Deteksi Manajemen Laba dengan Menggunakan Model Jones Modifikasian dan Model Kang dan Sivaramakrishnan: Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI periode 2007-2009.
vi Universitas Kristen Maranatha
ABSTRACT
This research aims to detect earnings management with the Modified Jones Model and the Kang and Sivaramakrishnan Model, also compare which model is better in detecting earnings management. The sample in this research were 82 manufacturing companies listed on the Indonesian Stock Exchange in 2007-2009 period. The research found empirical evidence that there is no earnings management at manufacturing companies listed on the Indonesian Stock Exchange in the period of 2007-2009. Empirical evidence also found that the Kang and Sivaramakrishnan Model better at detecting earnings management than Modified Jones Model.
(2)
vii Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mendeteksi manajemen laba dengan Model Jones Modifikasian dan Model Kang dan Sivaramakrishnan, juga membandingkan model manakah yang lebih baik dalam mendeteksi manajemen laba. Sampel dalam penelitian ini adalah 82 perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2007-2009. Hasil penelitian menemukan bukti empiris bahwa tidak terjadi manajemen laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI pada periode 2007-2009. Bukti empiris juga menemukan bahwa Model Kang dan Sivaramakrishnan lebih baik dalam mendeteksi manajemen laba dibandingkan Model Jones Modifikasian.
(3)
viii
DAFTAR ISI
halaman
HALAMAN JUDUL... i
HALAMAN PENGESAHAN... ii
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS SKRIPSI... iii
KATA PENGANTAR... iv
ABSTRACT... vi
ABSTRAK... vii
DAFTAR ISI...viii
DAFTAR TABEL... xi
DAFTAR GAMBAR... xii
DAFTAR LAMPIRAN...xiii
BAB I PENDAHULUAN... 1
1.1 Latar Belakang... 1
1.2 Identifikasi Masalah... 5
1.3 Tujuan Penelitian... 6
1.4 Kegunaan Penelitian... 6
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS... 8
2.1 Kajian Pustaka... 8
2.1.1 Teori Agensi...8
(4)
ix
2.1.2.1 Pengertian Manajemen Laba... 9
2.1.2.2 Bentuk Manajemen Laba... 11
2.1.2.3 Motivasi Manajemen Laba... 15
2.1.2.4 Mekanisme Manajemen Laba... 20
2.1.2.5 Teknik Manajemen Laba... 21
2.1.3 Penelitian-Penelitian Sebelumnya... 22
2.2 Kerangka Pemikiran... 25
2.3 Pengembangan Hipotesis... 26
BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN... 28
3.1 Jenis Penelitian... 28
3.2 Sumber Data... 28
3.3 Teknik Analisis Data... 28
3.4 Unit Analisis Data... 29
3.5 Populasi... 29
3.6 Teknik Penarikan Sampel... 29
3.7 Metode Pengumpulan Data... 30
3.8 Operasionalisasi Variabel... 30
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 34
(5)
x
4.2 Pengukuran Manajemen Laba...37
4.3 Perbandingan Model Manajemen Laba... 39
4.4 Analisis Hasil Penelitian... 43
BAB V SIMPULAN DAN SARAN... 46
5.1 Simpulan... 46
5.2 Keterbatasan... 48
5.3 Saran... 49
DAFTAR PUSTAKA... 50
LAMPIRAN... 52
(6)
xi
DAFTAR TABEL
halaman Tabel I Statistik Deskriptif Variabel-Variabel Model Penelitian dengan Model Jones Modifikasian... 34 Tabel II Statistik Deskriptif Variabel-Variabel Model Penelitian dengan Model
Kang dan Sivaramakrishnan... 36 Tabel III Uji One Sample T-Test dengan Model Jones Modifikasian...38 Tabel IV Uji One Sample T-Test dengan Model Kang dan Sivaramakrishnan.39 Tabel V Koefisien Determinasi dengan Model Jones Modifikasian... 39 Tabel VI Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F) dengan Model Jones
Modifikasian... 40 Tabel VII Koefisien Determinasi dengan Model Kang dan Sivaramakrishnan..41 Tabel VIII Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F) dengan Model Kang dan Sivaramakrishnan... 42
(7)
xii
DAFTAR GAMBAR
halaman Gambar 2.2.1 Bagan Kerangka Pemikiran... 26
(8)
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
halaman
Lampiran A Statistik Deskriptif... 52
Lampiran B Pengukuran Manajemen Laba... 53
Lampiran C Pembandingan Model Manajemen Laba... 54
(9)
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Distorsi akuntansi merupakan penyimpangan dari informasi yang dilaporkan pada laporan keuangan terhadap realitas usaha sebenarnya. Distorsi ini timbul dari sifat akuntansi akrual, yang meliputi: standar, kesalahan estimasi, keseimbangan antara relevan dan andal, serta kebebasan dalam pengaplikasiannya (Subramanyam dan Wild, 2010: 129). Salah satu bentuk distorsi akuntansi adalah terjadinya praktik manajemen laba. Manajemen laba dapat didefinisi sebagai “intervensi manajemen dengan sengaja dalam proses penentuan laba, biasanya untuk memenuhi tujuan pribadi” (Schipper, 1989). Menurut Healy dan Wahlen (1999) dalam Sudiyanto (2011), manajemen laba terjadi ketika manajer menggunakan pertimbangan
(judgement) dalam pelaporan keuangan, sehingga dapat menyesatkan stakeholders
yang bergantung pada angka-angka akuntansi yang dilaporkan. Fischer dan Rosenzweig (1995) dalam Khafid (2004: 42) dalam Sudiyanto (2011) mendefinisikan manajemen laba sebagai tindakan seorang manajer yang menyajikan laporan dengan menaikkan (menurunkan) laba periode berjalan dari unit usaha yang menjadi tanggung jawabnya, tanpa menimbulkan kenaikan (penurunan) profitabilitas ekonomi unit tersebut dalam jangka panjang. Stolowy dan Breton (2003) dalam Juniarti (2005: 150) dalam Sudianto (2011) memandang praktik manajemen laba sebagai bentuk manipulasi akuntansi. Manajemen laba dapat menyesatkan berbagai
(10)
Bab I Pendahuluan 2
Universitas Kristen Maranatha pihak yang menggunakan informasi keuangan yang dimanipulasi untuk tujuan pengambilan keputusan.
Beberapa faktor menjadi pemicu terjadinya praktik manajemen laba. Setiawati dan Na’im (2000) menggolongkan faktor-faktor yang dapat menjadi pemicu terjadinya praktik manajemen laba, seperti: kompensasi manajemen dikaitkan dengan laba akuntansi, pertimbangan pasar modal, penggunaan angka-angka akuntansi dalam kesepakatan utang atau kredit, pertimbangan pajak, pertimbangan peraturan yang berlaku, tujuan memperoleh atau mempertahankan kendali atas suatu perusahaan, serta pertimbangan karyawan. Beberapa penelitian sebelumnya menunjukkan terjadinya praktik manajemen laba yang disebabkan oleh faktor-faktor pemicu tersebut. Healy (1985) dalam Setiawati dan Na’im (2000) melakukan penelitian berkaitan dengan kompensasi manajemen. Penelitian ini membuktikan bahwa kompensasi yang didasarkan atas data akuntansi merupakan insentif bagi manajer untuk memilih prosedur dan metode akuntansi yang dapat memaksimumkan besarnya bonus yang akan diperoleh. Bonus yang diterima manajer terkadang memiliki batas atas. Laba suatu periode yang lebih tinggi dari batas atas target laba untuk mendapatkan bonus akan merupakan insentif bagi manajer untuk mengurangi laba yang harus dilaporkan dalam periode tersebut dan mentransfer laba ke periode berikutnya. Penelitian Neill, Pourciau, dan Schaefer (1995) dan penelitian Teoh, Welch, dan Wong (1998) dalam Setiawati dan Na’im (2000) berkaitan dengan pertimbangan pasar modal. Penelitian ini mendapati bahwa sebagian perusahaan yang pertama kali go public mencoba menyusun laporan keuangan dengan agresif untuk mempengaruhi penerimaan kas dari penawaran perdana. Manajer memang dapat menggunakan angka akuntansi untuk mempengaruhi persepsi investor. De
(11)
Bab I Pendahuluan 3
Universitas Kristen Maranatha Fond dan Jiambalvo (1994) dalam Setiawati dan Na’im (2000) melakukan penelitian mengenai kesepakatan utang atau kredit yang merupakan salah satu pemicu praktik manajemen laba. Debt equity hypothesis diuji dengan mengevaluasi tingkat akrual 94 perusahaan yang melanggar perjanjian kredit. Penelitian ini menggunakan Model Jones (secara time series maupun cross sectional) untuk memproksi normal accrual. Hasil penelitian membuktikan bahwa pada satu periode sebelum pelanggaran perjanjian kredit, perusahaan melakukan manipulasi akrual (terbukti nilai abnormal
acrual pada periode tersebut positif dan signifikan). Penelitian Han dan Wang (1998)
dalam Setiawati dan Na’im (2000) mendukung political cost hypothesis. Selama
masa krisis teluk, industri petroleum refining menurunkan laba untuk meminimalkan campur tangan pemerintah yang dapat mengurangi keuntungan industri tersebut dalam menikmati laba akibat peningkatan harga minyak.
Penelitian-penelitian sebelumnya telah menguji praktik manajemen laba di perusahaan. Beberapa model yang digunakan adalah Model Dechow, Model Jones, Model Jones Modifikasian, dan Model Kang dan Sivaramakrishnan. Nini dan Trisnawati (2009) meneliti pengaruh independensi auditor pada KAP Big Four terhadap manajemen laba pada industri bahan dasar kimia dan industri barang konsumsi. Manajemen laba dalam penelitian ini diukur dengan pendekatan akrual dan diproksikan dengan absolute discretionary accruals menggunakan Model Jones Modifikasian. Penelitian ini menggunakan absolute discretionary accruals untuk mengukur besaran manajemen laba. Sudiyanto (2011) mendeteksi praktik manajemen laba pada perusahaan manufaktur periode 2008-2009 dengan Model Kang dan Sivaramakrishnan. Hasil penelitiannya tidak menemukan bukti empiris bahwa terjadi manajemen laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI
(12)
Bab I Pendahuluan 4
Universitas Kristen Maranatha pada periode 2008-2009. Kusma dan Sari (2003) dalam Sudiyanto (2011) melakukan penelitian terhadap perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi di BEI selama periode 1997-2002. Penelitian dilakukan dengan Model Jones. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada periode sebelum merger dan akuisisi tidak terdapat indikasi adanya manajemen laba. Kusumawardhani dan Siregar (2005) dalam Sudiyanto (2011) meneliti manajemen laba menjelang IPO tahun 2000-2003 dengan menggunakan Model Dechow.
Beberapa penelitian sebelumnya membandingkan beberapa model yang berbeda dalam pendeteksian manajemen laba. Beberapa studi mencoba mengetahui tingkat akurasi dari model tersebut. Dechow et.al. (1995) meneliti model-model alternatif dalam menghitung dasar akrual untuk mendeteksi manajemen laba. Model-model yang digunakan untuk menghitung discretionary accrual adalah model Healy (1985), De Angelo (1986), Jones (1991), Jones Modifikasian, dan Model Industri (1991). Evaluasi dalam penelitian ini membandingkan spesifikasi dan kekuatan uji statistik yang umum digunakan di seluruh ukuran akrual diskresioner yang dikembangkan oleh model-model tersebut. Hasil dari penelitian ini menyimpulkan bahwa Model Jones Modifikasian merupakan model yang paling baik untuk mendeteksi manajemen laba. Penelitian Thomas dan Zhang (2000:347) dalam Sudiyanto (2011) menggunakan beberapa model yang dijadikan dasar komparasi, yaitu Model De Angelo (1986), Model Jones (1991), Model Dechow dan Sloan (1991), Model Dechow (1995), serta Model Kang dan Sivaramakrishnan (1995). Penelitian ini lebih mengutamakan kemampuan model untuk estimasi akrual, oleh karena itu dasar yang digunakan untuk membuat ranking adalah nilai koefisien determinan dari masing-masing model. Hasil yang diperoleh adalah bahwa Model
(13)
Bab I Pendahuluan 5
Universitas Kristen Maranatha Kang dan Sivaramakrishnan adalah model yang paling baik dalam memprediksi akrual, ranking berikutnya adalah Model Jones.
Berdasarkan fenomena dari penelitian-penelitian sebelumnya yang telah dijabarkan, penulis tertarik untuk menganalisis pendeteksian praktik manajemen laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI pada periode 2007-2009 dengan menggunakan Model Jones Modifikasian dan Model Kang dan Sivaramakrishnan. Alasan penulis menggunakan Model Jones Modifikasian dan Model Kang dan Sivaramakrishnan karena kedua model ini dipandang memiliki tingkat akurasi yang cukup baik dalam mendeteksi manajemen laba (Dechow et.al., 1995; Thomas dan Zhang, 2000:347). Penulis juga ingin mengetahui model yang lebih baik dalam mendeteksi praktik manajemen laba di perusahaan.
1.2Identifikasi Masalah
Masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: (1) Apakah perusahaan-perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI pada
periode 2007-2009 melakukan manajemen laba dideteksi dengan Model Jones Modifikasian?
(2) Apakah perusahaan-perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI pada periode 2007-2009 melakukan manajemen laba dideteksi dengan Model Kang dan Sivaramakrishnan?
(3) Apakah Model Kang dan Sivaramakrishnan lebih baik dari Model Jones Modifikasian dalam mendeteksi manajemen laba?
(14)
Bab I Pendahuluan 6
Universitas Kristen Maranatha 1.3Tujuan Penelitian
Penelitian ini secara umum bertujuan untuk:
(1) Mendeteksi terjadinya praktik manajemen laba pada perusahaan-perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI pada periode 2007-2009 dengan Model Jones Modifikasian.
(2) Mendeteksi terjadinya praktik manajemen laba pada perusahaan-perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI pada periode 2007-2009 dengan Model Kang dan Sivaramakrishnan.
(3) Menganalisis apakah Model Kang dan Sivaramakrishnan lebih baik dari Model Jones Modifikasian dalam mendeteksi terjadinya praktik manajemen laba di perusahaan.
1.4Kegunaan Penelitian
(1) Bagi penulis: Penelitian ini dapat memberikan gambaran mengenai pendeteksian praktik manajemen laba di perusahaan manufaktur periode 2007-2009. Penulis juga dapat mengetahui Model Kang dan Sivaramakrishnan atau Model Jones Modifikasian yang lebih baik dalam mendeteksi manajemen laba yang terjadi di perusahaan.
(2) Bagi akademisi: Penelitian ini diharapkan dapat memberikan bukti empiris mengenai pendeteksian praktik manajemen laba di perusahaan. Penelitian ini juga memberikan bukti empiris bahwa Model Kang dan Sivaramakrishnan lebih baik dalam mendeteksi manajemen laba karena model ini tidak hanya memasukkan item pendapatan sebagai variabel independen, tetapi juga
(15)
Bab I Pendahuluan 7
Universitas Kristen Maranatha memasukkan variabel biaya yang terdiri dari harga pokok penjualan dan beban penjualan dan administrasi.
(3) Bagi investor: Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai terjadinya praktik manajemen laba di perusahaan sehingga dapat memberikan pengetahuan bagi investor untuk menganalisis lebih lanjut laporan keuangan perusahaan dalam proses pengambilan keputusan investasi, khususnya dalam pendeteksian manajemen laba dengan model yang dipandang lebih akurat dalam penelitian ini.
(4) Bagi peneliti lain: Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan untuk penelitian selanjutnya dan memberikan pertimbangan mengenai model yang dipandang lebih akurat dalam mendeteksi manajemen laba.
(16)
46
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Penelitian ini bertujuan untuk mendeteksi praktik manajemen laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI pada periode 2007-2009 dengan menggunakan Model Jones Modifikasian dan Model Kang dan Sivaramakrishnan. Hasil penelitian menemukan bukti empiris bahwa tidak terjadi praktik manajemen laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI selama periode 2007-2009. Pengujian
Discretionary Accruals (DA) sebagai proksi manajemen laba, memberikan bukti
tidak terjadinya manajemen laba di perusahaan. Hal ini ditunjukkan oleh DA yang tidak berbeda daripada 0 pada confidence level 5% dalam uji one sample t-test. Kedua model baik Model Jones Modifikasian maupun Model Kang dan Sivaramakrishnan menunjukkan hasil yang serupa untuk periode 2007-2009. Berdasarkan hal ini, maka H01 dan H02 tidak mampu ditolak yaitu perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI pada periode 2007-2009 tidak melakukan manajemen laba dideteksi dengan Model Jones Modifikasian dan Model Kang dan Sivaramakrishnan.
Penelitian ini juga ingin membandingkan model mana yang lebih baik dalam mendeteksi praktik manajemen laba diantara Model Jones Modifikasian dan Model Kang dan Sivaramakrishnan. Pembandingan kedua model juga telah dilakukan, dimana Model Kang dan Sivaramakrishnan dinilai lebih baik dalam mendeteksi praktik manajemen laba dibandingkan dengan Model Jones Modifikasian. Hal ini
(17)
Bab V Simpulan dan Saran 47
Universitas Kristen Maranatha dapat dilihat dari nilai Adjusted R Square kedua model yang diperoleh dari hasil uji regersi. Nilai Adjusted R Square Model Kang dan Sivaramakrishnan sebesar 0.957, jauh lebih tinggi dari nilai Adjusted R Square Model Jones Modifikasian sebesar 0.041. Hal ini berarti Model Kang dan Sivaramakrishnan lebih dapat merefleksikan kenyataan dalam pengukuran manajemen laba dibandingkan dengan Model Jones Modifikasian. Berdasarkan hal ini maka H3 diterima yaitu deteksi manajemen laba dengan Model Kang dan Sivaramakrishnan lebih baik dari deteksi manajemen laba dengan Model Jones Modifikasian.
Bukti empiris tidak menunjukkan terjadinya praktik manajemen laba di perusahaan disebabkan oleh fenomena pada periode penelitian dan waktu penelitian yang relatif singkat. Fenomena bahwa periode penelitian, yaitu tahun 2007-2009, bukan merupakan tahun dimana perusahaan sampel melakukan IPO, kemungkinan tidak memotivasi manajemen untuk melakukan praktik manajemen laba. Selain itu, periode yaitu tahun 2007-2009, berada disekitar waktu terjadinya krisis global. Fenomena krisis subprime mortgage pada pertengahan tahun 2007 yang terjadi di Amerika Serikat telah memicu krisis ekonomi global. Pada kondisi tersebut, para investor masih terus menunggu dan melihat, bagaimana perubahan kondisi bursa ke depannya. Penulis menduga selama periode penelitian tersebut, perusahaan lebih berhati-hati dalam menyajikan informasi keuangannya karena para investor sedang benar-benar mengamati perusahaan lewat pergerakan harga saham perusahaan. Pantauan investor ini membuat perusahaan cenderung lebih berhati-hati dalam penyajian laporan keuangannya dan tidak melakukan manajemen laba ditengah kondisi dimana hampir seluruh emiten BEI memang sedang mengalami penurunan harga saham akibat krisis global. Terkait dengan waktu, periode penelitian yang
(18)
Bab V Simpulan dan Saran 48
Universitas Kristen Maranatha relatif singkat belum dapat menggambarkan kondisi perusahaan dalam jangka panjang, termasuk kemungkinan terjadinya praktik manajemen laba.
Hasil penelitian ini juga memberikan bukti empiris bahwa Model Kang dan Sivaramakrishnan lebih baik dalam mendeteksi manajemen laba dibandingkan dengan Model Jones Modifikasian. Bukti empiris ini berkaitan dengan komponen dari Model Kang dan Sivaramakrishnan yang lebih komprehensif dalam mendeteksi manajemen laba. Model Kang dan Sivaramakrishnan memasukkan aspek beban operasi yang mencakup harga pokok penjualan juga beban administrasi dan penjualan.
5.2 Keterbatasan
Penelitian ini masih memiliki beberapa keterbatasan yang dapat diidentifikasi, seperti:
1. Penelitian hanya dilakukan pada industri manufaktur saja, pengujian hipotesis tidak dilakukan pada jenis industri lain.
2. Periode penelitian terlalu singkat, yaitu hanya selama 3 tahun.
3. Periode penelitian yang digunakan bukan merupakan tahun-tahun yang mengacu pada kemungkinan terjadinya praktik manajemen laba, misalnya saat berlangsungnya IPO.
4. Penelitian ini hanya mendeteksi terjadinya manajemen laba, tidak melihat pengaruhnya terhadap variabel lain. Misalnya pengaruh manajemen laba terhadap reaksi pasar.
5. Penelitian melibatkan urutan waktu sehingga tidak dapat melihat trend mengenai praktik manajemen laba untuk masing-masing tahun.
(19)
Bab V Simpulan dan Saran 49
Universitas Kristen Maranatha 6. Kriteria sampel tidak dipisahkan antara perusahaan yang laporan
keuangannya menunjukkan posisi laba atau rugi.
5.3 Saran
Berdasarkan keterbatasan hasil penelitian ini, penulis mengembangkan saran yang terkait untuk penelitian selanjutnya. Beberapa saran tersebut adalah sebagai berikut:
1. Penelitian selanjutnya dapat melakukan pengujian terhadap jenis industri yang berbeda sehingga dapat memberikan tambahan informasi empiris mengenai pendeteksian praktik manajemen laba dalam industri yang berbeda-beda.
2. Penelitian selanjutnya sebaiknya memperpanjang periode penelitian agar hasil penelitian lebih mampu menggambarkan kondisi perusahaan dalam jangka panjang.
3. Penelitian selanjutnya dapat mengambil periode penelitian dimana kemungkinan terjadinya praktik manajemen laba di perusahaan cukup besar, misalnya sebelum sampai sesudah IPO.
4. Penelitian selanjutnya dapat menguji pengaruh manajemen laba terhadap variabel lain, seperti misalnya reaksi pasar.
5. Penelitian selanjutnya dapat menggunakan teknik analisis data dengan metode cross sectional agar trend praktik manajemen laba dapat diketahui untuk masing-masing tahun.
6. Penelitian selanjutnya dapat memisahkan perusahaan yang menunjukkan posisi laba dan rugi agar hasil penelitian dapat dianalisis lebih lanjut.
(20)
50
DAFTAR PUSTAKA
Na’im, Ainun dan Lilis Setiawati. (2000). Manajemen Laba. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia, no. 4, vol. 15, hal. 424-441.
Trisnawati, Estralita dan Nini. (2009). Pengaruh Independensi Auditor Pada KAP Big Four Terhadap Manajemen Laba Pada Industri Bahan Dasar Kimia dan Industri Barang Konsumsi. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, no. 3, vol. 11, Desember, hal. 175-188.
Herwiyanti et al. (2010). Pengaruh Penerapan Corporate Governance Terhadap Timbulnya Earnings Management Dalam Menilai Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Perbankan di Indonesia. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, no. 2, vol. 12, Agustus, hal. 69-80.
Kang, Sok-Hyon. A Conceptual and Empirical Evaluation of Accrual Prediction
Models. Februari 1999 diakses dari
http://papers.ssrn.com/sol3/papers.cfm?abstract_id=147259 pada tanggal 16 November 2011.
Dechow, Patricia M., et. Al. 1995. “Detecting Earning Management”. The
Accounting Review Vol. 7, No. 2, pp. 193-225, 1995.
Sivaramakrishnan et al. “Issues in Testing Earnings Management and an
Instrumental Variable Approach”. Journal of Accounting Research Vol. 33, No.2, USA, 1995.
Sudiyanto, Ariany Utami. (2011). Deteksi Manajemen Laba dengan Menggunakan
Metode Kang dan Sivaramakrishnan : Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Periode 2008-2009. Skripsi S-1, Fakultas
Ekonomi Universitas Kristen Maranatha, Bandung.
Suwardjono. (2005). Teori Akuntansi Perekayasaan Pelaporan Keuangan. Edisi Ketiga, Penerbit BPFE Yogyakarta, Yogyakarta.
Ikhsan, Arfan dan Muhammad Ishak. (2005). Akuntansi Keperilakuan. Penerbit Salemba Empat, Jakarta.
Jogiyanto. (2010). Metodologi Penelitian Bisnis: Salah Kaprah dan
Pengalaman-Pengalaman. Edisi Pertama, Penerbit BPFE Yogyakarta, Yogyakarta.
Wahyuningsih, Dwi Retno. (2007). Hubungan Praktik Manajemen Laba dengan
Reaksi Pasar atas Pengumuman Informasi Laba Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Jakarta. Tesis S-2, Program Pascasarjana Universitas Diponegoro,
(21)
Daftar Pustaka 51
Universitas Kristen Maranatha Semarang diakses dari
http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=wahyuningsih%2C%20dwi%20ret no%20hubungan%20praktik&source=web&cd=1&sqi=2&ved=0CBwQFjAA &url=http%3A%2F%2Feprints.undip.ac.id%2F15491%2F1%2FDwi_Retno_ Wahyuningsih.pdf&ei=hFzkTr29FsazrAe83_yeCA&usg=AFQjCNESDFZgXz oQwcWriyzBZ-k89jbR9Q&cad=rja pada tanggal 17 September 2011.
Ningsaptiti, Restie. (2010). Analisis Pengaruh Ukuran Perusahaan dan Mekanisme
Corporate Governance terhadap Manajemen Laba. Skripsi S-1, Fakultas
Ekonomi Universitas Diponegoro, Semarang diakses dari
http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=restie%20ningsaptiti&source=web &cd=1&sqi=2&ved=0CBkQFjAA&url=http%3A%2F%2Feprints.undip.ac.id
%2F22944%2F1%2Fskripsi-restie.pdf&ei=IVzkTvmQNo_MrQeMmemgCA&usg=AFQjCNEBrZe3ai24_ WtJbABM-w8n6qHJSg&cad=rja pada tanggal 14 Oktober 2011.
(1)
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Penelitian ini bertujuan untuk mendeteksi praktik manajemen laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI pada periode 2007-2009 dengan menggunakan Model Jones Modifikasian dan Model Kang dan Sivaramakrishnan. Hasil penelitian menemukan bukti empiris bahwa tidak terjadi praktik manajemen laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI selama periode 2007-2009. Pengujian Discretionary Accruals (DA) sebagai proksi manajemen laba, memberikan bukti tidak terjadinya manajemen laba di perusahaan. Hal ini ditunjukkan oleh DA yang tidak berbeda daripada 0 pada confidence level 5% dalam uji one sample t-test. Kedua model baik Model Jones Modifikasian maupun Model Kang dan Sivaramakrishnan menunjukkan hasil yang serupa untuk periode 2007-2009. Berdasarkan hal ini, maka H01 dan H02 tidak mampu ditolak yaitu perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI pada periode 2007-2009 tidak melakukan manajemen laba dideteksi dengan Model Jones Modifikasian dan Model Kang dan Sivaramakrishnan.
Penelitian ini juga ingin membandingkan model mana yang lebih baik dalam mendeteksi praktik manajemen laba diantara Model Jones Modifikasian dan Model Kang dan Sivaramakrishnan. Pembandingan kedua model juga telah dilakukan, dimana Model Kang dan Sivaramakrishnan dinilai lebih baik dalam mendeteksi praktik manajemen laba dibandingkan dengan Model Jones Modifikasian. Hal ini
(2)
Bab V Simpulan dan Saran 47
Universitas Kristen Maranatha dapat dilihat dari nilai Adjusted R Square kedua model yang diperoleh dari hasil uji regersi. Nilai Adjusted R Square Model Kang dan Sivaramakrishnan sebesar 0.957, jauh lebih tinggi dari nilai Adjusted R Square Model Jones Modifikasian sebesar 0.041. Hal ini berarti Model Kang dan Sivaramakrishnan lebih dapat merefleksikan kenyataan dalam pengukuran manajemen laba dibandingkan dengan Model Jones Modifikasian. Berdasarkan hal ini maka H3 diterima yaitu deteksi manajemen laba dengan Model Kang dan Sivaramakrishnan lebih baik dari deteksi manajemen laba dengan Model Jones Modifikasian.
Bukti empiris tidak menunjukkan terjadinya praktik manajemen laba di perusahaan disebabkan oleh fenomena pada periode penelitian dan waktu penelitian yang relatif singkat. Fenomena bahwa periode penelitian, yaitu tahun 2007-2009, bukan merupakan tahun dimana perusahaan sampel melakukan IPO, kemungkinan tidak memotivasi manajemen untuk melakukan praktik manajemen laba. Selain itu, periode yaitu tahun 2007-2009, berada disekitar waktu terjadinya krisis global. Fenomena krisis subprime mortgage pada pertengahan tahun 2007 yang terjadi di Amerika Serikat telah memicu krisis ekonomi global. Pada kondisi tersebut, para investor masih terus menunggu dan melihat, bagaimana perubahan kondisi bursa ke depannya. Penulis menduga selama periode penelitian tersebut, perusahaan lebih berhati-hati dalam menyajikan informasi keuangannya karena para investor sedang benar-benar mengamati perusahaan lewat pergerakan harga saham perusahaan. Pantauan investor ini membuat perusahaan cenderung lebih berhati-hati dalam penyajian laporan keuangannya dan tidak melakukan manajemen laba ditengah kondisi dimana hampir seluruh emiten BEI memang sedang mengalami penurunan harga saham akibat krisis global. Terkait dengan waktu, periode penelitian yang
(3)
relatif singkat belum dapat menggambarkan kondisi perusahaan dalam jangka panjang, termasuk kemungkinan terjadinya praktik manajemen laba.
Hasil penelitian ini juga memberikan bukti empiris bahwa Model Kang dan Sivaramakrishnan lebih baik dalam mendeteksi manajemen laba dibandingkan dengan Model Jones Modifikasian. Bukti empiris ini berkaitan dengan komponen dari Model Kang dan Sivaramakrishnan yang lebih komprehensif dalam mendeteksi manajemen laba. Model Kang dan Sivaramakrishnan memasukkan aspek beban operasi yang mencakup harga pokok penjualan juga beban administrasi dan penjualan.
5.2 Keterbatasan
Penelitian ini masih memiliki beberapa keterbatasan yang dapat diidentifikasi, seperti:
1. Penelitian hanya dilakukan pada industri manufaktur saja, pengujian hipotesis tidak dilakukan pada jenis industri lain.
2. Periode penelitian terlalu singkat, yaitu hanya selama 3 tahun.
3. Periode penelitian yang digunakan bukan merupakan tahun-tahun yang mengacu pada kemungkinan terjadinya praktik manajemen laba, misalnya saat berlangsungnya IPO.
4. Penelitian ini hanya mendeteksi terjadinya manajemen laba, tidak melihat pengaruhnya terhadap variabel lain. Misalnya pengaruh manajemen laba terhadap reaksi pasar.
5. Penelitian melibatkan urutan waktu sehingga tidak dapat melihat trend mengenai praktik manajemen laba untuk masing-masing tahun.
(4)
Bab V Simpulan dan Saran 49
Universitas Kristen Maranatha 6. Kriteria sampel tidak dipisahkan antara perusahaan yang laporan
keuangannya menunjukkan posisi laba atau rugi.
5.3 Saran
Berdasarkan keterbatasan hasil penelitian ini, penulis mengembangkan saran yang terkait untuk penelitian selanjutnya. Beberapa saran tersebut adalah sebagai berikut:
1. Penelitian selanjutnya dapat melakukan pengujian terhadap jenis industri yang berbeda sehingga dapat memberikan tambahan informasi empiris mengenai pendeteksian praktik manajemen laba dalam industri yang berbeda-beda.
2. Penelitian selanjutnya sebaiknya memperpanjang periode penelitian agar hasil penelitian lebih mampu menggambarkan kondisi perusahaan dalam jangka panjang.
3. Penelitian selanjutnya dapat mengambil periode penelitian dimana kemungkinan terjadinya praktik manajemen laba di perusahaan cukup besar, misalnya sebelum sampai sesudah IPO.
4. Penelitian selanjutnya dapat menguji pengaruh manajemen laba terhadap variabel lain, seperti misalnya reaksi pasar.
5. Penelitian selanjutnya dapat menggunakan teknik analisis data dengan metode cross sectional agar trend praktik manajemen laba dapat diketahui untuk masing-masing tahun.
6. Penelitian selanjutnya dapat memisahkan perusahaan yang menunjukkan posisi laba dan rugi agar hasil penelitian dapat dianalisis lebih lanjut.
(5)
Na’im, Ainun dan Lilis Setiawati. (2000). Manajemen Laba. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia, no. 4, vol. 15, hal. 424-441.
Trisnawati, Estralita dan Nini. (2009). Pengaruh Independensi Auditor Pada KAP Big Four Terhadap Manajemen Laba Pada Industri Bahan Dasar Kimia dan Industri Barang Konsumsi. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, no. 3, vol. 11, Desember, hal. 175-188.
Herwiyanti et al. (2010). Pengaruh Penerapan Corporate Governance Terhadap Timbulnya Earnings Management Dalam Menilai Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Perbankan di Indonesia. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, no. 2, vol. 12, Agustus, hal. 69-80.
Kang, Sok-Hyon. A Conceptual and Empirical Evaluation of Accrual Prediction Models. Februari 1999 diakses dari
http://papers.ssrn.com/sol3/papers.cfm?abstract_id=147259 pada tanggal 16 November 2011.
Dechow, Patricia M., et. Al. 1995. “Detecting Earning Management”. The Accounting Review Vol. 7, No. 2, pp. 193-225, 1995.
Sivaramakrishnan et al. “Issues in Testing Earnings Management and an
Instrumental Variable Approach”. Journal of Accounting Research Vol. 33,
No.2, USA, 1995.
Sudiyanto, Ariany Utami. (2011). Deteksi Manajemen Laba dengan Menggunakan Metode Kang dan Sivaramakrishnan : Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Periode 2008-2009. Skripsi S-1, Fakultas Ekonomi Universitas Kristen Maranatha, Bandung.
Suwardjono. (2005). Teori Akuntansi Perekayasaan Pelaporan Keuangan. Edisi Ketiga, Penerbit BPFE Yogyakarta, Yogyakarta.
Ikhsan, Arfan dan Muhammad Ishak. (2005). Akuntansi Keperilakuan. Penerbit Salemba Empat, Jakarta.
Jogiyanto. (2010). Metodologi Penelitian Bisnis: Salah Kaprah dan Pengalaman-Pengalaman. Edisi Pertama, Penerbit BPFE Yogyakarta, Yogyakarta.
Wahyuningsih, Dwi Retno. (2007). Hubungan Praktik Manajemen Laba dengan Reaksi Pasar atas Pengumuman Informasi Laba Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Jakarta. Tesis S-2, Program Pascasarjana Universitas Diponegoro,
(6)
Daftar Pustaka 51
Universitas Kristen Maranatha Semarang diakses dari
http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=wahyuningsih%2C%20dwi%20ret no%20hubungan%20praktik&source=web&cd=1&sqi=2&ved=0CBwQFjAA &url=http%3A%2F%2Feprints.undip.ac.id%2F15491%2F1%2FDwi_Retno_ Wahyuningsih.pdf&ei=hFzkTr29FsazrAe83_yeCA&usg=AFQjCNESDFZgXz oQwcWriyzBZ-k89jbR9Q&cad=rja pada tanggal 17 September 2011.
Ningsaptiti, Restie. (2010). Analisis Pengaruh Ukuran Perusahaan dan Mekanisme Corporate Governance terhadap Manajemen Laba. Skripsi S-1, Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro, Semarang diakses dari
http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=restie%20ningsaptiti&source=web &cd=1&sqi=2&ved=0CBkQFjAA&url=http%3A%2F%2Feprints.undip.ac.id
%2F22944%2F1%2Fskripsi-restie.pdf&ei=IVzkTvmQNo_MrQeMmemgCA&usg=AFQjCNEBrZe3ai24_ WtJbABM-w8n6qHJSg&cad=rja pada tanggal 14 Oktober 2011.