PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS DAN SIKAP TERHADAP MATEMATIKA SISWA SMP DENGAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH.

(1)

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS DAN SIKAP TERHADAP MATEMATIKA SISWA SMP DENGAN MODEL

PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH

TESIS

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Pada

Program Studi Matematika Oleh :

TOMSA MARPAUNG 8116171021

PROGRAM PASCA SARJANA JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN 2014


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

i ABSTRAK

TOMSA MARPAUNG. Peningkatan Pemahaman Konsep Matematis dan Sikap Terhadap Matematika Siswa SMP Dengan Model Pembelajaran Berbasis Masalah. Tesis Program Studi Pendidikan Matematika Pascasarjana Universitas Negeri Medan. 2014.

Kata Kunci: Pembelajaran Berbasis Masalah, Pemahaman konsep, Sikap Siswa Terhadap Matematis

Tujuan dari penelitian ini untuk menelaah: (1) Perbedaan pemahaman konsep matematis siswa yang memperoleh pembelajaran berbasis masalah dengan siswa yang memperoleh pembelajaran biasa, (2) Mendeskripsikan/menelaah kemampuan pemahaman konsep matematis siswa yang bersikap positif dan yang bersikap negatif terhadap matematika, (3) Mengetahui proses jawaban yang dibuat siswa untuk kedua kelompok dari setiap butir soal pemahaman konsep matematis siswa, (4) Mengetahui ketuntasan belajar siswa yang memperoleh pembelajaran berbasis masalah.

Penelitian ini merupakan penelitian semi eksperimen. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa SMP yang ada di Medan. Secara acak, dipilih satu sekolah sebagai subyek penelitian, yaitu SMP Negeri 14 Medan. Kemudian secara acak dipilih dua kelas dari sekolah tersebut. Kelas eksperimen diberi perlakuan model pembelajaran berbasis masalah dan kelas kontrol diberi perlakuan pembelajaran biasa. Instrumen yang digunakan terdiri dari: tes kemampuan pemahaman konsep dan angket sikap siswa terhadap matematika. Instrumen tersebut dinyatakan telah memenuhi syarat validitas isi, serta koefisien reliabilitas sebesar 0,736 untuk kemampuan pemahaman konsep matematis. Analisa data dilakukan dengan Uji t.

Hasil utama dari penelitian ini adalah: (1) Secara keseluruhan siswa yang pembelajarannya dengan model pembelajaran berbasis masalah secara signifikan lebih baik dalam meningkatkan kemampuan pemahaman konsep matematis siswa dibandingkan siswa yang menggunakan pembelajaran biasa. (2) Siswa yang bersikap positif terhadap matematika mempunyai kemampuan pemahaman matematis secara signifikan lebih baik dibandingkan siswa yang bersikap negatif terhadap matematika. Secara deskriptif juga dikaji jawaban dari rumusan masalah yaitu: (1) Proses penyelesaian masalah siswa yang pembelajarannya dengan model pembelajaran berbasis masalah lebih bervariasi dibandingkan dengan siswa yang menggunakan pembelajaran biasa. (2) Ketuntasan belajar siswa yang memperoleh pembelajaran berbasis masalah lebih baik daripada siswa yang memperoleh pembelajaran biasa. Berdasarkan hasil penelitian, maka peneliti menyarankan agar model pembelajaran berbasis masalah pada pembelajaran matematika untuk meningkatkan kemampuan pemahaman konsep matematis siswa dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif untuk menerapkan pembelajaran matematika yang inovatif, dapat menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan, dan memberi kesempatan pada siswa untuk mengungkapkan gagasannya dalam bahasa dan cara mereka sendiri.


(7)

ii ABSTRACT

TOMSA Marpaung . Improved Understanding of Mathematical Concepts and Attitudes Students Against Junior High Math Problem Based Learning Model

.Thesis. Study of Mathematics Education Graduate Program, State Universit y of Medan. 2014.

Keywords : Problem Based Learning , understanding concepts , Students Against Mathematical Attitude.

The purpose of this study was to examine : ( 1 ) Differences understanding mathematical concepts that students acquire problem-based learning with students receiving regular learning , ( 2 ) to describe / examine the ability of understanding mathematical concepts students who are positive and the negative attitude towards mathematics , ( 3 ) Knowing the answers that made both groups of students for each item on the students' understanding of mathematical concepts , ( 4 ) Knowing that students gain mastery learning problem-based learning . This study is a semi- experimental study . The study population was all students in junior high school in Medan . Randomly selected one school as research subjects , ie SMP Negeri 14 Medan . Then randomly selected two classes of the school . Treated experimental class problem-based learning model of classroom control and treated ordinary learning . The instrument used consists of : testing the ability of understanding the concepts and attitudes of students towards mathematics questionnaire . The instrument has been declared eligible content validity , and reliability coefficient of 0.736 for the ability of understanding mathematical concepts. Data analysis was done by test. . The main results of this study are : ( 1 ) Overall the students are learning with problem -based learning model was significantly better in improving the ability of students' understanding of mathematical concepts than students who use ordinary learning . ( 2 ) Students who have a positive attitude towards mathematics understanding of mathematical ability was significantly better than students whose negative attitude towards mathematics . Also examined descriptively answer to the problem formulation , namely : ( 1 ) The process of problem solving that students learning with problem -based learning model is more varied than students who use ordinary learning . ( 2 ) mastery learning students acquire problem-based learning is better than students who received regular lessons . Based on the research results , the researchers suggest that the model of learning problem-based learning in mathematics to improve students' understanding of mathematical concepts can be used as an alternative to implementing innovative math learning , can create an atmosphere of joyful learning , and provide opportunities for students to express their ideas in their own language and ways .


(8)

iii

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan karunia-Nya jualah sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis dengan judul “Peningkatan Pemahaman Konsep Matematis dan Sikap terhadap Matematika Siswa SMP dengan Model Pembelajaran Berbasis Masalah” ini dengan baik.

Tesis ini ditulis dan diajukan guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd). Program Studi pendidikan matematika, Program Pasca Sarjana Universitas Negeri Medan (UNIMED).

Penelitian ini merupakan studi eksperimen yang melibatkan pelajaran matematika dengan model pembelajaran berbasis masalah (PBM). Dalam proses penyusunan tesis ini mulai dari persiapan sampai selesainya penulisan tesis ini, penulis mendapatkan semangat, dorongan, nasihat, kritikan yang membangun dan bantuan dari berbagai pihak, dan pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Asmin Panjaitan, M.Pd selaku pembimbing I yang telah banyak memberikan bimbingan dan motivasi dalam penyusunan proposal tesis ini.

2. Bapak Prof. Dian Armanto, M.P.d, M.A, M.Sc, Ph.D. sebagai pembimbing II yang telah mengarahkan peneliti dalam penyempurnaan tesis ini.

3. Bapak Prof. Dr. Edi Syahputra, M.Pd dan bapak Dr. Hasratuddin, M.Pd, selaku Ketua dan Sekretaris Prodi Pendidikan Matematika Pascasarjana UNIMED.

4. Direktur, Asisten I, II, dan III beserta Staf Program Pascasarjana UNIMED yang telah memberikan bantuan dan kesempatan kepada penulis menyelesaikan tesis ini.


(9)

iv

5. Seluruh dosen Program studi Matematika Program Pascasarjana UNIMED, yang telah menuangkan ilmu yang sangat membantu penulis dalam penyelesaian pendidikan.

6. Ayahanda tercinta Ropinus Marpaung dan ibunda Muliana Situmorang, serta anakku Yosia Mahendra Marpaung dan Justin Soaloon Marpaung, serta istriku terkasih Dormarina Sitanggang yang senantiasa memberikan dukungan, motivasi dan do’a.

7. Kepala Sekolah SMP Negeri 14 Medan yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian lapangan.

8. Serta teman-teman mahasiswa matematika angkatan XX kelas Reguler dan semua pihak yang telah membantu penulis dalam pelaksanaan penelitian dan menyelesaikan tesis ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Dengan segala kekurangan dan keterbatasan, penulis berharap semoga tesis ini dapat memberikan sumbangan dan manfaat bagi para pembaca, sehingga dapat memperkaya khasanah penelitian – penelitian sebelumnya, dan dapat member inspirasi untuk penelitian lebih lanjut.

Medan , Juli 2014 Penulis


(10)

v DAFTAR ISI

Hal ABSTRAK... I

KATA PENGANTAR... iii

DAFTAR ISI... V DAFTAR TABEL... viii

DAFTAR GAMBAR... X DAFTAR LAMPIRAN... Xii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 17

1.3 Pembatasan Masalah ... 17

1.4 Perumusan Masalah ... 18

1.5 Tujuan Penelitian ... 18

1.6 Manfaat Penelitian ... 19

1.7 Definisi Operasional ... 20

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1.Hakekat Belajar Matematika... 21

2.2. Pemahaman Konsep... 24

2.3. Sikap Siswa Terhadap Matematika... 29

2.4. Pembelajaran Berbasis Masalah……….... 32

2.4.1 Ciri-Ciri Pembelajaran Berbasis Masalah………... 36

2.4.2 Langkah-Langkah Pembelajaran Berbasis Masalah………… 38

2.4.3. Teori Belajar yang Melandasi Pembelajaran berbasis Masalah untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep dan Sikap Positf Siswa... 40

2.4.4 Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Berbasis Masalah... 45 2.5 Pembelajaran Biasa (Konvensional)……….. 47


(11)

vi

2.6. Perbedaan Pedagogik Antara Pembelajaran Berbasis

Masalah dan Pembelajaran Biasa... ... 51

2.7. Materi Pelajaran ……… 53

2.8. Penelitian yang Relevan……… 63

2.9. Kerangka Konseptual………. 65

2.10. Hipotesis Penelitian... 72

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian……… 73

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian………….,………... 73

3.3 Populasi dan Sampel... 74

3.4 Variabel Penelitian……….. 75

3.5 Desain Penelitian... 76

3.6 Teknik Pengumpulan Data... 77

3.7 Ujicoba Instrumen………. 79

3.8 Prosedur Penelitian...,... 85

3.9 Analisis Data……….. 87

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian... 98

4.1.1 Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis... 98

4.1.1.1. Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis siswa sebelum pembelajaran... 98

4.1.1.2 Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa Setelah Pembelajaran... 103

4.1.1.3 N-Gain Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa Setelah Pembelajaran... 106

4.1.1.4 Peningkatan KPM Siswa yang Mendapat Pembelajaran PBM dan Mendapat Pembelajaran PB... 110

4.1.1.5 Perbedaan Peningkatan KPM Siswa Antara yang Mendapat Model PBM dan yang Mendapat PB... 114

4.2 Ketuntasan Belajar Melalui PBM... 117

4.2.1 Bentuk proses penyelesaian jawaban siswa... 121

4.2.1.1 Keragaman Proses Penyelesaiaan Jawaban Siswa untuk Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis... 121


(12)

vii

4.3 Hasil Penelitian tentang Sikap Siswa terhadap matematika

4.4 Pembahasan Hasil Penelitian……… 143

148 4.4 Keterbatasan Penelitian………... 160

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan... 161

5.2 Saran... 162

DAFTAR PUSTAKA ... 164

LAMPIRAN ... 167


(13)

viii

DAFTAR TABEL

Hal

Tabel 2.1 Langkah-Langkah Pembelajaran Berbasis Masalah………… 39

2.2 Langkah-langkah Pembelajaran Biasa... 49

2.3 Perbedaan Pedagogik Pembelajaran Berbasis Masalah dan Pembelajaran Biasa………... 51

3.2 Desain Penelitian... 76

3.3 Tabel Weiner tentang Keterkaitan antara Variabel Bebas dan Variabel Terikat... 77

3.4 Nilai Rata –rata Hasil Validasi Perangkat Pembelajaran……. 79

3.5 Hasil Validasi Butir Tes Pemahaman Konsep Matematika….. 81

3.6 Daya Pembeda Tes Pemahaman Konsep……….. 83

3.7 Tingkat Kesukaran Butir Soal Pemahaman K onsep………… 84

3.8 Keterkaitan Permasalahan, Hipotesis dan Jenis Uji Statistik yang Digunakan……….. 87

3.9 Kriteria Keragaman Pola Jawaban Siswa……… 89

4.1 Data Hasil Pretest………. 99

4.2 Data Hasil Postest……… 103

4.3 Data Hasil N-Gain……… 106

4.4 Hasil Uji Normalitas N-Gain………... 110

4.5 Uji Signifikansi Peningkatan KPK Siswa... 112

4.6 Peningkatan KPK Siswa Berdasarkan Kategori Hake... 113

4.7 Uji Homogenitas Varians N-Gain... 114

4.8 Rangkuman Uji t N-Gain... 115

4.9 Jumlah dan Prosentase Siswa yang Memperoleh Batas Skor 65% atau Lebih Pada Postes Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Berdasarkan Faktor Pembelajaran dan Sikap Siswa Terhadap Matematika... 117 4.10 Rerata Skor Pretes, Postes, dan N-Gain Kemempuan

Pemahaman Konsep Matematis Tiap Item Berdasarkan Faktor Pembelajaran dan Sikap Siswa Terhadap Matematika 118


(14)

ix

4.11 Sebaran Siswa Menurut Kategori Proses Penyelesaiaan Jawaban Pemahaman Konsep Matematis Siswa untuk Butir Soal Nomor 1... 122 4.12 Sebaran Siswa Menurut Kategori Proses Penyelesaiaan

Jawaban Pemahaman Konsep Matematis Siswa untuk Butir Soal Nomor 2... 125 4.13 Sebaran Siswa Menurut Kategori Proses Penyelesaiaan

Jawaban Pemahaman Konsep Matematis Siswa untuk Butir Soal Nomor 3... 128 4.14 Sebaran Siswa Menurut Kategori Proses Penyelesaiaan

Jawaban Pemahaman Konsep Matematis Siswa untuk Butir Soal Nomor 4... 133 4.15 Sebaran Siswa Menurut Kategori Proses Penyelesaiaan

Jawaban Pemahaman Konsep Matematis Siswa untuk Butir Soal Nomor 5... 138 4.16 Rerata skor Sikap Berdasarkan Aspek Sikap 144 4.17 Pengelompokan Kategori Sikap Siswa Terhadap

Matematika……… 145 4.17 Uji Normalitas Kelompok Data KPKA dan KPKB………….. 145 4.18 Uji Homogenitas Varians Kelompok Data KPKA dan KPKB. 146 4.19 Rangkuman Uji t Data KPKA dan KPKB……… 147


(15)

x

DAFTAR GAMBAR

Hal Gambar 1.1 Salah satu Proses Penyelesaian Jawaban Siswa Tes

Pemahaman Konsep Pendahuluan... 5 1.2 Salah satu Proses Penyelesaian Jawaban Siswa Tes

Pemahaman Konsep Pendahuluan... 8 1.3 Salah satu Proses Penyelesaian Jawaban Siswa Tes

Pendahuluan……… 9 3.1 Prosedur Penelitian……… 86 4.1 Rata-rata Pretes Kemampuan Pemahaman Konsep untuk

setiap Aspek... 100 4.2 Rata-rata Pretes Kemampuan Pemahaman Konsep

Berdasarkan Sikap Siswa Terhadap Matematis... 100 4.3 Rata-rata Postes Kemampuan Pemahaman Konsep untuk

setiap Aspek... 104 4.4 Rata-rata Postes Kemampuan Pemahaman Konsep

Berdasarkan Sikap Siswa Terhadap Matematis... 104 4.5 Rata-rata N-Gain Kemampuan Pemahaman Konsep untuk

setiap Aspek... 107 4.6 Rata-rata N-Gain Kemampuan Pemahaman Konsep

Berdasarkan Sikap Siswa Terhadap Matematis... 108 4.7 Diagram Garis Rerata Skor Postes Kemampuan

Pemahaman Konsep Matematis Tiap Item Menurut Faktor Pembelajaran... 118 4.8 Diagram Garis Rerata Skor Postes Kemampuan

Pemahaman Konsep Matematis Tiap Item Menurut Sikap Siswa Terhadap Matematika... 119 4.9 Ragam Proses Penyelesaian Jawaban KPM Siswa Butir

Soal Nomor 1 kelompok PBM... 121 4.10 Proses Penyelesaian Jawaban KPK Matematis Siswa

Butir Soal Nomor 1 Kelompok PB... 122 4.11 Ragam Proses Penyelesaian Jawaban KPM Siswa untuk

Butir Soal Nomor 2 Kelompok PBM... 125 Gambar 4.12 Proses Penyelesaian Jawaban KPM Siswa untuk Butir Soal

Nomor 2 Kelompok PB... 126 4.13 Ragam Proses Penyelesaian Jawaban KPM Siswa Butir


(16)

xi

4.14 Proses Penyelesaian Jawaban KPM Siswa Butir Soal

Nomor 3 Kelompok PB... 130 4.15 Ragam Proses Penyelesaian Jawaban KPM Siswa Butir

Soal Nomor 4... 132 4.16 Proses Penyelesaian Jawaban KPM Siswa Butir Soal

Nomor 4 Kelompok PMB... 134 4.17 Proses Penyelesaian Jawaban Siswa Butir Soal Nomor 5

Kelompok PBM... 136 4.18 Proses Penyelesaian Jawaban Siswa Butir Soal Nomor 5


(17)

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran A Instrumen pembelajaran 167 Lampiran B Instrumen pemahaman konsep 254 Lampiran C Instrumen sikap siswa terhadap matematia 267 Lampiran D Hasil validasi instrument penelitian 273 Lampiran E Data hasil penelitian 315 Lampiran F Hasil uji statistik 325 Lampiran G Dokumentasi dan administrasi Penelitian 348


(18)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Ilmu pengetahuan, keterampilan, dan pendidikan merupakan unsur dasar yang menentukan kecakapan berpikir tentang dirinya dan lingkungannya. Seseorang yang mampu mengubah dirinya menjadi lebih baik diharapkan akan mampu mengubah keluarganya, kelak, mengubah daerahnya, dan kemudian mengubah negaranya serta mengubah dunia di mana dia hidup. Seseorang memiliki eksistensi tentang arti penting dirinya dan kehidupan yang diberikan Tuhan bagi dia dan sangat disayangkan jika itu berbuah dalam kesia-siaan. Eksistensi manusia dalam menghadapi berbagai perubahan dalam lingkungan dan perkembangan ilmu pengetahuan memerlukan kecakapan hidup.

Pendidikan memiliki peranan yang sangat penting dalam kecakapan hidup manusia, pendidikan dapat mempengaruhi perkembangan Sumber Daya Manusia (SDM) dalam seluruh aspek kepribadian dan kehidupannya. Menurut UUSPN No. 20 tahun 2003 (dalam Syaiful Sagala, 2009:1) ”Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan

negara”. Kemudian oleh Trianto (2010:1) “Pendidikan yang mampu mendukung

pembangunan dimasa mendatang adalah pendidikan yang mampu


(19)

2

mengembangkan potensi peserta didik, sehingga yang bersangkutan mampu menghadapi dan memcahkan problema kehidupan yang dihadapinya. Pendidikan harus menyentuh potensi nurani maupun potensi kompetensi peserta didik. Konsep pendidikan tersebut terasa semakin penting ketika seseorang harus memasuki kehidupan dimasyarakat dan dunia kerja, karena yang bersangkutan harus mampu menerapkan apa yang dipelajari disekolah untuk menghadapi problema yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari saat ini maupun yang akan datang”.

Matematika merupakan salah satu unsur dalam pendidikan karena mate-matika merupakan mata pelajaran yang diberikan pada setiap jenjang pendidikan dari mulai pendidikan dasar serta matematika sebagai salah satu ilmu yang me-miliki peranan penting dalam pengembangan berpikir, memecahkan masalah dan tantangan yang ada dalam kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Ada banyak alasan tentang perlunya siswa belajar matematika. Cockroft (dalam Abdurrahman, 2003: 253) mengemukakan bahwa matematika perlu diajarkan kepada siswa karena: (1) selalu digunakan dalam segala segi kehidupan, (2) semua bidang studi memerlukan keterampilan matematika yang .sesuai, (3) merupakan sarana komunikasi yang kuat, singkat dan jelas, (4) dapat digunakan untuk menyajikan informasi dalam berbagai cara, (5) meningkatkan .kemampuan berpikir logis, ketelitian dan kesadaran keruangan,(6) .memberikan kepuasan terhadap usaha memecahkan masalah yang menantang.

Cornelius (dalam Abdurrahman, 2003: 253) mengemukakan ada lima ala-san pentingnya belajar matematika, yaitu:


(20)

3

1. Matematika adalah sarana berpikir yang jelas

2. Matematika adalah sarana untuk memecahkan masalah dalam kehidupan se-hari-hari

3. Matematika adalah sarana mengenal pola-pola hubungan dan generalisasi pengalaman

4. Matematika adalah sarana untuk mengembangkan kreatifitas

5. Matematika adalah sarana untuk meningkatkan kesadaran terhadap perkembangan budaya.

Pada kenyataannya matematika sering dianggap sebagai mata pelajaran yang susah untuk dimengerti. Hal ini sejalan dengan yang diungkapkan oleh Abdurrahman (2003: 252) bahwa: “Dari berbagai bidang studi yang diajarkan di sekolah, matematika merupakan bidang studi yang dianggap paling sulit oleh berbagai siswa, baik yang tidak berkesulitan belajar dan lebih-lebih bagi siswa yang berkesulitan belajar”.

Seperti yang diungkapkan oleh Fathani (dalam Siregar, 2011: 3) bahwa: Begitu mendengar kata “matematika” diucapkan, kening kebanyakan orang langsung berkerut. Di kepala, terbayang angka-angka rumit dan su-sah dipecahkan. Dibenaknya, tergambar rumus-rumus yang sulit dihafal dan dimengerti. Matematika sering kali dipahami sebagai sesuatu yang mutlak, seolah-olah tak ada kemungkinan cara dan jawaban lain yang berbeda-beda. Murid-murid yang mempelajari matematika di sekolah pun menerima pelajaran ini sebagai sesuatu yang mesti tepat dan tak sedikit pun boleh salah. Sehingga, baik di sekolah atau di rumah, matematika menjadi beban, bahkan hal yang menakutkan.

Indikasinya prestasi belajar matematika masih saja rendah adalah dari hasil evaluasi TIMSS tahun 2003 (dalam Ester ,2007:3) yang menunjukkan bahwa skor rata-rata matematika siswa di Indonesia adalah 411 untuk tingkat SMP. Indonesia juga menduduki peringkat ke-34 dari 45 negara yang menjadi sampel TIMSS. Selanjutnya Menteri Pendidikan Nasional Mendiknas Mohammad Nuh Mengatakan, Hasil akhir Ujian Nasional 2010 menunjukkan angka kelulusan


(21)

4

mencapai 99,04 %. Siswa yang lulus pada UN ulangan mencapai 138.596 siswa atau 92,15 %. Sementata yang tiddak lulus mencapai 11.814 siswa atau 7,85 %. Peserta UN ulangan sendiri mencapai 150.410 anak didik. Nilai standar rata-rata UN utama adalah 7,29, tetapi untuk ujian ulangan turun menjadi 6,71. Mata pelajaran yang paling banyak diulang pada jurusan IPA ialah Matematika(27%) dan Fisika(22%), pada jurusan IPS adalah Sosiologi (19,72%) dan Ekonomi (17,72%), serta jurusan Bahasa adalah Matematika (30,99%) dan Bahasa Indonesia (19,28%).

Maka data tersebut diatas mengisyaratkan adanya permasalahan yang sangat mendasar dalam pembelajaran matematika di kelas saat ini. Kondisi prestasi belajar siswa yang memprihatinkan tersebut harus terus diupayakan untuk diperbaiki dan kondisi ini tidak hanya disebabkan oleh kesulitan yang bersumber dari diri siswa sendiri. Data kemampuan siswa dalam matematika harus memasukkan pengetahuan tentang konsep matematika, prosedur matematika, kemampuan problem solving, reasoning dan komunikasi. Untuk mencapai kemampuan siswa dalam matematika mengalami perubahan kearah yang lebih baik, siswa dituntut berperan aktif selama proses pembelajaran. Guru hendaknya memilih model pembelajaran, strategi/pendekatan pembelajaran dan metode pembelajaran yang sesuai sehingga dapat memotivasi siswa untuk memahami konsep dan mengetahui prosedur dalam menyelesaikan masalah dan menciptakan kondisi kelas yang mendorong siswa untuk dapat menemukan sendiri pengetahuan baru berdasarkan pengetahuan awal siswa.

Menurut Hasanah (dalam Purba, 2010 : 4) Proses pembelajaran matematika beserta sistem evaluasi selama ini kurang memberikan kesempatan


(22)

5

bagi siswa untuk memunculkan gagasan-gagasan / ide – ide selama siswa belajar matematika. Hal ini disebabkan karena pembelajaran lebih terpusat kepada guru (teacher-centered) yang umumnya telah siap mentransferkan ilmunya langsung kepada siswa, dengan kata lain guru yang aktif sedangkan siswa pasif selama belajar. Pembelajaran tersebut lebih menekankan pada hasil (product ) dimana siswa tinggal menerapkan atau menggunakan rumus algoritma daripada menekankan pada proses. Dengan demikian sebagian besar aktifitas belajar matematika adalah bersifat berlatih menyelesaikan soal-soal (drill) atau soal-soal rutin sehingga mengakibatkan pemahaman konsep dan sikap positif siswa terhadap matematika kurang tercapai dari tujuan pembelajaran serta cenderung menghasilkan suatu ragam jawaban yang kurang baik.

Kenyataan di lapangan pemahaman konsep matematis siswa masih ren-dah, hal ini dibuktikan pada saat peneliti melakukan penelitian pendahuluan dengan mengajukan soal yang mengukur pemahaman konsep kepada 40 orang siswa kelas VII-D SMP Negeri 14 Medan.

Bahwa pemahaman konsep matematis siswa masih rendah tergambar dari beberapa penyelesaian siswa terhadap soal berikut:

Tuliskan dengan kata-katamu sendiri konsep dari persamaan linear satu variable !


(23)

6

Gambar 1.1. Contoh Proses Penyelesaian Jawaban Siswa Tes Pemahaman Konsep Pendahuluan.

Dari contoh lembar jawaban siswa diatas diperoleh, rata-rata siswa tidak mengetahui konsep dasar dari persamaan linear satu variable, yaitu persamaan linear satu variable adalah kalimat terbuka yang dihubungkan oleh tanda sama dengan (=) dan hanya mempunyai satu variable berpangkat satu, maka dari 40 siswa hanya 4 orang (10%) yang mampu menyelesaikan soal tersebut, sedangkan 36 orang lagi (90%) tidak mampu menyelesaikan soal tersebut, ini menunjukan rendahnya pemahaman konsep siswa.

Dalam pembelajaran, aspek pemahaman konsep dan aplikasinya merupakan hal yang sangat penting yang harus dimiliki siswa. Jika konsep dasar yang diterima siswa salah, maka sukar untuk memperbaiki kembali, terutama jika sudah diterapkan dalam menyelesaikan soal-soal matematika. Pengetahuan konsep yang kuat akan memberikan kemudahan dalam meningkatkan pengetahuan prosedural matematika siswa. Karena prosedur-prosedur tanpa dasar konsep ini hanya merupakan aturan tanpa alasan yang akan membawa kepada kesalahan dalam matematika. Oleh karena itu, yang penting adalah bagaimana siswa mengungkapkan pengetahuan yang dimiliki secara bulat dan utuh.

Pembelajaran yang tidak mengarahkan pemahaman konsep akan membuat siswa tidak mengetahui mengapa suatu jawaban itu benar atau salah dan


(24)

7

jika salah siswa tidak mampu memperbaiki jawaban yang salah tersebut. Hal ini akan membuat siswa kurang memahami apa yang ditulisnya dan terkadang siswa menggunakan rumus secara langsung walaupun siswa kurang mengerti.

Selanjutnya siswa yang memiliki kemampuan memahami konsep matematika, maka siswa tersebut mampu memberikan contoh dan bukan contoh dari konsep. Untuk mengetahui hal itu, dapat disajikan beberapa contoh dengan jawaban yang benar dan salah. Jika siswa memiliki pemahaman konsep yang baik maka siswa akan dapat menentukan mana contoh dengan jawaban yang benar dan salah dengan memberikan alasan.

Pada kenyataan di lapangan peneliti juga menemukan bahwa pemahaman konsep matematis siswa masih rendah, hal ini dibuktikan pada saat peneliti melakukan penelitian awal dengan mengajukan soal yang mengukur pemahaman konsep kepada 40 orang siswa kelas VII-D SMP Negeri 14 Medan. Bahwa pemahaman konsep matematis siswa masih rendah tergambar dari penyelesaian soal berikut:

Dari kalimat berikut, tentukan yang merupakan persamaan linear satu variabel dan berikan alasanmu, serta tentukan penyelesain persamaan linearnya!

a.

b.

c.


(25)

8

Gambar 1.2 . Contoh Salah satu Proses Penyelesaian Jawaban Siswa Tes Pemahaman Konsep Pendahuluan.

Dari contoh lembar jawaban siswa diatas terlihat lebih jelas lagi bahwa rata-rata siswa tidak mengetahui konsep dasar dari persamaan linear satu variabel, sehingga dari lembar jawaban siswa terlihat bahwa siswa tidak dapat menentukan yang mana persamaan linear satu varibel dan hal ini juga mengakibatkan siswa tidak dapat menentukan penyelesaiannya, dimana dari 40 siswa hanya 4 orang atau 10% dari keseluruhan siswa yang mampu menyelesaikan soal tersebut dengan sempurna, sedangkan 36 orang atau 90% dari keseluhan siswa tidak mampu menyelesaikan soal tersebut dengan sempurna, ini menunjukan bahwa selama ini siswa kurang dimotivasi dan diberi kesempatan untuk mengembangkan kemampuan pemahaman konsep matematika siswa, yang mana hal ini mengakibatkan siswa cenderung menghapal konsep matematika, tanpa memahami arti, isinya dan cenderung pasif sehingga siswa kurang mempunyai keterampilan dalam melakukan pemecahan masalah dan menimbulkan kejenuhan sehingga mengakibatkan sikap yang acuh terhadap pelajaran matematika. Pembelajaran matematika yang menekankan mengajarkan rumus dan langkah cara mengerjakan soal seharusnya diubah ke pembelajaran yang menekankan pada aspek pemahaman konsep matematika siswa. Permasalahan mengenai kurangnya pemahaman konsep siswa ini dapat juga dilihat dari salah satu jawaban siswa terhadap contoh soal dibawah ini :


(26)

9

Seorang petani mempunyai sebidang tanah berbentuk persegi panjang. Le-bar tanah tersebut 6 m lebih pendek dari panjangnya. Buatlah model matematika dari tanah petani tersebut dan Jika keliling tanah 60 m, tentukan luas tanah petani tersebut.

Gambar 1.3 Salah satu Proses Penyelesaian Jawaban Siswa Tes Pendahuluan Contoh kasus yang seperti diatas siswa masih kesulitan untuk menyelesaikannya. Dalam kasus tersebut siswa kesulitan untuk mengidentifikasi masalah, mentransformasikan unsur-unsur yang ada dalam soal ke dalam pembentukan model matematika dan kesulitan untuk menyatakan soal tersebut merupakan contoh atau bukan contoh SPLSV. Siswa juga mengalami kesulitan bagaimana langkah-langkah menggunakan metode dalam SPLSV, menggunakan teknik dalam mengimplementasikan suatu metode dan kesulitan dalam melakukan operasi hitung untuk menyelesaikan suatu permasalahan. Dari hasil penelitian awal tes pemahaman konsep matematika siswa dengan contoh soal diatas yang diikuti 40 orang siswa SMP Negeri 14 Medan diperoleh informasi bahwa terdapat 35 orang siswa atau 87,5 % memiliki tingkat pemahaman konsep pada kategori rendah, 3 orang siswa atau 7,5 % memiliki tingkat pemahaman konsep pada


(27)

10

kategori cukup, 1 orang siswa atau 2,5 % memiliki tingkat pemahaman konsep pada kategori tinggi serta 1 orang siswa 2,5 % yang memiliki tingkat pemahaman konsep pada kategori sangat tinggi.

Proses pembelajaran tidak menghantarkan pembelajaran berpusat pada siswa (student centered) akan memberikan kesan yang kurang baik karena pembelajaran terjadi satu arah sehingga siswa tidak menemukan sendiri konsep belajarnya dan membuat pembelajaran tidak bermakna. Hal tersebut dapat mengakibatkan pemahaman konsep, ragam jawaban siswa serta sikap siswa terhadap matematika cukup memprihatinkan, hal ini hendaknya diubah. Perubahan itu dilakukan dengan lebih memberikan penekanan pada pemahaman konsep matematika.

Depdiknas 2003 (dalam Siregar, 2011:20) memberikan pedoman mengenai beberapa kompetensi yang perlu diperhatikan guru dalam melakukan penilaian, yaitu :

1) Pemahaman konsep : siswa mampu mendefenisikan konsep, mengidentifikasi, dan memberi contoh atau bukan contoh dari konsep tersebut;

2) Prosedur : Siswa mampu mengenali prosedur atau proses menghitung yang benar dan tidak benar;

3) Komunikasi: Siswa mampu menyatakan dan menafsirkan gagasan matematika secara lisan, tertulis atau mendemonstrasikan;

4) Penalaran: Siswa mampu memberikan alasan induktif dan deduktif sederhana;


(28)

11

5) Pemecahan masalah: Siswa mampu memahami masalah, memilih strategi penyelesaian, dan menyelesaikan masalah.

Selain pemahaman konsep matematik terdapat satu hal penting lainnya yang mempengaruhi prestasi belajar matematika siswa, yaitu sikap siswa terhadap matematika. Dari hasil wawancara peneliti dengan guru bidang studi matematika di SMP Negeri 14 Medan siswa yang mempunyai sikap positif terhadap matematika adalah siswa yang hanya memperoleh nilai matematika tinggi dari hasil ulangan harian dan nilai rapor semester sebelumnya. Sikap positif siswa terhadap matematika suatu hal yang harus ada dalam diri siswa guna utuk meningkatkan prestasi siswa dalam matematika. Sejalan dengan yang diungkapkan oleh Saragih (2007) bahwa faktor lain yang perlu diperhatikan dalam matematika adalah sikap positif siswa terhadap matematika, hal ini penting karena sikap positif terhadap matematika berkorelasi positif dengan prestasi belajar matematika (Ruseffendi, 1991), dan merupakan salah satu tujuan pendidikan matematika yang dirumuskan dalam Kurikulum.

Sikap merupakan suatu kecenderungan seseorang untuk menerima atau menolak sesuatu, konsep, kumpulan ide, atau kelompok individu. Karena matematika dapat diartikan sebagai suatu konsep atau ide abstrak yang penalarannya dilakukan dengan cara deduktif aksiomatik, sehingga matematika dapat disikapi oleh siswa secara berbeda-beda, mungkin menerima dengan baik atau sebaliknya. Dengan demikian, sikap siswa terhadap matematika adalah kecenderungan untuk menerima atau menolak matematika.


(29)

12

Oleh karena itu sikap siswa terhadap matematika sangat erat kaitannya dengan minat siswa terhadap matematika, bahkan sebagian dari sikap merupakan akibat dari minat, misalnya siswa yang berminat terhadap matematika maka ia akan suka mengerjakan tugas matematika, ini menandakan bahwa siswa tersebut bersikap positif terhadap matematika. Tanpa adanya minat sulit untuk menumbuhkan keinginan dan kesenangan dalam belajar matematika, apalagi matematika tidak mudah untuk dipelajari sehingga hampir seluruh siswa dari setiap jenjang pendidikan kurang berminat dalam matematika. Selain itu pengalaman belajar matematika bersama guru yang menakutkan, atau guru yang membuat pembelajaran matematika menegangkan, turut membentuk sikap negatif siswa terhadap pelajaran matematika.

Dengan demikian, untuk menumbuhkan sikap positif terhadap matematika, penyampaian materi matematika harus menyenangkan, mudah dipahami, tidak menakutkan, dan tunjukkan bahwa matematika banyak kegunaannya. Oleh karena itu, materi harus dipilih dan disesuaikan dengan lingkungan yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari dan tingkat kognitif siswa.

Selain itu, perlu diingat bahwa setiap siswa mempunyai kemampuan yang berbeda dalam memahami matematika. Galton (dalam Ruseffendi, 1991) menyatakan bahwa dari sekelompok siswa yang dipilih secara acak akan selalu dijumpai siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang, dan rendah. Tes awal diberikan kepada siswa sebelum siswa memasuki materi selanjutnya. Menurut Ruseffendi (1991), perbedaan kemampuan yang dimiliki siswa bukan


(30)

semata-13

mata merupakan bawaan dari lahir, tetapi juga dapat dipengaruhi oleh lingkungan. Oleh karena itu, pemilihan lingkungan belajar khususnya model pembelajaran menjadi sangat penting untuk dipertimbangkan untuk mengakomodasi kemampuan matematika siswa yang heterogen sehingga dapat memaksimalkan hasil belajar siswa.

Bagi siswa yang memiliki kemampuan sedang atau rendah, apabila model pembelajaran yang digunakan oleh guru menarik dan menyenangkan sesuai dengan tingkat kognitif siswa, dimungkinkan pemahaman siswa terhadap matematika akan lebih cepat dan akhirnya dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematik siswa. Sebaliknya bagi siswa yang memiliki kemampuan tinggi tidak begitu besar pengaruh model pembelajaran terhadap kemampuan dalam matematika. Hal ini terjadi karena siswa kemampuan tinggi lebih cepat memahami matematika.

Selanjutnya model pembelajaran yang digunakan oleh guru kemungkinan tidak sesuai untuk mengajarkan pemahaman konsep. Lebih lanjut Abbas (2000)

mengemukakan bahwa “Kenyataan menunjukkan bahwa selama ini guru

menggunakan pembelajaran yang bersifat konvensional dan banyak didominasi

guru”. Dalam proses pembelajaran di dalam kelas, siswa juga belum terlibat

secara aktif. Guru berperan aktif sementara siswa hanya menerima pengetahuan yang disampaikan oleh guru. Kelas masih berfokus pada guru sebagai sumber utama pengetahuan, kemudian ceramah menjadi pilihan utama pendekatan belajar yang membuat respon siswa terhadap pembelajaran matematika rendah. Proses pembelajaran seperti ini harus dirubah dengan cara menggiring siswa untuk


(31)

14

mencari ilmunya sendiri. Untuk itu diperlukan sebuah model pembelajaran yang lebih memberdayakan siswa. Sebuah pembelajaran yang tidak mengharuskan siswa menghapal fakta–fakta, tetapi sebuah pembelajaran yang mendorong siswa mengkonstruksikan pengetahuan dibenak mereka sendiri sehingga respon siswa menyelesaikan masalah matematika akan meningkat.

Menurut Slameto (2003) peranan guru dalam proses belajar mengajar yaitu mendorong, membimbing dan memberi fasilitas belajar bagi siswa untuk mencapai tujuan. Pendapat ini sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Djamarah dkk (2006) bahwa secara operasional kompenen yang berperan dalam proses belajar mengajar yaitu: tujuan, bahan ajar, kegiatan belajar mengajar, metode, alat sumber pelajaran dan evaluasi. Semua kompenen tersebut memiliki ketergantungan satu sama lain. Oleh karena itu dibutuhkan guru yang profesional yaitu guru yang mampu mengelola pembelajaran, membuat persiapan–persiapan mulai dari membuat perencanaan tujuan pembelajarann, pengorganisasian materi, perencanaan model, metode, media, evaluasi, dan dapat merealisasikan apa yang telah direncanakan dengan tepat. Pembelajaran yang berorientasi pada penguasaan materi dianggap gagal menghasilkan siswa yang aktif, kreatif, dan inovatif. Siswa berhasil “ mengingat” jangka pendek, gagal dalam membekali siswa memecahkan persoalan dalam kehidupan jangka panjang. Terutama bagi mereka yang akan melanjutkan keperguruan tinggi. Oleh karena itu perlu adanya perubahan model pembelajaran yang lebih bermakna.

Untuk permasalahan tersebut pembelajaran matematika perlu diperbaiki guna meningkatkan kemampuan untuk memahami konsep matematika dan


(32)

15

meningkatkan sikap positif siswa dalam mengerjakan tugas matematika, hendaknya guru dapat memilih dan menerapkan suatu pembelajaran yang lebih efektif untuk meningkatkan pemahaman konsep dan sikap positif siswa terhadap matematika yaitu dengan menawarkan suatu pembelajaran berbasis masalah. Pembelajaran berbasis masalah akan dapat menumbuhkan kembali motivasi dan minat siswa, mendorong adanya interaksi antar siswa dan guru.

Pembelajaran yang dimulai dengan suatu masalah akan mengubah pembelajaran yang selama ini berpusat pada guru menjadi berpusat pada siswa. Dimana pembelajaran selama ini siswa hanya menerima materi dari guru, mencatat dan menghapalkannya diubah kearah yang mencari dan menemukan pengetahuan sehingga terjadi peningkatan pemahaman terhadap materi yang dipelajari. Pembelajaran ini memberikan konsidi belajar aktif kepada siswa melalui memecahkan suatu masalah, dimana siswa mempelajari pengetahuan dari masalah yang diberikan. Kemampuan memecahkan masalah adalah tujuan umum dalam pelajaran matematika dan bahkan jantungnya matematika . Oleh karena itu, siswa hendaknya diberikan latihan dan dibiasakan untuk memecahkan masalah.

Penggunaan pembelajaran berbasis masalah diharapkan dapat menciptakan situasi belajar yang menyenangkan, mendorong siswa belajar dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk membangun sendiri konsep-konsep yang dipelajarinya sehingga tercapainya hasil belajar siswa yang baik. Dengan pemberian suatu masalah kepada siswa akan menimbulkan rasa ingin tahunya, bagaimana cara menyelesaikannya, konsep yang bagaimana yang diperlukan untuk pemecahannya dan metode apa yang tepat digunakan untuk


(33)

16

penyelesaiannya. Hal tersebut akan mendorong siswa menggunakan pengetahuan yang telah dimiliki dan mencari yang perlu diketahui untuk memecahkan masalah tersebut. Pembelajaran ini akan membuat siswa lebih memahami konsep matematika dan mengetahui prosedur penyelesaian masalah sehingga siswa terampil menyelesaikan soal-soal matematika serta kinerja dan ragam jawaban dari siswa akan lebih baik.

Pembelajaran berbasis masalah membuat siswa menjadi pembelajar yang mandiri, artinya ketika siswa belajar, maka siswa dapat memilih strategi belajar yang sesuai, terampil menggunakan strategi tersebut untuk belajar dan mampu mengontrol proses belajarnya, serta termotivasi untuk menyelesaikan belajarnya itu . Dengan pembelajaran berbasis masalah akan mengantarkan siswa untuk memahami konsep materi pelajaran dan pemecahan masalah dimulai dari belajar dan bekerja pada situasi masalah yang diberikan diawal pembelajaran, sehingga siswa memperoleh kebebasan untuk berpikir mencari penyelesaianya dari masalah yang diberikan. Melalui pengalaman belajar yang diperoleh siswa melalui kegiatan bekerja, mencari dan menemukan sendiri tidak akan mudah melupakannya.

Berdasarkan hal tersebut di atas, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian tentang upaya meningkatkan pemahaman konsep dan sikap siswa terhadap matematika siswa SMP dengan menerapkan model pembelajaran berbasis masalah, sebab dalam pembelajaran ini dimulai dengan melakukan pemecahan masalah yang mendorong siswa untuk aktif dalam melakukan penyelidikan dan penemuan. Di samping itu, siswa dapat saling berdiskusi untuk menyelesaikan masalah maka diharapkan dapat meningkatkan keterampilan sosial


(34)

17

siswa dan jawaban yang diberikan siswa lebih lengkap dengan adanya saling membantu dalam menyelesaikan permasalahan.

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka identifikasi masalah penelitian ini dapat diidentifikasi, adalah sebagai berikut :

1. Rendahnya pemahaman konsep matematika siswa.

2. Sikap siswa SMP terhadap pelajaran matematika tidak menyenangkan, cenderung membencinya.

3. Siswa kurang mampu menyelesaikan masalah yang bersifat konstektual. 4. Proses jawaban saat menjawab soal-soal matematika kurang sistematis dan

bervariasi.

5. Hasil belajar matematika siswa tidak tuntas 1.3. Batasan Masalah

Mengingat keluasan ruang lingkup permasalahan dalam pembelajaran matematika seperti yang telah diidentifikasi di atas, maka penelitian ini perlu di-batasi sehingga lebih terfokus pada permasalahan yang mendasar dan memberikan dampak yang luas terhadap permasalahan yang dihadapi. Penelitian ini terbatas pada masalah sebagai berikut:

1. Rendahnya pemahaman konsep matematika siswa.

2. Sikap siswa SMP terhadap pelajaran matematika tidak menyenangkan, cenderung membencinya.

3. Proses jawaban saat menjawab soal-soal matematika kurang sistematis dan bervariasi


(35)

18

1.4. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka masalah penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Apakah peningkatan pemahaman konsep matematis siswa yang memperoleh pembelajaran berbasis masalah lebih tinggi daripada siswa yang memperoleh pembelajaran biasa?

2. Apakah sikap positif siswa yang memperoleh pembelajaran berbasis masalah lebih baik daripada siswa yang memperoleh pembelajaran biasa?

3. Bagaimana proses jawaban yang dibuat siswa saat menyelesaikan soal-soal pemahaman konsep pada masing-masing pembelajaran?

4. Bagaimana ketuntasan hasil belajar matematika siswa yang memperoleh pembelajaran berbasis masalah?

1.5. Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan beberapa tujuan sebagai berikut:

1. Mengetahui perbedaan peningkatan pemahaman konsep matematika antara siswa yang memperoleh pembelajaran berbasis masalah dengan siswa yang memperoleh pembelajaran biasa.

2. Untuk mengetahui perbedaan sikap siswa yang mengikuti pembelajaran matematika dengan Pembelajaran Berbasis Masalah dengan siswa yang mengikuti pembelajaran biasa.


(36)

19

3. Mengetahui proses jawaban yang dibuat siswa untuk kedua kelompok dari setiap butir soal pemahaman konsep.

4. Mengetahui ketuntasan belajar siswa yang memperoleh pembelajaran berbasis masalah.

1.6. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini, diharapkan dapat memberikan informasi dan sekaligus bermanfaat sebagai berikut:

1. Bagi peneliti penelitian ini sebagai pengalaman langsung bagi penulis dan diharapkan dapat menambah cakrawala pengetahuan, khususnya untuk mengetahui sejauh mana peningkatan pemahaman konsep dan sikap siswa setelah dilakukan proses pembelajaran berbasis masalah.

2. Sebagai masukkan bagi guru dalam menentukan pendekatan mengajar yang tepat dalam pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan optimal dan mengembangkannya yang dapat meningkatkan pemahaman konsep dan sikap positif siswa dan membuat siswa semakin tertarik dan berminat dalam belajar matematika. Menambah pengetahuan guru sehingga guru lebih kreatif dan inovatif dalam memodifikasi pembelajaran yang menjadi lebih menarik.

3. Penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi siswa berupa variasi pembelajaran matematika yang dapat mengoptimalkan pemahaman konsep siswa dan mendapat pengalaman belajar yang lebih menarik, dan menyenangkan sehingga siswa lebih aktif dalam pembelajaran dan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran matematika.


(37)

20

1.7. Definisi Operasioanal

Untuk menghindari adanya perbedaan penafsiran, perlu adanya penjelasan dari beberapa istilah yang digunakan dalam penelitian ini. Beberapa konsep dan istilah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Pembelajaran berbasis masalah merupakan suatu pembelajaranyang menuntut aktivitas siswa secara optimal dalam memahami konsep dan memperoleh pengetahuan dengan mengacu pada langkah-langkah pembelajaran, yaitu: (1) orientasi siswa pada masalah, (2) mengorganisir siswa untuk belajar, (3) membimbing penyelidikan individual maupun kelompok, (4) mengembangkan dan manyajikan hasil karya dan (5) menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.

2. Pembelajaran biasa adalah suatu pembelajaran dimana guru menjelaskan materi pelajaran, memberikan contoh soal, siswa bertanya kemudian dilanjutkan dengan memberikan soal latihan.

3. Pemahaman konsep adalah kemampuan untuk memperoleh makna atau arti sesuatu dari ide-ide abstrak yang dapat digunakan seseorang untuk menuliskan konsep, memberikan contoh dan bukan contoh dari konsep dan dapat mengaplikasikan konsep ke pemecahan masalah.

4. Sikap siswa pada pembelajaran matematika adalah kecenderungan untuk menerima atau menolak pelajaran matematika, pemikiran, pendirian, perasaan dan keyakinan seorang siswa terhadap matematika yang diungkap dengan : 1) sikap terhadap mata pelajaran, 2) sikap terhadap guru mata pelajaran, 3) sikap terhadap proses pembelajaran. Sikap siswa diukur dengan menggunakan Skala Likert.


(38)

161

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1Simpulan

Berdasarkan hasil analasis data dari lapangan yang berkaitan dengan peningkatan kemampuan pemahaman konsep matematis siswa SMP dan sikap siswa terhadap matematika, diperoleh beberapa kesimpulan yang merupakan jawaban atas petanyaan-pertanyaan pada rumusan masalah, diataranya:

1. Peningkatan pemahaman konsep matematis siswa yang memperoleh Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) lebih tinggi daripada siswa yang memperoleh pembelajaran biasa.

2. Peningkatan sikap positif siswa yang diajarkan melalui Pembelajaran Berbasis Masalah lebih baik daripada sikap positif siswa yang diajarkan melalui pembelajaran biasa.

3. Proses penyelesaian jawaban siswa melalui pembelajaran berbasis masalah lebih baik dibandingkan dengan pembelajaran biasa. Hal ini dapat terlihat dari lembar jawaban siswa dalam menyelesaikan tes kemampuan pemahaman konsep matematis siswa.

4. Ketuntasan belajar siswa yang memperoleh pembelajaran berbasis masalah lebih baik daripada siswa yang memperoleh pembelajaran biasa.


(39)

162

5.2Saran

Berdasarkan kesimpulan maka berikut ini beberapa saran yang perlu mendapat perhatian dari semua pihak yang berkepentingan terhadap penggunaan pendekatan matematika realistik dalam proses pembelajaran matematika . Saran-saran tersebut adalah sebagai berikut.

1. Bagi guru matematika

a. Pembelajaran dengan pembelajaran berbasis masalah yang menekankan pada kemampuan pemahaman konsep matematis siswa dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif atau solusi untuk menerapkan pembelajaran matematika yang inovatif.

b. Dalam setiap pembelajaran guru sebaiknya menciptakan suasana belajar yang memberi kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan gagasan-gagasan matematika dalam bahasa dan cara mereka sendiri, sehingga dalam belajar matematika siswa menjadi berani berargumentasi, lebih percaya diri dan kreatif.

2. Kepada Lembaga Terkait

a. Pembelajaran berbasis masalah dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif dalam meningkatkan kemampuan pemahaman konsep matematis siswa pada pokok bahasan sistem persamaan linear dua variabel sehingga dapat dijadikan masukan bagi sekolah untuk dikembangkan sebagai strategi pembelajaran yang efektif untuk pokok bahasan matematika yang lain.


(40)

163

b. Karena pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan kemampuan pemahaman konsep matematis siswa, maka diharapkan dukungan dari instansi terkait untuk mensosialisasikan penggunaan pembelajaran berbasis masalah di sekolah melalui MGMP matematika, pelatihan guru-guru matematika atau melalui seminar.

3. Kepada Peneliti Lanjutan

a. Kemampuan matematika yang diteliti dalam penelitian ini adalah kemampuan pemahaman konsep matematis siswa kelas VIII pada materi sistem persamaan linear dua variabel, untuk itu bagi para peneliti selanjutnya dapat menerapkan pembelajaran berbasis masalah pada kelas dan materi yang berbeda serta aspek kemampuan yang lain.

b. Bagi peneliti yang hendak melakukan penelitian dengan model pembelajaran berbasis masalah, hendaknya melakukan penelitian pada populasi yang lebih besar yang terdiri dari beberapa sekolah agar hasilnya dapat mengenaralisir penggunaan model pembelajaran berbasis masalah secara lebih luas pula.


(41)

164

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, M. 2003. Pendidikan Bagi Anak berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Arends, R.I, 2008. Learning To Teach. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Arikunto, S. 2003. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara. . 2006. Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:

Rineka Cipta.

Asmin dan Mansyur, A. 2012. Pengukuran dan Penilaian Hasil Belajar. Medan : Larispa Indonesia.

Azwar, S. 2013. Sikap Manusia, Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Budiningsih. C.A. 2005. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta.

Dahar, R.W. 2006. Teori-Teori Belajar & Pempelajaran. Jakarta : Erlangga.

Depdiknas. 2003. Pengajaran Berdasarkan Masalah. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Ester, R. 2007. Pengaruh Pembelajaran Kooperatif dengan Teknik Think-Pair-Square Terhadap Peningkatan Kemampuan Pemahaman dan Komunikasi Matematis Siswa SMK. Tesis tidak diterbitkan. Bandung : UPI Bandung Hergenhahn, B.R. dan Olson, M.H.2008. Theories Of Learning. Jakarta :

Kencana

Kunandar. 2013. Penilaian Autentik, Suatu Pendekatan Praktis. Jakarta : RajaGrafindo Persada

Manfaat, Budi. 2010. Membumikan Matematika dari Kampus ke Kampung. Cirebon : Eduvision Publishing.

Napitupulu, E. 2008. Mengembangkan Kemampuan Menalar dan Memecahkan Masalah melalui Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM). Jurnal Pendidikan Matematika Paradikma Vol. 1 Edisi Juni 2008.

Purba , G.I. 2010. Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Melalui Penerapan Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Yang berorientasikan masalah. Tesis tidak diterbitkan. Medan : UNIMED.


(42)

165

Ruseffendi, E.T. 1991. Pengantar kepada Membantu Guru Mengembangkan Kompetensinya dalam Pengajaran Matematika untuk Meningkatkan CBSA. Bandung: Tarsito.

---. 1993. Statistika Dasar untuk Penelitian Pendidikan. Bandung: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Rusman. 2010. Model-Model Pembelajaran. Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta : Raja Grafindo Perkasa.

Sagala, S. 2009. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Sanjaya, W. 2010. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta : Kencana.

Siregar ,N. 2011. Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Meningkatkan Pemamahan Konsep dan Pengetahuan Prosedural Matematika SMP. Tesis tidak diterbitkan. Medan : UNIMED.

Siregar. Rahmahayati. 2012. Peningkatan Penalaran Formal Matematis dan Sikap Siswa Terhadap Matematika Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah Di YPI SMP Hikmatul Fadhilah Medan. Tesis tidak diterbitkan. Medan : UNIMED.

Slameto. 2003. Belajar dan faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta : Rineka Cipta

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung : Alfabeta.

Suhendri. 2006. Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis

Siswa SMA Melalui Problem-Centered Learning (PCL). Tesis tidak

diterbitkan. Bandung : UPI Bandung

Sudjana. 1992. Metoda Statiska. Bandung. Tarsito.

Suparno, P. 1997. Filsafat konstruktivisme dalam Pendidikan. Yogyakarta: Kansius.

Tim PLPG. 2008. Metodologi Pembelajaran Matematika Modul Pelatihan Pendidikan Guru. Medan: Jurusan Pendidikan Matematika. UNIMED (tidak dipublikasikan)

Trianto, 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta : Kencana.


(43)

166

Walpole, R.E. 1993. Pengantar Statistika. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.

Yamin, M. 2013. Strategi & Metode dalam Model Pembelajaran. Jakarta : Referensi (GP Press Group).


(1)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1Simpulan

Berdasarkan hasil analasis data dari lapangan yang berkaitan dengan peningkatan kemampuan pemahaman konsep matematis siswa SMP dan sikap siswa terhadap matematika, diperoleh beberapa kesimpulan yang merupakan jawaban atas petanyaan-pertanyaan pada rumusan masalah, diataranya:

1. Peningkatan pemahaman konsep matematis siswa yang memperoleh Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) lebih tinggi daripada siswa yang memperoleh pembelajaran biasa.

2. Peningkatan sikap positif siswa yang diajarkan melalui Pembelajaran Berbasis Masalah lebih baik daripada sikap positif siswa yang diajarkan melalui pembelajaran biasa.

3. Proses penyelesaian jawaban siswa melalui pembelajaran berbasis masalah lebih baik dibandingkan dengan pembelajaran biasa. Hal ini dapat terlihat dari lembar jawaban siswa dalam menyelesaikan tes kemampuan pemahaman konsep matematis siswa.

4. Ketuntasan belajar siswa yang memperoleh pembelajaran berbasis masalah lebih baik daripada siswa yang memperoleh pembelajaran biasa.


(2)

5.2Saran

Berdasarkan kesimpulan maka berikut ini beberapa saran yang perlu mendapat perhatian dari semua pihak yang berkepentingan terhadap penggunaan pendekatan matematika realistik dalam proses pembelajaran matematika . Saran-saran tersebut adalah sebagai berikut.

1. Bagi guru matematika

a. Pembelajaran dengan pembelajaran berbasis masalah yang menekankan pada kemampuan pemahaman konsep matematis siswa dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif atau solusi untuk menerapkan pembelajaran matematika yang inovatif.

b. Dalam setiap pembelajaran guru sebaiknya menciptakan suasana belajar yang memberi kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan gagasan-gagasan matematika dalam bahasa dan cara mereka sendiri, sehingga dalam belajar matematika siswa menjadi berani berargumentasi, lebih percaya diri dan kreatif.

2. Kepada Lembaga Terkait

a. Pembelajaran berbasis masalah dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif dalam meningkatkan kemampuan pemahaman konsep matematis siswa pada pokok bahasan sistem persamaan linear dua variabel sehingga dapat dijadikan masukan bagi sekolah untuk dikembangkan sebagai strategi pembelajaran yang efektif untuk pokok bahasan matematika yang lain.


(3)

b. Karena pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan kemampuan pemahaman konsep matematis siswa, maka diharapkan dukungan dari instansi terkait untuk mensosialisasikan penggunaan pembelajaran berbasis masalah di sekolah melalui MGMP matematika, pelatihan guru-guru matematika atau melalui seminar.

3. Kepada Peneliti Lanjutan

a. Kemampuan matematika yang diteliti dalam penelitian ini adalah kemampuan pemahaman konsep matematis siswa kelas VIII pada materi sistem persamaan linear dua variabel, untuk itu bagi para peneliti selanjutnya dapat menerapkan pembelajaran berbasis masalah pada kelas dan materi yang berbeda serta aspek kemampuan yang lain.

b. Bagi peneliti yang hendak melakukan penelitian dengan model pembelajaran berbasis masalah, hendaknya melakukan penelitian pada populasi yang lebih besar yang terdiri dari beberapa sekolah agar hasilnya dapat mengenaralisir penggunaan model pembelajaran berbasis masalah


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, M. 2003. Pendidikan Bagi Anak berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Arends, R.I, 2008. Learning To Teach. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Arikunto, S. 2003. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara. . 2006. Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:

Rineka Cipta.

Asmin dan Mansyur, A. 2012. Pengukuran dan Penilaian Hasil Belajar. Medan : Larispa Indonesia.

Azwar, S. 2013. Sikap Manusia, Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Budiningsih. C.A. 2005. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta.

Dahar, R.W. 2006. Teori-Teori Belajar & Pempelajaran. Jakarta : Erlangga.

Depdiknas. 2003. Pengajaran Berdasarkan Masalah. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Ester, R. 2007. Pengaruh Pembelajaran Kooperatif dengan Teknik Think-Pair-Square Terhadap Peningkatan Kemampuan Pemahaman dan Komunikasi Matematis Siswa SMK. Tesis tidak diterbitkan. Bandung : UPI Bandung Hergenhahn, B.R. dan Olson, M.H.2008. Theories Of Learning. Jakarta :

Kencana

Kunandar. 2013. Penilaian Autentik, Suatu Pendekatan Praktis. Jakarta : RajaGrafindo Persada

Manfaat, Budi. 2010. Membumikan Matematika dari Kampus ke Kampung. Cirebon : Eduvision Publishing.

Napitupulu, E. 2008. Mengembangkan Kemampuan Menalar dan Memecahkan Masalah melalui Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM). Jurnal Pendidikan Matematika Paradikma Vol. 1 Edisi Juni 2008.

Purba , G.I. 2010. Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Melalui Penerapan Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Yang berorientasikan masalah. Tesis tidak diterbitkan. Medan : UNIMED.


(5)

Ruseffendi, E.T. 1991. Pengantar kepada Membantu Guru Mengembangkan Kompetensinya dalam Pengajaran Matematika untuk Meningkatkan CBSA. Bandung: Tarsito.

---. 1993. Statistika Dasar untuk Penelitian Pendidikan. Bandung: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Rusman. 2010. Model-Model Pembelajaran. Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta : Raja Grafindo Perkasa.

Sagala, S. 2009. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Sanjaya, W. 2010. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta : Kencana.

Siregar ,N. 2011. Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Meningkatkan Pemamahan Konsep dan Pengetahuan Prosedural Matematika SMP. Tesis tidak diterbitkan. Medan : UNIMED.

Siregar. Rahmahayati. 2012. Peningkatan Penalaran Formal Matematis dan Sikap Siswa Terhadap Matematika Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah Di YPI SMP Hikmatul Fadhilah Medan. Tesis tidak diterbitkan. Medan : UNIMED.

Slameto. 2003. Belajar dan faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta : Rineka Cipta

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung : Alfabeta.

Suhendri. 2006. Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis

Siswa SMA Melalui Problem-Centered Learning (PCL). Tesis tidak

diterbitkan. Bandung : UPI Bandung

Sudjana. 1992. Metoda Statiska. Bandung. Tarsito.

Suparno, P. 1997. Filsafat konstruktivisme dalam Pendidikan. Yogyakarta: Kansius.

Tim PLPG. 2008. Metodologi Pembelajaran Matematika Modul Pelatihan Pendidikan Guru. Medan: Jurusan Pendidikan Matematika. UNIMED (tidak dipublikasikan)


(6)

Walpole, R.E. 1993. Pengantar Statistika. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.

Yamin, M. 2013. Strategi & Metode dalam Model Pembelajaran. Jakarta : Referensi (GP Press Group).