STUDI REALITAS PENGUASAAN TEORI DAN PRAKTEK TAJWĪD DI KALANGAN MAHASISWA PRODI IPAI FPIPS UPI ANGKATAN 202-2014.

(1)

STUDI REALITAS PENGUASAAN TEORI DAN PRAKTEK TAJWĪD DI KALANGAN MAHASISWA PRODI IPAI FPIPS UPI ANGKATAN 202-2014

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dan Syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Ilmu Pendidikan Agama Islam

oleh:

RISA HAELANI 1103948

PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2015


(2)

oleh:

RISA HAELANI 1103948

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu Syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Ilmu Pendidikan Agama Islam Fakultas Pendidikan

Ilmu Pengetahuan Sosial

© Risa Haelani Juni 2015

Hak cipta dilindungi undang-undang

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difotocopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis


(3)

(4)

ABSTRAK

Studi Realitas Penguasaan Teori dan Praktek Tajwīd di Kalangan Mahasiswa/Mahasiswi Prodi IPAI FPIPS UPI Angkatan 2012-2014

Oleh Risa Haelani

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh Undang-Undang Sisdiknas (Sistem Pendidikan Nasional) 2003 (UU RI No. 20 Tahun 2003) yang terdapat dalam BAB XI tentang Pendidik dan Tenaga Kependidikan pasal 39 sampai dengan pasal 44. Semua Guru, termasuk Guru PAI, dituntut harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional yang tercantum di dalam Bab VI Standar Pendidikan dan tenaga kependidikan pasal 28 ayat (1). Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini antara lain : Bagaimana penguasaan teori tajwīd di kalangan mahasiswa prodi IPAI FPIPS UPI, bagaimana penguasaan praktek tajwīd di kalangan mahasiswa prodi IPAI FPIPS UPI, bagaimana perbandingan penguasaan teori dan praktek tajwīd pada masing-masing angkatan di kalangan mahasiswa prodi IPAI FPIPS UPI, apakah latar belakang mahasiswa Prodi IPAI FPIPS UPI Angkatan 2012-2014 mempengaruhi kemampuan pemahaman teori dan praktek tajwīd. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran atau realitas penguasaan teori dan praktek tajwīd di kalangan mahasiaswa/mahasiswi prodi IPAI FPIPS UPI angkatan 2012-2014 serta adakah yang mempengaruhi realitas tersebut. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Pertimbangan penggunaan metode ini adalah untuk mengungkap realitas penguasaan teori dan praktek tajwīd di kalangan mahasiswa/mahasiswi prodi IPAI FPIPS UPI. Dalam pengumpulan data dilakukan melalui penyebaran angket dan tes kepada 148 responden yaitu mahasiswa/mahasiswi Prodi IPAI FPIPS UPI angkatan 2012-2014 yang menjadi sampel penelitian. Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh gambaran atau realitas bahwa penguasaan teori dan praktek tajwīd di kalangan mahasiswa/mahasiswi Prodi IPAI FPIPS UPI angkatan 2012-2014 ini memang sepenuhnya belum menguasai. Hal ini ditandai dengan adanya beberapa variabel teori tajwīd yang belum mereka ketahui seperti sifat ḥurūf, bacaan musykīlāt dan tanda wakaf. Selain itu, dalam praktek tajwīd, peneliti menggunakan alat ukur dengan tes membaca ``Al-Qur`ān dan hasilnya mereka belum benar-benar mencapai pada tingkat fasih atau pun taḥsīn. Faktor yang mempengaruhi hal tersebut bisa dikatakan karena latar belakang mahasiswa/mahasiswi prodi IPAI FPIPS UPI ini mayoritas sebelumnya tidak memiliki latar belakang keagamaan (Pesantren). Kata Kunci : Tajwīd, Realitas, Penguasaan, Tilawaħ,Teori, Praktek.


(5)

v Risa Haelani, 2015

Studi Realitas Penguasaan Teori D an Praktek Tajwīd D i Kalangan Mahasiswa/Mahasiswi Prodi IPAI FPIPS UPI Angkatan 2012-2014

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu ABSTACT

A Study of the Reality of Tajwīd Theory and Practice Mastery among Students of Islamic Education Study Program, Faculty of Social Sciences Education, Indonesia University of Education, 2012-2014 Classes

By Risa Haelani

The background to the research is the Law of National Education System of 2003 (the Law of the Republic of Indonesia No. 20 of 2003) contained in CHAPTER XI concerning Teachers and Education Personnel, articles 39 to 44. All teachers of Islamic education arerequired to have academic qualifications and competences as agent of learning, be healthy physically and spiritually, and have the abilities to realize the national education goals as contained in Chapter VI concerning Standards of Education and Education Personnel, article 28 paragraph (1). The problems raised in this research are: How is the mastery of tajwīd theory among students of Islamic Education (IPAI)Study Program, Faculty of Social Sciences Education, Indonesia University of Education (FPIPS, UPI), how is the mastery of tajwīd practice among students of IPAI study program, FPIPS, UPI; how is the mastery of tajwīd theory and practice among students of IPAI study program, FPIPS, UPI compared for each class; and do the backgrounds of students of IPAI study program, FPIPS, UPI for the classesof 2012-2014 influence their understanding of tajwīd theory and practice. The research has the aim of finding about the reality of theory and practice mastery of tajwīd among students of IPAI Study Program, FPIPS, UPI, for the classesof 2012-2014 as well as the factors that affect the mastery. It adopted descriptive method with quantitative approach. The use of the method was based on the aim of discovering the reality of tajwīd theory and practice mastery among students of IPAI Study Program, FPIPS, UPI. To collect data, questionnaires and tests were distributed to as many as 148 respondents consisting of students of IPAI Study Program, FPIPS, UPI, from the classesof 2012-2014 who became the research sample. Based on research outcomes, it is found that in reality the majority of students of IPAI Study Program, FPIPS, UPI, classesof 2012-2014 have not fully mastered tajwīd theory and practice. The finding is marked by the students’ lack of knowledge about several variables of tajwīd theory, such as the properties of letters, musykīlat reading, and wakaf markers. In addition, from the test of reading `Al-Qur`ān, it is found that the majority have not reached the level of being articulate or tahsīn. Finally, the comparison of tajwīd theory and practice mastery reveals differences among classes. However, the backgrounds of the students of IPAI Study Program, FPIPS, UPI, from the classes of 2012-2014 did not influence their mastery of tajwīd theory and practice. There is another influencing factor.


(6)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... Error! Bookmark not defined. UCAPAN TERIMAKASIH ... Error! Bookmark not defined. ABSTRAK ... Error! Bookmark not defined. ABSTACT... Error! Bookmark not defined. KATA PENGANTAR... Error! Bookmark not defined. DAFTAR ISI ... vii DAFTAR TABEL ... Error! Bookmark not defined. DAFTAR BAGAN ... Error! Bookmark not defined. DAFTAR GAMBAR ... Error! Bookmark not defined. DAFTAR DIAGRAM... Error! Bookmark not defined. DAFTAR LAMPIRAN ... Error! Bookmark not defined.

PEDOMAN TRANSLITERASI DARI ARAB KE LATIN INDONESIAError! Bookmark not defined BAB 1PENDAHULUAN ... Error! Bookmark not defined.

A. Latar Belakang Pene lit ia n ... Error! Bookmark not defined. B. Rumusan Masalah Penelitian ... Error! Bookmark not defined. C. Tujuan Penelitian ... Error! Bookmark not defined. D. Manfaat Penelitian/Signifikansi Penelitian ... Error! Bookmark not defined. E. Struktur Organisasi Skripsi... Error! Bookmark not defined.

BAB II TILAWA `AL-QUR` N DAN KAIDAH `AL-QUR` NError! Bookmark not defined.

A. Tilawa `Al-Qur` n ... Error! Bookmark not defined. 1. Pengertian Tilawa `Al-Qur` n ... Error! Bookmark not defined. 2. Tujuan Tilawa ... Error! Bookmark not defined. 3. Faidah Mempelajari Tahsīn Tilawa ... Error! Bookmark not defined. B. Kaidah `Al-Qur` n... Error! Bookmark not defined. 1. Pengertian Ilmu Tajwīd ... Error! Bookmark not defined.


(7)

viii Risa Haelani, 2015

Studi Realitas Penguasaan Teori D an Praktek Tajwīd D i Kalangan Mahasiswa/Mahasiswi Prodi IPAI FPIPS UPI Angkatan 2012-2014

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

2. Hukum Mempelajari Ilmu Tajwīd ... Error! Bookmark not defined. 3. Tujuan Mempelajari Ilmu Tajwīd ... Error! Bookmark not defined. 4. Sifat-Sifat Huruf Hijaiya ... Error! Bookmark not defined. 5. Hukum Nūn mati dan tanwīn ... Error! Bookmark not defined. 6. Hukum Idgām ... Error! Bookmark not defined. 7. Hukum Gunna ... Error! Bookmark not defined. 8. Hukum Mad ... Error! Bookmark not defined.

9

. Hukum Mīm mati ... Error! Bookmark not defined. 10. Hukum Qalqala ... Error! Bookmark not defined. 11. Hukum Alīf Lām... Error! Bookmark not defined. 12. Hukum Tafkhīm dan Tarqīq ... Error! Bookmark not defined. 13. Hukum Bacaan Musykīlat ... Error! Bookmark not defined. 14. Mengidentifikasi Tanda Waqaf ... Error! Bookmark not defined. C. Urgensi Tilawa `Al-Qur` n ... Error! Bookmark not defined. D. Penelitian Terdahulu... Error! Bookmark not defined. E. Kerangka Pemikiran ... Error! Bookmark not defined. F. Hipotesis ... Error! Bookmark not defined. BAB III METODE PENELITIAN ... Error! Bookmark not defined. A. Lokasi Penelitian, Populasi, Sampel dan Teknik Penarikan Sampel ... Error!

Bookmark not defined.

1. Lokasi Penelitian... Error! Bookmark not defined. 2. Populasi Penelitian ... Error! Bookmark not defined. 3. Sampel dan Teknik Penarikan Sampel ... Error! Bookmark not defined. B. Desain Penelitian ... Error! Bookmark not defined.


(8)

C. Partisipan ... Error! Bookmark not defined. D. Definisi Operasional ... Error! Bookmark not defined. E. Instrumen Penelitian ... Error! Bookmark not defined. F. Proses Pengembangan Instrumen ... Error! Bookmark not defined. G. Prosedur Penelitian ... Error! Bookmark not defined. H. Analisis Data ... Error! Bookmark not defined. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANError! Bookmark not defined.

A. Hasil Penelitian... Error! Bookmark not defined. B. Pembahasan ... Error! Bookmark not defined. BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI... Error! Bookmark not defined. A. Simpulan ... Error! Bookmark not defined. B. Rekomendasi ... Error! Bookmark not defined. DAFTAR PUSTAKA ... Error! Bookmark not defined.


(9)

Risa Haelani, 2015

Studi Realitas Penguasaan Teori D an Praktek Tajwīd D i Kalangan Mahasiswa/Mahasiswi Prodi IPAI FPIPS UPI Angkatan 2012-2014

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu BAB 1

PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

Tujuan Pendidikan Nasional sebagaimana yang termaktub di dalam undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) adalah untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab.

Berdasarkan tujuan pendidikan nasional tersebut kita melihat bahwa komponen-komponen yang dicita-citakan dalam tujuan pendidikan tersebut semuanya merupakan nilai. Dengan demikian dapat dikatakan pula bahwa ini dari tujuan pendidikan nasional sendiri adalah pada pembentukan nilai. Oleh karena itu, maka sudah seharusnya jika seluruh ikhtiar pendidikan diarahkan pada pencapaian nilai tersebut (Fakhruddin, 2014, hlm. 80).

Inti dari tujuan pendidikan nasional itu tentu tidak dengan serta merta berwujud begitu saja, namun dibutuhkan satu ikhtiar pendidikan secara sistematis dan terencana dengan baik. Salah satu wujud ikhtiar yang dilakukan pemerintah untuk mewujudkan tujuan nasional adalah menyelenggarakan layanan pendidikan bagi seluruh warga negara melalui satuan-satuan pendidikan sebagai penyelenggara pendidikan dalam jalur, jenjang, dan jenis pendidikan yang ditetatpkan oleh undang-undang. Selain itu sangatlah jelas apabila dari tujuan nasional tersebut membutuhkan suatu ikhtiar pendidikan yang ikhtiar tersebut bisa dijalankan senada dengan adanya seorang pendidik (guru). Ikhtiar tersebut tidak akan berjalan dengan lancer apabila seorang guru tidak turut ikut andil atau berperan dalam memenuhi tujuan pendidikan nasional tersebut (Fakhruddin, 2014, hlm. 80).

Dari paparan diatas, sangatlah jelas bahwa ikhtiar pendidikan bergantung terhadap guru sebagai ujung tombak demi mencapai tujuan pendidikan nasional. Lebih jauh lagi Isjoni (2009: 13) memaparkan Jika guru di analogikan sebagai tombak, maka dia adalah tombak bermata dua.


(10)

Satu mata harus memiliki ketajaman dalam penguasaan materi dan hakikat ilmu yang akan diajarkannya, sedangkan satu mata tajam lainnya adalah karena memiliki kemampuan/keterampilan dalam meramu dan menyajikan materi sehingga siswa dapat belajar dengan bermakna, serta memberikan kegunaan yang dapat dirasakan dari proses pembelajaran yang diikutinya. Oleh karena itu, guru tidak hanya mampu menguasai materi yang akan diajarkan, tetapi juga mampu dan trampil dalam mengkondisikan pembelajaran bagi siswanya.

Seperti apa proses pembelajarannya berlangsung, dapat menjadi salah satu faktor ketidaktertarikan siswa terhadap pelajaran. Pelajaran yang dianggap terlalu sukar, atau terlalu mudah dipahami peserta didik dapat memunculkan rasa bosan pada mata pelajaran ini. Untuk itu, salah satu hal yang perlu diketahui guru sejak awal sebelum melaksanakan pembelajaran adalah mengenal siapa dan bagaimana tingkat keterampilan berfikir peserta didik yang akan belajar di dalam kelasnya. Dengan kata lain, kealpaan guru dalam memahami dan mengkonstruk pengetahuan serta keterampilan berfikir peserta didiknya, akan berdampak kepada hasil belajar yang dicapai.

Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta kemajuan zaman, dan kebutuhan masyarakatakan pendidikan yang berkualitas, Guru yang berkualitas diatur dalam Undang-Undang Sisdiknas (Sistem Pendidikan Nasional) 2003 (UU RI No. 20 Tahun 2003). Pengaturan tersebut dalam BAB XI tentang Pendidik dan Tenaga Kependidikan pasal 39 sampai dengan pasal 44.

Semua Guru, termasuk Guru PAI, dituntut harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional yang tercantum di dalam Bab VI Standar Pendidikan dan tenaga kependidikan pasal 28 ayat (1). Selanjutnya pada ayat ke (2) Kualifikasi akademik sebagaimana di maksud padaayat (1) adalah tingkat pendidikan minimal yang harus dipenuhi oleh seorang pendidik yang di buktikan dengan ijazah dan/atau sertifikat keahlian yang relevan sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Yang paling


(11)

3

Risa Haelani, 2015

Studi Realitas Penguasaan Teori D an Praktek Tajwīd D i Kalangan Mahasiswa/Mahasiswi Prodi IPAI FPIPS UPI Angkatan 2012-2014

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

terpenting pada ayat ke (3) bahwa seorang pendidik harus memiliki kompetensi sebagai agen pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan menengah serta pendidikan anak usia dini meliputi (a) Kompetensi pedagogik; (b) Kompetensi Kepribadian; (c) Kompetensi Profesional; (d) Kompetensi Sosial.

Sejalan dengan itu seorang pendidik atau guru harus memiliki kompetensi professional, Menurut Saudagar, (2009:48) di dalam bukunya yang berjudul pengembangan profesionalitas guru, guru profesional adalah guru yang memiliki kompetensi yang dipersyaratkan untuk melakukan tugas pendidikan dan pengajaran. Kompetensi tersebut meliputi pengetahuan, sikap, dan keterampilan profesional, baik bersifat pribadi, sosial, maupun akademis. Kompetensi profesional merupakan salah satu kemampuan dasar yang harus dimiliki oleh seorang guru. Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005, pada pasal 28 ayat 3 yang dimaksud dengan kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkannya membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang di tetapkan dalam Standar Pendidikan Nasional. Sedangkan menurut Mukhlas Samani (2008:6) yang dimaksud dengan kompetensi profesional adalah kemampuan menguasai pengetahuan bidang ilmu, teknologi dan atau seni yang diampunya meliputi penguasaan :

a. Materi pelajaran secara luas dan mendalam sesuai dengan standar isi program satuan pendidikan, mata pelajaran, dan atau kelompok mata pelajaran yang diampunya.

b. Konsep konsep dan metode disiplin keilmuan, teknologi, dan atau seni yang relevan yang secara konseptual menaungi atau koheren dengan program satuan pendidikan, mata pelajaran, dan atau kelompok mata pelajaran yang akan di ampunya.

Bagi guru yang merupakan tenaga profesional dibidang kependidikan dalam kaitannya dengan accountabillity, bukan berarti tugasnya menjadi ringan, tetapi justru lebih berat dalam rangka memberikan pelayanan kepada masyarakat. Oleh


(12)

karena itu, guru dituntut memiliki kualifikasi kemampuan yang lebih memadai. Secara garis besar ada tiga tingkatan kualifikasi profesional guru sebagai tenaga kependidikan. Yang pertama adalah tingkatan capability personal, maksudnya guru diharapkan memiliki pengetahuan kecakapan dan keterampilam serta sikap yang lebih mantap dan memadai sehingga mampu mengelola proses belajar mengajar secara efektif. Tingkatan kedua adalah guru sebagai inovator, yakni sebagai tenaga kependidikan yang memiliki komitmen terhadap upaya perubahan dan reformasi. Para guru diharapkan memiliki pengetahuan, kecakapan dan keterampilan serta sikap yang tepat terhadap pembaharuan dan sekaligus merupakan penyebar ide pembaharuan yang efektif. Tingkatan ketiga adalah guru sebagai visioner. Selain menghayati kualifikasi yang pertama dan kedua guru harus memiliki visi keguruan yang mantap dan luas perspektifnya. Guru harus mampu dan mau melihat jauh ke depan dalam menjawab tantangan-tantangan yang dihadapi oleh sektor pendidikan sebagai suatu sistem.

Dari pemaparan di atas bisa disimpulkan bahwa seorang guru yang profesional khususnya guru PAI harus menguasai materi yang mana materi tersebut sudah terangkum di dalam kurikulum. Menurut Ruhimat (2009:2) di dalam bukunya menuliskan bahwa istilah kurikulum (curriculum) berasal dari kata curir (pelari) dan curere (tempat berpacu), dan pada awalnya digunakan dalam dunia olahraga. Pada saat itu kurikulum diartikan sebagai jarak yang harus ditempuh oleh seorang pelari mulai dari start sampai finish untuk memperoleh medali/penghargaan. Kemudian, pengertian tersebut ditetapkan dalam dunia pendidikan menjadi sejumlah mata pelajaran (subject) yang harus ditempuh oleh seorang siswa dari awal sampai akhir program pelajaran untuk memperoleh penghargaan dalam bentuk ijazah.

Berdasarkan pengertian diatas, dalam kurikulum terkandung dua hal pokok yaitu : (1) adanya mata pelajaran yang harus ditempuh oleh siswa, dan (2) tujuan utamanya yaitu memperoleh ijazah. Dengan demikian, implikasinya terhadap praktik pengajaran yaitu setiap siswa harus menguasai seluruh mata pelajaran yang diberikan dan menempatkan guru dalam posisi yang sangat penting dan


(13)

5

Risa Haelani, 2015

Studi Realitas Penguasaan Teori D an Praktek Tajwīd D i Kalangan Mahasiswa/Mahasiswi Prodi IPAI FPIPS UPI Angkatan 2012-2014

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

menentukan. Keberhasilan siswa ditentukan oleh seberapa jauh mata pelajaran tersebut dikuasainya dan biasanya disimbolkan dengan skor yang diperoleh setelah mengikuti suatu tes atau ujian. Maka dari itu dengan adanya kurikulum, sangat berperan penting didalam keberhasilan proses pembelajaran.

Pengertian kurikulum senantiasa berkembang terus sejalan dengan perkembangan teori dan praktik pendidikan. Dengan beragamnya pendapat mengenai pengertian kurikulum, maka secaara teoritis agak sulit menentukan satu pengertian yang dapat merangkum semua pendapat. Berdasarkan hasil kajian, diperoleh beberapa dimensi pengertian kurikulum.

Lebih jelas lagi Said Hamid Hasan (1988) mengemukakan bahwa pada saat sekarang istilah kurikulum memiliki empat dimensi pengertian, dimana satu dimensi dengan dimensi lainnya saling berhubungan. Keempat dimensi kurikulum tersebut yaitu :

1. kurikulum sebagai suatu ide/gagasan,

2. kurikulum sebagai suatu rencana tertulis yang sebenarnya merupakan perwujudan dari kurikulum sebagai suatu ide,

3. kurikulum suatu kegiatan yang sering pula disebut dengan istilah kurikulum sebagai suatu realita atau implementasi kurikulum. Secara teoritis, dimensi kurikulum ini adalah pelaksanaan dari kurikulum sebagai suatu rencana tertulis.

4. Kurikulum sebagai suatu hasil yang merupakan konsekuansi dari kurikulum sebagai suatu kegiatan (Ruhimat, 2009, hal. 6-7).

Dari beberapa pendapat di atas sangatlah jelas setiap para ahli memiliki interpretasi sendiri di dalam mengungkapkan pengertian dan dimensi kurikulum itu sendiri. Adapun pandangan atau anggapan yang sampai saat ini masih lazim di pakai di dunia pendidikan dan persekolahan di negara kita, adalah kurikulum merupakan suatu rencana tertulis yang disusun guna memperlancar proses pembelajaran. Hal ini sesuai dengan rumusan pengertian kurikulum seperti yang tertera dalam Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan


(14)

Nasional bahwa “Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan

mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu (Ruhimat, 2009, hal. 9).

Dengan demikian, di dalam kurikulum memuat salah satunya bahan pelajaran. Tentunya, di dalam kurikulum PAI memuat tentang mata pelajaran Pendidikan Agama Islam karena di dalam Undang-undang SISDIKNAS salah satunya harus memuat mata pelajaran pendidikan agama islam yang telah diatur sesuai dengan jenjangnya. Diantaranya :

1. Peraturan Menteri Pendidikan dan kebudayaan Republik Indonesia nomor 67 Tahun 2013 Tentang Kerangka Dasar dan Strukur Kurikulum Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah.

2. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia nomor 68 Tahun 2013 Tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah.

3. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia nomor 69 Tahun 2013 Tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah.

4. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia nomor 81 A Tahun 2013 Tentang Implementasi Kurikulum.

Salah satu materi yang harus diajarkan kepada siswa berdasarkan kurikulum PAI Tahun 2013 adalah materi tentang kemampuan membaca Alqur’ān.

`Al-Qur`ān sebagai kitāb suci rahmatan lilalamīn, rahmat bagi seluruh alam yang di dalamnya mengandung berbagai macam ilmu. Selain itu `Al-Qur`ān merupakan firman Allāh Swt. Yang mulia dan termasuk mukjizat Nabī allā Allāhu ‘alaihi wasallam terbesar. Karena itu sudah seharusnya jika seorang muslim mempunyai kewajiban-kewajiban khusus untuk menjaga keutuhan `Al-Qur`ān. Adapun kewajiban tersebut adalah :


(15)

7

Risa Haelani, 2015

Studi Realitas Penguasaan Teori D an Praktek Tajwīd D i Kalangan Mahasiswa/Mahasiswi Prodi IPAI FPIPS UPI Angkatan 2012-2014

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

2. Memahaminya sesuai dengan tuntunan kaidah tafsīriyaħ, u uliyaħ, dan sebagainya.

3. Menghayati, sesuai dengan tuntunan ilmu batin, sehingga penghayatan itu menjadikan pengalaman yang shaleh, terbebas dari belenggu riya, takabur, sombong dan sebagainya.

4. Mengamalkanya, sesuai dengan ketentuan yang berlaku, baik dari `Al-Qur`ān

secara langsung maupun penjabaran Nabī Muhammad alla Allāhu ‘alaihi wasallam melalui sunahnya.

5. Mendakwahkannya, yaitu menyampaikan kepada orang lain yang dirasa belum mengerti, walau seayat; dan dalam mendakwahkannya itu kita jangan di nilai secara ekonomi (material), jika diberi upah, maka mau mendakwahkan, sedang jika tidak diberi, maka tidak mau mendakwahkan. Tetapi, nilailah dengan keihkhlasan dalam arti, jika diberi imbalan, mau menerima untuk kepentingan sarana ibadahnya, dan jika tidak diberi, maka tidak apa-apa (Abdul Mujid Ismail, 1995, hlm. 1).

Dari keutamaan di atas ada salah satu point yang penting yaitu membacanya sesuai dengan tuntunan ilmu tajwīd. Untuk itu, perlu mengetahui dan memahami perbedaan bacaan `Al-Qur`ān serta implikasinya terhadap makna dari lafadz itu sendiri.`Al-Qur`ān dipelajari untuk memahami makna dan pesan tersirat dibalik teks serta bacaannya. Maka untuk mendapatkan makna yang sesuai dengan

`Al-Qur`ān dan perlu memahami qira’at dan cara membaca `Al-Qur`ān dengan benar, cara membaca `Al-Qur`ān dengan baik dan bisa dengan dipelajari dengan ilmu tajwīd.

Dari pemaparan di atas, bisa disimpulkan bahwa guru yang professional khususnya guru PAI sangatlah penting dan harus menguasai ilmu tajwīd. Dan perlu diketahui prodi IPAI mencetak calon-calon guru PAI. akan tetapi di IPAI itu sendiri tidak ada mata kuliah yang secara khusus mengkaji tentang ilmu

tajwīd.Kurikulum prodi IPAI tidak menyediakan mata kuliah yang secara khusus mengkaji tentang ilmu tajwīd, padahal penguasaan ilmu tajwīd merupakan salah


(16)

satu indikator guru PAI yg profesional. Dari latar belakang diatas peneliti memandang bahwa perlunya dilakukan penelitian untuk mengukur sampai sejauh mana penguasaan ilmu tajwīd di kalangan mahasiswa prodi IPAI.

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk meneliti tentang

“Studi Realitas Penguasaan Teori dan Praktek Tajwīd Di Kalangan Mahasiswa Prodi IPAI UPI Angkatan 2012-2014”

B. Rumusan Masalah Penelitian

Untuk lebih mempermudah peneliti dalam melaksanakan penelitian, perlu adanya penjabaran mengenai masalah yang akan diteliti. Secara umum, masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah: Bagaimana Realitas Penguasaan Teori dan Praktek Tajwīd di Kalangan Mahasiswa Prodi IPAI FPIPS UPI Angkatan 2012-2014. Adapun rumusan masalah secara khususnya adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana penguasaan teori tajwīd di kalangan mahasiswa prodi IPAI FPIPS UPI Angkatan 2012-2014?

2. Bagaimana penguasaan praktek tajwīd di kalangan mahasiswa prodi IPAI FPIPS UPI Angkatan 2012-2014?

3. Bagaimana perbandingan penguasaan teori dan praktek tajwīd pada masing-masing angkatan di kalangan mahasiswa prodi IPAI FPIPS UPI Angkatan 2012-2014?

4. Apakah latar belakang pendidikan mahasiswa Prodi IPAI FPIPS UPI mempengaruhi kemampuan penguasaan teori dan praktek tajwīd?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini secara umum adalah untuk memperoleh informasi tentang Realitas Penguasaan Teori dan Praktek Tajwīd di Kalangan Mahasiswa/mahasiswi Prodi IPAI FPIPS UPI Angkatan 2012-2014. Adapun yang menjadi tujuan khusus diadakannya penelitian ini adalah untuk mengetahui:

1. Penguasaan teori tajwīd di kalangan mahasiswa prodi IPAI FPIPS UPI Angkatan 2012-2014.


(17)

9

Risa Haelani, 2015

Studi Realitas Penguasaan Teori D an Praktek Tajwīd D i Kalangan Mahasiswa/Mahasiswi Prodi IPAI FPIPS UPI Angkatan 2012-2014

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

2. Penguasaan praktek tajwīd dikalangan mahasiswa prodi IPAI FPIPS UPI Angkatan 2012-2014.

3. Perbandingan penguasaan teori dan praktek tajwīd pada masing-masing angkatan di kalangan mahasiswa Prodi IPAI FPIPS UPI Angkatan 2012-2014. 4. Pengaruh latar belakang mahasiswa Prodi IPAI FPIPS UPI terhadap

kemampuan penguasaan teori dan praktek tajwīd Angkatan 2012-2014.

D. Manfaat Penelitian/Signifikansi Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat positif, baik bagi peneliti dan calon-calon guru PAI khususnya Mahasiswa Prodi IPAI FPIPS UPI serta bagi pembaca secara umumnya. Setelah mengetahui bagaimana realitas penguasaan teori dan praktek tajwīd di kalangan mahasiswa Prodi IPAI FPIPS UPI, para mahasiswa diharapkan semakin termotivasi untuk meningkatkan penguasaan teori dan praktek tajwīd ini lebih mendalam sebagai acuan untuk menjadi calon guru PAI yang profesional. Penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi sebuah sumbangsih ide maupun referensi bagi dunia pendidikan khususnya di Prodi IPAI FPIPS UPI dan masyarakat luas.

2. Manfaat Praktis

Peneliti berharap hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak terutama pihak-pihak yang berhubungan dengan dunia pendidikan, seperti :

a. Bagi civitas akademika Universitas Pendidikan Indonesia, hasil penelitian ini diharapkan dapat menajdi sumber referensi dan masukan untuk para calon guru PAI khususnya, dan mahasiswa umunya.

b. Bagi mahasiswa Program Ilmu Pendidikan Agama Islam, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber literature untuk penelitian selanjutnya yang masih terkait dengan tema skripsi ini dan menjadi acuan untuk mereka untuk lebih menguasai teori dan praktek tajwīd.


(18)

c. Bagi pembaca, penelitian ini diharapkan menambah wawasan dan rujukan dalam memahami proses penguasaan teori dan praktek tajwīd khususnya mahasiswa Prodi IPAI FPIPS UPI.

d. Bagi lembaga yang diteliti, dapat memberi masukan bagi penyelenggara pendidikan khususnya Prodi IPAI FPIPS UPI untuk menciptakan mata kuliah atau kurikulum baru mengenai penguasaan tajwīd.

e. Bagi peneliti, adanya penelitian yang telah dilakukan ini diharapkan menjadi acuan bagi penelitian untuk memperkaya dan memperluas pengetahuan seputar teori dan praktek tajwīd serta menambah pengalaman untuk diterapkan dalam kehidupan nyata.

E. Struktur Organisasi Skripsi

Dalam skripsi ini, peneliti menjabarkan struktur organisasi dari isi skripsi dalam lima bab, yaitu:

BAB I: Pendahuluan. Dalam bab ini akan dipaparkan latar belakang penelitian, rumusan maslah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan struktur organisasi skripsi.

BAB II: Tilawaħ `Al-Qur`ān dan Kaidah `Al-Qur`ān . Bab ini berisi tentang pemaparan materi pokok dalam penelitian, yaitu tentang Tilawaħ `Al-Qur`ān, Kaidah `Al-Qur`ān dan Urgensi Tilawaħ `Al-Qur`ān .Kemudian juga dipaparkan Penelitian Terdahulu Kerangka Pemikiran dan Hipotesis.

BAB III: Metode Penelitian. Dalam bab ini akan dipaparkan mengenai lokasi penelitian, populasi dan sampel penelitian; desain penelitian; partisipan; definisi operasional; instrumen penelitian; proses pengembangan instrumen penelitian; prosedur penelitian; analisis data dalam penelitian.

BAB IV: Hasil Penelitian dan Pembahasan. Dalam bab ini akan dipaparkan mengenai hasil penelitian yang telah dilakukan serta analisis dan pembahasan terkait data hasil penelitian.

BAB V: Simpulan, Implikasi dan Rekomendasi. Dalam bab ini akan dipaparkan mengenai simpulan yang diperoleh dari hasil penelitian implikasi dan rekomendasi.


(19)

48

Risa Haelani, 2015

Studi Realitas Penguasaan Teori D an Praktek Tajwīd D i Kalangan Mahasiswa/Mahasiswi Prodi IPAI FPIPS UPI Angkatan 2012-2014

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi Penelitian, Populasi, Sampel dan Teknik Penarikan Sampel 1. Lokasi Penelitian

Lokasi memiliki arti tempat, maka lokasi penelitian ini dapat diartikan sebagai tempat dimana peneliti melakukan kegiatan penelitiannya. Pada penelitian ini, lokasi utama penelitian ialah di Universitas Pendidikan Indonesia tepatnya di Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Program Studi Ilmu Pendidikan Agama Islam. Hal ini di sebabkan objek sasaran penelitian, yakni mahasiswa-mahasiswa prodi IPAI angkatan 2012 sampai 2014.

Gambar 3.1 Peta letak Universitas Pendidikan Indonesia

2. Populasi Penelitian

Suatu penelitian tentunya memerlukan populasi dan sampel sebagai sarana pelaksanaan dan sumber data dari penelitian tersebut. Menurut Riduwan (2012 hlm. 10) mengutip pernyataan dari Sugiyono (2011:80)

memberikan pengertian bahwa: “Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau subjek yang menjadi kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Sedangkan menurut Prasetyo & Jannah (2010, hlm.119) mengutip pernyataan Bailey “Populasi adalah keseluruhan gejala/satuan yang akan diteliti. Lebih jauh lagi Populasi sendiri tidak terbatas pada manusia ataupun makhluk hidup saja.


(20)

Sebagaimana Nawawi (1993,hlm.141) menyebutkan bahwa populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang dapat terdiri dari manusia, benda, hewan, tumbuhan, gejala-gejala, nilai test, atau peristiwa, yang berperan sebagai sumber data yang dimiliki karakteristik tertentu dalam sebuah penelitian. Dalam penelitian ini, populasi yang dimaksud adalah manusia. Adapun populasi Dalam penelitian ini ialah Mahasiswa/Mahasiswi PRODI IPAI UPI angkatan 2012 sampai 2014 dengan jumlah keseluruhan sebanyak 148 orang dariangkatan tersebut, berdasarkan data yang peneliti dapatkan dari PRODI IPAI UPI ini.

3. Sampel dan Teknik Penarikan Sampel

Setelah mengetahui populasi penelitian maka langkah selanjutnya ialah penentuan sampel untuk penelitian. Menurut Riduwan (2012, hlm.11)

menutip pernyataan Sugiyono, memberikan pengertian bahwa “sampel

merupakan sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi”. Sedangkan menurut Prasetyo & Jannah (2010, hlm. 119)

sampel merupakan bagian dari populasi yang ingin diteliti.

Menurut Riduwan (2012, hlm. 56) Keuntungan menggunakan sampel antara lain :

1. Memudahkan peneliti untuk jumlah sampel lebih sedikit dibandingkan dengan menggunakan populasi dan apabila populasinya terlalu besar dikhawatirkan akan terlewati.

2. Peneliti lebih efisien (dalam arti penghematan uang, waktu, dan tenaga).

3. Lebih teliti dan cermat dalam pengumpulan data, artinya jika subjeknya banyak dikhawatirkan adanya bahaya bias dari orang yang mengumpulkan data, karena sering dialāmi oleh staf bagian pengumpul data mengalāmi kelelahan sehingga pencatatan data tidak akurat. 4. Penelitian lebih efektif, jika penelitian bersifat destruktif (merusak)

yang menggunakan spesemen akan hemat dan bisa dijangkau tanpa merusak semua bahan yang ada serta bisa digunakan untuk menjaring populasi yang jumlahnya banyak. Sedangkan besar kecilnya sampel yang diambil akan dipengaruhi beberapa oleh beberapa faktor antara


(21)

50

Risa Haelani, 2015

Studi Realitas Penguasaan Teori D an Praktek Tajwīd D i Kalangan Mahasiswa/Mahasiswi Prodi IPAI FPIPS UPI Angkatan 2012-2014

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

lain : besar biaya yang tersedia, tenaga (orang) yang ada, waktu dan kesempatan peneliti, serta peralatan yang digunakan Dalam pengambilan sampel (Riduwan, 2012).

Teknik penarikan sampel atau sampling adalah suatu cara mengambil sampel yang representatif dari populasi. Pengambilan sampel ini harus dilakukan sedemikian rupa sehingga diperoleh sampel yang benar-benar dapat mewakili dan dapat menggambarkan keadaan populasi yang sebenarnya. Senada dengan itu Sugiyono (2013, hlm. 118) menyebutkan bahwa teknik sampling merupakan teknik pengambilan sampel. Selain itu, beberapa pertimbangan seperti tingkat kesalahan, waktu, dana, dan tenaga juga menjadi penting untuk dipertimbangkan secara matang. Untuk maslah waktu, dana dan tenaga, semuanya itu tentunya bergantung pada peneliti sebagai orang yang akan melaksanakan penelitian ini. Akan tetapi, untuk masalah tingkat kesalahan dari hasil penelitian, itu tidak hanya menyangkut peneliti saja melainkan juga output atau hasil dari penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Ketika peneliti menentukan jumlah sampelnya terlalu sedikit maka hal tersebut akan berdampak pada tingkat kesalahan dari peneliti yang dilakukan. Sebagaimana Sugiyono (2013, hlm. 126) mengatakan bahwa semakin besar tingkat kesalahan maka semakin kecil jumlah sampel yang diperlukan, begitu pun sebaliknya, semakin kecil tingkat kesalahan maka akan semakin besar jumlah sampel yang diperlukan sebagai sumber data di penelitian tersebut.

Dalam menentukan jumlah sampel untuk penelitian ini, peneliti mengacu kepada teknik sampel total atau keseluruhan dari populasi, hal ini dikarenakan jumlah subjek yang diteliti tidak begitu besar dan bisa didapatkan data serta hal-hal yang perlu diketahui dari subjek tersebut.

B. Desain Penelitian

Menurut (Sukmadinata, 2011, hal. 287) yang dimaksud dengan desain penelitian adalah rancangan bagaimana penelitian tersebut dilaksanakan. Sedangkan menurut (Umar, 2008, hal. 6) Desain penelitian adalah suatu rencana kerja yang terstruktur dalam hal hubungan antar variabel secara


(22)

komprehensif agar hasil risetnya dapat memberikan jawaban atas pertanyaan riset. Dalam penelitian kali ini, peneliti menggunakan desain deskriptif, dimana peneliti harus memaparkan setiap variabel yang diteliti untuk mendapatkan gambaran hasil yang komprehensif mengenai variabel yang diteliti. Adapun variabel dalam penelitan ini tunggal, yakni penguasaan tajwīd baik teori maupun praktek. Lebih tepatnya ialah peneliti bermaksud untuk mengetahui realitas penguasaan ilmu tajwīd di kalangan mahasiswa Prodi IPAI UPI ini. Peneliti kemudian akan mengembangkan setiap komponen

penūnjang penelitian untuk mendapatkan data dan hasil yang optimal.

Komponen yang akan dirumuskan meliputi penentuan lokasi penelitian, penentuan populasi dan sampel penelitian, metode penelitian, pembuatan instrumen penelitian berupa angket dan tes, mengumpulkan dan menganalisis data hasil penelitian.

C. Partisipan

Partisipan atau lebih dikenal dengan informan penelitian adalah subjek yang memahami informasi objek penelitian sebagai pelaku maupun orang lain yang memahami objek penelitian (Bungin, 2012, hal. 78)

Ringkasnya, partisipan adalah orang yang berpartisipasi di dalam penelitian. Yang berpartisipasi di dalam penelitian ini adalah mahasiswa/mahasiswi Prodi IPAI FPIPS UPI Angkatan 2012-2014 dengan jumlah responden sebanyak 148 responden. Alasan peneliti memilih mahasiswa Prodi IPAI FPIPS UPI ini, karena judul yang peneliti ambil sesuai dengan karakteristik Program Studi IPAI ini yaitu realitas mengenai penguasaan teori dan praktek tajwīd.

D. Definisi Operasional

Untuk memberikan kemudahan bagi peneliti juga pembacanya nantinya dalam melaksanakan penelitian dan membaca penelitian ini, maka perlu dijelaskan mengenai definisi operasional dari beberapa istilah penting di dalam penelitian ini. Adapun yang akan dijelaskan disini mengenai:

1. Studi realitas, yang dimaksud dengan studi realitas dalam penelitian ini ialah studi atau mempelajari dengan cara melihat gambaran kenyataan dan


(23)

52

Risa Haelani, 2015

Studi Realitas Penguasaan Teori D an Praktek Tajwīd D i Kalangan Mahasiswa/Mahasiswi Prodi IPAI FPIPS UPI Angkatan 2012-2014

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

apa yang menjadi keadaan sebenarnya dari kemampuan praktek dan teori

tajwīd di kalangan mahasiswa/mahasiswi IPAI UPI. Studi ini dilakukan dengan cara merumuskan pernyataan-pernyataan tentang bagaimana tingkat kemampuan atau pun penguasaan praktek dan teori tajwīd mahasiswa/mahasiswi prodi IPAI UPI selama ini, yang nantinya disebarkan melalui angket dan tesbaca `Al-Qur`ān kemudian hasilnya di deskripsikan.

2. Kemampuan/Penguasaan Praktek dan Teori Tajwīd, yang dimaksud disini adalah kecakapan atau potensi seseorang individu khususnya mahasiswa/mahasiswi Prodi IPAI UPI ini untukmenguasaikeahlian dalam melakukan atau mengerjakanberagamtugas atau tes atau pun praktek dalam suatupekerjaan atau keahlian. Dalam penelitian ini, peneliti bermaksud ingin mengungkap dan mendeskripsikan tentang realitas atas kemampuan mahasiswa/mahasiswi Prodi IPAI UPI ini.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen merupakan alat bantu yang digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data dengan cara pengukuran. Cara ini dilakukan untuk memperoleh data yang objektif yang diperlukan untuk menghasilkan kesimpulan penelitian yang objektif pula. Objektivitas data hasil pengukuran dapat dicapai karena melalui pengukuran pengumpulan data dilakukan oleh alat ukur yang menutup kesempatan peneliti pengumpul data memasukkan subjektivitasnya.

Dalam penelitian Kuantitatif, insturmen penelitian yang dapat digunakan cukup beragam. Umumnya peneliti menggunakan instumen (alat ukur) untuk mengumpulkan data. Menurut (Sugiyono, 2011)Dalam penelitian kuantitatif dapat berupa tes, pedoman wawancara, pedoman observasi dan kuisieoner (angket). Adapun dalam penelitian ini, peneliti akan menggunakan kuisioner dalam bentuk angket dan tes dalam penelitiannya. Menurut Riduwan (2012, hlm. 71) Angket adalah daftar pertanyaan yang diberikan kepada orang lain bersedia memberikan respons (responden) sesuai dengan permintaan pengguna. Tujuan penyebaran angket ialah mencari informasi yang lengkap mengenai suatu masalah dan responden tanpa merasa khawatir bila responden


(24)

memberikan jawaban yang tidak sesuai dengan kenyataan dalam pengisian daftar pertanyaan. Di samping itu, responden mengetahui informasi tertentu yang diminta.

Dalam penggunaannya, angket untuk penelitian ini harus mampu memudahkan peneliti dalam memperoleh data yang dibutuhkan. Untuk itu peneliti juga harus senantiasa memperhatikan teknik perumusan angketnya. Angket dalam penelitian ini harus dirumuskan dengan cermat agar mampu mengungkap keadaan nyata dilapangan atau realitas dan juga mengungkap bagaimana harapan dan kenyataan seputar penguasaain praktek dan teori

tajwīd.Selanjutnya, selain menggunakan angket, peneliti juga menggunakan tes langsung kepada responden agar tingkat validitasnya lebih tinggi.

F. Proses Pengembangan Instrumen

Ketika seorang peneliti telah menetapkan instrumen yang akan digunakan dalam penelitiannya maka langkah selanjutnya ialah merumuskan tahapan untuk pengembangan instrumen penelitan. Pengembangan instrumen ini dalam bentuk sebuah kisi kisi.

Tabel 3.1 Kisi-kisi Instrumen Penguasaan Teori Tajwīd

Rumusan Masalah Variabel Sub Variabel

Untuk mengetahui penguasaan teori

tajwīd

1. Sifat Khuruf

1. Jahr 2. Isti’la 3. Ithbat 4. Ismat 5. Syiddaħ 6. Shafir 7. Hams 8. Istifāl 9. Infitāh 10.Idzhaq 11.Rawanah


(25)

54

Risa Haelani, 2015

Studi Realitas Penguasaan Teori D an Praktek Tajwīd D i Kalangan Mahasiswa/Mahasiswi Prodi IPAI FPIPS UPI Angkatan 2012-2014

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

2. Hukum Nūn mati

dan tanwīn

1. Iẓhār Halqi 2. Iqlāb

3. Idghom Bigunnah 4. Idghom Bilagunnaħ 5. Ihkfa Ab’ad

6. Ikhfā` Aqrab 7. Ikhfā` Ausat

3. Hukum Idghom

agīr 1. Idghom Mutamastilain 2. Idghom Mutajānisaīn 3. Idghom Mutaqoribain

4. Hukum Gunnaħ

1. Bacaan Gunnaħ

(Mīm Bertasydid)

2. Bacaan Gunnah

(Nūn Bertasydid)

5. Hukum Mad obi’i

1. Mad abi’i (Alif) 2. Mad abi’i (Ya) 3. Mad abi’i (Wau)

6. Hukum Mad Far’i

1. Mad Wajib Mutta il 2. Mad Jaiz Munfa il 3. Mad A’rid Lisukun 4. Mad Badal

5. Mad ‘iwad

6. Mad Lazim

Mutsaqal Kilmi

7. Mad Lazim

Mukhoffaf Kilmi 8. Mad Lazim Harfī

Musyba’

9. Mad Lazim

Mukhoffaf Harfī

10. Mad Lien

11. Mad īlah Qoshiroh 12. Mad īlah Thowilah 13. Mad Farq

14. Mad Tamkin

7. Hukum Mīm mati

1. Idghom Mutamastilain Bigunnah 2. Iẓhār Syafawī 3. Ikhfā` Syafawī


(26)

8. Hukum Qolqolaħ 1. Qolqolaħ Shugrā 2. Qolqolaħ Kubrā 9. Hukum Alif Lām 1. Alif lām Qomariah

2. Alif lām Syamsiah 10. Hukum Tafkhīm

dan Tarqīq 1.2. Tafkhīm Tarqīq

11.Hukum Bacaan

Musykīlat

1. Saktah 2. Tahsīl 3. Isymām 4. An-Naql 5. Imālah 6. ikhtilas

12.Tanda Waqaf

1. Waqaf Lazīm 2. A’damul Waqfi 3. Waqaf Jaiz

4. Waqaf Al-Washlu Aula

5. Waqaf Al-Waqfu Aula

6. Waqaf Saktah 7. Waqaf Mutlaq

G. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian merupakan langkah-langkah penelitian yang dilakukan. Menurut (Sugiyono, 2013, hal. 3) mengartikan prosedur penelitian atau metode penelitian sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Pendekatan penelitian kuantitatif dengan metode deskriptif dan statistik inferensial. Penelitian dengan metode deskriptif ini merupakan penelitian yang sifatnya memaparkan serta menjelaskan dari keadaan di lapangan yang ada. Sedangkan statistika inferensial ada uji signifikasi dan ada taraf kesalahan.

Menurut (Sugiyono, 2013, hal.14), mengungkapkan bahwa penelitian kuantitatif sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, teknik pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara random, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitia, analisis data bersifat kuantitatif/statistik dengan tujuan menguji hipotesis yang telah ditetapkan. Akan tetapi dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik sampel total atau keseluruhan dari populasi, hal ini dikarenakan jumlah subjek yang diteliti


(27)

56

Risa Haelani, 2015

Studi Realitas Penguasaan Teori D an Praktek Tajwīd D i Kalangan Mahasiswa/Mahasiswi Prodi IPAI FPIPS UPI Angkatan 2012-2014

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

tidak begitu besar dan bisa didapatkan data serta hal-hal yang perlu diketahui dari subjek tersebut.

Penelitian ini akan dikembangkan dalam bentuk deskriptif dan dengan pendekatan kuantitatif ini maksudnya, data yang diperlukan dalam penelitian ini tidak hanya dalam bentuk kata-kata saja namun juga dalam pengolahan datanya nanti akan dibutuhkan serta menghasilkan dalam bentuk angka. Kemudian semua data tersebut diuraikan atau dijelaskan kembali oleh peneliti dalam bentuk kata-kata atau deskripsi serta angka untuk memperjelasnya. Itulah mengapa penelitian ini berlatarkan deskriptif dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Adapun mengenai teknik atau cara yang akan digunakan oleh peneliti dalam upaya pengumpulan data adalah dengan cara penyebaran instrumen penelitian kepada sampel tujuan, yang kemudian hasilnya diolah dan dianalisis sebagai sumber data penelitian.

H. Analisis Data

Analisis secara sederhana dapat diartikan sebagai memilih data yang sudah terkumpul yang kemudian dapat diolah. Senadadenganitu, Sugiyono (2011, hlm. 207) dalam penelitian kuantitatif, analisis data merupakan kegiatan setelah data dari seluruh responden atau sumber data lain terkumpul. Teknik analisis data dalam penelitian kuantitatif menggunakan statistik. Terdapat beberapa dua macam statistik yang digunakan untuk analisis data dalam penelitian, yaitu : statistik deskriptif, dan statistik inferensial.

Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi. Sedangkan menurut Sugiyono (2013,hlm. 209) statistik inferensial disebut juga dengan statistika induktif atau statistika probabilitas), adalah teknik statistik yang digunakan untuk menganalisis data sampel dan hasilnya diberlakukan untuk populasi. Statistik ini akan cocok digunakan bila sampel diambil dari populasi yang jelas, dan teknik pengambilan sampel dari populasi itu dilakukan secara random.

Menurut Taniredja & Mustafidah, (2011, hlm. 61) Statistik Deskriptif yaitu bagian yang menjelaskan bagaimana data dikumpulkan dan diringkas


(28)

pada hal-hal yang penting dalam data tersebut. Bidang Statistik deskriptif meliputi :

a) Menyajikan Data

Data bisa disajikan dalam bentuk Tabel dan Grafik b) Meringkas dan Menjelaskan Data.

Data bisa diringkas dan disajikan dalam tiga hal utama untuk menggambarkan distribusi data:

 Letak Data

 Variasi Data

 Bentuk Data

Lebih jauh lagi Sugiyono (2011, hlm. 207) mengungkapkan bahwa dalam penelitian kuantitatif, analisis data merupakan kegiatan dari seluruh responden atau sumber data lain terkumpul.

Sugiyono (2011, hlm. 207) mengungkapkan bahwa statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi. Dalam penelitian ini, peneliti akan menganalisis data yang telah dikumpulkan selāma proses penelitian untuk kemudian ditafsirkan dan dideskripsikan.

Untuk menemukan jawaban serta simpulan dari penelitian yang telah dilakukan ini melalui angket dan tes,(Prasetyo & Jannah, 2010, hal. 170) mengungkapkan bahwa terdapat proses dengan beberapa tahap yang sebaiknya dilakukan, namun tahapan ini tidak baku dan tergantung pada kepentingan peneliti. Tahapan-tahapan ini memudahkan peneliti dalam melakukan analisis terhadap data yang telah dikumpulkan dari angket penguasaan teori dan praktek tajwīd beserta latar belakang responden. Analisis terhadap data yang terkumpul dilakukan beberapa tahapan.

Tahapan tersebut digambarkan sebagai berikut: Data Koding

Ada Kesalahan Tidak Ada Kesalahan


(29)

58

Risa Haelani, 2015

Studi Realitas Penguasaan Teori D an Praktek Tajwīd D i Kalangan Mahasiswa/Mahasiswi Prodi IPAI FPIPS UPI Angkatan 2012-2014

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Bagan 3.2 Tahapan Dalam Analisis Data Kuantitatif (Prasetyo & Jannah, 2010, hal 171)

1. Pengkodean data (Data Coding).(Prasetyo & Jannah, 2010, hal. 171) menyatakan bahwa data coding merupakan suatu proses penyusunan secara sistematis data mentah (yang ada di dalam angket) ke dalam bentuk yang mudah dibaca selain itu memudahkan peneliti pula dalam pengolah data seperti komputer. Selain itu, Silalahi (2009, hal

322-333) mengungkapkan bahwa pengkodean data (data

coding)merupakan kegiatan memberi kode berupa angka terhadap data, sebagaimana tampak dalam kategori respons menurut macamnya. Memberi kpde berarti mengubah respons ke dalam kode numerik. Pemberian kode untuk kategori dimaksdukan untuk memudahkan analisis data dengan menggunakan statistik dan komputer. Karena dalam penelitian ini, terdapat beberapa rumusan masalah yang di analisi oleh komputer. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan kode angka dalam jawaban latar belakang responden beserta angket. 2. Pembersihan Data (Data Cleaning), yaitu yaitu memastikan bahwa

seluruh data yang telah dimasukkan ke dalam mesin pengolah data DATA

CLEANING

 DATA

OUTPUT

 NUMERIK

DATA ANALYZING

 UNIVARIAT

 BIVARIAT


(30)

sudah sesuai dengan yang sebenarnya. (Prasetyo & Jannah, 2010, hal. 173). Pada tahapan ini peneliti melakukan meriksa kembali data yang telah dipindah ke dalam komputer apakah sesuai atau tidak. Karena dalam penelitian ini ada beberapa item yang diharuskan untuk dianalisis di komputer.

3. Penyajian Data (Data Output), yaitu hasil pengolahan data. Bentuk hasil pengolahan data dapat berupa numerik (dalam bentuk angka) yang disajikan dalam bentuk tabel frekuensi dan tabel silang, bentuk lain adalah grafik atau dalam bentuk gambar (Prasetyo & Jannah, 2010, hal. 177-178). Dalam penelitian ini, peneliti menyajikan data Dalam bentuk tabel frekuensi.

4. Penganalisisan Data (Data Analyzing) proses lanjutan dari proses pengolahan data untuk melihat bagaimana menginterpretasikan data, kemudian menganalisis data dari hasil yang sudah ada pada tahap hasil pengolahan data. (Prasetyo & Jannah, 2010, hal. 184). Dalam penelitian ini digunakan analisis univerat, yakni analisis terhadap satu variabel (Prasetyo & Jannah, 2010, hal. 184). Analisi Dalam penelitian ini dengan memberikan interpretasi hasil sebaran angket kepada 148 responden penelitian sebagai berikut:

Kategori persentase menurut Arikunto (1998:246), yang digunakan untuk menginterpretasi hasil sebaran angket berdasarkan skor yang diperoleh responden.

Tabel 3.2 Kategori Persentase menurut Arikunto

Baik 76-100%

Cukup 56%-75%

Kurang baik 40%-55%

Tidak baik Kurang dari 40%

Selain itu, untuk membaca persentase pelaksanaan aspek-aspek penelitian peneliti menggunakan acuan umum yang dijelaskan oleh Direktorat Tenaga Kependidikan Direktorat Jendral Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan Departemen Pendidikan Nasional (2008, hlm 36) yaitu :


(31)

60

Risa Haelani, 2015

Studi Realitas Penguasaan Teori D an Praktek Tajwīd D i Kalangan Mahasiswa/Mahasiswi Prodi IPAI FPIPS UPI Angkatan 2012-2014

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Tabel 3.3 interpretasi Persentase No. Persentase Interpretasi/Penafsiran

1. 0 Tidak ada sama sekali

2. 1 – 9 Sedikit sekali

3. 10 – 39 Sebagian kecil 4. 40 – 49 Hampir setengahnya

5. 50 Setengahnya

6. 51 – 59 Lebih dari setengahnya 7. 60 – 89 Sebagian besar

8. 90 – 99 Hampir seluruhnya

9. 100 Seluruhnya

a. Uji Hipotesis

Uji hipotesis dilakukan untuk menguji hipotesis atau jawaban sementara dari suatu penelitian (Riduwan, 2012, hal. 229).

Uji hipotesis dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan SPSS V.21 dengan langkah : Analyze > Regression > Linear.

Diketahui :

Ho : Tidak adanya pengaruh yang signifikan antara latar belakang pendidikan terhadap penguasaan teori maupun praktek tajwīd. Ha : Adanya pengaruh yang signifikan antara latar belakang

pendidikan terhadap penguasaan teori maupun praktek tajwīd. Dan kriteria keputusan sebagai berikut : apabila nilai Sig,> 0,05 maka Ho diterima.

Kemudian, untuk mengetahui signifikansi hasil penilaian berdasarkan latar belakang responden dan perbandingan tiap angkatan, digunakan hitungan dengan menggunakan SPSS Versi 21 dengan menggunakan one way anova, yaitu analisis satu variabel independent digunakan untuk meguji pengaruh satu variabel independent terhadap satu variabel dependent dan perbandingan. Selain itu, peneliti menggunakan analisis data dengan menggunakan regresi linear sederhana. Sunyoto (2010, hal. 29) mengungkapkan bahwa analisi regresi adalah suatu analisis yang mengukur pengaruh antara variabel bebas terhadap variabel terikat. Dalam analsis regresi maka selain mencari ada atau tidaknya pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat juga mencari hubungan antara kedua


(32)

variabel tersebut. Analisis regresi dan hubungan antar variabel tersebut dilakukan dengan menggunakan SPSS Versi 21 dengan langkah sebagai berikut (Sunyoto, 2010, hal. 284) .

b. Uji koefisien Kolerasi dan Regresi Linier sederhana

Uji koefisien Kolerasi dan Regresi Linier sederhana yang mana uji ini dilakukan untuk mengetahui seberapa besar tingkat hubungan yang terjadi antara pengaruh latar belakang pendidikan terhadap peenguasaan teori dan praktek tajwīd. Tingkat signifikansi diketahui dengan melihat angka Sig > 0,05 maka Ho diterima artinya tidak ada hubungan antara latar belakang mahasiswa dengan penguasaan teori dan praktek tajwīd dan apabila < 0,05 maka Ho ditolak artinya terdapat hubungan yang signifikansi antara latar belakang mahasiswa dengan penguasaan teori dan praktej tajwīd. Sedangkan analsis regresi linier sederhana dilakukan dengan menggunakan SPSS V.21 dengan langkah Analyze > Regression > Linier, masukan masing- masing variabel lalu tekan OK.

Adapun kriteria kolerasi sebagai berikut :

Tabel 3.4 Interpretasi Koefisien Kolerasi Nilai R

Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0,80 - 1,00 Sangat Kuat

0,60 - 0,799 Kuat

0,40 – 0,599 Cukup Kuat

0,20 – 0,399 Rendah

0,00 – 0,199 Sangat Rendah

(Arikunto, 2012, hal. 89)

c. Koefisien Determinasi

Untuk menyatakan besar atau kecilnya sumbangan Variabel X terhadap Y dapat ditentukan dengan rumus koefisiensi determinasi sebagai berikut (Riduwan, 2012, hal. 139):

Keterangan :


(33)

62

Risa Haelani, 2015

Studi Realitas Penguasaan Teori D an Praktek Tajwīd D i Kalangan Mahasiswa/Mahasiswi Prodi IPAI FPIPS UPI Angkatan 2012-2014

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

r : nilai koefisiensi kolerasi

Kemudian tahapan terakhir adalah pendeskripsian. Maksud dari pendeskripsian ini adalah penjabaran dari gambar hasil sebaran angket dan juga tes yang telah peneliti lakukan. Penjabaran tersebut dilakukan sesuai dengan apa yang didapatkan dan juga sesuai pada kemampuan penelitian untuk menjabarakan hasil penelitiannya tersebut. Adapun untuk lebih lengkap dan jelas. Mengenai penjabaran dari hasil penelitian ini akan dibahas pada bab selanjutnya.


(34)

BAB V

SIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah disampaikan pada bab IV, berikut ini akan dikemukakan beberapa kesimpulan yang dapat diambil mengenai studi realitas penguasaan teori dan praktek tajwīd dikalangan mahasiswa/mahasiswi prodi IPAI angkatan 2012-2014. Secara umum realitas penguasaan teori dan tajwīd dikalangan mahasiswa IPAI FPIPS UPI Angkatan 2012-2014 ini belum sepenuhnya menguasai. Hal ini ditandai dengan adanya beberapa variabel yang dibawah kategori pada umumnya.Akan tetapi di dalam praktek tajwīd bisa disimpukan responden berada dalam kategori baik.

Pada ranah penguasaan teori tajwīd, rata-rata sebagian besar responden angkatan 2012 teori tajwīd tersebut dikuasai, dengan jumlah prosentase 79%. Untuk sifat huruf memperoleh hasil sebesar 36% dengan kategori sebagian kecil menguasai hukum tersebut, untuk hukum nūn mati dan tanwīn, sebesar 82% sebagian besar hukum tersebut dikuasai, untuk hukum ighām ṣagīr 69% dengan kategori sebagian besar menguasai tersebut dikuasai, untuk hukum

gunnaħ sebesar 88% dengan kategori sebagian besar hukum tersebut dikuasai, untuk hukum mad ṭobi’i seebsar 93% dengan kategori hampir seluruhnya hukum tersebut dikuasai, untuk mad far’i sebesar 67% sebagian besar hukum tersebut dikuasai, untuk hukum mīm mati sebesar 81% dengan kategori sebagian besar kategori tersebut dikuasai, untuk hukum Qalqalaħ sebesar 89% dengan kategori sebagian besar hukum tersebut dikuasai, untuk hukum alif lām sebanyak 92% dengan kategori hampir seluruhnya hukum tersebut dikuasai, untuk hukum Tafkhīm dan tarqīq sebanyak 83% dengan kategori sebagian besar hukum tersebut dikuasai, untuk hukum bacaan musykīlat dengan persentase sebesar 71% dengan kategori sebagian besar hukum tersebut dikuasai, dan yang terakhir untuk hukum tanda waqaf sebesar 35% dengan kategori sebagian kecil hukum tersebut dikuasai.

Selanjutnya, pada rahan pemahaman atau penguasaan teori tajwīd, rata-rata sebagian besar responden angkatan 2013 menguasai teori tajwīd tersebut,


(35)

97

Risa Haelani, 2015

Studi Realitas Penguasaan Teori D an Praktek Tajwīd D i Kalangan Mahasiswa/Mahasiswi Prodi IPAI FPIPS UPI Angkatan 2012-2014

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

dengan jumlah prosentase 74%. Untuk sifat huruf, sebanyak 41% dengan kategori hampir setengahnya hukum tersebut dikuasai. Untuk hukum nūn mati

dan tanwīn, sebesar 74% dengan kategori sebagian besar hukum tersebut dikuasai, untuk hukum idgham ṣagīr , sebanyak 63% dengan kategori sebagian besar hukum tersebut dikuasai. Untuk hukum gunnaħ , sebesar 88% dengan kategori sebagian besar hukum tersebut dikuasai. Untuk hukum mad

ṭobi’i, sebesar 94% dengan kategori hampir seluruhnya hukum tersebut dikuasai. Untuk hukum mad far’i, sebesar 68% dengan kategori sebagian besar hukum tersebut dikuasai. Untuk hukum mīm mati, sebesar 76% dengan kategori sebagian besar hukum tersebut dikuasai. Untuk hukum qolqolaħ, sebesar 87% dengan kategori sebagian besar hukum tersebut dikuasai. Untuk hukum alif lām, sebesar 91% dengan kategori hampir seluruhnya hukum tersebut dikuasai. Hukum Tafkhīm dan tarqīq , sebanyak 82% dengan kategori sebagian besar dikuasai. Untuk hukum bacaan musykīlat, sebanyak 73% dengan kategori sebagian besar hukum tersebut dikuasai. Dan terakhir, untuk tanda waqaf sebanyak 80% dengan kategori sebagian besar tana waqaf dikuasai oleh responden angkatan 2013.

Terakhir, untuk angkatan 2014, dengan jumlah responden sebanyak 56 responden, pada ranah pemahaman atau penguasaan teori tajwīd, rata-rata sebagian besar responden angkatan 2014 menguasai teori tajwīd tersebut, dengan jumlah prosentase 83%. Untuk sifat huruf, sebanyak 34% dengan kategori sebagian kecil hukum tersebut dikuasai. Untuk hukum nūn mati dan

tanwīn, sebesar 71% dengan kategori sebagian besar hukum tersebut dikuasai, untuk hukum idgham ṣagīr , sebanyak 57% dengan kategori sebagian besar hukum tersebut dikuasai. Untuk hukum gunnaħ , sebesar 85% dengan kategori sebagian besar hukum tersebut dikuasai. Untuk hukum mad ṭobi’i, sebesar 88% dengan kategori sebagian besar hukum tersebut dikuasai. Untuk hukum mad far’i, sebesar 63% dengan kategori sebagian besar hukum tersebut dikuasai. Untuk hukum mīm mati, sebesar 73% dengan kategori sebagian besar hukum tersebut dikuasai. Untuk hukum qolqolaħ, sebesar 85% dengan kategori sebagian besar hukum tersebut dikuasai. Untuk hukum alif lām, sebesar 87% dengan kategori sebagian besar hukum tersebut dikuasai. Hukum


(36)

Tafkhīm dan tarqīq , sebanyak 79% dengan kategori sebagian besar dikuasai. Untuk hukum bacaan musykīlat, sebanyak 41% dengan kategori hampir setengahnya hukum tersebut dikuasai. Dan terakhir, untuk tanda waqaf sebanyak 52% dengan kategori lebih dari setengahnya tanda waqaf dikuasai oleh responden angkatan 2014.

Penguasaan praktek tajwīd dikalangan mahasiswa/mahasiswi prodi IPAI tersebut masuk ke dalam kategori baik. Hal ini ditandai dengan adanya masing masing prosentase untuk angkatan 2012 sebesar 80, dilakukan dengan cara tes membaca `Al-Qur`ān dan hasilnya belum cukup maksimal karena mayoritas mahasiwa/mahasiswi prodi IPAI berada pada tingkat TT, itu artinya mereka belum cukup fasih berhak untuk mengajarkan `Al-Qur`ān atau bisa dikatakan

belum mencapai tingkat Tahsīn, akan tetapi belum masuk kedalam kategori mamapu untuk mengajarkan `Al-Qur`ān.

Kemudian untuk perbandingan penguasaan teori tajwīd, dari hasil perhitungan yang diperoleh peneliti dengan di bantu aplikasi SPSS, secara umum bisa disimpulkan Dalam penguasaan teori tajwīd ini, setiap angkatan memiliki rata-rata perbedaan. Akan tetapi jika dilihat dari signifikansi perbedaan yang jelas, bahwa perbedaan signifikansi antara angkatan 2012 dan 2013 sebesar 0,018. itu tandanya signifikansi perbedaan tersebut <0,05 dan itu artinya antara 2012 dengan 2013 terdapat perbedaan. Selanjutnya untuk angkatan 2012 dan 2014, adanya Signifikansi perbedaan sebesar 0,00 itu tandanya siginifikansi perbedaan tersebut <0,05 Sedangkan untuk angkatan 2013 dan 2014 tidak adanya signifikansi perbedaan dikarenakan signifikansi tersebut > 0,05 yaitu sebesar 0,53.

Selanjutnya, dapat diketahui bahwa nilai signifikansi dari perbandingan angkatan dalam kategori praktek tajwīd adalah 0,89. Itu artinya signifikansi berada >0,05. Maka bisa dilihat jika signifikansi lebih besar dari 0,05 maka bisa disimpulkan bahwa secara umum, setiap angkatan dalam kategori praktek

tajwīd tidak memiliki perbedaan.

Untuk pengaruh latar belakang pendidikan terhadap penguasaan teori dan praktek tajwīd, Setelah diperoleh data mengenai rumusan masalah yang diajukan, didapat jawaban atas hipotesis awal (Ho) yang menyatakan bahwa


(37)

99

Risa Haelani, 2015

Studi Realitas Penguasaan Teori D an Praktek Tajwīd D i Kalangan Mahasiswa/Mahasiswi Prodi IPAI FPIPS UPI Angkatan 2012-2014

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Tidak Adanya Pengaruh atau hubungan latar belakang pendidikan terhadap penguasaan teori maupun praktek tajwīd diterima setelah melakukan pengujian. Bisa jadi latar belakang lain yang mempengaruhi seperti tingkat kemauan atau motivasi yang tinggi yang dimiliki oleh masing-masing responden. Untuk itu perlu adanya tindak lanjut dari PRODI IPAI itu sendiri, seperti adanya treatment atau mengadakan mata kuliah baru yang khusus mengkaji ilmu tajwīd untuk meningkatkan kualitas PRODI itu sendiri demi mencetak calon guru yang profesional.

Berdasarkan pemaparan diatas, pengaruh latar belakang pendidikan terhadap penguasaan teori maupun praktek tajwīd hanya berkontribusi masing-masing sebesar 4% dan 4,4% dan hubungan yang dimiliki antara masing masing variabel yakni latar belakang pendidikan sebagai variabel X dan penguasaan teori maupun praktek tajwīd sebagai variabel Y tersebut dikategorikan benar-benar sangat rendah dengan angka sebesar dibawah 0,00-0,199.

B. Rekomendasi

Melihat sejumlah temuan yang diperoleh dari hasil penelitian terhadap studi realitas penguasaan teori dan praktek tajwīd dikalangan mahasiswa/maahasiswi prodi IPAI angkatan 2012-2014, maka dengan ini peneliti memberikan saran dan rekomendasi yang mudah-mudahan dapat bermanfaat khususnya bagi mahasiswa dan prodi IPAI.

1. Untuk meningkatkan kualitas pembelajaran PAI khususnya dalam bidang

tajwīd, diperlukan peranan yang aktif dari dosen dan prodi yang lebih baik lagi.

2. Untuk peneliti selanjutnya, ada baiknya juga mampu menindaklanjuti hasil dari penelitian ini untuk kemudian lebih dikembangkan.

3. Kepada Prodi IPAI, perlu diadakan treatmen atau mata kuliah yang khusus mempelajari tajwīd agar mahasiswa dapat menguasinya dengan lebih baik. 4. Kepada mahasiswa/mahasiswi prodi IPAI, untuk menjadi seorang guru

yang profesional khususnya di bidang PAI, maka diharuskan untuk mempelajari suatu ilmu dengan baik salah satunya ilmu tajwīd ini


(1)

BAB V

SIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah disampaikan pada bab IV, berikut ini akan dikemukakan beberapa kesimpulan yang dapat diambil mengenai studi realitas penguasaan teori dan praktek tajwīd dikalangan mahasiswa/mahasiswi prodi IPAI angkatan 2012-2014. Secara umum realitas penguasaan teori dan tajwīd dikalangan mahasiswa IPAI FPIPS UPI Angkatan 2012-2014 ini belum sepenuhnya menguasai. Hal ini ditandai dengan adanya beberapa variabel yang dibawah kategori pada umumnya.Akan tetapi di dalam praktek tajwīd bisa disimpukan responden berada dalam kategori baik.

Pada ranah penguasaan teori tajwīd, rata-rata sebagian besar responden angkatan 2012 teori tajwīd tersebut dikuasai, dengan jumlah prosentase 79%. Untuk sifat huruf memperoleh hasil sebesar 36% dengan kategori sebagian kecil menguasai hukum tersebut, untuk hukum nūn mati dan tanwīn, sebesar 82% sebagian besar hukum tersebut dikuasai, untuk hukum ighām ṣagīr 69% dengan kategori sebagian besar menguasai tersebut dikuasai, untuk hukum

gunnaħ sebesar 88% dengan kategori sebagian besar hukum tersebut dikuasai, untuk hukum mad ṭobi’i seebsar 93% dengan kategori hampir seluruhnya hukum tersebut dikuasai, untuk mad far’i sebesar 67% sebagian besar hukum tersebut dikuasai, untuk hukum mīm mati sebesar 81% dengan kategori sebagian besar kategori tersebut dikuasai, untuk hukum Qalqalaħ sebesar 89% dengan kategori sebagian besar hukum tersebut dikuasai, untuk hukum alif lām sebanyak 92% dengan kategori hampir seluruhnya hukum tersebut dikuasai, untuk hukum Tafkhīm dan tarqīq sebanyak 83% dengan kategori sebagian besar hukum tersebut dikuasai, untuk hukum bacaan musykīlat dengan persentase sebesar 71% dengan kategori sebagian besar hukum tersebut dikuasai, dan yang terakhir untuk hukum tanda waqaf sebesar 35% dengan kategori sebagian kecil hukum tersebut dikuasai.

Selanjutnya, pada rahan pemahaman atau penguasaan teori tajwīd, rata-rata sebagian besar responden angkatan 2013 menguasai teori tajwīd tersebut,


(2)

dengan jumlah prosentase 74%. Untuk sifat huruf, sebanyak 41% dengan kategori hampir setengahnya hukum tersebut dikuasai. Untuk hukum nūn mati

dan tanwīn, sebesar 74% dengan kategori sebagian besar hukum tersebut dikuasai, untuk hukum idgham ṣagīr , sebanyak 63% dengan kategori sebagian besar hukum tersebut dikuasai. Untuk hukum gunnaħ , sebesar 88% dengan kategori sebagian besar hukum tersebut dikuasai. Untuk hukum mad

ṭobi’i, sebesar 94% dengan kategori hampir seluruhnya hukum tersebut dikuasai. Untuk hukum mad far’i, sebesar 68% dengan kategori sebagian besar hukum tersebut dikuasai. Untuk hukum mīm mati, sebesar 76% dengan kategori sebagian besar hukum tersebut dikuasai. Untuk hukum qolqolaħ, sebesar 87% dengan kategori sebagian besar hukum tersebut dikuasai. Untuk hukum alif lām, sebesar 91% dengan kategori hampir seluruhnya hukum tersebut dikuasai. Hukum Tafkhīm dan tarqīq , sebanyak 82% dengan kategori sebagian besar dikuasai. Untuk hukum bacaan musykīlat, sebanyak 73% dengan kategori sebagian besar hukum tersebut dikuasai. Dan terakhir, untuk tanda waqaf sebanyak 80% dengan kategori sebagian besar tana waqaf dikuasai oleh responden angkatan 2013.

Terakhir, untuk angkatan 2014, dengan jumlah responden sebanyak 56 responden, pada ranah pemahaman atau penguasaan teori tajwīd, rata-rata sebagian besar responden angkatan 2014 menguasai teori tajwīd tersebut, dengan jumlah prosentase 83%. Untuk sifat huruf, sebanyak 34% dengan kategori sebagian kecil hukum tersebut dikuasai. Untuk hukum nūn mati dan

tanwīn, sebesar 71% dengan kategori sebagian besar hukum tersebut dikuasai, untuk hukum idgham ṣagīr , sebanyak 57% dengan kategori sebagian besar hukum tersebut dikuasai. Untuk hukum gunnaħ , sebesar 85% dengan kategori sebagian besar hukum tersebut dikuasai. Untuk hukum mad ṭobi’i, sebesar 88% dengan kategori sebagian besar hukum tersebut dikuasai. Untuk hukum mad far’i, sebesar 63% dengan kategori sebagian besar hukum tersebut dikuasai. Untuk hukum mīm mati, sebesar 73% dengan kategori sebagian besar hukum tersebut dikuasai. Untuk hukum qolqolaħ, sebesar 85% dengan kategori sebagian besar hukum tersebut dikuasai. Untuk hukum alif lām, sebesar 87% dengan kategori sebagian besar hukum tersebut dikuasai. Hukum


(3)

Tafkhīm dan tarqīq , sebanyak 79% dengan kategori sebagian besar dikuasai. Untuk hukum bacaan musykīlat, sebanyak 41% dengan kategori hampir setengahnya hukum tersebut dikuasai. Dan terakhir, untuk tanda waqaf sebanyak 52% dengan kategori lebih dari setengahnya tanda waqaf dikuasai oleh responden angkatan 2014.

Penguasaan praktek tajwīd dikalangan mahasiswa/mahasiswi prodi IPAI tersebut masuk ke dalam kategori baik. Hal ini ditandai dengan adanya masing masing prosentase untuk angkatan 2012 sebesar 80, dilakukan dengan cara tes membaca `Al-Qur`ān dan hasilnya belum cukup maksimal karena mayoritas mahasiwa/mahasiswi prodi IPAI berada pada tingkat TT, itu artinya mereka belum cukup fasih berhak untuk mengajarkan `Al-Qur`ān atau bisa dikatakan belum mencapai tingkat Tahsīn, akan tetapi belum masuk kedalam kategori mamapu untuk mengajarkan `Al-Qur`ān.

Kemudian untuk perbandingan penguasaan teori tajwīd, dari hasil perhitungan yang diperoleh peneliti dengan di bantu aplikasi SPSS, secara umum bisa disimpulkan Dalam penguasaan teori tajwīd ini, setiap angkatan memiliki rata-rata perbedaan. Akan tetapi jika dilihat dari signifikansi perbedaan yang jelas, bahwa perbedaan signifikansi antara angkatan 2012 dan 2013 sebesar 0,018. itu tandanya signifikansi perbedaan tersebut <0,05 dan itu artinya antara 2012 dengan 2013 terdapat perbedaan. Selanjutnya untuk angkatan 2012 dan 2014, adanya Signifikansi perbedaan sebesar 0,00 itu tandanya siginifikansi perbedaan tersebut <0,05 Sedangkan untuk angkatan 2013 dan 2014 tidak adanya signifikansi perbedaan dikarenakan signifikansi tersebut > 0,05 yaitu sebesar 0,53.

Selanjutnya, dapat diketahui bahwa nilai signifikansi dari perbandingan angkatan dalam kategori praktek tajwīd adalah 0,89. Itu artinya signifikansi berada >0,05. Maka bisa dilihat jika signifikansi lebih besar dari 0,05 maka bisa disimpulkan bahwa secara umum, setiap angkatan dalam kategori praktek

tajwīd tidak memiliki perbedaan.

Untuk pengaruh latar belakang pendidikan terhadap penguasaan teori dan praktek tajwīd, Setelah diperoleh data mengenai rumusan masalah yang diajukan, didapat jawaban atas hipotesis awal (Ho) yang menyatakan bahwa


(4)

Tidak Adanya Pengaruh atau hubungan latar belakang pendidikan terhadap penguasaan teori maupun praktek tajwīd diterima setelah melakukan pengujian. Bisa jadi latar belakang lain yang mempengaruhi seperti tingkat kemauan atau motivasi yang tinggi yang dimiliki oleh masing-masing responden. Untuk itu perlu adanya tindak lanjut dari PRODI IPAI itu sendiri, seperti adanya treatment atau mengadakan mata kuliah baru yang khusus mengkaji ilmu tajwīd untuk meningkatkan kualitas PRODI itu sendiri demi mencetak calon guru yang profesional.

Berdasarkan pemaparan diatas, pengaruh latar belakang pendidikan terhadap penguasaan teori maupun praktek tajwīd hanya berkontribusi masing-masing sebesar 4% dan 4,4% dan hubungan yang dimiliki antara masing masing variabel yakni latar belakang pendidikan sebagai variabel X dan penguasaan teori maupun praktek tajwīd sebagai variabel Y tersebut dikategorikan benar-benar sangat rendah dengan angka sebesar dibawah 0,00-0,199.

B. Rekomendasi

Melihat sejumlah temuan yang diperoleh dari hasil penelitian terhadap studi realitas penguasaan teori dan praktek tajwīd dikalangan mahasiswa/maahasiswi prodi IPAI angkatan 2012-2014, maka dengan ini peneliti memberikan saran dan rekomendasi yang mudah-mudahan dapat bermanfaat khususnya bagi mahasiswa dan prodi IPAI.

1. Untuk meningkatkan kualitas pembelajaran PAI khususnya dalam bidang

tajwīd, diperlukan peranan yang aktif dari dosen dan prodi yang lebih baik lagi.

2. Untuk peneliti selanjutnya, ada baiknya juga mampu menindaklanjuti hasil dari penelitian ini untuk kemudian lebih dikembangkan.

3. Kepada Prodi IPAI, perlu diadakan treatmen atau mata kuliah yang khusus mempelajari tajwīd agar mahasiswa dapat menguasinya dengan lebih baik. 4. Kepada mahasiswa/mahasiswi prodi IPAI, untuk menjadi seorang guru

yang profesional khususnya di bidang PAI, maka diharuskan untuk mempelajari suatu ilmu dengan baik salah satunya ilmu tajwīd ini


(5)

DAFTAR PUSTAKA

... (2005). `Al-Qur`ān Tajwid dan Terjemahannya. (Lajnah Pentashih `Al-Qur`ān Departemen Agama Republik Indonesia, Trans.) Depok: al-Huda.

Abdul Mujid Ismail, M. U. (1995). Pedoman Ilmu Tajwīd. Surabaya: Karya Abditama.

Abdurohim, A. I. (2003). Pedoman Ilmu Tajwīd Lengkap. Bandung: CV Penerbit Diponegoro.

Al-Qurtubi, S. I. (2009). Al-Jami' Ali Ahkaaam `Al-Qur'an. (M. B. Mukti, Ed., A. Khatib, D. Rosyadi, Faturrahman, & Fachrurazi, Trans.) Jakarta Selatan: Pustaka Azzam.

Annuri, A. (2009). Panduan Tahsīn Tilawah `Al'Qur'ān dan Pembahasan Ilmu Tajwīd. Tangerang, Banten: Yayasan Bintang Sejahtera.

Aziz, T. A. (2011). Tahsīn For Beginners (Pembahasan Kaidah Tajwīd Praktis dan Aplikatif Menuju Pribadi Mahir Membaca `Al-Qur'ān). Bandung: Baqi Center.

Bungin, B. (2012). Penelitian Kualitatif. Jakarta: Kencana.

Fakhruddin, A. (2014). Urgensi Pendidikan Nilai Untuk Memecahkan Problematika Nilai Dalam Konyeks Persekolahan. Ta'lim , 96.

Faqih, A. (1987). Pelajaran Tajwīd. Jakarta: Nidya Pustaka.

Hanapi, A. (2013). Materi Praktis Tahsīn Tilawah 1. Bandung: Taq-Q Press. Isjoni. (2009). Guru Sebagai Motivator Perubahan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Ismail, A. M., & Nawawi, M. U. (1995). Pedoman Ilmu Tajwīd. Surabaya: Karya

Abditama.

Muhammad, S. (2008). Pengantar Ilmu Tafsir. (U. Ismail, Trans.) Jakarta: Darus Sunnah Press.

Mustafidah, T. T. (2011). Penelitian Kuantitatif. Bandung: Alfabeta.

Prasetyo, B., & Jannah, L. M. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif : Teori dan Aplikasi. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.

Rahman, N. A. (2014). Studi Realitas Ekspektasi Guru Dalam Penggunaan Media Pembelajaran PAI Di SMP Kota Bandung. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.


(6)

Riduwan. (2012). Belajar Mudah Penelitian untuk Guru-Karyawan dan Peneliti Pemula. (H. Husdarta, Akdon, N. Mulyono, Subandi, & H. Patmawati, Eds.) Bandung: Alfabeta.

Ruhimat, T. (2009). Kurikulum Pembelajaran. (M. Sumantri, Ed.) Bandung: Tim Pengembang MKDP Kurikulum Pembelajaran.

Saudagar, F. (2009). Pengembangan Profesionalitas Guru. (H. M. Yamin, Ed.) Jambi: Gaung Persada (GP Press) Jakarta.

Shihab, M. Q. (2009). Tafsir Al-misbah Pesan,kesan, dan Keserasian `Al-Qur'ān (Vol. 15). Jakarta: Lentera Hati.

Soenarto, A. (1988). Pelajaran Tajwīd Praktis dan Lengkap. Jakarta: Bintang Terang.

Silalahi, U. (2009). Metode Penelitian Sosial. Bandung: PT Refika Aditama. Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Cv.Alfabeta.

Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta Bandung.

Sukmadinata, N. S. (2011). Metode Penelitian Pendidikan . Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Sunyoto, D. (2010). Uji Khi dan Regresi untuk Penelitian . Yogyakarta: Graha Ilmu.

Taniredja, T., & Mustafidah, H. (2011). Penelitian Kuantitatif. Bandung: Alfabeta.

Umar, H. (2008). Desain Penelitian Msdm Dan Perilaku Karyawan:paradigma positivistik dan berbasis pemecahan masalah. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Umar, N. (2008). Ulumul Qur'ān (mengungkap makna-makna tersembunyi `Al-Qur'ān). Jakarta: Al-Ghazali Center.

Yahya, W. (2002). Cepat Belajar Tajwīd. Bandung: yayasan baitul Hikmah Indonesia.