TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PERCERAIAN YANG DISEBABKAN KARENA SUAMI YANG MENGALAMI PENYIMPANGAN SEKSUAL DI KAITKAN DENGAN UNDANG-UNDANG NO.1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN DAN HUKUM ISLAM.
ABSTRAK
Tinjauan Yuridis Terhadap Perceraian Yang Disebabkan Karena Suami
Mengalami Penyimpangan Seksual Di Kaitkan Dengan Undang-Undang
No.1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan dan Hukum Islam
Karina Prisilia
110110110512
Perkawinan memiliki tujuan untuk membentuk keluarga bahagia dan
kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Perkawinan yang bahagia
tentu tidak mudah untuk diwujudkan. Adakalanya tujuan perkawinan tidak
tercapai sehingga terjadi perceraian. Alasan perceraian dapat saja
disebabkan karena masalah seksualitas, salah satu contohnya karena suami
mengalami penyimpangan seksual. Suami yang mengalami penyimpangan
seksual tentu tidak dapat memenuhi kebutuhan biologis istri dimana hal
tersebut merupakan kewajiban dari seorang suami sehingga terjadilah
perceraian. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan pengaturan
perceraian akibat suami mengalami penyimpangan seksual serta akibat
hukum terhadap istri dan anak apabila ditinjau dari Undang-Undang
Perkawinan dan Hukum Islam.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitis, yaitu
menggambarkan atau mendeskripsikan semua gejala dan fakta hukum dan
menganalisa permasalahan yang dikemukakan pada penelitian ini.
Pendekatan yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah secara yuridis
normatif dengan bahan berupa bahan hukum primer, sekunder, dan tersier
baik berupa peraturan perundang – undangan dan hasil penelitian.
Hasil penelitian dari skripsi ini adalah bahwa perceraian akibat suami
mengalami penyimpangan seksual terdapat pada alasan perceraian dalam
Pasal 19 Peraturan Pemerintah No.9 Tahun 1975, yang merupakan aturan
pelaksana Undang-Undang Perkawinan maupun Pasal 116 huruf e KHI yaitu
penyimpangan seksual merupakan bentuk kecacatan sehingga dapat
dijadikan sebagai alasan perceraian dan Hukum Islam juga mengatur dalam
QS An-Nisa ayat 19 bahwa suami diwajibkan untuk menggauli istrinya secara
patut, dimana hal tersebut tidak dapat dilakukan oleh suami seorang
homoseks. Dalam penelitian ini juga membahas mengenai akibat hukum
terhadap istri dan anak yang berpedoman pada Undang-Undang Perkawinan
dan Hukum Islam.
iv
Tinjauan Yuridis Terhadap Perceraian Yang Disebabkan Karena Suami
Mengalami Penyimpangan Seksual Di Kaitkan Dengan Undang-Undang
No.1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan dan Hukum Islam
Karina Prisilia
110110110512
Perkawinan memiliki tujuan untuk membentuk keluarga bahagia dan
kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Perkawinan yang bahagia
tentu tidak mudah untuk diwujudkan. Adakalanya tujuan perkawinan tidak
tercapai sehingga terjadi perceraian. Alasan perceraian dapat saja
disebabkan karena masalah seksualitas, salah satu contohnya karena suami
mengalami penyimpangan seksual. Suami yang mengalami penyimpangan
seksual tentu tidak dapat memenuhi kebutuhan biologis istri dimana hal
tersebut merupakan kewajiban dari seorang suami sehingga terjadilah
perceraian. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan pengaturan
perceraian akibat suami mengalami penyimpangan seksual serta akibat
hukum terhadap istri dan anak apabila ditinjau dari Undang-Undang
Perkawinan dan Hukum Islam.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitis, yaitu
menggambarkan atau mendeskripsikan semua gejala dan fakta hukum dan
menganalisa permasalahan yang dikemukakan pada penelitian ini.
Pendekatan yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah secara yuridis
normatif dengan bahan berupa bahan hukum primer, sekunder, dan tersier
baik berupa peraturan perundang – undangan dan hasil penelitian.
Hasil penelitian dari skripsi ini adalah bahwa perceraian akibat suami
mengalami penyimpangan seksual terdapat pada alasan perceraian dalam
Pasal 19 Peraturan Pemerintah No.9 Tahun 1975, yang merupakan aturan
pelaksana Undang-Undang Perkawinan maupun Pasal 116 huruf e KHI yaitu
penyimpangan seksual merupakan bentuk kecacatan sehingga dapat
dijadikan sebagai alasan perceraian dan Hukum Islam juga mengatur dalam
QS An-Nisa ayat 19 bahwa suami diwajibkan untuk menggauli istrinya secara
patut, dimana hal tersebut tidak dapat dilakukan oleh suami seorang
homoseks. Dalam penelitian ini juga membahas mengenai akibat hukum
terhadap istri dan anak yang berpedoman pada Undang-Undang Perkawinan
dan Hukum Islam.
iv