Suatu Penelitian Deskriptif Mengenai Derajat Stres Kerja Saat Peak Season pada Supervisor Jahit di Perusahaan Garmen "X" Bandung.

(1)

i ABSTRAK

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana stres kerja saat peak season pada Supervisor jahit di perusahaa “X” Bandung. Adapun yang menjadi sampel penelitian ini adalah supervisor jahit perusahaan garmen “X” Bandung yang telah bekerja di bagian produksi jahit perusahaan garmen “X” minimal selama 1 tahun. Penelitian ini dikelompokan pada penelitian survey, dimana semua anggota populasi yang memenuhi karakteristik penelitian dijadikan sampel, dengan jumlah 28 orang responden.

Alat ukur yang digunakan adalah kuesioner derajat stres kerja yang dirancang oleh peneliti berdasarkan teori stres kerja Stephen P. Robbins (2002). Berdasarkan hasil uji validitas dan reliabilitas dengan menggunakan program SPSS for Windows Versi 13.0 diperoleh 48 item yang diterima dengan validitas 0,209 – 0,700, dan reliabilitas sebesar 0,924. Hasil pembahasan menggunakan teknik distribusi frekuensi dan tabulasi silang. Hasilnya yaitu derajat stres kerja pada supervisor jahit di perusahaan garment “X” Bandung hampir tersebar merata pada derajat stres kerja rendah, cenderung rendah, cenderung tinggi, dan tinggi, dengan persentase yaitu sebanyak 28,5% supervisor jahit berada pada derajat stres kerja yang rendah, 25% cenderung rendah, 25% cenderung tinggi dan 21,4% berada pada derajat stres kerja yang tinggi. Dari hasil penelitian juga diketahui bahwa faktor lingkungan kehidupan pribadi individu, faktor organisasi, dan faktor lingkungan tidak berdiri sendiri-sendiri. Faktor-faktor tersebut secara bersama-sama berkaitan dengan stres kerja. Demikian juga perbedaan individu, semua itu berkaitan dengan stres kerja tidak secara sendiri-sendiri.

Berdasarkan hasil penelitian ini, maka peneliti mengajukan saran untuk dilakukannya penelitian lanjutan dengan membandingkan stres kerja saat masa peak season dengan diluar masa peak season, membandingkan stres kerja pada supervisor jahit yang telah berkeluarga dengan supervisor jahit yang belum berkeluerga dan menghubungkan stres kerja dengan, status pernikahan, maupun dukungan keluarga. Untuk pihak perusahaan disarankan agar lebih memperhatikan dampak dari stres kerja pada supervisor jahit terutama dari segi fisik dan pihak perusahaan harus memiliki ketegasan terutama dari segi sangsi terhadap supervisor jahit yang lalai.


(2)

ii

DAFTAR ISI

Halaman Lembar Judul

Lembar Pengesahan

ABSTRAK...i

KATAPENGANTAR...ii

DAFTAR ISI...vi

DAFTAR TABEL...x

DAFTAR BAGAN...xii

DAFTAR LAMPIRAN...xiii

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah...1

1.2. Identifikasi Masalah ...9

1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian ...10

1.4. Kegunaan Penelitian...10

1.5. Kerangka Pemikiran...11

1.6. Asumsi...18

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Stres 2.1.1. Pengertian Stres...19


(3)

iii

2.1.2. Pendekatan Terhadap Stres ...20

2.1.3. Klasifikasi Stres ...25

2.1.4. Dinamika Stres ...25

2.1.5. Penilaian Kognitif ...26

2.2. Stres kerja 2.2.1. Pengertian Stres Kerja ...27

2.2.2. Sumber Potensial dari Stres Kerja...28

2.2.3. Perbedaan Individual ...31

2.2.4. Konsekuensi Stres Kerja...33

2.3. Perusahaan Garmen “X” Bandung 2.3.1. Sejarah Perusahaan...35

2.3.2. Divisi & Departemen PT. Garmen “X” Bandung ...37

2.3.3. Produk-produk PT. Garmen “X” Bandung...40

2.3.4. Penghargaan yang diterima PT. Garmen “X” Bandung ...40

2.3.5. Visi, Misi & Tujuan...41

2.3.6. Fasilitas Produksi ...42

2.3.7. Supervisor Jahit ...44

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Rancangan Penelitian ...46

3.2. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ...47

3.3. Alat Ukur ...47


(4)

iv

3.3.2. Prosedur Pengisian ...47

3.3.3. Sistem Penilaian ...49

3.3.4. Data Penunjang ...51

3.3.5. Pengujian Alat Ukur ...51

3.3.5.1. Uji Validitas Alat Ukur ...51

3.3.5.2. Uji Reliabilitas Alat Ukur ...52

3.4. Populasi dan Sampel Penelitian...52

3.4.1. Populasi Sasaran...52

3.4.2. Karakteristik Populasi ...53

3.4.3. Teknik Penarikan Sampel ...53

3.5. Teknik Analisis ...53

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Responden ...54

4.2. Gambaran Hasil Penelitian ...56

4.3. Tabulasi Silang ...58

4.4. Pembahasan ...72

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan...81

5.2. Saran...83

DAFTAR PUSTAKA...86


(5)

v

DAFTAR BAGAN

Bagan 1. Kerangka Pemikiran...17 Bagan 2. Pemodelan Stres Kerja ...35 Bagan 3. Rancangan Penelitian ...46


(6)

vi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kata Pengantar

Lampiran 2 Kuesioner Data Pribadi Lampiran 3 Kuesioner Data Penunjang Lampiran 4 Kuesioner Stres Kerja

Lampiran 5 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur Kuesioner Stres Kerja

Lampiran 6 Data Mentah Kuesioner Stres Kerja Lampiran 7 Data penunjang I

Lampiran 8 Data penunjang II Lampiran 9 Crosstab


(7)

(8)

KATA PERNGANTAR

Saudara yang terhormat,

Kuesioner yang berisi daftar pernyataan ini disusun untuk mengumpulkan data dalam rangka penyusunan tugas akhir pada program studi Sarjana Psikologi, Universitas Kristen Maranatha Bandung.

Tujuan penelitian tugas akhir ini adalah memperoleh gambaran mengenai stress kerja pada Supervisor Jahit di perusahaan Garment “X” Bandung. Dengan kuesioner ini diharapkan dapat diketahui derajat stress kerja pada Supervisor Jhait diperusahaan Garment “X” Bandung

Jawaban yang diberikan oleh Saudara tidak ada yang dikatakan salah atau benar, oleh karena itu peneliti berharap Saudara dapat mengiusinya sesuai dengan keadaan Saudara yang sebenarnya, jangan terpengaruh oleh pihak manapun juga. Peneliti berharap Saudara dapat mengisi kuesioner ini dengan jujur, spontan, teliti dan lengkap. Ketidaklengkapan jawaban akan menyebabkan data tidak dapat diolah lebih lanjut.

Semua data akan dijamin kerahasiaannya dan tidak akan berpengaruh apa-apa terhadap pekerjaan Saudara kerena data yang didapa-apat hanya akan digunakan untuk kepentingan penelitian ini.

Atas kesediaan Saudara meluangkan waktu untuk mengisi kuesioner ini, peneliti mengucapkan terima kasih.

SELAMAT BEKERJA

Bandung, Juni 2006

Peneliti

Lampiran I


(9)

DATA PRIBADI

Jenis Kelamin :

Usia :

Pendidikan Terakhir :

Status pernikahan :

Menikah

Belum menikah

………..

Apakah saudara mempunyai anak ?

Ya, …….. orang

Tidak

Lamanya bekerja ………

Apakah saudara memiliki pekerjaan lain selain sebagai supervisor jahit ?

Ya, sebagai ……….

Tidak


(10)

DATA PENUNJANG

Petunjuk pengisian : berilah tanda silang ( ) pada kotak pilihan yang sesuai dengan keadaan diri saudara.

• Menurut saudara pekerjaan sebagai supervisor jahit :

Sangat menyenangkan Menyenangkan

Kurang menyenangkan Tidak menyenangkan

• Tuntutan saudara terhadap diri sendiri dalam bekerja :

Sangat tinggi Tinggi Cukup Rendah

• Menurut saudara, perhatian dan penanganan yang diberika oleh pihak

perusahaan terhadap permasalahan (pekerjaan dan keluarga) yang sedang saudara hadapi :

Sangat memuaskan Memuaskan

Kurang memuaskan Tidak memuaskan

• Menurut saudara relasi antar sesama supervisor jahit, opertaor dan atasan ditempat kerja Saudara :

Terjalin dengan baik Terjalin dengan cukup baik Tidak terjalin dengan baik


(11)

• Menurut saudara, peran saudara sebagai supervisor jahit di perusahaan tempat

saudara bekerja :

Jelas fungsi dan tugasnya Cukup jelas fungsi dan tugasnya Kurang jelas fungsi dan tugasnya Tidak jelas fungsi dan tugasnya

• Menurut saudara, rekan-rekan supervisor jahit ditempat saudara saudara

bekerja :

Sangat menyenangkan Menyenangkan

Kurang menyenangkan Tidak menyenangkan

• Menurut penghayatan saudara, tuntutan tugas diperusahaan tempat saudara

bekerja :

Mudah dan sedikit tuntutan tugasnya Sukar dan banyak tuntutan tugasnya Mudah dan banyak tuntutan tugasnya Sedikit dan sukar tuntutan tugasnya

• Apakah dalam pekerjaan saudara dituntut untuk dapat menguasai teknologi yang semakin canggih

Ya Tidak

• Jika Ya, bagaimana penghayata saudara terhadap tuntutan untuk menguasai

teknologi tersebut

Merupakan ancaman


(12)

• Apakah keluarga Saudara mendukung pekerjaan saudara sebagai supervisor

jahit ? Ya Tidak

• Menurut asudara, dukungan dari keluarga saudara ... pekerjaan saudara

sebagai supervisor jahit Sangat mempengaruhi Mempengaruhi Cukup mempengaruhi Tidak berpengaruh apa-apa

Petunjuk pengisian : berilah tanda ( ) pada kotak pilihan yang sesuai dengan keadaan diri saudara yang sebenarnya kemudian berilah alasan dari pilihan saudara tersebut.

• Menurut Saudara, apakah keadaan politik yang tidak menentu sekarang ini

menimbulkan tekanan dan berpengaruh pada pekerjaan saudara ? Ya ,

Alasannya ... Tidak

Alasannya ...

• Menurut saudara, apakah keadaan ekonomi negara kita pada saat ini

menimbulkan kecemasan dan berpengaruh pada pekerjaan saudara ? Ya

Alasannya ... Tidak


(13)

• Menurut penghayatan saudara, gaya kepemimpinan atasan saudara

menimbulkan ketegangan, kecemasan atau rasa takut ? Ya

Alasannya ... Tidak

Alasannya ...

• Dalam menangani suatu pekerjaan, apakah saudara dilibatkan/berpartisipasi dalam pengambilan keputusan ?

Ya, bilamana dan mengapa ?... Tidak

Alasannya ...

• Apakan kondisi keluarga (misalnya : kegagalan pernikahan, kesulitan

menjaga anak, kesulitan keuangan) mempengaruhi pekerjaan saudara sebagai supervisor jahit ?

Ya,

Alasannya, ... Tidak,


(14)

Petunjuk Pengisian :

Pada halaman berikut ini terdapat pernyataan-pernyataan mengenai keadaan saudara pada saat saudara bekerja sebagai supervisor jahit. Bacalah setiap pernyataan dengan seksama dan bayangkanlah kondisi tersebut pada saat saudara bekerja terutama pada masa peak seasons. Berilah tanda silang (X) di kolom yang tersedia untuk setiap pernyataan yang sesuai dengan keadaan saudara yang sebenarnya.

SS = Sangat Sering Dialami S = Sering Dialami

J = Jarang Dialami JS = Jarang Sekali Dialami

Jawablah dengan spontan, segera setelah saudara membaca setiap pernyataan, jangan terlalu lamadipikirkan. Jawablah dengan jujur sesuai dengan apa yang saudara alami atau rasakan. Kejujuran saudara dalam menjawab sangat berarti bagi penelitian ini.

No. Pernyataan SS S J JS

1 Kepala saya terasa sakit / pusing-pusing pada saat bekerja

2 Saya sering terserang sakit kepala sebelah (migraine)

3 Saya tidak pernah terlambat datang ke tempat kerja

4 Laju detak jantung saya terasa lebih cepat pada saat bekerja

5 Saya memiliki keinginan untuk pindah dari pekerjaan saya sekarang ini

6 Akhir-akhir ini saya bolos bekerja

7 Saya merasa napas saya lebih cepat pada saat saya bekerja

8 Saya merasa mudah tegang pada saat bekerja 9 Saya merasa pola makan saya menjadi tidak

teratur

10 Saya sering terserang maag pada saat bekerja 11 Saya sering merasa cemas pada saat bekerja 12 Saya kehilangan selera makan pada saat

mengerjakan pekerjaan yang harus saya selesaikan

13 Saya tidak mudah tersinggung pada tingkah


(15)

laku / ucapan atasan / rekan kerja saya 14 Saya merasa mudah sekali marah tanpa sebab

yang jelas.

15 Saya merasa cara bicara saya menjadi lebih cepat

16 Akhir-akhir ini tekanan darah saya meningkat 17 Saya merasa sulit untuk tidur (insomnia) 18 Saya merasa bosan dengan suasana di dalam

ruangan kerja saya

19 Saya baru tertidur pada tengah malam 20 Saya merasa pinggang saya mudah sekali

nyeri.

21 Saya merasa bosan melihat atasan yang selalu menentukan apa yang seharusnya saya kerjakan.

22 Saya merasakan pegal-pegal pada tubuh saya. 23 Saya mudah sekali gelisah pada saat saya

bekerja

24 Saya mudah terserang batuk dan Flu 25 Saya sering melamun pada saat bekerja. 26 Saya suka menunda-nunda pekerjaan 27 Saya terpaksa mempertahankan pekerjaan

saya sekarang ini karena sulit untuk mencari pekerjaan baru.

28 Saya tidak pernah merasakan sakit kepala / pusing pada saat bekerja

29 Saya merasa upah yang saya terima sebanding dengan pekerjaan saya

30 Saya tidak pernah mengalami sakit kepala sebelah (migraine)

31 Laju detak jantung saya terasa biasa saja / normal pada saat bekerja

32 Saya tidak pernah bolos bekerja

33 Saya merasa napas saya biasa saja / normal pada saat beekrja

34 Saya tidak pernah merasa tegang pada saat bekerja

35 Saya merasa pola makan saya tetap teratur selama bekerja

36 Saya tidak pernah terserang maag pada saat bekerja

37 Saya tidak pernah merasa cemas pada saat bekerja

38 Saya tidak pernah kehilangan selera makan pada saat saya bekerja

39 Saya tidak pernah merasa bosan dengan suasana di dalam ruang kerja saya


(16)

40 Saya tidak pernah mengalami nyeri pinggang pada saat bekerja

41 Saya tidak pernah merasa bosan melihat atasan yang selalu menentukan apa yang seharusnya saya kerjakan

42 Saya tidak pernah merasakan pegal-pegal pada tubuh saya

43 Saya tidak pernah merasa gelisah pada saat bekerja

44 Saya merasa tidak mudah terserang batuk dan flu

45 Saya tidak pernah menggerutu dibelakang atasan saya

46 Saya tidak pernah mengeluh mengenai pekerjaan yang harus saya selesaikan

47 Saya tidak pernah menunda-nunda pekerjaan 48 Saya tidak merasa terpaksa mempertahankan


(17)

Lampiran 5

HASIL UJI VALIDITAS & RELIABILITAS ITEM

Gejala Stres

Kerja item validitas keterangan

1 0.646 diterima

4 0.607 diterima

7 0.267 direvisi

10 0.45 diterima

13 0.492 diterima

16 -0.193 ditolak

19 -0.304 ditolak

22 0.7 diterima

27 0.507 diterima

30 0.269 direvisi

Gejala Fisiologis 33 0.432 diterima

40 0.187 ditolak

43 0.275 direvisi

45 0.357 direvisi

46 0.561 diterima

48 0.295 direvisi

51 0.376 direvisi

57 0.093 ditolak

60 0.487 diterima

62 0.489 diterima

64 0.474 diterima

69 0.159 ditolak

2 0.074 ditolak

5 -0.358 ditolak

8 0.243 direvisi

11 0.609 diterima

14 0.432 diterima

17 0.398 direvisi

20 0.583 diterima

23 -0.08 ditolak

25 0.51 diterima

28 0.268 direvisi


(18)

34 0.158 ditolak

Gejala

Psikologis 36 0.303 direvisi

38 0.17 ditolak

39 0.284 direvisi

41 -0.363 ditolak

42 0.574 diterima

44 0.461 diterima

49 0.433 diterima

52 0.477 diterima

55 0.08 ditolak

59 0.373 direvisi

61 0.433 diterima

65 -0.082 ditolak

68 0.545 diterima

70 0.435 diterima

3 0.145 ditolak

6 0.518 diterima

9 0.276 direvisi

12 0.45 diterima

15 0.38 direvisi

18 0.162 ditolak

21 0.581 diterima

24 0.686 diterima

26 0.557 diterima

29 0.037 ditolak

Gejala Perilaku 32 0.567 diterima

35 -0.226 ditolak

37 0.181 ditolak

47 0.693 diterima

50 0.373 direvisi

53 0.474 diterima

54 -0.016 ditolak

56 0.014 ditolak

58 0.048 ditolak

63 0.621 diterima

66 0.209 direvisi

67 0.213 direvisi

Jumlah Item yang ditolak = 22 Item Derajat Reliabilitas Item = 0,924


(19)

Lampiran 6

No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25

1 3 2 4 3 3 1 3 3 3 2 4 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2

2 1 1 4 1 1 1 1 1 1 1 2 3 2 1 1 1 2 2 1 3 2 3 2 2 2

3 2 1 4 2 2 1 3 2 1 1 3 2 2 1 3 1 3 3 3 3 2 4 2 2 1

4 3 2 4 3 4 1 3 2 1 1 1 1 4 1 1 1 3 2 1 3 2 3 1 1 2

5 2 4 4 2 1 1 2 2 4 4 3 1 3 1 3 1 4 2 4 2 2 3 3 3 2

6 4 4 3 4 1 1 3 3 2 3 3 3 3 2 3 2 2 2 1 3 2 3 3 3 2

7 3 2 4 3 1 1 1 2 3 2 1 2 4 1 3 1 3 1 3 3 2 3 2 2 3

8 4 3 4 4 3 1 2 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 4 3 4 2 4 3 3 2

9 2 1 3 2 1 1 2 1 2 1 1 2 2 1 2 1 2 2 1 1 2 2 2 2 2

10 3 2 3 3 2 2 2 2 3 2 2 2 3 2 3 2 3 2 2 2 2 2 3 2 2

11 2 1 4 2 1 1 1 2 2 2 2 2 2 1 1 2 1 2 2 2 2 3 2 2 1

12 2 2 4 2 2 1 2 2 2 3 2 3 3 1 2 3 3 3 3 3 3 3 2 2 1

13 1 1 1 1 2 2 3 3 3 3 3 3 4 1 2 1 1 2 1 1 2 1 3 2 1

14 3 3 2 3 3 2 2 2 3 2 3 3 2 2 3 2 3 2 3 3 2 3 2 3 2

15 2 1 3 2 1 3 2 1 1 1 3 2 1 2 3 4 4 4 1 2 1 1 2 1 1

16 3 3 1 3 2 1 3 3 2 2 3 2 2 2 3 2 2 3 2 2 2 3 3 3 2

17 2 2 3 2 1 2 1 2 2 2 2 3 2 2 2 2 1 2 1 3 2 3 2 2 2

18 2 1 1 2 2 1 1 1 1 1 2 1 1 1 2 1 1 2 1 1 2 2 1 1 2

19 2 1 1 2 2 1 1 1 1 1 2 1 1 1 2 1 1 2 1 1 2 2 1 1 1

20 2 1 1 2 1 1 1 1 2 3 1 2 3 1 1 1 1 1 1 3 1 3 1 2 1

21 2 1 1 2 1 1 2 1 2 1 1 1 3 1 2 1 1 2 1 2 1 3 1 2 1

22 2 1 1 2 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 2 1 1 2 1 1 2 2 1 2 2

23 2 3 2 2 2 2 1 1 1 2 1 1 3 1 1 1 3 2 2 2 3 3 1 1 1

24 2 1 1 2 2 1 3 3 2 2 3 3 2 2 3 1 2 2 1 3 2 4 3 2 2

25 2 1 1 2 3 1 2 2 1 1 3 2 1 1 2 1 1 2 1 1 2 2 2 1 1

26 2 1 1 2 1 1 2 2 3 2 2 2 2 1 3 2 2 1 3 3 2 4 2 2 1

27 2 1 4 2 1 1 1 2 3 3 3 3 2 1 1 1 1 1 1 2 2 3 3 1 2


(20)

26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 TOTAL 2 4 3 3 3 3 2 2 3 2 2 3 2 3 2 2 3 3 3 3 2 2 2 129 2 3 2 2 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 3 2 3 2 2 3 3 2 3 87 2 3 3 4 2 2 1 2 2 2 1 3 3 3 3 3 4 3 2 3 3 2 3 113 1 2 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 2 2 2 114 1 4 2 3 2 2 4 2 2 3 2 2 3 4 3 1 2 2 3 3 1 3 1 118 2 3 2 3 3 2 3 3 2 1 2 2 2 3 2 3 2 3 2 3 3 3 3 122 2 3 3 2 4 1 3 1 3 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 119 2 4 4 4 4 3 2 3 3 3 4 3 4 4 4 2 4 3 2 2 1 2 4 149 2 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 89 2 3 3 3 4 2 4 2 2 4 4 3 4 1 4 4 4 4 4 4 3 3 4 133 2 3 3 2 4 3 2 3 3 3 2 3 3 3 3 3 2 3 3 3 2 3 3 109 2 4 3 4 3 4 3 1 3 4 2 3 3 3 2 3 2 3 3 3 2 3 3 125 1 4 2 4 4 1 4 2 2 4 3 3 3 2 2 2 2 3 3 3 3 2 1 108 2 3 4 3 4 2 2 2 2 3 2 2 2 2 3 2 3 2 3 2 2 2 2 119 4 3 3 3 4 4 3 1 1 1 4 1 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 123 2 3 3 3 3 3 2 2 3 2 2 3 2 3 2 2 3 3 3 3 2 2 2 117 2 2 3 3 3 2 3 3 3 2 3 3 3 3 2 2 2 2 2 2 3 2 3 108 2 1 3 3 3 1 1 1 1 1 2 2 2 3 2 2 2 2 2 3 3 2 2 80 2 1 3 3 3 1 1 1 1 1 2 2 2 3 2 2 2 2 2 3 3 2 2 79 1 1 3 3 3 2 1 1 1 1 3 1 2 3 2 2 2 2 2 3 3 2 2 84 1 3 3 3 4 2 1 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 3 3 2 2 89 2 1 3 3 3 2 1 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 3 3 2 2 84 1 3 2 2 3 1 1 2 2 2 3 3 3 2 3 3 3 4 4 3 3 2 2 101 2 3 3 3 3 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 3 3 1 3 3 2 2 108 2 3 2 2 1 2 1 2 2 2 1 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 82 1 3 2 2 4 1 2 2 3 2 3 2 2 1 3 2 3 2 2 3 1 1 2 98 1 2 3 3 3 2 1 2 3 3 3 3 3 2 2 2 3 3 2 3 2 2 2 102 1 2 4 3 4 2 1 2 3 3 1 2 3 1 2 2 2 3 4 2 1 2 3 105


(21)

Lampiran 7

DATA PENUNJANG I

1 menyenangkan tinggi

kurang

memuaskan terjalian dengan cukup baik

cukup jelas fungsi dan

tugasnya menyenangkan 2 menyenangkan cukup memuaskan terjalian dengan cukup baik jelas fungsi dan tugasnya menyenangkan 3 kurang menyenangkan

sangat

tinggi tidak memuaskan terjalin dengan baik jelas fungsi dan tugasnya menyenangkan 4 menyenangkan

sangat tinggi

kurang

memuaskan terjalin dengan baik jelas fungsi dan tugasnya menyenangkan 5 menyenangkan tinggi memuaskan terjalin dengan cukup baik jelas fungsi dan tugasnya

sangat

menyenangkan 6 menyenangkan tinggi

kurang

memuaskan terjalin dengan baik jelas fungsi dan tugasnya menyenangkan 7 menyenangkan

sangat

tinggi memuaskan terjalin dengan cukup baik jelas fungsi dan tugasnya menyenangkan 8 kurang menyenangkan

sangat tinggi

kurang

memuaskan terjalin dengan cukup baik

cukup jelas fungsi dan

tugasnya menyenangkan 9 sangat menyenangkan tinggi memuaskan terjalin dengan cukup baik jelas fungsi dan tugasnya menyenangkan 10 menyenangkan cukup memuaskan terjalin dengan baik jelas fungsi dan tugasnya menyenangkan 11 menyenangkan

sangat

tinggi memuaskan terjalin dengan baik

cukup jelas fungsi dan

tugasnya menyenangkan 12 menyenangkan tinggi

kurang

memuaskan terjalin dengan cukup baik jelas fungsi dan tugasnya menyenangkan 13 menyenangkan

sangat

tinggi memuaskan terjalin dengan cukup baik

cukup jelas fungsi dan

tugasnya menyenangkan 14 menyenangkan

sangat tinggi

kurang

memuaskan terjalin dengan baik

cukup jelas fungsi dan

tugasnya menyenangkan 15 menyenangkan tinggi memuaskan terjalin dengan baik

cukup jelas fungsi dan

tugasnya menyenangkan 16 menyenangkan cukup

kurang

memuaskan terjalin dengan cukup baik

cukup jelas fungsi dan

tugasnya menyenangkan 17 menyenangkan tinggi memuaskan terjalin dengan baik jelas fungsi dan tugasnya menyenangkan 18 menyenangkan tinggi memuaskan terjalin dengan baik

cukup jelas fungsi dan


(22)

19 menyenangkan tinggi memuaskan terjalin dengan baik

cukup jelas fungsi dan

tugasnya menyenangkan 20 menyenangkan

sangat tinggi

kurang

memuaskan terjalin dengan baik jelas fungsi dan tugasnya menyenangkan 21 menyenangkan tinggi memuaskan terjalin dengan baik jelas fungsi dan tugasnya menyenangkan 22 menyenangkan tinggi memuaskan terjalin dengan cukup baik

cukup jelas fungsi dan

tugasnya menyenangkan 23 menyenangkan tinggi memuaskan terjalin dengan cukup baik jelas fungsi dan tugasnya menyenangkan 24

kurang

menyenangkan tinggi

kurang

memuaskan terjalin dengan baik jelas fungsi dan tugasnya menyenangkan 25

kurang

menyenangkan cukup memuaskan terjalin dengan baik jelas fungsi dan tugasnya menyenangkan 26

sangat

menyenangkan tinggi memuaskan terjalin dengan cukup baik

cukup jelas fungsi dan

tugasnya menyenangkan 27 menyenangkan tinggi memuaskan terjalin dengan cukup baik jelas fungsi dan tugasnya menyenangkan 28 menyenangkan

sangat

tinggi memuaskan terjalin dengan cukup baik

cukup jelas fungsi dan


(23)

sukar dan banyak tuntutan tugasnya

bukan merupakan

ancaman mempengaruhi sukar dan banyak tuntutan tugasnya

bukan merupakan

ancaman sangat mempengaruhi mudah dan banyak tuntutan

tugasnya merupakan ancaman sangat mempengaruhi sukar dan banyak tuntutan tugasnya

bukan merupakan

ancaman sangat mempengaruhi mudah dan banyak tuntutan

tugasnya

bukan merupakan

ancaman sangat mempengaruhi mudah dan sedikit tuntutan

tugasnya

bukan merupakan

ancaman sangat mempengaruhi mudah dan banyak tuntutan

tugasnya

bukan merupakan

ancaman cukup mempengaruhi mudah dan banyak tuntutan

tugasnya

bukan merupakan

ancaman mempengaruhi mudah dan banyak tuntutan

tugasnya

bukan merupakan

ancaman cukup mempengaruhi mudah dan banyak tuntutan

tugasnya merupakan ancaman sangat mempengaruhi mudah dan banyak tuntutan

tugasnya

bukan merupakan

ancaman sangat mempengaruhi sukar dan banyak tuntutan tugasnya merupakan ancaman mempengaruhi mudah dan banyak tuntutan

tugasnya

bukan merupakan

ancaman mempengaruhi sukar dan banyak tuntutan tugasnya

bukan merupakan

ancaman cukup mempengaruhi mudah dan sedikit tuntutan

tugasnya

bukan merupakan

ancaman mempengaruhi sedikit dan sukar tuntutan tugasnya

bukan merupakan

ancaman cukup mempengaruhi sukar dan banyak tuntutan tugasnya merupakan ancaman mempengaruhi mudah dan banyak tuntutan

tugasnya

bukan merupakan


(24)

mudah dan banyak tuntutan tugasnya

bukan merupakan

ancaman mempengaruhi mudah dan banyak tuntutan

tugasnya

bukan merupakan

ancaman sangat mempengaruhi mudah dan banyak tuntutan

tugasnya

bukan merupakan

ancaman mempengaruhi mudah dan banyak tuntutan

tugasnya

bukan merupakan

ancaman mempengaruhi mudah dan banyak tuntutan

tugasnya

bukan merupakan

ancaman cukup mempengaruhi sukar dan banyak tuntutan tugasnya

bukan merupakan

ancaman cukup mempengaruhi sukar dan banyak tuntutan tugasnya

bukan merupakan

ancaman mempengaruhi mudah dan banyak tuntutan

tugasnya

bukan merupakan

ancaman tidak berpengaruh apa-apa mudah dan banyak tuntutan

tugasnya

bukan merupakan

ancaman tidak berpengaruh apa-apa sukar dan banyak tuntutan tugasnya merupakan ancaman mempengaruhi


(25)

Lampiran 8

DATA PENUNJANG II

1 ya ya ya ya ya

2 ya ya tidak ya ya 3 tidak ya tidak ya tidak 4 ya ya tidak ya ya 5 ya ya tidak ya ya 6 ya ya tidak ya ya 7 ya ya tidak ya ya 8 ya ya tidak ya tidak 9 ya ya tidak ya tidak 10 ya tidak tidak ya tidak 11 ya ya tidak ya tidak 12 ya ya tidak ya ya 13 ya ya tidak ya ya 14 ya ya tidak ya ya 15 tidak ya tidak ya ya

16 ya ya ya ya ya

17 ya ya ya ya ya

18 ya ya tidak ya tidak 19 ya ya tidak ya tidak 20 ya ya tidak ya ya 21 ya ya tidak ya tidak 22 ya ya tidak ya tidak 23 tidak tidak tidak ya tidak 24 ya ya ya ya tidak 25 ya ya tidak ya tidak 26 ya ya tidak ya tidak 27 ya ya tidak ya tidak 28 tidak ya tidak ya tidak


(26)

Lampiran 9

Tabulasi Silang

Tabel 9.1. Tabulasi Silang Stres Kerja dan Gejala Fisiologis

stres

rendah tinggi Total

13 1 14

rendah

46,4% 3,6% 50%

2 12 14

tinggi

7,2% 42,8% 50%

Fisiologis

15 13 28

Total

53,6% 46,4% 100%

Tabel 9.2. Tabulasi Silang Stres Kerja dan Gejala Psikologis

stres

rendah tinggi Total

12 2 14

rendah

42,8% 7,2% 50%

3 11 14

tinggi

10,7% 39,3% 50%

Psikologis

15 13 28

Total

53,6% 46,4% 100%

Tabel 9.3. Tabulasi Silang Stres Kerja dan Gejala Perilaku

stres

rendah tinggi Total

12 3 15

rendah

42,8% 10,8% 53,6%

3 10 13

tinggi

10,8% 35,6% 46,4%

Perilaku

15 13 28

Total


(27)

Tabel 9.4. Tabulasi Silang Stres Kerja dan Jenis Kelamin

stres

rendah tinggi Total laki-laki

15 13 28

Jenis kelamin

perempuan

53,6% 46,4% 100%

Total 15 13 28

53,6% 46,4% 100%

Tabel 9.5. Tabulasi Silang Stres Kerja dan Usia

stres

rendah tinggi Total

7 3 10

25-30 tahun

25% 10,7% 35,7%

5 5 10

31-35 tahun

17,9% 17,9% 35,8%

3 4 7

36-40 tahun

10,7% 14,3% 25%

1 1

> 40 tahun

3,5% 3,5%

usia

15 13 28

Total

53,6% 46,4% 100%

Tabel 9.6. Tabulasi Silang Stres Kerja dan Latar Belakang pendidikan

stres

rendah tinggi Total

1 1

SD

3,5% 3,5%

4 5 9

SMP

14,4% 17,9% 32,3%

10 7 17

SMU

35,7% 25% 60,7%

1 1

D1

3,5% 3,5%

pendidikan

15 13 28

Total


(28)

Tabel 9.7. Tabulasi Silang Stres Kerja dan Lama Bekerja

stres

rendah tinggi Total

1 1 2

< = 5 tahun

3,5% 3,5% 7%

6 3 9

6-10 tahun

21,4% 10,7% 32,1%

7 6 13

11-15 tahun

25% 21,4% 46,4%

1 3 4

> 15 tahun

3,5% 10,7% 14,2%

lama bekerja

15 13 28

Total

53,6% 46,4% 100%

Tabel 9.8. Tabulasi Silang Stres Kerja dan Status Pernikahan

stres

rendah tinggi Total Belum

Menikah 2 4 6

7,1% 14,3% 21,4%

13 9 22

status

Menikah

46,4% 32,1% 78,5%

Total 15 13 28

53,6% 46,4% 100%

Tabel. 9.9. Tabulasi Silang Stres Kerja dan Persepsi Supervisor Jahit Terhadap Pekerjaan

stres

rendah tinggi Total

2 2

sangat

menyenangkan 7,1% 7,1%

11 11 22

menyenangkan

39,3% 39,3% 78,6%

2 2 4

kurang

menyenangkan 7,1% 7,1% 14,2%

tidak

menyenangkan persepsi

15 13 28

Total


(29)

Tabel 9.10. Tabulasi Silang Stres Kerja dan Tuntutan Diri

stres

rendah tinggi Total

3 6 9

sangat tinggi

10,7% 21,4% 32,1%

10 5 15

tinggi

35,7% 17,8% 53,6%

2 2 4

cukup

7,1% 7,1% 14,2%

0

rendah

0%

Tuntutan Diri

15 13 28

Total

53,6% 46,4% 100%

Tabel 9.11. Tabulasi Silang Stres Kerja dan Penanganan Perusahaan Garment “X”

stres

rendah tinggi Total sangat

memuaskan

13 5 18

memuaskan

46,4% 17,8% 64,2%

2 7 9

kurang

memuaskan 7,1% 25% 32,1%

1 1

tidak

memuaskan 3,5% 3,5%

perhatian dan penanganan yang diberikan oleh perusahaan terhadap permasalahan (pekerjaan dan keluarga)

15 13 28

Total

53,6% 46,4% 100%

Tabel 9.12. Tabulasi Silang Stres Kerja dan Relasi antara Sesama Supervisor, Operator dan Atasan.

stres

rendah tinggi Total

7 7 14

terjalin

dengan baik 25% 25% 50%

8 6 14

terjalin dengan

cukup baik 28,6% 21,4% 50% tidak terjalin dengan baik relasi dengan sesama supervisor, operator dan atasan.

15 13 28

Total


(30)

Tabel 9.13. Tabulasi Silang Stres Kerja dan Peran Sebagai Supervisor Jahit

stres

rendah tinggi Total

9 7 16

jelas fungsi

dan tugasnya 32,1% 25% 57,1%

6 6 12

cukup jelas fungsi dan

tugasnya 21,4% 21,4% 42,8% kurang jelas fungsi dan tugasnya tidak jelas fungsi dan tugasnya peran sebagai supervisor jahit

15 13 28

Total

53,6% 46,4% 100%

Tabel 9.14. Tabulasi Silang Stres Kerja dan Persepsi Terhadap Rekan-rekan Supervisor Jahit

stres

rendah tinggi Total

1 1

sangat

menyenangkan 3,5% 3,5%

15 12 27

menyenangkan

53,6% 42,8% 96,4%

kurang menyenangkan tidak menyenangkan persepsi terhadap rekan kerja.

15 13 28

Total

53,6% 46,4% 100%

Tabel 9.15. Tabulasi Silang Stres Kerja dan Persepsi Superviosr Jahit Terhadap Tuntutan Tugas

stres

rendah tinggi Total

10 6 16

mudah dan banyak tuntutan

tugasnya 35,7% 21,4% 57,1%

2 2

mudah dan sedikit

tuntutan tugasnya 7,1% 7,1%

1 1

sedikit dan sukar

tuntutan tugasnya 3,5% 3,5%

5 4 9

sukar dan banyak

tuntutan tugasnya 17,8% 14,3% 32,1% tuntutan

tugas

15 13 28

Total


(31)

Tabel 9.16. Tabulasi Silang Stres Kerja dan Penghayatan Terhadap Tuntutan Untuk Menguasai Teknologi

stres

rendah tinggi Total

13 10 23

bukan merupakan

ancaman 46,4% 35,7% 82,1%

2 3 5

Penghayatan terhadap tuntutan untuk menguasai teknologi yang canggih merupakan ancaman

7,1% 10,7% 17,8%

Total 15 13 28

53,6% 46,4% 100%

Tabel 9.17. Tabulasi Silang Stres Kerja dan Pengaruh Dukungan Keluarga

stres

rendah tinggi Total

2 6 8

sangat

mempengaruhi 7,1% 21,4% 28,5%

8 4 12

mempengaruhi

28,6% 14,2% 42,8%

3 3 6

cukup

mempengaruhi 10,7% 10,7% 21,4%

2 2

tidak berpengaruh

apa-apa 7,1% 7,1%

Pengaruh dukungan keluarga

15 13 28

Total

53,6% 46,4% 100%

Tabel 9.18. Tabulasi Silang Stres Kerja dan Pengaruh Politik

stres

rendah tinggi Total

2 2 4

tidak

7,1% 7,1% 14,2%

13 11 24

Keadaan politik

ya

46,4% 39,3% 85,7%

Total 15 13 28


(32)

Tabel 9.19. Tabulasi Silang Stres Kerja dan Pengaruh Ekonomi

stres

rendah tinggi Total

1 1 2

tidak

3,5% 3,5% 7,1%

14 12 26

Keadaan ekonomi

ya

42,8% 42,8% 92,9%

Total 15 13 28

53,6% 46,4% 100%

Tabel 9.20. Tabulasi Silang Stres Kerja dan Pengaruh Gaya Kepemimpinan

stres

rendah tinggi Total

13 11 24

tidak

46,4% 39,3% 85,7%

2 2 4

Gaya

kepemimpinan ya

7,1% 7,1% 14,2%

Total 15 13 28

53,6% 46,4% 100%

Tabel 9.21. Tabulasi Silang Stres Kerja dan Pengambilan Keputusan

stres

rendah tinggi Total

15 13 28

ya

53,6% 46,4% 100%

keputusan

tidak

Total 15 13 28

53,6% 46,4% 100%

Tabel 9.22. Tabulasi Silang Stres Kerja dan Kondisi Keluarga

stres

rendah tinggi Total

11 4 15

tidak

39,3% 14,2% 53,5%

4 9 13

kondisi keluarga

ya

14,2% 32,2% 46,4%

Total 15 13 28


(33)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Tahun 2000 adalah awal dimulainya abad 21 yang dipandang sebagai abad millenium. Banyak perubahan yang terjadi disegala sektor kehidupan, seperti teknologi, politik, perekonomian, perindustrian, perdagangan, dan lain-lain. Salah satu perubahan yang paling mendasar adalah pada bidang perindustrian dan perdagangan. Memasuki tahun 2000 seluruh dunia akan menghadapi sebuah era perdagangan baru yaitu era perdagangan bebas, dimana sudah tidak ada batas yang jelas antara negara yang satu dengan negara yang lain. Yang dimaksud dengan batas yang tidak jelas disini adalah perusahaan-perusahan dari suatu negara dapat dengan bebas melakukan transaksi perdagangan ke negara lain dan tentu saja hal ini berdampak pada sektor perdagangan di negara-negara ASIA terutama Asia Tenggara. Sebagai contoh, pada tahun 2003 negara-negara di Asia Tenggara mulai memasuki sebuah era perdagangan baru dunia yang disebut dengan AFTA (ASEAN Free Trade Area) dimana negara-negara yang tergabung dalam ASEAN harus dapat menerima produk-produk dari negara lain untuk masuk ke negaranya.

Dengan adanya era perdagangan bebas ini akan membawa dampak yang sangat besar bagi dunia perindustrian terutama bagi perusahaan-perusahaan yang ada di Indonesia baik itu perusahaan yang memproduksi barang maupun jasa. Sebagai contoh, menurut HR Senior Manager perusahaan garment X Bandung


(34)

2

sebelum krisis moneter melanda Indonesia pada tahun 1997, hampir 80 % hasil-hasil tekstil dan garment kita diproduksi di negara kita sendiri, namun sejak krisis moneter melanda negeri ini secara berangsur-angsur investor garment dan tekstil memindahkan pabrik mereka ke wilayah atau negara yang ongkos tenaga kerja dan biaya produksinya masih rendah seperti Vietnam, India, Afrika, RRC dan Srilangka dan memasarkan produknya di Indonesia. Tentu saja hal ini membuat perusahaan-perusahaan garment yang masih bertahan di Indonesia harus siap bersaing dengan perusahaan-perusahaan garment yang sekarang memproduksi barangnya di luar negeri.

Garment atau Apparel (fashion) atau Clothing merupakan salah satu sub sektor usaha yang merupakan bagian dari sektor usaha TPT (Tekstil dan Produk Tekstil) yang didalamnya terdiri dari aktivitas produksi (manufacturing / pabrik), Trading (perdagangan besar / distribusi) dan Retail (perdagangan eceran). Ciri khas dari pabrik garment adalah padat karya (labor intensive), khususnya untuk proses jahit yang belum ditemukan suatu teknologi alternatif yang dapat menjadikan seorang tukang jahit mampu menjalankan beberapa mesin jahit sekaligus secara bersamaan. Salah satu perusahaan garment yang terkemuka di Indonesia terdapat di kota Bandung yaitu perusahaan garment X yang didirikan sejak tahun 1974 dalam bentuk home industry, dan saat ini telah berkembang menjadi sebuah perusahaan manufaktur dan pemasaran garment terkemuka di Indonesia. Produk yang dihasilkan oleh perusahaan ini diantaranya adalah celana kasual dan semi kasual dari bahan katun, celana jeans, celana formal dari bahan polyster, jaket, rompi, T-Shirt, celana Bermuda dan GI (Army model) dari bahan


(35)

3

katun. Perusahaan ini pun telah mengekspor barangnya sejak tahun 1980 ke Amerika dan Jepang dan atas bertambahnya permintaan pasar, sejak tahun 1988 perusahaan X mengekspor sebagian besar produksinya ke Timur Tengah dan Rusia. Kegiatan ekspor ini berjalan dengan sukses dan lancar sehingga menempatkan perusahaan X ini sebagai eksportir garment terkemuka di Indonesia hingga saat ini. (Sumber : Company Profile perusahaan garment X Bandung, 2005).

Bagi perusahaan X, menjadi perusahaan garment nomor satu di Indonesia sangatlah penting. Hal ini tercermin dari visi perusahaan, yaitu “menjadi nomor satu dalam bisnis apparel”. Maka dari itu untuk menjadi perusahaan nomor satu dalam bisnis apparel, perusahaan berusaha sebaik mungkin untuk menghasilkan barang yang sesuai dengan keinginan pasar dan sejalan dengan perkembangan mode, sehingga tuntutan pasar terhadap perusahaan akan bertambah besar. Tuntutan pasar yang bertambah besar membuat tuntutan perusahaan terhadap karyawan pun akan bertambah. Karyawan dituntut untuk memberikan performa kerja yang terbaik, sehingga hasil kerja yang sesuai dengan yang diharapkan oleh perusahaan akan tercapai.

Tuntutan yang besar dari perusahaan dirasakan oleh semua karyawan terutama para karyawan supervisor jahit dan para operator jahit di unit produksi. Tuntutan untuk tidak melakukan kesalahan dan mencapai target sesuai dengan batas waktu yang ditentukan merupakan sebuah tuntutan yang cukup berat yang harus dilaksanakan oleh seorang supervisor jahit, apalagi jika melihat prinsip kerja perusahaan yang berbasis pada manajemen mutu (Quality Management) yaitu


(36)

4

“jangan pernah menerima kesalahan, jangan membuat kesalahan dan jangan pernah mengirimkan kesalahan”, semakin menambah beban kepada seorang supervisor jahit dalam bekerja.

Seorang supervisor jahit memiliki tugas dan tanggung jawab diantaranya adalah menerima dan memeriksa bahan yang akan dijahit dari persiapan, membuat patrun sesuai dengan size dan sample, mengendalikan tugas-tugas foreman melalui monitoring dan evaluasi, mengelola alat-alat bantu kerja yang digunakan line jahit, memeriksa dan menyetujui hasil jahit yang akan dikirim ke bagian pengiriman atau finishing, memeriksa laporan kehadiran operator yang dibuat foreman, mengembangkan ketrampilan bawahan, membuat laporan posisi dan kondisi barang yang ada di line, dan membuat laporan hasil kerja. Selain itu seorang supervisor jahit juga memiliki wewenang untuk memutuskan pelaksanaan jahit, mengusulkan penggantian accessories (benang), mengusulkan : perencanaan, pengadaan dan penempatan tenaga kerja (mutasi), promosi untuk foreman, penambahan jam kerja (lembur), memberikan ijin / cuti dan SP (Surat Peringatan) I dan II, penentuan SOP (Standar Operasi Produksi), perubahan lay out tempat kerja, dan alat bantu kerja kepada KANIT (Kepala Sub Unit). Seorang supervisor jahit juga memiliki key performance output diantaranya tingkat kegagalan akibat kesalahan kerja jahit individual (individual defect rate), ketepatan waktu jahit individual, kuantitas hasil kerja.

Dari hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti terhadap Manajer Produksi dari perusahaan garment X ini pada tanggal 2 Juli 2005, selain dari tugas, tanggung jawab dan wewenang di atas, seorang supervisor jahit juga memiliki


(37)

5

peranan ganda yang harus dijalankan olehnya, selain menjadi bawahan (Followership) dari KANIT (Kepala Sub Unit) ia juga harus menjadi seorang pemimpin (Leader) bagi para Operator dalam sebuah line produksi dalam waktu yang bersamaan. Sebagai contoh, perusahaan telah menentukan sebuah produk baru (celana / kemeja) yang harus diselesaikan oleh bagian produksi mulai dari proses potong hingga pengepakan dengan jumlah yang telah ditentukan dan dalam jangka waktu tertentu. Pertama tugas ini diberikan kepada manajer produksi untuk segera dilaksanakan, kemudian manajer produksi memerintahkan KANIT-KANITnya untuk menyampaikan tugas ini kepada para supervisornya untuk segera dilaksanakan. Pertama yang harus dilakukan oleh seorang supervisor jahit adalah menerima dan memeriksa bahan yang akan dijahit, kemudian memutuskan apakah proses jahit dapat dilaksanakan atau tidak. Jika proses jahit dapat dilaksanakan kemudian seorang supervisor jahit harus segera menentukan SOP (Standar Operasi Produksi) dan dalam jangka waktu yang singkat harus dapat menjelaskannya kepada operatornya dibantu oleh foreman sampai mereka mengerti, agar proses produksi berjalan dengan lancar dan kesalahan atau kegagalan dalam proses produksi dapat diminimalisasi. Kemudian selama proses produksi berjalan dalam sebuah line, seorang supervisor harus terus memantau atau mengawasi proses tersebut jangan sampai ada barang cacat atau gagal yang lolos ketahap berikutnya. Jika pada saat proses produksi dalam sebuah line sedang berjalan, lalu ada satu bagian dalam line tersebut bermasalah, maka seorang supervisor jahit dituntut untuk segera mengambil tindakan atau keputusan agar proses produksi dapat terus berjalan. Menurut manajer produksi perusahaan X


(38)

6

ini, seorang supervisor jahit harus mampu mengambil tindakan atau keputusan secara cepat karena dialah yang berada di lapangan selama proses produksi berlangsung.

Uraian di atas merupakan salah satu contoh dari proses kerja seorang supervisor jahit. Jika diperlukan pada hari libur pun seorang supervisor dan juga operatornya bekerja demi tercapainya target yang telah ditentukan oleh perusahaan terutama pada masa-masa peak seasson seperti pada saat menjelang hari raya Idul Fitri, hari raya Natal dan tahun baru dan menjelang libur musim panas di luar negeri yaitu antara bulan Juni dan Juli.

Masa peak season merupakan masa-masa puncak dari proses produksi dimana perusahaan berusaha untuk memenuhi pesanan yang diatas rata-rata permintaan. Jika pada bulan biasa perusahaan hanya memproduksi barang antara 500 – 700 pcs. per bulan, maka pada masa peak season perusahaan bisa memproduksi 1500 – 2000 pcs. bahkan lebih tergantung dari permintaan pasar. Begitu pula dengan jam kerja operator dan supervisornya, jika pada hari biasa mereka bekerja 8 jam per hari, pada masa peak season jam kerja mereka bertambah hingga 14 jam per hari bahkan terkadang lebih dari 14 jam.

Jika kita melihat salah contoh dari proses kerja seorang supervisor jahit di atas, dari tugas, tanggung jawab dan wewenang, ditambah dengan target yang telah ditentukan oleh perusahaan dalam mengerjakan sebuah produk terutama pada masa peak season, terlihat bahwa seorang supervisor jahit memiliki pekerjaan yang sangat kompleks, maka bukanlah hal yang mustahil jika seorang supervisor jahit akan mengalami stres. Hal ini didukung pula dengan penjelasan


(39)

7

dari manajer produksi perusahaan garment X ini mengenai jenis pekerjaan yang begitu kompleks dari seorang supervisor jahit dan ditambah dengan target dari perusahaan, maka peluang seorang supervisor jahit akan mengalami stres kerja sangatlah besar. Ia pun menambahkan bahwa sangsi yang diberikan perusahaan jika ada produk cacat atau gagal yang lolos dari pengawasan supervisor jahit, dapat menjadi tekanan bagi seorang supervisor jahit dalam bekerja. Manajer produksi perusahaan ini menjelaskan bahwa ada saja supervisor jahit yang lengah sehingga produk yang cacat atau gagal lolos dari pengawasannya dan sampai ke pihak QC (Qualty Control), sehingga pihak QC mengembalikan seluruh barang produksi yang sudah dikerjakan untuk dilakukan pengecekan ulang atau perbaikan. Sangsi yang akan diberikan jika ada produk cacat atau gagal yang lolos dari pengawasan supervisor jahit adalah pemotongan upah.

Selain wawancara terhadap manajer produksi, peneliti pun melakukan wawancara dengan KANIT jahit diperusahaan garment X ini. Ia mengatakan bahwa banyak supervisor jahit yang meminta ijin kepada dirinya untuk berobat ke dokter perusahaan dengan berbagai alasan seperti pusing, mual, maag, batuk, flu dan lain-lain terutama pada masa peak seasons. Dalam jangka waktu satu bulan setidaknya ada 2 hingga 3 supervisor yang meminta ijin untuk berobat ke dokter perusahaan. Selain itu KANIT juga sering mendapatkan keluhan dari supervisor jahit mengenai upah yang diterima. Menurut supervisor jahit upah yang mereka terima tidaklah sebanding dengan pekerjaan mereka saat ini dan KANIT melihat hal ini berimbas pada semangat kerja supervisor jahit yang akhir-akhir ini terlihat menurun.


(40)

8

Tugas berat yang harus dipikul oleh supervisor jahit dan besarnya tuntutan perusahaan terhadap kinerja karyawan ditambah dengan target yang telah ditentukan oleh perusahaan, serta peranan ganda yang harus dijalankan dapat menimbulkan stres kerja pada supervisor jahit Stres kerja merupakan respon faktor-faktor lingkungan yang negatif atau disebut juga dengan stressor, misalnya beban kerja berlebihan, dan juga adanya konflik peran. (Cooper & Marshal, 1978). Menurut sumber Work Safe Ask Amerika, stressor ditempat kerja (Workplace Stressor) merupakan yang paling banyak ditemui di kalangan masyarakat, yang secara garis besar dibedakan menjadi stresor fisik dan stresor organisasional (Media Indonesia, Mei 2003). Stresor fisik diantaranya adalah ruangan yang terlalu panas atau dingin, tingkat kebisingan yang tinggi, getaran ditempat kerja, bekerja shift, melawan metabolisme alami tubuh (misal jam tidur, waktu makan, temperatur, dan lain-lain). Sedangkan stresor organisasional diantaranya adalah pekerjaan menumpuk, pekerjaan monoton, ketidak pastian pekerjaan, bekerja dengan rekan / bawahan yang tidak bisa bekerja sama, terisolasi dari pergaulan kantor, pekerjaan tidak dihargai, keamanan pekerjaan tidak terjamin, kekerasan dalam pekerjaan.

Berdasarkan survey awal yang diperoleh oleh peneliti melalui kuesioner terhadap 6 karyawan supervisor jahit di perusahaan garment X ini, diperoleh hasil bahwa 4 karyawan mengatakan bahwa akhir-akhir ini mereka merasakan adanya peningkatan laju detak jantung dan pernapasan dibandingkan dengan saat mereka sebelum menjadi karyawan supervisor. 4 karyawan mengatakan bahwa mereka sering merasa pusing atau sakit kepala baik pada saat bekerja maupun setelah


(41)

9

bekerja. 2 karyawan sering merasakan nyeri lambung atau maag padahal sebelumnya mereka jarang terkena penyakit maag, jika muncul pun biasanya disebabkan oleh terlambat makan. 5 karyawan mengatakan bahwa badan mereka akhir-akhir ini sering merasa pegal-pegal baik dikantor ataupun dirumah. 1 karyawan menyatakan bahwa ia akhir-akhir ini mengalami gejala susah tidur (insomnia). 4 karyawan mengungkapkan bahwa mereka merasa cara bicara mereka sekarang menjadi lebih cepat jika dibandingkan dengan sebelum menjadi karyawan supervisor. 5 karyawan mengatakan bahwa mereka sekarang mudah sekali marah-marah baik di kantor ataupun di rumah. 5 karyawan menyatakan bahwa pekerjaan mereka sekarang ini tidak sebanding dengan upah yang mereka terima, apalagi jika mengingat terkadang dihari libur pun mereka harus bekerja demi tercapainya target. 2 orang mengatakan bahwa target yang diberikan oleh perusahaan adalah beban bagi diri mereka. 3 orang menyatakan bahwa mereka sering merasa tegang dalam bekerja. 4 orang mengatakan bahwa mereka sering merasa cemas dalam bekerja.

Jika kita melihat dari hasil wawancara peneliti terhadap manajer produksi dan KANIT perusahaan garment X ini, ditunjang dengan data awal yang diperoleh peneliti terhadap 6 orang supervisor jahit ternyata tidaklah mudah untuk menjadi seorang supervisor jahit. Munculnya gejala-gejala fisik seperti timbulnya penyakit, adanya perubahan metabolisme tubuh dan adanya perubahan tingkah laku pada beberapa supervisor jahit merupakan manifestasi dari stres kerja yang dirasakan oleh karyawan supervisor jahit. Adanya keluhan ditambah dengan


(42)

10

menurunnya semangat kerja dari beberapa supervisor jahit, juga merupakan manifestasi dari stres kerja yang dirasakan oleh karyawan supervisor jahit.

Berdasarkan uraian fakta-fakta yang terjadi di perusahaan garment X ini, peneliti merasa tertarik untuk mengetahui sejauh mana stres kerja yang dialami oleh karyawan supervisor jahit di perusahaan garment X bandung ini?.

1.2 Identifikasi Masalah

Dari uraian yang telah diungkapkan dalam Latar Belakang Masalah, maka masalah yang ingin diteliti adalah :

Sejauh mana stres kerja yang dialami karyawan supervisor jahit di perusahaan garment “X” Bandung ? dan faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhinya ?

1.3Maksud dan Tujuan Penelitian

1.3.1 Maksud Penelitian

Maksud dari penelitian ini adalah ingin memperoleh gambaran tentang stres kerja saat peak season pada karyawan superviosr jahit di perusahaan garment “X” Bandung.

1.3.2 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini yaitu ingin mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi stres kerja saat peak season pada karyawan supervisor jahit diperusahaan garment “X” Bandung.


(43)

11

1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Teoritis

1. Memberi sumbangan informasi bagi ilmu psikologi khususnya Psikologi Industri dan Organisasi mengenai stres kerja pada karyawan supervisor jahit.

2. Menjadi acuan dan bahan masukan bagi peneliti lain yang ingin mengetahui atau meneliti lebih lanjut mengenai stres kerja pada karyawan supervisor jahit.

1.4.2 Kegunaan Praktis

1. Memberikan informasi kepada karyawan supervisor jahit di perusahaan garment “X” Bandung mengenai stres kerja terutama saat peak season sebagai bahan masukan, evaluasi dan pengembangan diri.

2. Memberikan informasi kepada manajer produksi mengenai stres kerja saat peak season pada karyawan supervisor jahit di perusahaan garmnet “X” Bandung dalam rangka meningkatkan produktivitas kerja di perusahaan

3. Memberikan informasi kepada Perusahaan garment “X” Bandung mengenai gambaran dari stres kerja pada saat peak season yang dialami oleh karyawan supervisor jahit di perusahaan garment “X” Bandung dan faktor-faktor yang secara potensial berkaitan dengan stres kerja, agar kompleksitas kerja yang dimiliki oleh supervisor


(44)

12

jahit tidak menjadi beban melainkan menjadi sebuah tantangan dalam bekerja.

1.5Kerangka Pikir

Garment atau Apparel (fashion) atau Clothing merupakan salah satu sub sektor usaha yang merupakan bagian dari sektor usaha TPT (Tekstil dan Produk Tekstil) yang di dalamnya terdiri dari aktivitas produksi, perdagangan besar / distribusi dan perdagangan eceran. Ciri khas dari pabrik garment adalah padat karya (labor intensive), khususnya untuk proses jahit karena proses ini masih dikerjakan oleh manusia, kemungkinan adanya kesalahan sangatlah besar, disinilah seorang supervisor jahit memiliki peranan yang sangat penting. Tugas seorang supervisor jahit secara garis besar adalah memeriksa bahan beserta asessoris dan kelengkapannya sebelum proses jahit dilaksanakan, mengawasi operator selama proses jahit dilaksanakan, dan memeriksa hasil jahitan sebelum dikirimkan ke proses berikutnya, lalu membuat laporan tentang keseluruhan proses jahit yang telah dilaksanakan.

Dalam melaksanakan tugasnya sehari-hari karyawan supervisor jahit harus mampu bekerja sama dengan KANIT (Kepala Sub Unit), sesama supervisor jahit lainnya dan juga dengan supervisor dari bagian lain seperti supervisor cutting, dan supervisor finishing. Karyawan supervisor jahit pun harus mampu mengambil keputusan secara cepat dan tepat di lapangan selama proses jahit berlangsung. Selain itu selama bekerja karyawan supervisor jahit dituntut untuk mempertahankan prinsip kerja perusahaan yang berbasis pada manajemen mutu


(45)

13

(Quality Management) yaitu “jangan pernah menerima kesalahan, jangan membuat kesalahan, dan jangan mengirimkan kesalahan”, dan yang terpenting karyawan supervisor jahit harus mampu memenuhi target yang telah ditentukan oleh perusahaan terutama pada masa peak season.

Masa peak season merupakan masa puncak produksi dimana perusahaan berusaha untuk memenuhi pesanan yang diatas rata-rata permintaan. Jika pada bulan biasa permintaan hanya berkisar 500 – 700 pcs. per bulan, maka pada masa peak season pesanan bisa mencapai 1500 – 2000 pcs bahkan lebih. Menurut manajer produksi perusahaan X Bandung, masa peak season biasanya berlangsung antara 3 hingga 4 bulan sebelum bulan Ramadhan. Pada masa inilah semua operator dan supervisornya dituntut untuk bekerja ekstra keras. Disatu sisi mereka dituntut untuk bekerja secepat mungkin agar target yang telah ditetapkan oleh perusahaan tercapai, namun disisi lain kualitas dari produk yang dihasilkan harus tetap terjaga jangan sampai banyak produk yang gagal atau cacat, agar proses produksi berlangsung dengan lancar. Pada masa peak season inilah para operator dan supervisornya bekerja diatas rata-rata jam kerja mereka. Jika pada hari biasa atau normal mereka bekerja 8 jam sehari, pada masa peak season mereka bekerja antara 12 hingga 14 jam kerja, bahkan pada hari liburpun mereka harus masuk demi mengejar target yang telah ditentukan. Tentu saja dengan kompleksitas kerja dan target yang telah ditentukan oleh perusahaan, dapat menyebabkan karyawan supervisor jahit bekerja melebihi kapasitas yang dimilikinya. Beban kerja yang berlebihan ini, pada akhirnya dapat menyebabkan stres pada karyawan supervisor jahit.


(46)

14

Menurut Stephen P. Robbins (2002) stres adalah suatu kondisi dinamik

yang di dalamnya seorang individu dikonfrontasikan dengan suatu peluang, kendala, atau tuntutan yang dikaitkan dengan apa yang diinginkannya dan hasilnya dipersepsikan sebagai yang tidak pasti dan penting. Dari definisi mengenai stres tersebut, terlihat bahwa Stephen P. Robbins lebih menekankan pada persepsi, artinya jika seorang individu dalam hal ini supervisor jahit mempersepsi bahwa tuntutan dari perusahaan itu dinilai sebagai suatu hal yang pasti dan juga penting maka stres yang timbul pada supervisor jahit tergolong tinggi, namun sebaliknya jika supervisor jahit itu mempersepsi bahwa tuntutan dari perusahaan itu dinilai sebagai suatu hal yang tidak pasti dan juga tidak penting maka stres yang ditimbulkanpun tergolong rendah.

Menurut Stephen P. Robbins (2002) stres yang terjadi di lingkungan kerja, dapat disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya : faktor lingkungan, organisasi dan individual / pribadi. Faktor yang pertama adalah lingkungan. Perubahan yang terjadi di lingkungan sekitar karyawan supervisor jahit seperti perubahan ekonomi, politik dan teknologi dapat menjadi ancaman bagi mereka dan menyebabkan stres kerja, karena dengan adanya perubahan tersebut karyawan dituntut untuk dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan disekitarnya. Faktor yang kedua adalah organisasi. Banyak sekali faktor di dalam organisasi yang dapat menimbulkan stres. Tekanan untuk menghindari kesalahan atau menyelesaikan tugas dalam kurun waktu yang singkat, beban kerja yang berlebihan serta adanya tuntutan tugas, peran hubungan antar pribadi, struktur organisasi, dan kepemimpinan organisasi dapat menjadi penyebab utama


(47)

15

timbulnya stres kerja pada karyawan supervisor jahit di dalam organisasi. Faktor yang ketiga adalah individual / pribadi. Berbagai hal di dalam kehidupan pribadi karyawan supervisor jahit dapat menjadi pemicu timbulnya stres, seperti permasalahan keluarga, masalah ekonomi, dan karakteristik kepribadian dari karyawan supervisor jahit itu sendiri

Stephen P. Robbins (2002) juga menambahkan selain faktor lingkungan,

organisasi dan individual / pribadi yang menjadi penyebab stres di lingkungan kerja, perbedaan individual pun dapat menentukan tingkat ketahanan karyawan supervisor jahit dalam menghadapi stres. Sekurang-kurangnya ada lima variabel yang menentukan tingkat ketahanan karyawan supervisor jahit terhadap stres, yaitu : persepsi, pengalaman kerja, dukungan sosial, locus of control dan permusuhan. Variabel yang pertama adalah persepsi. Persepsi setiap karyawan supervisor jahit terhadap situasi di lingkungan kerjanya berbeda-beda. Apa yang dipersepsikan oleh sebagian karyawan supervisor jahit sebagai suatu lingkungan kerja yang efisien dan menantang dapat saja dipersepsikan oleh karyawan supervisor jahit lain sebagai situasi kerja yang mengancam bagi dirinya. Jadi potensial stres dalam faktor lingkungan, organisasi dan individual / pribadi tidaklah dalam kondisi objektif, melainkan terletak dalam penafsiran seorang karyawan terhadap faktor-faktor tersebut. Variabel yang kedua adalah pengalaman kerja. Bagi kebanyakan karyawan supervisor jahit, ketidakpastian dan situasi yang serba baru dapat menciptakan stres, namun setelah karyawan supervisor jahit itu mengalaminya, stres itu akan menghilang atau setidak-tidaknya sangat berkurang. Artinya, pengalaman kerja cenderung berkaitan


(48)

16

negatif dengan stres kerja. Varibel yang ketiga adalah dukungan sosial. Bagi karyawan supervisor jahit yang rekan kerjanya tidak banyak membantu bahkan cenderung bersikap bermusuhan, dapat mencari dukungan sosial di luar lingkungan kerja seperti keluarga atau teman. Dukungan di luar lingkungan tempat kerja ini dapat membuat penyebab stres kerja lebih dapat ditolerir. Variabel yang keempat adalah locus of control. Ruang (locus) merupakan atribut kepribadian pada setiap individu. Karyawan supervisor jahit yang memiliki ruang kendali internal yakin bahwa mereka mengendalikan tujuan akhir mereka sendiri. Sedangkan bagi karayawan supervisor jahit yang memiliki ruang kendali eksternal yakin bahwa kehidupan mereka dikendalikan oleh kekuatan-kekuatan luar. Bila karyawan supervisor jahit yang memiliki ruang kendali internal dan eksternal dihadapkan pada situasi stres yang sama, kemungkinan besar karyawan yang memiliki ruang kendali internal yakin bahwa mereka dapat berpengaruh besar pada hasil, oleh karena itu mereka bertindak untuk mengendalikan peristiwa-peristiwa tersebut. Sedangkan karyawan yang memiliki ruang kendali eksternal memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk bersikap pasif dan defensif, daripada melakukan sesuatu untuk mengurangi stres, mereka akan diam dan mengalah. Variabel yang terakhir atau kelima adalah Hostility. Karyawan yang pemarah, suka curiga, dan tidak mempercayai orang lain lebih besar kemungkinannya mengalami stres kerja.

Stres muncul dalam berbagai gejala. Misalnya, seorang karyawan yang mengalami tingkat stres yang tinggi dapat menderita tekanan darah tinggi, nyeri lambung, cepat marah, hilang selera makan, rawan kecelakaan dan lain-lain.


(49)

17

Stephen P. Robbins (2002) membagi gejala tersebut dalam tiga kategori, yaitu :

gejala fisiologis, psikologis dan perilaku. Riset yang dilakukan oleh spesialis kesehatan dan medis menyimpulkan bahwa stres dapat menciptakan perubahan dalam metabolisme tubuh, meningkatkan laju detak jantung dan pernapasan, meningkatkan tekanan darah, menimbulkan sakit kepala dan menyebabkan serangan jantung. Gejala psikologis dari stres adalah timbulnya ketidakpuasan kerja, munculnya ketegangan, kecemasan, mudah marah, bosan, dan suka menunda-nunda. Sedangkan gejala perilaku dari stres adalah adanya perubahan dalam produktivitas kerja, absensi, dan tingkat keluaran karyawan, juga perubahan dalam kebiasaan makan, bicara menjadi lebih cepat, gelisah dan timbulnya gangguan tidur.


(50)

18

Atas dasar uraian tersebut di atas, maka peneliti menggambarkan kerangka pikir penelitian sebagai berikut :

Bagan 1.1 Kerangka Pikir

Perbedaan Individu : 1. Persepsi

2. Pengalaman Kerja 3. Dukungan Sosial

4. locus of control 5. Hostility.

Stressor :

1. Faktor Lingkungan 2. Faktor Organisasi 3. Faktor Individu /

Pribadi

Karyawan Supervisor Jahit di Perusahaan Garment “X” Bandung

Stres Kerja Karyawan

Supervisor Jahit Perusahaan Garment “X” Bandung yang terjaring melalui :

• Gejala Fisiologis • Gejala Psikologis

• Gejala Perilaku

Persepsi

Stres Kerja Tinggi

Stres Kerja Rendah


(51)

19

1.6 Asumsi Penelitian

1. Karyawan Supervisor jahit memiliki karakterisrik kerja yang kompleks dan sangat rentan terkena Stres Kerja.

2. Faktor Lingkungan, Organisasi dan Individu / pribadi yang dipersepsi melebihi kapasitas oleh karyawan Supervisor Jahit dapat menimbulkan stres kerja.

3. Setiap karyawan Supervisor jahit dapat mengalami stres kerja dengan derajat stres kerja tinggi dan rendah.


(52)

66

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh melalui pengolahan data

mengenai stres kerja saat peak season pada supervisor jahit di perusahaan garment

“X” Bandung, dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut :

1. Derajat stres kerja pada supervisor jahit di perusahaan garment “X” Bandung

tersebar hampir merata pada derajat stres kerja yang rendah dan tinggi, namun

persentase terbesar yaitu sebanyak 53,5% supervisor jahit berada pada derajat

stres kerja yang rendah

2. Supervisor jahit dengan stres kerja yang rendah memiliki persentase terbesar

pada gejala fisiologis, psikologis dan perilaku yang rendah pula. Sedangkan

supervisor jahit dengan derajat stres kerja yang tinggi memiliki persentase

terbesar pada gejala fisiologis, psikologis dan perilaku yang tinggi pula.

3. Faktor-faktor yang menjadi sumber potensial munculnya stres kerja yaitu

faktor lingkungan, faktor organisasi, dan faktor pribadi / individu, serta perbedaan individual tidak berdiri sendiri-sendiri dalam kaitannya dengan stres

kerja pada supervisor jahit di perusahaan garment “X” Bandung

4. Dari faktor lingkungan didapatkan hasil bahwa supervisor jahit yang

mempersepsi keadaan politik dan ekonomi menimbulkan tekanan dan berpengaruh pada pekerjaan mereka memiliki derajat stres kerja yang rendah, hal ini disebabkan oleh adanya kemampuan dari pihak perusahaan dalam


(53)

67

menyesuaikan diri dengan perubahan yang ada, baik itu perubahan dalam bidang politik dan juga perubahan dalam bidang ekonomi. Sedangkan untuk

perubahan dibidang teknologi sebagian besar supervisor jahit mempersepsi

bahwa hal tersebut tidak berpengaruh pada diri mereka, karena perkembangan teknologi dibidang garmen tidak sepesat perkembangan teknologi dibidang yang lain seperti otomotif, elektronik dan lain-lain.

5. Dari faktor organisasi diperoleh hasil bahwa supervisor jahit yang

mempersepsi pekerjaan mereka itu mudah namun banyak memiliki derajat stres kerja yang rendah. Hal ini ditunjang oleh pengalaman kerja dan juga

adanya kejelasan peran sebagai supervisor jahit. Kemudian relasi yang

dibangun antar sesama supervisor, operator dan juga atasan terjalin dengan

baik sehingga hal ini sangat membantu para supervisor ini dalam bekerja.

Begitu pula dengan persepsi mereka terhadap atasan, dimana para supervisor

ini menilai bahwa atasan mereka itu demokratis, mau mendengarkan pendapat mereka, melibatkan mereka dalam pengambilan keputusan, tidak angkuh ataupun sombong dan mereka selalu dilibatkan dalam pengambilan keputusan.

6. Dari faktor individual / pribadi didapatkan hasil bahwa supervisor jahit yang

mempersepsi dukungan keluarga itu berpengaruh terhadap pekerjaan mereka memiliki derajat stress kerja yang rendah. Menurut mereka dukungan yang diberikan oleh keluarga sangatlah berarti walaupun disisi lain mereka harus mengorbankan waktu mereka untuk kumpul bersama-sama keluarga terutama

pada waktu libur. Para supervisor jahit ini pun berusaha untuk tidak membawa


(54)

68

atau kondisi keluarga mereka tidak menambah beban dalam bekerja. Atas dasar dukungan dari keluarga dan berusaha untuk tidak membawa masalah keluarga ke tempat kerja, maka stres kerja yang dimunculkan sebagian besar

supervisor jahit ini tergolong rendah

5.2. Saran

Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah dikemukakan sebelumnya maka peneliti mengajukan beberapa saran, yaitu :

1. Saran Untuk Pihak Perusahaan

• Pihak Perusahaan diharapkan dapat lebih memperhatikan dampak dari

stres kerja pada supervisor jahit terutama dari segi fisik, psikologis dan

perilaku. Sebagian besar supervisor jahit menilai bahwa pekerjaan mereka itu

mudah namun banyak sehingga mereka harus lembur untuk menyelesaikan pekerjaan mereka dan terkadang pada hari libur pun mereka masuk kerja.

Sebaiknya perusahaan menerapkan sistem shiftment pada masa peak seasson

sehingga kondisi fisik dari para supervisor jahit ini tetap terjaga. Jika semua

supervisor jahit bekerja lembur pada waktu yang bersamaan dikhawatirkan hal

ini akan berdampak pada menurunnya kondisi fisik para supervisor jahit.

• Selain itu perusahaan pun sebaiknya memberikan kesempatan kepada para

supervisor jahit ini untuk mengambil hak cuti atau memberi mereka libur

setelah masa peak season berakhir agar mereka dapat memulihkan kembali


(55)

69

2. Saran Untuk Supervisor Jahit

• Para supervisor jahit diharapkan lebih mempersiapkan diri terutama dari

segi fisik sebelum masa peak season berlangsung seperti, makan secara

teratur, usahakan pula untuk bisa berolah raga ringan seperti joging, jalan cepat, bersepeda agar kondisi badan tetap fit, dan bila perlu meminum suplemen tambahan agar badan tetap bugar, mengingat pekerjaan mereka

menuntut kondisi fisik yang prima terutama pada masa peak seasson dimana

para supervisor jahit ini sering sekali lembur hingga malam untuk mengejar

target yang telah ditentukan oleh perusahaan.

• Para supervisor jahit pun diharapakan untuk dapat memanfaatkan hak cuti

tahunan mereka terutama setelah masa peak seasson berakhir untuk

beristirahat agar kondisi fisik kembali pulih, dan juga dengan mengambil cuti

para supervisor ini dapat meluangkan waktunya bersama-sama keluarga

terutama bagi yang telah berumah tangga dan memiliki anak. Dengan berkumpul berasama keluarga terutama anak-anak akan membantu

memulihkan kondisi psikologis karena selama masa peak seasson yaitu

kurang lebih selama 3 hingga 4 bulan mereka lebih banyak menghabiskan waktu di tempat bekerja.

3. Saran Untuk Penelitian Lanjutan

• Melakukan penelitian lebih lanjut dengan membandingkan variabel stres

kerja pada masa peak seasson dan diluar masa peak seasson, membandingkan


(56)

70

supervisor jahit yang belum berkeluarga, menghubungkan variabel stres kerja


(57)

86

DAFTAR PUSTAKA

Cooper, Gary L. & Payne, K. 1978. Stress at Work. New York, USA : John

Wiley & Sons, Ltd.

Doloksaribu, Imelda F. 2002. Studi Mengenai Stres Kerja Yang Dialami Oleh

Guru Yang Mengajar di Sekolah Luar Biasa Bagian C di Kota Bandung.

Bandung : Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha.

Feby S, Felia 2005. Suatu Penelitian Deskriptif Mengenai Stres Kerja Pada

Perawat CCU Rumah Sakit “X” Bandung. Fakultas Psikologi Universitas

Kristen Maranatha

Gulo, W. 2002. Metodologi Penelitian. Jakarta : PT. Grasindo.

Lazarus, R. S., & Folkman. 1984. Stress Appraisal and Coping. New York :

Springer Publishing Company.

Robbins, Stephen T. 2002. Perilaku Organisasi : Konsep, Kontroversi, Aplikasi.,

Edisi ke 8. Jilid 2, versi Bahasa Indonesia. Jakarta : PT. Prehallindo.

Siegel, S. 1997. Statistik Nonparametrik Untuk Ilmu-ilmu Sosial. Jakarta : PT.

Gramedia Pustaka Utama

Sitepu, Nirwana. 1995. Statistik. Bandung : Unit Pelayanan Statistika Jurusan


(58)

87

DAFTAR RUJUKAN

Company profile PT. Garment “X” Bandung Surat Pembaca Harian Umum Media Indonesia www.mediaindonesia.com


(1)

menyesuaikan diri dengan perubahan yang ada, baik itu perubahan dalam bidang politik dan juga perubahan dalam bidang ekonomi. Sedangkan untuk perubahan dibidang teknologi sebagian besar supervisor jahit mempersepsi bahwa hal tersebut tidak berpengaruh pada diri mereka, karena perkembangan teknologi dibidang garmen tidak sepesat perkembangan teknologi dibidang yang lain seperti otomotif, elektronik dan lain-lain.

5. Dari faktor organisasi diperoleh hasil bahwa supervisor jahit yang mempersepsi pekerjaan mereka itu mudah namun banyak memiliki derajat stres kerja yang rendah. Hal ini ditunjang oleh pengalaman kerja dan juga adanya kejelasan peran sebagai supervisor jahit. Kemudian relasi yang dibangun antar sesama supervisor, operator dan juga atasan terjalin dengan baik sehingga hal ini sangat membantu para supervisor ini dalam bekerja. Begitu pula dengan persepsi mereka terhadap atasan, dimana para supervisor ini menilai bahwa atasan mereka itu demokratis, mau mendengarkan pendapat mereka, melibatkan mereka dalam pengambilan keputusan, tidak angkuh ataupun sombong dan mereka selalu dilibatkan dalam pengambilan keputusan. 6. Dari faktor individual / pribadi didapatkan hasil bahwa supervisor jahit yang

mempersepsi dukungan keluarga itu berpengaruh terhadap pekerjaan mereka memiliki derajat stress kerja yang rendah. Menurut mereka dukungan yang diberikan oleh keluarga sangatlah berarti walaupun disisi lain mereka harus mengorbankan waktu mereka untuk kumpul bersama-sama keluarga terutama pada waktu libur. Para supervisor jahit ini pun berusaha untuk tidak membawa masalah keluarga ke tempat mereka bekerja, hal ini dilakukan agar masalah


(2)

68

atau kondisi keluarga mereka tidak menambah beban dalam bekerja. Atas dasar dukungan dari keluarga dan berusaha untuk tidak membawa masalah keluarga ke tempat kerja, maka stres kerja yang dimunculkan sebagian besar supervisor jahit ini tergolong rendah

5.2. Saran

Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah dikemukakan sebelumnya maka peneliti mengajukan beberapa saran, yaitu :

1. Saran Untuk Pihak Perusahaan

• Pihak Perusahaan diharapkan dapat lebih memperhatikan dampak dari stres kerja pada supervisor jahit terutama dari segi fisik, psikologis dan perilaku. Sebagian besar supervisor jahit menilai bahwa pekerjaan mereka itu mudah namun banyak sehingga mereka harus lembur untuk menyelesaikan pekerjaan mereka dan terkadang pada hari libur pun mereka masuk kerja. Sebaiknya perusahaan menerapkan sistem shiftment pada masa peak seasson sehingga kondisi fisik dari para supervisor jahit ini tetap terjaga. Jika semua supervisor jahit bekerja lembur pada waktu yang bersamaan dikhawatirkan hal ini akan berdampak pada menurunnya kondisi fisik para supervisor jahit. • Selain itu perusahaan pun sebaiknya memberikan kesempatan kepada para supervisor jahit ini untuk mengambil hak cuti atau memberi mereka libur setelah masa peak season berakhir agar mereka dapat memulihkan kembali kondisi fisik dan psikologis mereka.


(3)

2. Saran Untuk Supervisor Jahit

• Para supervisor jahit diharapkan lebih mempersiapkan diri terutama dari segi fisik sebelum masa peak season berlangsung seperti, makan secara teratur, usahakan pula untuk bisa berolah raga ringan seperti joging, jalan cepat, bersepeda agar kondisi badan tetap fit, dan bila perlu meminum suplemen tambahan agar badan tetap bugar, mengingat pekerjaan mereka menuntut kondisi fisik yang prima terutama pada masa peak seasson dimana para supervisor jahit ini sering sekali lembur hingga malam untuk mengejar target yang telah ditentukan oleh perusahaan.

• Para supervisor jahit pun diharapakan untuk dapat memanfaatkan hak cuti tahunan mereka terutama setelah masa peak seasson berakhir untuk beristirahat agar kondisi fisik kembali pulih, dan juga dengan mengambil cuti para supervisor ini dapat meluangkan waktunya bersama-sama keluarga terutama bagi yang telah berumah tangga dan memiliki anak. Dengan berkumpul berasama keluarga terutama anak-anak akan membantu memulihkan kondisi psikologis karena selama masa peak seasson yaitu kurang lebih selama 3 hingga 4 bulan mereka lebih banyak menghabiskan waktu di tempat bekerja.

3. Saran Untuk Penelitian Lanjutan

• Melakukan penelitian lebih lanjut dengan membandingkan variabel stres kerja pada masa peak seasson dan diluar masa peak seasson, membandingkan variabel stres kerja antara supervisor jahit yang telah berkeluarga dengan


(4)

70

supervisor jahit yang belum berkeluarga, menghubungkan variabel stres kerja dengan status pernikahan, maupun dukungan keluarga.


(5)

86

Cooper, Gary L. & Payne, K. 1978. Stress at Work. New York, USA : John Wiley & Sons, Ltd.

Doloksaribu, Imelda F. 2002. Studi Mengenai Stres Kerja Yang Dialami Oleh Guru Yang Mengajar di Sekolah Luar Biasa Bagian C di Kota Bandung. Bandung : Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha.

Feby S, Felia 2005. Suatu Penelitian Deskriptif Mengenai Stres Kerja Pada Perawat CCU Rumah Sakit “X” Bandung. Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha

Gulo, W. 2002. Metodologi Penelitian. Jakarta : PT. Grasindo.

Lazarus, R. S., & Folkman. 1984. Stress Appraisal and Coping. New York : Springer Publishing Company.

Robbins, Stephen T. 2002. Perilaku Organisasi : Konsep, Kontroversi, Aplikasi., Edisi ke 8. Jilid 2, versi Bahasa Indonesia. Jakarta : PT. Prehallindo.

Siegel, S. 1997. Statistik Nonparametrik Untuk Ilmu-ilmu Sosial. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama

Sitepu, Nirwana. 1995. Statistik. Bandung : Unit Pelayanan Statistika Jurusan Statistika Universitas Padjadjaran .


(6)

87

DAFTAR RUJUKAN

Company profile PT. Garment “X” Bandung Surat Pembaca Harian Umum Media Indonesia www.mediaindonesia.com