Perlindungan Hukum Terhadap Pencipta atas Pembajakan Karya Seni Digital pada Jejaring Sosial Ditinjau dari UU No.28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta skripsi
PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PENCIPTA ATAS PEMBAJAKAN KARYA SENI DIGITAL PADA JEJARING SOSIAL
DITINJAU DARI UU NO.28 TAHUN 2014 TENTANG HAK CIPTA SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara
Oleh:
110200037 PITA
DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2015
(2)
PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PENCIPTA ATAS PEMBAJAKAN KARYA SENI DIGITAL PADA JEJARING SOSIAL
DITINJAU DARI UU NO.28 TAHUN 2014 TENTANG HAK CIPTA SKRIPSI
Diajukan Untuk Memnuhi Sebagian Dari Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum
Oleh : PITA NIM : 110200037
Disetujui Oleh :
Ketua Departemen Hukum Ekonomi
(Windha,S.H.,M.Hum NIP.197501122005012002
)
Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II
( Syafruddin, S.H,.M.H,.D.F.M ) (Windha,S.H.,M.Hum
NIP.196305111989031001 NIP.197501122005012002
)
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2015
(3)
ABSTRAK
PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PENCIPTA ATAS PEMBAJAKAN KARYA SENI DIGITAL PADA JEJARING SOSIAL
DITINJAU DARI UU NO.28 TAHUN 2014 TENTANG HAK CIPTA *Pita
**Syafruddin ***Windha
Perlindungan hak cipta atas karya seni diatur didalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang hak cipta, dimana perlindungan ini merupakan perlindungan hukum yang lebih baik dibandingkan dengan Undang-Undang Hak Cipta terdahulu (Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta). Pada Undang-Undang Hak Cipta yang baru, ada diatur mengenai pembajakan karya sen, dimana pada era globalisasi sekarang ini, pembajakn sering dilakukan secara digital pada jejaring sosial. Hal ini menimbulkan beberapa permasalahan, yaitu bagaimana pembajakan karya seni digital dan bagaimana perlindungan hukum yang dipakai untuk melindungi para pencipta dari pembajakan tersebut.
Penulisan ini menggunakan metode penelitian hukum normati, yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara mengumpulkan data sekunder berupa bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tersier. Data dikumpulkan dengan menggunakan metode studi pustaka. Analisis data dilakukan dengan metode kualitatif dan dituangkan dalam bentuk deskriptif.
Pengaturan yang berlaku bagi perlindungan pencipta atas karya seni mereka diatur didalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta. Pembajakan karya seni digital di ejjearing sosial ini merupakan pelanggaran aturan-aturan yang telah dibuat atau diatur oleh pemerintah Indonesia, yang dikhususkan dibidang karya seni. Akses inteet yang mudah dan praktis yang mendorong terjadinya tindakan pembajakan tadi. Sehingga setiap karya orang lain dapat diambil atau dibajak sesuai keinginan para pembajak. Hak cipta memberikan perlindungan hukum yang diutamakan kepada para pemegang hak cipta, agar hak mereka tidak diambil atau disalahgunakan oleh orang lain dalam tindakan pembajakan, khususnya pembajakan yang dilakukan secara digitalisasi. Perlindungan hak cipta yang diberikan oleh Undang-Undang Hak Cipta merupakan suatu dedikasi atau penghargaan dari pemerintah kepada seniman Indonesia, yang telah berkarya. Perlindungan tersebut meliputi perlindungan secara preventif dan perlindungan yang diberikan secara represif kepada para pemegang hak cipta.
Kata Kunci : Hak Cipta, Pembajakan Karya Seni Digital, Perlindungan Hukum *Mahasiswa Fakultas Hukum
** Dosen Pembimbing I *** Dosen Pembimbing II
(4)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang senantiasa melimpahkan kasih dan perlindungan-Nya, sehingga penulis mampu menyusun dan menyelesaikan skripsi yang berjudul “Perlindungan Hukum Terhadap Pencipta Atas Pembajakan Karya Seni Digital Pada Jejaring Sosial Ditinjau Dari Undang-Undang No.28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta”.
Penulisan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi dan melengkapi persyaratan dalam menempuh Sarjana Srata 1 (S1) pada Program Studi Ilmu Hukum, Program Hukum Ekonomi, Universitas Sumatera Utara. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari sempurna dan tidak terlepas dari kekurangan, karena keterbatasan kemampuan dan pengalaman penulis. Oleh karena itu, penulis akan menerima dengan senang hati segala saran dan kritik yang bersifat membangun.
Penyusunan skripsi ini telah banyak mendapatkan petunjuk dan bantuan yang tak ternilai harganya, oleh karena itu dengan rasa hormat, cinta dan kasih penulis ingin mengucapkan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada kedua orang tua tercinta, ayahanda Partap Singh Chamba dan ibunda Nirmal Kaur yang selalu menjadi motivasi bagi penulis untuk senantiasa berkarya.
Pada kesempatan ini pula, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1. Bapak Prof.Dr.dr.SyahrilPasaribu,D.T.M.&H.,M.Sc.(C.T.M.),Sp.A.(K.) selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.
(5)
2. Bapak Prof.Dr.Runtung, S.H.,M.Hum, selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Syafruddin, S.H,.M.H,.D.F.M, selaku dosen pembimbing 1dan ibu cantik Windha, S.H., M.Hum, selaku dosen pembimbing 2 yang dengan penuh kesabaran membimbing dan mengarahkan dalam penulisan skripsi ini.
4. Ibu Windha, S.H., M.Hum, Ketua Jurusan Hukum Ekonomi Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.
5. Bapak dan Ibu dosen Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan bekal pengetahuan yang sangat berharga kepada penulis.
6. Kakak-kakak saya, Satwante,S.Kom (Jejy), Pritipal Kaur,SE (Milen), dan adik laki-laki saya satu-satunya yang sekarang sedang berjuang untuk masa depan yang lebih cerah Jagdeep Singh (Jagdeep), terima kasih atas segala dukungan dan motivasi yang kalian berikan kepada saya selama ini.
7. Nenek saya tercinta, yaitu orangtua ayah saya yang selalu menyemangati dan menyayangi saya.
8. Nenek dan kakek saya, yaitu orangtua ibu saya yang saya , serta kakek yaitu ayahanda ayah saya, walaupun kalian sudah tidak ada dan berada ditempat yang indah, tapi cucu kalian masih tetap mengingat dan mencitai kalian. Saya yakin kalian akan bangga melihat cucu kalian saat ini.
9. Abang ipar saya dr.Sukhinder Singh (kiki) serta keluarganya.
10.Om saya tercinta, H. Husein Seikh , yang selalu mendukung, serta mengajarkan saya tentang arti dari sebuah kehidupan, saudara-saudara saya, para sepupu, om, tante, keponakan yang selalu mendukung.
(6)
11.Teman main saya dari kecil hingga sekarang, Palwir Kaur (poli).
1. Sahabat SMP saya Vaska Sirait yang selalu memberikan motifasi dan dukungan, semangat skripsiannya juga ya.
12.Sahabat SMA saya yang paling saya sayangi, Ecca Medhayanti,S.Kom dan keluarga, yang selalu ada buat saya dikala senang ataupun susah, yang selalu memberikan kritik dan saran, teman yang selalu memotifasi saya dan teman yang selalu percaya dan yakin bahwa saya akan sukses dimasa depan. Amin. 13.Zakiah Indah Hafni,S.Kom yang juga teman SMA saya yang sering
memberikan masukan juga.
14.Sahabat- sahabatku diperkuliahan Dina Azrina Nasution (Irin), Festiri Hastiya Dewi, Rahmadani Pardede, Ririn Ardhila, Kiki Ayu Lestari Tambunan, dan Gabetta Solin, Sahabat yang selalu ada saat susah maupun senang. Semoga kita semua sukses dimasa depan, dan semoga persahaban ini tetap langgeng dan bertahan sampai maut memisahkan.
15.Teman-teman stambuk 2011 yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu.
Semua pihak yang selalu mendukung, memotivasi, membantu, menghormati dan menghargai saya yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih ada kekurangan, karena keterbatasan pengetahuan, pengalaman serta refrensi yang penulis miliki. Untuk itu penulis mengharapkan saran-saran dan kritik demi perbaikan di masa-masa mendatang.
Medan, 21 Mei 2015 Penulis
(7)
Pita 110200037
DAFTAR ISI
ABSTRAK………i KATA PENGANTAR……….ii
(8)
DAFTAR ISI………...vi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah...1
B. Perumusan Masalah...8
C. Tujuan Penulisan...,,,,...8
D. Keaslian Penulisan...9
E. Tinjauan Pustaka...10
F. Metode Penulisan...14
G. Sistematika Penulisan………16
BAB II PENGATURAN HAK CIPTA DI INDONESIA DITINJAU DARI UU NO.28 TAHUN 2014 A. Pengertian Hak Cipta……….18
B. Hak Moral Dan Hak Ekonomi………...27
C. Ciptaan Yang Dilindungi Oleh Hak Cipta……….……33
D. Hak Terkait (Neighboring Rights)……….38
E. Pencatatan Hak Cipta………..………..…44
BAB III PEMBAJAKAN KARYA SENI DIGITAL DI JEJARING SOSIAL A. Keberadaan Jejaring Sosil Di Indonesia………..49
B. Karya Seni Digital Pada Jejaring Sosial Menurut Uu Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta………..55
(9)
BAB IV PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PENCIPTA ATAS PEMBAJAKAN KARYA SENI DIGITAL PADA UNDANG-UNDANG NO.28 TAHUN 2008
A. Hubungan Hukum Pencipta Dengan Karya Seni
Digital Dalam Jejaring Sosial………..…79 B. Perlindungan Hukum Terhadap Para
Pencipta Terhadap Pembajakan Digital………...…81 C. Peran pemerintah dalam upaya penegakkan
hukum terhadap pembajakan karya seni digital……….93 D. Upaya Asosiasi Pencipta Indonesia
Dalam Memberantas Pembajakan……….101
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ……….……….……….106
B. Saran………..107
DAFTAR PUSTAKA………109
(10)
ABSTRAK
PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PENCIPTA ATAS PEMBAJAKAN KARYA SENI DIGITAL PADA JEJARING SOSIAL
DITINJAU DARI UU NO.28 TAHUN 2014 TENTANG HAK CIPTA *Pita
**Syafruddin ***Windha
Perlindungan hak cipta atas karya seni diatur didalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang hak cipta, dimana perlindungan ini merupakan perlindungan hukum yang lebih baik dibandingkan dengan Undang-Undang Hak Cipta terdahulu (Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta). Pada Undang-Undang Hak Cipta yang baru, ada diatur mengenai pembajakan karya sen, dimana pada era globalisasi sekarang ini, pembajakn sering dilakukan secara digital pada jejaring sosial. Hal ini menimbulkan beberapa permasalahan, yaitu bagaimana pembajakan karya seni digital dan bagaimana perlindungan hukum yang dipakai untuk melindungi para pencipta dari pembajakan tersebut.
Penulisan ini menggunakan metode penelitian hukum normati, yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara mengumpulkan data sekunder berupa bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tersier. Data dikumpulkan dengan menggunakan metode studi pustaka. Analisis data dilakukan dengan metode kualitatif dan dituangkan dalam bentuk deskriptif.
Pengaturan yang berlaku bagi perlindungan pencipta atas karya seni mereka diatur didalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta. Pembajakan karya seni digital di ejjearing sosial ini merupakan pelanggaran aturan-aturan yang telah dibuat atau diatur oleh pemerintah Indonesia, yang dikhususkan dibidang karya seni. Akses inteet yang mudah dan praktis yang mendorong terjadinya tindakan pembajakan tadi. Sehingga setiap karya orang lain dapat diambil atau dibajak sesuai keinginan para pembajak. Hak cipta memberikan perlindungan hukum yang diutamakan kepada para pemegang hak cipta, agar hak mereka tidak diambil atau disalahgunakan oleh orang lain dalam tindakan pembajakan, khususnya pembajakan yang dilakukan secara digitalisasi. Perlindungan hak cipta yang diberikan oleh Undang-Undang Hak Cipta merupakan suatu dedikasi atau penghargaan dari pemerintah kepada seniman Indonesia, yang telah berkarya. Perlindungan tersebut meliputi perlindungan secara preventif dan perlindungan yang diberikan secara represif kepada para pemegang hak cipta.
Kata Kunci : Hak Cipta, Pembajakan Karya Seni Digital, Perlindungan Hukum *Mahasiswa Fakultas Hukum
** Dosen Pembimbing I *** Dosen Pembimbing II
(11)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Media berbasis teknologi digital saat ini telah memasuki berbagai segmen aktivitas manusia hampir di seluruh belahan dunia. Era globalisasi dan digital telah berkembang sedemikian pesat terutama pengaruhnya terhadap bidang pekerjaan/aktivitas manusia. Untuk menandai dimulainya era globalisasi, mantan Presiden Amerika Serikat Bill Clinton telah mencanangkan pembuatan Jalan Raya Informasi (Information Highway) dalam masa pemerintahannya guna mendeklarasikan globalisasi komunikasi dan kebebasan informasi.
Interconnection networking (Internet) telah menjadi sangat penting bagi manusia di seluruh dunia. Para pelaku bisnis, pejabat pemerintah, dan banyak orang di seluruh dunia menggunakan Internet sebagai bagian dari bisnis nasional dan internasional serta kehidupan pribadi manusia sehari-hari. Eksistensi dari beberapa jenis bisnis justru tidak mungkin berlangsung tanpa adanya internet.
Salah satu implikasi teknologi informasi yang saat ini menjadi perhatian adalah pengaruhnya terhadap eksistensi Hak Kekayaan Intelektual (HKI), disamping terhadap bidang-bidang lain seperti transaksi bisnis elektronik, berkaitan erat dengan perlindungan usaha-usaha kreatif dan investasi ekonomi dalam usaha kreatif. Berdasarkan Trade Related Aspect of Intellectual Property Rights (TRIPs) yang merupakan perjanjian Hak-Hak Milik Intelektual berkaitan dengan perdagangan dalam Badan Perdagangan Dunia (WTO), HKI ini meliputi
(12)
copyrights (hak cipta), dan industrial property (paten, merek, desain industri, perlindungan sirkuit terpadu, rahasia dagang dan indikasi geografis asal barang). Diantara hak-hak tersebut, hak cipta yang semula bernama hak pengarang (author rights) merupakan kajian HKI yang bertujuan untuk melindungi karya kreatif yang dihasilkan oleh penulis, seniman, pengarang dan pemain musik, pengarang sandiwara, serta pembuat film dan piranti lunak (software). 1
Indonesia telah menjadi anggota WTO (World Trade Organization), maka itu Indonesia memiliki kewajiban untuk mengimplementasikan ketentuan TRIPs dalam peraturan perundang-undangan nasionalnya. Oleh karena itu, setelah mengalami revisi 5 (lima) kali perubahan dan pembaharuan, maka pengaturan hak cipta di Indonesia diatur dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta (selanjutnya disebut UUHC). Selain memberikan manfaat, tingginya penggunaan internet justru telah memberi akibat berupa ancaman terhadap eksistensi karya cipta dan invensi yang ditemukan oleh para penghasil HKI. Internet memiliki beberapa karakteristik teknis yang membuat masalah-masalah HKI tumbuh dengan subur. Salah satu masalah yang timbul adalah berkaitan dengan pembajakan hak cipta. HKI memang berperan penting dalam kehidupan dunia modern dimana di dalamnya terkandung aspek hukum yang berkaitan erat dengan aspek teknologi, aspek ekonomi, maupun seni budaya.2
1
Edmon Makarim, Pengantar Hukum Telematika (Jakarta: Raja Gravindo Persada, 2005), hlm.30.
2
Ahmad M. Ramli, Pengaruh Perkembangan Cyber Law Terhadap Pemanfaatan Teknologi. Informasi di Indonesia (Penulisan Hukum, Badan Pembinaan Hukum Nasional Departemen Hukum dan HAM, Jakarta), hlm.3.
Hak cipta terhadap karya cipta digital seperti perangkat lunak (software) pada komputer, foto digital, musik digital, film digital bahkan yang sedang trend di kalangan
(13)
akademis e-book dan e-journal perlu mendapat perlindungan hukum, karena setiap hasil karya seseorang telah dihasilkan dengan suatu pengorbanan tenaga, pikiran waktu bahkan biaya yang tidak sedikit serta pengetahuan dan semua bentuk idealisme dari seseorang.
Melihat banyaknya kasus yang terjadi sesungguhnya tidak ada perbedaan hukum hak cipta antara karya cipta digital (termasuk musik digital, film digital, program/dokumen digital) dan karya cipta non digital karena merujuk pada karya cipta saja. Namun pada beberapa kasus pelanggaran hak cipta, karya cipta digital menjadi substansi baru dalam hukum hak cipta. Hal yang menjadi spesifikasi dalam karya cipta digital yaitu ide/gagasan maupun pikiran yang sudah tertuang dalam bentuk karya intelektual yang dibuat dengan bantuan teknologi digital dengan proses pengalihwujudan atau konversi dari bentuk fisik (misalnya buku, kaset/CD) ke dalam bentuk digital (misalnya e-book, MP3) atau karya cipta yang langsung dihasilkan dalam media digital tanpa melewati proses pengalihwujudan atau konversi.
Seiring kemajuan era globalisasi saat ini, perlindungan terhadap hak cipta terutama karya cipta digital tidak mudah untuk dilakukan. Pembajakan di dunia digital ataupun pembajakan bidang selain digital pada prinsipnya adalah memperbanyak produk tanpa seizin orang atau pihak yang memiliki hak cipta. Namun dalam produk digital masalah pembajakan ini lebih rumit. Hal ini dikarenakan produk-produk dalam format digital dapat di-copy atau diperbanyak dan didistribusikan dengan sangat mudah. Ini berbeda dengan kasus produk fisik tiruan (lukisan, patung, perangkat elektronik, dan lainnya) diperlukan upaya
(14)
\sangat keras untuk meniru dan menyembunyikan kepalsuan produk secara fisik. Namun hal ini tidak berlaku di dunia digital. Perangkat dan produk digital tersebut berhubungan dengan jaringan global antar database. Database yang saling berhubungan membentuk jaringan multimedia.
Digitalisasi saat ini telah menjawab kemudahan atas layanan teknologi dan informasi sekaligus menggantikan teknologi analog. Sebagai dampaknya di zaman era digital sekarang kehidupan terasa lebih mudah dan praktis. Hanya dengan bermodal komputer atau telepon seluler masyarakat sudah dapat menerima suara, tulisan, data maupun gambar tiga dimensi (3G). Bentuk format digital yang dihasilkan meliputi audio, video, gambar atau tulisan. Proses konversi menjadi format digital ini disebut dengan digitalisasi atau alih media digital. Dalam bentuk yang utuh, konversi ini menghasilkan apa yang disebut digitalisasi.
Secara yuridis, inti permasalahan pembajakan musik dan lagu ini bertentangan dengan Pasal 2 angka (1) Berne Convention for The Protection of Literary and Artistic Works (Konvensi Bern Untuk Perlindungan Karya Cipta Seni dan Sastra), yang di dalamnya dituliskan bahwa musik adalah suatu ciptaan yang dilindungi. Konvensi Bern ini juga mengatur tentang exclusive rights (hak-hak eksklusif) dimana exclusive rights ini dapat dilakukan oleh pihak lain dengan cara memberikan royalty kepada pemilik hak cipta tersebut. Indonesia adalah salah satu negara yang meratifikasi Konvensi Bern tersebut seharusnya dapat beradaptasi dengan ketentuan-ketentuan yang tertulis didalamnya. Mengingat Indonesia adalah salah satu negara peserta World Intellectual Property Organization (WIPO), permasalahan pembajakan musik dan lagu ini juga
(15)
bertentangan dengan WIPO Performances and Phonograms Treaty (WPPT) atau traktat mengenai pertunjukan dan rekaman suara yang diratifikasi Indonesia melalui Keputusan Presiden Nomor 74 Tahun 2004 tentang Pengesahan WIPO
Performances and Phonograms Treaty (WPPT) atau Traktat Mengenai Pertunjukan dan Rekaman Suara, traktat ini mengatur tentang hak-hak terkait (neighbouring rights) yaitu hak-hak Pelaku yang dalam hal ini adalah aktor, penyayi, pemusik, penari dan mereka yang menampilkan, memperagakan, mempertunjukan, menyanyikan, menyampaikan, mendeklamasikan, atau memainkan karya seni atau sastra dan Produser Rekaman Suara.3
Dilihat dari segi ekonomis, pemerintah seharusnya melakukan negosiasi dengan pencipta dan produser untuk meminimalkan harga dari CD asli yang sesuai dengan daya beli masyarakat, sehingga masyarakat terdorong untuk membeli CD asli karena dapat menikmati hasil karya musik atau lagu dengan harga yang murah dan kualitas yang bagus. Dari segi kemajuan teknologi, pemerintah dapat melakukan kerja sama dengan para ahli-ahli teknologi komputer dan produser-produser rekaman untuk memanfaatkan kemajuan teknologi dengan memberikan proteksi terhadap CD asli setiap kali akan diluncurkan ke pasaran. Sehingga para pembajak CD pun tidak mempunyai sumber untuk dibajak. Karena teknologi berkembang seiring dengan berjalannya waktu, maka tidak tertutup kemungkinan hadirnya teknologi baru yang dapat membobol proteksi CD tersebut, maka dari itu pemerintah harus beradaptasi dengan kemajuan teknologi, dan melakukan metode proteksi CD ini secara berlanjut. Persoalan yang dihadapi
3
Metha Dewi, “Perkembangan Hukum Hak Cipta Terhadap Produk Digital”,
(16)
bangsa Indonesia dalam upaya perlindungan hak cipta atas karya cipta digital ini adalah masalah proses penegakan hukum dan perlindungan hukum terhadap karya cipta yang yang dihasilkan dari proses alih media/digitalisasi dan yang dibuat langsung dalam format digital disertai masalah-masalah seperti kesadaran masyarakat terhadap pentingnya hak cipta itu sendiri dan kondisi ekonomi bangsa Indonesia yang secara tidak langsung mendukung tindakan pelanggaran hak cipta.
Berdasarkan uraian di atas maka untuk mengetahui perlindungan hukum terhadap karya cipta digital dilakukan penelitian dengan judul: “PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PENCIPTA ATAS PEMBAJAKAN KARYA SENI DIGITAL PADA JEJARING SOSIAL DITINJAU DARI UU NO.28 TAHUN 2014 TENTANG HAK CIPTA”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut dapat dikemukakan permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana pengaturan hak cipta di Indonesia menurut Undang-Undang No.28 Tahun 2014 ?
2. Bagaimana pembajakan karya seni digital di jejaring sosial menurut Undang-Undang No.28 Tahun 2014 ?
3. Bagaimana perlindungan hukum terhadap pencipta atas pembajakan karya seni digital pada jejaring sosial menurut Undang-Undang No.28 Tahun 2014?
(17)
C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian
Tujuan penelitian merupakan sasaran yang ingin dicapai dalam penelitian sebagai pemecahan masalah yang dihadapi. Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan, tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui kriteria pelanggaran hak cipta atas karya lagu melalui internet.
2. Untuk mengetahui akibat hukum yang ditimbulkan oleh pelanggaran hak cipta atas karya lagu atau musik melalui internet.
3. Untuk mengetahui perlindungan hukum pencipta atas pelanggaran hak cipta karya lagu melalui internet.
Disamping mempunyai tujuan penelitian juga mempunyai manfaat dari segi kegunaan teoritis dan kegunaan praktis, yaitu:
1. Kegunaan teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam rangka perkembangan ilmu hukum pada umum nya, perkembangan Hukum Ekonomi dan Khusus nya mengenai akuisisi terhadap perjanjian tenaga . 2. Kegunaan praktis
Sebagai acuan bahan pegangan dan referensi bagi masyarakat khususnya dalam hal akibat hukum akuisisi terhadap perjanjian tenaga kerja. Selain itu juga menjadi bahan masukan terhadap akademisi, mahasiswa, dan praktisi hukum.
(18)
D. Keaslian Penulisan
Skripsi yang berjudul “Perlindungan Hukum Terhadap Pencipta Atas Pembajakan Karya Seni Digital Pada Jejaring Sosial Ditinjau Dari Undang-Undang No.28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta ” ini ditulis dalam rangka meningkatkan dan mengembangkan ilmu pengetahuan yang telah diperoleh. Berdasarkan penelusuran di perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara maka tidak ditemukan adanya kesamaan judul . Judul skripsi ini belum pernah ditulis dan di teliti dalam bentuk yang sama.
Dilihat dari permasalahan serta tujuan yang hendak dicapai oleh penulisan skripsi ini, maka dapat disimpulkan baha apa yang ada di dalam skripsi ini merupakan karya sendiri dan bukan hasil jiplakan dari skripsi orang lain, dan dimana diperoleh melalui hasil pemikiran para pakar dan praktisi, referensi, buku-buku, makalah-makalah dan bahan-bahan seminar, serta media cetak berupa Koran-koran , media elektronik seperti internet serta bantuan dari berbagai pihak , berdasarkan pada asas-asas keilmuan yang jujur , rasional dan terbuka. Semua ini adalah merupakan implikasi dari proses penemuan kebenaran ilmiah, sehingga hasil penulisan ini dapat dipertanggungjawabkan kebenaran secara ilmiah.
E. Tinjauan Pustaka
Hukum atas kekayaan intelektual adalah hukum yang mengatur perlindungan bagi para penciptanya dan penemuan karya-karya inovatif sehubungan dengan pemanfaatan karya-karya mereka secara luas dalam masyarakat. Karena itu, tujuan hukum atas hak kekayaan intelektual adalah
(19)
menyalurkan kreativitas individu untuk kemanfaatan manusia secara luas. Sebagai suatu hak ekslusif, hak atas kekayaan intelektual secara umum mendapatkan tempat yang ssama dengan hak-hak yang dimilikinya.
Hak cipta merupakan salah satu hak pribadi bagi si pencipta karya seni untuk mendapatkan perlindungan. hak cipta itu sendiri sering tidak dihargai oleh berbagai kalangan didunia, padahal untuk memeperoleh hak cipta diperlukan adanya tahapan-tahapan yang harus dilalui, misalnya pencatatan hak cipta itu sendiri.
Hak cipta yang dibahas disini merupakan suatu bentuk pelanggaran karya seni digital yang banyak terjadi di era globalisasi ini. Dimana orang lain dengan mudahnya mengambil karya seni orang lain dengan mengcopy karya tersebut untuk dikonsumsi atau disebarluaskan lagi.4
1. Bahwa kepada pencipta dibidang ilmu pengetahuan, seni dan sastra ataupun penemuan dibidang teknologi baru yang mengandung langkah inventif serta dapat diterapkan dalam industri, diberikan suatu penghargaan dan perngakuan serta perlindungan hukum atas keberhasilan upayanya dalam melahirkan ciptaan baru itu.
Beberapa alasan mengapa hak cipta harus dilindungi dapat dikemukakan sebagai berikut :
5
4
Wikipedia “Hak Cipta” , http://id.wikipedia.or (diakses 12 April 2015).
5
Ahmad M.Ramli dan Fathurahman P, Film Independen (Dalam Perspektif Hukum Hak Cipta dan Hukum Perfilman Indonesia) (Bandung: Ghalia Indonesia,2004), hlm.14.
Dengan demikian atas usaha dari pencipta ataupun penemu yang telah mengeluarkan tenaga, pikiran, waktu dan dana yang tidak sedikit jumlahnya. Kepadanya layak diberikan hak-hak ekslusif untuk mengeksploitasi Hak cipta guna meraih kembali apa yang dikeluarkannya.
(20)
2. Bahwa hak atas kekayaan intelektual yang merupakan hasil ciptaan atau penemuan bersifat rintisan, membuka kemungkinan resiko pihak lain akan mendapatkan dan melampaui atau mengembangkan lebih lanjut penemuan yang dihasilkan oleh penemu.6
3. Bahwa pada bidang tertentu penemuan yang bersifat terbuka, penemunya wajib untuk menguraikan atau membeberkan penemuannya dengan cukup jelas dan terperinci, sehingga orang lain dapat belajar atau melanksanakan penemuan itu, sehingga imbalan kepada penemu tersebut diberikan hak ekslusif untuk dalam jangka waktu tertentu untuk melakukan eksploitasi atas penemuannya.
Oleh karenanya, penemuan-penemuan mendasar itu pun harus dilindungi, meskipun belum tentu bisa memperoleh perlindungan dibawah hukum, tetapi dapat dikategorikan sebagai rahasia dagang atau informasi yang dirahasiakan.
7
Hak cipta sebagai salah satu kekayaan intelektual telah dikenal sejak lama. Namun ironisnya, pelanggaran akan hak cipta ini lebih banyak terjadi dibanding kekayaan intelektual lainnya. Perlindungan dan penegakkan hukum atas hak kekayaan intelektual ditujukan untuk memacu penemuan baru dibidang teknologi dan untuk memperlancar alih serta penyebaran teknologi, dengan tetap memperhatikan kepentingan produsen dan pengguna pengetahuan tentang teknologi dan dilakukan dengan cara yang menunjang kesejahteraan sosial dan ekonomi serta keseimbangan antara hak dan kewajiban. Untuk mewujudkan iklim yang kondusif bagi peningkatan semangat atau gairah untuk menghasilkan
6
Ibid, hlm.15.
7
(21)
kemampuan intelektual manusia, menumbuhkan suatu kebutuhan yaitu perlindungan hukum. Kebutuhan akan perlindungan hukum ini sebenarnya adalah wajar.
Dibalik perlindungan terhadap hak cipta ada serangkaian pemikiran konsepsional yang dituangkan dan diuraikan, bahwa pemilik hak cipta telah mencurahkan karya, pemikiran, tenaga dan dana untuk memperoleh hasil dari karya tersebut. Apabila kekayaan intelektual tersebut digunakan untuk maksud komersil, maka dianggap wajar bila pemilik hak cipta tersebut memperoleh kompensasi dari pengguna kekayaan tadi.
Secara simplisitis, pertama, bentuk penggunaan komersil dari kekayaan intelektual dapat dilakukan langsung oleh pemilik kekayaan intelektual tersebut. Dengan demikian, maka pemilik memperoleh kompensasi secara langsung bagi dirinya. Kedua, pemilik dapat menjual atau memperoleh kompensasi finasial dengan memperbolehkan pengguanaan kekeyaan intelektual tersebut kepada orang lain. Ketiga, pemilik hak kekayaan intelektual tersebut dapat mencegah pihak lain memperoleh dan menggunakannya.8
Pemikiran diatas telah menjadi titik awal kesadaran masyarakat internasional, regional dan domestik akan pentingnya memberikan penghargaan, berupa perlindungan hukum terhadap hak atas kekayaan intelektual. Perlindungan hak atas azasi manusia seseorang bahwa setiap orang memiliki hak untuk mendapatkan perlindungan (untuk kepentingan moral dan materil) yang diperoleh dari ciptaan ilmiah, kesusastraan atau artistik dalam hal dia sebagai pencipta.
8
(22)
Kepentingan moral ini direfleksikan dengan tersedianya hak moral dalam hak kekayaan intelektual yang tidak dapat dicabut dari pencipta.
Karya seni seseorang merupakan hasil pemikiran dan ide yang dituangkan dalam berbagai bentuk, seperti gambar, video, foto, dan lain sebagainya. Banyak masyarakat yang menuangkan karya tersebut kedalam dunia internet, hal tersebut dimaksudkan agar karya yang mereka miliki dapat dilihat dan diketahui oleh orang lain. Tetapi hal tersebut justru dimanfaatkan oleh pihak-pohak yang tidak bertanggung jawab sebagai faktor mencari rezeki. Pembajakan yang dilakukan para para pembajak karya seni sering dilakukan melalalui media internet. Dengan pembajakan karya yang dimiliki oleh para pencipta dapat dengan mudah diambil atau dicopy oleh pihak yang tidak bertanggung jawab tersebut.
Banyak sekali kerugian yang disebabkan oleh pembajakan karya cipta, yang secara langsung dirasakan oleh pihak yang bersangkutan, yaitu si pencipta. Hal inilah yang memicu pemerintah untuk lebih menggalakkan dan mengedapankan prioritas si pencipta didalam dunia seni tanah air ini. Karena tingkat pembajakan karya seni khususnya didunia internet semakin hari semakin marak terjadi.
F. Metode Penelitian
Demi mendapatkan data yang valid dan akurat penelitian harus dilakukan secara sistematis dan teratur, sehingga metode yang dipakai sangatlah menentukan. Metode penelitian yaitu urutan-urutan bagaimana penelitian itu dilakukan.
(23)
Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Sifat dan jenis penelitian
Tipe penelitian yang digunakan adalah penelitian hukum normative. Penelitian hukum normatif adalah penelitian dengan mengolah dan mengumpulkan data-data sekunder, yang terdiri dari bahan hukum primer, yaitu bahan-bahan hukum yang bersifat mengikat, seperti Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta.
2. Data penelitian
Kelengkapan materi skripsi, dicari dan diambil bahan penelitian melalui data sekunder. Adapun data-data sekunder yang dimaksud adalah sebagai berikut:
a. Bahan hukum primer, yaitu berbagai dokumen perundang-undangan yang tertulis yang ada dalam dunia Hak Cipta Undang-Undnag Nomor 28 Tahun 2014 serta peraturan perundang-undangan lain dibawah undang-undang. b. Bahan hukum sekunder, yaitu bahan-bahan yang memiliki hubungan dengan
bahan hukum primer dan dapat digunakan untuk menganalisis dan memahami bahan hukum primer yang ada. Semua dokumen yang dapat menjadi sumber informasi mengenai hak cipta seperti hasil seminar atau makalah-makalah dari pakar hukum, koran, majalah, serta sumber-sumber lain yakni internet yang memiliki kaitan erat dengan permasalahan yang dibahas.
(24)
c. Bahan hukum tersier, yaitu mencakup kamus bahasa untuk pembenahan tata Bahasa Indonesia dan juga sebagai alat bantu pengalih bahasa beberapa istilah asing.
3. Teknik pengumpulan data
Bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder dikumpulkan dengan melakukan penelitian kepustakaan atau yang lebih dikenal dengan studi kepustakaan. Penelitian kepustakaan dilakukan degan cara mengumpulkan data yang terdapat dalam buku-buku literature, peraturan perundang-undangan, majalah, surat kabar, hasil seminar, dan sumber-sumber lain yang terkait dengan maslaha yang dibahas dalam skripsi ini.
4. Analisis data
Data yang diperoleh dari penelusuran kepustakaan, dianalisis dengan metode kualitatif. metode kualitatif adalah metode analisa data yang mengelompokkan dan menyeleksi data yang diperoleh menurut kualitas dan kebenarannya kemudian dihubungkan dengan teori yang diperoleh dari penelitian kepustakaan sehingga diperoleh jawaban atas permasalahan yang di ajukan.
G. Sistematika Penulisan
Pembahasan skiripsi ini, dibagi atas 5 (lima) bab, dimana masing-masing bab tersebut terdiri dari beberapa bagian sub bab yang disesuaikan dengan kebutuhan jangkauan penulisan dan pembahasan bab yang dimaksudkan. Berikut ini merupakan garis besar atau sistematika tata penulisan skripsi ini yang terdiri dari:
(25)
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini mengemukakan tentang latar belakang penulisan skripsi, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penulisan, keaslian penulisan, tinjauan pustaka, metode penelitian, dan sistematika penulisan, yang semuanya berkaitan dengan pembajakan karya seni digital dijejaring sosial.
BAB II PENGATURAN HAK CIPTA DI INDONESIA DITINJAU DARI UU NO.28 TAHUN 2014
Bab ini membahas mengenai hak cipta yang diterapkan di Inonesia, dari mulai pengertian, sifat, ciri-ciri dan pencatatan mengenai hak cipta.
BAB III PEMBAJAKAN KARYA SENI DIGITAL DI JEJARING SOSIAL
Bab ini membahas mengenai pembajakan dan karya seni digital yang belakangan ini marak terjadi di Indonesia, sehingga harus dilihat dari segi perlindungan hak cipta yang terdapat didalam UUHC.
BAB IV PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PENCIPTA ATAS
PEMBAJAKAN KARYA SENI DIGITAL PADA UU NO.28 TAHUN 2014
Bab ini membahas mengenai perlindungan dari pemerintah kepada para pencipta karya seni digital pada jejaring sosial, sanksi dari
(26)
pemerintah, serta usaha-usaha yang dilakukan dari para pencipta untuk melindungi karya mereka.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini beriksikan kesimpulan dan saran dari skripsi yang ditulis ini. Kesimpulan dan saran merupakan inti dari setiap bab yang dibahas dan dikemukakan.
(27)
BAB II
PENGATURAN HAK CIPTA DI INDONESIA DITINJAU DARI UU NO.28 TAHUN 2014
A. Pengertian Hak Cipta
Hak cipta adalah hak eksklusif pencipta atau pemegang hak cipta untuk mengatur penggunaan hasil penuangan gagasan atau informasi tertentu. Pada dasarnya, hak cipta merupakan "hak untuk menyalin suatu ciptaan". Hak cipta dapat juga memungkinkan pemegang hak tersebut untuk membatasi penggandaan tidak sah atas suatu ciptaan. Pada umumnya pula, hak cipta memiliki masa berlaku tertentu yang terbatas.9
Hak cipta dalam perkembangannya mengalami beberapa perubahan yang terjadi seiring berkembangnya jaman. Pada awalnya, Secara yuridis formal Indonesia diperkenalkan dengan pada masalah hak cipta ditahun 1912, yaitu sejak diundangkannya Auteurswet (Wet van 23 September 1912, Staatsblad 1912 Nomor 600), yang mulai berlaku pada 23 September 1912. Pembentukan
Auteurswet adalah sebagai dorongan setelah keikutsertaan Belanda, menjadi anggota Konvensi Bern yang dibentuk dalam rangka perlindungan Hak Cipta bagi karya sastra dan seni. Belanda masuk menjadi anggota konvensi sewaktu konvensi tersebut pertama dibentuk pada tahun 1886. Sebagai Negara jajahannya Hindia-Belanda diikutsertakan dalam konvensi tersebut.10
9
Endang Purwaningsih, Intellectual Property Rights (Jakarta: Ghalia Indonesia,2005), hlm.2.
10
OK. Saidin, Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual (Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 2004), hlm.57.
(28)
Tahun 1942 ketika kekuasaan terhadap Hindia-Belanda beralih ketangan Negara Jepang, tata kehidupan dan pemerintahan Belanda secara de facto (secara nyata) dikendalikan dan diambil alih oleh pemerintahan Jepang. Setelah Indonesia merdeka ketentuan Auteurswet 1912 ini masih dinyatakan berlaku sesuai ketentuan peralihan yang terdapat dalam Pasal II Aturan Peralihan 1945, Pasal 192 Konstitusi Sementara Republik Indonesia Serikat dan 142 UUD Sementara 1950. Pemeberlakuan Auteurswet ini sudah tentu bersifat sementara.
Kurang lebih 70 tahun Auteurswet 1912 berlaku, Indonesia sebagai Negara berdaulat mengundangkan suatu Undang-Undang nasional tentang Hak Cipta, tepatnya 12 April 1982, oleh pemerintah Indonesia diputuskan mencabut
Auteurswet 1912 dan Staatblad Nomor 600 dan sekaligus diundangkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1982 tentang Hak Cipta yang dimuat dalam Lembaran Negara RI Tahun 1982 Nomor 15.11
11
Ibid, hlm.58.
Berdasarkan UU Nomor 6 Tahun 1982 tentang Hak Cipta perlindungan atas para pencipta dianggap kurang memadai dibandingkan dengan yang diberikan hukum Hak Cipta diluar negeri. Dengan demikian Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1982 tentang Hak Cipta dirubah menjadi Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1987 dalam Undang-Undang Tahun 1987 skala perlindunganpun diperluas, diantara perubahan mendasar yang terjadi didalam adalah masa berlaku perlindungan karya cipta diperpanjang menjadi 50 tahun setelah meninggalnya si pencipta. Karya-karya seperti rekaman dan video dikategorikan sebagai karya-karya yang dilidungi. Namun untuk menyempurnakannya lagi UU Nomor 7 Tahun 1987 diubah kembali menjadi
(29)
Undang No.12 Tahun 1997. Tetapi dalam pelaksanaannya Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1997 dipandang perlu untuk diganti dengan UUHC yang baru, yakni Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta. Hal itu disadari karena kekayaan seni dan budaya serta pengembangan kemampuan hukum yang memadai agar terdapat iklim persaingan usaha yang sehat, yang diperlukan untuk meningkatkan pelaksanaan pembangunan nasional.12
Hak cipta dalam penerapannya memilki tujuan dan sifat yang mengikat didalam mengatur. Tujuan utama dari Hak cipta adalah membantu pertumbuhan proses belajar, pengembangan budaya seta penyebaran informasi
Namun pemerintah Indonesia kembali mengubah Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2002 menjadi Undang-Undang Nomoe 28 Tahun 2014. Melalui Pasal 1 UUHC, dapat kita lihat bahwa UUHC memberikan definisi yang sedikit berbeda untuk beberapa hal. Selain itu, dalam bagian definisi, dalam UUHC juga diatur lebih banyak, seperti adanya definisi atas “fiksasi”, “fonogram”, “penggandaan”, “royalti”, “Lembaga Manajemen Kolektif”, “pembajakan”, “penggunaan secara komersial”, “ganti rugi”, dan sebagainya. Dalam UUHC juga diatur lebih detail mengenai apa itu hak cipta. Hak cipta merupakan hak eksklusif yang terdiri atas hak moral dan hak ekonomi.
13
12
Ibid, hlm.62.
13
Margreth, Barrett, Intelectual Property, Smith’s Review (Larchmont : Emanuel Law Outlines Inc, 1991), hlm. 135.
. Hukum hak cipta dimaksudkan untuk mendorong proses penciptaan akan karya seni, sastra, ilmu pengetahuan dan karya penerbit lainnya semaksimal mungkin. Sementara sifat dari hak cipta adalah merupakan bagian dari hak milik yang abstrak, yang meupakan penguasaan atas hasil kemampuan kerja dan penguasaan atas hasil
(30)
kemampuan kerja, dan gagasan, serta hasil pikiran. Dalam perlindungannya Hak Cipta mempunyai waktu yang terbatas, dalam arti setelah habis masa perlindungannya, karya cipta tersebut akan menjadi milik umum.
Selain itu hak cipta juga memiliki ciri-ciri sebagai berikut : 1. Hak cipta dianggap sebagai benda bergerak.
2. Hak cipta dapat beralih atau dialihkan, baik seluruhnya maupun sebagian karena pewarisan, hibah, wasiat, perjanjian tertulis, atau sebab-sebab lain yang dibenarkan oleh peraturan perundang-undangan.
3. Hak cipta yang dimiliki oleh pencipta, yang setelah penciptanya meninggal dunia, menjadi milih ahli warisnya atau milik penerima wasiat, dan Hak Cipta tersebut tidak dapat disita, kecuali jika hak itu diperoleh secara melawan hukum.
Hak cipta juga mengenal ada hak cipta sebagai hak kebendaan dan hak cipta sebagai hak kekayaan inmateril. Kedua hak tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Hak cipta sebagai hak kebendaan
Sebelum kita mengkaji lebih jauh mengenai kebendaan hak cipta sebagai hak kebendaan, maka ada baiknya jika terlebih dahulu kita uraikan apa sebenarnya yang dimaksud dengan hak kebendaan. Dalam bahasa Belanda hak kebendaan ini sering disebut zakelijk recht. Soedewi Masjchoe Sofwan, memberikan rumusan tentang hak kebendaan, yakni, hak mutlak atas suatu benda dimana hak itu memberikan kekuasaaan langsung atas suatu benda dan dapat dipertahankan terhadap siapapun juga.
(31)
Rumusan bahwa hak kebendaan itu adalah hak mutlak yang juga berarti hak absolut yang dapat dipertentangkan atau dihadapkan dengan hak relatif, hak nisbi atau biasanya disebut juga persoonlijk atau hak perseorangan. Hak yang disebut terakhir ini hanya dapat dipertahankan terhadap orang tertentu, tidak terhadap semua orang seperti pada hak kebendaan. Ada beberapa ciri pokok yang membedakan hak kebendaan ini dengan baik relatif atau perorangan, yaitu :
a. Merupakan hak yang mutlak, dapat dipertahankan terhadap siapapun juga.
b. Mempunyai zaakgevolg atau droit de sulte (hak yang mengikuti). Artinya hak itu terus mengikuti bendanya dimana pun juga (dalam tangan siapa pun juga) benda itu berada. Hak itu terus saja mengikuti orang yang mempunyainya,
c. Sistem yang dianut dalam hak kebendaan dimana terhadap yang lebih dahulu terjadi mempunyai kedudukan dan tingkat yang lebih tinggi daripada yang terjadi kemudian. Misalnya, seorang eignar menghipotikkan tanahnya, kemudia tanah tersebut juga diberikan kepada orang lain dengan hak memungut hasil, maka disini hak hipotik itu masih ada pada tanah yang dibebani hak mungut hasi tersebut, dan mempunyai derajat dan tingkat yang lebih tinggi dari pada hak memungut hasil yang baru terjadi kemudian.
d. Mempunyai sifat droit de prefence (hak yang didahulukan) e. Adanya apa yang dimaksud gugat kebendaan
(32)
f. Kemungkinan untuk dapat memindahkan hak kebendaan itu dapat secara sepenuhnya dilakukan.
Mariam Darus Badzulzaman, mengenai hak kebendaan ini dibaginya atas dua bagian, yaitu :
a. Hak kebendaan yang sempurna dan hak kebendaan yang terbatas. Hak kebendaan yang sempurna adalah hak kebendaan yang memberikan kenikmatan yang sempurna (penuh) bagi si pemilik.
b. Hak kebendaan terbatas adalah hak yang memberikan kenikmatan yang tidak penuh atas suatu benda. Jika dibandingkan dengan hak milik.
Jika kita simpulkan pandangan Mariam Darus diatas, maka yang dimaksud dengan Hak Kebendaan yang sempurna itu adalah hanya hak milik, sedangkan selebihnya terrmasuk dalam kategori hak kebendaan yang terbatas. 14
14
Saidin, Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual (Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 1995), hlm.16-19.
2. Hak cipta sebagai hak kekayaan inmateril
Hak kekayaan inmateril adalah suatu hak kekayaan yang objek haknya adalah benda yang tidak berwujud (benda tidak bertubuh). Dalam hal ini banyak yang dapat dijadikan objek hak kekayaan yang termasuk dalm cakupan benda tidak bertubuh. Misalnya, hak tagihan, hak yang ditimbulkn dari penerbitan surat-surat dan lain-lain sebagainya. Hak kekayaan inmateril sebagaimana penulis ungkapkan diatas, secara sederhana dapat dirumuskan bahwa, semua benda yang tidak dapat dilihat atau diraba dan dapat dijadikan objek hak kekayaan adalah merupakan hak kekayaan inmateril.
(33)
Jika kita hendak memastikan tempat atau kedudukan hak cipta itu sebagai hak kekaayaan inmateril maka ada baiknya kita lihat dulu rumusan pada 499 KUH Perdata. Pasal ini secara implisit (tersirat) dan menunjukkan, bahwa hak cipta itu dapat digolongkan sebagai benda yang dimaksudkan oleh pasal tersebut. Mahadi dari buku Pitlo yang mengatakan, serupa dengan hak tagih, hak inmateril tidak mempunyai benda berwujud sebagai objek.
Hak inmateril termasuk kedalam hak-hak yang disebut pasal 499 KUH Perdata. Oleh karena itu, hak milik inmateril itu sendiri dapat menjadi ibjek dari sesuatu hak benda. Selanjutnya beliau mengatakan, bahwa hak benda adalah absolut atas sesuatu benda, tetapi ada hak absolute yang objeknya bukan benda berwujud (barang). Itulah apa yang disebut dengan nama baik hak milik intelektual.
Hak cipta berlaku pada berbagai jenis karya seni atau karya cipta atau "ciptaan". Ciptaan tersebut dapat menc merupakan salah satu j secara mencolok dari memberikan ha merupakan hak monopoli untuk melakukan sesuatu, melainkan hak untuk mencegah orang lain yang melakukannya.
(34)
Pelaksanaan dari hak cipta tidak luput dari peraturan-peraturan yang mengaturnya, yaitu pengaturan hak cipta dari konvensi-konvensi internasional. Perhatian dunia internasional terhadap masalah hak cipta telah melahirkan beberapa konvensi internasional di bidang hak cipta. Sejak pertama kali disepakati pemberian perlindungan terhadap karya sastra dan karya seni dalam Berne Convention 1886, telah mengilhami lahirnya beberapa konvensi susulan yang. merupakan kesepakatan antar negara" dalam mengatur masalah hak cipta secara lebih spesifik, termasuk di dalamnya pemberian perhatian terhadap karya cipta yang dihasilkan karena perkembangan teknologi ,misalnya karya cipta di bidang
Phonograms, Distribution programme carrying signals transmitted by Satelite.
Beberapa kesepakatan bersama antar negara yang mengatur masalah hak cipta antara lain:
1. Bem Convention for the Protection af Uteraray 2nd Artistic Works 1886 2. Universal Copyright Conventian 1955
3. Rome Canventian far tile Pratection af Performers, Producers of Phonograms and Broadcasting Organizations 1961
4. WIPO Copyright Treaty (WC7) 1996
5. WIPO Performances and Phanograms Treaty (WPP7) 1996
6. Brussels Ccnvention rela!ing to the Oisirioution of Prograrnme carrying signals transmitted by Satelite 1974
7. Convention for tile Protection of Producers of Phonograms Agains Unauthorized Duplication of Their Phonograms 1971
(35)
8. Treah on the International registration of Audiovisual Works (Film Register Treaty) 1991
Selain itu, terdapat pula konvensi internasional yang mengatur juga masalah hak cipta sebagai bagian dari hak milik intelektual pada umumnya,yaitu : 1. TRIPs (Marakesh Agreement 15-04-1994)
2. OAPI (Bangui Agreement Revising Extracts 24-02-1999) 3. OAPI (Bangui Agreement 02-03-1977)
4. NAFTA (Intellectual Property Excerpts 08-12-1993)
Rangkaian kesepakatan bersarna di bidang hak cipta maka Bern convention merupakan konvensi tertua yang mengatur masalah Hak Cipta. Konvensi Bern ditandatangani di Bern, lbu kota Swidzerland, pada tanggal 9 September 1886 oleh sepuluh negara peserta asli (Belgium, France, germany, Great Britain, Haiti, ltaly, Liberia, Spain, Swidzerland, Tunisia) dan tujuh negara yang menjadi peserta dengan cara aksesi ( Denmark, Japan, Luxemburg, Monaco, Montenegro, Norway, Sweden ).
Naskah asli bem Convention ,para kepala negara waktu itu menyatakan bahwa yang melatar belakangi diadakannya konvensi ini adalah :
…………being equaily animated by the desire to protec, in as effective anduniform a manner as possible, the right of authors in their literary and artistic works.15
Terminologi hak cipta, berbeda pada setiap negara penandatanganan WIPO Copyright Treaty, namun eksistensinya tetap sama dengan. Pengertian
15
(36)
dasarnya adalah bahwa hak cipta adalah Hak Eksklusif (Exclusive Right) bagi pencipta maupun penerima hak atas karya sastra dan karya seni. Menurut WIPO
(World Intellectual Property Organization) hak cipta adalah :
Copyright (or author’s right) is a legal term used to describe the rights that creators have over their literary and artistic works. Works covered by copyright range from books, music, paintings, sculpture, and films, to computer programs, databases, advertisements, maps, and technical drawings.16
Hak moral adalah hak yang melindungi kepentingan pribadi atau reputasi pencipta atau penemu. Hak moral melekat pada pribadi pencipta atau penemu.
Maksudnya adalah, hak cipta merupakan istilah hukum yang digunakan untuk menggambarkan hak dari pencipta bahwa karya mereka dilindungi oleh hak cipta. Karya tersebut meliputi buku , musik , lukisan , patung , dan film , program komputer , database , iklan , peta , dan gambar teknis .
Hukum nasional mengatakan pengertian hak cipta terdapat dalam UUHC, yaitu dalam Pasal 2 ayat (1), yang mengatakan bahwa:
Hak cipta adalah hak eksklusif pencipta yang timbul secara otomatis berdasarkan prinsip deklaratif setelah suatu ciptaan diwujudkan dalam bentuk nyata tanpa mengurangi pembatasan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan. Hak eksklusif merupakan hak yang semata-mata bagi pemegangnya sehingga tidak ada pihak lain yang boleh memanfaatkan hak tersebut tanpa izin pemegang , kecuali dengan izin pencipta.
B. Hak Moral dan Hak Ekonomi
Hak cipta melahirkan beberapa macam hak yang sering berkaitan dengan yang lain, yaitu :
1. Hak moral (Moral Rights)
16
http.//www.WIPO.com (diakses 28
(37)
Apabila hak cipta atau paten dapat dialihkan kepada pihak lain, ,maka Hak moral tidak dapat dipisahkan dari pencipta atau penemu karena bersifat pribadi dan kekal. Sifat pribadi menunjukkan ciri khas yang berkenaan dengan nama baik, kemampuan dan integritas yang hanya dimiliki oleh pencipta atau penemu tersebut. Kekal artinya melekat pada pencipta atau penemu selama hidup bahkan setelah meninggal dunia.Hak Moral memiliki hak-hak sebagai berikut :
a. Hak menuntut kepada pemegang hak cipta atau paten agar nama pencipta atau penemu tetap dicantumkan pada ciptaan atau penemunya.
b. Hak untuk tidak melakukan perubahan pada ciptaan atau penemuan tanpa persetujuan pencipta, penemu atau ahli warisnya.
c. Hak pencipta atau penemu untuk mengadakan perubahan pada ciptaan atau penemuan sesuai dengan tuntutan perkembangan dan kepatutan dalam masyarakat.
Menurut Pasal 5 UUHC, dijelaskan bahwa :
Hak moral sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 merupakan hak yang melekat secara abadi pada diri pencipta untuk:
a. tetap mencantumkan atau tidak mencantumkan namanya pada salinan sehubungan dengan pemakaian ciptaannya untuk umum.
b. menggunakan nama aliasnya atau samarannya.
c. mengubah ciptaannya sesuai dengan kepatutan dalam masyarakat. d. mengubah judul dan anak judul ciptaan.
(38)
e. mempertahankan haknya dalam hal terjadi distorsi ciptaan, mutilasi ciptaan, modifikasi ciptaan, atau hal yang bersifat merugikan kehormatan diri atau reputasinya.17
Hak moral sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak dapat dialihkan selama Pencipta masih hidup, tetapi pelaksanaan hak tersebut dapat dialihkan dengan wasiat atau sebab lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan setelah Pencipta meninggal dunia. Dalam hal terjadi pengalihan pelaksanaan hak moral sebagaimana dimaksud pada ayat (2), penerima dapat melepaskan atau menolak pelaksanaan haknya dengan syarat pelepasan atau penolakan pelaksanaan hak tersebut dinyatakan secara tertulis.18
Perihal mengenai pencatuman nama pencipta meskipun hanya sudah diserahkan atau dialihkan kepada pihak lain atau telah berakhir masa berlakunya hak tersebut, namun nama pencipta tetap harus dicantumkan didalam karyanya. Inilah yang membedakan hak cipta dengan hak kebendaan lainnya. Jika dalam hak milik atas tanah misalnya, seorang pemegang hak jika mengalihkannya dengan pihak lain, maka pertama melepaaskan haknya kepada pemilik trakhir tersebut dan sekaligus dalam akte hak milik, nama yang tercantum sebagai pemegang hak adalah pihak yang terakhir ini.
19
Lukisan, ukiran, pahatan dan lain-lain nama pencipta biasanya dicantumkan baik secara jelas maupun secara kurang jelas. Pada karya sinematografi nama-nama dideretkan pada kredit title. Tapi tidak selamanya
17
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta, Pasal 5.
18
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta, Pasal 5.
19
(39)
pencantuman nama itu dimungkinkan oleh sifat atau bentuk ciptaan itu sendiri. Karya fotografi misalnya hanya memungkinkan pencantuman nama pencipta itu dibelakang kertasnya saja. Karya kerajinan biasanya tidak mencantukmkan nama penciptanya. Nama pencipta mungkin hanya terdapat pada daftar harga saja.20
b. berlaku selama berlangsungnya jangka waktu hak cipta atau ciptaan yang bersangkutan.
Menurut Pasal 57 UUHC, masa berlakunya Hak Moral: a. berlaku tanpa batas waktu
21
Hak ekonomi adalah hak untuk memperoleh keuntungan ekonomi atas kekayaan intelektual. Dikatakan Hak Ekonomi karena Hak Kekayaan Intelektual (HKI) adalah benda yang dapat dinilai dengan uang. Hak ekonomi tersebut berupa keuntungan sejumlah uang yang diperoleh karena penggunaan sendiri HKI. Hak Ekonomi itu diperhitungkan karena HKI dapat digunakan/dimanfaatkan oleh pihak lain dalam perindustrian atau perdagangan yang mendatangkan keuntungan. Dengan kata lain, HKI adalah objek perdagangan.
2. Hak Ekonomi (Economics Rights)
22
Hak rerproduksi sama dengan perbanyak, yaitu menambah jumlah suatu ciptaan dengan pembuatan yang sama, hampir sama, atau menyerupai ciptaan tersebut. Dengan menggunakan bahan yang sama maupun tidak sama, termasuk Ddalam hak ekonomda beberapa hak, yaitu dikenal meliputi :
a. Hak reproduksi/penggandaan (Repruduction Rights)
20
Ibid, hlm. 99-100. 21
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta, Pasal 57 ayat (1) dan ayat (2)..
22
Abdulkodir, Muhammad, Kajian Hukum Ekonomi Hak Kekayaan Intelektual , (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, Cetakan ke-I, 2001), hlm.21-22.
(40)
pengalihwujudan suatu ciptan. Bentuk perbanyakan ini biassa dilakukan dengan peralatan tradisional maupun modern. Hak reproduksi ini meliputi juga perubahan bentuk ciptaan satu ke ciptaan lainnya, misalnya rekaman musik, pertunjukan drama, juga pembuatan duplikat dalam rekaman suara, dan film.23
Hak distibusi adalah hak yang dimiliki pencipta untuk menyebarkan kepada masyarakat setiap hasil ciptaannya. Penyebaran tersebut dapat berupa penjualan, penyewaan, atau bentuk lain yang maksudnya agar ciptaan tersebut dikenal oleh masyarakat.
b. Hak adaptasi (Adaption Rights)
Hak adapsi dapat berupa penerjemahan dari bahasa satu kebahasa lainnya, aransemen musik, dramatisasi dan lain-lain.
c. Hak distribusi (Distribution Rights)
24
23
Ibid, hlm.19.
24
Ibid, hlm.53
d. Hak pertunjukan (Public Performance Rights)
Hak ini merupakan hak dimiliki oleh para pemusik, dramawan, maupun seniman lainnya yang karyanya dapat terungkap dalam bentuk pertujukan atau pengumuman. Pengumuman dalam UUHC sendiri adalah Pengumuman adalah pembacaan, penyiaran, pameran, suatu ciptaan dengan menggunakan alat apapun baik elektronik atau non elektronik atau melakukan dengan cara apapun sehingga suatu ciptaan dapat dibaca, didengar, atau dilihat orang lain.
(41)
Hak ini merupakan hak-hak untuk menyiarkan bentuknya berupa mentransmisikan suatu ciptaan oleh peralatan tanpa kabel25
Hak ini menyerupai hak penyiaran, perbedaannya hanyalah dari cara mentransmisikannya, dimana dalam hak program kabel suatu siaran ditransmisikan melalui kabel, bukan gelombang.
. Hak penyiaran ini meliputi juga menyiarkan ulang dan mentransmisikan ulang.
f. Hak program kabel (Cabel Casting Right)
26
Hak ini dimiliki oleh seorang pencipta yang karya ciptaannya tersimpan dalam suatu perpustakaan, yaitu ia berhak atas suatu pembayaran dari pihak tertentu karena karya yang diciptakannya sering dipinjam oleh masyarakat dari perpustakaan milik pemerintah tersebut.
g. Hak pinjam masyarakat (Public Lending Rights)
27
1) buku, pamflet, dan semua hasil karya tulis lainnya,
Hak moral bersama-sama dengn hak ekonomi merupakan dua elemen terpenting daari hak-hak yang diberikan oleh hak cipta. Hak ekonomi bagi pelindungan hak cipta atas ciptaan :
2) ceramah, kuliah, pidato, dan Ciptaan sejenis lainnya,
3) alat peraga yang dibuat untuk kepentingan pendidikan dan ilmu pengetahuan,
4) lagu atau musik dengan atau tanpa teks,
5) drama, drama musikal, tari, koreografi, pewayangan, dan pantomim,
25
Muhammad Djumhan, dan R.Djubaedillah, Hak Milik Intelektual, (sejarah, teori, dan prakteknya di Indonesia) (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 1993), hlm.56.
26
Ibid.
27
(42)
6) karya seni rupa dalam segala bentuk seperti lukisan, gambar, ukiran, kaligrafi, seni pahat, patung, atau kolase,
7) karya arsitektur, 8) peta,
9) karya seni batik atau seni motif lain, berlaku selama hidup Pencipta dan terus berlangsung selama 70 (tujuh puluh) tahun setelah Pencipta meninggal dunia, terhitung mulai tanggal 1 Januari tahun berikutnya. Perlindungan hak cipta bagi pemegang hak ekonomi berlaku selama hidup pencipta yang meninggal dunia paling akhir dan brelangsung selama 70 tahun sesudahnya, terhitung mulai 1 Januari tahun berikutnya. Pelindungan hak cipta atas ciptaan yang dimiliki atau dipegang oleh badan hukum berlaku selama 50 (lima puluh) tahun sejak pertama kali dilakukan.28
Menurut L.J Taylor dalam bukunya Copyright For Librarians
menyatakan bahwa yang dilindungi oleh hak cipta adalah ekspresinya dari sebuah ide, jadi bukan melindungi idenya itu sendiri. Artinya, yang dilindungi hak cipta adalah sudah dalam bentuk nyata sebagai sebuah ciptaan, bukan masih merupakan gagasan.
C. Ciptaan yang Dilindungi Oleh Hak Cipta
29
Hak cipta didalam UUHC telah merinci kelompok-kelompok hak cipta sesuai dengan jenis dan sifat ciptaannya. Pada dasarnya yang dilindungi UUHC 2014 adalah pencipta yang atas inspirasinya menghasilkan setiap karya dalam
28
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Hak Cipta, Pasal 58 ayat (1), ayat (2) dan ayat (3).
29
(43)
bentuk khas dan menunjukkan keasliannya dibidang ilmu pengetahuan seni dan sastra. Ciptaan yang lahir harus mempunyai bentuk yang khas dan menunjukkan keaslian sebagai ciptaan seseorang atas dasar kemampuan dan kreativitasnya yang bersifat pribadi. Dengan kata lain, ciptaan harus mempunyai unsure refleksi pribadi (alter-ego) pencipta. Tanpa adanya pencipta dengan refleks pribadi itu, tidak akan lahir suatu ciptaan yang dilindungi oleh hak cipta. 30
1. buku, pamflet, perwajahan karya tulis yang diterbitkan, dan semua hasil karya tulis lainnya,
Perngaturan didalam UUHC mengatakan bahwa yang dilindungi diantaranya adalah ciptaan dalam bidang ilmu pengetahuan, seni dan sastra. Termasuk disini adalah buku, program komputer, lagu atau musik dan film (sinematografi). Karya-karya tersebut dilindungi karena lahir dari kemampuan berfikir, imajinasi, kecekatan, keterampilan, atau keahlian yang dituangkan dalam bentuk khas dan bersifat pribadi.
Ketika sebuah karya cipta diciptakan, sesungguhnya hak cipta atas karya tersebut sudah melekat pada penciptanya. Dengan kata lain, setiap produk yang dinikmati atau dimanfaatkan oleh khalayak ramai sesungguhnya memiliki hak cipta dari pembuat atau produsennya masing-masing.
ciptaan-ciptaan apa saja dibidang ilmu pengetahuan, seni atau sastra yang dilindungi hak cipta, Pasal 40 menetapkan bahwa ciptaan-ciptaan yang dlindungi oleh UUHC adalah ciptaan dalam bidang ilmu pengetahuan, seni atau sastra yang mencakup :
30
Eddy Damian, Hak Kekayaan Intelektual Suatu Pengantar (Bandung: PT.Alumni bekerjasama dengan Asian Law Group Pty Ltd, 2003), hlm.131.
(44)
2. ceramah, kuliah, pidato, dan ciptaan sejenis lainnya,
3. alat peraga yang dibuat untuk kepentingan pendidikan dan ilmu pengetahuan, 4. lagu dan/atau musik dengan atau tanpa teks,
5. drama, drama musikal, tari, koreografi, pewayangan, dan pantomim,
6. karya seni rupa dalam segala bentuk seperti lukisan, gambar, ukiran, kaligrafi, seni pahat, patung,atau kolase,
7. karya seni terapan, 8. karya arsitektur, 9. Peta,
10.karya seni batik atau seni motif lain, 11.karya fotografi,
12.Potret,
13.karya sinematografi,
14.terjemahan, tafsir, saduran, bunga rampai, basis data, adaptasi, aransemen, modifikasi dan karya lain dari hasil transformasi,
15.terjemahan, adaptasi, aransemen, transformasi, atau modifikasi ekspresi budaya tradisional,
16.kompilasi Ciptaan atau data, baik dalam format yang dapat dibaca dengan Program Komputer maupun media lainnya,
17.kompilasi ekspresi budaya tradisional selama kompilasi tersebut merupakan karya yang asli,
(45)
19.Program komputer.31
Pasal 40 ayat (1) diatas menjelaskan bahwa rincian yang diberikan huruf a sampai huruf m dapat dikualifikasikan sebagai ciptaan asli, sedangkan ciptaan huruf n yaitu terjemahan, tafsir, saduran, bunga rampai, basis data, adaptasi, aransemen, modifikasi dan karya lain dari hasil transformasi, dilindungi terseniri dengan tidak mengurangi hak cipta atas ciptaan aslinya.
Perlindungan atas ciptaan-ciptaan yang dlindungi oleh UUHC dan pengkualifikasian terjemahan, tafsir, saduran, bunga rampai, basis data, adaptasi, aransemen, modifikasi dan karya lain dari hasil transformasi, merupakan termasuk perlindungan terhadap ciptaan yang tidak atau belum dilakukan melalui pengumuman. Tetapi sudah diwujudkan dalam bentuk nyata yang memungkinkan penggandaan ciptaan tersebut terjadi.32
Mengenai jangka waktu perlidungan hukum hak cipta berdasarkan sejarah perkembangannya di Indonesia dipengaruhi oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Namun, landasan berpijaknya tetap dipengaruhi oleh landasan filosofis dan budaya hukum suatu negara. Demikian halnya jika dilihat dalam Auteurswet
1912 hak cipta hanya dibatasi jangka waktunya sampai 50 tahun, tetapi dalam Undang-Undang Hak Cipta Tahun 1982 dibatasi hanya 25 tahun. Kemudia dalam Undang-Undang Hak Cipta Nomor 7 Tahun 1987, Undang-Undang Hak Cipta Nomor12 Tahun 1997 kembali dimajukan kembali menjadi selama hidup pencipta dan 50 tahun mengikuti ketentuan Bern Convention tahun 1967 yang diketahui
31
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta, Pasal 40 ayat (1).
32
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta, Pasal 40 ayat (3).
(46)
diadopsi oleh Auteurswet 1912. Perubahan-perubahan dalama ketentuan tersebut membutikan begitu kuatnya pengaruh budaya asing kedalam budaya hukum Indonesia. Ketika Undang-Undang Hak Cipta 1982 dilahirkan banyak alasan yang dikemukakan sepanjang menyangkut filosofi fungsi sosial hak milik dan disepakati dalam jangka waktu ha cipta selama hidup si pencipta ditambah dengan 25 tahun setelah meninggalnya si pencipta. Dalam UUHC yang terakhir ini jangka waktu perlindungan hukum hak cipta ditetapkan selama 50 tahun.
Ada kesan dengan 50 tahun (semasa hidup ditambah 50 tahun) pemilik hak cipta, UUHC nampaknya ingin menonjolkan hak individu. Tetapi jauh dari anggapan itu semua, disamping menyesuaikan diri dengan Konvensi Internasional, lebih dari itu adalah untuk memberikan penghargaan yang maskimal kepada pencipta dan ahli waisnya.
Aturan dalam UUHC mengatakan tidak semua jenis ciptaan dibidang ilmu pengetahuan, seni dan sastra yang mendapat perlindungan hukum, terbatas pada ciptaan-ciptaan yang dapat dilihat, dibaca atau didengar saja. Ini berarti ciptaan yang dilindungi hanyalah ciptaan yang memiliki bentuk yang khas, bersifat pribadi dan menunjukkan keaslian sebagai ciptaan yang lahir berdasarkan kemampuan, kreatifitas, atau keahlian seseorang. Ide atau gagasan seseorang tidak diberikan perlidungan hak cipta.
D. Hak Terkait (Neighboring Rights)
Selain hak cipta yang bersifat original, juga dilindungi juga hak turunannya, yaitu hak-hak yang berkaitan dengan dengan hak cipta (neighbouring
(47)
rights). Ciptaan yang dilindungi oleh neighbouring rights ini sangat banyak berhubungan dengan perangkat teknologi, misalnya fasilitas rekaman, fasilitas pertunjukkan dan lain sebagainya. Perlindungan neighbouring rights secara khusus hanya tertuju ada orang-orang yang berkecimpung didalam bidang pertunjukkan, perekaman dan badan penyiaran. 33
1. Rome Convention fot the Protection Performers , Producers of Phonograms and Broadcasting Organization (1961)
Neighbouring rights adalah sebuah unkapan singkat untuk sebutan yang lebih panjang yang lebih tepat dan lebih panjang yakni Rights Neighbouring On Copy Rights. Dalam terrminologi lain neighbouring rights dirumuskan juga sebagai Rights Related to, or “neighbor on” copy rights (hak yang ada kaitannya, yang ada hubungannya dengan atau berdampingan dengan hak cipta).
Perlindungan Hukum Neighboring Rights.
Perlindungan Neighboring Rights selain diatur dalam UUHC saat ini, pengaturannya terdapat juga dalam kaedah hukum internasional, yaitu :
2. Geneta Convention for the Protection of Producers of Phonograms agains Unauthorized Duplications of Their Phonogram.
3. Brussels Convention Relatives to the Distribution of Programme Carrying Signal Transmitted by Satellite.34
Sedangkan dalam hukum Indonesia pengaturannya tidak disebutkan secara rinci dalam suatu pengaturan khusus tetapi dimuat dalam UUHC.35
33
Muhammad Djumhana, Op.Cit, hlm. 60. 34
Ibid, hlm.136.
Dalam
(48)
1. the rights of performing artists in there performances (hak penampilan artis atas penampilannya.
2. the rights producers of phonograms in there phonograms (hak produser rekaman suara atau fiksasi suara atas karya rekaman suara tersebut.
3. the rights of broadcasting organization in their radio and television broadcasts (hak lembaga penyiaran atas karya siarannya melalui radio dan televisi).36
Istilah Neighboring rights, dalam lapangan perlindungan hukum Hak Kekayaan Intelektual (HKI) pengaturannya antara lain dijumpai dalam Rome Convention (1961).37
Dalam Pasal 21 UUHC dikatakan bahwa , Hak moral Pelaku Pertunjukan merupakan hak yang melekat pada Pelaku Pertunjukan yang tidak dapat dihilangkan atau tidak dapat dihapus dengan alasan apapun walaupun hak ekonominya telah dialihkan.
Dalam UUHC Bab III Pasal 20 , dijelaskan bahwa :
Hak terkait sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf b merupakan hak eksklusif yang meliputi:
1. Hak moral pelaku pertunjukan
38
35
Ibid.
36
OK Saidin, Op.Cit, hlm. 133.
37
Ibid, hlm. 134.
38
Republik Indonesia Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta, Pasal 21.
Hak ini melekat pada pelaku pertunjukkan yang tidak dapat dihilangkan dengan alasan apapun walaupun hak ekonominya telah dialihkan. Meliputi hak untuk tetap mencantumkan namanya sebagai pelaku pertunjukkan serta tidak dilakukannya distorsi ciptaan, mutilasi ciptaan, modifikasi ciptaan Dalam pasal 22 UUHC 2014, dijelaskan bahwa:
(49)
Hak moral pelaku pertunjukan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 meliputi hak untuk:
a. namanya yang dicantumkan sebagai Pelaku Pertunjukan, kecuali disetujui sebaliknya,
b. tidak dilakukannya distorsi ciptaan, mutilasi ciptaan, modifikasi ciptaan, atau hal-hal yang bersifat merugikan kehormatan diri atau reputasinya kecuali disetujui sebaliknya.39
2. Hak ekonomi pelaku pertunjukan
Hak ekonomi pelaku pertunjukan yaitu meliptu hak melaksanakan sendiri, memeberikan izin atau melarang pihak lain untuk melakukan penyiaran atas pertunjukan, fiksasi dari pertunjukannya yang belum difiksasi, penggandaan atas fiksasi pertunjukannya dengan cara atau bentuk apapun, pendistribusian atas fiksasi pertunjukan atau salinannya kepada public, dan penyediaan atas fiksasi pertunjukan yang dapat diakses publik.40
a. penyiaran atau komunikasi atas pertunjukan pelaku pertunjukan,
Pelaku pertunjukan memiliki hak ekonomi untuk melaksanakan sendiri, memeberikan izin, atau melarang pihak lain untuk melakukan:
b. fiksasi dari pertunjukannya yang belum difiksasi,
c. penggandaan atas fiksasi pertunjukannya dengan cara atau bentuk apapun, d. pendistribusian atas fiksasi pertunjukan atau salinannya,
e. penyewaan atas fiksasi pertunjukan atau salinannya kepada publik, f. penyediaan atas fiksasi pertunjukan yang dapat diakses publik.
39
Republik Indonesia Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta, Pasal 21.
40
(50)
Penyiaran atau komunikasi tidak berlaku pada :
a. hasil fiksasi pertunjukan yang telah diberi izin oleh pelaku pertunjukan, b. Penyiaran atau komunikasi kembali yang telah diberi izin oleh Lembaga
Penyiaran yang pertama kali mendapatkan izin pertunjukan.
Pendistribusian fiksasi pertunjukan atau salinannya tidak berlaku terhadap karya pertunjukan yang telah difiksasi, dijual atau dialihkan. Setiap Orang dapat melakukan penggunaan secara komersial ciptaan dalam suatu pertunjukan tanpa meminta izin terlebih dahulu kepada pencipta dengan membayar imbalan kepada pencipta melalui Lembaga Manajemen Kolektif.41
Hak ekonomi produser fonograf, yaitu meliputi hak melaksanakan sendiri, memberikan izin atau melarang pihak lain untuk melakukan penggadaan atas fonogram asli atau salinannya, penyewaan kepada public atas salinan fonogram dan penyediaan atas fonogram yang dapat diakses ke publik.
3. Hak ekonomi produser fonograf
42
a. penggandaan atas Fonogram dengan cara atau bentuk apapun pendistribusian atas Fonogram asli atau salinannya.
Produser Fonogram memiliki hak ekonomi dimana hak tersebut dipakai untuk melaksanakan sendiri, memberikan izin, atau melarang pihak lain untuk melakukan:
b. penyewaan kepada publik atas salinan Fonogram. 43
41
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta, Pasal 23 ayat (1), ayat (2), ayat (3), ayat (4) dan ayat (5).
42
OK Saidin, Op.Cit, hlm. 141. 43
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta, Pasal 24 ayat (1) dan ayat (2).
(51)
Pendistribusian yang dimaksud diatas tidak berlaku terhadap salinan Fiksasi atas pertunjukan yang telah dijual atau yang telah dialihkan kepemilikannya oleh Produser Fonogram kepada pihak lain, dan setiap orang yang melaksanakan hak ekonomi Produser Fonogram wajib mendapatkan izin dari produser fonogram.44
Hak ekonomi lembaga penyiaran, yaitu meliputi melaksanakan sendiri, memberikan izin atau melarang pihak lain untuk melakukan penyiaran ulang siaran, komunikasi siaran fiksasi siaran dan penggandaan fiksasi siaran. 4. Hak ekonomi lembaga penyiaran
45
a. penyiaran ulang siaran,
Lembaga Penyiaran mempunyai hak ekonomi, yaitu meliputi hak melaksanakan sendiri, memberikan izin, atau melarang pihak lain untuk melakukan:
b. komunikasi siaran, c. fiksasi siaran, dan/atau d. penggandaan fiksasi siaran.
Penerapan hak ekonomi lembaga penyiaran ini memiliki aturannya sendiri, yaitu bahwa setiap orang dilarang melakukan penyebaran tanpa izin dengan tujuan komersial atas konten karya siaran embaga penyiaran46
44
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta, Pasal 24 ayat (1), ayat (2), ayat (3) dan ayat (4).
45
OK Saidin, Op.Cit, hlm. 135.
46
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta, Pasal 25.
. Maka dari itu butuh izin untuk melakukuan penyebaran, dimana izin tersebut datang sendiri oleh lembaga penyiaran.
(52)
Keempat hak-hak yang telah dibahas diatas, yaitu hak moral pelaku pertunjukan, hak moral pelaku pertunjukkan, hak ekonomi produsen fonogram dan hak ekonomi lembaga penyiaran memiliki masa berlaku yang diatur dalam UUHC. Hak moral pelaku pertunjukan memiki masa berlaku hak secara mutatis mutandis terhadap hak ini.47
1. Pelaku Pertunjukan, berlaku selama 50 (lima puluh) tahun sejak pertunjukannya difiksasi dalam Fonogram atau audiovisual.
Hak ekonomi Pelaku Pertunjukan, Produser Fonogram, dan Lembaga Penyiaran, diatur didalam Pasal 63 UUHC. Dimana dalam pasal tersebut dikatakan bahwa pelindungan hak ekonomi bagi:
2. Produser Fonogram, berlaku selama 50 (lima puluh) tahun sejak Fonogramnya difiksasi.
3. Lembaga Penyiaran, berlaku selama 20 (dua puluh) tahun sejak karya siarannya pertama kali disiarkan.
Masa berlaku pelindungan hak ekonomi terhitung mulai tanggal 1 Januari tahun berikutnya.48
47
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta, Pasal 62.
48
Undang-Undang Republik Indonesia No.28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta, Pasal 63 ayat (1) dan ayat (2).
E. Pencatatan Hak Cipta
Pencatatan ciptaan diperoleh dari Kementerian Hukum dan HAM Republik Indonesia, dimana permohonan dapat diajukan dalam 3 permohonan alternatif, yaitu :
(53)
1. Melalui Ditjen Kekayaan Hak Intelektual (Ditjen HKI).
2. Melalui Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Republik Indonesia diseluruh Indonesia.
3. Melalui Kuasa Hukum Konsultas HKI yang terdaftar.49
Hukum nasional tata cara pendaftaran hak cipta diatur dalam UUHC. Pencatatan ciptaan dan produk hak terkait diajukan dengan permohonan secara tertulis dalam bahasa Indonesia oleh pencipta, pemegang hak cipta, pemilik hak terkait, atau kuasanya kepada menteri. Permohonan pengajuan pendaftaran dilakukan secara elektronik dan/atau non elektronik dengan cara:
1. menyertakan contoh ciptaan, produk hak terkait, atau penggantinya; 2. melampirkan surat pernyataan kepemilikan ciptaan dan hak terkait; dan 3. membayar biaya.50
Dalam hal permohonan pencatatan ciptaan dan produk hak terkait diajukan oleh:
1. beberapa orang yang secara bersama-sama berhak atas suatu ciptaan atau produk hak terkait, permohonan dilampiri keterangan tertulis yang membuktikan hak tersebut, atau
2. badan hukum, Permohonan dilampiri salinan resmi akta pendirian badan hukum yang telah disahkan oleh pejabat berwenang.
Permohonan pencatatan diajukan oleh beberapa orang, dimana nama pemohon harus dituliskan semua dengan menetapkan satu alamat pemohon yang
49
Panduan Resmi Hak Cipta Mulai Mendaftar, Melindungi, dan Menyelesaikan Sengketa - Tim Visi Yustisia - Google Books.htm (diakses 5Mei 2015).
50
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta, Pasal 66 ayat (1) dan ayat (2).
(54)
terpilih. Apabila permohonan diajukan pemohon diluar negara Republik Indonesia maka permohonan wajib dilakukan melalui konsultan kekayaan intelektual yang terdaftar sebagai kuasa.51
Pemeriksaan terhadap permohonan pencatatan tersebut dilakukan untuk mengetahui ciptaan atau produk hak terkait yang dimohonkan tersebut secara esensial sama atau tidak sama dengan ciptaan yang tercatat dalam daftar umum ciptaan atau objek kekayaan intelektual lainnya. Hasil pemeriksaan pencatatan tersebut digunakan sebagai bahan pertimbangan Menteri untuk menerima atau menolak permohonan.
Dalam melakukan pencatatan hak cipta, menteri melakukan pemeriksaan terhadap permohonan yang telah memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 66 dan Pasal 67.
52
1. nama pencipta dan pemegang hak cipta, atau nama pemilik produk hak terkait. Tugas menteri disini adalah memberikan keputusan menerima atau menolak permohonan dalam waktu paling lama 9 (sembilan) bulan terhitung sejak tanggal diterimanya Permohonan yang memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 66 dan Pasal 67.
Penerimaan permohonan menteri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 68 ayat (4), menteri menerbitkan surat pencatatan ciptaan dan mencatat dalam daftar umum ciptaan. Daftar umum ciptaan untuk surat yang akan dicatatkan memuat hal-hal sebagai berikut:
2. tanggal penerimaan surat permohonan.
51
Republik Indonesia Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta, Pasal 67 ayat (1), ayat (2) dan ayat (3).
52
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta, Pasal 68 ayat (2) dan ayat (3).
(55)
3. tanggal lengkapnya persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 66 dan Pasal 67.
4. nomor pencatatan ciptaan atau produk hak terkait.53
Daftar umum ciptaan yang memuat surat pencatatan dapat dilihat oleh setiap orang tanpa dikenai biaya.54 Tetapi apabila terbukti sebaliknya, surat pencatatan ciptaan merupakan bukti awal kepemilikan suatu iptaan atau produk hak terkait.55 Apabila dalam hal pencatatan menteri menolak permohonan jika terbukti adanya bukti awal kepemilikan suatu ciptaan atau produk terkait, maka menteri akan memberitahukan penolakan tersebut secara tertulis kepada pemohon disertai alasan.56 Terhadap ciptaan atau produk Hak Terkait yang tercatat dalam daftar umum ciptaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 69 ayat (1) dapat diterbitkan petikan resmi. Setiap orang dapat memperoleh petikan resmi terhadap ciptaan atau produk hak terkait yang tercatat dalam daftar umum ciptaan sebagaimana akan dikenai biaya.57 Pencatatan ciptaan atau produk hak terkait dalam daftar umum ciptaan bukan merupakan pengesahan atas isi, arti, maksud, atau bentuk dari ciptaan atau produk hak terkait yang dicatat.58
Hapusnya kekuatan hukum pencatatan ciptaan dan produk hak terkait dapat terjadi didalam pencacatannya. Hapusnya kekuatan hukum pencatatan
53
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta, Pasal 69 ayat (2).
54
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta, Pasal 69 ayat (3).
55
Undang-Undang Republik Indonesia No.28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta, Pasal 69 ayat (4).
56
Undang-Undang Republik Indonesia No.28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta, Pasal 70.
57
Undang-Undang Republik Indonesia No.28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta, Pasal 71 ayat (1) dan ayat (2).
58
(56)
ciptaan dan produk hak terkait ini diatur dalam UUHC. Kekuatan hukum pencatatan ciptaan dan produk hak terkait hapus karena:
1. Permintaan orang atau badan hukum yang namanya tercatat sebagai pencipta, pemegang hak cipta, atau pemilik hak terkait.
2. Lampaunya waktu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 58, Pasal 59, Pasal 60 ayat (2) dan ayat (3), dan Pasal 61.
3. Putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap mengenai pembatalan pencatatan ciptaan atau produk hak terkait.
4. Melanggar norma agama, norma susila, ketertiban umum, pertahanan dan keamanan negara, atau peraturan perundang-undangan yang penghapusannya dilakukan oleh Menteri.59
Penghapusan pencatatan ciptaan atas permintaan orang atau badan hukum yang namanya tercatat sebagai pencipta, pemegang hak cipta, atau pemilik hak terkait yaitu permintaan orang atau badan hukum yang namanya tercatat sebagai pencipta, pemegang hak cipta, atau pemilik hak terkait akan dikenai biaya.60
59
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta, Pasal 74 ayat (1).
60
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta, Pasal 74 ayat (2).
(57)
BAB III
PEMBAJAKAN KARYA SENI DIGITAL DIJEJARING SOSIAL MENURUT UNDANG-UNDANG NO.28 TAHUN 2014 TENTANG HAK
CIPTA
Tingkat pembajakan karya seni digital akhir-akhir ini sangat marak terjadi di Indonesia, seperti pembajakan dibidang musik, lagu, video, dan sebagainya.Pembajakan digital di Indonesia pada saat ini mencapai angka yang tinggi dibandingkan pembajakan yang terjadi di Negara-negara lain. Masyararat Indonesia umumnya lebih memilih hal instant murah untuk menikmati karya seni tanpa memikirkan pelaku seni dari karya yang dinikmati tersebut. Hal itu jelas sangat merugikan pihak pengrajin, karena karya seni yang dibuat olehnya dapat dengan mudah dinikmati oleh masyarakat Indonesia.
A. Keberadaan Jejaring Sosial di Indonesia
Jejaring sosial adalah suat simpul (yang umumnya adalah individu atau organisasi) yang dijalin dengan satu atau lebih tipe relasi spesifik seperti jaringan jejaring sosial memandang hubungan sosial sebagai simpul dan ikatan. Simpul adalah aktor individu di dalam jaringan, sedangkan ikatan adalah hubungan antar aktor tersebut. Bisa terdapat banyak jenis ikatan antar simpul. Penelitian dalam berbagai bidang akademik telah menunjukkan bahwa jaringan jejaring sosial beroperasi pada banyak tingkatan, mulai dari
(1)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Pembahasan dari berbagai permasalahan yang ada tentang pelanggaran terhadap hak cipta karya seni digital ini, menghasilkan beberapa diambil kesimpulan, yaitu :
1. Pengaturan hak cipta di Indonesia menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 yang merupakan pengganti dari Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta. Dalam UUHC baru hal yang diatur lebih banyak, seperti adanya definisi atas fiksasi, fonogram, penggandaan, royalti, Lembaga Manajemen Kolektif, pembajakan, penggunaan secara komersial, ganti rugi dan sebagainya. Dalam UU hak cipta baru juga diatur lebih detail mengenai apa itu hak cipta. Hak cipta merupakan hak eksklusif yang terdiri atas hak moral dan hak ekonomi.
2. Pembajakan karya seni digital di jejaring sosial menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 adalah suatu tindakan penggandaan atau pengcopyan karya seni milik orang lain, yang melanngar aturan-aturan yang telah diatur. Karya seni digital merupakan karya seni yang dihasilkan dari para pencipta karya seni pada umumya, namun dalam penerapannya karya seni ini memakai teknik digitalisasi, sehingga dapat diakses melalui internet. Akses yang mudah dan praktis ini membuka peluang bagi pihak-pihak tertentu untuk memanfaatkannya melalui tindakan pembajakan. Pembajakan karya seni ini
(2)
merupakan tindakan yang dilanggar, karena merugikan pihak pencipta itu sendiri. Pembajakan karya seni digital ini sering terjadi di jejaring sosial atau media sosial, seperti tindakan pembajakan download illegal atau pengambilan foto pribadi seseorang. Hal inilah yang membuat UUHC menganggap bahwa tindakan pembajakan tersebut merupakan tindakan yang tidak pantas, karya karya-karya seni digital tersebut merupakan karya seni yang dilindungi oleh UUHC.
3. Perlindungan hukum terhadap pencipta atas pembajakan karya seni digital pada jejaring sosial menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 dikatakan bahwa preventif dan represif memiliki peran-peran sendiri untuk mengatasi pembajakan perlindungan hukum tersebut seperti pencatatan karya cipta, gugatan ganti rugi dan sanksi pidana dari pemerintah. Perlindungan hukum dibuat dengan maksud untuk melindungi para pencipta karya seni, khususnya dibidang karya seni digital, agar mereka tidak diambil, disebarluaskan dan ditiru oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab.
B. Saran
Kesimpulan diatas telah memberikan pandangan yang berkaitan dengan pembajakan karya seni digital pada jejaring sosial, dimana panndangan tersebut dituangkan dalam bentuk saran, yaitu :
1. Sebaiknya pemerintah dalam menangani pelanggaran hak cipta, khususnya kasus-kasus pembajakan dalam bentuk pembajakan karya seni digital lebih ditingkatkan lagi. Tindakan yang tegas bagi para pelanggar hak cipta karya
(3)
seni digital tersebut ditingkatkan dengan maksud untuk menjaga dan melindungi karya seni ciptaan orang lain. Tindakan yang tegas tersebut diterapkan didalam bentuk sanksi denda atau pun sanksi hukuman penjara. Tetapi bukan hanya sekedar diterapkan, tetapi juga harus dijalankan sesuai dengan porsi yang seharusnya.
2. Jika dilihat dari aspek internasionalnya, pemerintah seharusnya memberikan saran secara internasional untuk memperbaharui konvensi-konvensi internasional, seperti pembaharuan Konvensi Bern, baik itu revisi ataupun penambahan pasal agar perlindungan terhadap karya seni, khususnya dibidang digital dapat dilindungi sesuai dengan perkembangan dan kemajuan zaman. 3. Mengingat hak cipta ini harus diterapkan di masyarakat, maka dari itu
masyarakat juga harus ikut serta didalam perlindungan hak cipta ini. Maka dari itu, pemerintah seharusnya mengadakan sosialisasi atau seminar nasional kepada masyarakat umum, khususnya masyarakat yang sering menggunakan karya cipta orang lain tadi, untuk menghargai karya cipta yang telah diciptakan oleh pekerja seni. Baik itu seni yang dihasilkan secara lisan, tulisan ataupun digital. Sehingga tingkat pembajakan menurun dan masyarakat lebih dapat menghargai karya cipta dari orang lain.
(4)
DAFTRA PUSTAKA
A. BUKU
Barrett, Margreth. Intelectual Property, Smith’s Review, Larchmont : Emanuel Law Outlines Inc, 1991.
Damian, Eddy. Hak Kekayaan Intelektual Suatu Pengantar. Bandung: PT. Alumni bekerjasama dengan Asian Law Group Pty Ltd, 2003.
Djumhana, Muhammad dan R.Djubaedillah. Hak Milik Intelektual, (Sejarah, Teori dan Prakteknya di Indonesia). Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 1993.
Lindsey, Tim dkk. Suatu Pengantar Hak Kekayaan Intelektual. Bandung: P.T Alumni, 2005.
Gautama, Sudargo, Rizawanto Winata. Konvensi-Konvensi Hak Milik Intelektual Baru Untuk Indonesia. Bandung: Citra Aditya Bakti, 1997.
M.Ramli Ahmad. Pengaruh Perkembangan Cyber Law Terhadap Pemanfaatan
Teknologi Informasi di Indonesia. Jakarta: Penulisan Hukum Badan
Pembinaan Hukum Nasional DepartemenHukum dan HAM RI, 2003. Makarim, Edmon. Pengantar Hukum Telematika. Jakarta: Raja Gravindo Persada,
2005.
Margono, Suyud. Aspek Hukum Komersialisasi Aset Intelektual. Jakarta: Nuansa Mulia, 2010.
Muhammad, Abdulkodir. Kajian Hukum Ekonomi Hak Kekayaan Intelektual. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti Cetakan ke-I, 2001.
Purwaningsih, Endang. Intellectual Property Rights. Jakarta: Ghalia Indonesia, 2005.
Saidin. Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual. Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 1995.
Saidin, OK. Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual. Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 2004.
Syarifin, Pipin dan Dedeh Jubaedah. Peraturan Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia. Bandung: Pustaka Bani Quraisyi, 2004.
(5)
Usman, Rachmawati. Hukum Hak Atas Kekayaan Intelektual, Perlindungan dan
Dimensi Hukumnya di Indonesia. Bandung: PT. Alumni, 2003.
Widyopramono. Tindak Pidana Hak Cipta Analisis dan Penyelesaiannya. Jakarta: Sinar Grafika, 1992.
B. PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
HIR (Het Herziene Indonesisch Reglement) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta
C. MAKALAH
Yogie Isran Hasibuan, Peranan Kejaksaan Dalam Penegakkan Hukum
Undang-Undang Hak Cipta, Makalah disajikan pada Seminar Sosialisasi
Undang-Undang Tentang Hak Cipta “Arti Penting Perllindungan Hak Cipta bagi Karya Film, Musik dan Komputer Program”, diselenggarakan oleh Perhimpunan Masyarakat HAKI Indonesia bekerjasama dengan Kejaksaan Agung RI Medan. Tanggal 26 Oktober 2011.
D. WEBSITE
Dewi, Metha. “Perkembangan Hukum Hak Cipta Terhadap Produk Digital”.
Wikipedia. “Hak Cipta”
WIPO. http.//www.wi 28 April 2015).
tentang-hak-cipta (diakses 29 April 2015).
Melindungi, dan Menyelesaikan Sengketa - Tim Visi Yustisia - Google Books.htm (diakses 5 Mei 2015).
(6)
Wikipedia. “Media sosial(diakses 6 Mei 2015).
http.//www.rikiawanblogspot.com//perkembangan sosial media di Indonesia
(diakses 7 Mei 2015).
Htm ( diakses 13 Mei 2015).
Download Baru Lengkap Cepat Mudah.htm ( diakses 17 Mei 2015). (diakses 18 Mei 2015).
http.//www.BisnisIndonesia.co.id//”PPNS Diberi Edukasi Tegakkan Hak Cipta.htm (diakses 18 Mei 2015).
diakses 18 Mei 2015).
Direktorat Pembinaasn Kursus & Pelatihan Ditjen Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal & Informal Kementerian Pendidikan & Kebudayaan, 2015 (diakses 20 Mei 2015).