Jabar Perlu Badan Perlindungan Konsumen.

4

.
20

[(0 MPAS
Selasa
5
6

@

o Mar - .Apr

o Ri'bu o Kamis o Jumat o Sabtu o Minggu
7

22

OMei


8

9

23

10
24

OJun

11
2!>

OJul

12
26

B

27

o Ags OSep

14
28

OOkt

15
29

16
30

31

ONov ODes

PRODUK


Jabar PerInBadan Perlindungan Konsumen
BANOUNG, KOMPAS - Provinsi Jawa Barat dengan jumlah
penduduk lebih dari 41 juta jiwa
merupakan pasar produk barang
dan jasa yang potensial. Kondisi
itujuga menyebabkan Jabar amat
rentan terhadap peneederaan
hak-hak konsumen. Karena itu,
diperlukan badan khusus untuk
melindungi konsumen.
Pendapat itu mengemuka dalam seminar bertajuk "10 Tahun
Mencari Fonnat Politik Hukum
Perlindungan Konsumen Indonesia" yang diadakan Pusat Kajian
dan Bantuan Hukum Faku1tas
Hukum Universitas Pasundan
(Unpas), Senin (20/4) di Bandung.
"Oi tingkat pusat ada Badan
Perlindungan Konsume~asio-


nal (BPKN) untuk menangani
pengaduan pelanggaran hak-hak
konsumen. Oi Jabar badan serupa
bisa dibentuk dengan bertanggung jawab secara langsung kepada gubemur,"

kata Kepala Pusat

Kajian dan Bantuan Hukum Perlindungan Konsumen Unpas Firman Tunnantara.
Selama ini, lanjut Finnan, konsumen di Jabar sering kali tidak
mengetahui ke mana harus mengaduatasperlakuanjasayangtidak
wajar dan kualitas produk yang
merugikan mereka. Pengusaha
pun tidak tahu hams menggunakan prosedur apa untuk menanggapikeberatan konsumen.
"Pengusaha keeil. dan menengah -sesungguhnya
.. turut diun-. .-:; ; ;

tungkan dengan keberadaan badan ini. Sebab,badan inijuga bisa
memberikan labellayak konsumsi
atau halal dengan prosedur yang
tidak berbelit -belit,"katanya.


..

Kemauan pohtlk
Meskidemikian, pembentukan
badan itu tergantung dari kemauan politik pemimpin eksekutif dan
legislatif tingkat provinsi. Aturan
hukum untuk membentuk badan
itu telah ada dalam Undang-Undang Perlindungan Konsumen
Nomor 8Tahun 1999.
Pemerintah Provinsi Jabar
yang bertanggung jawab menjaga
kinerja badan tersebut. Finnan
berharap kondisi badan itu tidak
seperti BPKN
yang vakum
sejak
---

K II pin 9 Hum Q5 II n p Qd 2 0 0 9-


November 2007.
Terkait dengan lemahnya posisi
BPKN,Finnan mengusulkan agar
UU Perlindungan Konsumen direvisi. Hal senada dikatakan dosen
Faku1tasHukum Universitas Padjadjaran, IGde PantjaAstawa."UU
ini tidakjelas memosisikan BPKN,
apakah sebagaibadan utama yang
berwenangmenindakpelanggaran
hak konsumen ataukah badan
pendukung yang menampung keluhan konsumen saja,"ujamya.
Menanggapi hal itu, Sekretaris
Direktorat Jenderal Perdagangan
Oalam Negeri Gunaryo, yang
menjadi pembicara kunci, mengatakan, UU itu telah dimasukkan
dalam program legislasi nasional
untuk direvisipada 2010.(REK)