HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN GAYA HIDUP HEDONIS Hubungan Antara Konsep Diri Dengan Gaya Hidup Hedonis Pada Siswa SMA Negeri 4 Surakarta.
HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI
DENGAN GAYA HIDUP HEDONIS
PADA SISWA SMA NEGERI 4
SURAKARTA
NASKAH PUBLIKASI
Diajukan kepada Fakultas Psikologi
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh
Gelar Derajat Sarjana S-1 Psikologi
Diajukan oleh:
ALMIRA RIZKI PONTANIA
F 100 110 074
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2016
i
HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI
DENGAN GAYA HIDUP HEDONIS
PADA SISWA SMA NEGERI 4
SURAKARTA
NASKAH PUBLIKASI
Diajukan kepada Fakultas Psikologi
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh
Gelar Derajat Sarjana S-1 Psikologi
Diajukan oleh:
ALMIRA RIZKI PONTANIA
F 100 110 074
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2016
i
HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI
DENGAN GAYA HIDUP HEDONIS
PADA SISWA SMA NEGERI 4
SURAKARTA
NASKAH PUBLIKASI
Diajukan kepada Fakultas Psikologi
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh
Gelar Derajat Sarjana S-1 Psikologi
Diajukan oleh:
ALMIRA RIZKI PONTANIA
F 100 110 074
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2016
ii
iii
HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN GAYA HIDUP
HEDONIS PADA SISWA SMA NEGERI 4 SURAKARTA
Almira Rizki Pontania
Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta
almirapontania@ymail.com
Zahrotul Uyun
Abstrak
Gaya hidup hedonis adalah pola hidup seseorang yang diwujudkan dalam
suatu perilaku yang mengutamakan kesenangan dan kenikmatan sebagai tujuan
utama hidup. Salah satu faktor yang mempengaruhi gaya hidup hedonis adalah
konsep diri. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara
konsep diri dengan gaya hidup hedonis, tingkat konsep diri, tingkat gaya hidup
hedonis, dan sumbangan efektif konsep diri terhadap gaya hidup hedonis.
Hipotesis yang diajukan adalah ada hubungan negatif antara konsep diri dengan
gaya hidup hedonis. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa SMA Negeri 4
Surakarta yang berjumlah 106 orang yang terdiri dari 4 kelas yaitu, kelas XI IPA
3, kelas X IPA 4, kelas X IPA 5, dan kelas XII IPS 1 dengan teknik pengambilan
sampel cluster random sampling. Penelitian ini menggunakan skala konsep diri
dan skala gaya hidup hedonis. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian
ini adalah product moment dengan software SPSS (Statistical Product and Service
Solution) 16 for Windows Program. Berdasarkan hasil analisis data diperoleh nilai
koefisien korelasi (r) sebesar -0,469 dengan p value = 0,000 < 0,01 yang berarti
ada hubungan negatif yang sangat signifikan antara konsep diri dengan gaya
hidup hedonis. Berdasarkan hasil analisis diketahui variabel konsep diri
mempunyai rerata empirik (RE) sebesar 71,51 dan rerata hipotetik (RH) sebesar
60 yang berarti konsep diri subjek penelitian tergolong tinggi. Variabel gaya
hidup hedonis mempunyai rerata empirik (RE) sebesar 52,80 dan rerata hipotetik
(RH) sebesar 67,50 yang berarti gaya hidup hedonis subjek penelitian tergolong
rendah. Sumbangan efektif konsep diri terhadap gaya hidup hedonis sebesar 22%.
Kata kunci : gaya hidup hedonis, konsep diri
Hedonic lifestyle is a person's way of life that is being implemented in
behaviour that prioritise indulgence and pleasure as the main purposes of life. One
of the factors that influence hedonic lifestyle is self-concept. The purpose of this
research is to find the relationship between self-concept and hedonic lifestyle, the
level of self-concept, the level of hedonic lifestyle, and the effective contribution
of self-concept towards hedonic lifestyle. The proposed hypothesis is that there is
a negative relationship between self-concept and hedonic lifestyle. The subject on
this research is the students of SMA Negeri 4 Surakarta which consisted of 106
students consisting of 4 classes, class XI science 3, class X science 4, class X
science 5, and class XII social 1 using clusters random sampling technique. This
research is using a scale of self-concept and a scale of hedonic lifestyle. The
method of analysis that used in this research was product moment with software
SPSS (Statistical Product and Service Solution) 16 for Windows Program. Based
on the results of the analysis data shows correlation coefficient -0,469 with p
value = 0.000 < 0.01 which means that there is a highly significant negative
correlation between self-concept and hedonic. Based on the results of the analysis
the variable of self-concept has rerata empirical (RE) equal to 71,51 and rerata
hypothetic (RH) equal to 60 which means the self-concept of the students are
high. While the variable hedonic lifestyle has rerata empirical (RE) equal to 52,80
and rerata hypothetic (RH) equal to 67,50 which means the hedonic lifestyle of
the students are low. The effective contribution of self-concept towards hedonic
lifestyle is 22% .
Kata kunci : hedonic lifestyle, self-concept
5
hidup, sebagian besar perhatiannya
PENDAHULUAN
Gaya hidup merupakan pola-
ditujukan
keluar
rumah,
merasa
pola tindakan yang membedakan
mudah berteman walaupun memilih-
antara satu orang dengan orang lain,
milih, menjadi pusat perhatian, saat
yang
luang hanya untuk bermain dan
berfungsi
dalam
dengan cara-cara
interaksi
yang mungkin
kebanyakan
anggota
kelompok
tidak dapat dipahami oleh yang tidak
adalah
hidup dalam masyarakat modern.
Baudrillard (dalam Musmuadi 2007)
Pada perkembangannya, gaya hidup
mengatakan bahwa status sebagai
saat
logika
ini
persoalan
tidak
di
Sebagaimana
lagi
kalangan
merupakan
tertentu.
diungkapkan
orang
yang
berada.
konsumen,
ternyata
merupakan hal yang lebih masuk
oleh
akal dari pada alasan fungsional.
Ibrahim (dalam Musmuadi, 2007)
Pendapat
setiap orang dapat mudah meniru
bahwa usaha untuk memiliki suatu
gaya hidup yang disukai. Misalnya
barang atau jasa bukan berdasarkan
saja, gaya hidup yang ditawarkan
pada
melalui iklan akan menjadi lebih
melainkan lebih dari pada kebutuhan
beraneka
keinginan.
ragam
dan
cenderung
tersebut
mengartikan
kebutuhan
fungsional
mengambang bebas. Pada akhirnya
Gaya hidup hedonis memiliki
akan bersifat netral yang mudah
sifat dan karakteristik perilaku atau
ditiru dan dipakai sesuka hati oleh
budaya
setiap orang. Terdapat nilai lain yang
keseluruhan
turut mempengaruhi, yakni nilai
dengan kesenangan-kesenangan yang
yang bersifat emosional atau yang
bisa
dikenal dengan istilah hedonis.
keinginan, sehingga tujuan akhir dari
Gambaran
mengenai
gaya
yang
dirasakan
menginginkan
kehidupan
dan
penuh
memuaskan
kehidupan ini adalah kesenangan.
hidup hedonis menurut Susianto
Dalam
(dalam Musmuadi 2007) memiliki
hidup hedonis cenderung menyerang
ciri-ciri antara lain: mengerahkan
remaja. Karena pada masa remaja,
aktivitas untuk mencapai kenikmatan
6
perkembangannya,
gaya
individu
sedang
dalam
keadaan
Tugas perkembangan pada
mencari jati diri (Eramadina, 2013)
fase remaja antara lain mampu
Gaya hidup yang berorientasi
membina hubungan sosial yang baik
pada budaya barat merupakan gaya
dengan teman sebaya, mencapai
hidup
pedoman
perilaku sosial yang bertanggung
kebanyakan remaja. Fenomena gaya
jawab, serta mampu bersikap mandiri
hidup hedonis tampak merambah
atas apa yang diperbuat. Menurut
dikalangan remaja, menginginkan
Hurlock (dalam Dipenogoro, 2004)
agar
gaya
remaja memiliki karakteristik yang
tingkah laku, dan cara bersikap akan
spesifik antara lain merupakan masa
menarik
lain,
(a) transisi dari masa kanak-kanak ke
terutama kelompok teman sebaya.
masa dewasa, (b) periode yang
Hal tersebut dikarenakan remaja
penuh dengan berbagai perubahan,
ingin diakui oleh lingkungan sekitar.
(c) usia yang banyak mengalami
Gaya
merupakan
masalah, (d) pencarian jati diri, (e)
wujud dari ekspresi atau perilaku
pengembangan sikap realistis dan (f)
yang dimiliki oleh remaja untuk
penuh harapan dan idealis. Remaja
mencoba
suatu
Dimana
remaja
yang
dijadikan
gaya
berpenampilan,
perhatian
hidup
orang
hedonis
hal
yang
baru.
memiliki
tersebut
lebih
tinggi terhadap hal-hal yang baru.
mementingkan kesanangan dari pada
Salah satu hal baru yang menarik
melakukan hal yang lebih positif.
perhatian remaja adalah kemampuan
Eksistensi remaja saat ini dapat
penggunaan sosial media. Remaja
diwujudkan
memakai
berlomba-lomba untuk mengupdate
pakaian serta aksesoris bermerk,
tentang kehidupan sehari-hari tanpa
mengunjungi
mall,
maupun
memikirkan dampak negatif yang
menggunakan
telepon
genggam
akan terjadi. Hal tersebut merupakan
dengan layanan fasilitas terbaru.
pengaruh yang ditimbulkan akibat
Eksistensi
era globalisasi atau era modern.
dengan
kaum
muda
hanya
dihargai sebatas kepemilikan dan
rasa
ketertarikan
Globalisasi
status semata (Bujang, 2009).
adalah
yang
proses
penyebaran unsur-unsur baru baik
7
berupa
informasi,
pemikiran,
masa sekarang yang dihadapkan
teknologi, maupun gaya hidup secara
dengan gaya hidup hedonis dan
mendunia. Sehingga
mengutamakan kesenangan semata
dari proses
tersebut, batas-batas negara menjadi
sebagai tujuan hidup.
sempit karena kemudahan interaksi
Pada
penelitian
yang
antara negara. Globalisasi juga dapat
dilakukan
diartikan
proses
Purnomo, 2009) menyebutkan bahwa
terbentuknya sistem organisasi dan
mall adalah tempat nongkrong anak
komunikasi
masyarakat
muda paling popular untuk mengisi
diseluruh dunia. Indonesia sebagai
waktu luang remaja sebanyak 30,8%,
negara berkembang juga tidak luput
sedangkan jajan merupakan prioritas
merasakan efek dari adanya era
pertama
globalisasi. Perkembangan teknologi
sebanyak
yang pesat menimbulkan dampak
sekolah sebanyak 19,5%, jalan-jalan
terjadinya
atau
sebagai
suatu
antar
globalisasi
informasi,
oleh
Kasali
(dalam
pengeluaran
49,4%,
hura-hura
remaja
membeli
sebanyak
alat
9,8%,
mode, alat elektronik, serta alat
membeli pakaian sebanyak 9,4%,
komunikasi
menabung sebanyak 8,8%, membeli
yang
mengakibatkan
perubahan gaya hidup masyarakat
kaset
Indonesia. Globalisasi yang semakin
aksesori mobil sebanyak 0,6%, dan
kuat memberikan dampak terjadinya
yang
perubahan
mempengaruhi
0,4%. Sedangkan hasil penelitian
perilaku individu, khususnya remaja
yang dilakukan oleh Karina pada
(Kunto
tahun
2009
Dampak modernisasi pada remaja
bahwa
konsep
sangat
pengaruh terhadap perilaku gaya
yang
dalam
mudah
Syafaati,
ditemukan
2008).
pada
sebanyak
tidak
2,3%,
membeli
menjawab
sebanyak
menunjukkan
diri
hasil
memberikan
kehidupan sehari-hari. Dibandingkan
hidup
dengan generasi remaja tahun 2000,
penelitian
generasi remaja pada tahun
2015
menunjukkan bahwa terdapat tujuh
jauh berbeda. Perbedaan tersebut
macam dimensi yang menjelaskan
tampak dari perilaku remaja pada
tentang
8
hedonis.
oleh
Sedangkan
Ribeiro
motivasi
hasil
(2010)
konsumen
berbelanja
pada
dimensi
remaja.
Lima
terdiri
dari
hedonis
kesenangan
berbelanja,
atau
November 2014 di SMA Negeri 4
Surakarta.
kepuasan
gagasan
Observasi
dilakukan
untuk mengamati siswa-siswi yang
berbelanja,
datang
ke
sekolah
dengan
sosial berbelanja, peran berbelanja,
menggunakan mobil dan siswa-siswi
dan nilai berbelanja. Sedangkan dua
yang mendapat fasilitas dari orangtua
dimensi manfaat terdiri dari prestasi
untuk diantar serta dijemput dengan
dan efisiensi.
mobil. Hasil observasi di sekolah ini
Terdapat dua jenis kategori
menunjukkan
bahwa
siswa-siswi
dalam berbelanja. Kategori yang
yang membawa mobil ke sekolah
pertama
provisioning
sebanyak 10 murid. Sedangkan hasil
shopping yang berarti berbelanja
wawancara dengan beberapa siswa
atau kegiatan ekonomi sehari-hari
menunjukkan
yang termotivasi oleh kebutuhan
kecenderungan gaya hidup hedonis
secara
pada
adalah
konseptual
yang
terkait
bahwa
siswa-siswa
terdapat
tersebut.
Hal
dengan barang bekas, dan terkait
tersebut berkaitan dengan pernyataan
dengan
umum
siswa yang kerap menghabiskan
dapat
waktunya di mall bersama teman-
sebuah
teman serta nongkrong di kafe.
pengorbanan di konsumsi jangka
Dalam seminggu, siswa tersebut
pendek ini dalam rangka untuk
dapat
mencapai tujuan jangka panjang
nongkrong di kafe sebanyak tiga
yang cukup besar di masa depan.
sampai empat kali. Kegiatan tersebut
Sedangkan
kedua
dilakukan biasanya saat akhir pekan
adalah hedonic shopping yang erat
atau selepas pulang sekolah. Para
kaitannya
kepuasan
siswa mengaku senang untuk sekedar
seseorang dalam berbelanja (Miller,
menghabiskan waktunya nongkrong
1998)
di
model
fungsinya.
diartikan
yang
Barang
bekas
sebagai
kategori
dengan
yang
Peneliti melakukan observasi
mengunjungi
kafe
kepentingan
dan wawancara pada tanggal 11
walaupun
apapun.
mall
tidak
atau
ada
Berdasarkan
hasil wawancara dan observasi yang
9
dilakukan oleh peneliti, terdapat
akan ditempati di dalam masyarakat.
kecenderungan gaya hidup hedonis
Perilaku gaya hidup yang tampak di
pada siswa-siswi di SMA Negeri 4
kalangan remaja saat dikarenakan
Surakarta.
adanya perubahan dari kehidupan
Berdasarkan
perilaku-
masyarakat yang modern, diyakini
remaja
pula adanya perubahan pada proses
cenderung mengarahkan remaja pada
perkembangan di dalam diri remaja.
gaya hidup hedonis yang lekat
Hal ini ditandai dengan munculnya
dengan
dan
keinginan untuk mandiri dan mencari
mengutamakan kesenangan semata.
jati diri. Beragam informasi yang
Para penganut gaya hidup hedonis
masuk, akan menjadi pilihan bagi
memiliki
remaja dalam mensikapi berubahan
perilaku
yang
tampak,
kata
hura-hura
tujuan
hidup
untuk
bersenang-senang tanpa memikirkan
nilai-nilai
biaya yang akan dikeluarkan. Remaja
dengan konsep dirinya. Remaja akan
yang menganut gaya hidup hedonis
menilai
biasanya anak SMA yang berasal
informasi yang masuk dari luar
dari keluarga yang berada. Hal ini
apakah
dikarenakan para remaja SMA yang
kepribadiannya atau tidak, termasuk
berasal dari kalangan berada akan
bagaimana remaja dalam mensikapi
mendapat uang saku yang lebih serta
persoalan gaya hidup yang terdapat
fasilitas
di dalam masyarakat modern saat ini.
yang
berkecukupan
(Susianto, 1993).
dan
dalam
yang
sesuai
mempertimbangkan
sesuai
Remaja
Gunarsa (2003) menyebutkan
bahwa
budaya
yang
dengan
mempunyai
konsep diri positif akan terlihat lebih
proses
optimis, penuh percaya diri dan
perkembangannya individu dalam
selalu
bersikap
positif
terhadap
masa
segala
sesuatu,
juga
terhadap
remaja
perkembangan
mengalami
semakin
kegagalan yang dialaminya. Mereka
keluar
juga mampu menghargai dirinya dan
lingkungan keluarga dan akhirnya ke
melihat hal-hal positif yang dapat
dalam masyarakat dan tempat yang
dilakukan demi keberhasilan di masa
diarahkan
yang
suatu
keluar dirinya,
10
yang akan datang. Sementara itu,
baik.
remaja dengan konsep diri negatif
penerimaan atau penolakan terhadap
akan
suatu
bersikap
meyakini
dan
Dapat
dikatakan
informasi
yang
bahwa
masuk
memandang bahwa dirinya lemah,
tergantung daripada konsep diri yang
tidak dapat berbuat apa-apa, tidak
dimiliki
kompeten,
tidak
Remaja yang berorientasi pada gaya
kehilangan
daya
disukai
tarik
dan
terhadap
hidup
oleh
remaja
hedonis,
diduga
tersebut.
belum
hidup, pesimistik terhadap kehidupan
memiliki konsep diri dengan baik.
dan kesempatan yang dihadapinya. Ia
Individu yang memiliki konsep diri
tidak
sebagai
dengan baik memiliki kemampuan
kesempatan, namun lebih sebagai
baik dalam penyesuaian diri dengan
halangan,
lingkungan sosialnya. Berdasarkan
melihat
tantangan
mereka
akan
mudah
menyerah sebelum berperang dan
uraian-uraian
jika gagal akan ada dua pihak yang
dirumuskan masalah sebagai berikut:
disalahkan, entah itu menyalahkan
“Apakah
diri
secara negatif atau
konsep diri dengan gaya hidup
menyalahkan orang lain. Akibatnya,
hedonis pada remaja SMA Negeri 4
remaja
mampu
Surakarta?” Sehingga hal tersebut
menghargai dirinya sendiri dan akan
mendorong peneliti untuk meneliti
selalu memandang dirinya secara
lebih lanjut hubungan antara konsep
negatif. Akhirnya individu akan sulit
diri dengan gaya hidup hedonis pada
memiliki konsep diri yang memadai,
remaja SMA Negeri 4 Surakarta.
sendiri
yang
sehingga
tidak
muncullah
rasa
tidak
di
ada
atas
hubungan
Berdasarkan
dapat
antara
penjelasan
di
percaya diri (Rini dalam Fauziah,
atas, hipotesis yang penulis ajukan
2008)
adalah ada hubungan negatif antara
Menurut
(2004)
konsep diri dengan gaya hidup
individu yang memiliki konsep diri
hedonis. Semakin tinggi (positif)
yang
memiliki
konsep diri yang dimiliki, maka
kemampuan dalam penyesuaian diri
semakin rendah gaya hidup hedonis
dengan lingkungan sosial dengan
seseorang.
baik
Dariyo
akan
11
Sebaliknya,
semakin
rendah (negatif) konsep diri yang
dengan menggunakan program SPSS
dimiliki, maka semakin tinggi gaya
versi 13.00 for windows.
hidup hedonis seseorang.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil analisis yang
METODE PENELITIAN
Variabel dalam penelitian ini
telah
dilakukan
adalah Variabel Tergantung (gaya
menggunakan
hidup hedonis) dan Variabel Bebas
product
(konsep
diperoleh
diri).
Subjek
dalam
dengan
teknik
moment
korelasi
Pearson
hasil
nilai
maka
koefisien
penelitian ini adalah siswa SMA
korelasi (r) sebesar -0,469 dengan p
Negri 4 Surakarta yang berjumlah
value = 0,000 < 0,01 artinya ada
106 orang.
hubungan
sampel
Teknik
yang
pengambilan
digunakan
negatif
yang
sangat
dalam
signifikan antara konsep diri dengan
penelitian ini adalah cluster raandom
gaya hidup hedonis. Jika remaja
sampling.
memiliki konsep diri yang positif
Skala gaya hidup hedonis ini
akan
menerima
dirinya
sendiri,
disusun oleh peneliti berdasarkan
peduli dengan lingkungan sekitar,
karakteristik dari Swastha (1998)
dan tidak akan terpengaruh oleh hal-
yaitu : mudah dipengaruhi, kurang
hal yang akan berdampak negatif
rasional,
pada
cenderung
impulsif,
diri
remaja
tersebut.
cenderung follower, suka mencari
Sebaliknya, remaja yang memiliki
perhatian, dan suka mengisi waktu
konsep diri yang negatif cenderung
luang di tempat yang santai
mudah
Skala konsep diri ini disusun
terpengaruh
oleh
hal-hal
negatif di lingkungan sekitar dan
oleh peneliti berdasarkan apek-aspek
kurang
dari Berzonsky (1981) yaitu : fisik,
sendiri sehingga menganggap dirinya
psikis, sosial, dan moral.
memiliki harga diri yang rendah.
Teknik analisis data yang
dapat
Konsep diri
menerima
dirinya
yang negatif akan
digunakan adalah teknik korelasi
mengakibatkan
Product Moment dari Karl Pearson
perilaku gaya hidup hedonis yang
12
remaja
memiliki
cenderung
tidak
dengan
rendah, maka akan muncul perilaku-
lingkungan sekitar (Tjipto, 2006).
perilaku anatara lain, tidak puas
Konsep
dengan
diri
peduli
menentukan
siapa
keadaan
fisik,
memiliki
sebenarnya seseorang itu melalui
kepercayaan diri yang rendah, sikap
pikiran
sendiri
pengambilan keputusan tidak tegas,
berdasarkan pengalaman hidupnya,
serta kerap melanggar aturan. Hal
dapat menjadi apa individu itu, dan
tersebut
siapa
seseorang
individu
itu
individu
itu
dalam
memunculkan
yang
sikap
memiliki
kenyataannya. Hal tersebut terjadi
kecenderungan
karena
individu
followers, mudah untuk dipengaruhi
tindakan
orang lain, dan ingin diperhatikan.
pikiran
sangat
seorang
mempengaruhi
impulsif,
dalam kehidupan individu tersebut
Sehingga
(Zebua dkk, 2001).
hedonisnya tinggi.
perilaku
gaya
menjadi
hidup
Berdasarkan keterangan di atas,
Pada penelitian ini gaya hidup
seseorang dengan konsep diri yang
hedonis termasuk dalam kategori
tinggi
cenderung memiliki
rendah. Sehingga terdapat fenomena
sikap puas dengan keadaan fisik,
gaya hidup hedonis pada siswa SMA
memiliki
Negeri 4 Surakarta. Pada hasil
akan
kepercayaan
diri
yang
tinggi, memiliki sikap pengambilan
kategorisasi
keputusan yang tegas dan tepat, serta
terdapat 18 siswa termasuk dalam
disiplin terhadap aturan-aturan yang
kategori sangat rendah (17%), 63
berlaku. Hal tersbut memunculkan
siswa
sikap seseorang dengan rasional
rendah (59%), 24 siswa termasuk
hidup yang tinggi, kecenderungan
dalam kategori sedang (23%), 1
menjadi contoh bagi orang lain,
siswa
mudah untuk mempengaruhi orang,
tinggi(1%), dan 0 siswa termasuk
dan
mandiri.
dalam kategori sangat tinggi (0%).
hidup
Rerata empirik yang diperoleh dari
Sebaliknya,
hasil penelitian untuk variabel gaya
memiliki
Sehingga,
hedonisnya
sikap
perilaku
rendah.
gaya
seseorang dengan konsep diri yang
hidup
13
gaya hidup hedonis
termasuk
termasuk
hedonis
dalam
dalam
adalah
kategori
kategori
52,80
sedangkan
rerata
gaya
hasil kategorisasi gaya hidup hedonis
hidup hedonis menunjukkan angka
terdapat 0 siswa termasuk dalam
67,5.
kategori sangat rendah (0%), 1 siswa
Fakta
hipotetik
tersebut
bertentangan
sebenarnya
hasil
termasuk dalam kategori rendah
awal
(1%), 34 siswa termasuk dalam
sebelumnya dengan siswa SMA
kategori sedang (32%), 57 siswa
Negeri
termasuk
wawancara
dengan
dan
observasi
4
Surakarta
yang
dalam
kategori
tinggi
menunjukkan bahwa gaya hidup
(54%), dan 14 siswa termasuk dalam
hedonis
SMA
kategori sangat tinggi (13%). Rerata
tinggi.
empirik yang diperoleh dari hasil
Kemungkinan tersebut terjadi karena
penelitian untuk variabel konsep diri
peneliti
adalah
pada
Negeri
4
siswa-siswi
Surakarta
kurang
melakukan
wawancara,
cermat
observasi
dan
jumlah
dalam
71,51
sedangkan
rerata
dan
hipotetik konsep diri menunjukkan
subjek
angka 60. Hal ini menunjukkan
kurang banyak dalam observasi dan
bahwa
wawancara awal. Sehingga dugaan
konsep diri tinggi akan terlihat lebih
awal tidak sesuai dengan keadaan
optimis, penuh percaya diri dan
yang
ini
selalu
bersikap
positif
terhadap
menunjukkan bahwa gaya hidup
segala
sesuatu,
juga
terhadap
hedonis yang rendah adalah gaya
kegagalan yang dialaminya. Mereka
hidup yang tidak berorientasi pada
juga mampu menghargai dirinya dan
kemewhan. Gaya hidup hedonis yang
melihat hal-hal positif yang dapat
rendah diwujudkan dalam perilaku
dilakukan demi keberhasilan di masa
dengan tidak memakai pakaian serta
yang
aksesoris
Fauziah, 2008).
sebenarnya.
bermerk,
Hal
mengunjungi
remaja
akan
yang
mempunyai
datang (Rini
dalam
mall, maupun menggunakan telepon
Berdasarkan hasil analisis yang
genggam dengan layanan fasilitas
menunjukkan bahwa konsep diri
terbaru. (Bujang, 2009).
memberikan
Pada penelitian ini konsep diri
sumbangan
efektif
sebesar 22% terhadap perilaku gaya
termasuk dalam kategori tinggi. Pada
hidup
14
hedonis
sehingga
dapat
dijadikan
tolak
ukur.
Hal
ini
stabil. Sehingga bagi remaja dengan
menunjukkan bahwa konsep diri
karakteristik
mempengaruhi perilaku gaya hidup
membutuhkan teman-teman, faktor
hedonis
eksternal seperti kelompok referensi,
sebesar
22%,
sehingga
yang
masih
sangat
masih ada 78% faktor lain yang
keluarga,
mempengaruhi perilaku gaya hidup
kebudayaan
hedonis. Hal ini sesuai dengan
pengaruhnya
pendapat
dibandingkan dengan konsep diri
Amstrong
Deriyansyah
dkk,
menyatakan
bahwa
(dalam
2013)
yang
kelas
sosial,
dan
akan
lebih
kuat
bagi
remaja
bila
(Purnomo, 2009).
faktor-faktor
yang mempengaruhi gaya hidup
KESIMPULAN
seseorang adalah sikap, pengalaman
Berdasarkan hasil analisis data
dan pengamatan, kepribadian, motif,
dan pembahasan dapat disimpulkan
persepsi, kelompok referensi, kelas
bahwa:
sosial, keluarga, dan kebudayaan.
1. Ada
Dari
pendapat
tersebut
dapat
2. Tingkat konsep diri termasuk
yaitu faktor yang berasal dari dalam
dalam kategori tinggi.
diri individu (internal) dan faktor
3. Tingkat
yang berasal dari luar (eksternal).
gaya
hidup
hedonis
termasuk dalam kategori rendah.
sikap,
4. Sumbangan efektif konsp diri
pengamatan,
terhadap gaya hidup hedonis
kepribadian, konsep diri, motif, dan
adalah 22% , artinya ada 78%
persepsi. Dan faktor eksternal yaitu
dari
faktor
lain
yang
kelompok referensi, keluarga, kelas
mempengaruhi
gaya
hidup
sosial, dan kebudayaan. Sumbangan
hedonis yang diantaranya adalah
efektif yang tergolong kecil tersebut
sikap,
menunjukkan bahwa konsep diri
pengamatan, kepribadian, motif,
pada diri remaja cendeung belum
persepsi,
pengalaman
dan
yaitu
yang
diri dengan gaya hidup hedonis.
yang mempengaruhi gaya hidup
internal
negatif
sangat signifikan antara konsep
dikelompokkan bahwa faktor-faktor
Faktor
hubungan
15
pengalaman
kelompok
dan
referensi,
kelas
sosial,
keluarga,
dan
2. Bagi subjek penelitian, remaja
kebudayaan.
disarankan
untuk
dapat
menghargai dirinya dan memiliki
pandangan yang positif dengan
SARAN
Berdasarkan
hasil
kesimpulan
cara remaja bersikap optimis,
penelitian, penulis menyampaikan
menyadari
rekomendasi saran yang diharapkan
kekurangan yang ada, mampu
dapat bermanfaat sebagai berikut:
beradaptasi
dengan
baik
1. Bagi pihak sekolah diharapkan
lingkungan
sekitar,
sehingga
untuk memberikan lingkungan
remaja
lebih
yang sehat pada remaja, karena
mengambangkan kelebihan dan
lingkungan
merupakan
faktor
potensi yang dimiliki agar dapat
pengalaman
yang
sangat
lebih
penting
dalam
berkembangnya kelebihan serta
pembentukan konsep diri bagi
potensi, diharapkan remaja akan
remaja,
lebih menyukai dirinya tanpa
berperan
oleh
karena
itu
harus
dapat
hedonis.
wawasan
menerima
mengikuti
di
dapat
berprestasi.
diharapkan agar pihak sekolah
memberikan
dan
Dengan
pola
hidup
menganai pentingnya konsep diri
3. Bagi orang tua diharapkan untuk
bagi seorang remaja sehingga
tidak membiasakan anak dengan
konsep diri yang terbentuk akan
gaya
lebih bersifat positif. Dengan
membangun komunikasi
konsep
diri
diharapkan
hidup
yang
hedonis,
yang
yang
positif
baik dengan anak sehingga orang
remaja
dapat
tua memahami anak dari segi
memanifestasikannya ke dalam
psikis
bentuk gaya hidup yang lebih
membentuk konsep diri yang
baik seperti gaya hidup sehat,
positif pada anak, memberikan
dan tidak terjerumus pada gaya
kebebasan
hidup hedonis yang cenderung
bersosialisasi dengan lingkungan
negatif.
sekitar dengan batasan-batasan
16
dan
mampu
anak
untuk
dalam
mahasiswa/ akses pada tanggal
1/11/2014/4:00 pm.
tertentu, dan menanamkan nilainilai moral pada anak untuk tidak
Fauziah, I., Ekasari, A. (2008).
Hubungan Antara Konsep Diri
Dengan Kecerdasan Emosional
Pada Remaja. Jurnal Soul
Volume 1 No 2 Hal 16-28.
terjerumus dalam perilaku gaya
hidup hedonis.
4. Bagi peneliti lain diharapkan
untuk menambah variabel bebas
selain
konsep
diri,
Gunarsa, S.D., Gunarsa,Y.S. (2003).
Psikologi Remaja (Cetakan
kelima belas). Jakarta: BPK
Gunung Mulia.
misalnya
kepercayaan diri atau harga diri.
Hadi,
S. (2000).
Research
II.
Penerbit Andi
Hadi,
S. (2000).
Metodologi
Research.
Yogyakarta:
Fakultas Psikologi Universitas
Gadjah Mada.
DAFTAR PUSTAKA
Berzonsky, M.D. (1981). Adolescent
Development. New York: Mac
Milen Publishing. Co Inc
Bujang, L. (2009). http://www.ubb.
ac.id/menulengkap.php.
Pangkal Pinang: Universitas
Bangka Belitung .
Metodologi
Yogyakarta:
Masmuadi, A., Aliza, M. (2007).
Hubngan Antara Konsep Diri
Dengan Kecenderungan Gaya
Hidup Hedonis Pada Remaja.
Skripsi. Yogyakarta: Fakultas
Psikologi dan Ilmu Sosial
Budaya Universitas Islam
Indonesia.
Dariyo, A. (2004). Psikologi
Perkembangan Remaja . Bogor
Selatan: Ghalia.
Deriyansyah P., Dauzan, A. (2013).
Potret Gaya Hidup Hedonisme
di Kalangan Mahasiswa (Studi
pada Mahasiswa Sosiologi
FISIP Universitas Lampung).
Jurnal Sociologie Volume 1 No
3 Hal 184-193. Lampung:
Universitas Lampung.
Miller, D. (1998). Theory of
Shopping.
Polity
Press,
Cambridge, MA.
Purnomo, K. (2009). Hubungan
Antara Konsep Diri Dengan
Gaya Hidup Hedonis Pada
Remaja . Skripsi. Semarang:
Fakultas Psikologi Universitas
Katolik Soegijapranata.
Diponegoro, A.M. (2004). Analisis
Faktor
Kepuasan
Hidup
Remaja. Jurnal Phronesis
Volume 6 No 12 Hal 13-28 .
Yogyakarta:
Universitas
Ahmad Dahlan.
Ribeiro, P., Carvalho, S. (2010).
Hedonic
and
Utilitarian
Shopping Motivations Among
Portuguese
Young
Adult
Consumers.
International
Journal
of
Retail
&
Distribution
Management
Eramadina. (2013). Hedonisme
Dikalangan
Mahasiswa.
Didapat dari: http://eramadina.
com/hedonisme di kalangan
17
Volume 38 No. 7 Hal 538-558.
Portugal:
Universidade
Fernando Pessoa.
Susianto, H. (1993). Studi Gaya
Hidup
Sebagai
Upaya
Mengenali Kebutuhan Anak
Muda. Jurnal Psikologi dan
Masyarakat Volume 1 No 1
Hal 55-76 . Jakarta: Grasindo
P.T Gramedia.
Swastha, B.H.D. (1998). Manajemen
Penjualan. Jogjakarta: BPFE
Syafaati, A., Lestari, R., Asyanti, S.
(2008). Dugem: Gaya Hidup
Hedonis Kalangan Anak Muda.
Jurnal
Ilmiah
Berkala
Psikologi Volume 10 No 2 Hal
2-15.
Surakarta:
Fakultas
Psikologi
Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
Tjipto, S. (2006). Konsep Diri Positif
Menentukan Prestasi Anak.
Yogyakarta: Kanisius.s
18
DENGAN GAYA HIDUP HEDONIS
PADA SISWA SMA NEGERI 4
SURAKARTA
NASKAH PUBLIKASI
Diajukan kepada Fakultas Psikologi
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh
Gelar Derajat Sarjana S-1 Psikologi
Diajukan oleh:
ALMIRA RIZKI PONTANIA
F 100 110 074
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2016
i
HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI
DENGAN GAYA HIDUP HEDONIS
PADA SISWA SMA NEGERI 4
SURAKARTA
NASKAH PUBLIKASI
Diajukan kepada Fakultas Psikologi
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh
Gelar Derajat Sarjana S-1 Psikologi
Diajukan oleh:
ALMIRA RIZKI PONTANIA
F 100 110 074
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2016
i
HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI
DENGAN GAYA HIDUP HEDONIS
PADA SISWA SMA NEGERI 4
SURAKARTA
NASKAH PUBLIKASI
Diajukan kepada Fakultas Psikologi
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh
Gelar Derajat Sarjana S-1 Psikologi
Diajukan oleh:
ALMIRA RIZKI PONTANIA
F 100 110 074
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2016
ii
iii
HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN GAYA HIDUP
HEDONIS PADA SISWA SMA NEGERI 4 SURAKARTA
Almira Rizki Pontania
Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta
almirapontania@ymail.com
Zahrotul Uyun
Abstrak
Gaya hidup hedonis adalah pola hidup seseorang yang diwujudkan dalam
suatu perilaku yang mengutamakan kesenangan dan kenikmatan sebagai tujuan
utama hidup. Salah satu faktor yang mempengaruhi gaya hidup hedonis adalah
konsep diri. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara
konsep diri dengan gaya hidup hedonis, tingkat konsep diri, tingkat gaya hidup
hedonis, dan sumbangan efektif konsep diri terhadap gaya hidup hedonis.
Hipotesis yang diajukan adalah ada hubungan negatif antara konsep diri dengan
gaya hidup hedonis. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa SMA Negeri 4
Surakarta yang berjumlah 106 orang yang terdiri dari 4 kelas yaitu, kelas XI IPA
3, kelas X IPA 4, kelas X IPA 5, dan kelas XII IPS 1 dengan teknik pengambilan
sampel cluster random sampling. Penelitian ini menggunakan skala konsep diri
dan skala gaya hidup hedonis. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian
ini adalah product moment dengan software SPSS (Statistical Product and Service
Solution) 16 for Windows Program. Berdasarkan hasil analisis data diperoleh nilai
koefisien korelasi (r) sebesar -0,469 dengan p value = 0,000 < 0,01 yang berarti
ada hubungan negatif yang sangat signifikan antara konsep diri dengan gaya
hidup hedonis. Berdasarkan hasil analisis diketahui variabel konsep diri
mempunyai rerata empirik (RE) sebesar 71,51 dan rerata hipotetik (RH) sebesar
60 yang berarti konsep diri subjek penelitian tergolong tinggi. Variabel gaya
hidup hedonis mempunyai rerata empirik (RE) sebesar 52,80 dan rerata hipotetik
(RH) sebesar 67,50 yang berarti gaya hidup hedonis subjek penelitian tergolong
rendah. Sumbangan efektif konsep diri terhadap gaya hidup hedonis sebesar 22%.
Kata kunci : gaya hidup hedonis, konsep diri
Hedonic lifestyle is a person's way of life that is being implemented in
behaviour that prioritise indulgence and pleasure as the main purposes of life. One
of the factors that influence hedonic lifestyle is self-concept. The purpose of this
research is to find the relationship between self-concept and hedonic lifestyle, the
level of self-concept, the level of hedonic lifestyle, and the effective contribution
of self-concept towards hedonic lifestyle. The proposed hypothesis is that there is
a negative relationship between self-concept and hedonic lifestyle. The subject on
this research is the students of SMA Negeri 4 Surakarta which consisted of 106
students consisting of 4 classes, class XI science 3, class X science 4, class X
science 5, and class XII social 1 using clusters random sampling technique. This
research is using a scale of self-concept and a scale of hedonic lifestyle. The
method of analysis that used in this research was product moment with software
SPSS (Statistical Product and Service Solution) 16 for Windows Program. Based
on the results of the analysis data shows correlation coefficient -0,469 with p
value = 0.000 < 0.01 which means that there is a highly significant negative
correlation between self-concept and hedonic. Based on the results of the analysis
the variable of self-concept has rerata empirical (RE) equal to 71,51 and rerata
hypothetic (RH) equal to 60 which means the self-concept of the students are
high. While the variable hedonic lifestyle has rerata empirical (RE) equal to 52,80
and rerata hypothetic (RH) equal to 67,50 which means the hedonic lifestyle of
the students are low. The effective contribution of self-concept towards hedonic
lifestyle is 22% .
Kata kunci : hedonic lifestyle, self-concept
5
hidup, sebagian besar perhatiannya
PENDAHULUAN
Gaya hidup merupakan pola-
ditujukan
keluar
rumah,
merasa
pola tindakan yang membedakan
mudah berteman walaupun memilih-
antara satu orang dengan orang lain,
milih, menjadi pusat perhatian, saat
yang
luang hanya untuk bermain dan
berfungsi
dalam
dengan cara-cara
interaksi
yang mungkin
kebanyakan
anggota
kelompok
tidak dapat dipahami oleh yang tidak
adalah
hidup dalam masyarakat modern.
Baudrillard (dalam Musmuadi 2007)
Pada perkembangannya, gaya hidup
mengatakan bahwa status sebagai
saat
logika
ini
persoalan
tidak
di
Sebagaimana
lagi
kalangan
merupakan
tertentu.
diungkapkan
orang
yang
berada.
konsumen,
ternyata
merupakan hal yang lebih masuk
oleh
akal dari pada alasan fungsional.
Ibrahim (dalam Musmuadi, 2007)
Pendapat
setiap orang dapat mudah meniru
bahwa usaha untuk memiliki suatu
gaya hidup yang disukai. Misalnya
barang atau jasa bukan berdasarkan
saja, gaya hidup yang ditawarkan
pada
melalui iklan akan menjadi lebih
melainkan lebih dari pada kebutuhan
beraneka
keinginan.
ragam
dan
cenderung
tersebut
mengartikan
kebutuhan
fungsional
mengambang bebas. Pada akhirnya
Gaya hidup hedonis memiliki
akan bersifat netral yang mudah
sifat dan karakteristik perilaku atau
ditiru dan dipakai sesuka hati oleh
budaya
setiap orang. Terdapat nilai lain yang
keseluruhan
turut mempengaruhi, yakni nilai
dengan kesenangan-kesenangan yang
yang bersifat emosional atau yang
bisa
dikenal dengan istilah hedonis.
keinginan, sehingga tujuan akhir dari
Gambaran
mengenai
gaya
yang
dirasakan
menginginkan
kehidupan
dan
penuh
memuaskan
kehidupan ini adalah kesenangan.
hidup hedonis menurut Susianto
Dalam
(dalam Musmuadi 2007) memiliki
hidup hedonis cenderung menyerang
ciri-ciri antara lain: mengerahkan
remaja. Karena pada masa remaja,
aktivitas untuk mencapai kenikmatan
6
perkembangannya,
gaya
individu
sedang
dalam
keadaan
Tugas perkembangan pada
mencari jati diri (Eramadina, 2013)
fase remaja antara lain mampu
Gaya hidup yang berorientasi
membina hubungan sosial yang baik
pada budaya barat merupakan gaya
dengan teman sebaya, mencapai
hidup
pedoman
perilaku sosial yang bertanggung
kebanyakan remaja. Fenomena gaya
jawab, serta mampu bersikap mandiri
hidup hedonis tampak merambah
atas apa yang diperbuat. Menurut
dikalangan remaja, menginginkan
Hurlock (dalam Dipenogoro, 2004)
agar
gaya
remaja memiliki karakteristik yang
tingkah laku, dan cara bersikap akan
spesifik antara lain merupakan masa
menarik
lain,
(a) transisi dari masa kanak-kanak ke
terutama kelompok teman sebaya.
masa dewasa, (b) periode yang
Hal tersebut dikarenakan remaja
penuh dengan berbagai perubahan,
ingin diakui oleh lingkungan sekitar.
(c) usia yang banyak mengalami
Gaya
merupakan
masalah, (d) pencarian jati diri, (e)
wujud dari ekspresi atau perilaku
pengembangan sikap realistis dan (f)
yang dimiliki oleh remaja untuk
penuh harapan dan idealis. Remaja
mencoba
suatu
Dimana
remaja
yang
dijadikan
gaya
berpenampilan,
perhatian
hidup
orang
hedonis
hal
yang
baru.
memiliki
tersebut
lebih
tinggi terhadap hal-hal yang baru.
mementingkan kesanangan dari pada
Salah satu hal baru yang menarik
melakukan hal yang lebih positif.
perhatian remaja adalah kemampuan
Eksistensi remaja saat ini dapat
penggunaan sosial media. Remaja
diwujudkan
memakai
berlomba-lomba untuk mengupdate
pakaian serta aksesoris bermerk,
tentang kehidupan sehari-hari tanpa
mengunjungi
mall,
maupun
memikirkan dampak negatif yang
menggunakan
telepon
genggam
akan terjadi. Hal tersebut merupakan
dengan layanan fasilitas terbaru.
pengaruh yang ditimbulkan akibat
Eksistensi
era globalisasi atau era modern.
dengan
kaum
muda
hanya
dihargai sebatas kepemilikan dan
rasa
ketertarikan
Globalisasi
status semata (Bujang, 2009).
adalah
yang
proses
penyebaran unsur-unsur baru baik
7
berupa
informasi,
pemikiran,
masa sekarang yang dihadapkan
teknologi, maupun gaya hidup secara
dengan gaya hidup hedonis dan
mendunia. Sehingga
mengutamakan kesenangan semata
dari proses
tersebut, batas-batas negara menjadi
sebagai tujuan hidup.
sempit karena kemudahan interaksi
Pada
penelitian
yang
antara negara. Globalisasi juga dapat
dilakukan
diartikan
proses
Purnomo, 2009) menyebutkan bahwa
terbentuknya sistem organisasi dan
mall adalah tempat nongkrong anak
komunikasi
masyarakat
muda paling popular untuk mengisi
diseluruh dunia. Indonesia sebagai
waktu luang remaja sebanyak 30,8%,
negara berkembang juga tidak luput
sedangkan jajan merupakan prioritas
merasakan efek dari adanya era
pertama
globalisasi. Perkembangan teknologi
sebanyak
yang pesat menimbulkan dampak
sekolah sebanyak 19,5%, jalan-jalan
terjadinya
atau
sebagai
suatu
antar
globalisasi
informasi,
oleh
Kasali
(dalam
pengeluaran
49,4%,
hura-hura
remaja
membeli
sebanyak
alat
9,8%,
mode, alat elektronik, serta alat
membeli pakaian sebanyak 9,4%,
komunikasi
menabung sebanyak 8,8%, membeli
yang
mengakibatkan
perubahan gaya hidup masyarakat
kaset
Indonesia. Globalisasi yang semakin
aksesori mobil sebanyak 0,6%, dan
kuat memberikan dampak terjadinya
yang
perubahan
mempengaruhi
0,4%. Sedangkan hasil penelitian
perilaku individu, khususnya remaja
yang dilakukan oleh Karina pada
(Kunto
tahun
2009
Dampak modernisasi pada remaja
bahwa
konsep
sangat
pengaruh terhadap perilaku gaya
yang
dalam
mudah
Syafaati,
ditemukan
2008).
pada
sebanyak
tidak
2,3%,
membeli
menjawab
sebanyak
menunjukkan
diri
hasil
memberikan
kehidupan sehari-hari. Dibandingkan
hidup
dengan generasi remaja tahun 2000,
penelitian
generasi remaja pada tahun
2015
menunjukkan bahwa terdapat tujuh
jauh berbeda. Perbedaan tersebut
macam dimensi yang menjelaskan
tampak dari perilaku remaja pada
tentang
8
hedonis.
oleh
Sedangkan
Ribeiro
motivasi
hasil
(2010)
konsumen
berbelanja
pada
dimensi
remaja.
Lima
terdiri
dari
hedonis
kesenangan
berbelanja,
atau
November 2014 di SMA Negeri 4
Surakarta.
kepuasan
gagasan
Observasi
dilakukan
untuk mengamati siswa-siswi yang
berbelanja,
datang
ke
sekolah
dengan
sosial berbelanja, peran berbelanja,
menggunakan mobil dan siswa-siswi
dan nilai berbelanja. Sedangkan dua
yang mendapat fasilitas dari orangtua
dimensi manfaat terdiri dari prestasi
untuk diantar serta dijemput dengan
dan efisiensi.
mobil. Hasil observasi di sekolah ini
Terdapat dua jenis kategori
menunjukkan
bahwa
siswa-siswi
dalam berbelanja. Kategori yang
yang membawa mobil ke sekolah
pertama
provisioning
sebanyak 10 murid. Sedangkan hasil
shopping yang berarti berbelanja
wawancara dengan beberapa siswa
atau kegiatan ekonomi sehari-hari
menunjukkan
yang termotivasi oleh kebutuhan
kecenderungan gaya hidup hedonis
secara
pada
adalah
konseptual
yang
terkait
bahwa
siswa-siswa
terdapat
tersebut.
Hal
dengan barang bekas, dan terkait
tersebut berkaitan dengan pernyataan
dengan
umum
siswa yang kerap menghabiskan
dapat
waktunya di mall bersama teman-
sebuah
teman serta nongkrong di kafe.
pengorbanan di konsumsi jangka
Dalam seminggu, siswa tersebut
pendek ini dalam rangka untuk
dapat
mencapai tujuan jangka panjang
nongkrong di kafe sebanyak tiga
yang cukup besar di masa depan.
sampai empat kali. Kegiatan tersebut
Sedangkan
kedua
dilakukan biasanya saat akhir pekan
adalah hedonic shopping yang erat
atau selepas pulang sekolah. Para
kaitannya
kepuasan
siswa mengaku senang untuk sekedar
seseorang dalam berbelanja (Miller,
menghabiskan waktunya nongkrong
1998)
di
model
fungsinya.
diartikan
yang
Barang
bekas
sebagai
kategori
dengan
yang
Peneliti melakukan observasi
mengunjungi
kafe
kepentingan
dan wawancara pada tanggal 11
walaupun
apapun.
mall
tidak
atau
ada
Berdasarkan
hasil wawancara dan observasi yang
9
dilakukan oleh peneliti, terdapat
akan ditempati di dalam masyarakat.
kecenderungan gaya hidup hedonis
Perilaku gaya hidup yang tampak di
pada siswa-siswi di SMA Negeri 4
kalangan remaja saat dikarenakan
Surakarta.
adanya perubahan dari kehidupan
Berdasarkan
perilaku-
masyarakat yang modern, diyakini
remaja
pula adanya perubahan pada proses
cenderung mengarahkan remaja pada
perkembangan di dalam diri remaja.
gaya hidup hedonis yang lekat
Hal ini ditandai dengan munculnya
dengan
dan
keinginan untuk mandiri dan mencari
mengutamakan kesenangan semata.
jati diri. Beragam informasi yang
Para penganut gaya hidup hedonis
masuk, akan menjadi pilihan bagi
memiliki
remaja dalam mensikapi berubahan
perilaku
yang
tampak,
kata
hura-hura
tujuan
hidup
untuk
bersenang-senang tanpa memikirkan
nilai-nilai
biaya yang akan dikeluarkan. Remaja
dengan konsep dirinya. Remaja akan
yang menganut gaya hidup hedonis
menilai
biasanya anak SMA yang berasal
informasi yang masuk dari luar
dari keluarga yang berada. Hal ini
apakah
dikarenakan para remaja SMA yang
kepribadiannya atau tidak, termasuk
berasal dari kalangan berada akan
bagaimana remaja dalam mensikapi
mendapat uang saku yang lebih serta
persoalan gaya hidup yang terdapat
fasilitas
di dalam masyarakat modern saat ini.
yang
berkecukupan
(Susianto, 1993).
dan
dalam
yang
sesuai
mempertimbangkan
sesuai
Remaja
Gunarsa (2003) menyebutkan
bahwa
budaya
yang
dengan
mempunyai
konsep diri positif akan terlihat lebih
proses
optimis, penuh percaya diri dan
perkembangannya individu dalam
selalu
bersikap
positif
terhadap
masa
segala
sesuatu,
juga
terhadap
remaja
perkembangan
mengalami
semakin
kegagalan yang dialaminya. Mereka
keluar
juga mampu menghargai dirinya dan
lingkungan keluarga dan akhirnya ke
melihat hal-hal positif yang dapat
dalam masyarakat dan tempat yang
dilakukan demi keberhasilan di masa
diarahkan
yang
suatu
keluar dirinya,
10
yang akan datang. Sementara itu,
baik.
remaja dengan konsep diri negatif
penerimaan atau penolakan terhadap
akan
suatu
bersikap
meyakini
dan
Dapat
dikatakan
informasi
yang
bahwa
masuk
memandang bahwa dirinya lemah,
tergantung daripada konsep diri yang
tidak dapat berbuat apa-apa, tidak
dimiliki
kompeten,
tidak
Remaja yang berorientasi pada gaya
kehilangan
daya
disukai
tarik
dan
terhadap
hidup
oleh
remaja
hedonis,
diduga
tersebut.
belum
hidup, pesimistik terhadap kehidupan
memiliki konsep diri dengan baik.
dan kesempatan yang dihadapinya. Ia
Individu yang memiliki konsep diri
tidak
sebagai
dengan baik memiliki kemampuan
kesempatan, namun lebih sebagai
baik dalam penyesuaian diri dengan
halangan,
lingkungan sosialnya. Berdasarkan
melihat
tantangan
mereka
akan
mudah
menyerah sebelum berperang dan
uraian-uraian
jika gagal akan ada dua pihak yang
dirumuskan masalah sebagai berikut:
disalahkan, entah itu menyalahkan
“Apakah
diri
secara negatif atau
konsep diri dengan gaya hidup
menyalahkan orang lain. Akibatnya,
hedonis pada remaja SMA Negeri 4
remaja
mampu
Surakarta?” Sehingga hal tersebut
menghargai dirinya sendiri dan akan
mendorong peneliti untuk meneliti
selalu memandang dirinya secara
lebih lanjut hubungan antara konsep
negatif. Akhirnya individu akan sulit
diri dengan gaya hidup hedonis pada
memiliki konsep diri yang memadai,
remaja SMA Negeri 4 Surakarta.
sendiri
yang
sehingga
tidak
muncullah
rasa
tidak
di
ada
atas
hubungan
Berdasarkan
dapat
antara
penjelasan
di
percaya diri (Rini dalam Fauziah,
atas, hipotesis yang penulis ajukan
2008)
adalah ada hubungan negatif antara
Menurut
(2004)
konsep diri dengan gaya hidup
individu yang memiliki konsep diri
hedonis. Semakin tinggi (positif)
yang
memiliki
konsep diri yang dimiliki, maka
kemampuan dalam penyesuaian diri
semakin rendah gaya hidup hedonis
dengan lingkungan sosial dengan
seseorang.
baik
Dariyo
akan
11
Sebaliknya,
semakin
rendah (negatif) konsep diri yang
dengan menggunakan program SPSS
dimiliki, maka semakin tinggi gaya
versi 13.00 for windows.
hidup hedonis seseorang.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil analisis yang
METODE PENELITIAN
Variabel dalam penelitian ini
telah
dilakukan
adalah Variabel Tergantung (gaya
menggunakan
hidup hedonis) dan Variabel Bebas
product
(konsep
diperoleh
diri).
Subjek
dalam
dengan
teknik
moment
korelasi
Pearson
hasil
nilai
maka
koefisien
penelitian ini adalah siswa SMA
korelasi (r) sebesar -0,469 dengan p
Negri 4 Surakarta yang berjumlah
value = 0,000 < 0,01 artinya ada
106 orang.
hubungan
sampel
Teknik
yang
pengambilan
digunakan
negatif
yang
sangat
dalam
signifikan antara konsep diri dengan
penelitian ini adalah cluster raandom
gaya hidup hedonis. Jika remaja
sampling.
memiliki konsep diri yang positif
Skala gaya hidup hedonis ini
akan
menerima
dirinya
sendiri,
disusun oleh peneliti berdasarkan
peduli dengan lingkungan sekitar,
karakteristik dari Swastha (1998)
dan tidak akan terpengaruh oleh hal-
yaitu : mudah dipengaruhi, kurang
hal yang akan berdampak negatif
rasional,
pada
cenderung
impulsif,
diri
remaja
tersebut.
cenderung follower, suka mencari
Sebaliknya, remaja yang memiliki
perhatian, dan suka mengisi waktu
konsep diri yang negatif cenderung
luang di tempat yang santai
mudah
Skala konsep diri ini disusun
terpengaruh
oleh
hal-hal
negatif di lingkungan sekitar dan
oleh peneliti berdasarkan apek-aspek
kurang
dari Berzonsky (1981) yaitu : fisik,
sendiri sehingga menganggap dirinya
psikis, sosial, dan moral.
memiliki harga diri yang rendah.
Teknik analisis data yang
dapat
Konsep diri
menerima
dirinya
yang negatif akan
digunakan adalah teknik korelasi
mengakibatkan
Product Moment dari Karl Pearson
perilaku gaya hidup hedonis yang
12
remaja
memiliki
cenderung
tidak
dengan
rendah, maka akan muncul perilaku-
lingkungan sekitar (Tjipto, 2006).
perilaku anatara lain, tidak puas
Konsep
dengan
diri
peduli
menentukan
siapa
keadaan
fisik,
memiliki
sebenarnya seseorang itu melalui
kepercayaan diri yang rendah, sikap
pikiran
sendiri
pengambilan keputusan tidak tegas,
berdasarkan pengalaman hidupnya,
serta kerap melanggar aturan. Hal
dapat menjadi apa individu itu, dan
tersebut
siapa
seseorang
individu
itu
individu
itu
dalam
memunculkan
yang
sikap
memiliki
kenyataannya. Hal tersebut terjadi
kecenderungan
karena
individu
followers, mudah untuk dipengaruhi
tindakan
orang lain, dan ingin diperhatikan.
pikiran
sangat
seorang
mempengaruhi
impulsif,
dalam kehidupan individu tersebut
Sehingga
(Zebua dkk, 2001).
hedonisnya tinggi.
perilaku
gaya
menjadi
hidup
Berdasarkan keterangan di atas,
Pada penelitian ini gaya hidup
seseorang dengan konsep diri yang
hedonis termasuk dalam kategori
tinggi
cenderung memiliki
rendah. Sehingga terdapat fenomena
sikap puas dengan keadaan fisik,
gaya hidup hedonis pada siswa SMA
memiliki
Negeri 4 Surakarta. Pada hasil
akan
kepercayaan
diri
yang
tinggi, memiliki sikap pengambilan
kategorisasi
keputusan yang tegas dan tepat, serta
terdapat 18 siswa termasuk dalam
disiplin terhadap aturan-aturan yang
kategori sangat rendah (17%), 63
berlaku. Hal tersbut memunculkan
siswa
sikap seseorang dengan rasional
rendah (59%), 24 siswa termasuk
hidup yang tinggi, kecenderungan
dalam kategori sedang (23%), 1
menjadi contoh bagi orang lain,
siswa
mudah untuk mempengaruhi orang,
tinggi(1%), dan 0 siswa termasuk
dan
mandiri.
dalam kategori sangat tinggi (0%).
hidup
Rerata empirik yang diperoleh dari
Sebaliknya,
hasil penelitian untuk variabel gaya
memiliki
Sehingga,
hedonisnya
sikap
perilaku
rendah.
gaya
seseorang dengan konsep diri yang
hidup
13
gaya hidup hedonis
termasuk
termasuk
hedonis
dalam
dalam
adalah
kategori
kategori
52,80
sedangkan
rerata
gaya
hasil kategorisasi gaya hidup hedonis
hidup hedonis menunjukkan angka
terdapat 0 siswa termasuk dalam
67,5.
kategori sangat rendah (0%), 1 siswa
Fakta
hipotetik
tersebut
bertentangan
sebenarnya
hasil
termasuk dalam kategori rendah
awal
(1%), 34 siswa termasuk dalam
sebelumnya dengan siswa SMA
kategori sedang (32%), 57 siswa
Negeri
termasuk
wawancara
dengan
dan
observasi
4
Surakarta
yang
dalam
kategori
tinggi
menunjukkan bahwa gaya hidup
(54%), dan 14 siswa termasuk dalam
hedonis
SMA
kategori sangat tinggi (13%). Rerata
tinggi.
empirik yang diperoleh dari hasil
Kemungkinan tersebut terjadi karena
penelitian untuk variabel konsep diri
peneliti
adalah
pada
Negeri
4
siswa-siswi
Surakarta
kurang
melakukan
wawancara,
cermat
observasi
dan
jumlah
dalam
71,51
sedangkan
rerata
dan
hipotetik konsep diri menunjukkan
subjek
angka 60. Hal ini menunjukkan
kurang banyak dalam observasi dan
bahwa
wawancara awal. Sehingga dugaan
konsep diri tinggi akan terlihat lebih
awal tidak sesuai dengan keadaan
optimis, penuh percaya diri dan
yang
ini
selalu
bersikap
positif
terhadap
menunjukkan bahwa gaya hidup
segala
sesuatu,
juga
terhadap
hedonis yang rendah adalah gaya
kegagalan yang dialaminya. Mereka
hidup yang tidak berorientasi pada
juga mampu menghargai dirinya dan
kemewhan. Gaya hidup hedonis yang
melihat hal-hal positif yang dapat
rendah diwujudkan dalam perilaku
dilakukan demi keberhasilan di masa
dengan tidak memakai pakaian serta
yang
aksesoris
Fauziah, 2008).
sebenarnya.
bermerk,
Hal
mengunjungi
remaja
akan
yang
mempunyai
datang (Rini
dalam
mall, maupun menggunakan telepon
Berdasarkan hasil analisis yang
genggam dengan layanan fasilitas
menunjukkan bahwa konsep diri
terbaru. (Bujang, 2009).
memberikan
Pada penelitian ini konsep diri
sumbangan
efektif
sebesar 22% terhadap perilaku gaya
termasuk dalam kategori tinggi. Pada
hidup
14
hedonis
sehingga
dapat
dijadikan
tolak
ukur.
Hal
ini
stabil. Sehingga bagi remaja dengan
menunjukkan bahwa konsep diri
karakteristik
mempengaruhi perilaku gaya hidup
membutuhkan teman-teman, faktor
hedonis
eksternal seperti kelompok referensi,
sebesar
22%,
sehingga
yang
masih
sangat
masih ada 78% faktor lain yang
keluarga,
mempengaruhi perilaku gaya hidup
kebudayaan
hedonis. Hal ini sesuai dengan
pengaruhnya
pendapat
dibandingkan dengan konsep diri
Amstrong
Deriyansyah
dkk,
menyatakan
bahwa
(dalam
2013)
yang
kelas
sosial,
dan
akan
lebih
kuat
bagi
remaja
bila
(Purnomo, 2009).
faktor-faktor
yang mempengaruhi gaya hidup
KESIMPULAN
seseorang adalah sikap, pengalaman
Berdasarkan hasil analisis data
dan pengamatan, kepribadian, motif,
dan pembahasan dapat disimpulkan
persepsi, kelompok referensi, kelas
bahwa:
sosial, keluarga, dan kebudayaan.
1. Ada
Dari
pendapat
tersebut
dapat
2. Tingkat konsep diri termasuk
yaitu faktor yang berasal dari dalam
dalam kategori tinggi.
diri individu (internal) dan faktor
3. Tingkat
yang berasal dari luar (eksternal).
gaya
hidup
hedonis
termasuk dalam kategori rendah.
sikap,
4. Sumbangan efektif konsp diri
pengamatan,
terhadap gaya hidup hedonis
kepribadian, konsep diri, motif, dan
adalah 22% , artinya ada 78%
persepsi. Dan faktor eksternal yaitu
dari
faktor
lain
yang
kelompok referensi, keluarga, kelas
mempengaruhi
gaya
hidup
sosial, dan kebudayaan. Sumbangan
hedonis yang diantaranya adalah
efektif yang tergolong kecil tersebut
sikap,
menunjukkan bahwa konsep diri
pengamatan, kepribadian, motif,
pada diri remaja cendeung belum
persepsi,
pengalaman
dan
yaitu
yang
diri dengan gaya hidup hedonis.
yang mempengaruhi gaya hidup
internal
negatif
sangat signifikan antara konsep
dikelompokkan bahwa faktor-faktor
Faktor
hubungan
15
pengalaman
kelompok
dan
referensi,
kelas
sosial,
keluarga,
dan
2. Bagi subjek penelitian, remaja
kebudayaan.
disarankan
untuk
dapat
menghargai dirinya dan memiliki
pandangan yang positif dengan
SARAN
Berdasarkan
hasil
kesimpulan
cara remaja bersikap optimis,
penelitian, penulis menyampaikan
menyadari
rekomendasi saran yang diharapkan
kekurangan yang ada, mampu
dapat bermanfaat sebagai berikut:
beradaptasi
dengan
baik
1. Bagi pihak sekolah diharapkan
lingkungan
sekitar,
sehingga
untuk memberikan lingkungan
remaja
lebih
yang sehat pada remaja, karena
mengambangkan kelebihan dan
lingkungan
merupakan
faktor
potensi yang dimiliki agar dapat
pengalaman
yang
sangat
lebih
penting
dalam
berkembangnya kelebihan serta
pembentukan konsep diri bagi
potensi, diharapkan remaja akan
remaja,
lebih menyukai dirinya tanpa
berperan
oleh
karena
itu
harus
dapat
hedonis.
wawasan
menerima
mengikuti
di
dapat
berprestasi.
diharapkan agar pihak sekolah
memberikan
dan
Dengan
pola
hidup
menganai pentingnya konsep diri
3. Bagi orang tua diharapkan untuk
bagi seorang remaja sehingga
tidak membiasakan anak dengan
konsep diri yang terbentuk akan
gaya
lebih bersifat positif. Dengan
membangun komunikasi
konsep
diri
diharapkan
hidup
yang
hedonis,
yang
yang
positif
baik dengan anak sehingga orang
remaja
dapat
tua memahami anak dari segi
memanifestasikannya ke dalam
psikis
bentuk gaya hidup yang lebih
membentuk konsep diri yang
baik seperti gaya hidup sehat,
positif pada anak, memberikan
dan tidak terjerumus pada gaya
kebebasan
hidup hedonis yang cenderung
bersosialisasi dengan lingkungan
negatif.
sekitar dengan batasan-batasan
16
dan
mampu
anak
untuk
dalam
mahasiswa/ akses pada tanggal
1/11/2014/4:00 pm.
tertentu, dan menanamkan nilainilai moral pada anak untuk tidak
Fauziah, I., Ekasari, A. (2008).
Hubungan Antara Konsep Diri
Dengan Kecerdasan Emosional
Pada Remaja. Jurnal Soul
Volume 1 No 2 Hal 16-28.
terjerumus dalam perilaku gaya
hidup hedonis.
4. Bagi peneliti lain diharapkan
untuk menambah variabel bebas
selain
konsep
diri,
Gunarsa, S.D., Gunarsa,Y.S. (2003).
Psikologi Remaja (Cetakan
kelima belas). Jakarta: BPK
Gunung Mulia.
misalnya
kepercayaan diri atau harga diri.
Hadi,
S. (2000).
Research
II.
Penerbit Andi
Hadi,
S. (2000).
Metodologi
Research.
Yogyakarta:
Fakultas Psikologi Universitas
Gadjah Mada.
DAFTAR PUSTAKA
Berzonsky, M.D. (1981). Adolescent
Development. New York: Mac
Milen Publishing. Co Inc
Bujang, L. (2009). http://www.ubb.
ac.id/menulengkap.php.
Pangkal Pinang: Universitas
Bangka Belitung .
Metodologi
Yogyakarta:
Masmuadi, A., Aliza, M. (2007).
Hubngan Antara Konsep Diri
Dengan Kecenderungan Gaya
Hidup Hedonis Pada Remaja.
Skripsi. Yogyakarta: Fakultas
Psikologi dan Ilmu Sosial
Budaya Universitas Islam
Indonesia.
Dariyo, A. (2004). Psikologi
Perkembangan Remaja . Bogor
Selatan: Ghalia.
Deriyansyah P., Dauzan, A. (2013).
Potret Gaya Hidup Hedonisme
di Kalangan Mahasiswa (Studi
pada Mahasiswa Sosiologi
FISIP Universitas Lampung).
Jurnal Sociologie Volume 1 No
3 Hal 184-193. Lampung:
Universitas Lampung.
Miller, D. (1998). Theory of
Shopping.
Polity
Press,
Cambridge, MA.
Purnomo, K. (2009). Hubungan
Antara Konsep Diri Dengan
Gaya Hidup Hedonis Pada
Remaja . Skripsi. Semarang:
Fakultas Psikologi Universitas
Katolik Soegijapranata.
Diponegoro, A.M. (2004). Analisis
Faktor
Kepuasan
Hidup
Remaja. Jurnal Phronesis
Volume 6 No 12 Hal 13-28 .
Yogyakarta:
Universitas
Ahmad Dahlan.
Ribeiro, P., Carvalho, S. (2010).
Hedonic
and
Utilitarian
Shopping Motivations Among
Portuguese
Young
Adult
Consumers.
International
Journal
of
Retail
&
Distribution
Management
Eramadina. (2013). Hedonisme
Dikalangan
Mahasiswa.
Didapat dari: http://eramadina.
com/hedonisme di kalangan
17
Volume 38 No. 7 Hal 538-558.
Portugal:
Universidade
Fernando Pessoa.
Susianto, H. (1993). Studi Gaya
Hidup
Sebagai
Upaya
Mengenali Kebutuhan Anak
Muda. Jurnal Psikologi dan
Masyarakat Volume 1 No 1
Hal 55-76 . Jakarta: Grasindo
P.T Gramedia.
Swastha, B.H.D. (1998). Manajemen
Penjualan. Jogjakarta: BPFE
Syafaati, A., Lestari, R., Asyanti, S.
(2008). Dugem: Gaya Hidup
Hedonis Kalangan Anak Muda.
Jurnal
Ilmiah
Berkala
Psikologi Volume 10 No 2 Hal
2-15.
Surakarta:
Fakultas
Psikologi
Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
Tjipto, S. (2006). Konsep Diri Positif
Menentukan Prestasi Anak.
Yogyakarta: Kanisius.s
18