SISILIA BINTANG SASTRA, NIM 2113340047. BENTUK PENYAJIAN DAN FUNGSI MUSIK GUAL PORANG PADA TOR-TOR DIHAR ELAK-ELAK OLEH SANGGAR TOR-TOR ELAK-ELAK SIMALUNGUN PADA ACARA MARSOMBUH SIHOL DI DESA BAHAPAL RAYA KEC. RAYA KABUPATEN SIMALUNGUN.

BENTUK PENYAJIAN DAN FUNGSI MUSIK GUAL PORANG
PADA TOR-TOR DIHAR ELAK-ELAK OLEH SANGGAR
TOR-TOR ELAK-ELAK SIMALUNGUN PADA ACARA
MARSOMBUH SIHOL DI DESA BAHAPAL RAYA
KEC.RAYA KABUPATEN SIMALUNGUN

Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

SISILIA BINTANG SASTRA
NIM. 2113340047

JURUSAN SENDRATASIK
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2016

ABSTRAK


Sisilia Bintang Sastra, NIM 2113340047. Bentuk Penyajian dan Fungsi
Musik Gual Porang Pada Tor-Tor Dihar Elak-Elak Oleh Sanggar TorTor Elak-Elak Simalungun Pada Acara Marsombuh Sihol Di Desa
Bahapal Raya Kec. Raya Kabupaten Simalungun. Fakultas Bahasa Dan
Seni. Universitas Negeri Medan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bentuk penyajian musik gual
porang pada tor-tor dihar elak-elak oleh sanggar tor-tor elak-elak
Simalungun pada acara Marsombuh Sihol, fungsi gual porang, kegunaan
instrument musik dan tanggapan masyarakat Di Desa Bahapal Raya Kec.
Raya Kabupaten Simalungun.
Penelitian ini berdasarkan pada landasan teoritis yang menjelaskan
pengertian bentuk penyajian, fungsi musik, pengertian gual porang,
pengertian tor-tor dihar, pengertian marsombuh sihol.
Penelitian ini dilakukan di desa Bahapal Raya Kecamatan Raya Kabupaten
Simalungun Pada bulan November 2015 - Januari 2016. Metode dalam
penelitian ini mengggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif. Populasi
dalam penelitian ini kepala sanggar tor-tor elak-elak Simalungun, penari
dihar, pemusik gual porang, dan tamu undangan yang hadir pada acara
marsombuh sihol di desa Bahapal Raya Kec. Raya Kabupaten Simalungun,
sedangkan sampel berjumlah 19 orang. Pengumpulan data dilakukan melalui

observasi, studi kepustakaan, wawancara, dan dokumentasi.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa bentuk penyajian dan fungsi musik
gual porang pada tor-tor dihar elak-elak. Alat musik gual porang terdiri
dari sarunai sebagai pembawa melodi, gonrang sipitu-pitu terdiri dari
Gonrang sebagai pangindungi adalah sebuah gonrang yang menyajikan pola
ritme dasar yang diulang terus-menerus. Gonrang sebagai panirang ada 4
buah gonrang yang dibunyikan secara bergantian dan menyajikan ritme yang
berbeda dengan ritme dasar. Panirang artinya pemisah. Gonrang sebagai
paninting ada 2 buah gonrang yang dibunyikan mengikuti ritim, Ogung
digunakan sebagai pembawa tempo mongmongan, Mongmongon dipukul
lebih cepat dibandingan dengan ogung namun suaranya menyatu dengan
irama. Busana yang digunakan dalam Tor-Tor Dihar Elak-Elak ini adalah
pakaian polang-polang yang berwarna belang yaitu merah, putih, hitam, surisuri sebagai pengikat kepala. Panggual memakai pakaian bebas hanya saja
mengenakan gotong yang digunakan sebagai pengikat kepala yang berbahan
batik. Penonton di sana sangat banyak, kebanyak mereka jemaat GKPS.
Mereka tertarik pada pertunjukkan yang ditampilkan. Terdapat empat fungsi
musik gual porang sebagai hiburan, perlambangan, kesinambungan kebudayaan,
dan pengintegrasian masyarakat.
Kata Kunci: Gual Porang, Tor-tor Dihar Elak-Elak, Marsombuh Sihol


i

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan berkat-Nya Skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.
Skripsi ini sebagai syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di
Universitas Negeri Medan. Skripsi ini berjudul: Bentuk Penyajian dan
Fungsi Musik Gual Porang Pada Tor-Tor Dihar Elak-Elak Oleh
Sanggar Tor-Tor Elak-Elak Simalungun Pada Acara Marsombuh Sihol
Di Desa Bahapal Raya Kec. Raya Kabupaten Simalungun.
Dalam penyelesaian Skripsi ini tentunya tidak lepas dari bantuan
berbagai pihak baik moral maupun material. Oleh karena itu, dengan
ketulusan dan kerendahan hati penulis menuturkan ucapan terimakasih yang
tiada terhingga kepada:
1. Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Pd. Rektor Univertas Negeri Medan.
2. Dr.

Isda

Pramuniati,


H.Hum.

Dekan

Fakultas

Bahasa

dan

Seni

Univertas Negeri Medan,
3. Uyuni Widiastuti, M.Pd Ketua Jurusan Sendratasik, Fakultas Bahasa
Dan Seni Univertas Negeri Medan dan Pembimbing Skripsi II,
4. Dra. Pita HD Silitonga M.Pd. Sekretaris Jurusan Sendratasik FBS
Univertas Negeri Medan
5. Dr. Pulumun P. Ginting, S.Sn., M.Sn Ketua Prodi Pendidikan Musik
dan Narasumber II,

6. Dra. Theodora Sinaga, M,Pd Pembimbing Skripsi I,
7. Seluruh

Bapak/Ibu

Dosen

Pendidikan

Musik

Jurusan

Sendratasik

Fakultas Bahasa dan Seni Univertas Negeri Medan
8. Para Pegawai Tata Usaha FBS Univertas Negeri Medan: Kurnia Hendra
Putra,

Indri


Hapsari,

M.

Abror

Harahap

dan

yang

tidak

dapat

disebutkan namanya satu persatu.
9. kedua orangtua tercinta, Ayahanda A Sipangkar dan Ibunda tercinta S
Br Situmeang yang selalu mendidik, memberikan kasih sayang yang tak

terhingga mendukung baik secara moril maupun materil, memberikan

ii

motivasi, semangat dan doa yang tulus yang tiada hentinya demi
kesuksesan penulis.
10. Adik Pantas Silvius Sipangkar, Adela Grace Sipangkar dan keluarga
yang selalu memberikan semangat kepada penulis.
11. Bapak Sahat Damanik dan anggota sanggar yang telah memberikan
semangat

dan

memberikan

informasi

kepada

penulis


untuk

menyelesaikan Skripsi ini.
12. Teman-teman terbaik ellin, S.Pd, Arimawati Pasaribu S.Pd, Ganda
Sianipar, Elisabeth Munthe dan teman-teman Pendidikan Musik dan
Stambuk

2011

yang

telah

memberikan

doa,

motivasi,


untuk

menyelesaikan Skripsi ini.

Penulis juga menyadari bahwa Skripsi ini masih jauh dari yang
diharapkan, baik dari segi kalimat, isi dan juga teknik penguraiannya. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
demi penyempurnaan Skripsi ini
Akhir kata, penulis berharap semoga Skripsi yang sederhana ini dapat
berguna dan bermanfaat bagi penulis dan pembaca dalam usaha peningkatan
mutu pendidikan, khususnya di bidang pendidikan musik.

Medan,

Maret 2016

Penulis,

Sisilia Bintang Sastra
Nim: 2113340047


iii

DAFTAR ISI
Abstrak .............................................................................................................

i

Kata Pengantar .................................................................................................

ii

Daftar isi .........................................................................................................

iv

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................

1


A.
B.
C.
D.
E.
F.

Latar Belakang Masalah ....................................................................
Identifikasi Masalah ...........................................................................
Pembatasan Masalah ..........................................................................
Rumusan Masalah .............................................................................
Tujuan Penelitian ...............................................................................
Manfaat Penelitian .............................................................................

1
7
9
10
11
12

BAB II LANDASAN TEORITIS DAN KERANGKA KONSEPTUAL
A. Landasan Teoritis .........................................................................................

14

1. Teori Bentuk Penyajian ...............................................................
2. Teori Fungsi ..................................................................................
3. Gual Porang ..................................................................................
4. Tor-tor Dihar Elak-elak................................................................
5. Marsombuh Sihol ..........................................................................
B. Kerangka konseptual.............................................................................

15
16
18
26
27
27

BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Metodologi Penelitian .........................................................................
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................
C. Populasi dan Sampel ...........................................................................
1. Populasi ...........................................................................................
2. Sampel ...........................................................................................
D. Teknik Pengumpulan Data..................................................................
1. Observasi dan Pengamatan .........................................................
2. Wawancara ....................................................................................
3. Dokumentasi ..................................................................................
4. Studi Kepustakaan ......................................................................
E. Teknik Analisis Data...........................................................................

iv

31
32
32
32
33
34
34
35
36
37
39

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Letak geografis Desa Bahapal Raya Kecamatan Raya Kabupaten
Simalungun .........................................................................................
B. Bentuk Penyajian Musik Gual Porang.............................................
C. Fungsi Musik Gual Porang Pada Acara Marsombuh Sihol...........
D. Instrumen Musik yang digunakan Dalam Memainkan Musik Gual
Porang Pada Acara Marsombuh Sihol ...............................................
E. Tanggapan masyarakat...........................................................................

41
42
65
67
71

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan .............................................................................................. 77
B. Saran ....................................................................................................... 80
Daftar Pustaka .................................................................................................

v

81

BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Budaya merupakan bagian dari kehidupan masyarakat. Beragam
perilaku dan keyakinan

yang dipelajari, rasional, terintegrasi, dimiliki

bersama dan secara dinamik adaptif tergantung pada interaksi sosial manusia
demi eksistensi mereka. Budaya juga lahir melalui pemikiran-pemikiran,
kebiasaan dan kondisi lingkungan dimana suku bangsa itu berada. Hal ini
juga terjadi kepada kesenian di Sumatera Utara. Musik mereka ciptakan
berdasarkan apa yang mereka pikirkan untuk menghibur diri mereka dan
sebagai ungkapan perasaan mereka menjalani kehidupannya. Tari-tarian
mereka buat sesuai dengan kegiatan yang mereka lakukan dalam kehidupan
sehari-hari, pakaian mereka buat sesuai dengan lingkungan yang mereka
tempati. Kebudayaan Sumatera Utara mulai terkikis oleh perkembangan
zaman. Hal ini disebabkan masuknya agama pada masyarakat dan masuknya
musik luar ke Indonesia yang dapat mempengaruhi kebudayaan indonesia.
Indonesia termasuk negara

yang tidak mampu membentengi diri dari

globalisasi karena Indonesia tida mampu berdiri sendiri dalam mencukupi
kebutuhannya.
Sumatera Utara memiliki beraneka ragam suku yaitu: Batak Toba,
Karo, Simalungun, Pakpak/Dairi, Mandailing/Angkola, Jawa, Cina, Melayu
dan Nias. Suku-suku tersebut merupakan suku asli di antara suku-suku

1

2

pendatang yang mendiami wilayah Sumatera Utara. Setiap suku memiliki
ciri khas masing-masing, misalnya dalam hal adat istiadat, kesenian, bahasa
serta pakaian. Di Sumatera Utara ada berbagai jenis musik etnik. Musik
etnik mengandung fungsi tersendiri di setiap daerahnya. misalnya: musik
Gendang telu sedalanen berasal dari Batak Karo mengandung makna
sebagai upacara ritual/religi pada masyarakat Karo, andung berasal dari Batak
Toba mengandung makna ungkapan kesedihan dan penderitaan hidup. Gual
imbou

manibung

berasal

dari

Batak

Simalungun

mengandung

makna

menyambut raja.
Simalungun termasuk salah satu dari lima kelompok etnis Batak
lainnya yang terdiri dari Toba, Mandailing/angkola, Simalungun, Karo dan
Pakpak/Dairi. Kabupaten Simalungun merupakan salah satu daerah yang
sejuk. Wilayah Simalungun ini terbagi menjadi 2 wilayah yakni wilayah
Simalungun atas dan wilayah Simalungun bawah. Wilayah Simalungun atas
terletak di antara Kota Pematang Siantar dan Kabupaten Karo sedangkan
wilayah Simalungun Bawah terletak antara kota Pematang Siantar dan
Kabupaten Batu Bara. Berdasarkan letak geografis, dapat kita lihat bahwa
umumnya

di

wilayah

Simalungun

Atas,

masyarakatnya

merupakan

masyarakat asli suku Simalungun, sedangkan di wilayah Simalungun bawah
masyarakatnya merupakan masyarakat pendatang.
Kesenian yang ada pada masyarakat Simalungun adalah seni musik
(gual dan doding-doding), seni drama, seni bela diri dan seni tari (tor-tor).
Tari dalam bahasa Simalungun disebut tor-tor, yaitu ungkapan ekspresi jiwa

3

yang dituangkan melalui gerak, baik untuk kepentingan sukacita maupun
dukacita.

Dahulunya

tor-tor,

selalu

terkait

dengan

kepentingan

ritual

(berhubungan dengan hal ihwal tatacara dalam upacara keagamaan) dan
spritual (bersifat kejiwaan yang berhubungan dengan rohani dan batin).
Akan tetapi keberadaan tor-tor saat ini sudah dipertunjukan untuk keperluan
yang beragam bahkan sebagai daya tarik wisata.
Beragam Tor-tor Simalungun ada yang berguna untuk upacara dan
hiburan. Tor-tor Simalungun yang berguna untuk upacara terdiri dari: tor-tor
sombah (penghormatan), tor-tor Nasiharan (kesurupan), tor-tor dihar (silat),
tor-tor hundul-hundul matuan (tari mempersilakan duduk), tor-tor toruhan.
Tor-tor Simalungun yang berguna untuk hiburan terdiri dari: tor-tor bolon
(kerja besar),

tor-tor

manduda

(menumbuk

padi),

tor-tor

martonun

(menenun), tor-tor sitalasari (Bunga), tor-tor Balang sahua (belalang), tor-tor
bodat na haudanan (monyet kehujanan), tor-tor sirintak hotang (menarik
rotan), tor-tor makail (memancing), tor-tor buyut mangan sihala (tupai
makan buah kincung), tor-tor ilah bolon, tor-tor huda-huda/toping-toping
(kuda-kuda/topeng-topeng).
Menurut Zubeirsyah (1985:56) “Dihar dalam kamus Simalungun
adalah Pencak”. Tor-tor Dihar merupakan seni bela diri yang gerakannya
kebanyakan berpencak yang berasal dari daerah Simalungun. Dahulunya
dihar itu hanya dilakukan oleh dua orang yang disebut Raja Simalungun
dan Datu atau orang yang jadi tempat panutan bertanya yang memiliki
kolerasi terhadap kepercayaan leluhurnya pada zaman itu atau yang biasa

4

disebut dengan paranormal. Orang-orang seperti itulah yang awalnya punya
hak untuk melakukan Dihar.
Tor-tor Dihar memiliki sikap dasar gerakan yang tidak arogan atau
tidak menunjukkan kesombongan, sesuai dengan filosofi suku Simalungun
yakni “toruh maruhur” (rendah hati) sebagai cermin karakter dan sikap
hidup orang simalungun yang tercermin dalam jiwa dihar ini. Dahulunya
Dihar adalah ritual untuk menyambut tamu terhormat dalam acara besar
yang ada di Simalungun dan Dihar juga sebagai sarana pertahanan yang
digunakan untuk jaga badan atau diri.
Busana yang digunakan dalam Tor-Tor Dihar Elak-Elak ini adalah
busana yang sederhana yaitu menggunakan pakaian naniholatan (pakaian
adat

Simalungun),

dan

lawannya

menggenakan

pakaian

polang-polang

(pakaian adat Simalungun) yang berwarna belang yaitu merah, putih, hitam,
suri-suri (pakaian adat Simalungun) yang berwarna hitam dan gotong
(pakaian adat Simalungun). Naniholatan (pakaian adat Simalungun) adalah
sepasang pakaian yang terdiri dari baju dan celana yang berwarna merah.
Seni musik dalam suku Simalungun ada yang disebut dengan
gonrang (gendang) yang dimainkan dengan cara dipukul. Ada berbagai jenis
alat musik simalungun. Para cerdik-pandai dan pengetua budaya Simalungun
mengklasifikasikan/menggolongkan alat-alat musik tradisional Simalungun ke
dalam beberapa bagian yaitu: pengklasifikasian/penggolongan berdasarkan
cara memainkan. Mereka membaginya atas empat bagian

yaitu: alat tiup

contohnya: recorder, tuba, serunai. Alat gesek contohnya rebab, dan kontra

5

bas, alat petik contohnya: gitar, mandolin dan hasapi. alat pukul contohnya
gonrang sipitu-pitu, mongmongan, ogung, dan drum.
Musik Simalungun terbagi menjadi: doding-doding (nyanyian) dan
gual (musik).

Doding-doding terbagi menjadi doding manggei, doding

mamurou, doding pansa, doding manogu losung, hoh huda horas-horas.
Gual

terbagi menjadi gual parahot, gual olob-olob, gual rinrin, gual

parahot matua, gual hundul-hundul ma tuhan, gual ilah sibarou, gual ilah
hinalang, gual hulpong-hulpong, gual porang, gual haro-haro. Biasanya gual
ini dipraktekkan menurut nomor-nomor tersebut. Kemudian baru gual
lainnya diminta oleh orang yang ingin menarikan gual yang diperlukannya.
Musik gual porang sudah digunakan orang tua zaman dahulu. Alat-alat
keperluan kesenian lebih mudah diperoleh rakyat yang pengawasannya turut
juga

dari

pihak

orang-orang

besar.

Hal

ini

disebabkan

keuangan

mengizinkan. Pada masa itu alat musik yang digunakan dalam Tor-Tor
Dihar

Elak-Elak:

gonrang

sidua-dua,

satu

buah

sarunai,

dua

buah

mongmongan dan dua buah ogung. Namun gonrang sidua-sidua sudah
diganti dengan gonrang bolon. Ini disebabkan kemampuan dan peminatpeminatnya sudah berkurang. Gual porang juga sudah langka namun belum
ada usaha dalam memajukan kesenian, hal ini hanya dilakukan perorangan.
Setiap musik memiliki fungsi. Menurut Merriam (1964:219) “Ada sepuluh
fungsi musik”. Namun yang digunakan dalam topik penelitian ada empat
yakni (1) fungsi hiburan, (2) fungsi perlambangan, (3) fungsi keseimbangan
kebudayaan, dan (4) fungsi pengintegrasian masyarakat.

6

Masyarakat Simalungun memiliki musik tradisional yang secara
turun-temurun digunakan dan berfungsi dalam kehidupan sehari. Misalnya
taur-taur sibuat gulom (lagu Simalungun) berfungsi pada saat mandi di
sungai atau pancuran. Dari sini dapat kita lihat bahwa fungsi musik taurtaur sibuat gulom (lagu Simalungun) sebagai komunikasi kepada orang,
yang mengisyaratkan bahwa di sungai sedang ada orang yang mandi.
Masyarakat

yang tahu memainkan alat musik mengajari yang tidak tahu

memainkan alat musik. Memainkan alat musik dapat menyampaikan keluh
kesah yang dialaminya selama hidup. Alat musik dapat juga menyampaikan
kerinduannya kepada orang yang ditinggalkannya karna merantau, misalnya
lagu Taur-taur (lagu simalungun) digunakan untuk menyampaikan keluh
kesah yang dapat menggugah perasaan kedua belah pihak. Fungsinya
sebagai komunikasi kepada kedua belah pihak.
Musik tradisional menjadi salah satu peninggalan nenek moyang,
yang

merupakan

bagian

dari

kekayaan

budaya

bangsa

yang

harus

dilestarikan. Tidak sedikit musik tradisional di negeri ini punah terkikis
oleh perkembangan zaman (misalnya musik Simalungun). Hal ini disebabkan
masuknya musik dari luar ke Indonesia dan masuknya agama pada
masyarakat Simalungun. Contoh musik Simalungun, Musik Simalungun
sudah banyak menggunakan ensambel campuran (instrumen musik barat
dengan instrumen musik tradisional Indonesia). Hal ini dapat dilihat dalam
pesta adat, salah satunya

dalam pernikahan, sudah tidak asing terjadi

7

pencampuran alat musik tradisional simalungun seperti gordang sidua-dua,
sarunai dengan saxophone dan keyboard.
Sanggar

Tor-Tor

Elak-Elak

Simalungun

terletak

di

Kabupaten

Simalungun Kecamatan Raya, sanggar ini sudah lama berdiri. Sebelum
tahun 1994 sanggar ini bernama Magang. Namun Tahun 2010 bulan Maret
sanggar ini resmi di notaris dengan nama sanggar elak-elak Simalungun.
Pemuda-pemudi

atau

siapa

saja

yang

mau

belajar

tari

dan

musik

Simalungun dapat belajar di luar jam sekolah. Sanggar ini memiliki
kegiatan melestarikan

kebudayaan Simalungun berupa pelatihan

tor-tor

Simalungun dan membuat alat musik Simalungun. Tor-tor yang ada di
sanggar elak-elak yaitu tor-tor dihar, tor-tor sitalasari, tor-tor sombah dan
lain-lain, membuat serunai, gonrang, dan membuat miniatur Simalungun.
Dari

uraian-uraian

di

atas

peneliti

tertarik

untuk

mengamati

bagaimana bentuk penyajian dan fungsi musik Tor-tor Dihar Elak-Elak.
Maka peneliti mengambil judul “Bentuk Penyajian dan Fungsi Musik Gual
Porang pada Tor-Tor Dihar Elak-Elak oleh Sanggar tor-tor elak-elak pada
acara Marsombuh sihol di Desa Bahapal Raya Kec. Raya Kabupaten
Simalungun.

B. Identifikasi Masalah
Untuk lebih mengarahkan penelitian serta masalah yang dihadapi,
Dalam

penelitian

perlu

diadakan

identifikasi

masalah

menjadi terarah serta cakupan masalah tidak terlalu luas.

agar

penelitian

8

Menurut Setyosari (2010:64)
“identifikasi masalah berarti mengenali masalah yaitu dengan cara
mendaftar faktor-faktor yang berupa masalah. Mengidentifikasi
masalah-masalah penelitian bukan sekedar mendaftar sejumlah
masalah, tetapi juga kegiatan ini lebih dari pada itu karena
masalah yang telah dipilih hendaknya memiliki nilai yang sangat
penting atau signifikansi untuk dipecahkan”.
Dari uraian yang terdapat pada latar belakang masalah, maka
permasalahan dalam penelitian ini dapat diidentifikasi sebagai berikut:
1.

Bagaimana

asal-usul

Tor-Tor

Dihar

Elak-Elak

di

Kabupaten

Simalungun?
2.

Bagaimana bentuk penyajian musik Gual Porang pada Tor-Tor
Dihar Elak-Elak oleh sanggar tor-tor elak- elak Simalungun pada
acara Marsombuh Sihol di Desa Bahapal Raya Kec. Raya Kabupaten
Simalungun?

3.

Bagaimana

keberadaan

musik

Gual

Porang

di

Kabupaten

Simalungun?
4.

Bagaimana fungsi musik Gual Porang pada Tor-Tor Dihar ElakElak

oleh

sanggar

tor-tor

elak- elak

Simalungun

pada

acara

Marsombuh Sihol di Desa Bahapal Raya Kec. Raya Kabupaten
Simalungun?
5.

Apa saja instrumen musik yang di gunakan dalam memainkan
musik Gual Porang pada Tor-Tor Dihar Elak-Elak oleh sanggar tortor elak- elak Simalungun pada acara Marsombuh Sihol di Desa
Bahapal Raya Kec. Raya Kabupaten Simalungun?

9

6.

Bagaimana penggunaan musik Gual Porang pada Tor-Tor Dihar
Elak-Elak oleh sanggar tor-tor elak- elak Simalungun pada acara
Marsombuh Sihol di Desa Bahapal Raya Kec. Raya Kabupaten
Simalungun?

7.

Bagaimana tanggapan masyarakat tentang musik Gual Porang pada
tor-tor dihar elak-elak dalam suatu acara adat?

C. Pembatasan Masalah
Mengingat luasnya cakupan masalah, keterbatasan waktu, dana dan
kemampuan teoritis, maka penulis merasa perlu mengadakan pembatasan
masalah

untuk

memudahkan

pecahan

masalah

yang

dihadapi

dalam

penelitian ini. Hal ini sejalan dengan pendapat Sugiyono (2011:285)
“Pembatasan masalah disebut dengan fokus, yang berisi pokok masalah
yang masih bersifat umum”.
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka
penulis membatasi ruang lingkup permasalahan sebagai berikut:
1.

Bagaimana bentuk penyajian musik Gual Porang pada Tor-Tor
Dihar Elak-Elak oleh sanggar tor-tor elak-elak Simalungun pada
acara Marsombuh sihol di Desa Bahapal Raya Kec. Raya Kabupaten
Simalungun?

2.

Bagaimana fungsi musik Gual Porang pada Tor-Tor Dihar ElakElak

oleh

sanggar

tor-tor

elak-elak

Simalungun

pada

acara

10

Marsombuh sihol di Desa Bahapal Raya Kec. Raya Kabupaten
Simalungun?
3.

Apa saja instrumen musik yang di gunakan dalam memainkan
musik Gual Porang pada Tor-Tor Dihar Elak-Elak oleh sanggar tortor elak- elak Simalungun pada acara Marsombuh sihol di Desa
Bahapal Raya Kec. Raya Kabupaten Simalungun?

4.

Bagaimana tanggapan masyarakat tentang musik Gual Porang pada
tor-tor dihar elak-elak dalam suatu acara adat?

D. Rumusan Masalah
Perumusan masalah adalah usaha untuk menyatakan secara tersurat
pertanyaan penelitian apa saja yang perlu dicarikan jalan keluar. Perumusan
masalah merupakan penjabaran dari identifikasi dan pembatasan masalah.
Dalam menentukan rumusan masalah penulis berpedoman kepada
pendapat Moleong (2013:94) “perumusan masalah dilakukan dengan jalan
mengumpulkan sejumlah pengetahuan yang memadai dan yang mengarah
pada upaya untuk memahami atau manjelaskan faktor-faktor yang berkaitan
yang ada dalam masalah tersebut”.
Berdasarkan pendapat tersebut, dapat di uraikan dari latar belakang
masalah, identifikasi masalah, serta pembatasan masalah maka permasalahan
dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: “Bagaimana Bentuk
Penyajian dan Fungsi Musik Gual Porang pada Tor-Tor Dihar Elak-Elak

11

oleh sanggar tor-tor elak- elak Simalungun pada acara Marsombuh sihol di
Desa Bahapal Raya Kec. Raya Kabupaten Simalungun".

E. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian merupakan pernyataan mengenai apa yang hendak
dicapai. Umumnya suatu kegiatan penelitian senantiasa berorientasi kepada
tujuan. Tanpa adanya tujuan yang jelas maka arah kegiatan yang akan
dilakukan tidak terarah karena tidak tahu apa yang ingin dicapai dalam
kegiatan

tersebut,

berhasil

tidaknya

suatu

kegiatan

(penelitian) yang

dilaksanakan terlihat dari tercapainya tujuan yang telah ditetapkan. Hal ini
sesuai dengan pendapat

Creswell

(2010:167)

“Tujuan

penelitian

pada

umumnya mencakup informasi tentang fenomena utama yang dieksplorasi
dalam

penelitian,

partisipan

penelitian,

dan

lokasi

penelitian.

Tujuan

penelitian juga bisa menyatakan rancangan penelitian yang dipilih”.
Berdasarkan penjelasan dan pendapat tersebut, maka tujuan yang
ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :
1.

Untuk mengetahui Bentuk Penyajian Musik Gual Porang pada tortor Dihar Elak-Elak oleh sanggar tor-tor elak-elak Simalungun pada
acara Marsombuh Sihol di Desa Bahapal Raya Kec. Raya Kabupaten
Simalungun

12

2.

Untuk mengetahui fungsi musik Gual Porang pada Tor-Tor Dihar
Elak-Elak oleh Sanggar tor-tor elak-elak Simalungun pada acara
Marsombuh Sihol di desa Bahapal Raya Kec. Raya Kabupaten
Simalungun

3.

Untuk mengetahui instrumen musik apa saja yang digunakan dalam
memainkan musik Gual Porang pada Tor-Tor Dihar Elak-Elak oleh
sanggar tor-tor elak- elak Simalungun pada acara Marsombuh sihol di
Desa Bahapal Raya Kec. Raya Kabupaten Simalungun

4.

Untuk

mengetahui

tanggapan

masyarakat

tentang

musik

Gual

Porang pada tor-tor dihar elak-elak dalam suatu acara adat

F. Manfaat Penelitian
Manfaat

penelitian

merupakan

kegunaan

dari

penelitian

yang

merupakan informasi dalam mengembangkan kegiatan penelitian selanjutnya.
Menurut Moleong (2013:7) “manfaat penelitian digunakan oleh peneliti
untuk meneliti sesuatu dari segi prosesnya dan meneliti sesuatu secara
mendalam”.
Maka penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai berikut:
1.

Menambah wawasan penulis dalam rangka menuangkan gagasan
karya tulis ke dalam bentuk proposal

2.

Menambah sumber kajian bagi perpustakaan Jurusan Sendratasik
Program Studi Seni Musik Universitas Negeri Medan

13

3.

Sebagai bahan masukan bagi peneliti dan menambah wawasan
mengenai bentuk penyajian dan fungsi musik Gual Porang pada TorTor Dihar Elak-Elak oleh sanggar tor-tor elak- elak Simalungun pada
acara Marsombuh sihol di Desa Bahapal Raya Kec. Raya Kabupaten
Simalungun

4.

Sebagai motifasi bagi setiap pembaca khususnya generasi muda
masyarakat suku simalungun untuk melestarikan musik Gual Porang
yang sudah mulai diabaikan

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang dilakukan. Maka dapat

diambil

beberapa kesimpulan dan saran sebagai berikut:
1. Gual Porang adalah musik yang berasal dari Kabupaten
Simalungun
2. Bentuk penyajian gual porang
Instrumen yang digunakan dalam memainkan musik
Gual Porang berdasarkan sumber bunyinya sebagai Aerophon
Idiophon

dan

membranophon.

Instrumen

yang

digunakan

gonrang bolon, satu buah sarunai, dua buah mongmongan dan
dua buah ogung.

gonrang bolon berada di depan dan di

sampingnya serunai. Dibelakang gonrang bolon terdapat dua
buah

ogung

mongmongan.

dan
Ogung

disampingnya
yang

terdapat

berukuran

besar

dua

buah

sedangkan

mongmongan berukuran kecil dibandingkan ogung. alat ini di
susun berdasarkan urutannya. sarunai dimainkan dengan cara
ditiup. Gonrang bolon, mongmongan dan ogung dimainkan
dengan cara dipukul.
Pakaian adat yang digunakan para pandihar (penari).
Busana yang digunakan dalam Tor-Tor Dihar Elak-Elak ini

77

78

adalah busana yang sederhana yaitu menggenakan pakaian
polang-polang

(pakaian

adat

Simalungun)

yang

berwarna

belang yaitu merah, putih, hitam, suri-suri (pakaian adat
Simalungun) digunakan sebagai pengikat kepala. Panggual
(Pemusik) memakai pakaian bebas hanya saja mengenakan
gotong (pakaian adat Simalungun) yang digunakan sebagai
pengikat kepala yang berbahan batik.
Tempat pertunjukan gual porang dilaksanakan di desa
Bahapal Raya kampung Talun Kahombu. Pertunjukan gual
porang dilaksanakan

setelah kegiatan

Paruma parsahapan

(marhusip/ berbisik) pada acara marsombuh sihol. Penonton di
sana sangat banyak, kebanyak mereka jemaat GKPS. Sewaktu
gual porang berbunyi dan penari mulai berleak-leok para
penonton

semakin

mendekat

ke

arah

pentas.

Mereka

mendengarkan musik yang begitu cepat seperti pacuan kuda
Dan mengamati gerakan penari yang sesuai dengan tempo
gual porang yang berbunyi. Mereka tertarik pada pertunjukkan
yang ditampilkan.
3. Gual Porang memiliki fungsi sebagai
a. hiburan,
b. perlambangan
c.

kesinambungan budaya dan

d. pengintegrasian masyarakat

79

4. instrumen musik

gual porang

Instrumen yang digunakan dalam memainkan musik Gual
Porang berdasarkan sumber bunyinya sebagai

Aerophon dan

Idiophon.

buah

Instrumen

yang

digunakan

satu

sarunai

dimainkan dengan cara di tiup sebagai pembawa melodi,
gonrang bolon
terbagi tiga

dimainkan dengan

Gonrang sebagai

cara dipukul.

pangindungi

Gonrang

adalah sebuah

gonrang yang menyajikan pola ritme dasar yang diulang terusmenerus. Gonrang sebagai panirang ada 4 buah gonrang yang
dibunyikan secara bergantian dan menyajikan ritme yang
berbeda
Gonrang

dengan
sebagai

ritme

dasar.

paninting

Panirang

ada

2

artinya

buah

pemisah.

gonrang

yang

dibunyikan mengikuti ritim mongmongan. Dua buah ogung
dimainkan dengan cara di pukul, Ogung digunakan sebagai
pembawa tempo. Dua buah mongmongan dimainkan dengan
cara di pukul, Mongmongon dipukul lebih cepat dibandingan
dengan ogung sehingga suaranya menyatu dengan irama.
5. Tanggapan masyarakat
Masyarakat berpendapat bahwa acara marsombuh sihol ini
terselenggara

dengan

baik

dan

acara

ini

selain

dapat

mempererat tali persahabatan kaum muda-mudi juga dapat

80

mengenal budaya Simalungun. Dengan begitu mereka dapat
melestarikan kebudayaannya.
B. SARAN
1. Penggunaan alat musik tradisional Batak Simalungun hendaknya
dipertahankan

melihat

dampak

positif

dari

fungsi

musik

Simalungun
2. Pesta budaya Simalungun, Festival bermain musik dan tor-tor
(menari)

dan

pengajaran

tentang

musik

Simalungun

tetap

dipertahankan, karena pengaruh atau dampak perkembangan jaman
dapat mempengaruhi generasi muda untuk berpaling dari tradisi
seni budayanya.
3. Hendaknya acara-acara kebudayaan simalungun menggunakan alat
musik

tradisional

Simalungun

memasukkan alat musik moderen.

tetap

dipertahankan

tanpa

DAFTAR PUSTAKA
Ayu, Rika Arditha. 2014. Fungsi Musik Pengiring Dalam Seni Pertunjukan
Ketoprak Di Sungai Karang Pasir VII Kec. Stabat Kab. Langkat”.
Medan
Banoe, Pono. 2003. Kamus Musik. Jakarta: Kanisius
Bungin, Prof. Dr. H. M. Burhan . 2005. Metode Penelitian Kuantitatif,
Komunikasi, Ekonomi, dan Kebijakan Publik Serta Ilmu-ilmu Sosial
Lainnya. Jakarta: Kencana
Creswell, Jhon W. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif. Bandung
Djelantik, A. A. M. 1990. Pengantar pasar Estetika. Denpasar: STSI
Denpasar
. 2000. Estetika Sebuah Pengantar. Bandung: Masyarakat Seni
Pertunjukan Indonesia.
Eargle, Jhon M. 1990. Music, Sound, and Technology. America: Publication
Data
Grain, Mark Mc. 1986. Music Notation. USA. Berklee Press
Haviland, William A. 1999. Understanding Music. Community Music: A
Handbook.
Hutapea, Yere Angela Putri. 2013. Bentuk Koreografi Tortor Dihar Sitarlak
Di Kabupaten Simalungun. Medan
Larasati, Sri. 2014. Bentuk Lagu dan Bentuk Penyajian Kidung Dewa
Yadnya Pada Upacara Peribadatan Purnama Dan Tilem Umat Hindu
Bali Di Pura Agung Raksa Bhuana Medan. Medan

Meriam, Alan P. 1964. Anthropology if Music, Evaston III: North Western
University Press
Miller, Michael. 2002. “The Rule Of Music In My Life” : Quantum teaching.
Moleong, Lexi J. 2013. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosdakarya
P, Wiwien Zulhafni. 2013. Dokumentasi Tari Berdasarkan Fungsi Di
Kabupaten Simalungun. Medan

81

82

Pasaribu, Ben M et al. 2004. Pluralitas Musik Etnik. Medan
Politoske, Daniel T. 1988. Music. North and south American
Saragih, purba et al. 2012. Peradaban simalungun, Medan: Komite Penerbit
Buku-Buku Simalungun (KPBS)
Setyobudi et al. 2007. Seni Budaya Untuk SMP Kelas IX. Jakarta: Erlangga
Setyosari, H Punaji. 2010. Metode Penelitian Pendidikan
Pengembangan, Jakarta: Kencana Prenada Media Group

dan

Sitohang, Lerin R. 2014. Bentuk dan Penyajian Musik Gondang Mangaliat
Dalam Upacara Adat Panangkok Saring Saring di Desa Sabulan
Kecamatan Sitiotio Kabupaten Samosir. Medan
Soeharto. 1992. Kamus musik.. Jakarta
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D”.
Bandung: Alfabetha
. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D.
Bandung: Alfabetha
Suryabrata, Suryadi 1989. dalam www.definisipengertian.com/2015/05/definisi-dan-pengertian-tanggapan-serta.html?m%
yang diakses pada tanggal 17 November 2015
Zubeirsyah et al. 1985. Kamus Simalungun. Jakarta: Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa.
https://www.gualdalammasyarakatSimalungun.com yang diakses pada tanggal
03 Maret 2016.
https://www.marsombuhsihol.com yang diakses pada tanggal 11 Maret 2016
https://id.wikipedia.org/wiki/ 2015/02/27/alat_musik /diakses pada 2 Agustus
2015
http://googleweblight.com/?lite_url=http://safwanruslan.blogspot.com/2015/05/
pengertian-bentuk-desain-prinsip yang diakses tanggal 13 Oktober
2015.