoba untuk memberikan saran yang mudahmudahan dapat berguna sebagai buah pemikiran agar kebudayaan yang telah
diwariskan nenek moyang dapat dilestarikan sebagai identitas suatu etnis. Maka
peneliti memberikan beberapa saran yaitu:

76

1. Kebudayaan merupakan warisan dari nenek moyang yang harus
dilestarikan. Oleh karena itu, sebagai pewaris kebudayaan seharusnya
setiap individu mempertahankan dan melestarikan kebudayan yang kita
miliki.
2. Tahapan-tahapan perkawinan yang terdapat di desa Lokop ini sangat unik
dan harus diajarkan kepada generasi seterusnya. Agar pengetahuan yang
telah diwariskan dapat dilestarikan dengan sendirinya
3. Adat yang masih dijalani oleh masyarakat Lokop seharusnya semakin
diperkenalkan kepada generasi muda, agar mereka mengetahui dan lebih
menghargai kebudayaan yang dimiliki. Dengan demikian generasi penerus
dapat menganggap kebudayaan tersebut penting untuk dilestarikan.
4. Seharusnya kaum muda etnik Gayo di desa Lokop bangga akan
kebudayaan mereka yang unik, yang masih ada di era globalisaasi ini,
yang belum tentu di etnik lain ada adat yang masih dijalani dan unik
seperti di Lokop, sehingga dapat melestarikan kebudayan dengan
sendirinya.

77

DAFTAR PUSTAKA
Herusatoto, budiono.2008.Simbolisme Jawa.Yogyakarta.Ombak
Hadi, Sumandiyo.2006.Seni dalam Ritual Religi.Yogyakarta.Buku Pustaka
Koentjaraningrat. 1981.Beberapa Pokok Antropologi Sosial.Jakarta.Dian Rakyat.
_____________.2002.Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta. Rineka Cipta
_____________.2005.Pengantar

Antropologi

pokok-pokok

Etnografi

II.Jakarta.Rineka Cipta
_____________,1980.Sejarah Teori Antropologi I.Universitas Indonesia(UIPress). Jakarta.
_____________.2010.Sejarah Teori Antropologi II.Universitas Indonesia (UIPress).Jakarta
M.Keesing,

Roger.1981.Antropologi

Budaya

Suatu

Perspektif

Kontemporer.Jakarta.Erlangga
Narwoko, J.Dwi.2010.Sosiologi teks pengantar dan terapan.Jakarta.Kencana
Ritzer, George. 2003. Teori Sosiologi Modern. Jakarta. Kencana Prenada Media
Group
Saifuddin,Achmad Fedyani.2005.Antropologi Kontemporer Suatu Pengantar
Kritis Mengenai Paradigma.Jakarta.Kencana
Sudarsono.2005.Hukum Perkawinan Nasional.Jakarta.Rineka Cipta
Soekanto, Soerjono.2008.Hukum Adat Indonesia.Jakarta.Rajawali Pers

78

79

Sugiyono.2008.Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.Bandung.
Alfabeta
Suhaidy, Saleh.2006.Rona Perkawinan di Tanah Gayo.Banda Aceh.Badan
Perpustakaan NAD
Suharso, dkk.2005.Kamus Besar Bahasa Indonesia.Semarang.Widya Karya
Suyono, Ariyono, dkk.1985.Kamus Antropologi.Jakarta.Akademika Pressindo
Sztompka, Piotr. 2004. Sosiologi Perubahan Sosial. Prenada Media : Jakarta
Thantawy r, dkk.2001.Kamus Bahasa Indonesia-Gayo.Jakarta.Balai Pustka

SITUS WEBSITE
http://www.adat-perkawinan-suku-gayo-lues.html (diakses pada tanggal 18
Februari 2013,Pukul 10.30 WIB)
http://www.Suku_Gayo.html (diakses pada tanggal 17 Februari 2013, Pukul 08.06
WIB)
http://BPSProvinsiaceh-dinamisdata.htm (diakses pada tanggal 27 Maret 2-13,
Pukul 12.26 WIB)
http://www:/Akulturasi.htm (diakses pada tanggal 15 Mei 2013,pukul 10.40 WIB)