PENERAPAN TEKNIK TERATAI (TERJUN AMATI RANGKAI) DALAM PEMBELAJARAN MENULIS CERPEN.

(1)

PENERAPAN TEKNIK TERATAI (TERJUN AMATI RANGKAI) DALAM PEMBELAJARAN MENULIS CERPEN

(Penelitian Eksperimen Semu terhadap Siswa Kelas XI SMA Negeri 19 Bandung Tahun Ajaran 2014-2015)

SKRIPSI

diajukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Oleh Frida Sri Meilani

1104181

DEPARTEMEN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG


(2)

PENERAPAN TEKNIK TERATAI (TERJUN AMATI RANGKAI) DALAM PEMBELAJARAN MENULIS CERITA PENDEK

(Penelitian Eksperimen Semu terhadap Siswa Kelas XI SMA Kartika XIX-2 Bandung Tahun Ajaran 2014/2015)

oleh Frida Sri Meilani

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

© Frida Sri Meilani. Universitas Pendidikan Indonesia

Agustus 2015

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian dengan dicetak ulang, difotokopi, atau cara lainnya tanpa izin dari penulis.


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

PENERAPAN TEKNIK TERATAI (TERJUN AMATI RANGKAI) DALAM PEMBELAJARAN MENULIS CERPEN

(Penelitian Eksperimen Semu terhadap Siswa Kelas XI SMA Negeri 19 Bandung Tahun Ajaran 2014-2015)

disetujui dan disahkan oleh

Pembimbing I

Dr. Sumiyadi, M.Hum.

NIP 196603201991031004

Pembimbing II

Rudi Adi Nugroho, M.Pd.

NIP 198503012009121005

Mengetahui,

Ketua Departemen Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Dr. Dadang S Anshori, M.Si.


(4)

(5)

Frida Sri Meilani, 2015

PENERAPAN TEKNIK TERATAI (TERJUN AMATI RANGKAI) DALAM PEMBELAJARAN MENULIS CERPEN

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

ABSTRAK

PENERAPAN TEKNIK TERATAI (TERJUN AMATI RANGKAI) DALAM PEMBELAJARAN MENULIS CERPEN

(Penelitian Eksperimen Semu terhadap Siswa Kelas XI SMA Negeri 19 Bandung Tahun Ajaran 2014-2015)

oleh Frida Sri Meilani

1104181

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kurangnya minat siswa dalam pembelajaran menulis teks sastra di sekolah, khususnya teks cerita pendek yang disebabkan sulitnya siswa untuk menemukan ide-ide dalam awal penulisan cerita oleh sebab itu siswa sering merasa bosan dalam pembelajaran menulis cerpen. Berdasarkan hal tersebut, peneliti menguji penerapan teknik teratai (terjun amati rangkai) dalam pembelajaran menulis cerpen di kelas XI. Tujuan dari penelitian ini, yaitu untuk mengetahui kemampuan menulis teks cerita pendek siswa pada kelas eksperimen sebelum dan sesudah menggunakan teknik teratai (terjun amati rangkai) dalam pembelajaran menulis cerpen, dan untuk mengetahui kemampuan menulis teks cerita pendek siswa pada kelas kontrol. apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara kemampuan menulis teks cerita pendek siswa di kelas eksperimen dan kelas kontrol. Teknik teratai ini bertujuan untuk mempermudah siswa dalam menemukan ide awal untuk penulisan teks cerita pendek. Penelitian ini menggunakan metode penelitian eksperimen semu atau kuasi (quasi eksperimental) dengan desain pretest-postest control group design. Desain ini melibatkan dua kelas di mana yang satu menempati kelas eksperimen berjumlah 29 siswa dan satunya merupakan kelas kontrol yang berjumlah 30 siswa yang diambil secara purposive sampling. Berdasarkan data penelitian yang telah diolah menggunakan perhitungan kuantitatif, hasil pretest dan posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol berdistribusi normal dan homogen. Berdasarkan perhitungan uji t hipotesis, diperoleh hasil thitung (2,935) > ttabel (2,004). Hal tersebut menunjukkan bahwa teknik teratai (terjun amati rangkai) terbukti efektif dalam pembelajaran menulis cerpen pada siswa kelas XI SMA Negeri 19 Bandung.


(6)

Frida Sri Meilani, 2015

PENERAPAN TEKNIK TERATAI (TERJUN AMATI RANGKAI) DALAM PEMBELAJARAN MENULIS CERPEN

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

ABSTRACT

IMPLEMENTATION TERATAI (TERJUN AMATI RANGKAI (DIVE

OBSERVE ARRANGING)) IN LEARNING SHORT STORY WRITING (Quasi Experimental Research Class XI SMA Negeri 19 Bandung School Year

2014-2015)

by

Frida Sri Meilani 1104181

The implementation of TERATAI (Terjun amati rangkai) technique in-learning process to write a short story. A statical research to 11th grade students of SMAN 19 Bandung 2014-2015’s school year. This research is conducted with a lack of interest among students to learn writing a literature in mind, especially a short story which is caused by the difficulties to find new ideas in the beginning of a story because the students tend to feel bored to learn writing a short story.nbased on the fact above, the research conducted a test of especially a short story which is caused by the difficulties to find new ideas in the beginning of a story because the students tend to feel bored to learn writing a short story.nbased on the fact above, the research conducted a test TERATAI implementation in a learning process to write a short story in 11th grade students, the purpose of this research is solely to measure the differences of students ability in experimented class before and after implementing TERATAI technique in a learning process to write a short story and also to measure the writing ability of students in controlled class before and after implementing a direct approach method, and also to identifying whether there is a significant differences between a students in experimented class and controlled class. The experiment is conducted by implementing a pseudoexperimental research method a.k.a quasi experimental with a pretest-posttest controlled group design. This design involving two classes which is divided into experimented class which is consist of 29 students, and controlled class which is consist 30 students chosen from total population with a purpose sampling method. Based on research data which has treated with a quantitative calculation the pretest and posttest of experimented and controlled class can be varied into a normal and homogeneity population. Based on the calculation and hypothesis test the result obtained is t count (2,935) t table (2,004). These result has showed us that a teratai technique has proven effective to implement in a learning process to write a short story by the 11th grader students of SMAN 19 Bandung.


(7)

Frida Sri Meilani, 2015

PENERAPAN TEKNIK TERATAI (TERJUN AMATI RANGKAI) DALAM PEMBELAJARAN MENULIS CERPEN


(8)

Frida Sri Meilani, 2015

PENERAPAN TEKNIK TERATAI (TERJUN AMATI RANGKAI) DALAM PEMBELAJARAN MENULIS CERPEN

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ... Error! Bookmark not defined.

LEMBAR PERNYATAAN ... Error! Bookmark not defined.

ABSTRAK ... Error! Bookmark not defined.

ABSTRACT ... iv

KATA PENGANTAR ... Error! Bookmark not defined. UCAPAN TERIMA KASIH ... Error! Bookmark not defined. DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... Error! Bookmark not defined. DAFTAR BAGAN DAN GRAFIK ... Error! Bookmark not defined. DAFTAR LAMPIRAN ... Error! Bookmark not defined. BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Penelitian... 1

1.2 Rumusan Masalah Penelitian ... 5

1.3 Tujuan Penelitian ... 5

1.4 Manfaat Penelitian ... 6

1.5 Struktur Organisasi Skripsi... 7

BAB 2 TEKNIK TERATAI (TERJUN AMATI RANGKAI), PEMBELAJARAN MENULIS TEKS CERITA PENDEK, MODEL CTL ... 2.1 Teknik Teratai ( Terjun Amati Rangkai ) ... 9

2.1.1 Langkah-langkah Pembelajaran Teknik Teratai ... 10

2.2 Pembelajaran Menulis Teks Cerita Pendek ... 12

2.2.1 Menulis Teks Cerpen ... 12

2.2.2 Pengertian Cerpen ... 15

2.2.3 Struktur Cerpen ... 16

2.3 Model Pembelajaran Contextual Teaching And Learning (CTL) . ... 20

2.3.1 Pengertian Contextual Teaching And Learning (CTL) ... 20

2.3.2 Karakteristik Model CTL ... 21


(9)

Frida Sri Meilani, 2015

PENERAPAN TEKNIK TERATAI (TERJUN AMATI RANGKAI) DALAM PEMBELAJARAN MENULIS CERPEN

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

2.4 Media Pembelajaran ... 23

2.5 Penelitian Terkait... 25

2.6 Kerangka Berpikir ... 26

2.7 Hipotesis Penelitian ... 29

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN ... 31

3.1 Metode Penelitian dan Desain Penelitian ... 31

3.2 Prosedur Penelitian ... 31

3.3 Partisipan ... 33

3.4 Populasi dan Sampel... 34

3.4.1 Populasi ... 34

3.4.2 Sampel ... 35

3.5 Teknik Pengumpulan Data ... 36

3.6 Instrumen Penelitian ... 37

3.6.1 Instrumen Perlakuan ... 37

3.6.2 Intrumen Tes ... 45

3.6.3 Instrumen Observasi ... 50

3.7 Analisis Data ... 54

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 59

4.1 Deskripsi dan Analisis Proses Penelitian ... 59

4.2 Deskripsi dan Analisis Data Hasil Penelitian ... 62

4.2.1 Deskripsi Data Hasil Pretest dan Posttest ... 62

4.3 Deskripsi Data Hasil Observasi ... 73

4.4 Analisis Data Kuantitatif ... 74

4.4.1 Uji Reliabilitas Antarpenimbang ... 75

4.4.2 Uji Normalitas ... 83

4.4.3 Uji Homogenitas ... 86

4.4.4 Uji Hipotesis ... 87

4.5 Pembahasan Hasil Penelitan ... 93

4.5.1 Kemampuan siswa kelas XI SMAN 19 Bandung dalam menulis cerita pendek sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran dengan menggunakan teknik teratai (terjun amati rangkai) di kelas eksperimen ... 95


(10)

Frida Sri Meilani, 2015

PENERAPAN TEKNIK TERATAI (TERJUN AMATI RANGKAI) DALAM PEMBELAJARAN MENULIS CERPEN

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

4.5.2 Kemampuan siswa kelas XI SMAN 19 Bandung dalam menulis cerita pendek sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran yang tidak menggunakan teknik teratai (terjun amati rangkai) di

kelas kontrol ... 104

4.5.3 Perbedaan kemampuan menulis cerita pendek siswa kelas XI SMAN 19 Bandung antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol ... 116

BAB 5 SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI ... 119

5.1 Simpulan ... 119

5.2 Implikasi ... 120

5.1 Rekomendasi ... 121


(11)

Frida Sri Meilani, 2015

PENERAPAN TEKNIK TERATAI (TERJUN AMATI RANGKAI) DALAM PEMBELAJARAN MENULIS CERPEN


(12)

(13)

Frida Sri Meilani, 2015

PENERAPAN TEKNIK TERATAI (TERJUN AMATI RANGKAI) DALAM PEMBELAJARAN MENULIS CERPEN


(14)

Frida Sri Meilani, 2015

PENERAPAN TEKNIK TERATAI (TERJUN AMATI RANGKAI) DALAM PEMBELAJARAN MENULIS CERPEN


(15)

Frida Sri Meilani, 2015

PENERAPAN TEKNIK TERATAI (TERJUN AMATI RANGKAI) DALAM PEMBELAJARAN MENULIS CERPEN

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pembelajaran merupakan kegiatan di mana guru melakukan peranan-peranan tertentu agar siswa dapat belajar untuk mencapai tujuan pendidikan yang diharapakan. Salah satu bagian dari pembelajaran ialah pembelajaran menulis. Menulis merupakan suatu kegiatan yang harus dihadapi siswa dalam proses pembelajaran, khususnya dalam mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia. Tarigan (2008, hlm. 22) mengatakan bahwa “menulis adalah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga orang-orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut jika mereka memahami bahasa dan gambaran grafik itu”. Melalui kegiatan menulis, siswa diharapkan mampu menuangkan ide-idenya baik yang bersifat ilmiah maupun imajinatif. Keterbatasan kemampuan menulis banyak dialami oleh siswa, hal ini menyebabkan siswa sulit untuk menuangkan ide-ide kreatifnya dengan baik ke dalam sebuah tulisan. Masalah tersebut terjadi karena sebagian dari siswa beranggapan bahwa pelajaran menulis itu tidak menyenangkan, mereka cepat merasa bosan dalam pembelajaran menulis. Guru sering kali menyampaikan materi pembelajaran dengan metode yang seadanya seperti ceramah dan juga menggunakan teknik dan media yang seadanya. Fakta tersebut menyebabkan siswa akan lebih cepat bosan dengan materi yang disampaikan oleh guru. Guru sangat berperan penting dalam membuat situasi belajar mengajar menjadi menyenangkan. Pembelajaran menulis pada penelitian ini adalah menulis cerpen. Cerpen merupakan suatu cerita yang isinya mengisahkan peristiwa secara singkat dan padat namun tetap mengandung kesan yang mendalam. Menurut Sukirno (2010, hlm. 83), “menulis cerpen sangat bermanfaat sebagai pengungkapan rangkaian peristiwa yang diimajinasikan atau yang pernah dialami”. Pada pembelajaran menulis cerpen banyak metode dan teknik yang dapat diterapkan oleh guru kepada siswa. Guru biasanya tidak


(16)

2

Frida Sri Meilani, 2015

PENERAPAN TEKNIK TERATAI (TERJUN AMATI RANGKAI) DALAM PEMBELAJARAN MENULIS CERPEN

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

menggunakan berbagai teknik yang menarik dalam pembelajaran menulis, biasanya juga guru hanya memberikan tema kepada siswa untuk memilih judul tanpa adanya media yang membantu siswa dalam menulis cerpen, hal ini kadang-kadang membuat siswa kebingungan. Untuk merangsang siswa agar dapat berimajinasi tentang cerpen yang dihasilkannya, sebaiknya guru tidak memfokuskan siswa untuk berpikir statis dalam menulis cerpen, melainkan membebaskan siswa untuk berimajinasi dan memberi keleluasaan dalam menentukan cerita atau hal apa yang ingin dituliskannya. Pembelajaran menulis cerpen dapat diciptakan oleh guru dimulai dari program yang bernuansa aktif-atraktif-kreatif dan yang perlu diingat adalah dominasi pelajaran itu tetap berada pada diri siswa, sementara guru hanya sebagai fasilitator, motivator dan inspirator awal saja. Penerapan teknik pembelajaran yang sesuai dalam rangka mengoptimalkan pembelajaran menulis cerpen secara aktif-atraktif-kreatif, dapat dilakukan dengan langsung mengamati objek yang akan ditulis. Banyak teknik dalam pengajaran menulis yang dapat diterapkan pada siswa, salah satu teknik pengajaran yang dapat diuji cobakan dalam penelitian ini adalah teknik teratai (terjun, amati, rangkai).

Menulis cerpen dalam penelitian ini menggunakan Teknik Teratai ( terjun, amati, rangkai). Teknik teratai merupakan teknik mengajar yang bersumber pada metode kontekstual, dalam teknik ini terdapat tiga kegiatan dasar, sesuai dengan nama teknik tersebut. Ter; terjun, at; amati, ai; rangkai. Terjun mengandung pengertian siswa langsung ke objek yang akan diamati. Amati mengandung pengertian, siswa melakukan pengamatan langsung terhadap berbagai objek di alam sekitar. Rangkai, setelah siswa selesai mengamati dan menentukan apa-apa saja yang nanti akan dijadikannya sebagai bahan penciptaan cerita pendek, selanjutnya siswa mulai menyusun dan merangkainya menjadi sebuah cerita pendek. Dengan demikian, teknik teratai menawarkan kegiatan pembelajaran yang menyenangkan, bermakna dan tidak mengabaikan keaktifan siswa sebagai pondasi utamanya. Teknik Teratai ini lebih menekankan siswa untuk aktif, dinamis dan berlaku sebagai subjek. Namun bukan berarti guru harus pasif, guru berperan sebagai pemandu yang penuh dengan motivasi, pandai berperan sebagai


(17)

3

Frida Sri Meilani, 2015

PENERAPAN TEKNIK TERATAI (TERJUN AMATI RANGKAI) DALAM PEMBELAJARAN MENULIS CERPEN

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

mediator dan kreatif. Konteksnya adalah siswa menjadi tumpuan utama. Dalam proses pembelajaran menulis cerpen, Teknik Teratai ini lebih menekankan pada wujud kreatifitas siswa dalam mengekspresikan pikiran dan perasaan sesuai dengan objek yang diamatinya. Hal itu dapat membantu siswa menemukan ide-ide yang kreatif dalam menulis cerpen dan menggunakan unsur-unsur cepen yang tepat, sehingga memudahkan siswa untuk menulis cerpen dengan baik. Teknik Teratai memungkinkan siswa lebih bersemangat dan lebih kreatif dalam menuangkan ide-idenya dalam pembelajaran menulis cerpen. Sehingga di akhir proses pembelajaran, tujuan pembelajaran dapat tercapai dan bisa dijadikan pilihan sebagai salah satu teknik pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah tersebut. Penggunaan teknik teratai dalam pembelajaran menulis cerpen ini menggunakan lingkungan sekitar sekolah sebagai medianya. Teknik teratai ini menggunakan Model pembelajaran lingkungan yang dapat dilakukan di sekitar sekolah tanpa mengeluarkan biaya yang banyak. Di samping itu, waktu yang dibutuhkan efisien secukupnya. Lingkungan sebagai media pengajaran pada dasarnya memvisualkan fakta gagasan, kejadian, peristiwa dalam bentuk tiruan dari keadaan sebenarnya untuk dibahas di kelas dalam membantu proses belajar mengajar. Di lain pihak, guru dan siswa dapat mempelajari keadaan sebenarnya di luar kelas dengan menghadapkan para siswa kepada lingkungan yang aktual untuk dipelajari, diamati dalam hubungannya dengan proses belajar mengajar. Cara ini lebih bermakna disebabkan siswa dihadapkan pada peristiwa dan keadaan yang sebenarnya secara alami lebih nyata, lebih aktual, dan dapat dipertanggungjawabkan. Penerapan teknik teratai ini diharapkan mampu membantu siswa dalam membuka imajinasinya dan memunculkan ide-ide kreatif siswa sehingga siswa dapat mudah membuat karyanya berupa cerita pendek. Identifikasi permasalahan yang akan menjadi fokus penelitian ini yaitu kurangnya kemampuan menulis cerpen siswa, pembelajaran menulis di sekolah begitu monoton (terutama tekniknya), kurang efektifnya teknik menulis cerpen yang menyebabkan siswa cepat merasa bosan dalam pembelajaran menulis cerpen

Mengacu pada identifikasi masalah di atas, peneliti membatasi masalah pada: pembelajaran menulis cerpen siswa SMA Kelas XI SMAN 19 Bandung,


(18)

4

Frida Sri Meilani, 2015

PENERAPAN TEKNIK TERATAI (TERJUN AMATI RANGKAI) DALAM PEMBELAJARAN MENULIS CERPEN

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

dengan menggunakan teknik teratai (terjun amati rangkai) dengan catatan bahwa hasil pembelajaran tersebut akan dilihat melalui uji t.

Berdasarkan pada beberapa hal di atas, peneliti akhirnya memutuskan untuk melakukan penelitian dalam bentuk eksperimen pembelajaran. Dalam percobaan ini, peneliti akan menggunakan menggunakan teknik teratai ( terjun, amati, rangkai ) dalam pembelajaran menulis cerpen siswa kelas XI SMAN 19 Bandung. Peneliti memiliki keyakinan bahwa penerapan teknik ini dapat menjadi variasi pembelajaran di kelas khususnya dalam pembelajaran bahasa Indonesia tentang menulis cerpen. Mengacu pada pertimbangan di atas, peneliti berinisiatif melakukan sebuah eksperimen penelitian yang berjudul “Penerapan Teknik Teratai (Terjun Amati Rangkai) dalam Pembelajaran Menulis Cerpen Siswa Kelas XI SMAN 19 Bandung”.

Penelitian terkait penerapan teknik teratai pernah dipakai dalam beberapa penelitian sebelumnya diantaranya oleh Andy Syahputra Harahap “Pengaruh Penggunaan Teknik Teratai dalam Meningkatkan Kemampuan menulis puisi siswa kelas X SMA Al-Ulum Terpadu Medan Tahun Ajaran 2011/2012”. Kemampuan menulis puisi siswa kelas X SMA Al-Ulum Terpadu Medan Tahun Ajaran 2011/2012 sebelum menggunakan teknik teratai (terjun, amati, rangkai) berada pada nilai rata-rata 64,52. Kemampuan menulis puisi siswa kelas X SMA Al-Ulum Terpadu Medan Tahun Ajaran 2011/2012 sesudah menggunakan teknik teratai (terjun, amati, rangkai) berada pada nilai rata-rata 73,7. Ada Pengaruh Penggunaan Teknik Teratai dalam Meningkatkan Kemampuan Menulis Puisi Siswa Kelas X SMA Al-Ulum Terpadu Medan Tahun Ajaran 2011/2012. Teknik teratai (terjun, amati, rangkai) memiliki pengaruh yang signifikan dalam meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis puisi. Oleh karena itu, teknik pembelajaran ini dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif pembelajaran dalam proses belajar-mengajar di kelas.

Yani Suryani dalam skripsinya yang berjudul “Keefektivitas Penggunaan Teknik Teratai dalam Meningkatkan Kemampuan Menulis Puisi Kelas X SMA Negeri 6 Cimahi Tahun Ajaran 2009/2010”. Skripsi sarjana pada FPBS UPI


(19)

5

Frida Sri Meilani, 2015

PENERAPAN TEKNIK TERATAI (TERJUN AMATI RANGKAI) DALAM PEMBELAJARAN MENULIS CERPEN

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

Bandung. Tidak diterbitkan. Dalam skripsinya tersebut dijelaskan bahwa teknik teratai efektif dalam meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis puisi. Terbukti setelah melakukan berbagai tahap dalam penelitan ini didapat data hasil uji hipotesis yaitu thitung = 4,05 > ttabel = 2,00 brdasarkan penelitian tersebut, penulis menyimpulkan bahwa teknik teratai efektif dalam pembelajaran menulis puisi siswa kelas X SMA Negeri 6 Cimahi.

Keberhasilan penelitian sebelumnya dengan menggunakan teknik teratai (terjun amati rangkai) menjadi salah satu alasan peneliti untuk menerapkannya dalam pembelajaran menulis cerpen. Oleh karena itu, berdasarkan uraian di atas penulis merumuskan penelitian dengan judul “Penerapan Teknik Teratai dalam Pembelajaran Menulis Cerpen” (Penelitian Eksperimen Semu Siswa kelas XI SMAN 19 Bandung Tahun Ajaran 2014/2015).

1.2 Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, rumusan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut.

1) Bagaimana kemampuan siswa kelas XI SMAN 19 Bandung dalam menulis cerita pendek sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran dengan menggunakan teknik teratai (terjun amati rangkai) di kelas eksperimen?

2) Bagaimana kemampuan siswa kelas XI SMAN 19 Bandung dalam menulis cerita pendek sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran yang tidak menggunakan teknik teratai (terjun amati rangkai) di kelas kontrol?

3) Adakah perbedaan yang signifikan pada kemampuan menulis cerita pendek siswa kelas XI SMAN 19 Bandung antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui:

1) Kemampuan siswa kelas XI SMAN 19 Bandung dalam menulis cerita pendek sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran dengan menggunakan teknik teratai (terjun amati rangkai) di kelas eksperimen;


(20)

6

Frida Sri Meilani, 2015

PENERAPAN TEKNIK TERATAI (TERJUN AMATI RANGKAI) DALAM PEMBELAJARAN MENULIS CERPEN

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

2) Kemampuan siswa kelas XI SMAN 19 Bandung dalam menulis cerita pendek sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran yang tidak menggunakan teknik teratai (terjun amati rangkai)di kelas kontrol; dan

3) Ada atau tidaknya perbedaan yang signifikan pada kemampuan menulis cerita pendek siswa kelas XI SMAN 19 Bandung antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan setelah melakukan penelitian ini adalah sebagai berikut.

1) Jika penelitian ini tercapai maka manfaat secara umumnya adalah terciptanya suatu alternatif teknik pembelajaran yang membuat siswa SMA kelas XI, khususnya di SMAN 19 Bandung, lebih mudah untuk menulis cerpen.

2) Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara praktis bagi siswa, guru, peneliti dan pembaca.

1. Bagi Siswa

Siswa akan belajar bagaimana menulis cerpen dengan mudah mendapatkan ide-ide kreatifnya.

2. Bagi Guru

Penilitian ini bermanfaat bagi guru sebagai referensi dalam melaksanakan pembelajaran menulis cerpen. Selain itu teknik yang akan diuji cobakan dalam penelitan ini dapat menjadi teknik alternatif pilihan dalam pembelajaran menulis lainnya. Dengan terbuktinya penelitian ini maka diharapkan guru akan lebih mudah untuk mengajarkan keterampilan menulis cerpen dengan menggunakan teknik teratai.

3. Bagi Peneliti

Penelitian ini akan menunjukan bahwa teknik teratai dapat diujicobakan pada siswa sekolah menengah. Selain itu, penulis mengetahui teknik teratai dengan lebih jelas sehingga mampu mendapatkan gambaran mengenai pembelajaran dengan teknik ini. Penelitian ini juga akan


(21)

7

Frida Sri Meilani, 2015

PENERAPAN TEKNIK TERATAI (TERJUN AMATI RANGKAI) DALAM PEMBELAJARAN MENULIS CERPEN

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

memberikan pengetahuan dan pengalaman baru yang dapat diaplikasikan baik di dalam maupun di luar pembelajaran menulis cerpen.

4. Bagi Pembaca

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pencerahan atau pengetahuan baru pada pembaca mengenai teknik pembelajaran dalam bahasa Indonesia di sekolah, khusunya pembelajaran menulis cerpen.

1.5Struktur Organisasi Penulisan Skripsi

Gambaran lebih jelas tentang isi dari keseluruhan skripsi disajikan dalam struktur organisasi skripsi. Skripsi ini terdiri atas lima bab. Masing-masing bab berisi hal-hal yang berhubungan dengan penelitian, yang meliputi pendahuluan, kajian teori, metode penelitian, hasil penelitian dan pembahasan penelitian, simpulan dan saran, serta daftar pustaka dan lampiran-lampiran.

Bab satu pendahuluan merupakan bagian awal dari skripsi yang menguraikan latar belakang penelitian berkaitan dengan kesenjangan harapan dan fakta di lapangan, identifikasi masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi penulisan skripsi. Bab dua kajian pustaka, kerangka pemikiran, dan hipotesis penelitian. Bab dua ini berisi tentang kajian teori-teori yang terdiri dari pembelajaran menulis pada siswa SMA kelas XI SMAN 19 Bandung (mencakup tentang devinisi menulis dari berbagai sumber, pembelajaran menulis cerpen (mencakup hakikat menulis, jenis-jenis membaca, tujuan membaca dan lain-lain), unsur-unsur teks cerpen, langkah-langkah membuat teks cerpen. Teknik teratai (terjun, amati, rangkai), (mencakup tentang pemahaman teknik teratai dan langkah-langkah teknik teratai yang diaplikasikan dengan pembelajaran menulis cerpen), model CTL yang berhubungan dengan teknik teratai, media pembelajaran, penelitian yang relevan, kerangka pemikiran, dan hipotesis penelitian. Pada Bab tiga yaitu metode penelitian yang berisi tentang deskripsi mengenai lokasi, populasi dan sampel penelitian, desain penelitian,


(22)

8

Frida Sri Meilani, 2015

PENERAPAN TEKNIK TERATAI (TERJUN AMATI RANGKAI) DALAM PEMBELAJARAN MENULIS CERPEN

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

metode penelitian, prosedur penelitian, variabel dan definisi operasional variabel, instrumen penelitian, proses pengembangan instrumen penelitian, teknik pengumpulan data dan teknik analisis data. Bab empat yaitu hasil penelitian dan pembahasan yang isinya mengemukakan tentang hasil penelitian yang telah dicapai meliputi pengolahan data serta analisis temuan dan pembahasannya. Terakhir adalah Bab lima berisi simpulan dan saran yang menyajikan simpulan terhadap hasil analisis temuan dari penelitian dan saran penulis sebagai bentuk pemaknaan terhadap hasil analisis temuan penelitian.


(23)

Frida Sri Meilani, 2015

PENERAPAN TEKNIK TERATAI (TERJUN AMATI RANGKAI) DALAM PEMBELAJARAN MENULIS CERPEN

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian dan Desain Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Penelitian eksperimen adalah penelitian yang berusaha mencari pengaruh variabel tertentu terhadap variabel lain dengan kontrol yang ketat (Sedarmayanti dan Syarifudin, 2003, hlm. 33). Adapun variabel-varibel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1) Variabel bebas (independen) : Teknik Teratai ( Terjun amati rangkai) 2) Variabel terikat (dependen) : Kemampuan Menulis Teks Cerita Pendek

Pemilihan metode eksperimen dalam penelitian ini disebabkan penelitian ini bertujuan untuk mengujicobakan sebuah teknik pembelajaran baru dalam pembelajaran menulis teks cerita pendek. Teknik pembelajaran yang diujicobakan dalam penelitian ini, yakni Teknik Teratai (terjun amati rangkai) dalam pembelajaran menulis teks cerita pendek. Penelitian ini akan membuktikan keefektifan teknik Teratai (Terjun amati ragkai) dalam pembelajaran menulis teks cerita pendek.

Jenis metode dalam penelitian ini yaitu metode eksperimen kuasi. Dengan menggunakan rancangan eksperimen semu atau kuasi, peneliti menguji hubungan sebab akibat melalui manipulasi variabel bebas. Penelitian ini dilaksanakan pada satu kelompok eksperimen dan satu kelompok kontrol. Kedua kelompok kelas ini diberi perlakuan berbeda. Kelompok eksperimen diberi perlakuan dengan penerapan teknik Teratai (terjun amati rangkai), sedangkan kelompok kontrol tidak diberi perlakuan khusus.

Adapun rancangan atau desain penelitian ini menggunakan pretest-postest Control Group, rancangan penelitian yang digunakan dapat digambarkan sebagai berikut (Sugiyono, 2013, hlm. 112).


(24)

31

Frida Sri Meilani, 2015

PENERAPAN TEKNIK TERATAI (TERJUN AMATI RANGKAI) DALAM PEMBELAJARAN MENULIS CERPEN

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

Tabel 3.1

Pretest-Posttest Control Group Design

Kelompok Pretest Perlakuan Posttest

E O1 X O2

K O3 Y O4

(Sugiyono, 2012, hlm. 76) Keterangan:

E : Kelompok/kelas eksperimen K : Kelompok/kelas control

O1 : Uji awal pada kelompok/kelas eksperimen O2 : Uji akhir pada kelompok/kelas eksperimen

X : Perlakuan pada kelas eksperimen dengan menggunakan teknik teratai Y : Perlakuan pada kelompok/kelas control dengan menggunakan Teknik

atau metode yang sudah berjalan atau sering digunakan oleh guru

Dalam rancangan ini, kelas eksperimen dan kelas kontrol diberikan tes awal untuk mengetahui kemampuan awal di kedua kelas tersebut. Kemudian hasil tes awal tersebut akan dijadikan bandingan untuk hasil tes akhir setelah kelas eksperimen diberi perlakuan. Dalam hal ini penelitian dilakukan untuk mengetahui keefektifan teknik teratai dalam pembelajaran menulis cerpen. Hal tersebut dapat memberi data tentang adanya perbedaan atau perubahan terhadap hasil belajar pada kelas eksperimen sebelum dan sesudah diberikan perlakuan.

3.2 Prosedur Penelitian

Penelitian ini memerlukan adanya gambaran tentang langkah-langkah untuk melakukan penelitian yang biasa disebut dengan prosedur penelitian. Secara garis besar, prosedur dalam penelitian ini terdiri atas tiga tahap, yaitu persiapan,


(25)

32

Frida Sri Meilani, 2015

PENERAPAN TEKNIK TERATAI (TERJUN AMATI RANGKAI) DALAM PEMBELAJARAN MENULIS CERPEN

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

pelaksanaan, dan pengolahan data. Berikut ini adalah penjabaran dari tiap-tiap tahapan.

1)Persiapan, tahap ini merupakan tahapan perencanaan sebelum dilaksanakannya penelitian. Tahapan persiapan ini meliputi perumusan masalah, studi kepustakaan, perumusan hipotesis, dan penentuan model atau desain penelitian yang sekaligus dilengkapi dengan instrumen penelitian.

2)Pelaksanaan, tahap ini merupakan tahapan dilaksanakannya penelitian untuk mengumpulkan data. Pengumpulan data dilakukan melalui pemberian perlakuan atau treatment terhadap subjek penelitian dan pemberian tes yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan siswa setelah diberi perlakuan atau

treatment, baik pretes maupun postes. Adapun pelaksanaan penelitian ini meliputi tahap sebagai berikut.

(a) Pemberian pretest berupa menulis teks cerita pendek dengan tema bebas dan berdasarkan dengan ketentuan-ketentuan yang telah dipaparkan dalam lembar soal. Pretes ini diberikan pada kedua kelas dalam penelitian ini, yakni kelas XI MIA 1 sebagai kelas eksperimen dan kelas XI MIA 2 sebagai kelas kontrol. Pemberian pretes ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan awal siswa sebelum diberi perlakuan atau treatment.

(b) Pemberian perlakuan atau treatment dalam pembelajaran menulis teks cerita pendek dengan menerapkan teknik teratai (terjun amati rangkai) dalam pembelajaran menulis cerpen pada kelas eksperimen dan menerapkan teknik yang biasa dipakai oleh para guru yaitu teknik ceramah pada kelas kontrol. Pemberian perlakuan atau treatment sebanyak tiga kali. Selain itu, pada tahapan ini, peneliti meminta bantuan teman sejawat (critical friend) untuk menjadi observer penelitian, yang akan mengobservasi aktivitas guru dan siswa pada saat pemberian perlakuan atau

treatment di kelas eksperimen.

(c) Pemberian posttest berupa menulis teks cerita pendek dengan menggunakan instrumen soal yang sama pada saat pretes. Postes ini diberikan pada kedua kelas dalam penelitian ini, yakni kelas XI MIA 1 sebagai kelas eksperimen dan kelas XI MIA 2 sebagai kelas kontrol.


(26)

33

Frida Sri Meilani, 2015

PENERAPAN TEKNIK TERATAI (TERJUN AMATI RANGKAI) DALAM PEMBELAJARAN MENULIS CERPEN

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

Pemberian postes ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam menulis teks cerita pendek berdasarkan kemampuan baru yang dimilikinya setelah mendapatkan perlakuan atau treatment sebelumnya.

3) Pengolahan data, pada tahap ini merupakan tahapan setelah dilakukan penelitian, yaitu peneliti bertugas untuk mengolah data penelitian. Tahapan ini meliputi pengolahan dan penyajian informasi, analisis data, pembuatan kesimpulan, serta pembuatan laporan hasil penelitian.

3.3 Partisipan

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 19 Bandung. SMA Negeri 19 Bandung terletak di Jalan Dago Pojok Kota Bandung. Pemilihan partisipan dan lokasi penelitian di SMA Negeri 19 Bandung ini karena lingkungan sekolah yang berada di daerah perkotaan, yang biasanya terdiri dari beragam kalangan siswa sehingga tepat dipilih sebagai populasi untuk menerapkan teknik Teratai. Selain itu, SMA Negeri 19 Bandung cukup menjadi sekolah yang mempunyai predikat yang baik di kota Bandung, yang artinya sekolah ini memiliki kualitas yang baik sehingga peneliti berharap sekolah ini dapat menjadi acuan yang baik dalam hasil penelitian.

Penelitian ini dilakukan pada dua kelas, yaitu kelas XI MIA 1 sebagai kelas eksperimen dan kelas XI MIA 2 sebagai kelas kontrol. Jumlah siswa pada kelas eksperimen sebanyak 29 orang, yang terdiri atas 10 orang siswa laki-laki dan 19 orang siswa perempuan. Sementara itu, jumlah siswa pada kelas kontrol sebanyak 30 orang, yang terdiri atas 12 orang siswa laki-laki dan 19 orang siswa perempuan. Jumlah total siswa yang digunakan sebagai sampel adalah sebanyak 59 orang dari populasi sebanyak 256 siswa.

Observer dalam penelitian ini berjumlah dua orang yang merupakan teman sejawat, yaitu Audri Juliane dan Cahyaning Syafa. Kedua observer ini merupakan mahasiswa jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia sekaligus sebagai guru PPL mata pelajaran Bahasa Indonesia di SMA Negeri 19 Bandung dan SMA Kartika Siliwangi tahun ajaran 2014-2015. Observer ini akan bertugas untuk


(27)

34

Frida Sri Meilani, 2015

PENERAPAN TEKNIK TERATAI (TERJUN AMATI RANGKAI) DALAM PEMBELAJARAN MENULIS CERPEN

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

mengobservasi dan mengawasi aktivitas siswa dan guru dalam proses pembelajaran yang akan dilaksanakan dalam penelitian ini.

Penelitian ini juga melibatkan tim penilai yang terdiri atas tiga orang yaitu Frida Sri Meilani, Cahyaning Syafa dan Siti Restu Mariam. Ketiga tim penilai ini merupakan mahasiswa jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Tim penilai ini bertugas untuk menilai hasil pretest dan posttest kemampuan menulis teks cerita pendek siswa.

3.4 Populasi dan Sampel

Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas XI SMAN 19 Bandung karena dilihat dari faktor psikologis yang mempengaruhi kemampuan menulis cerpen siswa adalah motivasi, minat, dan kematangan sosial, emosi, serta penyesuaian diri. Siswa yang memiliki motivasi dan minat yang tinggi akan memiliki kemampuan menulis yang tinggi Berdasarkan hal tersebut, siswa kelas XI SMAN 19 Bandung merupakan sasaran yang paling tepat karena mereka sudah melewati masa penyesuaian diri di kelas X, kematangan sosial dari hasil penyesuaian diri tersebut, dan terarahnya minat mereka di kelas XI. Adapun sumber data dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

3.4.1 Populasi

Populasi adalah wilayah generlisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI SMA Negeri 19 Bandung Tahun Ajaran 2014-2015. Jumlah seluruh siswa kelas XI SMA Negeri 19 Bandung adalah 256 siswa, yang terdiri dari 114 siswa laki-laki dan 142 siswa perempuan. Berikut ini adalah data sebaran siswa kelas XI SMA Negeri 19 Bandung.

Tabel 3.2 Populasi Penelitian


(28)

35

Frida Sri Meilani, 2015

PENERAPAN TEKNIK TERATAI (TERJUN AMATI RANGKAI) DALAM PEMBELAJARAN MENULIS CERPEN

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

Populasi Jumlah Jumlah

Keseluruhan

Laki-Laki Perempuan

Siswa Kelas XI MIA 1 10 19 29

Siswa Kelas XI MIA 2 12 18 30

Siswa Kelas XI MIA 3 13 18 31

Siswa Kelas XI MIA 4 14 19 33

Siswa Kelas XI MIA 5 20 13 33

Siswa Kelas XI MIA 6 15 20 35

Siswa Kelas XI IIS 1 15 15 30

Siswa Kelas XI IIS 2 15 20 35

Sumber: Bagian Tata Usaha SMA Negeri 19 Bandung 3.4.2 Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak memungkinkan untuk mempelajari semua yang ada pada populasi, dikarenakan adanya keterbatasan dana, waktu, dan tenaga, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu. Apa yang dipelajari dari sampel itu, kesimpulannya dapat diberlakukan untuk populasi, untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul representatif. Penentuan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik sampel purposif (purposive sampling) karena adanya pertimbangan untuk memilih kelas dengan siswa yang memiliki kemampuan yang homogen hingga akan ditentukan kelas eksperimen dan kelas kontrol. Kelas eksperimen dalam penelitian ini, yakni kelas XI MIA 1, sedangkan kelas kontrol dalam penelitian ini, yakni kelas XI MIA 2. Pemilihan kedua kelas ini didasarkan pada pertimbangan siswanya yang memiliki kemampuan yang sama rata atau homogen. Adapun data sebaran siswa yang dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

Tabel 3.3 Sampel Penelitian


(29)

36

Frida Sri Meilani, 2015

PENERAPAN TEKNIK TERATAI (TERJUN AMATI RANGKAI) DALAM PEMBELAJARAN MENULIS CERPEN

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

Sampel Jumlah Jumlah

Keseluruhan

Laki-Laki Perempuan

Kelas Eksperimen 10 19 29

Kelas Kontrol 12 18 30

Sumber: Bagian Tata Usaha SMA Negeri 19 Bandung 3.5 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data menggunakan tes. Tes tersebut diberikan dalam bentuk tes tertulis. Menurut Margono ( dalam Akbar, 2011, hlm. 34) tes adalah seperangkat rangsangan yang diberikan kepada seseorang dengan maksud untuk mendapat jawaban yang dijadikan sebagai penetapan skor. Tes akan dilakukan dengan menggunakan teknik teratai (terjun, amati, rangkai) dengan lingkungan sekitar sekolah sebagai media yang digunakan dalam teknik teratai ini. Dalam hal ini peneliti memberikan tes kepada siswa dengan melihat kemampuan menulis cerpen siswa dengan bantuan teknik teratai. Siswa melakukan kegiatan dari teknik teratai yaitu: 1. Terjun: Terjun di sini mengandung pengertian melakukan pembelajaran dengan memanfaatkan alam lingkungan. 2. Amati: Amati mengandung pengertian, di lapangan siswa melakukan pengamatan terhadap berbagai objek di alam sekitar. 3. Rangkai, setelah siswa selesai mengamati dan menentukan apa-apa saja yang nanti akan dijadikannya sebagai bahan untuk menulis cerpen, selanjutnya siswa mulai menyusun dan merangkainya menjadi sebuah cerpen.. Setelah semuanya selesai peneliti mengumpulkan hasil cerpen yang dibuat oleh siswa sesuai dengan (1) kesesuaian judul dengan tema, (2) kesesuaian isi dengan judul dan (3) kesesuaian isi dengan media lingkungan sekitar sekolah. Selanjutnya mencari skor rata-rata dari soal tes yang diberikan mengikuti teori Sugiyono (2012: hlm 49). Langkah terakhir menentukan klasifikasi penilaian seperti yang diungkapkan Aqib (2011: hlm 161).

Pengumpulan data dilakukan dua kali tes, yakni pada tes awal dan akhir penelitian. Tes tahap awal (pretes) ini akan menghasilkan nilai awal atau gambaran tentang kemampuan menulis cerpen pada siswa kelas XI sebelum diterapkannya teknik teratai dalam pembelajaran menulis cerpen. Setelah


(30)

37

Frida Sri Meilani, 2015

PENERAPAN TEKNIK TERATAI (TERJUN AMATI RANGKAI) DALAM PEMBELAJARAN MENULIS CERPEN

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

pemberian tes awal (pretes) disertai dengan hasil penilaian awalnya, peneliti memberi perlakuan sebanyak satu kali atau lebih pada pembelajaran menulis cerpen siswa kelas XI dengan teknik teratai melalui lingkungan sekitar sekolah sebagai media dari teknik teratai. Setelah itu, peneliti akan melakukan tes akhir (postes). Hal ini guna melihat nilai akhir dari siswa setelah diterapkannya teknik teratai dalam pembelajaran.

3.6 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah, dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah diolah (Arikunto, 2006, hlm. 163). Data yang dikumpulkan dijadikan landasan untuk membuktikkan hipotesis yang telah dirumuskan. Dalam penelitian ini digunakan tiga instrumen penelitian, yaitu instrumen perlakuan, instrumen tes, dan instrumen penilaian. Peneliti menggunakan instrumen perlakuan berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), instrumen tes berupa soal, dan instrumen penilaian berupa kriteria penilaian siswa. Adapun penjelasannya akan dijabarkan sebagai berikut.

3.6.1 Instrumen Perlakuan

Instrumen perlakuan dalam penelitian ini berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan materi pokok pembelajaran menulis teks cerita pendek. RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) ini berisikan pedoman pembelajaran yang di dalamnya terdapat langkah-langkah pembelajaran yang dapat memberikan gambaran yang jelas mengenai proses pembelajaran yang akan berlangsung. Adapun RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Kelas Eksperimen

Satuan Pendidikan : SMA Negeri 19 Bandung Mata Pelajaran : Teks Cerita Pendek


(31)

38

Frida Sri Meilani, 2015

PENERAPAN TEKNIK TERATAI (TERJUN AMATI RANGKAI) DALAM PEMBELAJARAN MENULIS CERPEN

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

Kelas/Semester : XI/1

Materi Pokok : Teks Cerita Pendek

Alokasi Waktu : 2x Pertemuan (@ 2X40 Menit)

A. Kompetensi Inti

1. Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, procedural, berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora, dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.

2. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkrit dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan diri yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metode sesuai kaidah keilmuan.

B. Kompetensi Dasar dan Indikator

4.2 Memproduksi teks cerpen yang koheren sesuai dengan karakteristik teks yang akan dibuat, baik secara lisan maupun tulisan.

Indikator :

4.2.1 Menulis teks cerita pendek sesuai dengan stuktur teks yang akan dibuat.

C. Tujuan Pembelajaran

1. Setelah penerapan teknik teratai (terjun amati rangkai) dengan lingkungan sekitar sekolah menjadi medianya, diharapkan siswa mampu memproduksi teks cerita pendek sesuai dengan stuktur teks yang akan dibuat.

D. Materi Pembelajaran 1. Definisi cerita pendek

Cerita pendek adalah cerita atau narasi yang bersifat fiktif (tidak benar-benar terjadi) dan memusatkan pada satu peristiwa pokok serta relatif pendek.


(32)

39

Frida Sri Meilani, 2015

PENERAPAN TEKNIK TERATAI (TERJUN AMATI RANGKAI) DALAM PEMBELAJARAN MENULIS CERPEN

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

2. Struktur teks cerita pendek

a. Abstrak (sinopsis) merupakan bagian cerita yang menggambarkan keseluruhan isi cerita.

b. Orientasi merupakan pengenalan cerita baik berkenaan dengan penokohan ataupun bibit-bit masalah yang akan terjadi atau dialami tokoh.

c. Komplikasi (puncak konflik) merupakan bagian cerita ynag menceritakan puncak masalah yang dialami tokoh utama.

d. Evaluasi merupakan bagian yang menyatakan komentar pengarang atas peristiwa puncak yang telah diceritakannya. Komentar yang dimaksud dinyatakan oleh tokoh yang ada didalam cerita maupun langsung oleh pengarang.

e. Resolusi merupakan tahap penyelesaian akhir dari seluruh rangkaian cerita.

f. Koda merupakan komentar akhir terhadap keseluruhan isi cerita, mungkin juga diisi dengan kesimpulan tentang hal-hal yang dialami tokoh utama kemudian.

3. Unsur teks cerita pendek

Unsur intrinsik adalah unsur yang berada langsung pada cerpen itu sendiri. a. Tema: ide yang mendasari suatu cerita sehingga berperan juga sebagai

pangkal tolak pengarang dalam memaparkan karya fiksi yang diciptakannya.

b. Tokoh dan Penokohan: pelaku yang mengemban peristiwa dalam cerita fiksi sehingga peristiwa itu mampu menjalin suatu cerita disebut tokoh, sedangkan cara pengarang menampilkan tokoh atau pelaku itu disebut penokohan. Pranoto dalam Rosalita (2013, hlm. 10) mengkategorikan tokoh menjadi empat macam, yaitu:

1) protagonis: tokoh dengan watak baik, biasanya sebagai tokoh utama;

2) antagonis: tokoh dengan watak jahat atau tokoh yang memiliki konflik dengan tokoh utama;


(33)

40

Frida Sri Meilani, 2015

PENERAPAN TEKNIK TERATAI (TERJUN AMATI RANGKAI) DALAM PEMBELAJARAN MENULIS CERPEN

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

3) tokoh statis: tokoh yang selalu tampil sama sepanjang cerita; 4) tokoh dinamis: tokoh yang berubah-ubah dan berkembang

sepanjang cerita.

c. Alur dan Pengaluran: alur atau plot adalah rangkaian cerita yang dibentuk oleh tahapan-tahapan peristiwa sehingga menjalin sebuah cerita yang dihadirkan oleh para pelaku dalam suatu cerita. Sementara itu, pengaluran adalah cara pengarang untuk merangkaikan peristiwa dalam suatu cerita. Tasrif dalam Nurgiyantoro (2009, hlm. 149) membedakan tahapan alur atau plot menjadi lima bagian sebagai berikut.

1) Tahap penyituasian (situation);

2) Tahap pemunculan konflik (generating circumtates); 3) Tahap peningkatan konflik (rising action);

4) Tahap klimaks (climaks);

5) Tahap penyelesaian (denounment).

d. Latar (setting): latar peristiwa dalam karya fiksi, baik berupa tempat, waktu, maupun suasana, serta memiliki fungsi fisikal dan fungsi psikologis. latar (setting) dalam cerita pendek terbagi tiga, yaitu:

1) Latar tempat, berkaitan dengan masalah geografis, misalnya lokasi peristiwa.

2) Latar waktu, berkaitan dengan masalah waktu, misalnya jam, hari, siang, atau malam.

3) Latar suasana, berkaitan dengan suasana yang tercipta, misalnya menegangkan.

e. Sudut pandang (point of view): cara pengarang menampilkan para pelaku dalam cerita yang dipaparkannya. Menurut Sumardjo (1986, hlm. 83-85), ada empat sudut pandang yang biasa digunakan oleh penulis, yaitu:

1) Omniscient point of view (sudut penglihatan yang kuasa atau maha tahu);


(34)

41

Frida Sri Meilani, 2015

PENERAPAN TEKNIK TERATAI (TERJUN AMATI RANGKAI) DALAM PEMBELAJARAN MENULIS CERPEN

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu 3) Point of view orang pertama (“Aku”);

4) Point of view peninjau.

f. Gaya bahasa: cara seorang pengarang menyampaikan gagasannya dalam menggunakan media bahasa yang indah dan harmonis, serta mampu menuansakan makna dan suasana yang dapat menyentuh daya intelektual dan emosi pembaca. Gaya bahasa ini dapat berupa diksi, pencitraan, atau majas.

4. Aspek formal teks cerita pendek

a. Judul

b. Nama pengarang c. Dialog

d. Narasi

5.Langkah-langkah menulis teks cerita pendek

a. Menentukan ide cerita

b. Menetukan format kerangka karangan (aspek formal cerpen dan unsur-unsur intrinsik cerpen)

c. Menentukan fokus-fokus yang akan dikembangkan dalam kerangka karangan.

d. Mengembangkan kerangka karangan menjadi sebuah teks cerita pendek yang menarik dengan menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar serta ejaan Bahasa Indonesia yang tepat.

E. Pendekatan, Model, Teknik Pembelajaran 1. Model: Contextual Teaching and Learning

2. Teknik: Teratai (Terjun amati rangkai)

F. Instrumen Pembelajaran 1. Media Pembelajaran:

Powerpoint

 Lingkungan sekitar sekolah  Contoh Teks Cerita Pendek


(35)

42

Frida Sri Meilani, 2015

PENERAPAN TEKNIK TERATAI (TERJUN AMATI RANGKAI) DALAM PEMBELAJARAN MENULIS CERPEN

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

3. Sumber Belajar:

 Kemendikbud. (2013). Buku Guru Bahasa Indonesia Kelas XI. Ekspresi Diri dan Akademik. Jakarta: Kemendikbud.

 Kemendikbud. (2013). Buku Siswa Bahasa Indonesia Kelas XI. Ekspresi Diri dan Akademik. Jakarta: Kemendikbud.

 Kosasih. E. (2014). Jenis-jenis Teks. Bandung: Yrama Widia.

G. Langkah-langkah Pembelajaran

Pertemuan pertama

Kegiatan Kegiatan Pembelajaran Waktu

PEMBUKA a. Siswa dengan penuh syukur dan khusyuk mengaji dan membaca doa bersama di dalam kelas.

b. Guru menjelaskan kompetensi yang harus dicapai serta manfaat dari proses pembelajaran dan pentingnya materi pembelajaran yang akan dipelajari yaitu pembelajaran menulis cerpen.

c. Guru memotivasi dan mengondisikan kelas sampai peserta didik siap mengikuti pembelajaran.

10 Menit

INTI Implementasi Teknik Teratai

a. Dengan tekun, teliti dan cermat siswa mengamati dan membaca contoh teks cerita pendek.

b. Dengan tekun, teliti siswa mendapat pemahaman dari guru berkaitan dengan struktur, unsur, aspek formal dan langkah-langkah menulis teks cerita pendek.

c. Siswa mendapat pemahaman dari guru berkaitan dengan teknik teratai (terjun amati


(36)

43

Frida Sri Meilani, 2015

PENERAPAN TEKNIK TERATAI (TERJUN AMATI RANGKAI) DALAM PEMBELAJARAN MENULIS CERPEN

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

rangkai) yang akan diaplikasikan pada pertemuan hari ini.

Terjun

d. Siswa ditugaskan untuk melakukan observasi

e. Guru mengajak siswa ke taman yang ada dilingkungan sekitar sekolah

Amati

a. Siswa melakukan observasi ke taman yang ada di lingkungan sekitar sekolah

b. Siswa mencatat hal-hal yang mereka temukan di sekitar lingkungan sekitar sekolah.

Rangkai

a. Siswa mendiskusikan hasil temuan mereka sesuai dengan guru dan teman-teman dikelasnya.

b. Siswa melaporkan hasil diskusi.

c. Guru membimbing siswa menyimpulkan hasil observasi keadaan taman di lingkungan sekitar sekolah dengan indikator hasil belajar yang harus dicapai yaitu menulis cerpen d. Guru menugaskan siswa untuk menulis

cerpen dengan memperhatikan alur, latar, tokoh dan unsur cerpen lainnya.

e. Guru melakukan Tanya jawab tentang tugas yang harus dikerjakan oleh setiap siswa.


(37)

44

Frida Sri Meilani, 2015

PENERAPAN TEKNIK TERATAI (TERJUN AMATI RANGKAI) DALAM PEMBELAJARAN MENULIS CERPEN

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

Pertemuan kedua

PENUTUP a. siswa bersama dengan guru menyimpulkan hasil pembelajaran.

b. Siswa melakukan reaksi terhadap kegiatan yang telah dilakukan.

c. Siswa dan guru merencanakan tindak lanjut pembelajaran.

10 Menit

Kegiatan Kegiatan Pembelajaran Waktu

PEMBUKA a. Siswa dengan penuh syukur dan khusyuk mengaji dan membaca doa bersama di dalam kelas.

b. Guru menjelaskan kompetensi yang harus dicapai serta manfaat dari proses pembelajaran dan pentingnya materi pembelajaran yang akan dipelajari yaitu pembelajaran menulis cerpen.

c. Guru memotivasi dan mengondisikan kelas sampai peserta didik siap mengikuti pembelajaran.

d. Guru menjelaskan prosedur pembelajaran

10 Menit

INTI Implementasi Teknik Teratai

a. Dengan tekun, teliti dan cermat siswa mengamati dan membaca contoh teks cerita pendek.

b. Dengan tekun, teliti siswa mendapat pemahaman dari guru berkaitan dengan struktur, unsur, aspek formal dan langkah-langkah menulis teks cerita pendek.

c. Siswa mendapat pemahaman dari guru


(38)

45

Frida Sri Meilani, 2015

PENERAPAN TEKNIK TERATAI (TERJUN AMATI RANGKAI) DALAM PEMBELAJARAN MENULIS CERPEN

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

berkaitan dengan teknik teratai (terjun amati rangkai) yang akan diaplikasikan pada pertemuan hari ini.

Terjun

a. Siswa ditugaskan untuk melakukan observasi

b. Guru mengajak siswa ke luar kelas

Amati

a. Guru mengajak siswa mengamati peristiwa yang terjadi yang ada di sekitar lingkungan sekolah dan siswa mengamati juga apa saja yang ada di sekitar lingkungan sekolah b. Siswa mencatat hal-hal yang mereka temukan

di sekitar lingkungan sekolah.

Rangkai

a. Siswa mendiskusikan hasil temuan mereka sesuai dengan guru dan teman-teman dikelasnya.

b. Siswa melaporkan hasil diskusi.

c. Guru membimbing siswa menyimpulkan hasil observasi keadaan taman di lingkungan sekitar sekolah dengan indikator hasil belajar yang harus dicapai yaitu menulis cerpen d. Guru menugaskan siswa untuk menulis

cerpen dengan memperhatikan alur, latar, tokoh dan unsur cerpen lainnya.


(39)

46

Frida Sri Meilani, 2015

PENERAPAN TEKNIK TERATAI (TERJUN AMATI RANGKAI) DALAM PEMBELAJARAN MENULIS CERPEN

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

3.6.2 Intrumen Tes

Instrumen tes dalam penelitian ini berupa lembar soal dan lembar penilaian. Tes kemampuan menulis teks cerita pendek dalam penelitian ini dibagi menjadi dua tahap, yakni pretest dan posttest. Tes ini dilakukan untuk mengetahui perkembangan kemampuan siswa dalam menulis teks cerita pendek. Jenis tes yang diberikan pada kedua tahap tersebut adalah sama. Tahap pretest diberikan untuk memperoleh data mengenai kemampuan awal siswa dalam pembelajaran menulis teks cerita pendek. Sementara itu, tahap posttest diberikan untuk memperoleh data mengenai kemampuan siswa dalam menulis teks cerita pendek setelah menerapkan teknik teratai (terjun amati rankai) di kelas eksperimen dan tanpa penerapan teknik teratai (terjun amati rangkai) di kelas kontrol.

3.6.2.1 Lembar Soal

Tes yang akan diberikan kepada siswa berbentuk soal. Berikut ini adalah soal yang dijadikan instrumen tes kemampuan siswa dalam menulis teks cerita pendek adalah sebagai berikut.

yang harus dikerjakan oleh setiap siswa.

PENUTUP a. siswa bersama dengan guru menyimpulkan hasil pembelajaran.

b. Siswa melakukan reaksi terhadap kegiatan yang telah dilakukan.

c. Siswa dan guru merencanakan tindak lanjut pembelajaran.


(40)

47

Frida Sri Meilani, 2015

PENERAPAN TEKNIK TERATAI (TERJUN AMATI RANGKAI) DALAM PEMBELAJARAN MENULIS CERPEN

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

Lembar Tes Menulis Cerita Pendek

Nama : Kelas :

Buatlah sebuah teks cerita pendek dengan tema bebas dan memperhatikan hal-hal sebagai berikut.

1) Cantumkan judul dan nama kalian sebagai penulis;

2) Teks cerita pendek yang dibuat harus memuat narasi dan dialog antartokoh serta unsur-unsur pembangun teks cerita pendek, yang meliputi tema, tokoh dan penokohan, alur dan pengaluran, latar, sudut pandang, dan gaya bahasa;

3) Penggunaan EYD (Ejaan Yang Disempurnakan) harus tepat.

3.6.2.2 Lembar Penilaian

Lembar penilaian berupa format kriteria penilaian menulis teks cerita pendek. Dalam format kriteria penilaian ini akan dijabarkan aspek-aspek yang menjadi penilaian dalam menulis teks cerita pendek sehingga data hasil kemampuan siswa dalam menulis teks cerita pendek akan dapat diketahui dengan jelas sebagai kebutuhan penelitian. Adapun kriteria penilaian menulis teks cerita pendek adalah sebagai berikut.

Tabel 3.4

Kriteria Penilaian Menulis Teks Cerita Pendek

No. Aspek yang Dinilai Skor Deskripsi

1. Kelengkapan aspek formal cerpen

10 Jika memuat judul (judul yang ditulis sebaiknya relevan dengan isi cerita dan menjadi petunjuk makna cerita


(41)

48

Frida Sri Meilani, 2015

PENERAPAN TEKNIK TERATAI (TERJUN AMATI RANGKAI) DALAM PEMBELAJARAN MENULIS CERPEN

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

bersangkutan), nama penulis (siswa mencantumkan namanya dalam cerpen yang dibuatnya), dialog (menunjukkan percakapan antartokoh dalam cerita), dan narasi (menceritakan kejadian-kejadian dalam cerpen).

8 Jika hanya memuat tiga aspek, misalnya hanya memuat judul, nama penulis, dan dialog. Aspek formal cerpen kurang lengkap karena ada salah satu yang tidak dicantumkan.

6 Jika hanya memuat dua aspek, misalnya siswa tidak mencatumkan judul dan nama pengarang.

4 Jika hanya memuat satu aspek, misalnya hanya memuat salah satu aspek, hanya narasi.

2 Jika semua aspek tidak ada. 2. Kelengkapan

unsur-unsur intrinsik cerpen

15 Jika memuat tema, tokoh dan penokohan, alur dan pengaluran, latar (setting), sudut pandang (point of view), dan gaya bahasa.

12 Jika salah satu aspek tidak ada, misalnya tidak memuat tokoh dan penokohan. 9 Jika dua aspek tidak ada, misalnya tidak

memuat tokoh dan penokohan serta latar.


(42)

49

Frida Sri Meilani, 2015

PENERAPAN TEKNIK TERATAI (TERJUN AMATI RANGKAI) DALAM PEMBELAJARAN MENULIS CERPEN

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

6 Jika tiga aspek tidak ada, misalnya tidak memuat tokoh dan penokohan, latar, serta alur dan pengaluran.

3 Jika lebih dari tiga aspek yang tidak ada, misalnya tidak memuat tokoh dan penokohan, alur dan pengaluran, latar, dan sudut pandang.

3. Kepaduan unsur-unsur intrinsik cerita pendek

20 Jika terdapat kepaduan seluruh unsur intrinsik cerita pendek, yang meliputi tema (ide yang mendasari cerita), tokoh dan penokohan (tokoh dalam cerpen dapat digambarkan berdasarkan fisik, psikologi, dan sosiologi), alur (abstrak, orientasi, komplikasi, evaluasi, resolusi, koda), dan pengaluran (memuat kejadian awal, tengah, dan akhir) , latar (tempat, waktu dan suasana), sudut pandang, dan gaya bahasa.

16 Jika terdapat salah satu unsur yang tidak padu, misalnya penggambaran karakter tokoh tidak padu dengan gaya bahasa yang digunakan, misalnya tokoh digambarkan sebagai seorang pengemis yang tinggal di perkampungan kumuh namun bahasa yang digunakan saat mengobrol sangat intelektual.

12 Jika terdapat dua sampai empat unsur yang tidak padu, misalnya tema tidak padu dengan keseluruhan isi cerpen dan


(43)

50

Frida Sri Meilani, 2015

PENERAPAN TEKNIK TERATAI (TERJUN AMATI RANGKAI) DALAM PEMBELAJARAN MENULIS CERPEN

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

sudut pandang yang di tulis tidak sesuai. 8 Jika terdapat lima unsur yang tidak

padu. Misalnya dalam cerpen tersebut hanya memuat kepaduan antara tokoh dengan latar tanpa memerhatikan kepaduan unsur lainnya.

4 Jika tidak ada kepaduan antara unsur-unsur intrinsik atau struktur cerpen. 4. Ketepatan penggunaan

EYD (Ejaan Yang Disempurnakan)

5 Jika dalam teks cerita pendek terdapat 85-100% penggunaan EYD (Ejaan Yang Disempurnakan) yang tepat.

4 Jika dalam teks cerita pendek terdapat 75-84% penggunaan EYD (Ejaan Yang Disempurnakan) yang tepat.

3 Jika dalam teks cerita pendek terdapat 60-74% penggunaan EYD (Ejaan Yang Disempurnakan) yang tepat.

2 Jika dalam teks cerita pendek terdapat 40-59% penggunaan EYD (Ejaan Yang Disempurnakan) yang tepat.

1 Jika dalam teks cerita pendek terdapat ≤ 39% penggunaan EYD (Ejaan Yang Disempurnakan) yang tepat.

Skor maksimal: 50

Hasil penilaian dihitung dengan rumus: Nilai =


(44)

51

Frida Sri Meilani, 2015

PENERAPAN TEKNIK TERATAI (TERJUN AMATI RANGKAI) DALAM PEMBELAJARAN MENULIS CERPEN

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

Pada tahap selanjutnya, nilai yang telah diperoleh dikategorikan berdasarkan tabel kategori penilaian tes keterampilan menulis teks cerita pendek sebagai berikut.

Tabel 3.5

Kategori Penilaian Menulis Teks Cerita Pendek Berdasarkan Skala Nilai

No. Kategori Nilai

1. Sangat Baik 86-100

2. Baik 76-85

3. Cukup 61-75

4. Kurang 41-60

5. Sangat Kurang 0-40

3.6.3 Instrumen Observasi

Pada penelitian kuantitatif, peneliti akan menggunakan instrumen untuk mengumpulkan data. Instrumen penelitian digunakan untuk mengukur nilai variable yang diteliti. Dengan demikian jumlah instrument yang akan digunakan untuk penelitian akan tergantung pada jumlah variabel yang diteliti. Adapun instrumen yang digunakan dalam penelitian ini meliputi instrumen tes, instrumen perlakuan pembelajaran dan pedoman observasi. Observasi yang dilakukan pada penelitian ini adalah observasi yang bersifat pasrtisipatif karena penulis terlibat secara langsung dalam situasi penelitian. Tujan dari observasi ini adalah untuk mengetahui bagaimana kegiatan pembelajaran menulis siswa sebelum menggunakan teknik teratai dan akibat yang timbul dari pembelajaran sebelum menggunnakan teknik teratai. Observasi ini dilakukan oleh observer atau pengamat untuk mengamati dan menilai kegiatan belajar mengajar menggunakan teknik teratai dalam pembelajaran menulis cerita pendek pada siswa kelas XI SMA Negeri 19 Bandung tahun ajaran


(45)

52

Frida Sri Meilani, 2015

PENERAPAN TEKNIK TERATAI (TERJUN AMATI RANGKAI) DALAM PEMBELAJARAN MENULIS CERPEN

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

2014-2015. Observer mengisi lembar observasi dengan memberikan catatan pada kolom-kolom yang telah disediakan. Pengisian catatan ini berdasarkan kondisi yang nyata dan faktual yang terjadi saat proses belajar-mengajar.

3.6.3.1 Lembar Observasi Aktivitas Guru Tabel 3.6

Format Observasi Aktivitas Guru

Berilah tanda centang (√) pada kolom yang dianggap sesuai!

No Aspek yang Diamati

Hasil Pengamatan

Ya Tidak

1. Kemampuan Membuka

Pelajaran

a. Menarik perhatian siswa b. Memberikan motivasi kepada

siswa

c. Memberikan acuan bahan yang akan disajikan

d. Melakukan apersepsi (mengaitkan pembelajaran sebelumnya dengan pembelajaran yang baru) 2. Sikap Guru dalam Proses

Pembelajaran

a. Kejelasan suara dalam berkomunikasi dengan siswa b. Gerakan badan tidak

mengganggu perhatian siswa c. Antusiasme penampilan atau


(46)

53

Frida Sri Meilani, 2015

PENERAPAN TEKNIK TERATAI (TERJUN AMATI RANGKAI) DALAM PEMBELAJARAN MENULIS CERPEN

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu d. Mobilitas posisi tempat dalam

kelas.

Penggunaan Bahan Belajar

a. Penyajian bahan belajar sesuai dengan langkah-langkah yang direncanakan

b. Menampakan kedalaman bahan pokok bahasan

c. Mencerminkan keluasan wawasan

Proses Pembelajaran

a. Kesesuaian penggunaan strategi/media dengan pokok bahasan

b. Kejelasan suara dalam menerangkan dan memberi contoh

c. Antusiasme dalam menanggapi dan menggunakan respon d. Kecermatan dalam pemanfaatan

waktu

Evaluasi

a. Melakukan evaluasi berdasarkan tuntutan aspek kompetensi b. Melakukan evaluasi sesuai butir

soalyang telah direncanakan dalam RPP

c. Melakukan evaluasi sesuai alokasi waktu yang

direncanakan


(47)

54

Frida Sri Meilani, 2015

PENERAPAN TEKNIK TERATAI (TERJUN AMATI RANGKAI) DALAM PEMBELAJARAN MENULIS CERPEN

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu dengan bentuk dan jenis yang

dirancang

3. Kemampuan Menutup Pelajaran

a. Menyimpulkan materi pembelajaran yang telah dipelajari

b. Melakukan refleksi (meninjau kembali pembelajaran yang telah dilakukan)

c. Meerencanakan tindak lanjut untuk pembelajaran selanjutnya

3.6.3.2 Lembar Observasi Aktivitas Siswa Tabel 3.7

Format Observasi Aktivitas Siswa

Berilah tanda centang (√) pada kolom yang dianggap sesuai!

No. Aspek yang Diamati Hasil Pengamatan

Ya Tidak

1. Aktivitas Siswa Selama Mengikuti KBM

a. Perhatian siswa terfokus pada pelajaran

b. Siswa memperhatikan penjelasan materi yang disampaikan oleh pendidik

c. Siswa menunjukan rasa/sikap senang

d. Siswa aktif mengemukakan pendapaat


(48)

55

Frida Sri Meilani, 2015

PENERAPAN TEKNIK TERATAI (TERJUN AMATI RANGKAI) DALAM PEMBELAJARAN MENULIS CERPEN

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu e. Siswa melakukan latihan menulis

teks cerita pendek

3.7 Analisis Data

Data yang telah diperoleh akan dianalisis dengan menggunakan teknik pengolahan data kuantitatif. Pengolahan data kuantitatif tersebut diuji dengan menggunakan statistik (ukuran) yang tepat sehingga diperoleh kesimpulan bahwa testi (subjek yang dievaluasi) itu berukuran tinggi-rendah, baik-jelek, atau berhasil-gagal (Subana, dkk., 2005, hlm. 16). Selain itu, statistik juga berperan untuk mengujikan suatu hipotesis. Berikut ini adalah tahapan pengolahan data dalam penelitian yaitu sebagai berikut.

1) Tahap pengolahan data, tahap ini merupakan tahap pengolahan awal dari data-data yang telah diperoleh atau dikumpulkan dari hasil observasi, tes, dan lain-lain.

2) Tahap pengorganisasian data, tahap ini merupakan tahap untuk memilih data-data yaang diperlukan dan sesuai dengan masalah penelitian untuk mencapai tujuan penelitian. Data-data yang dipilih selanjutnya dianalisis sesuai dengan kebutuhan penelitian.

3) Tahap temuan hasil, tahap ini merupakan tahap yang diperoleh setelah dilakukan analisis data yang dapat memberikan gambaran atau fakta di lapangan. Pada tahap ini, peneliti akan dapat menyimpulkan hasil dari penelitian yang telah dilakukan.

Perhitungan data kuantitatif, seperti hasil tes kemampuan menulis teks cerita pendek siswa akan diolah menggunakan statistik. Hasil perhitungan statistik ini akan dapat membuktikkan keefektifan pendekatan dan media yang diterapkan dalam pembelajaran menulis teks cerita pendek dan memberikan gambaran yang jelas tentang hasil dari penelitian yang dilakukan. Berikut ini adalah langkah-langkah pengolahan nilai pretest dan posttest kemampuan menulis siswa dengan menggunakan perhitungan statistik.

1) Menilai dan menganalisis data tes awal dan tes akhir. Langkah-langkah analisis datanya adalah sebagai berikut.


(49)

56

Frida Sri Meilani, 2015

PENERAPAN TEKNIK TERATAI (TERJUN AMATI RANGKAI) DALAM PEMBELAJARAN MENULIS CERPEN

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

a) Menganalisis teks cerita pendek yang telah dibuat siswa.

b) Menentukan skor tes awal dan tes akhir, kemudian menentukan nilai dengan rumus:

Nilai =

c) Mendeskripsikan hasil tes awal dan tes akhir. 2) Uji reliabilitas antarpenimbang

Hasil analisis data dilakukan oleh tiga orang penimbang. Uji reliabilitas dilakukan untuk menghindari adanya penilaian secara subjektif. Untuk mengetahui ketepatan analisis data yang dilakukan oleh tiga penimbang tersebut, dilakukan uji sebagai berikut.

∑dt2

= Sigma determinan

SSt∑dt2

= jumlah kuadrat siswa

SSp∑d2

p = jumlah kuadrat penguji/penimbang

SStot∑p2

t = jumlah kuadrat total

SSkk∑d2

kk = jumlah kuadrat kekeliruan

Setelah itu, hasil data-data dimasukkan ke dalam format ANAVA. Reliabilitas antar penimbang dilakukan dengan rumus berikut.


(50)

57

Frida Sri Meilani, 2015

PENERAPAN TEKNIK TERATAI (TERJUN AMATI RANGKAI) DALAM PEMBELAJARAN MENULIS CERPEN

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu Kemudian nilai dicocokkan dengan tabel Guilford berikut.

Tabel 3.8

Tingkat Korelasi Guiltford

Interval Koefisien Tingkat Korelasi

˂ 0,20 tidak ada korelasi

0,20 – 0,40 korelasi rendah 0,40 – 0,60 korelasi sedang 0,60 – 0,80 korelasi tinggi 0,80 – 0,90 korelasi tinggi sekali

1,00 korelasi sempurna

(Subana, dkk, 2005 : 104) 3) Uji normalitas bertujuan untuk mencari tahu normalitas distribusi skor prates dan pascates. Penghitungan uji normalitas ini menggunakan aplikasi SPSS versi 16 dengan signifikasi 0,05. Data berdistribusi normal apabila signifikansi yang ditunjukkan oleh aplikasi SPSS lebih besar dari 0,05.

4) Uji homogenitas bertujuan untuk mengetahui tingkat homogenitas kelas eksperimen dan kelas kontrol. Uji homogenitas akan menunjukkan apakah kelas eksperimen dan kelas 57 kontrol memiliki sifat homogen. Uji homogenitas dilakukan dengan menggunakan aplikasi SPSS Versi 16. Tingkat homogenitas akan ditunjukkan oleh signifikansi hasil dari penghitungan SPSS. Apabila signifikasi yang diperoleh lebih besar dari 0,05 dapat diketahui bahwa data prates dan pascates bersifat homogen.

5) Uji Hipotesis

Setelah data terbukti normal dan homogen berdasarkan hasil pengujian normalitas dan homogenitas sebagai tahap pengujian persyaratan analisis data, maka langkah selanjutnya adalah menguji hipotesis dengan rumus uji-t (t-test). Peneliti menggunakan uji-t karena penelitian ini merupakan penelitian yang


(51)

58

Frida Sri Meilani, 2015

PENERAPAN TEKNIK TERATAI (TERJUN AMATI RANGKAI) DALAM PEMBELAJARAN MENULIS CERPEN

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

menggunakan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Uji-t dilakukan untuk menguji signifikansi perbedaan mean. Dalam melakukan uji hipotesis diperlukan langkah-langkah sebagai berikut.

a) Mencari deviasi standar gabungan (dsg) Dsg =

Keterangan:

n1 = banyaknya data kelompok 1 n2 = banyaknya data kelompok 2 V1 = varians data kelompok 1 V2 = varians data kelompok 2 b) Menentukan t hitung

t =

Keterangan:

�1 = rata-rata data kelompok 1 �2 = rata-rata data kelompok 2 c) Menentukan derajat kebebasan (dk)

Dengan rumus: dk = n1 + n2 – 2. d) Menentukan ttabel

Pengujian statistik uji-t digunakan untuk mengetahui tingkat pengaruh dari masing-masing variabel. Hipotesis diuji pada taraf nyata ɑ = 0,05.

Untuk hipotesis satu pihak, ttabel = Dengan kriteria pengujian:

Jika thitung > ttabel maka Ha (Hipotesis Alternatif) diterima atau H0 (Hipotesis Nol) ditolak.

Jika thitung < ttabel, maka Ha (Hipotesis Alternatif) ditolak atau H0 (Hipotesis Nol) diterima.


(52)

59

Frida Sri Meilani, 2015

PENERAPAN TEKNIK TERATAI (TERJUN AMATI RANGKAI) DALAM PEMBELAJARAN MENULIS CERPEN

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

Jadi kesimpulannya adalah jika thitung < ttabel maka H0 atau hipotesis nol diterima atau hipotesis kerja ditolak. Artinya tidak ada perbedaan yang signifikan antara kemampuan menulis cerpen siswa menggunakan teknik teratai (terjun, amati, rangkai) dengan yang tidak menggunakan teknik teratai (terjun, amati, rangkai). Teknik teratai tidak berhasil dalam pembelajaran menulis cerpen.

Jika thitung > ttabel maka H0 atau hipotesis nol ditolak dan Ha atau hipotesis kerja diterima. Artinya terdapat perbedaan yang signifikan antara kemampuan menulis cerpen siswa menggunakan teknik teratai (terjun, amati, rangkai) dengan yang tidak menggunakan teknik teratai (terjun, amati, rangkai). Teknik teratai berhasil dalam pembelajaran menilis cerpen.


(53)

Frida Sri Meilani, 2015

PENERAPAN TEKNIK TERATAI (TERJUN AMATI RANGKAI) DALAM PEMBELAJARAN MENULIS CERPEN

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

BAB 5

SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI

5.1Simpulan

Berdasarkan rumusan masalah, pembahasan, dan pengolahan data yang telah dilakukan pada bab sebelumnya, dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut.

1) Kemampuan siswa dalam menulis teks cerita pendek pada tes awal atau

pretest di kelas eksperimen sebelum diberi perlakuan berupa penerapan teknik teratai (terjun amati rangkai) dengan menggunakan lingkungan sekitar sekolah, siswa mendapat nilai rata-rata 66,55. Sementara itu, kemampuan siswa dalam menulis teks cerita pendek pada tes akhir atau posttest di kelas eksperimen setelah diberikan perlakuan berupa penerapan teknik teratai (terjun amati rangkai) dengan menggunakan lingkungan sekitar sekolah, siswa mendapat nilai rata-rata 77,72. Nilai tersebut menunjukkan terdapatnya perbedaan yang signifikan pada kemampuan menulis teks cerita pendek sebelum dan sesudah diberi perlakuan berupa penerapan teknik teratai (terjun amati rangkai) dengan menggunakan lingkungan sekitar sekolah pada siswa kelas eksperimen.

2) Kemampuan siswa dalam menulis teks cerita pendek pada tes awal atau

pretest di kelas kontrol sebelum diberi perlakuan berupa penerapan pendekatan langsung dengan metode ceramah, siswa mendapat nilai rata-rata 65,13. Sementara itu, kemampuan siswa dalam menulis teks cerita pendek pada tes akhir atau posttest di kelas kontrol setelah diberikan perlakuan berupa penerapan pendekatan langsung dengan metode ceramah siswa mendapat nilai rata-rata 70. Namun, peningkatan tersebut tidak signifikan seperti pada kelas eksperimen.

3) Berdasarkan perhitungan uji t hipotesis diperoleh hasil ttabel ≤ thitung ≥ ttabel , yaitu 2,004 ≤ 2,935 ≥ 2,004. Hal ini menunjukkan bahwa Ha diterima dan H0


(1)

Frida Sri Meilani, 2015

BAB 5

SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI

5.1Simpulan

Berdasarkan rumusan masalah, pembahasan, dan pengolahan data yang telah dilakukan pada bab sebelumnya, dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut.

1) Kemampuan siswa dalam menulis teks cerita pendek pada tes awal atau

pretest di kelas eksperimen sebelum diberi perlakuan berupa penerapan teknik

teratai (terjun amati rangkai) dengan menggunakan lingkungan sekitar sekolah, siswa mendapat nilai rata-rata 66,55. Sementara itu, kemampuan siswa dalam menulis teks cerita pendek pada tes akhir atau posttest di kelas eksperimen setelah diberikan perlakuan berupa penerapan teknik teratai (terjun amati rangkai) dengan menggunakan lingkungan sekitar sekolah, siswa mendapat nilai rata-rata 77,72. Nilai tersebut menunjukkan terdapatnya perbedaan yang signifikan pada kemampuan menulis teks cerita pendek sebelum dan sesudah diberi perlakuan berupa penerapan teknik teratai (terjun amati rangkai) dengan menggunakan lingkungan sekitar sekolah pada siswa kelas eksperimen.

2) Kemampuan siswa dalam menulis teks cerita pendek pada tes awal atau

pretest di kelas kontrol sebelum diberi perlakuan berupa penerapan

pendekatan langsung dengan metode ceramah, siswa mendapat nilai rata-rata 65,13. Sementara itu, kemampuan siswa dalam menulis teks cerita pendek pada tes akhir atau posttest di kelas kontrol setelah diberikan perlakuan berupa penerapan pendekatan langsung dengan metode ceramah siswa mendapat nilai rata-rata 70. Namun, peningkatan tersebut tidak signifikan seperti pada kelas eksperimen.

3) Berdasarkan perhitungan uji t hipotesis diperoleh hasil ttabel ≤ thitung ≥ ttabel , yaitu 2,004 ≤ 2,935 ≥ 2,004. Hal ini menunjukkan bahwa Ha diterima dan H0


(2)

120

Frida Sri Meilani, 2015

PENERAPAN TEKNIK TERATAI (TERJUN AMATI RANGKAI) DALAM PEMBELAJARAN MENULIS CERPEN

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

ditolak. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara kemampuan menulis teks cerita pendek siswa di kelas eksperimen sebelum dan sesudah penerapan teknik teratai (terjun amati rangkai) dengan menggunakan lingkungan sekitar sekolah, dengan kemampuan menulis teks cerita pendek siswa di kelas kontrol sebelum dan sesudah menggunakan pendekatan langsung dengan metode ceramah. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan nilai rata-rata kemampuan menulis teks cerita pendek siswa pada kedua kelas sebelum dan sesudah diberi perlakuan atau

treatment. Dapat diketahui bahwa kelas eksperimen memperoleh peningkatan

nilai yang lebih tinggi, yakni dari 66,55 menjadi 77,72 dengan peningkatan sebesar 11,17, sedangkan kelas kontrol hanya meningkat dari 65,13 menjadi 70 dengan peningkatan sebesar 4,87. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa teknik teratai (terjun amati rangkai) dengan lingkungan sekitarterbukti lebih efektif diterapkan dalam pembelajaran menulis teks cerita pendek dibandingkan dengan perlakuan yang diberikan di kelas eksperimen menggunakan pendekatan langsung dengan metode ceramah. Berdasarkan penelitian ini, teknik teratai (terjun amati rangkai) dapat diterapkan dalam pembelajaran menulis teks cerita pendek di sekolah.

5.2Implikasi

Berdasarkan pembahasan dan simpulan yang telah dipaparkan, peneliti memiliki beberapa implikasi sebagai berikut.

1). Hasil penelitian ini memberikan gambaran bahwa teknik teratai (terjun amati rangkai) dengan lingkungan sekitar sebagai medianya terbukti efektif meningkatkan kemampuan menulis teks cerita pendek siswa. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan nilai rata-rata siswa setelah diterapkannya teknik teratai (terjun amati rangkai).

2). Guru dan siswa menjadi bersemangat dalam melaksanakan pembelajaran dan Teknik teratai (terjun, amati, rangkai) mengaktifkan siswa, mengemas pembelajaran menjadi lebih menyenangkan, membuat siswa menjadi tidak


(3)

mudah bosan, menarik perhatian siswa dalam belajar dan memperoleh makna dalam pembelajaran.

5.3Rekomendasi

Berdasarkan pembahasan dan simpulan yang telah dipaparkan, maka peneliti memiliki beberapa implikasi sebagai berikut.

1) Teknik teratai (terjun, amati, rangkai) dengan media lingkungan sekitar sekolah ini dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif teknik pembelajaran yang dapat digunakan dalam pembelajaran menulis teks cerita pendek.

2) Pada penelitian selanjutnya, peneliti merekomendasikan teknik ini dapat diterapkan kembali dalam pembelajaran menulis teks lain, misalnya menulis teks anekdot atau keterampilan bahasa lainnya.

3) Teknik teratai juga dapat direkomendasikan untuk pembelajaran lainnya di luar dari pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia.


(4)

122

Frida Sri Meilani, 2015

PENERAPAN TEKNIK TERATAI (TERJUN AMATI RANGKAI) DALAM PEMBELAJARAN MENULIS CERPEN


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, M. (1990). Strategi belajar-mengajar: keterampilan berbahasa &

apresiasi sastra. Malang: Y A 3 Malang.

Alwasilah, A.C. (2005). Pokoknya menulis. Bandung: PT Kiblat Buku Utama. Aminudin. (2004). Pengantar apresiasi sastra. Bandung: Sinar Harapan.

Arikunto, S. (2010). Prosedur penelitian: suatu pendekatan praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Arsyad, A. (2007). Media pembelajaran. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada Depdiknas. (2008). Kamus besar bahasa indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa.

Djamarah, S.B dan Aswan, 2006. Strategi belajar-mengajar. Jakarta : Rineka Cipta

Hernowo. E.D. (2004). Quantum writing. Bandung: Mirzan Learning Center Kosasih. (2012). Dasar-dasar keterampilan bersastra. Bandung: Yrama Widya Miarso, Y. (2004). Menyemai benih teknologi pendidikan. Jakarta: Prenada

Media.

Mulyasa, E. (2007). Kurikulum satuan pendidikan. [Online].

Tersedia: http://alvyanto.blogspot.com/2010/04/kurikulum-tingkat-satuan-pendidikan.html#ixzz2R10XaTJn

Muslich, M. (2009).Melaksanakan PTK itumudah. Jakarta: BumiAksara

Nugiyantoro, B. (2007). Teori pengkajian fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press

Rahmadita, M. (2012). “Pemanfaatan media video klip lagu populer dalam upaya peningkatan pembelajaran menulis cerpen (penelitian tindakan kelas terhadap siswa kelas XSMA Negeri 16 Bandung tahun ajaran 2011/2012)”. Skripsi. Program Sarjana, Universitas Pendidikan Indonesia.


(6)

123

Frida Sri Meilani, 2015

PENERAPAN TEKNIK TERATAI (TERJUN AMATI RANGKAI) DALAM PEMBELAJARAN MENULIS CERPEN

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

Rosalita, E. (2013). “Penerapan teknik menulis fiksi mini dalam pembelajara menulis cerpen (penelitian eksperimen semu terhadap siswa kelas XSMA Kartika XIX-2 Bandung tahun ajaran 2012/2013)”. Skripsi. Program Sarjana, Universitas Pendidikan Indonesia.

Sagoro, M.K. (2008). Pembelajaran menulis puisi dengan teknik Teratai.[Online]. Tersedia: http://sagoro-indo-blogspot.com/2008/04/pembelajaran-menulis-puisi-dengan.html

Sanjaya,W. (2006). Strategipembelajaran. Jakarta: KencanaPrenada Media Group Sanjaya, W. (2009).Strategipembelajaranberorientasistandar proses pendidikan.

Jakarta: Prenada

Sudjana. (2005). Metode statistik. Bandung: Tarsito

Sugiono. (2012). Metode penelitian pendidikan (pendekatan kualitatif, kuantitatif, dan r&d). Bandung: Alfabeta

Sumardjo dan Saini K. M. (1986). Apresiasi kesusastraan. Jakarta: Gramedia.

Sumiyadi dan Durachman. (2014). Sanggar sastra. Bandung: Alfabeta

Suryani,Y. (2010). Efektivitas penggunaan teknik teratai dalam meningkatkan kemampuan menulis puisi siswa kelas X SMA Cimahi tahun sjaran 2009/2010. Skripsi FPBS UPI. UPI Bandung: Tidak Diterbitkan

Tarigan, H.G. (2008). Menulis sebagai suatu keterampilan berbahasa. Bandung : Angkasa.