Perbedaan Tingkat Keparahan Gingivitis pada Tunanetra dan Tidak Tunanetra Usia 9-14 Tahun.
v ABSTRAK
Rongga mulut yang sehat berarti memiliki gigi yang baik dan merupakan bagian integral dari kesehatan umum yang penting untuk kesejahteraan. Individu dengan keterbatasan penglihatan seringkali menghadapi masalah karena hambatan dalam fungsi penglihatannya, salah satunya masalah kesehatan gigi dan mulut termasuk gingivitis karena pengetahuan mereka akan kesehatan gigi dan mulut juga terbatas.
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui perbedaan tingkat keparahan gingivitis pada tunanetra dan tidak tunanetra usia 9-14 tahun.
Penelitian ini merupakan penelitian analitik komparatif, dengan desain penelitian potong silang. Metode pengambilan sampel menggunakan purposive sampling dengan subjek penelitian 60 orang yang dibagi menjadi 2 kelompok. Kelompok pertama yakni tunanetra dan kelompok kedua yakni tidak tunanetra. Kemudian dinilai derajat inflamasi gingiva dengan menggunakan indeks gingiva Loe and Silness. Analisis data menggunakan uji Kruskal-Wallis dan dilanjutkan dengan uji Mann-Whitney. Hasil yang diperoleh ialah terdapat perbedaan tingkat keparahan gingivitis antar kelompok perlakuan secara statistik (p <0,05).
Simpulan penelitian ini adalah terdapat perbedaan tingkat keparahan gingivitis pada tunanetra dan tidak tunanetra.
(2)
vi ABSTRACT
Oral health means more than good teeth it is integral to general health and essential for well being. Individuals with visual impairment can have a negative effect upon oral hygiene, include gingivitis, because of their inability to visually assess and knowledge of periodontal disease.
The aim of the study was to investigate the severity of gingivitis on a group of visually impaired and normal people aged 9-14 years.
This study was comparative analytical with cross secional study. Technique sampling that used purposiva sampling with 60 subjects were divided into two groups. Group one as visually impaired, and group two as normal children. Then the severity of gingivitis was assessed according to gingival index Loe and Silness. Data is analyzed with Kruskal-Wallis test and continued by Mann-Whitney test. The result of the experiment shows there is statistically significance difference (p<0,05) between severity of gingivitis of each group.
It is concluded from the experiment that differences severity of gingivitis in the visually impaired than among normal children.
(3)
vii DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
LEMBAR PERNYATAAN MAHASISWA ... iii
LEMBAR PERSETUJUAN PERBAIKAN (REVISI) SKRIPSI ... iv
ABSTRAK ... v
ABSTRACT ... vi
PRAKATA ... vii
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR TABEL... xiv
DAFTAR GAMBAR ... xv
DAFTAR DIAGRAM ... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ... xvii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Identifikasi Masalah ... 2
1.3 Tujuan Penelitian ... 2
1.4 Manfaat Penelitian ... 3
1.5 Kerangka Pemikiran... 4
1.6 Hipotesis ... 5
1.7 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 5
(4)
viii
2.1 Anatomi Bola Mata ... 6
2.1.1 Konjungtiva ... 7
2.1.2 Sklera dan Episklera ... 7
2.1.3 Kornea ... 7
2.1.4 Traktus Uvealis ... 8
2.1.5 Lensa ... 9
2.1.6 Aqueous Humor ... 9
2.1.7 Retina ... 9
2.2 Tunanetra ... 10
2.2.1 Etiologi Tunanetra ... 10
2.3 Mukosa Rongga Mulut ... 11
2.3.1 Anatomi Gingiva ... 11
2.3.1.1 Margin Gingiva ... 12
2.3.1.2 Sulkus Gingiva ... 12
2.3.1.3 Gingiva Cekat ... 13
2.3.1.4 Interdental Gingiva ... 13
2.3.1.5 Jaringan Ikat Gingiva ... 14
2.3.1.6 Serat Gingiva ... 14
2.3.1.7 Elemen Seluler ... 15
2.3.1.8 Pembuluh Darah, Limfatik, dan Persarafan ... 15
2.3.2 Gingiva Normal ... 16
2.4 Gingivitis... 18
(5)
ix
2.4.2 Patogenesis Gingivitis ... 20
2.4.3 Klasifikasi Gingivitis ... 22
2.4.4 Gambaran Klinis Gingivitis ... 24
2.5 Indeks Gingiva ... 25
2.6 Instruksi Menjaga Kebersihan Mulut... 26
BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN ... 32
3.1 Alat dan Bahan ... 28
3.1.1 Alat Penelitian ... 28
3.1.2 Bahan Penelitian ... 28
3.2 Metode Penelitian ... 29
3.2.1 Desain Penelitian ... 29
3.2.2 Variabel Penelitian ... 29
3.2.3 Definisi Operasional ... 30
3.2.4 Populasi dan Sampel Penelitian ... 30
3.2.5 Kriteria Sampel Penelitian ... 32
3.2.6 Pelaksanaan Penelitian ... 32
3.3 Metode Analisis Data ... 36
3.3.1 Hipotesis Statistik ... 36
3.3.2 Kriteria Uji ... 36
3.4 Aspek Etik Penelitian ... 37
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN... 38
4.1 Hasil Penelitian ... 38
(6)
x
4.3 Uji Hipotesis ... 47
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 48
DAFTAR PUSTAKA ... 49
LAMPIRAN ... 53
(7)
xi
DAFTAR TABEL
No Teks Halaman
Tabel 4.1 Tingkat Keparahan Gingivitis Usia 9-14 Tahun ... 40 Tabel 4.2 Hasil Penelitian Tingkat Keparahan Gingivitis pada Tunanetra dan
Tidak Tunanetra ... 42 Tabel 4.3 Hasil Uji Normalitas ... 43 Tabel 4.1 Hasil Uji Mann-Whitney ... 43
(8)
xii
DAFTAR GAMBAR
No Teks Halaman
Gambar 2.1 Struktur Bola Mata Manusia. ... 6
Gambar 2.2 Struktur Luar Mata. ... 8
Gambar 2.3 Traktus Uvealis. ... 8
Gambar 2.4 Retina Normal. ... 10
Gambar 2.5 Struktur Anatomi Gingiva. ... 12
Gambar 2.6 Anatomi Normal Interdental Gingiva. ... 13
(9)
xiii
DAFTAR DIAGRAM
No Teks Halaman
Diagram 3.1 Alur Penelitian. ... 35
Diagram 4.1 Distribusi Responden Berdasarkan Usia. ... 38
Diagram 4.2 Distribusi Responden Yang Mengalami Gingivitis. ... 39
Diagram 4.3 Distribusi Tingkat Keparahan Gingivitis Pada Usia 9-14 Tahun. ...41
Diagram 4.4 Tingkat Keparahan Gingivitis Pada Tunanetra dan Tidak Tunanetra ... 42
(10)
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
No Teks Halaman
Lampiran1 Lembar Persetujuan Komisi Etik Penelitian. ... 53
Lampiran 2 Surat Permohonan Penelitian di SLBN A Kota Bandung. ... 54
Lampiran 3 Surat Permohonan Penelitian di SDN Sukasari 1 Bandung. ... 55
Lampiran 4 Surat Keterangan Penelitian di SLBN A Kota Bandung. ... 56
Lampiran 5 Surat Keterangan Penelitian di SDN Sukasari 1 Bandung. ... 57
Lampiran 6 Informed Consent. ... 58
Lampiran 7 Alat dan Bahan Penelitian. ... 59
Lampiran 8 Lembar Pemeriksaan. ... 62
Lampiran 9 Dokumentasi Penelitian. ... 63
Lampiran 10 Hasil Pemeriksaan Gingiva Pada Tunanetra dan Tidak Tunanetra. . 65
Lampiran 11 Uji Shapiro-Wilk. ... 67
Lampiran 12 Uji Kruskal-Wallis. ... 69
(11)
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Rongga mulut yang sehat berarti memiliki gigi yang baik dan merupakan bagian integral dari kesehatan umum yang penting untuk kesejahteraan. Kesehatan mulut yang buruk memiliki dampak negatif terhadap tampilan wajah, keadaan gigi, proses berbicara, kemampuan untuk mengunyah dan menikmati makanan, penyerapan nutrisi dari makanan, proses pencernaan makanan, bau mulut, karies gigi, gingivitis, periodontitis, dan kehilangan gigi. Individu dengan keterbatasan penglihatan seringkali menghadapi berbagai masalah karena hambatan dalam fungsi penglihatannya, begitu juga masalah kesehatan gigi dan mulut termasuk gingivitis.1,2
Hasil riset kesehatan dasar (RISKESDAS) tahun 2013 menyatakan bahwa prevalensi tunanetra di Indonesia sebesar 0,4%, lebih rendah dibandingkan prevalensi tunanetra pada tahun 2007 (0,9%). Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 juga melaporkan bahwa sebesar 25,9% penduduk Indonesia mempunyai masalah gigi dan mulut, salah satunya penyakit pada gingiva yakni gingivitis.3
Gingivitis merupakan inflamasi pada jaringan gingiva yang umum terjadi akibat adanya respon bakteri yang hidup pada biofilms di margin dan sulkus gingiva, dengan gambaran klinis seperti kemerahan pada gingiva, perdarahan saat dilakukan probing, dan tidak disertai kehilangan perlekatan jaringan lunak. Gingivitis umum terjadi pada anak dan usia remaja, meskipun gingivitis tidak
(12)
2
selalu berkembang menjadi periodontitis, manajemen penyakit gingiva pada anak penting karena periodontitis selalu didahului oleh gingivitis.4,5
Penelitian pada remaja di Irak, menyatakan bahwa tingkat permasalahan gigi dan mulut cukup tinggi pada tunanetra karena terbatasnya kemampuan untuk menjaga kebersihan rongga mulut sehingga diperlukan perhatian khusus mengingat terjadinya gingivitis pada tunanetra cukup tinggi.6
Berdasarkan uraian tersebut diatas, penulis tertarik ingin mengetahui bagaimana perbedaan tingkat keparahan gingivitis pada tunanetra dan tidak tunanetra.
1.2Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas maka pada penelitian ini dapat diidentifikasi masalah yakni apakah terdapat perbedaan tingkat keparahan gingivitis antara tunanetra dan tidak tunanetra usia 9-14 tahun.
1.3Tujuan Penelitian
Berdasarkan identifikasi masalah maka tujuan penelitian adalah mengetahui perbedaan tingkat keparahan gingivitis pada tunanetra dan tidak tunanetra usia 9-14 tahun.
(13)
3
1.4Manfaat Penelitian a. Manfaat Akademik
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan mengenai tingkat keparahan gingivitis.
b. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan menambah pengetahuan, dan kesadaran masyarakat mengenai pentingnya menjaga kesehatan gigi dan mulut sejak dini.
c. Manfaat bagi Institusi
Penelitian ini diharapkan menambah informasi yang dapat dijadikan dasar untuk meningkatkan pengetahuan, sikap, dan upaya pencegahan gingivitis, khususnya pada individu yang memiliki keterbatasan penglihatan.
1.5Kerangka Pemikiran
Gingivitis merupakan inflamasi yang terjadi pada gingiva dan tidak disertai dengan kehilangan perlekatan jaringan dan kehilangan tulang. Gingivitis disebabkan oleh mikroorganisme yang berkolonisasi di permukaan gigi dan sulkus gingiva.7
Gingivitis umum terjadi pada anak, dengan prevalensi terendah gingivitis yakni pada masa prasekolah, dan mempengaruhi hingga 70% dari anak berusia tujuh tahun. Gingivitis cenderung terus meningkat seiring bertambahnya usia, dan puncaknya saat masa pubertas. Anak memiliki insiden tinggi untuk mengalami gingivitis tetapi tidak parah seperti orang dewasa.5
(14)
4
Penyebab utama gingivitis yakni plak pada gigi, yang berhubungan dengan kebersihan mulut yang kurang baik, dan juga rendahnya pengetahuan mengenai cara menjaga kebersihan gigi dan mulut dengan benar. Keterbatasan penglihatan menghambat tunanetra dalam memperoleh pengetahuan mengenai cara menjaga kebersihan gigi dan mulut sehingga berdampak pada status kesehatan gingiva.5,8 Individu yang memiliki keterbatasan fisik seperti keterbatasan penglihatan, umumnya memiliki kondisi yang kurang baik pada kesehatan rongga mulut, tingkat penumpukan kalkulus serta debris lebih tinggi dibandingkan dengan individu yang tidak memiliki keterbatasan penglihatan. Tunanetra memiliki risiko tinggi terkena gingivitis mengingat ketidakmampuan untuk menilai plak yang melekat pada gigi secara visual, sehingga tidak dapat mendeteksi dan mengenali tanda awal terjadinya gingivitis, dan tidak dapat mengambil tindakan preventif yang tepat apalagi jika keterampilan motorik anak juga ikut terbatas.1,2,9
Kesehatan gigi dan mulut seseorang juga tergantung pada beberapa faktor seperti tingkat pendidikan orang tua, situasi sosial ekonomi, usia, serta pengetahuan mengenai cara menjaga kesehatan gigi dan mulut, sehingga kebiasaan menjaga kebersihan rongga mulut harus diajarkan sejak usia dini, termasuk instruksi tentang teknik, dan frekuensi menyikat gigi. Terutama untuk anak yang memiliki keterbatasan fisik salah satunya keterbatasan penglihatan, sebaiknya mendapatkan perhatian khusus untuk tindakan preventif yang tepat.1,5
(15)
5
1.6Hipotesis
Hipotesis dari penelitian ini adalah terdapat perbedaan tingkat keparahan gingivitis pada tunanetra dan tidak tunanetra usia 9-14 tahun.
1.7Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan pada kelompok tunanetra di SLB Negeri A Kota Bandung dan kelompok tidak tunanetra di SDN Sukasari 1, Bandung. Penelitian dimulai sejak bulan Desember hingga bulan Mei 2015.
(16)
48 BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan tingkat keparahan gingivitis antara tunanetra dan tidak tunanetra.
5.2 Saran
1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut pada subjek penelitian dengan kelompok usia yang lebih spesifik.
2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai kondisi periodontal pada anak berkebutuhan khusus tipe lainnya.
(17)
49
DAFTAR PUSTAKA
1. Bekiroglu N, Acar N, Kargul B. Caries Experience and Oral Hygiene Status of a Group of Visually Impaired Children in Istanbul, Turkey. Oral Health and Preventive Dentistry; 2012: 1 (10): 75-81.
2. Mahoney EK, Kumar N, Porter SR. Effect of Visual Impairment Upon Oral Health Care: A Review. British Dental Journal; 2008: 2 (204): 63-67.
3. Anonimous. Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2013. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian RI. [serial online] 2013 [cited 11
Desember 2014]. Available from URL:
http://www.litbang.depkes.go.id/sites/download/rkd2013/Laporan_Riskesdas 2013.PDF
4. Pinkham JR, Casamassimo PS, Fields HW, McTigue DJ, Nowak AJ. Pediatric Dentistry Infancy Through Adolescence. 4th ed. Saunders Elsevier; 2005: p.414.
5. Newman MG, Takei HH, Klokkevold PR, Carranza FA. Carranza’s Clinical Periodontology. 11th ed. Saunders Elsevier; 2012.
6. Al-Alousi J. Oral Health Status and Treatment Needs among Blind Children in Iraq. Oral Health Status and Treatment Needs among Blind; MDJ Journal. 2009: 6 (4): 313-324.
7. Mohd-Dom TN, et al. Self-Reported Oral Hygiene Practices and Periodontal Status of Visually Impaired Adults. Global Journal of Health Science; 2010: 2 (2): 184-191.
8. Mintjelungan C, Tambunan E, Takahidangan S. Hubungan Pengetahuan Kesehatan Gigi dan Mulut dengan Status Kesehatan Gingiva pada Penyandang Tunanetra di Panti Tunanetra Manado. Jurnal e-Gigi; 2013: 2(1).
9. Al-Sinaidi AA. Oral Hygiene in Practices and Periodontal Health Status of Visually Impaired Saudi Adults in Riyadh, Saudi Arabia. Pakistan Oral and Dental Journal; 2013: 1 (33): 82-86.
10. Riordan-Eva P, Whitcher JP. Vaughan & Asbury : General Ophthalmology. 17th ed. Mc Graw Hill Companies.
(18)
50
11. Ganong WF. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran (Review of Medical Physiology). 20thed. Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2003.
12. Ilyas S, Yulianti SR. Ilmu Penyakit Mata. Edisi 5. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2014.
13. Ilyas S. Penuntun Ilmu Penyakit Mata. Edisi 2. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2001.
14. Ilyas S. Ilmu Penyakit Mata. Edisi 2. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2002.
15. Abdullah N. Bagaimana Mengajar Anak Tunanetra (Di Sekolah Inklusi). Jurnal Magistra; 2012 Desember: 8-16.
16. Dean JA, Avery DR, McDonald RE. Dentistry for the Child and Adolescent. 9th ed. Saunders Elsevier; 2011. p.481-482.
17. Newman MG, Takei HH, Klokkevold PR, Carranza FA. Carranza’s Clinical Periodontology. 11th ed. Saunders Elsevier; 2012. p.27-12, 75-71, 83-76, 110-104, 354-349.
18. Newman MG, Takei HH, Klokkevold PR, Carranza FA. Carranza’s Clinical Periodontology. 12th ed. Saunders Elsevier; 2015. p.23-9, 50-45, 223-219, 230-224, 260-252.
19. Bathla S, Bathla M, Damie SG, Dyke TEV. Periodontics Revisited. Jaypee Brothers Medical Publisher; 2011. p.14-3, 53-46, 136-129, 275-268.
20. Shiffer J, Gehrig N, Willmann ED. Foundations of Periodontics For The Dental Hygienist. 3rd ed. Wolters Kluwer Health. Lippincott Williams and Wilkins; 2011. p.56-49.
21. Koch G, Poulsen S. Pediatric Dentistry A Clinical Approach. 2nd ed. Willey Blackwell; 2009. p:170-167, 334-331.
22. Clerehugh V, Tugnait A, Genco RJ. Periodontology at a Glance. Willey Blackwell; 2009. p:61-60.
(19)
51
23. Mueller HP, Hassel TM. Periodontology: The Essentials. Thieme New York; 2004. p:31-24.
24. Rateitschak KH, Wolf HF, Hassell TM. Color Atlas Of Dental Medicine : Periodontology. 3rd ed. Thieme Stuttgart New York; 2004. p.69-67, 71.
25. Bakti Husada. Pedoman Pelayanan Kesehatan Anak di Sekolah Luar Biasa (SLB) Bagi Petugas Kesehatan. Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Anak Kementrian Kesehatan RI; 2010.
26. Lindhe J, Karring T, Lang NP. Clinical Periodontology and Implant Dentistry. 4th ed. Blackwell Munksgaard. p.453-449.
27. Welbury RR, Duggal MS, Hosey MT. Paediatric Dentistry. 3rd ed. Oxford University Press; 2005.
28. McDonald RE, Avery DR, Dean JA. Dentistry for the Child and Adolescent. 8th ed. Mosby; 2004.
29. Davies RM, Davies GM, Elwood RP, Kay EJ. Prevention. Part 4: Toothbrushing : What advice should be given to patients?. British Dental Journal; 2003: 3(195): 135-141
30. Sardjono B, Sudono, Sari DK, Farida E, Nurindah RK, Adisetyani Y, dkk. Pedoman Pemeliharaan Kesehatan Gigi dan Mulut Ibu Hamil dan Anak Usia Balita Bagi Tenaga Kesehatan Di Fasilitas Pelayanan Kesehatan. Kementerian Kesehatan RI; 2012.
31. Hugar SM, Deshpande SD, Shigli A, Reddy RPV. An Overview of Gingival and Periodontal Diseases in 12 to 15 years using Gingivitis and Periodontitis Site Prevalence Index (WHO, 1978). World Journal of Dentistry; 2011: 2(3): 175-181.
32. Bhayya DP, Shyagali TR, Mallikarjun K. Study Of Oral Hygiene Status and Prevalence Of Gingival Diseases In 10-12 Year School Children in Maharashtra, India. Journal Int Oral Health; 2010. 2(3): 21-26.
33. Ketabi M, Tazhibi M, Mohebrasool S. The Prevalance and Risk Factors of Gingivitis Among the Children Referred to Isfahan Islamic Azad University (Khorasgan Branch) Dental School, In Iran. Dental Research Journal; 2006: 3(1): 1-4.
(20)
52
34. Pauraite J, Milciuviene S, Sakalauskiene J. The Prevalence Of Gingivitis Among 4-16 Year Old Schoolchildren In Kaunas. Baltic Dental and Maxillofacial Journal; 2003: 5(3): 97-100.
35. Avasthi K, Bansal K, Mittal M, Marwaha M. Oral Health Status of sensory Impaired Children in Delhi and Gurgaon. International Journal of Dental Clinic; 2011: 3(2): 21-23.
(1)
1.6Hipotesis
Hipotesis dari penelitian ini adalah terdapat perbedaan tingkat keparahan gingivitis pada tunanetra dan tidak tunanetra usia 9-14 tahun.
1.7Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan pada kelompok tunanetra di SLB Negeri A Kota Bandung dan kelompok tidak tunanetra di SDN Sukasari 1, Bandung. Penelitian dimulai sejak bulan Desember hingga bulan Mei 2015.
(2)
48 5.1 Simpulan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan tingkat keparahan gingivitis antara tunanetra dan tidak tunanetra.
5.2 Saran
1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut pada subjek penelitian dengan kelompok usia yang lebih spesifik.
2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai kondisi periodontal pada anak berkebutuhan khusus tipe lainnya.
(3)
DAFTAR PUSTAKA
1. Bekiroglu N, Acar N, Kargul B. Caries Experience and Oral Hygiene Status of a Group of Visually Impaired Children in Istanbul, Turkey. Oral Health and Preventive Dentistry; 2012: 1 (10): 75-81.
2. Mahoney EK, Kumar N, Porter SR. Effect of Visual Impairment Upon Oral Health Care: A Review. British Dental Journal; 2008: 2 (204): 63-67.
3. Anonimous. Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2013. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian RI. [serial online] 2013 [cited 11
Desember 2014]. Available from URL:
http://www.litbang.depkes.go.id/sites/download/rkd2013/Laporan_Riskesdas 2013.PDF
4. Pinkham JR, Casamassimo PS, Fields HW, McTigue DJ, Nowak AJ. Pediatric Dentistry Infancy Through Adolescence. 4th ed. Saunders Elsevier; 2005: p.414.
5. Newman MG, Takei HH, Klokkevold PR, Carranza FA. Carranza’s Clinical Periodontology. 11th ed. Saunders Elsevier; 2012.
6. Al-Alousi J. Oral Health Status and Treatment Needs among Blind Children in Iraq. Oral Health Status and Treatment Needs among Blind; MDJ Journal. 2009: 6 (4): 313-324.
7. Mohd-Dom TN, et al. Self-Reported Oral Hygiene Practices and Periodontal Status of Visually Impaired Adults. Global Journal of Health Science; 2010: 2 (2): 184-191.
8. Mintjelungan C, Tambunan E, Takahidangan S. Hubungan Pengetahuan Kesehatan Gigi dan Mulut dengan Status Kesehatan Gingiva pada Penyandang Tunanetra di Panti Tunanetra Manado. Jurnal e-Gigi; 2013: 2(1).
9. Al-Sinaidi AA. Oral Hygiene in Practices and Periodontal Health Status of Visually Impaired Saudi Adults in Riyadh, Saudi Arabia. Pakistan Oral and Dental Journal; 2013: 1 (33): 82-86.
10. Riordan-Eva P, Whitcher JP. Vaughan & Asbury : General Ophthalmology. 17th ed. Mc Graw Hill Companies.
(4)
11. Ganong WF. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran (Review of Medical Physiology). 20thed. Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2003.
12. Ilyas S, Yulianti SR. Ilmu Penyakit Mata. Edisi 5. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2014.
13. Ilyas S. Penuntun Ilmu Penyakit Mata. Edisi 2. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2001.
14. Ilyas S. Ilmu Penyakit Mata. Edisi 2. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2002.
15. Abdullah N. Bagaimana Mengajar Anak Tunanetra (Di Sekolah Inklusi). Jurnal Magistra; 2012 Desember: 8-16.
16. Dean JA, Avery DR, McDonald RE. Dentistry for the Child and Adolescent. 9th ed. Saunders Elsevier; 2011. p.481-482.
17. Newman MG, Takei HH, Klokkevold PR, Carranza FA. Carranza’s Clinical Periodontology. 11th ed. Saunders Elsevier; 2012. p.27-12, 75-71, 83-76, 110-104, 354-349.
18. Newman MG, Takei HH, Klokkevold PR, Carranza FA. Carranza’s Clinical Periodontology. 12th ed. Saunders Elsevier; 2015. p.23-9, 50-45, 223-219, 230-224, 260-252.
19. Bathla S, Bathla M, Damie SG, Dyke TEV. Periodontics Revisited. Jaypee Brothers Medical Publisher; 2011. p.14-3, 53-46, 136-129, 275-268.
20. Shiffer J, Gehrig N, Willmann ED. Foundations of Periodontics For The Dental Hygienist. 3rd ed. Wolters Kluwer Health. Lippincott Williams and Wilkins; 2011. p.56-49.
21. Koch G, Poulsen S. Pediatric Dentistry A Clinical Approach. 2nd ed. Willey Blackwell; 2009. p:170-167, 334-331.
22. Clerehugh V, Tugnait A, Genco RJ. Periodontology at a Glance. Willey Blackwell; 2009. p:61-60.
(5)
23. Mueller HP, Hassel TM. Periodontology: The Essentials. Thieme New York; 2004. p:31-24.
24. Rateitschak KH, Wolf HF, Hassell TM. Color Atlas Of Dental Medicine : Periodontology. 3rd ed. Thieme Stuttgart New York; 2004. p.69-67, 71.
25. Bakti Husada. Pedoman Pelayanan Kesehatan Anak di Sekolah Luar Biasa (SLB) Bagi Petugas Kesehatan. Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Anak Kementrian Kesehatan RI; 2010.
26. Lindhe J, Karring T, Lang NP. Clinical Periodontology and Implant Dentistry. 4th ed. Blackwell Munksgaard. p.453-449.
27. Welbury RR, Duggal MS, Hosey MT. Paediatric Dentistry. 3rd ed. Oxford University Press; 2005.
28. McDonald RE, Avery DR, Dean JA. Dentistry for the Child and Adolescent. 8th ed. Mosby; 2004.
29. Davies RM, Davies GM, Elwood RP, Kay EJ. Prevention. Part 4: Toothbrushing : What advice should be given to patients?. British Dental Journal; 2003: 3(195): 135-141
30. Sardjono B, Sudono, Sari DK, Farida E, Nurindah RK, Adisetyani Y, dkk. Pedoman Pemeliharaan Kesehatan Gigi dan Mulut Ibu Hamil dan Anak Usia Balita Bagi Tenaga Kesehatan Di Fasilitas Pelayanan Kesehatan. Kementerian Kesehatan RI; 2012.
31. Hugar SM, Deshpande SD, Shigli A, Reddy RPV. An Overview of Gingival and Periodontal Diseases in 12 to 15 years using Gingivitis and Periodontitis Site Prevalence Index (WHO, 1978). World Journal of Dentistry; 2011: 2(3): 175-181.
32. Bhayya DP, Shyagali TR, Mallikarjun K. Study Of Oral Hygiene Status and Prevalence Of Gingival Diseases In 10-12 Year School Children in Maharashtra, India. Journal Int Oral Health; 2010. 2(3): 21-26.
33. Ketabi M, Tazhibi M, Mohebrasool S. The Prevalance and Risk Factors of Gingivitis Among the Children Referred to Isfahan Islamic Azad University (Khorasgan Branch) Dental School, In Iran. Dental Research Journal; 2006: 3(1): 1-4.
(6)
34. Pauraite J, Milciuviene S, Sakalauskiene J. The Prevalence Of Gingivitis Among 4-16 Year Old Schoolchildren In Kaunas. Baltic Dental and Maxillofacial Journal; 2003: 5(3): 97-100.
35. Avasthi K, Bansal K, Mittal M, Marwaha M. Oral Health Status of sensory Impaired Children in Delhi and Gurgaon. International Journal of Dental Clinic; 2011: 3(2): 21-23.