Aktivitas Antibakterial Ekstrak Etanol Lobak (Raphanus sativus L.) terhadap Staphylococcus aureus.

(1)

iv

ABSTRAK

AKTIVITAS ANTIBAKTERIAL EKSTRAK ETANOL LOBAK

(Raphanus sativus L.) TERHADAP Staphylococcus aureus

Ignatia Ilga Saridin, 2015 ; Pembimbing I : Widura, dr., MS.

Pembimbing II : Winsa Husin, dr., MSc., MKes., PA(K).

Staphylococcus aureus merupakan bakteri flora normal pada manusia seringkali menyebabkan berbagai jenis infeksi. Pengobatan dengan antibiotik merupakan pilihan utama. Namun, penggunaannya yang berlebihan telah meningkatkan kasus resistensi dalam beberapa tahun terakhir ini. Oleh karena itu, diperlukan penelitian untuk mencari komponen antibakterial dari sumber lain seperti tanaman herbal. Lobak (Raphanus sativus L.) telah banyak dimanfaatkan dalam pengobatan dan diketahui memiliki aktivitas antibakterial.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui aktivitas antibakterial Ekstrak Etanol Lobak (EEL) terhadap pertumbuhan S. aureus.

Penelitian ini menggunakan metode disk diffusion¸ dimana enam varian konsetrasi EEL dimasukkan kedalam cakram sebanyak 20 µL dan diletakan pada Mueller Hinton Agar yang sudah diinokulasikan 100 µL S. aureus. Diameter zona inhibisi (mm) diukur dengan menggunakan jangka sorong.

Hasil penelitian secara deskriptif menunjukan EEL memiliki aktivitas antibakterial terhadap S. aureus. Rerata zona inhibisi terluas dibentuk oleh EEL 200% (13,05 mm), diikuti EEL 100% (9,33 mm), EEL 50% (7,96 mm), EEL 25% (4,83 mm) dan EEL 12,5% (3,35 mm).

Simpulan dari penelitian ini EEL mempunyai aktivitas antibakterial terhadap S.aureus.

Kata kunci : Staphylococcus aureus, antibakterial, Ekstrak Etanol Lobak


(2)

v

ABSTRACT

ANTIBACTERIAL ACTIVITY OF RADISH (Raphanus sativus L.)

ETHANOLIC EXTRACT TOWARDS Staphylococcus aureus

Ignatia Ilga Saridin, 2015 ; 1st Supervisor : Widura, dr., MS.

2nd Supervisor : Winsa Husin, dr., MSc., MKes., PA(K).

Staphylococcus aureus which is the normal flora in the humans often caused many infection. Antibiotic therapy is the main choice. However, overuse of antibiotic has caused the rising resistance in the last few years. For that reason, research to find antibacterial component from another source such as traditional herb is necessary. Radish (Raphanus sativus L.) has been widely used in many therapy and has been known to have antibacterial activity.

The aim of this research is to evaluate the antibacterial activity of radish ethanolic extract (EEL) towards the growth of S, aureus.

This research used the disc diffusion method, where six various concentration of EEL were inserted to the disc approximately 20 µL and placed in the Mueller Hinton Agar that has been inoculated 100 µL of S. aureus. The diameter of the zone of inhibition was measured using a caliper.

The result of the research descriptevely showed that EEL has antibacterial activity towards S. aureus. The widest average zone of inhibition is shown by EEL 200% (13,05 mm), followed by EEL 100% (9,33 mm), EEL 50% (7,96 mm), EEL 25% (4,83 mm) and EEL 12,5% (3,35 mm).

The conclusion of this research is that EEL has antibacterial activity towards S,aureus.

Keywords : Staphylococcus aureus, antibacterial, Radish Ethanolic Extract (EEL)


(3)

viii

DAFTAR ISI

JUDUL DALAM i

LEMBAR PERSETUJUAN ii

SURAT PERNYATAAN iii

ABSTRAK iv

ABSTRACT v

KATA PENGANTAR vi

DAFTAR ISI viii

DAFTAR TABEL xi

DAFTAR GAMBAR xii

DAFTAR LAMPIRAN xiii

1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang 1

1.2. Identifikasi Masalah 2

1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian 2

1.4. Manfaat Penelitian 2

1.5. Kerangka Pemikiran dan Hipotesis 3

1.5.1. Kerangka Pemikiran 3

1.5.2. Hipotesis 4

2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Histologi Kulit 5

2.2. Staphylococcus aureus 5

2.2.1. Struktur Bakteri 7

2.2.2. Faktor Virulensi 8

2.2.3. Infeksi akibat S. aureus 10

2.2.3.1. Infeksi Kulit 10

2.2.3.2. Acne vulgaris 10

2.2.3.3. Scalded Skin Syndrome 11

2.2.3.4. Sindrom Syok Toksik 11

2.2.3.5. Food Poisoning 11

2.2.3.6. Infeksi lainnya 12

2.2.4. Komplikasi Infeksi S. aureus 12


(4)

ix

2.3. Antibiotik 12

2.4. Eritromisin 13

2.4.1. Mekanisme Kerja 13

2.4.2. Resistensi Antibiotik dan Eritromisin 13

2.4.3. Efek Samping Eritromisin 14

2.5. Lobak 14

2.5.1. Kandungan Lobak 15

2.5.2. Aktivitas Antibakterial 16

3. BAHAN/SUBJEK DAN METODE PENELITIAN

3.1 Alat dan Bahan 20

3.1.1 Bakteri Uji 21

3.1.2 Tempat dan Waktu Penelitian 21

3.2 Metode Penelitian 21

3.2.1 Disain Penelitian 21

3.2.2 Variabel Penelitian 22

3.2.2.1Definisi Konsepsional Variabel 22

3.2.2.2Definisi Operasional Variabel 22

3.3 Persiapan Kerja 22

3.3.1 Pengumpulan Bahan 22

3.3.2 Persiapan Bahan Uji 22

3.3.3 Pembuatan Lempeng Agar Darah (LAD) 23

3.3.4 Pembuatan Mueller Hinton Agar 23

3.3.5 Sterilisasi Alat 23

3.4 Pelaksanaan Penelitian 24

3.4.1 Persiapan Bakteri Uji 24

3.4.2 Identifikasi Bakteri Uji 25

3.4.3 Pembuatan Suspensi Bakteri 25

3.4.4 Pembuatan Varian Konsentrasi Ekstrak Etanol Lobak 25

3.4.5 Penentuan Difusi Cakram 26


(5)

x 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian 27

4.2. Pembahasan 28

5. SIMPULAN

5.1. Simpulan 30

5.2. Saran 30

DAFTAR PUSTAKA 31

LAMPIRAN 34

RIWAYAT HIDUP 37


(6)

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Kandungan dari Raphanus sativus L. 16 Tabel 4.1 Tabel 4.1 Rerata Zona Inhibisi Ekstrak Etanol Lobak

terhadap S. aureus 27


(7)

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Morfologi S. aureus 6

Gambar 2.2 Koloni S. aureus pada LAD 6

Gambar 2.3 Superantigen yang dihasilkan S. aureus 9

Gambar 2.4 Lobak (Raphanus sativus L.) 15

Gambar 2.5 Struktur kimia dari Ferulic acid 17

Gambar 2.6 Struktur kimia Caffeic acid 18

Gambar 2.7 Skema mekanisme kerja lobak terhadap S. aureus 19

Gambar 3.1 Penanaman Metode Streak Plate 24


(8)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Alat dan Bahan 34

Lampiran 2 Pembuatan Ekstrak Lobak 36


(9)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Staphylococcus aureus merupakan bakteri Gram positif dengan bentuk coccus

dan susunan berkelompok seperti anggur. Bakteri ini secara normal dapat kita dapatkan pada kulit dan mukosa manusia. S. aureus sering menyebabkan banyak penyakit seperti infeksi kulit, jerawat atau acne vulgaris, sindrom syok toksik,

food poisoning, dan infeksi lainnya. Dalam penelitian beberapa tahun terakhir, infeksi kulit akibat Staphylococcus aureus dan komplikasinya mulai meningkat terutama pada anak - anak(Saxena et al., 2010).

Pada suatu waktu, S. aureus merupakan bakteri yang sensitif terhadap berbagai jenis antibiotik tapi karena kemampuannya untuk beradaptasi dengan pengobatan yang diberikan, mulai terjadi kasus resistensi S. aureus. Penggunaan antibiotik seperti golongan makrolide dan tetrasiklin yang telah menjadi pilihan utama untuk pengobatan infeksi akibat Staphylococcus sejak 15 tahun yang lalu, baik secara oral maupun topikal. Namun, hal ini menjadi tidak efektif lagi dikarenakan adanya peningkatan resistensi S. aureus terhadap beberapa antibiotik terutama terhadap eritromisin di Amerika, Inggris dan Australia (Fanelli et al., 2011). Banyak usaha sudah dikembangkan dalam upaya mencari komponen antimikrobial dari berbagai macam sumber seperti mikroorganisme, hewan dan tanaman herbal. Penggunaan tanaman herbal sebagai pengobatan alternatif telah menjadi hal yang sering kita jumpai sehari – hari, terutama untuk penyakit yang mempunyai resistensi terhadap antibiotik yang digunakan. Ekstrak berbagai tanaman telah dibuktikan mengandung molekul bioaktif tertentu yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri maupun jamur. Tanaman mengandung banyak metabolit sekunder seperti tanin, terpenoide, coumarin, alkaloid, dan flavonoid yang memiliki efek antimikrobial. (Shukla et al., 2011; Ahmad et al., 2012). Lobak (Raphanus sativus) merupakan tanaman yang populer dikonsumsi di Indonesia sebagai makanan seperti soto dan acar. Panjangnya dapat mencapai 30


(10)

2

– 90 cm dan memiliki akar yang tebal dengan ukuran yang beragam. Efek lobak sebagai tanaman obat menyebabkan konsumsi lobak sebagai makanan sehari - hari semakin meningkat. Konsumsi lobak sering digunakan untuk mengobati berbagai penyakit seperti keluhan gastrointestinal, kantung empedu, gangguan hepar, infeksi saluran kemih, infeksi saluran pernapasan, dan penyakit cardiovaskular (Blažević et al., 2009). Salah satu fungsi lobak yang telah diteliti adalah fungsi antibakterial dan antifungal karena mengandung senyawa aktif yang bersifat antibakterial seperti raphanin, senyawa fenolik dan metabolit sekunder. Berdasarkan hal – hal yang telah disebutkan diatas, diperlukan penelitian untuk mengetahui aktivitas antibakterial dari lobak terhadap bakteri Staphylococcus aureus.

1.2 Identifikasi Masalah

 Apakah Ektstrak Etanol Lobak dapat menghambat pertumbuhan bakteri

Staphylococcus aureus.

1.3. Maksud dan Tujuan

Maksud penelitian adalah untuk mengetahui efek Ekstrak Etanol Lobak sebagai tanaman obat yang memiliki efek anti bakterial.

Tujuan penelitian adalah untuk mengukur zona inhibisi dari Ekstrak Etanol Lobak terhadap bakteri Staphylococcus aureus.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat akademis adalah menambah wawasan dan memberikan informasi tentang lobak sebagai tanaman obat.

Manfaat praktis adalah untuk memberikan informasi bahwa lobak dapat digunakan sebagai pengobatan alternatif untuk infeksi akibat Staphylococcus aureus.


(11)

3

1.5 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis

1.5.1 Kerangka Pemikiran

Staphylococcus aureus merupakan bakteri Gram positif yang merupakan flora normal kulit dan mukosa bersifat fakultatif anaerob, berbentuk coccus, tersusun dalam kelompok seperti buah anggur. S. aureus sering menyebabkan infeksi terutama pada kulit dengan cara menghindari mekanisme pertahanan sel inang dengan adanya banyak faktor virulensi. S. aureus dapat menyebabkan infeksi pada kulit yang terlokalisir seperti abses karena adanyan pembentukan dinding pada sekitar proses. S. aureus juga dapat menyebabkan endokartitis dan sepsis jika mikroorganisme ini terbawa ke aliran darah (Jawetz et al., 2010).

Antibiotik golongan tetrasiklin dan makrolide seperti eritromisin merupakan pilihan utama pengobatan infeksi akibat S. aureus dengan efektivitas yang cukup baik. Mekanisme kerja dari eritromisin adalah dengan blokade subunit ribosomal 50S dan menghambat translokasi dalam sintesis protein. Namun pengobatan dengan eritromisin sudah menjadi tidak efektif lagi karena meningkatnya kasus resistensi. Resistensi yang terjadi diakibatkan modifikasi reseptor rRNA bakteri dan ekspresi peptida yang spesifik (Webster dan Graber,2008).

Lobak memiliki banyak efek farmakologi yang telah banyak diteliti sebelumnya. Salah satu efeknya adalah antibakterial dan antifungi. Hal ini disebabkan adanya kandungan seperti raphanin, senyawa fenolik dan metabolit sekunder. Raphanin, enzim yang aktif pada pH 6,5 - 7, merupakan substansi aktif terhadap bakteri Gram positif dan Gram negatif. Raphanin banyak ditemukan di daun, kulit dan akar dari lobak (Sanaa T, 2001). Raphanin bekerja aktif pada

Eschericia coli, Pseudomonas pyocyaneus, Salmonella typhi, Bacillus subtillis, Staphylococcus aureus dan Pneumococci (Shukla et al., 2011). Pada beberapa penelitian lainnya, dikemukakan juga bahwa senyawa fenolik seperti ferulic acid

dan caffeic acid dapat menghambat pertumbuhan bakteri, baik bakteri Gram positif maupun bakteri Gram negatif (Pérez Gutiérrez dan Perez, 2004).


(12)

4

Kandungan metabolit sekunder seperti flavonoid dan tanin juga bersifat antibakterial (Shukla et al., 2011; Ahmad et al., 2012).

1.5.2 Hipotesis

 Ekstrak Etanol Lobak memliki efek antibakterial terhadap bakteri

Staphylococcus aureus.


(13)

30 BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Dari hasil penelitian ini maka dapat disimpulkan bahwa ekstrak etanol lobak memiliki efek antibakterial terhadap bakteri Staphylococcus aureus.

5.2 Saran

1. Diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai aktivitas antibakterial ekstrak etanol lobak terhadap bakteri lain.

2. Diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai kandungan zat aktif lobak yang tumbuh di Indonesia.


(14)

31

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad F, Izharul H, Chishti DK, Ahmad H. Antibacterial Activity of Raphanus Sativus Linn. Seed Extract. Global Journal of Medical Research. 2012; 12 Anonim. Caffeic Acid. IARC Monograph. 2006; 56.

Aruna G, Yerragunt VG, Raju AB. Photochemistry and Pharmacology of

Raphanus sativus. International Journal of Drug Formulation and

Research. 2012.

Akiyama H, Fujii K, Yamasaki O, Oono T, Iwatsuki K. 2001. Antibacterial action of several tannins against Staphylococcus aureus. Journal of Antimicrobial chemotherapy.

Blažević I, Mastelić J. Glucosinolate degradation products and other bound and free volatiles in the leaves and roots of radish (Raphanus sativus L.). Food Chemistry 113. 2009; 96 – 102.

Brenelli de Paiva L, Goldbeck R, Dantas dos Santos W, Squina FM. Ferulic acid and derivates: molecules with potential application in the pharmaceutical field. Brazillian Journal of Pharmaceutical Sciences. 2013; 49(3).

Dhillon KS, Varshney KR. Study of Microbiological Spectrum in Acne Vulgaris : an Invitro Study. Scholars Journal of Applied Medical Science. 2013; 1(6): 724-727.

Dolapo O, Dhanireddy R, Talati AJ. Trends of Staphylococcus aureus

bloodstream infections in a neonatal intensive care unit from 2000 - 2009.

BMC Pediatrics. 2014; 14(121).

Fanelli M, Kupperman E, Lautenbach E, Edelstein PH, Margolis DJ. Antibiotics, Acne and Staphylococcus aureus Colonization. American Medical Association. 2011; 147(8).

Forbes BA, Sahm DF, and Weissfekd AS. 2002. Bailey & Scott’s Diagnostic

Microbiology 11th ed.. Missouri: Mosby.

Gartner LP, Hiatt JL. 2007. Color Text Book of Histology 3rd edition. Elsevier.


(15)

32

Gaynor M, Mankin AS. Macrolide Antibiotics: Binding Site, Mechanism of Action, Resistance. Current Topics in Medicinal Chemistry. 2003; 3: 949 - 961.

Harris LG, Foster SJ, Richards RG. An introduction to Staphylococcus aureus, and techniques for identifying and quantifying S. aureus adhesins in relation to adhesion to biomaterials: Review. European Cells and Materials. 2002; 4: 39 - 60.

Hogg S. 2005. Essential Microbiology. England : John Wiley & Sons Ltd.

Janjua S, Shahid M, Abbas F. Phytochemical analysis and in vitro antibacterial activity of root peel extract of Raphanus sativus L. var niger. Advancement in Medical Plant Research. 2013; 1(1).

Jawetz E, Melnick JL, Adelberg EA. 2010. Mikrobiologi Kedokteran 25 ed. A. Adityaputri. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Jiang L. 2011. Comparison of disk diffusion, agar dilution, and broth microdilution for antimicrobial susceptibility testing of five chitosans.

Doctoral dissertation Lousiana State University.

Lambert SWJ. 2002. Staphylococcus aureus infection lead by the nose.

Mahon CR, Lehman DC, Manuselis G. 2007. Textbook of Diagnostic Microbiology 3ed. Elsevier.

Pérez Gutiérrez RM, Perez RL. Raphanus sativus (radish) : their chemistry and biology. The Scientific World JOURNAL. 2004; 4: 811 - 837.

Preeti S, Jaspal S. Medicinal and therapeutic utilities of Raphanus sativus. International Journal of Plant, Animal, and Environmental Sciences. 2013; 3(2).

Rita Rakhmawati, Endang Anggarwulan, Estu Retnaningtyas. Potency of Lobak Leaves (Raphanus sativus L. var. hortensis Back) as Anticancer and Antimicrobial Candidates. Biodiverditas. 2009; 10:158 - 162.

Sanaa T. Purification and Characterization of Raphanin A Neutral Protease from

Raphanus sativus Leaves. Pakistan Journal of Biological Science. 2001; 4(5).


(16)

33

Saxena S, Thompson P, Birger R, Bottle A, Spyridis N, Wong I, Johnson AP. Increasing skin infection and Staphylococcus aureus complication in Children, England, 1997 - 2006. Emerging Infectious Disease. 2010; 16 (3). Shukla S, Chatterji S, Yadav DK, Watal G. Antimicrobial efficacy of Raphanus

sativus root juice. International Journal of Pharmacy and Pharmaceutical Sciences. 2011; 3(5).

Webster GF, Graber EM. 2008. Antibiotic treatment for acne vulgaris.


(1)

3 1.5 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis

1.5.1 Kerangka Pemikiran

Staphylococcus aureus merupakan bakteri Gram positif yang merupakan flora normal kulit dan mukosa bersifat fakultatif anaerob, berbentuk coccus, tersusun dalam kelompok seperti buah anggur. S. aureus sering menyebabkan infeksi terutama pada kulit dengan cara menghindari mekanisme pertahanan sel inang dengan adanya banyak faktor virulensi. S. aureus dapat menyebabkan infeksi pada kulit yang terlokalisir seperti abses karena adanyan pembentukan dinding pada sekitar proses. S. aureus juga dapat menyebabkan endokartitis dan sepsis jika mikroorganisme ini terbawa ke aliran darah (Jawetz et al., 2010).

Antibiotik golongan tetrasiklin dan makrolide seperti eritromisin merupakan pilihan utama pengobatan infeksi akibat S. aureus dengan efektivitas yang cukup baik. Mekanisme kerja dari eritromisin adalah dengan blokade subunit ribosomal 50S dan menghambat translokasi dalam sintesis protein. Namun pengobatan dengan eritromisin sudah menjadi tidak efektif lagi karena meningkatnya kasus resistensi. Resistensi yang terjadi diakibatkan modifikasi reseptor rRNA bakteri dan ekspresi peptida yang spesifik (Webster dan Graber, 2008).

Lobak memiliki banyak efek farmakologi yang telah banyak diteliti sebelumnya. Salah satu efeknya adalah antibakterial dan antifungi. Hal ini disebabkan adanya kandungan seperti raphanin, senyawa fenolik dan metabolit sekunder. Raphanin, enzim yang aktif pada pH 6,5 - 7, merupakan substansi aktif terhadap bakteri Gram positif dan Gram negatif. Raphanin banyak ditemukan di daun, kulit dan akar dari lobak (Sanaa T, 2001). Raphanin bekerja aktif pada Eschericia coli, Pseudomonas pyocyaneus, Salmonella typhi, Bacillus subtillis, Staphylococcus aureus dan Pneumococci (Shukla et al., 2011). Pada beberapa penelitian lainnya, dikemukakan juga bahwa senyawa fenolik seperti ferulic acid dan caffeic acid dapat menghambat pertumbuhan bakteri, baik bakteri Gram positif maupun bakteri Gram negatif (Pérez Gutiérrez dan Perez, 2004).


(2)

4

Kandungan metabolit sekunder seperti flavonoid dan tanin juga bersifat antibakterial (Shukla et al., 2011; Ahmad et al., 2012).

1.5.2 Hipotesis

 Ekstrak Etanol Lobak memliki efek antibakterial terhadap bakteri Staphylococcus aureus.


(3)

30 BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Dari hasil penelitian ini maka dapat disimpulkan bahwa ekstrak etanol lobak memiliki efek antibakterial terhadap bakteri Staphylococcus aureus.

5.2 Saran

1. Diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai aktivitas antibakterial ekstrak etanol lobak terhadap bakteri lain.

2. Diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai kandungan zat aktif lobak yang tumbuh di Indonesia.


(4)

31

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad F, Izharul H, Chishti DK, Ahmad H. Antibacterial Activity of Raphanus Sativus Linn. Seed Extract. Global Journal of Medical Research. 2012; 12 Anonim. Caffeic Acid. IARC Monograph. 2006; 56.

Aruna G, Yerragunt VG, Raju AB. Photochemistry and Pharmacology of

Raphanus sativus. International Journal of Drug Formulation and Research. 2012.

Akiyama H, Fujii K, Yamasaki O, Oono T, Iwatsuki K. 2001. Antibacterial action of several tannins against Staphylococcus aureus. Journal of Antimicrobial chemotherapy.

Blažević I, Mastelić J. Glucosinolate degradation products and other bound and free volatiles in the leaves and roots of radish (Raphanus sativus L.). Food Chemistry 113. 2009; 96 – 102.

Brenelli de Paiva L, Goldbeck R, Dantas dos Santos W, Squina FM. Ferulic acid and derivates: molecules with potential application in the pharmaceutical field. Brazillian Journal of Pharmaceutical Sciences. 2013; 49(3).

Dhillon KS, Varshney KR. Study of Microbiological Spectrum in Acne Vulgaris : an Invitro Study. Scholars Journal of Applied Medical Science. 2013; 1(6): 724-727.

Dolapo O, Dhanireddy R, Talati AJ. Trends of Staphylococcus aureus

bloodstream infections in a neonatal intensive care unit from 2000 - 2009.

BMC Pediatrics. 2014; 14(121).

Fanelli M, Kupperman E, Lautenbach E, Edelstein PH, Margolis DJ. Antibiotics,

Acne and Staphylococcus aureus Colonization. American Medical

Association. 2011; 147(8).

Forbes BA, Sahm DF, and Weissfekd AS. 2002. Bailey & Scott’s Diagnostic

Microbiology 11th ed.. Missouri: Mosby.

Gartner LP, Hiatt JL. 2007. Color Text Book of Histology 3rd edition. Elsevier.


(5)

32

Gaynor M, Mankin AS. Macrolide Antibiotics: Binding Site, Mechanism of Action, Resistance. Current Topics in Medicinal Chemistry. 2003; 3: 949 - 961.

Harris LG, Foster SJ, Richards RG. An introduction to Staphylococcus aureus, and techniques for identifying and quantifying S. aureus adhesins in relation to adhesion to biomaterials: Review. European Cells and Materials. 2002; 4: 39 - 60.

Hogg S. 2005. Essential Microbiology. England : John Wiley & Sons Ltd.

Janjua S, Shahid M, Abbas F. Phytochemical analysis and in vitro antibacterial activity of root peel extract of Raphanus sativus L. var niger. Advancement in Medical Plant Research. 2013; 1(1).

Jawetz E, Melnick JL, Adelberg EA. 2010. Mikrobiologi Kedokteran 25 ed. A. Adityaputri. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Jiang L. 2011. Comparison of disk diffusion, agar dilution, and broth microdilution for antimicrobial susceptibility testing of five chitosans.

Doctoral dissertation Lousiana State University.

Lambert SWJ. 2002. Staphylococcus aureus infection lead by the nose.

Mahon CR, Lehman DC, Manuselis G. 2007. Textbook of Diagnostic Microbiology 3ed. Elsevier.

Pérez Gutiérrez RM, Perez RL. Raphanus sativus (radish) : their chemistry and biology. The Scientific World JOURNAL. 2004; 4: 811 - 837.

Preeti S, Jaspal S. Medicinal and therapeutic utilities of Raphanus sativus. International Journal of Plant, Animal, and Environmental Sciences. 2013; 3(2).

Rita Rakhmawati, Endang Anggarwulan, Estu Retnaningtyas. Potency of Lobak Leaves (Raphanus sativus L. var. hortensis Back) as Anticancer and Antimicrobial Candidates. Biodiverditas. 2009; 10:158 - 162.

Sanaa T. Purification and Characterization of Raphanin A Neutral Protease from

Raphanus sativus Leaves. Pakistan Journal of Biological Science. 2001; 4(5).


(6)

33

Saxena S, Thompson P, Birger R, Bottle A, Spyridis N, Wong I, Johnson AP. Increasing skin infection and Staphylococcus aureus complication in Children, England, 1997 - 2006. Emerging Infectious Disease. 2010; 16 (3). Shukla S, Chatterji S, Yadav DK, Watal G. Antimicrobial efficacy of Raphanus

sativus root juice. International Journal of Pharmacy and Pharmaceutical Sciences. 2011; 3(5).

Webster GF, Graber EM. 2008. Antibiotic treatment for acne vulgaris.