TInjauan Yuridis Tentang Perceraian Qobla Al Dukhul Dihubungkan Dengan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan Dan Hukum Islam.
TINJAUAN YURIDIS TENTANG PERCERAIAN QOBLA AL DUKHUL
DIHUBUNGKAN DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974
TENTANG PERKAWINAN DAN HUKUM ISLAM
AGUNG AHMMADA
1101130180192
Banyak persoalan-persoalan yang muncul dalam kehidupan
perkawinan yang mengancam keutuhan rumah tangga. Persoalanpersoalan tersebut membawa dampak bagi keutuhan rumah tangga
mereka, Jika perkawinan itu tidak dapat dipertahankan maka jalan keluar
yang dapat dipilih oleh pasangan suami istri yaitu perceraian. Banyak
sekali berbagai kota di Indonesia. Hal ini dapat dimaklumi karena
mayoritas masyarakat tersebut menikah karena dari kasus perceraian
qobla al dukhul ini banyak yang terurai di berbagai kota-kota di Indonesia.
Tujuan Penelitian ini adalah mengetahui kepastian hukum status dan
kedudukan qobla al dukhul dalam hukum Islam dan Peraturan Perundangundang di Indonesia mengenai Perkawinan dan Mengetahui akibat hukum
perceraian qobla al dukhul dihubungkan dengan analisis putusan yang
tertera di pengadilan berbagai tingkat agama.
Penulisan hukum ini menggunakan metode pendekatan yuridis
normatif yaitu penelitian dititik beratkan pada penggunaan data sekuder,
yang mencakup bahan hukum primer, sekunder dan tersier. Penelitian
dilakukan dengan meneliti ketentuan-ketentuan mengenai perceraian
qobla al dukhul menurut Hukum Islam dikaitkan mengenai Perkawinan
(Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974) serta Instruksi Presiden Nomor 1
Tahun 1991 Tentang Kompilasi Hukum Islam.
Berdasarkan Hasil dari penelitian bahwa perceraian qobla al dukhul
diatur oleh Hukum islam dan Kompilasi Hukum Islam (KHI) bahwa dimana
seorang suami menjatuhkan talaq kepada isteri dengan keadaan qobla al
dukhul dikatakan sah di dalam hukumnya, tetapi untuk maksud dan tujuan
perkawinan yaitu membina kehidupan rumah tangga yang sakinah,
mawaddah, warahmah terlalu jauh untuk kata “terwujud” bahkan
menimbulkan dosa karena baik suami atau istri tidak melaksanakan
kewajiban sebagai seorang suami dan seorang isteri. Sedangkan di dalam
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang perkawinan tidak diatur
mengenai masalah perceraian qobla al dukhul. Akibat hukum ditimbulkan
dari perceraian qobla al dukhul menurut Hukum Islam dan Kompilasi
Hukum Islam (KHI) adalah tidak adanya mahar dan masa iddah bagi
istrinya.
DIHUBUNGKAN DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974
TENTANG PERKAWINAN DAN HUKUM ISLAM
AGUNG AHMMADA
1101130180192
Banyak persoalan-persoalan yang muncul dalam kehidupan
perkawinan yang mengancam keutuhan rumah tangga. Persoalanpersoalan tersebut membawa dampak bagi keutuhan rumah tangga
mereka, Jika perkawinan itu tidak dapat dipertahankan maka jalan keluar
yang dapat dipilih oleh pasangan suami istri yaitu perceraian. Banyak
sekali berbagai kota di Indonesia. Hal ini dapat dimaklumi karena
mayoritas masyarakat tersebut menikah karena dari kasus perceraian
qobla al dukhul ini banyak yang terurai di berbagai kota-kota di Indonesia.
Tujuan Penelitian ini adalah mengetahui kepastian hukum status dan
kedudukan qobla al dukhul dalam hukum Islam dan Peraturan Perundangundang di Indonesia mengenai Perkawinan dan Mengetahui akibat hukum
perceraian qobla al dukhul dihubungkan dengan analisis putusan yang
tertera di pengadilan berbagai tingkat agama.
Penulisan hukum ini menggunakan metode pendekatan yuridis
normatif yaitu penelitian dititik beratkan pada penggunaan data sekuder,
yang mencakup bahan hukum primer, sekunder dan tersier. Penelitian
dilakukan dengan meneliti ketentuan-ketentuan mengenai perceraian
qobla al dukhul menurut Hukum Islam dikaitkan mengenai Perkawinan
(Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974) serta Instruksi Presiden Nomor 1
Tahun 1991 Tentang Kompilasi Hukum Islam.
Berdasarkan Hasil dari penelitian bahwa perceraian qobla al dukhul
diatur oleh Hukum islam dan Kompilasi Hukum Islam (KHI) bahwa dimana
seorang suami menjatuhkan talaq kepada isteri dengan keadaan qobla al
dukhul dikatakan sah di dalam hukumnya, tetapi untuk maksud dan tujuan
perkawinan yaitu membina kehidupan rumah tangga yang sakinah,
mawaddah, warahmah terlalu jauh untuk kata “terwujud” bahkan
menimbulkan dosa karena baik suami atau istri tidak melaksanakan
kewajiban sebagai seorang suami dan seorang isteri. Sedangkan di dalam
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang perkawinan tidak diatur
mengenai masalah perceraian qobla al dukhul. Akibat hukum ditimbulkan
dari perceraian qobla al dukhul menurut Hukum Islam dan Kompilasi
Hukum Islam (KHI) adalah tidak adanya mahar dan masa iddah bagi
istrinya.