TANGGUNG JAWAB PERUSAHAAN PEMBIAYAAN KONSUMEN SYARIAH ATAS KERUGIAN NASABAH DALAM PENAGIHAN UTANG PEMBIAYAAN MURABAHAH OLEH DEBT COLLECTOR.
ABSTRAK
TANGGUNG JAWAB PERUSAHAAN PEMBIAYAAN KONSUMEN
SYARIAH ATAS KERUGIAN NASABAH DALAM PENAGIHAN UTANG
PEMBIAYAAN MURABAHAH OLEH DEBT COLLECTOR
Pada zaman modern ini, masyarakat semakin ingin memenuhi
kebutuhan untuk konsumsi sehari-hari, khususnya menyangkut kebutuhan
tersier. Menjawab keinginan masyarakat tersebut, muncullah suatu bentuk
perusahaan pembiayaan yang menggunakan prinsip-prinsip syariah salah
satunya yaitu murabahah. Pelunasan pembiayaan murabahah banyak
menemui kendala. Salah satunya adalah pelunasan pembiayaan yang
macet. Mengatasi hal tersebut, perusahaan pembiayaan syariah
menggunakan jasa debt collector dalam penagihan utangnya. Beberapa
kasus yang terjadi menunjukkan bahwa debt collector banyak melakukan
perbuatan melawan hukum yang merugikan konsumen. Tujuan penelitian
ini adalah pertama untuk mengkaji dan menganalisis mengenai
mekanisme pelaksanaan penyelesaian pembiayaan macet pada
perusahaan pembiayaan konsumen syariah. Kedua untuk mengkaji dan
menganalisis mengenai bagaimana tanggung jawab pihak perusahaan
pembiayaan konsumen syariah terhadap nasabah yang dirugikan akibat
dari penggunaan jasa penagihan utang melalui debt collector.
Penelitian ini menggunakan metode yuridis-normatif yang
dilakukan dengan meneliti data sekunder. Tahapan penelitian dilakukan
melalui studi lapangan dan studi kepustakaan. Metode analisis data
dilakukan secara yuridis-kualitatif dan hasil analisis data tersebut
dipaparkan dalam bentuk deskriptif-analitis dengan menggambarkan
pelaksanaan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tahap-tahap dalam
mekanisme penagihan pada umumnya tidak mengindahkan peraturan
baik peraturan Bapepam-LK Nomor: PER-04/BL/2007 maupun dalam
Permenkeu No. 130/PMK.010/2012 mengenai hal penarikan objek
jaminan fidusia. Penagihan utang pembiayaan syariah saat ini tidak
menggunakan konsep hawalah bil ujrah sebagaimana fatwa DSN-MUI No.
58/DSN-MUI/IV/2007 tentang Hawalah bil ujrah. Debt collector dari pihak
ketiga bertanggung jawab secara personal apabila melakukan tindakan
perbuatan melawan hukum yang merugikan konsumen dan melakukan
tindakan diluar yang dikuasakan oleh Perusahaan Pembiayaan Syariah.
iv
TANGGUNG JAWAB PERUSAHAAN PEMBIAYAAN KONSUMEN
SYARIAH ATAS KERUGIAN NASABAH DALAM PENAGIHAN UTANG
PEMBIAYAAN MURABAHAH OLEH DEBT COLLECTOR
Pada zaman modern ini, masyarakat semakin ingin memenuhi
kebutuhan untuk konsumsi sehari-hari, khususnya menyangkut kebutuhan
tersier. Menjawab keinginan masyarakat tersebut, muncullah suatu bentuk
perusahaan pembiayaan yang menggunakan prinsip-prinsip syariah salah
satunya yaitu murabahah. Pelunasan pembiayaan murabahah banyak
menemui kendala. Salah satunya adalah pelunasan pembiayaan yang
macet. Mengatasi hal tersebut, perusahaan pembiayaan syariah
menggunakan jasa debt collector dalam penagihan utangnya. Beberapa
kasus yang terjadi menunjukkan bahwa debt collector banyak melakukan
perbuatan melawan hukum yang merugikan konsumen. Tujuan penelitian
ini adalah pertama untuk mengkaji dan menganalisis mengenai
mekanisme pelaksanaan penyelesaian pembiayaan macet pada
perusahaan pembiayaan konsumen syariah. Kedua untuk mengkaji dan
menganalisis mengenai bagaimana tanggung jawab pihak perusahaan
pembiayaan konsumen syariah terhadap nasabah yang dirugikan akibat
dari penggunaan jasa penagihan utang melalui debt collector.
Penelitian ini menggunakan metode yuridis-normatif yang
dilakukan dengan meneliti data sekunder. Tahapan penelitian dilakukan
melalui studi lapangan dan studi kepustakaan. Metode analisis data
dilakukan secara yuridis-kualitatif dan hasil analisis data tersebut
dipaparkan dalam bentuk deskriptif-analitis dengan menggambarkan
pelaksanaan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tahap-tahap dalam
mekanisme penagihan pada umumnya tidak mengindahkan peraturan
baik peraturan Bapepam-LK Nomor: PER-04/BL/2007 maupun dalam
Permenkeu No. 130/PMK.010/2012 mengenai hal penarikan objek
jaminan fidusia. Penagihan utang pembiayaan syariah saat ini tidak
menggunakan konsep hawalah bil ujrah sebagaimana fatwa DSN-MUI No.
58/DSN-MUI/IV/2007 tentang Hawalah bil ujrah. Debt collector dari pihak
ketiga bertanggung jawab secara personal apabila melakukan tindakan
perbuatan melawan hukum yang merugikan konsumen dan melakukan
tindakan diluar yang dikuasakan oleh Perusahaan Pembiayaan Syariah.
iv