Pemanfaatan komputer bicara dalam memenuhi kebutuhan informasi tunanetra di Yayasan Mitra Netra

(1)

PEMANFAATAN KOMPUTER BICARA DALAM MEMENUHI KEBUTUHAN INFORMASI TUNANETRA DI YAYASAN MITRA NETRA

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Perpustakaan (S.IP)

oleh: Nuraini Apriliana NIM. 1111025100038

PROGRAM STUDI ILMU PERPUSTAKAAN FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UIN SYARIF HIDAYAHTULLAH JAKARTA 1436 H / 2015 M


(2)

(3)

(4)

(5)

i ABSTRAK

Nuraini Apriliana (NIM: 1111025100038), Pemanfaatan Komputer Bicara dalam Memenuhi Kebutuhan Informasi Tunanetra di Yayasan Mitra Netra. Di bawah bimbingan Parhan Hidayat, M.Hum, Program Studi Ilmu Perpustakaan Fakultas Adab dan Humaniora Universitas Islam Negeri Syarif Hidayahtullah Jakarta, 2015.

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui sejauh mana pemanfaatan komputer bicara dalam memenuhi kebutuhan informasi para tunanetra. Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah observasi, wawancara dan dokumentasi, sedangkan teknik analisis data adalah reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian mengambarkan cara tunanetra memanfaatkan komputer, dalam pemanfaatannya tunanetra tidak menggunakan mouse melainkan tunanetra harus menghafal letak keyboard dan menghafal fungsi-fungsi dari setiap keyboard komputer. Pengganti kerja mouse di komputer bicara menggunakan panah atas, bawah, kanan dan kiri yang terdapat di keyboard komputer. Tombol panah atas, bawah, kanan dan kiri fungsinya untuk mengarahkan kursor ke lembaran kerja yang tunanetra inginkan. Dengan tombol Crt + panah bawah, tunanetra dapat mendengarkan hasil ketikannya dari awal paragraf sampai akhir, yang akan dibacakan oleh screen reader, dari mendengarkan itu tunanetra akan tahu kalimat yang salah, kemudian tunanetra dapat mengedit dengan mengarahkan kursor panah atas, bawah, kanan dan kiri sesuai letak dimana ada kalimat yang salah, kemudian tunanetra dapat mengetik kembali. Tujuan pemanfaatan komputer bicara oleh tunanetra untuk 4 kebutuhan diantaranya: untuk pendidikan, pekerjaan, rohani dan hiburan. Penelitian ini juga menemukan kebutuhan yang sifatnya bukan informasi, tetapi sifatnya untuk menghibur tunanetra dalam mengisi waktu kosongnya, seperti bermain audio games online.


(6)

ii

Nuraini Apriliana (NIM:1111025100038). Computer Talk Utilization to Needs Fill of Blind Information in Yayasan Mitra Netra. Under the guidance of Parhan Hidayat, M.Hum, Major of Library Science, Faculty of Adab dan Humanities Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2015. This research purpose to how to detecting Computer Talk Utilization to needs fill

of Blind’s Information. This kind of research is descriptive with the Qualitative

Method. Techniques for collecting data are observation, interview, and documentation, meanwhile techniques of data analysis are data reduction, data presentation, and drawing of a conclusion. Research results describe how the blind use the computers, the utilization of the blind do not use a mouse, but the blind have to memorize the keyboard layout and memorize the functions of any computer keyboard. Substitute work mouse of a computer talk using the arrow up, down, right and left that are on the computer keyboard. The arrow keys up, down, right and left function is to direct the cursor to the desired worksheet blind. With the keys Crt + down arrow, the blind can listen to the typing of the beginning of the paragraph to the end, which will be read by a screen reader, from listening to the blind will know the sentence is wrong, then the blind can edit by pointing the cursor arrow up, down, right and left appropriate location where there is a sentence that is wrong, then the blind can type back. The purpose of the speech by the blind use computers to meet four requirements are: education, employment, spiritual and entertainment. The study also found that the needs of nature is not information, but its nature to entertain blind in filling his empty time, such as audio play games online.


(7)

iii

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Segala puji bagi Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat, karunia serta bimbingaNya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan Tugas Akhir Kuliah

(Skripsi) ini dengan lancar dan tepat pada waktunya dengan judul “Pemanfaatan

Komputer Bicara dalam Memenuhi Kebutuhan Informasi Tunanetra di Yayasan

Mitra Netra” Shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada junjungan Nabi

Muhammad SAW. Tersusunya penulisan skripsi tidak lepas dari bantuan dan partisipasi dari berbagai pihak, oleh karena itu peneliti menyampaikan ucapan terimakasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Sukron Kamil, M.Ag selaku Dekan Fakultas adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayahtullah Jakarta.

2. Bapak Pungki Purnomo, MLIS selakuKetua Jurusan Ilmu Perpustakaan UIN Syarif Hidayahtullah Jakarta.

3. Bapak Mukmin Suprayogi, M.Si selaku Seketaris Jurusan Ilmu Perpustakaan UIN Syarif Hidayahtullah Jakarta.

4. Bapak Parhan Hidayat, M.Hum selaku dosen pembimbing yang telah memberikan pengarahan serta bersedia meluangkan waktunya hingga penulisan skripsi ini selesai.

5. Bapak Amir Fadillah, M.Si selaku dosen pembimbing akademik yang telah memberikan pengarahan selama proses akademik berlangsung. 6. Bapak Sugiyo, selaku instruktur komputer bicara yang selalu membantu


(8)

iv

7. Semua informan di Yayasan Mitra Netra, TR, RC, DN dan JT yang bersedia berpartisipasi serta meluangkan waktunya untuk menlengkapi penelitian ini.

8. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Ilmu Perpustakaan UIN Syarif Hidayahtullah Jakarta yang telah memberikan banyak ilmu pengetahuan kepada peneliti.

9. Sahabat-sahabat Rizki Novitasari, Dwi Noermawati Maulina terima kasih atas semua dukungannya.

10.Teman-teman Umi, Ade, Afda dan Eka terimakasih atas segala keceriaan, yang telah menjadi bagian dalam perjuangan hidup kita, saat ini dan yang akan datang.

11.Semua teman-teman kelas IPI B 2011, terima kasih atas kebersamaan dan kenangan indah, semoga IPI B selalu kompak kedepannya.

12.Seluruh teman-teman Jurusan Ilmu Perpustakaan 2011 terima kasih atas kebersamaan selama menjadi Mahasiswa Jurusan Ilmu Perpustakaan. Tetap menjaga rasa kekeluargaan di Jurusan Ilmu Perpustakaan.

13.Kedua Orang Tua ku Baharuddin dan Laksmi Andriani, abang ku Hardian Nur Azhari serta adik ku Alfin Rezaldi terima kasih untuk setiap untaian doa, kasih sayang, perhatian, dukungan, semangat dan motivasi yang tidak pernah putus, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

14.Semua pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu yang telah membantu menyelesaikan skripsi ini.


(9)

v

Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, namun peneliti berusaha semampu dengan kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki untuk menyususn penulisan skripsi dengan sebaik-baiknya. Oleh karena itu peneliti mengharapkan pratisipasi semua pihak untuk memberikan kontribusi baik kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaanya penulisan skripsi ini. Peneliti berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat dan menambah wawasan bagi pembacanya.

Wasalamu’alaikum Wr. Wb

Jakarta, 5 Juni 2015


(10)

vi LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 5

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 5

D. Definisi Istilah ... 6

E. Sistematika Penulisan ... 7

BAB II LITERATUR ... 8

A. Kebutuhan Dasar Manusia ... 8

1. Pengertian ... 8

2. Kebutuhan Informasi ... 9

3. Aspek dalam Kebutuhan Informasi ... 10

B. Tunanetra ... 13

1. Pengetian ... 13

2. Klasifikasi Tunanetra ... 14

3. Faktor Penyebab Tunanetra ... 17

4. Kebutuhan Penyandang Tunanetra ... 18

C. Software Komputer Bicara ... 18

1. Screen Reader ... 18

2. JAWS ... 19

3. NVDA ... 20

4. Mengaktifkan JAWS dan NVDA ... 21

5. Teknis Mengoperasikan Komputer Bicara ... 24

D. Penelitian Terdahulu ... 26

BAB III METODE PENELITIAN ... 30

A. Jenis dan Pendekatan Penelitian ... 31

B. Sumber Data ... 31

C. Informan ... 31

D. Teknik Pengolahan Data ... 33

E. Teknik Analisis Data ... 34


(11)

vii

BAB IV HASIL PENELITIAN dan PEMBAHASAN ... 38

A. Profil Objek Penelitian ... 38

1. Sejarah Berdirinya Yayasan Mitra Netra ... 38

2. Legilitas ... 40

3. Visi dan Misi Yayasan Mitra Netra ... 40

4. Personalia Instruktur Komputer Bicara ... 41

5. Struktur Yayasan Mitra Netra ... 42

6. Program dan Layanan ... 43

a. Program Bagian Rehabilitasi ... 43

b. Program Pendidikan ... 45

c. Program Tenaga Kerja ... 46

d. Produksi Yayasan Mitra Netra ... 46

7. Profil Pelatihan Komputer Bicara ... 47

a. Tujuan Pelatihan ... 47

b. Fasilitas ... 47

c. Materi ... 48

d. Syarat dan Ketentuan ... 48

B. Hasil Penelitian ... 49

Pemanfaatan Komputer Bicara dalam Memenuhi Kebutuhan Informasi Tunanetra ... 49

1. Intensitas Pemanfaatan Komputer Bicara ... 56

2. Peran Yayasan Mitra Netra dalam Pemanfaatan Komputer Bicara ... 56

3. Pemanfaatan Software JAWS dan NVDA ... 58

4. Perbedaan saat Memanfaatkan JAWS dan NVDA ... 59

5. Kendala Mengoperasikan JAWS dan NVDA untuk Memenuhi Kebutuhan Informasi ... 60

C. Pembahasan ... 62

Pemanfaatan Komputer Bicara dalam Memenuhi Kebutuhan Informasi ... 62

BAB V PENUTUP ... 69

A. Kesimpulan ... 69

B. Saran ... 70

DAFTAR PUSTAKA ... 72 LAMPIRAN-LAMPIRAN


(12)

viii

DAFTAR TABEL

1. Tabel 1 Profil Informan ... 32 2. Tabel 2 Jadwal Penelitian ... 37 3. Tabel 3 Personalia Instruktur Komputer Bicara ... 41


(13)

ix

DAFTAR LAMPIRAN

1. Lampiran 1 Pendoman Daftar Wawancara 2. Lampiran 2 Transkrip Wawancara

3. Lampiran 3 Daftar Anggotan Pelatihan Komputer Bicara 4. Lampiran 4 Surat Pengajuan Dosen Pembimbing

5. Lampiran 5 Surat Tugas Menjadi Pembimbing 6. Lampiran 6 Surat Pengantian Judul Skripsi 7. Lampiran 7 Surat Izin Penelitian

8. Lampiran 8 Surat Keterangan Penelitian


(14)

1 A. Latar Belakang

Saat ini kita berada pada era informasi di mana informasi memegang peranan penting dalam aspek kehidupan, siapa menguasai informasi maka ia yang memiliki peluang lebih dibanding yang tidak memiliki.1

Hampir setiap orang dalam kehidupannya tidak bisa dilepas dari informasi. Semua aspek dalam kehidupan selalu terhubung dengan informasi, hal itu menunjukkan informasi telah mendapatkan tempat yang sangat penting dalam aktivitas masyarakat. Faktanya semua orang selalu mencari informasi, hal itu membuat permintaan terhadap informasi begitu penting sehingga informasi memiliki nilai ekonomi yang tinggi.

Menurut Sutabri dalam buku ilmu perpustakaan dan kode etik pustakawan, informasi adalah data yang telah diproses ke dalam suatu bentuk yang mempunyai arti bagi si penerima dan mempunyai nilai nyata dan terasa bagi keputusan saat itu dan keputusan mendatang.2

Pernyataan informasi di atas sepaham dengan pernyataan Estabrook dalam buku teori dan praktik penelusuran informasi (Information Retrieval) bahwa informasi adalah suatu rekaman fenomena yang diamati, atau bisa juga berupa putusan-putusan yang dibuat.3

1

Sutarman, Pengantar Teknologi Informasi, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), h.10.

2

Wiji Suwarno, Ilmu Perpustakaan dan Kode Etik Pustakawan, (Jakarta: Ar-Ruzz Media, 2010), h. 42

3

Pawit M Yusup, Teori dan Praktik Penelusuran Informasi (Information Retrieval), (Jakarta: Kencana, 2010), h. 1-2.


(15)

Dari kedua pernyataan tersebut peneliti menyimpulkan bahwa informasi adalah data atau fenomena yang diamati kemudian diproses dalam bentuk rekaman atau bentuk lainya yang memiliki arti bagi penerima, lalu arti tersebut dipahami dan dipelajari sehingga, menjadi suatu keputusan yang dibuat untuk saat itu atau keputusan mendatang.

Pada dasarnya semua orang berhak untuk mendapatkan informasi, hal itu ditetapkan Pemerintah dalam UUD Tahun 1945 pasal 28 f

menyatakan “setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh

informasi untuk mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya, serta berhak untuk mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah dan menyampaikan informasi dengan menggunakan segala jenis saluran yang tersedia.4 Dengan adanya pasal di atas memberikan peluang bagi siapa pun untuk memperoleh informasi tanpa memandang perbedaan yang ada di masyarakat.

Seiring kemajuan teknologi membuat masyarakat selalu dimanjakan dengan teknologi-teknologi canggih yang dapat mempermudah masyarakat dalam memperoleh informasi. Kemajuan teknologi membawa banyak dampak positif bagi masyarakat khususnya masyarakat tunanetra. Banyak ilmuwan yang mengembangkan alat bantu untuk mempermudah tunanetra dalam mengakses informasi. hal ini juga didasari oleh Undang Undang Hak Asasi Manusia Nomor 39 Tahun 1999

yang tertera pada pasal 41 ayat 2 yang berbunyi “setiap penyandang cacat,

4

Republik Indonesia, Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 28 f, (Jakarta: Republik Indonesia, 2011), h. 153.


(16)

orang yang berusia lanjut, wanita hamil, dan anak-anak, berhak memperoleh kemudahan dan perlakuan khusus”.5

Perlakuan khusus juga diberikan oleh Yayasan Mitra Netra kepada masyarakat tunanetra. Yayasan Mitra Netra juga menyediakan beberapa fasilitas yang dapat menunjang tunanetra untuk memperoleh informasi agar dapat bisa berpartisipasi dalam bidang pendidikan dan lapangan kerja diantaranya: peralatan untuk membaca (mendengarkan) buku bicara digital, ruang untuk membaca atau mendengarkan buku, komputer bicara komputer desktop yang dilengkapi perangkat lunak pembaca layar, buku braille, buku bicara digital, dan gazebo untuk belajar. Salah satu fasilitas disediakan adalah komputer bicara yang menarik untuk dikaji.

Untuk bisa membuat komputer itu bicara memerlukan software khusus. Software yang diperulakn yaitu Screen Reader atau pembaca layar, software ini yang akan mengubah apa yang ada di layar menjadi bentuk suara. Dengan adanya screen reader dapat mempermudah akses tunanetra dalam memperoleh informasi untuk memenuhi kebutuhanya. Berdasarkan observasi peneliti komputer bicara berada di bidang Rehabilitasi dan Diklat yang diketuai oleh Yani Matondang sebagai kepala bidang Diklat. Komputer bicara yang tersedia sebanyak tujuh unit dan tunanetra yang mengikuti pelatihan mengoperasikan komputer bicara sebayak 39 peserta. 39 peserta secara rutin 1 minggu sekali peserta mengikuti kursus sesuai jadwal yang telah ditetapkan oleh intruktur.

5

Republik Indonesia, Undang-Undang N0 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia, (Jakarta: Republik Indonesia, 1999), h. 11.


(17)

Selain untuk pelatihan, komputer bicara tunanetra juga bisa dimanfaatkan untuk mengerjakan tugas, mencari materi pelajaran, mengirim email dan mendownload laporan kerja, musik dan lainya, semua itu merupakan informasi yang dibutuhkan tunanetra. Pada dasarnya menurut Krech, Crutchfield, dan Ballachey dalam buku pendoman praktis mencari informasi bahwa kebutuhan informasi setiap individu berbeda-beda, karena timbulnya kebutuhan pada seseorang dipengaruhi oleh fisiologis, situasi dan kognisinya, selain itu menurut Yusup, pada dasarnya tidak ada seorang pun yang tidak membutuhkan informasi.6 Begitu juga yang dirasakan tunanetra, setiap tunanetra pasti membutuhkan informasi dan informasi yang dibutuhkan pasti berbeda-beda.

Berdasarkan hasil observasi peneliti dilapangan bahwa terkadang tunanetra mengalami kesulitan dalam mengoperasikan komputer bicara untuk memenuhi kebutuhan informasinya, oleh sebab itu berdasarkan permasalahan tersebut peneliti ingin mengkaji lebih dalam lagi mengenai pemanfaatan komputer bicara di Yayasan Mitra Netra dalam memenuhi kebutuhan informasi tunanetra. Penelitian ini berjudul “Pemanfaatan Komputer Bicara Dalam Memenuhi Kebutuhan Informasi Tunanetra Di Yayasan Mitra Netra”.

6

Pawit M Yusup, Pedoman Praktis Mencari Informasi,(Bandung : Remaja Rosdakarya, 1995), h. 1-3.


(18)

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah

Penelitian dibatasi hanya membahas pemanfaatan komputer bicara dalam memenuhi kebutuhan informasi tunanetra di Yayasan Mitra Netra. Tunanetra dalam penelitian ini adalah tunanetra yang memanfaatkan komputer bicara untuk memenuhi kebutuhan informasinya.

2. Perumusan Masalah

Bagaimana pemanfaatan komputer bicara dalam memenuhi kebutuhan informasi para tunanetra ?

C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui sejauh mana pemanfaatan komputer bicara dalam memenuhi kebutuhan informasi tunanetra di Yayasan Mitra Netra.

b. Untuk mengetahui teknis tunanetra dalam mengoperasikan komputer bicara untuk memenuhi kebutuhan informasi di Yayasan Mitra Netra.

2. Manfaat Penelitian

a. Dapat bermanfaat bagi Yayasan Mitra Netra untuk mengetahui pemanfaatan komputer bicara dalam memenuhi kebutuhan informasi tunanetra.


(19)

b. Dapat bermanfaat bagi penulis untuk mengetahui cara tunanetra dalam mengoperasikan komputer bicara untuk memenuhi kebutuhan informasinya.

c. Diharapkan dapat menjadi tambahan informasi bagi masyarakat, ilmu pengetahuan, khususnya pada bidang Ilmu Perpustakaan dan Teknologi Informasi.

D. Definisi Istilah

1. Pemanfaatan adalah proses, cara, perbuatan memanfaatkan untuk kegiatan yang baik.

2. Komputer bicara merupakan perkembangan teknologi informasi yang diciptakan untuk menunjang kebutuhan tunanetra. Komputer bicara dapat terproses dengan menggunakan software.

3. Software merupakan perangkat lunak, karena tidak dapat disentuh oleh manusia tapi dapat dioperasikan oleh manusia, sehingga komputer bicara adalah teknologi yang dapat dioperasikan dengan software tertentu untuk dapat menghasilkan suara sehingga tunanetra dapat mengerti dan menggunakanya.

4. Tunanetra merupakan seseorang yang tidak mampu melihat atau seseorang yang mampu melihat tetapi terbatas sekali dan kurang dapat dimanfaatkan untuk kepentingan hidup sehari-hari, terutama dalam belajar.

5. Kebutuhan informasi adalah suatu keadaan yang harus dipenuhi untuk mengisi kekosongan akan informasi.


(20)

E. Sistematika Penulisan BAB I PENDAHULUAN

Bab ini memuat argumentasi seputar penelitian, meliputi latar belakang, dan pembatasan dan rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, definisi istilah, dan sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN LITERATUR

Bab ini menjelaskan tentang landasan teori tentang, kebutuhan dasar, kebutuhan informasi, klasifikasi tunanetra, software komputer bicara, teori mengoperasikan komputer bicara, teori pemanfaaatan teknologi informasi dan penelitian terdahulu.

BAB III METODE PENELITIAN

Bab ini membahas mengenai metodelogi penelitian: jenis dan pendekatan penelitian, sumber data, pemilihan informan, teknik analisis data dan jadwal penelitian

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini berisi mengenai profil objek penelitian dan hasil temuan penelitian dan pembahasan terkait pemanfaatan komputer bicara dalam memenuhi kebutuhan tunanetra di Yayasan Mitra Netra dan cara tunanetra dalam mengoperasikan komputer bicara.

BAB V PENUTUP

Bab ini merupakan bab akhir yang terdiri dari kesimpulan dan keseluruhan pembahasan di bab 1-4 serta saran yang terkait dengan temuan-temuan hasil dari penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti dilapangan.


(21)

8

TINJAUAN LITERATUR

A. Kebutuhan Dasar Manusia

1. Pengertian

Banyak teori yang membahas masalah kebutuhan seseorang akan informasi. Sebenarnya bukan informasi saja yang dibutuhkan oleh orang melainkan banyak variasinya, seperti yang dikemukakan oleh Maslow dalam buku ilmu informasi, komunikasi dan kepustakaan menjelaskan bahwa kebutuhan di mulai dari tahap kebutuhan yang paling dasar sampai kepada tingkat kebutuhan yang paling tinggi, yaitu sebagai berikut.

a. Kebutuhan fisiologis, misalnya rasa lapar dan haus.

b. Kebutuhan akan rasa aman, misalnya rasa aman dari gangguan atau ancaman.

c. Kebutuhan akan rasa cinta dan memiliki.

d. Kebutuhan akan rasa harga diri, misalnya rasa prestise, keberhasilan, serta respek pribadi.

e. Kebutuhan akan aktualisasi diri, misalnya hasrat untuk berdiri sendiri.1

Sedangkan menurut konsep psikolog kebutuhan dasar manusia dibagi menjadi tiga kategori :

1

Pawit M Yusup, Ilmu Informasi, komunikasi, dan Kepustakaan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009.), h. 336-337.


(22)

a. Kebutuhan fisiologis, seperti kebutuhan akan makanan, air tempat tinggal dll.

b. Kebutuhan afektif (kadang-kadang disebut kebutuhan psikologi atau emosional) seperti kebutuhan untuk pencapaian, penguasaan dll.

c. Kebutuhan kognitif, seperti kebutuhan untuk merencanakan, belajar ketrampilan dll.2

Dari beberapa penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa kebutuhan menurut Maslow menjelaskan kebutuhan manusia dari tingkat yang paling dasar, yaitu fisiologi sampai tingkat yang paling tinggi yaitu kebutuhan dasar manusia dikelompokan dalam konsep psikologi yakni fisiologi, afektif dan kognitif, namun kedua penjelasan tersebut sama-sama menjelaskan kebutuhan dasar manusia.

2. Kebutuhan Informasi

Dalam kamus besar bahasa Indonesia kebutuhan adalah seseuatu yang sangat diperlukan.3 Sedangkan kebutuhan informasi menurut Sulitiyo-Basuki dalam jurnal ilmu perpustakaan dan kearsipan menjelaskan bahwa kebutuhan informasi adalah informasi yang diinginkan seseorang untuk pekerjaan, penelitian, kepuasan rohani, pendidikan dan lain-lain.4 Setiap manusia pasti memeiliki kebutuhan yang berbeda-beda, seperti menurut Krech Crutchfield dan Ballachey dalam

2Wilson, T.D. “On User Studies and Information,”

Vol 62, No 6 (Sheffield: University of Sheffield, 2006), h. 663.

3

S.W.J. Poerwarminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustak, 1982), h 173.

4Riyan Sanjaya, “

Perilaku Mahasiswa Jurusan Ekonomi dalam Mencari Informasi untuk

Pemenuhan Kebutuhan Informasi di Perpustakaan Universitas Bung Hata,” Vol 1, No 1 (Padang:


(23)

buku teori dan praktis penelusuran Informasi bahwa kebutuhan setiap individunya pun bervariasi sehingga menyebabkan kebutuhan antara oarang satu dengan oarang lainnya berbeda-beda juga.5 Pakar lainnya menjelaskan kebutuhan informasi sebagai suatu keadaan yang terjadi dalam struktur kognisi seseorang yang dirasakan ada kekosongan informasi atau pengetahuan sebagai akibat tugas atau sekedar ingin tahu.6

Sehingga berdasarkan beberapa teori di atas penenliti menyimpulkan bahwa struktur kognisi yang kosong memunculkan perasaan akan kebutuhan yang diinginkan dan diperlukan, sehingga mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu agar kekosongan yang diinginkan dan diperlukan dapat terpenuhi dengan baik seperti dalam pekerjaan, pendidikan. Terjadinya kebutuhan informasi merupakan gabungan karakteristik personal dengan psikologi yang tidak mudah untuk diungkapkan dan seringkali keberadaaanya samar-samar dan tersebunyi di dalam alam bawah dasar kita.

a. Aspek dalam Kebutuhan Informasi

Untuk memenuhi kebutuhan informasi terdapat beberapa aspek yang dapat kita jadikan untuk mengetahui kebutuhan informasi yang dibutuhkan sesorang. Kebutuhan informasi manusia terbagi dalam tiga aspek, yaitu kebutuhan terkait dengan lingkunganya seseorang (person’s environment), peran sosial yang disandang

5

Pawit M Yusuf, Pendoman Praktis Mencari Informasi, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1995), h. 3.

6

Pawit M Yusuf dan Priyo Subekti, Teori dan Praktik Penelusuran Informasi: Informasi Retrival. (Jakarta: Kecana, 2010), h. 68.


(24)

(social roles), dan personal.7 Selain tiga aspek tersebut, ada juga pengguna terhadap informasi, menurut Guha dalam artikel hubungan antara program musik breakout di NET TV dengan pemenuhan kebutuhan informasi:

1) Pendekatan Kebutuhan Informasi Muktakhir (Current Need Approach), yaitu pendekatan kepada kebutuhan pengguna informasi yang sifatnya mutakhir. Pengguna berinteraksi dengan sistem informasi dengan cara yang sangat umum untuk meningkatkan pengetahuannya. Jenis pendekatan ini perlu ada interaksi yang sifatnya konstan anatar pengguna dan sistem informasi.

2) Pendekatan Kebutuhan Informasi Rutin (Eveyday Need Appoach), yaitu pendekatan terhadap kebutuhan pengguna yang sifatnya spesifik dan cepat. Dimana pendekatan kebutuhan ini menuntut adanya jawaban yang tepat dari pengolah informasi dalam memenuhi kebutuhan pengguna informasi.

3) Pendekatan Kebutuhan Informasi Mendalam (Exhaust Need Approach), yaitu kebutuhan informasi mendalam mengisyaratkan adanya suatu ketergantungan yang sangat tinggi dari pengguna terhadap informasi yang dibutuhkan. Kebutuhan ini membuat pengguna membutuhkan informasi yang akurat spesifik dan lengkap.

7Retty Diana Lestari, “

Kebutuhan Informasi Penyandang Cacat Tunanetra di SMPLB YPAB Surabaya,” (Surabaya: Departemen Informasi dan Perpustakaan Universitas Airlangga, 2012), h. 6.


(25)

4) Pendekatan Kebutuhan Informasi Sekilas (Catching-up Need Approach), yaitu pendektan kebutuhan informasi yang bersifat sekilas tetapi memberikan gambaran lengkap tentang suatu topik. Pendekatan kebutuhan ini membuat pengguna informasi juga membutuhkan informasi ringkas dan singkat namun jelas informasinya dan sesuai dengan kebutuhan informasi yang dibutuhkan oleh pengguna.8

Sedangkan menurut Sulistyo-Basuki dalam jurnal informasi dan kearsipan bahwa kebutuhan informasi dapat ditentukan oleh: 1) Kisaran informasi yang tersedia

2) Penggunaan informasi yang akan digunakan

3) Sistem sosial, ekonomi dan politik tempat pemakai berada dan 4) Konsekuensi penggunaan informasi.9

8

Devi dan Nova Yuliati, “Hubungan antara Program Musik Breakout di NET TV dengan Pemenuhan Kebutuhan Informasi Tentang Musik”, (Bandung: Universitas Islam Bandung, 2015), h. 235.

9


(26)

B. Tunanetra 1. Pengertian

Pengertian tunanetra dilihat dari segi etimologi bahasa: “tuna” = “rugi”, “netra” = “mata” atau cacat mata.10

Menurut (WHO)The World Health Organization dalam Encyclopedia of Global Health Blindness menguraikan “The World Health Organization (WHO) defines blindness as the inability to read the largest letter on a vision chart at a distance of 10 feet”. Artinya WHO mendefinisi kebutaan sebagai ketidakmampuan untuk membaca surat dalam grafik penglihatan pada jarak sepuluh kaki.11 Dari penjelasan pertama membicarakan tunanetra secara umum, sedangkan menurut WHO menjelaskan bahwa definisi tunanetra adalah seseorang yang tidak mampu membaca dengan jarak yang telah disepakati bersama. Pakar lainnya menjelaskan pengertian tunanetra tidak saja mereka yang tidak bisamelihat, tetapi mencakup juga mereka yang mampu melihat tetapi terbatas sekali dan kurang dapat dimanfaatakan untuk kepentingan hidup sehari-hari terutama dalam belajar. Jadi, anak-anak dengan kondisi penglihatan yang termasuk “setengah melihat”, “low vision”, atau rabun adalah bagaian dari kelompok anak tunanetra. Tunanetra adalah seseorang yang memiliki hambatan dalam penglihatan dapat dikalsifikasikan ke dalam dua golongan, yaitu: buta total (blind) dan low vision.12

10

Soekini Pradopo, dkk, Pendidikan Anak-Anak Tunanetra, (Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1977), h. 12.

11

Yawei Zhang, Encyclopedia of Global Health Blindness, (Thousand Oaks, Sage Publications, 2008), h.3.

12

Dewi Pandji, Sudahkah Kita Ramah: Anak Special Needs, (Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2013), h. 4.


(27)

Dari beberapa pengertian diatas, maka dapat disimpulkan pengertian tunanetra yaitu masyarakat yang terdiri dari anak-anak atau bahkan orang dewasa yang tidak dapat melihat, atau mengalami hambatan dalam penglihatananya (setengah melihat) termaksud kedalamtunanetra. Kedua pengertian diatas juga sejalan dalam menentukan karakteristik tunanetra, penjelasan itu di sampaikan dalam pengertian tunanetra, dimana tunanetra terdapat dua golongan yang dimaksud dengan tunanetra, yakni buta total (blind) dan setengah melihat (low vision).

2. Klasifikasi Tunanetra

Menurut aspek pendidikan tunanetra diklasifikasikan kedalam tiga katagori, yaitu:

a. Blind (buta): seseorang yang belajar menggunakan materi perabaan dan pendengaran.

b. Low vision (kurang lihat): seseorang yang dalam belajarnya masih dapat menggunakan penglihatanya dengan adaptasi tertentu.

c. Limited vision: seseorang yang mengalami gangguan penglihatan dalam belajar pada situasi yang normal.13

Menurut WHO karateristik seseorang dikatakan buta jika ketajaman penglihatanya <3/60, sedangkang jika <6/18 sampai ≥3/60, pandang <20º.14 Sedangkan menurut Somantri dalam jurnal resiliensi remaja

13

Herlina, dkk, “Profil Kebutuhan Psikologi Mahasiswa Tunanetra Di Fakultas Ilmu

Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia,” (Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia,

2008), h. 16.

14


(28)

penyadang tunanetra menjelaskan bahwa tunanetra dikelompokan menjadi dua macam yaitu:

a. Buta, jika sama sekali tidak mampu menerima rangsang cahaya dari luar (visusnya nol)

b. Low Vision, masih mampu menerima rangsang cahaya dari luar, tetapi ketajamanya lebih dari 6/20, atau hanya mampu membaca headline pada surat kabar.15

Dari beberapa penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa untuk dapat dikalsifikasikan tunanetra seseorang harus mengukur kemampuanmelihatnya dengan peraturan yang sudah berlaku, seperti yang WHO dan Somantri jelaskan. Pada umunya hasil pengukuran tersebut menghasilkan dua katagori, yakni blind dan low vision. Kedua katagori tunanetra memiliki tanda-tanda tertentu yang dapat dipahami, berikut merupakan penjelasan mengenai kedua golongan tersebut. Adapun ciri-ciri atau tanda-tanda tunanetra low vision, diantaranya:

a. Mata tampak merah.

b. Bola mata tampak keruh (putih-putih ditengah), dan kadang-kadang seperti mata kucing (bersinar).

c. Bola mata bergerak sangat cepat.

a. Penglihatan hanya mampu merespon terhadap cahaya, benda ukuran besar dengan warna mencolok.

b. Memicingkan mata pada saat terkena sinar matahari.

15

Mansa,“Resiliensi Remaja Penyandang Tunanetra Pada SLB A Ruhui Rahayu


(29)

c. Melihat obyek, menonton televisi, membaca buku atau melihat gambar di buku sangat dekat.

d. Menonton televisi sangat dekat.

e. Bila berjalan ditempat yang belum dikenal sering tersandung dan menabrak.

f. Pada saat matahari tenggelam tidak bisa melihat jelas (rabun senja). g. Sering membentur-benturkan kepala ke tempok.16

Ciri-ciri atau tanda-tanda tunanetra buta total (blind), diantaranya: a. Tidak mampu melihat cahaya

b. Kerusakan nyata pada kedua bola mata

c. Sering meraba-raba bila mencari sesuatu benda dan jika berjalan sering menabrak dan tersandung.

d. Bagian bola mata tampak jernih tidak bisa melihat cahaya maupun benda.

e. Sering menekan bola mata dengan jari.17

Dari kedua penjelasan mengenai karakteristik golongan tunanetra ini dapat disimpulkan bahwa golongan tunanetra (blind) ciri-cirinya tidak mampu melihat cahaya dari luar dengan tanda-tandanya yang telah diuraikan di atas, sedangkan golongan tunanetra (low vision) ciri-cirinya mampu menerima rangsangan cahaya dari luar, tetapi

16

Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Panduan Penanganan

Anak Berkebutuhan Khusus Bagi Pendamping: Orang Tua, Keluarga, dan Masyarakat,(Jakarta:

Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak,2013), h. 10-11.

17

Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Panduan Penanganan


(30)

ketajaman lebih dari 6/21 dengan benda besar dan warna yang mencolok.

1. Faktor Penyebab Tunanetra

Secara ilmiah ketunanetraan dapat disesbabkan oleh beberapa faktor yaitu:

a. Faktor Internal

Faktor internal merupakan faktor dari dalam, hal-hal yang termaksud faktor internal, yaitu faktor-faktor yang erat hubunganya dengan keadaan bayi selama masih dalam kandungan. Kemungkinan karena faktor gen (sifat pembawa keturunan), kondisi psikis ibu, kekurangan gizi, keracunan obat, dan sebagainya.

b. Faktor Ekstrernal

Faktor eksternal merupakan faktor dari luar, hal-hal yang termaksud faktor ekstrenal, diantaranya faktor-faktor yang terjadi pada saat atau sesudah bayi dilahirkan. Misalnya: kecelakaan, terkena penyakit, siphilis yang mengenai matanya saat dilahirkan, pengaruh alat bantu medis (tang) saat melahirkan sehingga sistem persyarafannya rusak, kurang gizi atau vitamin, terkena racun, virus trachoma, panas badan yang terlalu tinggi, serta peradangan mata karena penyakit, bakteri, ataupun virus.18

18


(31)

2. Kebutuhan Penyandang Tunanetra

Dari beberapa penjelasan mengenai kebutuhan dasar manusia dan kebutuhan manusia akan informasi semua kebutuhan yang telah di jelaskan oleh peneliti merupakan kebutuhan tunanetra, salah satunya kebutuhan kongnitif seperti, merencanakan dan belajar ketrampilan. Belajar ketrampilan sangat penting bagi tunanetra, karena dengan memiliki ketrampilan, penyandang tunanetra dapat mengisi kehidupannya lebih baik. Selain itu tunanetra juga membutuhkan informasi yang sama besar dengan orang normal pada umumnya untuk kebutuhan lifelong learning, pekerjaan dan untuk membantu mereka menjalankan perannya dalam kehidupan sosial disekitarnya.

C. Software Komputer Bicara

Dengan bantuan software pembaca layar atau screen reader seseorang yang mengalami kendala dalam penglihatan dapat menggunakan computer bahkan internet.

1. Screen Reader

Screen reader merupakan sistem text-to-speech yang dirancang untuk dapat membacakan isi tampilan komputer. Cara screen reader dapat membacakan tampilan computer yaitu dengan mengubah tampilan visual yang ada di layar menjadi audio dengan teknologi yang dinamakan screen reader. Screen Reader mempunyai lima fungsi yaitu:


(32)

a. Membaca teks serta grafik di layar komputer

b. Mengidentifikasi dan memberitahukan fungsi-fungsi dari fasilitas yang ada di windows

c. Mengidentifikasi grafik

d. Berfungsi sebagai pengganti mouse e. Sebagai alat penunjuk.19

Screen reader yang pernah digunakan Yayasan Mitra Netra diantaranya: JAWS (Job Access With Speech) dan NVDA (Non Visual Desktop Access). JAWS maupun NVDA atau bahkan screen reader merek lainya adalah software untuk menerjemahkan apa yang ada dilayar menjadi suara.

2. JAWS

JAWS adalah salah satu dari pembaca layar screen reader yang merupakan merek dagang dari screen reader yang diproduksi oleh the Blind and Low Vision Group (Freedom Scientific) di Petersburg, Florida,Amerika Serikat.20

Pertama kali dirilis pada tahun 1989 oleh Ted Hunter bersama rekannya, Rex Skipper. Versi asli dibuat untuk sistem operasi MS-DOS yang memungkinkan tunanetra untuk menggunakan program berbasis teks. Ketika sistem operasi MS-DOS mulai ditinggalkan karena perubahan Microsoft Windows maka dibuatlah JFW (JAWSfor Windows).

19

Erwan Baharudin, “Pemanfaatan Software,“ h.124.

20

Freedom Scientific, Blindness Solution: JAWS, http://www.freedomscientific.com, diakses pada 08 april 2015 pkl 16:56.


(33)

Perusahaan Freedom Scientific memproduksikan JAWS utuk mencari keuntungan, hal itu karena harga dari screen reader ini tergolong sangat mahal mencapai $1200, namun semua itu tentu sebanding dengan berbegai fasilitas yang ada di dalamnya.

Pembacaan teks pada Screen Reader dapat disesuaikan dengan pengguna. Bisa perhuruf, perkata atau perkalimat, sehingga dapat menghindari kesalahan dalam pengetikan yang biasa dilakukan oleh tunanetra. Kecepatan membaca Screen Reader juga bisa diatur, semakin mahir sesorang menggunakan Screen Reader maka semakin cepat pengaturan Screen Reader. Oleh karena itu Screen Reader dapat digunakan baik untuk bekerja dengan aplikasi seperti MS. Office, aplikasi e-mail, chatting via Yahoo, Messenger atau hanya sekedar browsing dengan internet.

3. NVDA

NVDA didirikan padal awal tahun 2007 oleh NV Access Limited, adalah organisai sosial asal Australia non profit yang dananya melalui hibah dan sumbangan, tujuan dari NV Access adalah untuk menurunkan hambatan ekonomi dan sosial yang terkait dengan mengakses teknologi informasi bagi orang-orang yang tunanetra atau gangguan penglihatan. NVDA telah diterjemahkan oleh relawan ke dalam lebih dari 43 bahasa21

21

Nvaccess,NVDAScreenReader:Corporate Info,


(34)

NVDA(Non Visual Desktop Access) adalah pembaca layar (screen reader) tak berbayar yang memungkinkan penyandang tunanetra dan gangguan penglihatan untuk menggunakan komputer. Aplikasi ini dapat membaca teks pada layar dalam suara yang terkomputerisasi. Pembaca dapat mengkontrol apa yang akan dibaca dengan memindahkan kursor ke area yang terdapat teks dengan tanda panah di keyboard.22

Pada umumnya, tunanetra Indonesia menggunakan pembaca layar JAWS for Windows dari www.freedomscientific.com. Namun, harga yang terlalu mahal hanya membuat tunanetra cukup bisa memanfaatkan pembaca layar gratis seperti NVDA yang dapatdiunduh di www.nvda-project.org.23

Oleh karena itu Sejak tahun 2006 Yayasan Mitra Netra memutuskan untuk menggunakan NVDA dalam pelatihan computer bicara yang diselenggarakannya. 4. Mengaktifkan JAWS dan NVDA

Sebelum computer dapat berbicara tunanetra harus mengaktifkan terlebih dahulu screen reader, ada dua cara mengaktifkan JAWS dan NVDA, secara manual dan secara otomatis. Yang dimaksud menjalankan secara manual yaitu mengaktifkan dengan harus dipanggil terlebih dulu. Untuk mengaktifkan program JAWS caranya adalah:

22

Nvaccess, NVDA Screen Reader, http://www.nvaccess.org/, diakses pada 08 April 2015 pkl 21.00.

26

Eko Ramaditya Adikara, Kiat Tunanetra Menggarap Skripsi, http://hot.detik.com/celeb-personal/read/2011/08/01/172041/1694104/398/kotakpos.php, diakses pada 08 April 2015 pkl 21.00.


(35)

a. Tekan tombol star menu pada keyboard b. Ketikan JAWS

c. Enter

Mengaktifkan secara otomasi yaitu JAWS akan secara otomatis berjalan begitu menyalakan komputer sehingga tidak perlu lagi memanggilnya. Jalankan terlebih dulu JAWS secara manual (jika belum membukanya).

a. Tekan Alt-tab sampai komputer mengatakan “JAWS”, untuk memindahkan fokus ke arah JAWS. Jika sudah ditekan Alt-tab beberapa kali komputer tidak menyebutkan “JAWS”, harus melakukan langkah-langkah berikut:

b. Tekan Insert-J.

c. Tekan panah kanan sekali, komputer akan mengatakan “Menu Basic”, tekan enter.

d. Tekan tab beberapa kali sampai komputer mengatakan “Run JAWS from system Tray check Box not check”.

e. Tekan spasi satu kali untuk memberi tanda check, tekan enter. f.Restart ulang komputer anda. Setelah komputer kembali ke layar

desktop dan program JAWS sudah berjalan, baru tekan Alt-tab sampai komputer mengatakan “JAWS”.

g. Tekan Alt, huruf o, huruf b, untuk membuka kotak dialog Basic. h. Tekan tab beberapa kali sampai komputer mengatakan


(36)

i.Tekan spasi untuk mengubahnya menjadi check, tekan enter. j.Booting ulang komputer, maka JAWS akan secara otomatis berjalan

seiring dengan munculnya program Windows.

k. Jika ingin JAWS tidak lagi berjalan secara otomatis, lakukan kembali cara di atas untuk membatalkan (unselect) opsi Run JAWS First.24

Mengaktifkan NVDA secara manual maksudnya program NVDA harus dipanggil dengan short-cut. Caranya: tekan Alt+Ctrl+n, tunggu sebentar, komputer akan mengeluarkan bunyi sejenis “beep”, dan tidak lama kemudian NVDA akan mengeluarkan suara. Mengaktifkan NVDA secara otomatis maksudnya program NVDA diatur atau disetting agar program tersebut aktif tanpa harus dipanggil. Caranya: dengan langkah-langkah berikut:

a. Aktifkan dulu NVDA secara manual, atau langsung ke langkah berikutnya jika sudah aktif.

b. Tekan tombol Insert+n untuk membuka menu NVDA.

c. Tekan panah bawah sampai komputer mengatakan:“Preferences”, tekan Enter.

d. Tekan panah bawah atas cari General Setting, tekan Enter.

e. Tekan Tab beberapa kali sampai komputer mengatakan: “Automatically start NVDA after I log oncheck box”. Tekan spasi untuk mengaktifkannya.

24

Sugiyo, “Panduan singkat Menggunakan JAWS: Untuk Peserta Kursus Komputer Bicara,”http://widoyufriashar.mywapblog.com/jaws-for-windows.xhtml, diakses pada 08 April 2015 pukul 22.00.


(37)

f.“Use NVDA on the windows log on screen check box.” Pada bagian ini tekan spasi untuk memberinya tanda centang.

g. Tekan Tab beberapa kali untuk sampai di OK, tekan Enter.25

5. Teknis Mengoperasikan Komputer Bicara

Berdasarkan wawancara singkat peneliti di Yayasan Mitra Netra dengan insruktur komputer bicara bernama Sugiyo bahwa, untuk mengoperasikan komputer bicara mouse yang bagi orang normal (bisa melihat) sangat bermanfaat dalam mengoperasikan komputer, bagi tunanetra tidak terpakai sama sekali. Untuk menjawab pesan dan memberi perintah kepada komputer, tunanetra cukup memaksimalkan dan menghafal letak dan fungsi keyboard komputer. Keyboard (papan ketik) adalah peralatan input yang paling umum dan banyak digunakan. Input dimasukan ke peralatan proses dengan cara mengetikkan lewat tombol-tombol yang ada di keyboard.26JAWS dan NVDA dibuat dengan peraturan bila menggunakan mouse dengan sendirinya ia tidak akan berfungsi. Sehingga untuk mengoperasikan komputer bicara tunanetra harus dengan memilih perintah di dalam menu yang bias diakses dengan tombol keyboard atau menekan kombinasi tombol shortcut (perintah pendek). Navigasi utama yang digunakan dalam program pembaca layar biasanya dengan tombol panah dan kombinasi short-cut,

25

Sugiyo, Pengenalan NVDA,(Jakarta: MitraNetra, 2014), h. 2.

26

Ayub Wimatra, dkk, “Dasar-Dasar Komputer, “ (Medan: Akademik Teknik dan Keselamatan Penerbangan, 2008), h. 4.


(38)

sebagai contoh adalah ketika membaca dokumen di jendela kerja Microsoft Word.27

Menginput perintah pada JAWS untuk membacakan informasi dilayar sebagai berikut:

a. Panah atas untuk membaca satu yang berada di atas.

b. Panah bawah untuk membaca satu barisan yang berada di bawah.

c. Panah kanan dan kiri untuk membaca satu karakter di sebelah kanan dan kiri.

d. Ctrl + panah atas untuk membaca satu paragraf di atas e. Ctrl + panah bawah untuk membaca satu paragraf di bawah f. Ctrl + kanan dan kiri untuk membaca satu kata di setelah dan

disebelum kursor yang dibacakan.28

Sedangkan untuk menginput perintah pada NVDA untuk membaca informasi dilayar sebagai berikut:

a. Membaca satu character pada posisi kursor: numpad2. b. Membaca satu character ke arah kanan: numpad3. c. Membaca satu character ke arah kiri: numpad1. d. Membaca satu kata pada posisi kursor: numpad5. e. Membaca satu kata berikutnya: numpad6.

f. Membaca satu kata sebelumnya: numpad4.

27

Kartunet, Mengenal Program Pembaca Layar JAWS,

http://www.kartunet.or.id/mengenal-program-pembaca-layar-jaws-3218/, diakses pada 22 April 2015 pkl 21.00.

28


(39)

g. Membaca satu kalimat pada posisi kursor: numpad8. h. Membaca satu kalimat berikutnya: numpad9.

i. Membaca satu kalimat sebelumnya: numpad7.

j. Membaca dari posisi kursor sampai akhir ketikan: insert+panah bawah.29

D. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang relevan dengan judul penelitian ini diantaranya diambil dari dua skripsi. Skripsi pertama berjudul “Evaluasi Pemanfaatan Penelusuran Informasi Melalui Sistem Informasi JAWS (JOB ACCESS WITH SPEECH) Bagi Siswa Tunanetra Di MTs Yayasan Kesejahteraan Tunanetra Islam Yogyakarta” yang disusun oleh Ema Yuliayanti, program studi Ilmu Perpustakaan, Fakultas Adab dan Ilmu budaya UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta tahun 2012. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pemanfaatan penelusuran informasi melalui sistem informasi JAWS(Job Acces With Speech) bagi siswa tunanetra di MTs Yayasan Kesejahteraan Tunanetra Islam Yogyakarta.

Penelitian ini menggunakan metode pendekatan kuantitatif yang berfokus mengkaji penelusuran siswa tunanetra dengan memanfaatkan sistem informasi JAWS. Hasil yang ditemukan dari penelitian ini adalah nilai persentase waktu yang digunakan dalam penelusuran informasi adalah 45% yaitu sebagian besar siswa menyatakan 1-2 jam waktu yang diperlukan. (70%) pada umumnya siswa menyatakan hasil penelusuran

29


(40)

informasi menggunakan JAWS didengar dan disimpan. Proses kerja JAWS dalam penelusuran informasi (55%) sebagian besarsiswa menyatakan bahwa proses kerja JAWS lebih cepat, lebih tepat , lebih efektif dalam penelusuran informasi sehingga membantu proses belajar.

Bidang informasi dalam penelusuran informasi menggunakan JAWS (50%) sebagian besar siswa menyatakan bahwa cakupan informasi yang sering ditelusur menggunakan JAWS informasi bidang IPTEK dan Ilmu Pengetahuan. Sumber informasi dalam penelusuran informasi menggunakan JAWS (70%) pada umumnya siswa menyatakan sumber informasi dalam penelusuran informasi melalui JAWS dari informasi Internet. Kemudahaan yang didapat dalam penelusuran informasi menggunakan JAWS (45%) sebagian besar siswa mendapatkan kemudahan dalam penelusuran informasi melalui JAWS adalah kemudahan dalam menambah ilmu pengetahuan. Faktor yang menghambat penelusuran informasi menggunakan JAWS (55%) sebagian besar siswa menyatakan faktor yang menghambat dalam penelusuran informasi melalui JAWS adalah belum mahir.

Dalam penelitian ini terdapat kesamaan, dimana sama-sama membahas pemanfaatan sistem informasi untuk tunanetra yakni JAWS(Job Acces With Speech), hanya saja pada penelitian Ema berfokus ke penelusuran siswa tunanetra terhadap sistem informasi JAWS bukan pemanfaatan komputer bicara (JAWS) dalam memenuhi kebutuhan informasi tunanetra. Meskipun fokus yang diteliti berbeda, namun pembahasanya sama yakni membahas sistem informasi JAWS (komputer


(41)

bicara), hal ini menjadikan alasan bagi penulis untuk memilih penelitian ini menjadi penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian penulis. Skripsi kedua berjudul “Kebutuhan dan Perilaku Pencarian Informasi Pemakai Tunanetra dalam Mengakses Informasi di Perpustakaan Balai Rehabilitasi Sosial Penganthi Temanggung” yang disusun oleh Abkarina Musa’Adah, program studi Ilmu Perpustakaan, Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro Semarang tahun 2013. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apa kebutuhan pemakai tunanetra dalam mengakses informasi di Perpustakan Balai Rehabilitasi Sosial Penganthi Temanggung dan untuk mengetahui perilaku pencarian infromasi di Perpustakan Balai Rehabilitasi Sosial Penganthi Temanggung.

Penelitian ini menggunakan metode pendekatan kualitatif yang berfokus mengkaji kebutuhan dan perilaku pencarian tunanetra dalam mengakses informasi di perpustakaan. Dalam penelitian ini menguraikan berbagai informasi yang tersedia di perpustakaan dari yang tercetak seperti buku braille, buku audio, dan komputer bicara. Hasil dari penelitian Abkarina menunjukkan bahwa semua tunanetra membutuhkan informasi yang dilatarbelakangi dan tuntutan pekerjaan dan rasa ingin tahu. Di samping itu, mereka membutuhkan informasi karena tidak mau tertinggal dengan orang normal.

Dalam pencarian informasi tunanetra lebih memilih menggunakan komputer bicara dengan akses internet. selain itu, juga menggunakan media lain yaitu membaca buku braille di perpustakaan dan meminjam


(42)

buku digital. Terdapat perbedaan dalam penelitian Abkarina dengan penelitian ini, yakni penelitian Abkarinan membahasa kebutuhan dan perilaku pencarian tunanetra dalam informasi, sedangkan penelitian ini membahas kebutuhan tunanetra dalam memanfaatkan komputer bicara, tetapi terdapat juga kesamaanya dimana penelitian Abkarina membicarakan soal kebutuhan tunanetra dalam mengakses informasi yang salah satunya media komputer bicara sama dengan pembahasan penelitian ini. Dari kesamaan pembahasa itu membuat penulis memilih penelitian Abkarina menjadi penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini.


(43)

30

BAB III

METODE PENELITIAN

A.Jenis dan Pendekatan Penelitian

Dalam penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif. Metode deskriptif adalah penelitian yang bertujuan mendeskripsikan atau menjelaskan suatu hal seperti apa adanya.1 Penelitian deskriptif ini peneliti lakukan untuk mendeskripsikan dan menjelaskan suatu hal dengan apa adanya berdasarkan hasil yang ditemukan peneliti. Sedangkan pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bertujuan untuk memahami makna “(meaning)” yang berada di balik fakta-fakta.2

Berdasarkan penjelasan di atas peneliti ingin menjelaskan dan menggambarkan pemanfaatan komputer bicara dalam memenuhi kebutuhan informasi tunanetra. Dalam penelitian kualitatif tidak menggunakan istilah populasi, tetapi oleh Spradley dinamakan “social situation” atau situasi sosial yang terdiri atas tiga elemen yaitu: tempat (place), pelaku (actors), dan aktivitas (activity) yang berintekasi secara sinergis.3

1

Prasetya Irawan, Logika dan Prosedur Penelitian: Pengantar Teori dan Panduan Praktis

Penelitian Sosial Bagi Mahasiswa dan Peneliti Pemula,(Jakarta: Sekolah Tinggi Ilmu

Administrasi Lembaga Administrasi Negara: , 2004), h. 60.

2

Prasetya Irawan, Logika dan Prosedur Penelitian,h. 30.

3


(44)

B. Sumber Data a. Data Primer

Data primer ialah data yang berasal dari sumber asli atau pertama.4

Yang dimaksud data primer ialah seseorang yang menjadi nara sumber dalam penelitian ini, dengan mengajukan beberapa pertanyaan dari peneliti kepada seseorang yang dikira sangat mengetahui permasalahan yang sedang diteliti.

b. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang sudah tersedia sehingga kita tinggal mencari dan mengumpulkan.5

Data sekunder akan lebih mudah didapatkan dibandingkan dengan data primer, karena data sekunder tidak memerlukan wawancara kepada nara sumber seperti yang diterapkan data primer, data sekunder sudah tersedia hingga peneliti tinggal meneliti data tersebut. Dalam penelitian ini data sekunder berupa catatan dokumentasi, buku, jurnal, artikel dan dokumen lainya.

C.Informan

Informan adalah orang yang diperkirakan menguasai dan memahami data, informasi, ataupun fakta dari suatu objek penelitian.6 Teknik pemilihan informan yang peneliti pakai adalah purposive sampling. Purposive sampling, yaitu menentukan sampel dengan pertimbangan tertentu yang dipandang dapat memberikan data secara

4

Amin Amrullah, Panduan Menyusun Proposal Skripsi, Tesis & Disertasi, (Jakarta: Smart Pustaka, 2013), h. 42.

5

Amin Amrullah, Panduan Menyusun Proposal, h. 36.

6

Burhan Bugin, Penelitian Kualitatif : Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu


(45)

maksimal.7 Sesuai penjelaskan di atas peneliti menetapkan beberapa informan dalam penelitian ini adalah:

1. Bapak Sugiyo, adalah sebagai instruktur komputer bicara di Yayasan Mitra Netra dalam bidang diklat yang bertugas melatih tunanetra dalam mengoperasikan komputer bicara.

2. Tunanetra yang mengikuti kursus komputer bicara di Yayasan Mitra Netra dan memanfaatkan komputer bicara untuk memperoleh kebutuhan informasi, berikut adalah profil dari informan :

7

Suharsimin Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2010), h. 33.

No. Nama Status Klasifikasi kebutaan

1. TR Mahasiswa semester 5 Jurusan Bahasa Inggris di Universitas Indraprasta PGRI

Jakarta

berkerjan di Koperasi Yayasan Mitra Netra

Blind

2. JT Mahasiswa semester 5 Jurusan Komunikasi di Universitas Muhammadiyah

Jakarta

Blind


(46)

Dari keempat informan yang diteliti semua informan mengalami jenis kebutaan total (Totally Blind) atau (Blind), jenis kebutaan tunanetra tersebut tidak mampu melihat dan menerima rangsangan cahaya dari luar. D.Teknik Pengolahan Data

Untuk memenuhi kebutuhan data yang beraneka ragam tersebut, maka peneliti menggunakan berbagai metode pengumpulan data, seperti berikut ini:

a. Observasi

Pengumpulan data dengan observasi, observasi adalah teknik pengumpulan data dengan melakukan pengamatan langsung terhadap subjek (partner penelitian) dimana sehari-hari mereka berada dan biasa melakukan aktivitasnya.8

8

Djam’an Satori dan Aan Komariah, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2009), h. 90.

Bangsa Surabaya Jurusan Ilmu Hukum dan pernah

bekerja di Bank CIMB NIAGA sebagai Tele Sales

Officer dari Tahun 2013-2014.

4. RC Mahasiswa Semester 1 Jurusan Ilmu Hukum di

Unika Soegija Pranata Semarang


(47)

b. Wawancara

Teknik wawancara dalam penelitian ini menggunakan wawancara tidak terstruktur, wawancara tidak terstruktur adalah wawancara yang bebas di mana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya. Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan.9

b. Dokumentasi

Dokumen dalam penelitian ini yang dimaksud adalah catatan peristiwa sudah berlalu, bisa berupa berbentuk tulisan, gambar, foto, atau karya-karya monumental dari seseorang.10 Dalam penelitian ini, peneliti mengumpulkan data melalui dokumen-dokumen yang terdapat di Yayasan Mitra Netra yang berupa, jumlah peserta tunentra yang mengikuti krusus komputer bicara, jumlah fasilitas komputer bicara di Yayasan Mitra Netra, gambar-gambar kegiatan tunanetra dalam mengikuti pelatihan komputer bicara.

E.Teknik Analisis Data

Data yang telah terkumpul tanpa dianalisis menjadi tidak bermakna, tidak berarti, menjadi data yang mati dan tidak berbunyi. Oleh karena itu, analisis data ini untuk memberi arti, makna, dan nilai yang terkandung dalam data. Tujuan dari analisis data ialah untuk meringkaskan data dalam bentuk yang mudah dipahami dan mudah

9

Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, h.73.

10


(48)

ditafsirkan, sehingga hubungan antara problem penelitian dapat dipelajari dan diuji.11

Menurut Bogdan dalam buku memahami penelitian kualitatif bahwa analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah difahami, dan temuanya dapat diinformasikan kepada orang lain. Analisis data dilakukan dengan mengorganisasikan data, menjabarkannya ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan yang dapat diceritakan kepada orang lain.12

Data yang telah didapatkan dalam teknik pengumpulan data observasi, wawancara dan dokumentasi tersebut dianalisis dalam bentuk deskriptif, kemudian diberikan penjelasan dan gambaran tentang pemanfaatan komputer bicara dalam memenuhi kebutuhan informasi tunanetra di Yayasan Mitra Netra. Analisis data yang dilakukan diantaranya:

a. Reduksi Data

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, menfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti untuk

11

Moh Kasiram, Metode Penelitian: Refleksi Pengembangan Pemahaman dan

Penguasaan Metodelogi Penelitian, (Malang: UIN Malang Press, 2008), h. 127-128.

12


(49)

melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlu.13

b. Penyajian Data

Menurut Miles dan Huberman dalam buku metode penelitian kombinasi (Mixed Methods) menyatakan yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif.14 Dari semua data yang di reduksi, maka data tersebut akan diuraikan dan dijelaskan permasalahanya sesuai dengan rumusan masalah yang telah dibahas di atas, kemudian di sajikan dalam bentuk teks dan bersifat naratif.

c. Penarikan Kesimpulan

Dalam kesimpulan akan mengukapkan makna dari data yang telah dikumpulkan dan dijabarkan. Dengan demikian kesimpulan dalam penelitian kualitatif mungkin dapat menjawab rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal, tetapi mungkin juga tidak, karena seperti telah dikemukakan bahwa masalah dan rumusan masalah dalam penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah penelitian berada di lapangan.15

13

Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, h. 92.

14

Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, h. 95.

15


(50)

F. Jadwal Penelitian

JADWAL KEGIATAN PENELITIAN

PEMANFAATAN KOMPUTER BICARA UNTUK MEMENUHI KEBUTUHAN INFORMASI TUNANETRA DI YAYASAN MITRA NETRA

No Kegiatan 2015

Feb Mar Apr Mei Jun- Jul

Ags Sep

1. Penyusunan Proposal  2. Pengajuan Proposal 

3. Bimbingan Skripsi 

4. Penelitian    

5. Penyusunan Skripsi    

6. Pengajuan Sidang 


(51)

38 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Profil Objek Penelitian

1. Sejarah Berdirinya Yayasan Mitra Netra

Yayasan Mitra Netra didirikan di Jakarta tanggal 14 Mei 1991, dan berstatus sebagai badan hukum dengan terdaftar pada Tambahan Barita Negara tanggal 14/12 tahun 2001 nomor 100. Pada awalnya Yayasan Mitra Netra berlokasi di salemba, kemudian pada tahun 1995, Yayasan Mitra Netra belum menempati lokasi yang tepat. Sehingga, harus berpindah-pindah dari satu tempat ketempat yang lain. pada tahun 1996-1997, Yayasan oleh Mendiknas diizinkan untuk menempati SLB yang terletak di Lebak Bulus, Jakarta Selatan. Kemudian tahun 2002 hingga kini, Yayasan Mitra Netra telah memiliki gedung sendiri yang terletak di Jl. Gunung Balong II.58 Lebak Bulus III, Jakarta Selatan. Mitra Netra bermakna kerjasama antara tunanetra dengan mereka yang bukan tunanetra. Hal itu tercermin dari pendiri Yayasan. Yayasan ini didirikan oleh beberapa orang tunanetra dan orang-orang yang bukan tunanetra, orang-orang tersebut adalah sebagai berikut: Lukman Nazir, menjadi tunanetra berusia 40 tahun karena Glaukoma, Bambang Basuki, menjadi tunanetra saat remaja karena Glaukoma, Nicoline N. Sulaiman, wanita asal belanda yang sangat memperhatikan tunanetra, Mimi Mariani Lusli menjadi tunanetra pada usia 10 tahun dan Sidarta


(52)

Ilyas adalah dokter spesialis ahli mata. Para pendiri Mitra Netra memiliki keyakinan bahwa:

a. Tunanetra dapat menjalani kehidupan yang mandiri, ceradas, bermakna dan bahagia serta berfungsi di masyarakat apabila diberikan:

1) Rehabilitasi yang dapat mengura ngi dampak kecacatannya, 2) Pendidikan dan latihan yang dapat mengembangkan potensinya, 3) Peluang kerja yang seluas-luasnya,

4) Serta sarana atau layanan khusus yang dibutuhkan.

b. Tidak semua tunanetra dan keluarganya mampu menyediakan dan membiayai sendiri kebutuhan tersebut. Oleh karena itu, diperlukan sebuah lembaga yang membantu mengupayakannya untuk mereka. c. Untuk menjamin agar program yang diselenggarakan sesuai dengan

aspirasi tunanetra, maka, tunanetra harus dilibatkan dalam proses pengambilan keputusan, pelaksanaan serta evaluasi suatu program. Para tunanetralah yang paling mengerti dan memahami kebutuhan mereka.

d. Untuk meringankan tantangan yang dihadapi, diperlukan sinergi antara tunanetra dengan sahabat-sahabat yang bukan tunanetra, serta antara Mitra Netra dengan organisasi lain.

e. Dengan menggunakan pendekatan secara inklusif yang mengakomodasikan berbagai jenis perbedaan, perlakuan diskriminatif akan dapat dikurangi atau dihindari.


(53)

2. Legalitas

a. Akte Notaris, No. 31/Notaris Agus Majid, Tgl 14 Mei 1991. b. Surat izin Dinas Sosial DKI Jakarta no. 387/ORSOS /1992.

c. Surat izin BKKKS DKI Jakarta. No. 054/ BKKKS/KU/SK/DU/IX/1996.

d. Surat izin Kanwil Depsos DKI Jakarta No. 387/ORSOS/1992

e. Telah terdaftar dalam Tambahan Berita-Negara Republik Indonesia tanggal 14/12 tahun 2001 No. 100 sebagai Yayasan yang berbadan hukum.

3. Visi dan Misi Yayasan Mitra Netra a. Visi

Yayasan Mitra Netra mencita-citakan terwujudnya masyarakat yang inklusif, masyarakat yang dapat mengakomodasikan berbagai perbedaan, bebas hambatan dan berdasarkan atas hak. Dalam masyarakat semacam ini, tunanetra akan dapat hidup mendiri, cerdas, bermakna dan bahagia serta berfungsi di masyarakat. Dalam upaya memberikan perannya untuk menwujudkan cita-cita tersebut,

Visi Yayasan Mitra Netra adalah “Berfungsi sebagai pengembang dan penyedia layanan, guna terwujudnya kehidupan tunanetra yang

mandiri, cerdas dan bermakna dalam maysarakat yang inklusif”.

b. Misi

Sebagai sebuah layanan dan pelatihan bagi tunanetra dan organisasi lain, Yayasan ini hadir di tengah-tengah masyarakat dengan misi untuk:


(54)

1) Mengurangi dampak ketunanetraan melalui rehabilitasi

2) Mengembangkan potensi tunanetra melalui pendidikan dan pelatihan

3) Memperluas peluang kerja tunanetra melalui upaya difersifikasi dan penempatan kerja

4) Mengembangkan keahlian dan sarana khusus bagi tunanetra melalui penelitian

5) Meningkatkan kemampuan lembaga penyedia layanan bagi tunanetra yang lain dengan menyebarkan keahlian serta produk yang dihasilkan

6) Melakukan advokasi guna mendorong terwujudnya masyarakat inklusif yang mengakomodir berbagai jenis perbedaan.

4. Personalia Instruktur Komputer Bicara

No. Nama Jabatan

1. Sugiyo 15 tahun menjadi instruktur komputer bicara di Yayasan Mitra Netra sampai sekarang.

2. Suryo 9 tahun menjadi Instruktur komputer bicara di Yayasan Mitra Netra sampai sekarang.


(55)

5. Struktur Organisasi Pembina

Ketua : Prof. dr. H. Sidarta Ilyas, Sp.M. Anggota : Hj. Imas Fatimah, S.H.

Pengawas

Drs. Wisnu sambhoro, M.Si. Pengurus

Ketua : H.M.E Kurnadi Seketaris : H. Subarmat

Bendahara : M. Nurizal, S.E, M.Si. Eksekutif

Direktur : Drs. Bambang Basuki Wakil : Drs. Irwan Dwi Kustanto Kepala-Kepala Bagian

Kabag. Umum: Tri Winarsih

Kabag. Keuangan: abdul Wahid, S.E.I. Kabag. Humas & Naker: Aria Indrawati, S.H.

Kabag. Rehabilitasi & Diklat: Yani Matondang, S.Ag. Kabag. Produksi Buku & Perpustakaan: Indah Lutfiah, S.Pd. Kabag. Penelitian & Pengembangan: Nur Ichsan.


(56)

6. Program dan Layanan

a. Program Bagian Rehabilitasi

Program rehabilitasi diharapkan tunanetra dapat:

1) Menerima ketunanetraan yang dialami sebagai fakta yang harus dijalani

2) Kembali memiliki harapan untuk melanjutkan kehidupan yang mandiri, produktif dan bermakna di masyarakat

3) Menjadi manusia yang cerdas dengan memiliki kesempatan dan kemampuan menempuh pendidikan di sekolah umum dan perguruan tinggi

4) Menjadi manusia yang mandiri dan bermanfaat dengan memiliki kemampuan bekerja, baik di sektor formal maupun informal; baik bekerja pada suatu lembaga/perusahaan atau mengelola usaha sendiri.

Dari program rehabilitasi Yayasan Mitra Netra memberikan beberapa layanan diantaranya:

a) Layanan konseling yang diberikan oleh konselor sesama tunanetra.

Layanan konseling ketunanetraan adalah sebuah layanan diselenggarakan untuk membantu memulihkan keseimbangan psikologi, mental, serta sosioemosional, bagi tunanetra yang baru mengalami pednurunan atau hilangnya penglihatan. Layanan konseling ini juga diselenggarakan unuk membantu para tunanetra mengatasi berbagai permasalahan psikologi


(57)

dan sosioemosional yang dihadapai di dalam kehidupan sehari-hari.

b) Menyelenggarakan pelatihan orientasi dan mobilitas.

Melatihan orientasi dan mobilitas adalah sebuah pelatihan yang bertujuan untuk membekali tunanetra dengan kemampuan dan ketrampilan memanfaatkan keseluruhan indra dalam upaya mengenali lingkungan, bergerak, dan berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain, serta untuk melakukan aktivitas sehari-harisecara efektif dan aman. Tuannetra yang telah memiliki ketrampilan Orientai dan Mobilitas diharapkan dapat mandiri dan percaya diri untuk menlanjutkan kehidupannya. Pelatihan Orientasi dan Mobilitas dilakukan oleh dua instruktur yang perfesional dengan metode pengajaran privat (individu) dengan memperhatikan kebutuhan ketunanetraan dalam melakukan aktivitas sehari-hari.

c) Menyelenggarakan pelatihan membaca dan menulis braille Untuk tuannetra membaca dan menulis dapat dilakukan dengan menggunakan huruf braille oleh karena itu Yayasan Mitra Netra menyelenggarakan kursus membaca dan menuli shuruf barille.


(58)

b. Program Pendidikan

Dalam bidang pendidikan Yayasan Mitra Netra menyediakan layanan bagi tunanetra yang menempuh pendidikan secara inklusi di sekolah umum dan perguruan tinggi, layanan tersebut berupa:

1) Layanan pedamping, seperti pendamping pendaftaran masuk perguruan tinggi, pendamping belajar, pendamping ujian, dan pendamping saat menyusun skripsi.

2) Menyediakan fasilitas yang menunjang pendidikan tunanetra serta menyelenggarakan kursus-kursus untuk membantu kemandirian tunanetra dalam pendidikan, meliputi:

a) Menyediakan layanan perpustakaan berupa buku khusus untuk tunanetra, baik dalam bentuk braille maupun buku bicara yang berbentuk kaset atau CD.

b) Kursus abakus

Kursus abacus ini Yayasan mitra Netra berkejasama dengan Yayasan Artimatika Indonesia untuk melatih 2 orang staff menjadi instruktur kursus abacus. Kursus ini diselenggarakan untuk membantu siswa tunanetra dalam mengikuti mata pelajaran eksakta, agar dapat menghitung dengan cepat.

c) Kursus Komputer Bicara

Kurusus komputer bicara ini bertujuan untuk memungkinkan tunanetra memperoleh akses terhadap teknologi informasi dan komunikasi sebagai sarana bantu pendidikan atau kerja serta


(59)

dapat lebih mandiri dalam belajar, bekerja dan aktivitas sehari hari lainnya.

c. Program Tenaga Kerja

Melalui program "diversifikasi peluang kerja bagi tunanetra", Mitra Netra menyediakan serangkaian layanan sebagai berikut:

1) Bimbingan karir pekerjaan lanjutan

2) Pelatihan ketrampilan halus sebagai persiapan bekerja (soft skill pre employment training)

3) Magang kerja

4) Promosi tenaga kerja tunanetra ke masyarakat

5) Penempatan tenaga kerja tunanetra baik di perusahaan maupun instansi pemerintah

6) Memberikan pendampingan intensif di tiga bulan pertama setelah penempatan kerja

7) Peminjaman alat kerja berupa komputer dan scanner jika tunanetra memeerlukan untuk magang kerja

d. Produksi Yayasan Mitra Netra

Mitranetra Braille Converter (MBC) adalah perangkat lunak yang digunakan untuk memproduksi buku Braille. Dengan MBC Yayasan Mitra Netra dapat menghasilkan sebagai berikut:

1) Pembuatan buku braille

2) Dapat pengetikan ulang buku-buku yang akan dicetak menjadi buku braille.


(60)

3) Dengan MBC tidak lagi perlu mengimpor software serupa, sehingga dapat menghemat anggaran negara.

7. Profil Pelatihan Komputer Bicara Bagi Tunanetra

Mengetahui bahwa keberadaan komputer bicara sangat bermanfaat bagi tunanetra pada akhirnya, tahun 1992 Yayasan Mitra Netra telah menyelenggarakan kursus komputer bicara sampai sekarang ini. Peserta yang mengikuti pelatihan sudah lebih dari 300 tunanetra. Sesuai dengan kebutuhan tunanetra terhadap akses teknologi semakin tinggi, sehingga pada tahun 2008 Yayasan Mitra Netra berkerjasama dengan Direktorat Jenderal Pendidikan Luar Sekolah, Departemen Pendidikan RI untuk terus menyelenggarakan pelatihan (kursus) komputer bicara serta memperbanyak jumlah tunanetra yang menjadi pesertanya.

a. Tujuan dari pelatihan ini agar:

1) Memiliki akses yang baik ke teknologi informasi dan komunikasi 2) Dapat lebih mandiri dalam belajar dan bekerja serta aktivitas

sehari-hari lainnya. b. Fasilitas

1) Materi kursus yang aksesibel untuk tunanetra

2) Ruang kursus ber-AC berikut sarana yang diperlukan

3) Komputer yang dilengkapi dengan perangkat lunak pembaca layer

4) Scanner 5) Akses internet


(61)

6) Tempat kursus yang mudah dijangkau dan memiliki fasilitas pendukung yang lengkap bagi tunanetra.

c. Materi Pelatihan

1) Program Utama, dengan materi: Microsoft Windows, Screen Reader NVDA, Micrososft Word, Internet, Mitranetra Electronic Dictionary (Meldict)

2) Program Pilihan, dengan materi salah satu dari pilihan berikut ini: Microsoft Excel, Microsoft Access, Microsoft Power Point, HTML/CSS, dan JAWS Script. Peserta yang akan mengikuti program pilihan harus terlebih dahulu mengikuti Program Utama. 3) Kelas Khusus, adalah kelas kursus yang berlangsung dengan

waktu dan materi program tertentu yang diinginkan peserta dan disetujui oleh instruktur.

d. Syarat dan Ketentuan

1) Peserta memiliki kemampuan mengetik 10 jari.

2) Peserta mendaftar langsung ke Yayasan Mitra Netra dengan mengisi formulir yang telah disediakan.

3) Peserta telah lulus tes mengetik 10 jari yang dilakukan oleh instruktur.

4) Peserta memiliki komitmen untuk mengikuti kursus hingga selesai.


(62)

B. Hasil Penelitian

Berikut ini akan menguraikan hasil penelitian dengan informan mengenai pemanfaatan komputer bicara dalam memenuhi kebutuhan informasi. Adapun hasil penelitian yang diperoleh, sebagai berikut: Pemanfaatan Komputer Bicara dalam Memenuhi Kebutuhan Informasi Tunanetra.

Untuk bisa memanfaatkan komputer bicara dalam memenuhi kebutuhan informasi tunanetra, tunanetra terlebih dahulu harus mengikuti kursus komputer bicara. Yayasan Mitra Netra merupakan yayasan yang menyelenggarakan kursus komputer bicara untuk tunanetra. Kursus berlangsung dengan instruktur yang ahli dalam bidang komputer bicara, yaitu bapak Sugiyo dan Suryo. Berdasarkan hasil penelitian bahwa untuk bisa mengoperasikan komputer bicara tunanetra harus melewati tahap-tahap kursus yaitu:

 Mampu Mengetik 10 Jari dan Menghafal Letak Keyboard  Mengikuti Kurikulum Pembelajaran Miscrosof Word  Pembelajaran Internet

Tiga tahap tersebut merupakan tahap-tahap yang harus dilewati tunanetra untuk bisamengoperasikan komputer bicara. Seperti yang pernyataan informan berikut:

“Basicnya setelah bisa mengetik 10 jari juga harus menghafal short cut

keyboard. Dengan hafal keyboard kita akan senang untuk beraktifitas dilayar komputer setelah itu kita mulai terbiasa menggunakanya. Waktu


(63)

saat kursus komputer bicara saya biasanya mengetik lirik lagu yang saya hafal. Belajar mengetiknya cepet kurang lebih satu minggu itu sudah hafal dan sudah bisa lancar. Kebetulan karena di yayasan ini ada kurikulum pembelajaran, jadi saya akhirnya mengikuti kelas dasar di pengenalan

“Komputer Miscrosof word. Sekaligus pelancaran mengetik 10 jari dipadukan dengan pembelajaran Miscrosof word langsung, sehingga pembelajaranya teori langsung dipratekkan apa yang sudah belajari. Setelah belajar Miscrosof word dan mulai kenal temen-temen sedikit-sedikit belajar internet walaupun masih belum tau facebook, karena belum

mengerti bikin acountnya” (TR).

“Pertama harus bisa mengetik 10 jari dan menghafal letak keyboard (short cut), setelah bisa mampu mengetik 10 jari dan menghafal short cut komputer baru mengikuti kurikulum yang ditetapin di mitra netra, setelah

itu baru kita menjelajahi internet untuk mencari informasi” (JT).

“Pada awalnya tidak langsung menggunakan komputer bicara pertama

harus bisa mengketik 10 jari dengan mesin ketik, tapi sekarang mesin ketik jarang dipakai, sehingga tunanetra yang baru masuk bisa belajar mengetik 10 jari langsug di komputer. Pertama harus bisa itu dulu setelah itu baru masuk ke komputer bicara menghafal short cut keyboardnya, karena tidak menggunakan mouse, maka untuk bisa mengoperasikan komputer kita harus mampu menghafal short cut komputer. Setelah bisa mengetik 10 jari dan menghafal short cut komputer saya mengikuti kurikulum yang ada di mitra netra. Setelah itu baru pembelajaran ke internet”(DN).

“Pada awalnya belajar mengetik 10 jari dulu. mengetik di miscrosof word sekaligus belajar mengetik yang benar dengan 10 jari dan menghafal short cut komputer. Setelah tahap pertama bisa saya mengikuti kurikulum pembelajaran Miscrosof word di mitranetra. Tahap terakhir pembelajaran internet kebetulan saya hari ini baru untuk email sebelumnya saya mempelajarin Miscrosof word” (RC)

Semua informan menyatakan bahwa kursus komputer bicara di Yayasan Mitra Netra harus melewati tiga tahap seperti pernyataan informandiatas. Setelah mengikuti kursus selama 6 bulan, dengan kemampuan dan ketrampilannya tunanetradapat mengoperasikan komputer, sehingga bisa memanfaatkan komputer untuk memenuhi kebutuhan informasinya. Dalam pemanfaatan komputer bicara untuk memenuhi kebutuhan informasi informan, semua informan menyatakan


(64)

bahwa lebih nyaman memanfaatkan denganlaptop pribadi yang sudah terinstal screen reader JAWS dan NVDA. Pernyatanya sebagai berikut:

“Sebelum punya laptop yaa memanfaatkan komputer di yayasan mitra netra, setelah punya laptop yah dengan laptop pribadi yang telah terinstal screen readers JAWS dan NVDA” (TR).

“Sekarang selalu menggunakan laptop pribadi sih, tetapi dulu saat sedang

mengikuti kursus komputer bicara sering memanfaatkan komputer di mitra

netra”(JT).

“Laptop pribadi ya.... komputer yang ada di mitra netra menggunakannya pada waktu kursus saja” (DN).

“Laptop pribadi lebih nyaman, kalau dengan komputer di mitra netra kan

banyak yang menggunakan untuk kursus jadi lebihnyaman dengan laptop sendiri” (RC).

Semua informan penyatakan lebih nyaman memanfaatkan komputer bicara dengan laptop pribadi, karena komputer yang ada di mitra netra untuk kursus komputer bicara. Kehilangan penglihatan bukan berarti tunanetra tidak memerlukan informasi. Tunanetra juga membutuhkan informasi yang sama besarnya dengan orang normal pernyataannya sebagai berikut berikut:

“Butuh banget, informasinya seperti mencari berita terbaru yang belum saya ketahui di googel.. “ (TR).

“Butuh, informasi untuk kuliah sih, terutama informasi tentang Ilmu

Komunikasi “ (JT).

“Butuh, seperti membaca berita yang sering dibicarakan orang sama

informasi untuk lowongan pekerjaan” (DN).

“Iya butuh, seperti informasi berita yang sedang jadi pembicaraan masyarakat di internet “ (RC).

Dari semua pernyataan informan dapat disimpulkan bahwa informan sangat membutuhkan informasi. Kebutuhan informasi seperti: membaca berita terbaru yang belum diketahui, diinternet, adapun


(65)

informasi lainya untuk pendidikan, seperti mencari informasi ilmu komunikasi dan untuk mencari lowongan pekerjaan. Peneliti menanyakan untuk apa saja informasi itu, pernyataan informan sebagai berikut:

“Untuk pengetahuan, menambah wawasan sama untuk mengupdate informasi” (TR).

“Menambah wawasan, untuk kuliah dan untuk update terkini tuh yang sedang di bicarakan orang” (JT).

“Untuk menambah wawasan agar kalau ngobrol sama orang nyambung. Sama untuk dapat pekerjaan baru” (DN).

“Menambah wawasan dan pengatahuan” (RC).

Semua informan penyatakan bahwa membaca berita terbaru untuk menambah wawasan dan pengetahuan informan, adapun lainnya untuk informasi lowongan pekerjaan dan pendidikan. Empat informan yang diteliti terdiri dari dua mahasiswa dan dua pekerja, berdasarkan latar belakang informan, peneliti menanyakan, informasi apa yang dibutuhkan informan untuk menunjang pendidikan dan pekerjaan. Pernyataan informan sebagai berikut:

"Kalau untuk pendidikan, karena saya jurusannya bahasa inggris saya membutuhkan simbol-simbol pronoun session, kalau untuk pekerjaan saya membutuhkan informasi latihan-latihan membuat laporan dan tutorial Microsoft Word dan juga membutuhkan informasi untuk lowongan

pekerjaan, karena saya sedang mencari pekerjaan baru” (TR).

“Untuk menunjang pendidikan informasinya diarahkan sama dosen,

misalnya nanti kamu buka situs tentang maskapai ,aku cari informasi tentang informasi maskapai yang ada di Indonesia disitus maskapai Indonesia. kalau di pemanfaatan komputer bicara lebih untuk membaca buku-buku kuliah, buku itu aku scan aku simpan di komputer terus aku baca isi dari buku itu. Bukunya aku beli di gramedia, ada juga yang dari dosen aku pinjem untuk di scan. Kalau di internet itu lebih informasi

umum tambahan selain buku kuliah” (JT).

“Untuk perkerjaan, waktu saya masih bekerja dulu banyak pekerjaan saat saya normal (bisa melihat) bisa saya kerjakan lagi seperti browsing,


(66)

mengirim email, word processing dan membutuhkan informasi lowongan pekerjaan untuk membuat lamaran pekerjaan, karena sudah tidak kerja di tempat yang dulu, sekarang lagi cari lowongan pekerjaan baru” (DN).

“Informasi seperti buku kuliah yang bentuknya e-book, kebetulan saya lagi studi di jurusan Ilmu Hukum jadi lebih dari informasi e-book tentang hukum dan juga saya sering membaca informasi di jurnal-jurnal tentang peraturan hukum internasional” (RC).

Berdasarkan pernyataan informan, dapat di simpulkan bahwa kebutuhan informasi semua informan berbeda-beda, ada yang membutuhkan informasi untuk menunjang pendidikannya, seperti:informasi simbol-simbol pronoun session, ilmu komunikasi, informasi tentang peraturan hukum Internasional, sedangkan untuk menunjang pekerjaan membutuhkan informasi latihan-latihan membuat laporan koperasi, tutorial Microsoft Word dan untuk informasi lowongan pekerjaan. Selain untuk menunjang pendidikan dan pekerjaan apakah ada informasi lainnya selain pendidikan dan pekerjaan yang dibutuhkan informan, pernyataanya sebagai berikut:

“Selama ini paling banyak untuk pendidikan dan pekerjaan ya, tapi pernah juga untuk mendengarkan musik dan ceramah agama di youtube”

(TR).

“Kalau untuk kebutuhan selain pendidikan aku lebih sering mencari

informasinya di hp bukan di komputer bicara. Kalau di hp aku sering mencari lirik lagu sama dengerin lagu-lagu yang terbaru” (JT).

“ Seringnya untuk pekerjaan selain itu ngak ada” (DN).

“Selama ini kebutuhan informasi untuk pendidikan itu saja, tapi kebutuhan selain informasi seperti kebutuhan untuk main games yang bentuknya audio games yang memang khusus di rancang untung tunanetra

mainnya memang menggunakan screen reader” (RC).

Berdasarkan pernyataan informan, dapat disimpulkan bahwa dua informan membutuhkan informasi lainnya berupa informasi agama dan


(67)

hiburan untuk mencari lirik lagu dan mendengarkan lagu, satu informan menyatakan informasi yang dibutuhkan sekarang ini informasi untuk lowongan pekerjaan dan informan terakhir menyatakan ada kebutuhan lainya, tetapi bukan informasi melainkan kebutuhan hiburannya yaitu bermain games yang bentuknya audio games. Selain informasi untuk pendidikan, pekerjaan, hiburan dan agama, peneliti menanyakan tentang pengetahuan informan terhadap informasi terbaru yang sedang dibicarakan masyarakat. Pertanyaanya adalah apakah informan suka mengikuti informasi terbaru yang sedang dibicarakan masyarakat, adapun pernyataan informan sebagai berikut:

“Suka, seperti informasi yang sekarang lagi banyak dibicarakan yaitu tentang jamaah haji Indonesia. Awalnya memngetahui itu lewat televisi terus langsung cari lagi diinternet lebih dalamnya, biasanya

menggunakan google sama youtube”(TR).

“Suka, aku punya aplikasi portal berita kompas di hand phone, tapi suka terbatas informasinya jadi aku cari lagi diinternet lebih dalamnya dengan buka situs kompas yang harian yang dalam bentuk koran, itu kan lebih lengkap informasinya dari pada di aplikasi kompasnya. Kemarin si baca berita tentang pilkada lebih ke politik” (JT).

“Suka, seperti berita yang jadi tranding topik di facebook, seperti berita tentang gayus yang ada di restoran,” (DN).

“Suka, saya sering membuka portal online, televisi dan situs berita

diinternet, seperti berita tentang rancangan undang-undang mengenai

hukuman mati sama pilkada” (RC).

Berdasarkan semua pernyataan informasi di atas dapat disimpulkan bahwa dua informan mengikuti informasi pilkada, satu informan mengikuti informasi tentang jamaah haji dan satunya lagi mengikuti berita gayus tambunan yang ada direstoran. Semua berita yang ada di pernyataan informan merupakan berita yang sedang beredar di masyarakat, sehingga


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)