KAJIAN LINGUISTIK KLINIS PADA PENDERITA BELL’S PALSY: STUDI KASUS KESULITAN ARTIKULASI FONEM KONSONAN DAN UPAYA PENANGGULANGANNYA.

(1)

KAJIAN LINGUISTIK KLINIS PADA PENDERITA

BELL’S

PALSY: STUDI KASUS KESULITAN ARTIKULASI FONEM

KONSONAN DAN UPAYA PENANGGULANGANNYA

TESIS

Diajukan untuk memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh

gelar Magister Humaniora

Oleh:

Ana Roviana Purnamasari, S.Pd

NIM 1201683

PROGRAM STUDI LINGUISTIK SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA


(2)

KAJIAN LINGUISTIK KLINIS PADA PENDERITA BELL’S PALSY: STUDI KASUS KESULITAN ARTIKULASI FONEM KONSONAN DAN

UPAYA PENANGGULANGANNYA

Oleh

Ana Roviana Purnamasari, S.Pd UIN Sunan Gunung Djati, 2011

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Humaniora (M.Hum.) pada Prodi Linguistik

© Ana Roviana Purnamasari 2015

Universitas Pendidikan Indonesia

Januari 201

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,


(3)

ANA ROVIANA PURNAMASARI, S.Pd

KAJIAN LINGUISTIK KLINIS PADA PENDERITA BELL’S PALSY: STUDI KASUS KESULITAN ARTIKULASI FONEM KONSONAN DAN

PENANGGULANGANNYA

Disetujui dan disahkan oleh pembimbing:

Pembimbing 1

Hj. Dr. Vismaia S. Damayanti, MA 196704151912032001

Pembimbing 2

Dr. Dadang Sudana, MA 196001201987031001

Mengetahui,

Ketua Program Studi Linguistik

Dr. Dadang Sudana, MA 196001201987031001


(4)

Ana Roviana Purnamasari, 2015

Kajian Linguistik klinis pada penderita Bellss Palsy

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABSTRAK

Penelitian yang berjudul “Kajian Linguistik Klinis pada Penderita Bell’s Palsy: Studi Kasus Kesulitan Artikulasi Fonem Konsonan dan Upaya Penanggulangannya”. Penelitian ini mengenai gejala kebahasaan yang dialami penderita Bell’s Palsy dalam kesulitan mengartikulasikan fonem konsonan bilabial, labiodental dan apikoalveolar. Ada tiga rumusan masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini: (1)bagaimana kemampuan penderita Bell’s Palsy dalam mengujarkan fonem konsonan, (2)bagaimana pola perubahan fonem konsonan yang muncul dari kesulitan artikulasi penderita Bell’s Palsy, dan (3)upaya apa yang dapat dilakukan dalam menangulangi kesulitan artikulasi fonem konsonan pada penderita Bell’s palsy. Untuk menjawab masalah tersebut, tahap pengumpulan data dimulai dengan tes pelafalan kata, wawancara serta observasi. Setelah dikumpulkan ujaran-ujaran yang dihasilkan penderita BP, data diklasifikasikan berdasarkan kemampuan ujaran penderita BP, pola perubahan bunyinya dan upaya apa yang dapat dilakukan dalam membantu penderita BP untuk dapat mengartikulasikan fonem konsonan bilabial, labiodentals dan apikoalveolar dengan benar. Kesalahan yang dilakukan penderita BP adalah dengan penghilangan dan penggantian fonem. Seiring pulihnya kondisi fisik khususnya artikulator penderita BP, kemampuan berbahasa penderita BP pun membaik. Tes pelafalan kata dalam penelitian ini masih kurang beragam dan terstruktur, maka dari itu diharapkan untuk penelitian berikutnya dapat mengnyempurnakan kekurangan-kekurangan yang ada pada penelitian ini.

Kata Kunci: linguistik klinis, kesulitan artikulasi, fonem konsonan, bilabial, labiodentals, apikoalveolar


(5)

Ana Roviana Purnamasari, 2015

Kajian Linguistik klinis pada penderita Bellss Palsy

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABSTRACT

The research, entitled "Kajian Linguistik Klinis pada Penderita Bell’s Palsy: Studi Kasus Kesulitan Artikulasi Fonem Konsonan dan Upaya Penanggulangannya ". This research is about language phenomenon difficulties articulation consonants bilabial,

labiodentals, apikoalveolar of Bell’s Palsy patient. There are three formula problem

that will be examined in this study: (1) how Bell's Palsy sufferer's capabilities in articulation consonant phonemes, (2) how the patterns of consonantal phoneme changes that arise from the difficulty of articulation with Bell's Palsy, and (3) what efforts can be use to helps the difficulty of articulation consonants phonemes in

Bell’s Palsy patient. To answer these problems, data collection stage begins with the

word pronunciation test, interview and observation. Once collected and conducted the the speech generated of BP patient, the data classified based on the ability of speech pattern changes, it reads and what can be done to help patient with BP to be able to articulate the bilabial labiodentals and apikoalveolar consonants. The mistakes made with BP patient are removal and replacement of phonemes. Along with the return to physical conditions in particular articulator the sufferer of BP, BP patient language proficiency was improved. The variety of pronunciation test in this research is limited and unstructured, therefore expectation subsequent research can fill the deficiencies that exist in this study.

KeyWords: clinical linguistics, the difficulty of articulation, consonants, bilbial, labiodentals, apikoalveolar


(6)

Ana Roviana Purnamasari, 2015

Kajian Linguistik klinis pada penderita Bells’s Palsy

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR ISI

HALAMAN PERNYATAAN...

ABSTRAK……….

KATA PENGANTAR……….

UCAPAN TERIMAKASIH………

DAFTAR ISI……….

BAFTAR BAGAN………

DAFTAR GAMBAR………

DAFTAR TABEL ………

BAB I PENDAHULUAN ………...

1.1Latar Belakang Masalah ………...………..……….

1.2Rumusan Masalah………..

1.3Tujuan Penelitian………... 1.4Signifikansi Penelitia……….

1.5Lingkup Penelitian……….

1.6Definisi Operasional………...………... 1.7Struktur Organisasi Tesis..………...………..

BAB II LANDASAN TEORETIS………

2.1Bell’s Palsy………..………..

2.1.1Linguistik Klinis………

2.1.2Anatomi……….

2.1.3 Penyebab Bell’s Palsy………..……….. 2.1.4 Gejala Bell’s Palsy………..………..

2.1.5 Pemeriksaan Fisik………..………

i ii iv v vii xi xii xiii 1 1 3 3 4 4 4 5 7 7 8 9 10 10 11


(7)

Ana Roviana Purnamasari, 2015

Kajian Linguistik klinis pada penderita Bells’s Palsy

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 2.1.6 Kesulitan Artikulasi Pada Penderita Bell’s Palsy……….. 2.2 Teori Pemerolehan Fonologi ….………..……….. 2.3 Proses Artikulasi ……….……….. 2.4 Alat Ucap ……….………. 2.5Pengucapan Fonem Konsonan……….……….. 2.5.1 Konsonan Bilabial……….

2.5.2 Konsonan Labiodental……..………

2.5.3Konsonan Apikoalveolar………

2.6Perubahan Bunyi……….………

2.6.1 Asimilasi……… 2.6.2 Disimilasi……….………...

2.6.3Zeroisasi……….

2.6.4Metatesis………,………...

2.6.5Anaptikis………...……….

2.7Pola Fonotaktik Bahasa Indonesia………

2.8Silabel atau Suku Kata………

2.8.1 Struktur Silabel………. 2.8.2 Urutan Senoritas……… 2.9Terapi Fisik dan Bicara pada Penderita BP …..………

2.9.1Terapi Fisik…...……….

2.9.2Terapi Bicara……….

2.10 Penelitian Sebelumnya Tentang Kesulitan Berbahasapada Penderita BP….………

BAB III METODE PENELITIAN .……….………..

3.1 Metode Penelitian………..

3.2 Partisipan………... 12 14 15 17 23 25 25 26 27 27 27 28 28 28 29 29 30 30 31 31 32 32 34 34 35


(8)

Ana Roviana Purnamasari, 2015

Kajian Linguistik klinis pada penderita Bells’s Palsy

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 3.3 Prosedur Pengumpulan Data……….

3.3.1 Tes Pelafalan Kata……….

3.3.2 Wawancara………. 3.3.3 Observasi………... 3. 4 Tempat dan Waktu Penelitian………... 3.5 Prosedur Analisis Data………... 3.5.1 Analisis Artikulasi Penderita BP dalam Mengujarkan Konsonan

Bilabial, Labiodental dan Apikoalveolar……… 3.5.2 Analisis Pola Perubahan Penderita BP dalam Mengujarkan

Fonem Konsonan Bilabial, Labiodental dan Apikoalveolar………... 3.5.3 Deskripsi Upaya yang Dapat Dilakukan dalam Menangulangi

Kesulitan Artikulasi Fonem Konsonan pada Penderita BP……….

BAB IV TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 1.1Analisis Tuturan penderita BP dalam Mengartikulasikan Konsonan

Bilabial, Labiodental dan Apikoalveolar……….. 1.1.1 Analisis Tuturan penderita BP dalam Mengartikulasikan

Konsonan Bilabial……….. 1.1.1.1Artikulasi Konsonan Bilabial [b], [p], dan [m] pada Posisi

Awal……… 1.1.1.2Artikulasi Konsonan Bilabial [b], [p], dan [m] pada Posisi

Tengah……… 1.1.1.3Artikulasi Konsonan Bilabial [b], [p], dan [m] pada Posisi

Akhir……… 1.1.2 Analisis Tuturan penderita BP dalam Mengartikulasikan

36 36 37 38 38 39 39 41 41 42 42 43 44 46 49


(9)

Ana Roviana Purnamasari, 2015

Kajian Linguistik klinis pada penderita Bells’s Palsy

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Konsonan Labiodentals pada Kata……… 1.1.2.1Artikulasi Konsonan Labiodental [f] dan [v] pada Posisi

Awal………. 1.1.2.2Artikulasi Konsonan Labiodental [f] dan [v] pada Posisi

Tengah………. 1.1.2.3Artikulasi Konsonan Labiodental [f] pada Posisi Akhir…… 1.1.3 Analisis Tuturan penderita BP dalam Mengartikulasikan

Konsonan Apikoalveolar pada Kata………... 1.1.3.1Artikulasi Konsonan Apikoalveolar [t], [n], [l] dan [r] pada

Posisi Awal……….. 1.1.3.2Artikulasi Konsonan Apikoalveolar [t], [n], [l] dan [r] pada

Posisi Tengah………... 1.1.3.3Artikulasi Konsonan Apikoalveolar [t], [n], [l] dan [r] pada

Posisi Akhir………. 1.2Analisis Pola Kesalahan Artikulasi Bunyi Konsonan Penderita BP…..

1.2.1 Analisis Kesalahan Artikulasi Penderita BP Pola Substitusi….. 1.2.2 Analisis Kesalahan Artikulasi Penderita BP Pola Omisi……… 1.3Upaya Dalam Menangulangi Kesulitan Artikulasi Pada Penderita BP..

1.3.1 Terapi Fisik Pada Penderita BP……….. 1.3.2 Terapi Bahasa Pada Penderita BP………...

BAB V SIMPULAN DAN SARAN……….

5.1 Simpulan ………... 5.2 Saran………..

DAFTAR PUSTAKA………

49 50 52 53 54 56 58 62 64 64 73 75 76 79 79 79 81 83


(10)

Ana Roviana Purnamasari, 2015

Kajian Linguistik klinis pada penderita Bells’s Palsy


(11)

Ana Roviana Purnamasari, 2015

Kajian Linguistik klinis pada penderita Bells’s Palsy

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Struktur Silabel………..

Bagan 2.2 Urutan Sonoritas………

30 31


(12)

Ana Roviana Purnamasari, 2015

Kajian Linguistik klinis pada penderita Bells’s Palsy

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Bell’s Palsy ……… Gambar 2.2 Alat Ucap……… Gambar 4.1 Saraf fasialis yang memperlihatkan distribusi motorik,

sensorik dan parasimpatis……….. Gambar 4.2 Anatomi Wajah Dengan Titik Totokan………..

8 19

75 76


(13)

Ana Roviana Purnamasari, 2015

Kajian Linguistik klinis pada penderita Bells’s Palsy

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Konsonan Bahasa Indonesia……….. Tabel 2.2 Fitur Distingtif Konsonan Bahasa Indonesia……….. Tabel 3.1 Instrumen Fonem Konsonan Bilabial, Labiodental dan

Apikoalveolar Penderita BP……….. Tabel 3.2 Indikator Penilaian………. Tabel 4.1 Tuturan Penderita BP dalam Melafalkan Konsonan Bilabial….. Tabel 4.2 Ujaran Fonem Konsonan /b/ Posisi Awal Kata………. Tabel 4.3 Ujaran Fonem Konsonan /p/ Posisi Awal Kata………. Tabel 4.4 Ujaran Fonem Konsonan /m/ Posisi Awal Kata……… Tabel 4.5 Ujaran Fonem Konsonan /b/ Posisi Tengah Kata……….. Tabel 4.6 Ujaran Fonem Konsonan /p/ Posisi Tengah Kata……….. Tabel 4.7 Ujaran Fonem Konsonan /m/ Posisi Tengah Kata………. Tabel 4.8 Tuturan Penderita BP dalam Melafalkan Konsonan Labiodental... Tabel 4.9 Ujaran Fonem Konsonan /f/ Posisi Awal Kata……….. Tabel 4.10 Ujaran Fonem Konsonan /v/ Posisi Awal Kata……… Tabel 4.11 Ujaran Fonem Konsonan /f/ Posisi Tengah Kata………. Tabel 4.12 Ujaran Fonem Konsonan /v/ Posisi Awal Kata……… Tabel 4.13 Ujaran Fonem Konsonan /f/ Posisi Akhir Kata……… Tabel 4.14 Tuturan Penderita BP dalam Melafalkan Konsonan Labiodental. Tabel 4.15 Ujaran Fonem Konsonan /t/ Posisi Awal Kata………. Tabel 4.15 Ujaran Fonem Konsonan /n/ Posisi Awal Kata……… Tabel 4.16 Ujaran Fonem Konsonan /l/ Posisi Awal Kata………. Tabel 4.17 Ujaran Fonem Konsonan /r/ Posisi Awal Kata……… Tabel 4.18 Ujaran Fonem Konsonan /t/ Posisi Tengah Kata……….. Tabel 4.19 Ujaran Fonem Konsonan /n/ Posisi Tengah Kata………

21 24 37 40 43 44 45 46 47 48 48 50 51 51 52 53 54 55 56 57 58 58 59 60


(14)

Ana Roviana Purnamasari, 2015

Kajian Linguistik klinis pada penderita Bells’s Palsy

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tabel 4.20 Ujaran Fonem Konsonan /l/ Posisi Tengah Kata………. Tabel 4.21 Ujaran Fonem Konsonan /r/ Posisi Tengah Kata………. Tabel 4.22 Ujaran Fonem Konsonan /t/ Posisi Akhir Kata……… Tabel 4.23 Ujaran Fonem Konsonan /l/ Posisi Akhir Kata……… Tabel 4.24 Ujaran Fonem Konsonan /r/ Posisi Akhir Kata……… Tabel 4.24 Kesalahan Artikulasi Pola Substitusi……… Tabel 4.25 Pola Kesalahan Substitusi Berdasarkan Posisi Pada Kata……… Tabel 4.26 Pola Kesalahan Omisi Penderita BP………. Tabel 4.27 Ujaran Fonem Bilabial, Labiodental dan Apikoalveolar Penderita

BP Sebelum dan Sesudah Dilakukan Treatment………. 60 61 62 63 63 65 67 74


(15)

Ana Roviana Purnamasari, 2015

Kajian Linguistik klinis pada penderita Bells’s Palsy

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Bahasa adalah alat verbal yang digunakan untuk berkomunikasi (Chaer, 2002:30). Bahasa merupakan alat terpenting dalam berkomunikasi antar manusia. Pada hakikatnya manusia merupakan mahluk sosial yang hidup berinteraksi dengan mahluk lainnya dan bahasa berperan sebagai media dalam menyampaikan pesan, gagasan, informasi, serta perasaan. Bahasa memiliki berbagai macam sifat antara lain bahasa itu universal, dinamis, arbitrer, unik, dan bervariasi. Bahasa merupakan rangkaian bunyi dan tulisan yang melambangkan gagasan serta ekspresi diri bagi pemakainnya.

Pemakaian bahasa ini bisa berupa lisan dan tulisan, yang keduanya memiliki sistem yang sistematis dan terstruktur. Dalam bentuk lisan atau bunyi terdapat komponen utama yakni sumber tenaga, alat ucap, dan rongga pengubah getar. Adapun kajian linguistik yang mendalami bidang ini adalah fonologi.

Menurut Abdul Chaer (2003:102), secara etimologi istilah “fonologi” ini dibentuk dari kata “fon” yang bermakna “bunyi” dan “logi” yang berarti “ilmu”. Jadi, secara sederhana dapat dikatakan bahwa fonologi merupakan ilmu yang mempelajari bunyi-bunyi bahasa pada umumnya dan menurut Verhaar (1984:36) fonologi merupakan bidang khusus dalam linguistik yang mengamati bunyi-bunyi suatu bahasa tertentu sesuai dengan fungsinya untuk membedakan makna leksikal dalam suatu bahasa. Fonologi merupakan bidang ilmu linguistik yang mempelajari bunyi-bunyi suatu bahasa tertentu yang dihasilkan atau yang diujarkan oleh manusia. Terdapat dua kajian utama dalam bidang fonologi, yakni fonetik dan fonemik. Secara umum fonetik adalah ilmu yang mempelajari struktur bunyi bahasa. Definisi lain dari


(16)

2

Ana Roviana Purnamasari, 2015

Kajian Linguistik klinis pada penderita Bells’s Palsy

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

fonetik adalah satu bidang ilmu yang mengkaji ciri-ciri bahasa yang konkret, dapat diukur, artikularis, akustis, dan auditif serta mencakup pembentukan bunyi dan pembedaan bunyi bahasa. Fonetik berkaitan erat dengan fonologi yang membahas tentang fonem bunyi bahasa yang membedakan arti, ciri-ciri, hubungan dan sistem yang relefan. Fonetik mengkaji bagaimana bunyi fonem sebuah bahasa direalisasikan atau dilafalkan dan mengkaji cara kerja organ tubuh atau alat ucap yang dimiliki manusia. Fonemik mengkajian bagaimana satuan bunyi terkecil suatu bahasa yang dapat atau berfungsi membedakan makna (Chaer, 2013:3).

Berdasarkan di mana beradanya bunyi bahasa, dibedakan tiga macam fonetik, yaitu fonetik artikulatoris, fonetik akustik dan fonetik auditoris (Chaer, 2013:10). Fonetik artikulatoris mengkaji bagaimana bunyi bahasa itu diproduksi dalam alat ucap penutur. Adapun fonetik akustik mengkaji proses ujaran atau bunyi bahasa itu terdengar oleh lawan bicara penutur. Di samping itu fonetik audiotoris mengkaji bagaimana ujaran atau bunyi bahasa itu berada atau terdengar oleh lawan tuturnya.

Proses artikulasi bahasa melibatkan sistem yang sangat komplek dan melibatkan berbagai organ tubuh manusia. Gangguan atau kerusakan pada organ bicara dapat menggangu proses komunikasi. Penelitian ini akan mengkaji tentang seorang pengidap Bell’s Palsy yang mengalami kesulitan dalam mengrartikulasikan fonem konsonan. Bell’s Palsy (BP) adalah kondisi lumpuh pada saraf fasialis perifer yang bersifat unilateral, dan untuk mengetahui penyebab pastinya harus dilakukan langkah medis mendalam, namun BP ini tidak disertai oleh gangguan pendengaran, dan kelainan neurologi lainnya (Triana, 2011:2). Penderita BP akan mengalami ketidak mampuan dalam mengendalikan otot-otot wajah yang terkena effeknya. Bell’s Palsy ini pada umumnya menyerang hanya pada sebagian wajah saja, tidak keseluruhan bagian wajah.


(17)

3

Ana Roviana Purnamasari, 2015

Kajian Linguistik klinis pada penderita Bells’s Palsy

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pada kasus ini ditemukan adanya gangguan bahasa yang dialami penderita

Bell’s Palsy. Yang terjadi adalah penderita kesulitan mengartikulasikan fonem-fonem dengan baik. Ini disebabkan oleh kelumpuhan syaraf pada sebagian wajah yang berdampak fungsi alat ucap menjadi tidak optimal.

Berdasarkan pemaparan di atas, penelitian ini akan fokus dalam memperoleh informasi fonem-fonem konsonan yang sulit diartikulasikan oleh penderita BP, pola yang muncul dari kesulitan artikulasi fonem konsonan dan upaya penanggulangannya.

Tidak banyak penelitian yang menyinggung tentang BP yang berdampak pada proses bicara, namum beberapa penelitian seperti yang dilakukan Sara Howard, Anne Harding Bell mengenai cleft palate (bibir sumbing), autis oleh Tom Muskett, aphasia oleh Ray Wilkinson, traumatic brain injury oleh Richard Body merupakan beberapa penelitian yang menjadi kajian linguisti klinis dan beberapa penelitian juga menjadi parameter untuk penelitian-penelitian selanjutnya. Penelitian ini juga merupakan gagasan yang terinspirasi oleh penelitian-penelitian tersebut.

1.2 Rumusan Masalah

Berkaitan dengan judul tesis ini adalah Kajian Linguistik Klinis pada Penderita

Bell’s Palsy: Studi Kasus Kesulitan Artikulasi Fonem Konsonan dan Upaya Penanggulangannya”. Untuk menghindari pembahasan yang meluas dan tidak keluar dari bahasan judul di atas, maka penulis memcoba untuk merumuskan masalah dalam tesis ini sebagai berikut:

1. Bagaimana kemampuan penderita Bell’s Palsy dalam mengujarkan fonem konsonan?

2. Bagaimana pola perubahan fonem konsonan yang muncul dari kesulitan artikulasi penderita Bell’s Palsy?


(18)

4

Ana Roviana Purnamasari, 2015

Kajian Linguistik klinis pada penderita Bells’s Palsy

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3. Upaya apa yang dapat dilakukan dalam menangulangi kesulitan artikulasi fonem konsonan pada penderita Bell’s palsy?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan dan batasan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui kemampuan penderita Bell’s Palsy dalam mengujarkan

fonem konsonan

2. Untuk mengetahui pola perubahan fonem konsonan yang muncul dari kesulitan artikulasi penderita Bell’s Palsy

3. Untuk mengetahui upaya apa yang dapat dilakukan untuk menanggulangi kesulitan artikulasi fonem konsonan penderita Bell’s palsy.

1.4 Signifikansi Penelitian

Adapun hasil dari peneliatian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi peneliti sendiri maupun kontribusi positif pada perkembangan keilmuan linguistik khususnya terhadap perkembangan bidang ilmu fonologi. Dan melalui penelitian ini juga diharapkan memberikan kontribusi kepada penderita BP untuk menanggulangi kesulitan pengartikulasian fonem konsonan.

1.5 Lingkup Penelitian

Penelitian ini, hanya mendeskripsikan pengartikulasian fonem penderita Bell’s Palsy pada konsonan bilabial, labiodental, dan apikoalveolar. Hal ini didasarkan kepada kerusakan yang disebabkan Bell’s Palsy yang menyerang pada artikulator yaitu bibir dan lidah saja. Bunyi-bunyi ini kemudian ditranskripsikan kedalam transkipsi fonetis dan dianalisis menggunakan perubahan bunyi menurut Muslich. Dengan pembatasan masalah ini, maka pembahasan penelitian tidak meluas hanya berfokus kepada


(19)

5

Ana Roviana Purnamasari, 2015

Kajian Linguistik klinis pada penderita Bells’s Palsy

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kemampuan penderita BP dalam mengartikulasikan konsonan yang melibatkan artikulator bibir dan lidah, pola kesulitan dalam mengartikulasikan fonem konsonan, serta upaya penanggulangan kesulitan artikulasi fonem konsonan yang diderita penderinta BP.

1.6 Definisi Operasional

1. Linguistik klinis merupakan cabang ilmu linguistik terapan yang berhubungan dengan masalah gangguan kebahasaan (Mulawarman: 2009). Dan menurut Cumming linguistik klinis merupakan kajian yang membahas kapasitas bahasa manusia yang memiliki kelainan dalam berbahasa.

2. Bell’s palsy adalah kelumpuhan saraf fasialis perifer yang bersifat unilateral, penyebabnya tidak diketahui (idopatik), akut dan tidak disertai oleh gangguan pendengaran, maupun kelainan neurologi lainnya.

3. Studi kasus merupakan pengujian secara rinci terhadap satu latar atau satu orang objek atau satu tempat penyimpanan dokumen atau satu peristiwa tertentu (Bogdan dan Bikien)

4. Kesulitan artikulasi merupakan salah satu dari bentuk gangguan bicara. Gangguan bicara merupakan adalah ketidakmampuan atau kesulitan seorang untuk memproduksi suara yang spesifik untuk bicara atau adanya gangguan dalam kualitas suara. Hal ini bisa berupa gangguan pada artikulasi, gangguan pada fonasi, gangguan irama kelancaran bicara, gangguan tekanan suara (pitch) secara umum gangguan berbicara meliputi, gangguan kefasihan, gangguan artikulasi, dan gangguan suara.

5. Fonem konsonan adalah bunyi bahasa yang diproduksi dengan cara, setelah arus ujar keluar dari glottis, lalu mendapatkan hambatan pada alat-alat ucap di dalam rongga mulu atau hidung (Chaer, 2013:48).


(20)

6

Ana Roviana Purnamasari, 2015

Kajian Linguistik klinis pada penderita Bells’s Palsy

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

6. Bilabial merupakan bunyi yang dihasilkan oleh bibir bawah dan bibir atas. Bunyi-bunyi yang dihasilkan itu antara lain [p], [b], [m].

7. Labiodental merupakan bunyi yang dihasilakn oleh bibir bibir bawah dan gigi atas. Bunyi-bunyi yang dihasilkan itu antara lain [f] dan [v]

8. Apikoalveolar merupakan bunyi yang dihasilkan oleh ujung lidah dan gusi atas. Bunyi-bunyi yang dihasilkan antara lain [t], [d], [n], [l] dan [r]

1.7 Struktur Organisasi Tesis

Adapun sistematika penulisan tesis ini adalah sebagai berikut:

1. BAB I merupakan bab pembuka yang berisikan latar belakang masalah penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka teoritis dan sistematika penulisan.

2. BAB II merupakan bab yang berisikan landasan teoritis. Didalamnya akan dipaparkan teori-teori yang terkait dengan penelitian, juga berbagai macam pendapat serta segala hal yang menjadi dasar penelitian dan hal-hal yang membantu dalam proses penganalisaan.

3. BAB III merupakan bab yang berisikan metode penelitian. Dalam bab ini akan dijelaskan langkah-langkah penelitian, spesifikasi penelitian, partisipan, metode pengumpulan data dan metode analisis data.

4. BAB IV merupakan bab yang berisikan hasil penelitian dan pembahasanya. Dalam bab ini hasil analisis dari bab sebelumnya coba ditafsirkan. Dan dijelaskan pula bagaimana pertanyaan penelitian ini terjawab, yang mana dikaitkan dengan teori-teori yang ada.

5. BAB V merupakan bab terakhir yang memuat kesimpulan dari empat bab sebelumnya dan saran bagi penelitian selanjutnya.


(21)

Ana Roviana Purnamasari, 2015

Kajian Linguistik klinis pada penderita Bells’s Palsy

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODE PENELITIAN

Bab III ini menjelaskan prosedur untuk menjawab pertanyaan yang ada dalam penelitian. Pemaparan pada bab ini dimulai dengan permasalahan penelitian, metode penelitian, sumber data, partisipan penelitian, prosedur pengumpulan data, tempat dan waktu penelitian, dan prosedur analisis data.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kemampuan penderita BP dan pola perubahan bunyi konsonan bilabial, labiodental, dan apikoalveolar pada penderita BP ketika dia berujar.

3.1 Metode Penelitian

Untuk menjawab pertanyaan penelitian yang tercantum di atas, maka perlu dipilih metode penelitian yang tepat. Metode penelitian digunakan untuk memberikan gambaran yang komprehensif, konsisten dan akurat mengenai prosedur penelitian supaya peneliti lain dapat mereplikasi penelitian yang dilakukan dan cara menganalisis data yang dipakai.

Metode penelitian yang pilih untuk penelitian ini adalah penelitian kualitiatif deskriptif. Creswell (1998) memandang penelitian kualitatif sebagai proses penelisikan dan eksplorasi permasalah sosial. Dalam penelitian kualitatif, peneliti menggambarkan fenomena secara menyeluruh (holistik), menganalisis kata-kata, melaporkan tinjauan mengenai partisipan secara rinci, dan m elakukan penelitiannya dalam setting alamiah.


(22)

35

Ana Roviana Purnamasari, 2015

Kajian Linguistik klinis pada penderita Bells’s Palsy

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Metode penelitian kualitatif memiliki ciri-ciri antara lain: (1) menggunakan latar ilmiah (natural setting); (2) peneliti sebagai instrumen kunci (key instrument); (3) data yang dikumpulkan berupa kata-kata atau gambaran sesuatu bukan berupa angka-angka; (4) data dianalisis secara induktif, artinya data dikaji melalui proses yang berlangsung dari fakta (data) ke teori (Moleong, 2001).

Dengan menggunakan metode ini fokus kajian akan lebih mudah dieksplor dan perubahan-perubahan bunyi yang terjadi ketika anak BP melafalkan kata akan lebih mudah diteliti karena metode penelitian kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis maupun lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati (Bogdan dan Taylor, 1975:5 dalam Basrowi dan Suwandi, 2008: 21).

Penelitian ini juga bersifat deskriptif yaitu menjelaskan gambaran perubahan bunyi segmental anak BP ketika memproduksi kata bahasa Indonesia. Ini terkait dengan karakteristik penelitian deskritif menurut Furchan (2004) yaitu

a. cenderung menggambarkan suatu fenomena apa adanya dengan cara menelaah secara teratur-ketat, mengutamakan obyektivitas, dan dilakukan secara cermat.

b. tidak adanya perlakuan yang diberikan atau dikendalikan, dan

c. tidak adanya uji hipotesis. Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang terbatas pada usaha mengungkapkan suatu masalah dan keadaan sebagaimana adanya sesuai fakta.

Selain bersifat deskriptif, jenis penelitian ini merupakan studi kasus. Studi kasus adalah penelitian yang mengeksplorasi suatu masalah dengan batasan terperinci, dan memiliki pengambilan data yang mendalam. Beberapa macam kasus yang diteliti berupa program, peristiwa, aktivitas, ataupun individu. Data dari studi


(23)

36

Ana Roviana Purnamasari, 2015

Kajian Linguistik klinis pada penderita Bells’s Palsy

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kasus pun diperoleh dari observasi, dan dokumentasi yang sebagaimana prosedur perolahan data penelitian kualitatif (Rahardjo: 2011).

3.2 Partisipan

Partisipan penelitian adalah wanita penderita BP berusia 37 tahun yang didiagnosa menderita BP setelah mengalami trauma berat pasca kecelakaan.

Adapun kondisi penderita BP ini pada saat penelitian ini dimulai, penderita BL telah mengalami Bell’s Palsy selama hampir dua bulan. Peneliti bertemu dengan penderita BL dari sebuah klinik di Gegerkalong.

Dalam tahapan medis penderita BL telah melakukan beberapa tahapan pemeriksaan antaralain CT-Scan, EKG dan pemeriksaan kadar darah sampai dia didiagnosa mengidap Bell’s Palsy.

Dalam kemampuan berbahasa penderita BP ini memiliki latar belakang pendidikan formal hingga jenjang perguruan tinggi sehingga dapat dipastikan ia memiliki kemampuan berbahasa yang baik serta memiliki pembendaharaan kosakata yang kaya, berkaitan dengan usia dan pengalaman hidupnya. Namun penderita BL ini kesulitan dalam berujar karena terjadi kerusakan pada saraf facial yang berdampak pada kelumpuhan otot stapedius.

Yakni terjadi kekeluan pada sebagian wajahnya, termasuk bibir dan lidahnya. Sehingga penderita BP ini mengalami kesulitan dalam pengartikulasian fonem bilabial, labiodental dan apikoalveolar antara lain fonem [p], [b], [m], [f], [v], [t], [d], [n], [l], dan [r].

Dalam pemilihan partisipan ini berdasarkan amatan oleh peneliti yang menilai penderita BP termasuk ke dalam kualifikasi sampel. Kualifikasi sampel itu yaitu penderita BP yang telah didiagnosa memiliki kesalahan pelafalan dalam produksi kata.


(24)

37

Ana Roviana Purnamasari, 2015

Kajian Linguistik klinis pada penderita Bells’s Palsy

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3.3 Prosedur Pengumpulan Data

Langkah yang sangat penting dalam penelitian adalah pengumpulan data karena langkah ini merupakan bagian dari penelitian untuk memperoleh data yang diperlukan. Dalam penelitian ini penulis menggunakan dua prosedur pengumpulan data, yaitu observasi dan tes pelafalan kata.

3.3.1 Tes Pelafalan Kata

Tes pelafalan kata dilakukan dengan memberikan beberapa kata yang didasarkan pada cara artikulasi, tempat artikulasi, dan posisi kata.

Berikut adalah tabel pelafalan yang digunakan sebagai lembar pengamatan yang meliputi tempat artikulasi, cara artikulasi, posisi konsonan pada kata, transkripsi grafemis, dan transkripsi fonetis penutur.

Tabel 3.1 Instrumen fonem konsonan bilabial, labiodental dan apikoalveolar penderita BP No. Da er a h Ar tiku la si F o nem K o ns o na n Ca ra Art iku la si P o sis i K o ns o na n pa da K a ta T ra ns kr ips i F o nemis BP Perubahan Fonologis T ra ns kr ips i F o net is

Ada Tidak

1.

Bilabial

/b/ Hambat

(letup)

awal

2. /p/ tengah

3. /m/ Nasal akhir

4. Labiodental /f/ Hambat (letup) awal

5. /v/ tengah


(25)

38

Ana Roviana Purnamasari, 2015

Kajian Linguistik klinis pada penderita Bells’s Palsy

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 6.

Apiko-alveolar

/d/

Hambat awal

7. /t/ tengah

8. /n/ Nasal

9. /l/ Sampingan

akhir

10. /r/ Getar (tril)

Dalam tes ini peneliti mengujarkan beberapa kata bahasa Indonesia yang sudah disiapkan dengan pelafalan yang benar kemudian dilafalkan kembali oleh penderita BP dan proses ini dilakukan berulang-ulang. Tes ini digunakan untuk mengetahui realisasi gejala variasi pengujaran seperti perubahan atau penambahan bunyi pada daftar kata Bahasa Indonesia yang dilafalkan.

3.3.2 Wawancara

Menurut Moleong (2001) wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Proses percakapan ini dalam upaya memperoleh keterangan dengan melalui tanya jawab secara langsung. Dalam hal ini peneliti melakukan wawancara terstruktur seperti yang dinyatakan oleh Moleong “pertanyaan biasanya tidak disusun terlebih dahulu, melainkan disesuaikan dengan keadaan dan ciri unik dari responden.

Oleh karena itu, dalam hal ini peneliti melakukan proses wawancara dengan penderita BP dan terapis dalam upaya mendepatkan keterangan yang spesifik dan akurat mengenai perkembangan bahasa pada penderita BP. Serta pada terapis yang melakukan treathmen secara fisik pada penderita BP. Wawancara ini juga dilakukan dalam upaya menghindari data yang dibuat-buat.


(26)

39

Ana Roviana Purnamasari, 2015

Kajian Linguistik klinis pada penderita Bells’s Palsy

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Observasi adalah teknik pengumpulan data dengan cara mengamati langsung tingkah laku pada saat berujar (Djardjowidjojo, 2005). Observasi yang digunakan adalah observasi libat cakap atau partisipan. Metode cakap ini memiliki teknik dasar berupa teknik pancing atau stimulasi yang diberikan peneliti pada partisipan untuk memunculkan gejala kebahasaan yang diharapkan (Masnur, 2013).

Teknik stimulasi yang dilakukan pada partisipan dalam penelitian ini dengan percakapan secara langsung dengan percakapan sehari-hari. Hal ini dilakukan agar partisipan merasa nyaman dan tidak merasa menjadi objek penelitian.

Adapun hal penunjang dalam mendapat data ujaran-ujaran pengartikulasian fonem konsonan, peneliti mengumpulkan data melalui metode rekam dan catat. Metode ini dilakukan untuk membantu peneliti mengumpulkan data yang berupa ujaran dari partisipan yang nantinya data rekaman tersebut akan ditranskripsikan dalam bentuk tulisan yang kemudian dianalisis. Instrumen yang digunakan dalam metode rekam ini adalah alat rekam yang fungsinya sebagai alat bantu mengingat pelafalan partisipan.

3. 4 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di klinik Biocosmik yang terletak di jl. Abadi Raya no 04. Sukasari Gegerkalong. Klinik ini merupakan klinik alternatif yang menggunakan metode totok dan pemijatan.

Pelaksaan penelitian dimulai pada bulan September 2013 sampai dengan November 2013. Dalam kurun waktu tiga bulan itu peneliti mengobservasi partisipan pada saat penderita BP melakukan kontrol dan terapi yang berlangsung dua sampai tiga kali dalam seminggu pertama diteruskan dengan dua kali seminggu didua minggu berikutnya. Adapun tes ini dilakukan diketahui oleh penderita untuk


(27)

40

Ana Roviana Purnamasari, 2015

Kajian Linguistik klinis pada penderita Bells’s Palsy

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kepentingan pemeriksaan dan upaya pemulihan kondisi penderita BP. Waktu tes penelitian ini dilakukan selama sepuluh sampai limabelas menit.

3.5 Prosedur Analisis Data

Prosedur analisis data diarahkan untuk menjawab rumusan masalah penelitian. Dalam analisis data langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut.

3.5.1 Analisis Artikulasi Penderita BP dalam Mengujarkan Konsonan Bilabial, Labiodental dan Apikoalveolar.

Dalam menganalisis tuturan penderita BP berhubungan dengan menganalisis kemampuan dan ketidakmampuan mereka ketika mengujarkan kata yang terdiri dari bunyi konsonan bilabial, labiodental dan apikoalveolar pada posisi kata awal, tengah, dan akhir. Untuk melihat kemampuan dan ketidakmampuan ini, peneliti melakukan perhitungan skala likert terhadap tanggapan tiga pembanding dalam tuturan penderita BP yang indikatornya diklasifikasikan kepada empat kategori yaitu sangat akurat (SA), akurat (A), tidak akurat (TA), dan sangat tidak akurat (STA) sehingga keakuratan perhitungan ini dapat diterima. Analisis tanggapan tiga pembanding terhadap tuturan penderita BP dilakukan dengan menghitung presentase masing-masing penilaian untuk setiap kata yang dilafalkan pada instrumen pelafalan kata. Hasil penilaian terhadap tuturan penderita BP dalam mengujarkan bunyi konsonan bilabial, labiodental dan apikoalveolar yang memiliki empat skala penilaian kemudian dianalisis dengan cara mencari nilai rata-rata dari setiap penilaian untuk tiap kata yang dilafalkan, yaitu dengan memberikan nilai untuk rata-rata penilaian seperti berikut.


(28)

41

Ana Roviana Purnamasari, 2015

Kajian Linguistik klinis pada penderita Bells’s Palsy

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Empat Indikator Penilaian

Pilihan Penilaian

Skor

+ -

Sangat Akurat 4 1

Akurat 3 2

Tidak Akurat 2 3

Sangat Tidak Akurat 1 4

Keterangan: + = pernyataan positif, - = pernyataan negative

a. Mengukur nilai rata-rata

Nilai rata-rata =

Keterangan :

f = frekuensi pelafalan kata a = nilai setiap indikator

Y = skor maksimal skala likert x banyaknya indikator penilaian

Setelah mendapatkan nilai rata-rata dari tuturan penderita BP dalam mengujarkan fonem konsonan bilabial, labiodental dan apikoalveolar kemudian ditentukan interpretasi presentasi tuturan penderita BP sebagai berikut.

0% 25% 51% 76% 100%


(29)

42

Ana Roviana Purnamasari, 2015

Kajian Linguistik klinis pada penderita Bells’s Palsy

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tahap selanjutnya adalah pengklasifikasian data. Tahap ini dibagi atas dua tahap pengklasifikasian. Pertama pengklasifikasian berdasar kemampuan pelafalan. Kedua pengklasifikasian ketidakmampuan baik pada posisi awal, tengah dan akhir kata. Kemudian data-data yang sudah diklasifikasikan dianalisis dan dideskripsikan dengan penganalisisan fonologis.

3.5.2 Analisis Pola Perubahan Penderita BP dalam Mengujarkan Fonem Konsonan Bilabial, Labiodental dan Apikoalveolar

Langkah ini dilakukan untuk mengetahui pola ketidakmampuan pengujaran fonem konsonan bilabial, labiodental dan apikoalveolar. Menurut Dardjowidjojo (2008;83) setiap bunyi bahasa tidak bisa berdiri sendiri , melainkan saling mempengaruhi satu sama lain. Sehingga harus melihat factor lainnya yang mempengaruhi bunyi konsonan yang dihasilkan, dalam hal ini bunyi konsonan yang diujarkan penderita BP. Hal yang perlu diamati adalah tempat artikulasinya, cara artikulasinya, bergetar atau tidaknya pita suara dan fitur distingtif yang membangunnnya, guna mengetahui factor penyebab terjadinya kesalahan artikulasi pada penderita BP

Setelah data yang ada diolah, selanjutnya data diolah dengan mengelompokan kesalahan artikulasi berdasarkan criteria dan penyebabnyayang diklarifikasikan berdasarkan teori kesalahan artikulasi Bauman-Waenger (2000;2), yakni

a. pola substitusi (penggantian satu fonem atau lebih dengan fonem lainnya) b. pola omisi (penghilangan satu fonem atau lebih dalam satu kata)

c. pola adisi (penambahan atau penyisipan satu fonem atau lebih pada kata) d. pola distorsi (penyimpangan artikulasi yang berbeda dengan kesalahan lainya

yang biasanya memiliki pola.

3.5.3 Deskripsi Upaya yang Dapat Dilakukan dalam Menangulangi Kesulitan Artikulasi Fonem Konsonan pada Penderita BP


(30)

43

Ana Roviana Purnamasari, 2015

Kajian Linguistik klinis pada penderita Bells’s Palsy

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Dalam masa pemulihan, penderita BP selain melakukan upaya pemulihan secara fisik juga dilakukan upaya terapi bahasa. Dalam hal ini terapi fisik merupakan terapi yang dilakukan oleh professional yang membenahi fisik penderita BP. Sedangkan terapi bahasa merupakan terapi yang dilakukan untuk membantu penderita BP dalam berartikulasi secara baik dan benar.


(31)

Ana Roviana Purnamasari, 2015

Kajian Linguistik klinis pada penderita Bells’s Palsy

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Fokus dari penelitian ini adalah pada kemampuan pengartikulasian fonem bilabial, labiodental dan apikoalveolar penderita BP, kemunculan pola kesulitan mengujarkan fonem konsonan penderita BP serta upaya yang dapat dilakukan dalam menanggulang kesulitan penderita BP dalam mengujarkan fonem konsonan bilabial, labiodental dan apikoalveolar.

Simpulan pertama, dalam mengujarkan fonem konsonan bilabial penderita BP melakukan kesalahan baik pada posisi di awal tengah dan akhir kata. Adapun kesalahan yang dilakukan penderita BP adalah dengan penghilangan fonem konsonan pada posisi awal, tengah dan akhir. Pada pengartikulasian fonem bilabial /b/ dan /p/ posisi awal dan tengah pada kata penderita BP melakukan kesalahan mampir 90% dari data tuturan yang ada. Kesalahan itu berupa penghilangan yaitu aferesis dan sinkop serta penggantian berupa asimilasi dan disimilasi. Sedangkan pada posisi akhir penderita BP hanya melakukan beberapa kesalahan saja. Berbeda dari fonem konsonan bilabial /b/ dan /p/ pada pengartikulasian fonem konsonan /m/ relative dapat diujarkan dengan baik, terbukti dari presentase kesalahan ujaran yang dilakukan penderita BP mengartikulasikan fonem konsonan /m/ pada awal, tengah dan akhir kata tidak lebih dari 10%. Pada fonem konsonan labiodental /f/ dan /v/ penderita BP juga mengalami kesulitan yang mencakup penghilangan dan penggantian di awal, tengah dan akhir kata. Presentase kesalahan pada tuturan fonem konsonan labiodental /f/ dan /v/ adalah 100%. Sedangkan pada pengartikulasian fonem konsonan apikoalveolar, penderita BP cukup baik dalam mengartikulasikannya. Khususnya pengartikulasian fonem konsonan /d/ pada posisi awal tengah dan


(32)

85

Ana Roviana Purnamasari, 2015

Kajian Linguistik klinis pada penderita Bells’s Palsy

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

akhir yang tidak mengalami kesulitan sama sekali. Adapun kesalahan yang terjadi adalah pada fonem konsonan /t/, /l/ dan /r/ pada semua posisi dalam kata, sedangkan kesalah fonem /n/ hanya terdapat pada awal dan tengah kata saja.

Kedua, dari empat pola perubahan bunyi menurut Dardjowidjojo yaitu substitusi, omisi, adisi dan distorsi pola perubahan bunyi yang didapatkan dari analisis data tuturan penderita BP hanya terdapat dua pola saja yang dilakukan penderita BP. Pola tersebut adalah pola substitusi dan pola omisi, substitusi merupakan pola dimana beberapa fonem digantikan dengan fonem lain karena ketidakmampuan penderita BP dalam menggerakan artikulatornya pada titik artikulasi dan cara artikulasi yang benar. Adapun perubahan pola substitusi penderita BP adalah sebagai berikut

1. fonem konsonan [b] digantikan dengan fonem [w] pada posisi awal dan tengah tuturan

2. fonem konsonan [b] digantikan dengan fonem [y] pada posisi tengah tuturan

3. fonem konsonan [p] digantikan dengan fonem [w] pada posisi tengah tuturan

4. fonem konsonan [t] digantikan dengan fonem [k] pada posisi akhir tuturan 5. fonem konsonan [n] digantikan dengan fonem [m] pada posisi tengah

tuturan

6. fonem konsonan [t] digantikan dengan fonem [k] pada posisi akhir tuturan 7. fonem konsonan [n] digantikan dengan fonem [m] pada posisi tengah

tuturan

8. fonem konsonan [l] digantikan dengan fonem [r] pada posisi awal, tengah dan akhir tuturan


(33)

86

Ana Roviana Purnamasari, 2015

Kajian Linguistik klinis pada penderita Bells’s Palsy

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

10.fonem konsonan [r] digantikan dengan fonem [l] pada posisi awal dan tengah tuturan

11.fonem konsonan [r] digantikan dengan konsonan [y] pada posisi tengah tuturan

Pola omisi yang dilakukan oleh penderita BP antara lain. Pola omisis aferesis merupakan pola penghilangan satu fonem atau lebih yang posisinya di awal kata, contohnya <buah> menjadi [?uᵂah] fonem /b/ menjadi tidak diujarkan atau dilakukan penghilangan pada fonem iniseperti juga <pulang> menjadi

[?ulaƞ], <fakultas> menjadi [?akultas], <vitamin> menjadi [?itamin]. Pola omisi sinkop merupakan pola dimana terjadi penghilangan satu fonem atau lebih yang posisinya berada di tengah kata, contohnya <sembilan> menjadi [sәmilan], <konflik> menjadi [konli?], <kunci> menjadi [kuci]. Dan yang terakhir merupakan pola omisi apokop merupakan penghilangan satu fonem atau lebih yang posisinya di akhir kata. Pada penderita BP ini hanya didapatkan satu tipe penghilangan fonem konsonan ini yakni pengilangan fonem /t/ pada kata <jilat> yang menjadi [jila].

Simpulan ketiga adalah bahwa penderita BP dapat melakukan pembenahan secara fisik dan bahasa dalam menanggulangi kesulitan dalam berbahasa. Adapun

penanganan secara fisik dari Bell’s Palsy ini sendiri sangatlah berpengaruh

terhadap perbaikan cara berujar dari penderita BP. Metode totok yang dilakukan oleh penderita BP juga terbukti ambuh dalam mengembalikan sistem saraf motorik wajah penderita BP. Dan ketika alat artikulator penderita BP mengalami perbaikan, maka secara bertahap pula kemampuan berbahasanya ikut membaik

5.2Saran

Penelitian tentunya memiliki keterbatasan, oleh karena itu disarankan agar deskripsi dan eksplorasi mengenai isi kesulitan artikulasi yang diderita penderita


(34)

87

Ana Roviana Purnamasari, 2015

Kajian Linguistik klinis pada penderita Bells’s Palsy

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BP dapat lebih komprehensif dan mendalam dalam penelitian selanjutnya. Serta diharapkan juga tes pelafalan kata dapat lebih diperkaya demi mendapatkan data yang lebih kongkrit lagi. Terkait dengan gejala kebahasaan yang ada dari dampak penyakit dan hal-hal yang berkaitan dengan medis alangkah baiknya jika tidak hanya dilakukan penelitian yang menganalisis secara fonologi saja, namun dapat juga dilihat dari gejala morfologi, semantik, pragmatic dan kajian linguistik lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

Abdurahman., Dudung., & Sugiarto, M. (2000). Pedoman Guru Pengajaran Wicara Untuk Anak Tuna Rungu. Jakarta: Depdikbud.

Basrowi & Suwandi. (2008). Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rineka Cipta. Chaer, A. (2013). Fonologi Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.

Creswell, J.W. (1998). Qualitative Inquiry and Research Design: Choosing among Five Traditions. California: Sage Publication, Inc.

Crystal, D. (2001). Clinical Linguistiks. In M. Aronoff & J. Rees-Miller, The Handbook of Linguistiks (pp. 673-682).Oxford: Blackwell.

Dardjowidjojo, S. (2008). Psikolinguistik Pengantar Pemahaman Bahasa Manusia. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Effendi, M. (2006). Pengantar Psikopedagogik Anak Berkelainan. Jakarta: Bumi Aksara.

Furchan, A. (2004). Introduction to Research in Education. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.


(35)

88

Ana Roviana Purnamasari, 2015

Kajian Linguistik klinis pada penderita Bells’s Palsy

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Jubaedah, N. (2010). Kajian Linguistik Klinis Pascaoperasi Bibir Sumbing: Studi Kasus Kesulitan Artikulasi Fonem Konsonan Bahasa Inggris Dan Upaya Penanggulangannya. Bandung: SPs Universitas Pendidikan Indonesia.

Junior, A. (2009) Facial Nerve Palsy: Incidence of Different Ethiologies in a

Tertiary Ambulatory. San Paulo: Intl. Arch. Otorhinolaryngo

Junior N. A., Junior, J. J. J., Gignon, V. F, Kitice, A.T., Prado, L. S. A., &

Santos, F. G. W. (2009). Facial Nerve Palsy: Incidence of Different

Ethiologies in a Tertiary Ambulatory. Sao Paulo: Intl. Arch. Otorhinolaryngol.

Kerlinger, F.N. (1990). Foundation of Behavioral Research. Terj. Landung R. Simatupang. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Kushartanti dkk. (2005). Pesona Bahasa: Langkah Awal Memahami Linguistik. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Kumar, S., & Ravi. (2014). “The Scope of Clinical Linguistiks Principles of General Linguistik and Their Clinical Relevance”. San Francisco: Academia.

Lowis, H., & Gaharu, M. N.. (2012). Bell’s Palsy, Diagnosis dan Tata Laksana di Pelayanan Primer. Padang: J Indon Med Assoc.

Mahsun. (2013). Metode Penelitian Bahasa Tahapan Strategi, Metode, dan Tekniknya.Jakarta: Raja Grafindo Persada

Muslich, M. (2014). Fonologi Bahasa Indonesia. Tinjauan Deskriftip Sistem Bunyi Bahasa Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara.

Moleong, L.J. (2001). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosdakarya.

O’Glady, W., Dobrovolsky, M., & Katamba, F. (2005). “Contemporary Linguistik. An Introduction”. London & New York: Longman.

Rahardjo, M. (2011). Kaya Bahasa, Tapi Miskin Kosakata. Diakses dari http://mudjiarahardo.com/component/content/301.html?task=view.

Sastra, G. (2011). Neurolinguistik: Sebuah Pengantar. Bandung: Alfabeta.

Shriberg, L. D., & Raymond, K. D. (2003). Clinical Phonetics. 3rd ed. Boston: Allyn and Bacon


(36)

89

Ana Roviana Purnamasari, 2015

Kajian Linguistik klinis pada penderita Bells’s Palsy

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Supartini, E. (2003). Patologi Wicara. Yogyakarta: FIP UNY.Kirk, S. A., James, J., Coleman, M. R. & Anastasiow, N. (2012). Wadsworth. Cengage Learning Triana, W., & Edward, Y. (2011). Diagnosis dan Penatalaksanaan Bell’s Palsy.

Bagian Telinga Hidung Tenggorokan Bedah Kepala Leher Fakultas Kedokteran Universitas Andalas. Padang Indonesia.

Verhaar, J.W.M. (2010). Asas-Asas Linguistik Umum. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.

Wormald, P. J., Rogers, C., & Gatehouse, S. (2007). Speech Discrimination In Patients With Bell's Palsy And A Paralysed Stapedius Muscle. New York: WileyLibrary.


(37)

Ana Roviana Purnamasari, 2015

Kajian Linguistik klinis pada penderita Bells’s Palsy

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Abdurahman., Dudung., & Sugiarto, M. (2000). Pedoman Guru Pengajaran Wicara Untuk Anak Tuna Rungu. Jakarta: Depdikbud.

Basrowi & Suwandi. (2008). Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rineka Cipta. Chaer, A. (2013). Fonologi Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.

Creswell, J.W. (1998). Qualitative Inquiry and Research Design: Choosing among Five Traditions. California: Sage Publication, Inc.

Crystal, D. (2001). Clinical Linguistiks. In M. Aronoff & J. Rees-Miller, The Handbook of Linguistiks (pp. 673-682).Oxford: Blackwell.

Dardjowidjojo, S. (2008). Psikolinguistik Pengantar Pemahaman Bahasa Manusia. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Effendi, M. (2006). Pengantar Psikopedagogik Anak Berkelainan. Jakarta: Bumi Aksara.

Furchan, A. (2004). Introduction to Research in Education. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Jubaedah, N. (2010). Kajian Linguistik Klinis Pascaoperasi Bibir Sumbing: Studi Kasus Kesulitan Artikulasi Fonem Konsonan Bahasa Inggris Dan Upaya Penanggulangannya. Bandung: SPs Universitas Pendidikan Indonesia.

Junior, A. (2009) Facial Nerve Palsy: Incidence of Different Ethiologies in a

Tertiary Ambulatory. San Paulo: Intl. Arch. Otorhinolaryngo

Junior N. A., Junior, J. J. J., Gignon, V. F, Kitice, A.T., Prado, L. S. A., & Santos,

F. G. W. (2009). Facial Nerve Palsy: Incidence of Different Ethiologies in a


(38)

Ana Roviana Purnamasari, 2015

Kajian Linguistik klinis pada penderita Bells’s Palsy

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Kerlinger, F.N. (1990). Foundation of Behavioral Research. Terj. Landung R. Simatupang. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Kushartanti dkk. (2005). Pesona Bahasa: Langkah Awal Memahami Linguistik. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Kumar, S., & Ravi. (2014). “The Scope of Clinical Linguistiks Principles of General Linguistik and Their Clinical Relevance”. San Francisco: Academia.

Lowis, H., & Gaharu, M. N.. (2012). Bell’s Palsy, Diagnosis dan Tata Laksana di Pelayanan Primer. Padang: J Indon Med Assoc.

Mahsun. (2013). Metode Penelitian Bahasa Tahapan Strategi, Metode, dan Tekniknya.Jakarta: Raja Grafindo Persada

Muslich, M. (2014). Fonologi Bahasa Indonesia. Tinjauan Deskriftip Sistem Bunyi Bahasa Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara.

Moleong, L.J. (2001). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosdakarya. O’Glady, W., Dobrovolsky, M., & Katamba, F. (2005). “Contemporary Linguistik.

An Introduction”. London & New York: Longman.

Rahardjo, M. (2011). Kaya Bahasa, Tapi Miskin Kosakata. Diakses dari http://mudjiarahardo.com/component/content/301.html?task=view.

Sastra, G. (2011). Neurolinguistik: Sebuah Pengantar. Bandung: Alfabeta.

Shriberg, L. D., & Raymond, K. D. (2003). Clinical Phonetics. 3rd ed. Boston: Allyn and Bacon

Supartini, E. (2003). Patologi Wicara. Yogyakarta: FIP UNY.Kirk, S. A., James, J., Coleman, M. R. & Anastasiow, N. (2012). Wadsworth. Cengage Learning Triana, W., & Edward, Y. (2011). Diagnosis dan Penatalaksanaan Bell’s Palsy.

Bagian Telinga Hidung Tenggorokan Bedah Kepala Leher Fakultas Kedokteran Universitas Andalas. Padang Indonesia.


(39)

Ana Roviana Purnamasari, 2015

Kajian Linguistik klinis pada penderita Bells’s Palsy

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Verhaar, J.W.M. (2010). Asas-Asas Linguistik Umum. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.

Wormald, P. J., Rogers, C., & Gatehouse, S. (2007). Speech Discrimination In Patients With Bell's Palsy And A Paralysed Stapedius Muscle. New York: WileyLibrary.


(1)

87

Ana Roviana Purnamasari, 2015

Kajian Linguistik klinis pada penderita Bells’s Palsy

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BP dapat lebih komprehensif dan mendalam dalam penelitian selanjutnya. Serta diharapkan juga tes pelafalan kata dapat lebih diperkaya demi mendapatkan data yang lebih kongkrit lagi. Terkait dengan gejala kebahasaan yang ada dari dampak penyakit dan hal-hal yang berkaitan dengan medis alangkah baiknya jika tidak hanya dilakukan penelitian yang menganalisis secara fonologi saja, namun dapat juga dilihat dari gejala morfologi, semantik, pragmatic dan kajian linguistik lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

Abdurahman., Dudung., & Sugiarto, M. (2000). Pedoman Guru Pengajaran Wicara Untuk Anak Tuna Rungu. Jakarta: Depdikbud.

Basrowi & Suwandi. (2008). Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rineka Cipta. Chaer, A. (2013). Fonologi Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.

Creswell, J.W. (1998). Qualitative Inquiry and Research Design: Choosing among Five Traditions. California: Sage Publication, Inc.

Crystal, D. (2001). Clinical Linguistiks. In M. Aronoff & J. Rees-Miller, The Handbook of Linguistiks (pp. 673-682).Oxford: Blackwell.

Dardjowidjojo, S. (2008). Psikolinguistik Pengantar Pemahaman Bahasa Manusia. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Effendi, M. (2006). Pengantar Psikopedagogik Anak Berkelainan. Jakarta: Bumi Aksara.

Furchan, A. (2004). Introduction to Research in Education. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.


(2)

88

Ana Roviana Purnamasari, 2015

Kajian Linguistik klinis pada penderita Bells’s Palsy

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Jubaedah, N. (2010). Kajian Linguistik Klinis Pascaoperasi Bibir Sumbing: Studi Kasus Kesulitan Artikulasi Fonem Konsonan Bahasa Inggris Dan Upaya Penanggulangannya. Bandung: SPs Universitas Pendidikan Indonesia.

Junior, A. (2009) Facial Nerve Palsy: Incidence of Different Ethiologies in a

Tertiary Ambulatory. San Paulo: Intl. Arch. Otorhinolaryngo

Junior N. A., Junior, J. J. J., Gignon, V. F, Kitice, A.T., Prado, L. S. A., & Santos, F. G. W. (2009). Facial Nerve Palsy: Incidence of Different

Ethiologies in a Tertiary Ambulatory. Sao Paulo: Intl. Arch. Otorhinolaryngol.

Kerlinger, F.N. (1990). Foundation of Behavioral Research. Terj. Landung R. Simatupang. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Kushartanti dkk. (2005). Pesona Bahasa: Langkah Awal Memahami Linguistik. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Kumar, S., & Ravi. (2014). “The Scope of Clinical Linguistiks Principles of General Linguistik and Their Clinical Relevance”. San Francisco: Academia.

Lowis, H., & Gaharu, M. N.. (2012). Bell’s Palsy, Diagnosis dan Tata Laksana di Pelayanan Primer. Padang: J Indon Med Assoc.

Mahsun. (2013). Metode Penelitian Bahasa Tahapan Strategi, Metode, dan Tekniknya.Jakarta: Raja Grafindo Persada

Muslich, M. (2014). Fonologi Bahasa Indonesia. Tinjauan Deskriftip Sistem Bunyi Bahasa Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara.

Moleong, L.J. (2001). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosdakarya.

O’Glady, W., Dobrovolsky, M., & Katamba, F. (2005). “Contemporary Linguistik. An Introduction”. London & New York: Longman.

Rahardjo, M. (2011). Kaya Bahasa, Tapi Miskin Kosakata. Diakses dari http://mudjiarahardo.com/component/content/301.html?task=view.

Sastra, G. (2011). Neurolinguistik: Sebuah Pengantar. Bandung: Alfabeta.

Shriberg, L. D., & Raymond, K. D. (2003). Clinical Phonetics. 3rd ed. Boston: Allyn and Bacon


(3)

89

Ana Roviana Purnamasari, 2015

Kajian Linguistik klinis pada penderita Bells’s Palsy

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Supartini, E. (2003). Patologi Wicara. Yogyakarta: FIP UNY.Kirk, S. A., James, J., Coleman, M. R. & Anastasiow, N. (2012). Wadsworth. Cengage Learning Triana, W., & Edward, Y. (2011). Diagnosis dan Penatalaksanaan Bell’s Palsy.

Bagian Telinga Hidung Tenggorokan Bedah Kepala Leher Fakultas Kedokteran Universitas Andalas. Padang Indonesia.

Verhaar, J.W.M. (2010). Asas-Asas Linguistik Umum. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.

Wormald, P. J., Rogers, C., & Gatehouse, S. (2007). Speech Discrimination In Patients With Bell's Palsy And A Paralysed Stapedius Muscle. New York: WileyLibrary.


(4)

Ana Roviana Purnamasari, 2015

Kajian Linguistik klinis pada penderita Bells’s Palsy

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Abdurahman., Dudung., & Sugiarto, M. (2000). Pedoman Guru Pengajaran Wicara Untuk Anak Tuna Rungu. Jakarta: Depdikbud.

Basrowi & Suwandi. (2008). Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rineka Cipta. Chaer, A. (2013). Fonologi Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.

Creswell, J.W. (1998). Qualitative Inquiry and Research Design: Choosing among Five Traditions. California: Sage Publication, Inc.

Crystal, D. (2001). Clinical Linguistiks. In M. Aronoff & J. Rees-Miller, The Handbook of Linguistiks (pp. 673-682).Oxford: Blackwell.

Dardjowidjojo, S. (2008). Psikolinguistik Pengantar Pemahaman Bahasa Manusia. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Effendi, M. (2006). Pengantar Psikopedagogik Anak Berkelainan. Jakarta: Bumi Aksara.

Furchan, A. (2004). Introduction to Research in Education. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Jubaedah, N. (2010). Kajian Linguistik Klinis Pascaoperasi Bibir Sumbing: Studi Kasus Kesulitan Artikulasi Fonem Konsonan Bahasa Inggris Dan Upaya Penanggulangannya. Bandung: SPs Universitas Pendidikan Indonesia.

Junior, A. (2009) Facial Nerve Palsy: Incidence of Different Ethiologies in a

Tertiary Ambulatory. San Paulo: Intl. Arch. Otorhinolaryngo

Junior N. A., Junior, J. J. J., Gignon, V. F, Kitice, A.T., Prado, L. S. A., & Santos, F. G. W. (2009). Facial Nerve Palsy: Incidence of Different Ethiologies in a


(5)

Ana Roviana Purnamasari, 2015

Kajian Linguistik klinis pada penderita Bells’s Palsy

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Kerlinger, F.N. (1990). Foundation of Behavioral Research. Terj. Landung R. Simatupang. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Kushartanti dkk. (2005). Pesona Bahasa: Langkah Awal Memahami Linguistik. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Kumar, S., & Ravi. (2014). “The Scope of Clinical Linguistiks Principles of General

Linguistik and Their Clinical Relevance”. San Francisco: Academia.

Lowis, H., & Gaharu, M. N.. (2012). Bell’s Palsy, Diagnosis dan Tata Laksana di Pelayanan Primer. Padang: J Indon Med Assoc.

Mahsun. (2013). Metode Penelitian Bahasa Tahapan Strategi, Metode, dan Tekniknya.Jakarta: Raja Grafindo Persada

Muslich, M. (2014). Fonologi Bahasa Indonesia. Tinjauan Deskriftip Sistem Bunyi Bahasa Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara.

Moleong, L.J. (2001). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosdakarya.

O’Glady, W., Dobrovolsky, M., & Katamba, F. (2005). “Contemporary Linguistik.

An Introduction”. London & New York: Longman.

Rahardjo, M. (2011). Kaya Bahasa, Tapi Miskin Kosakata. Diakses dari http://mudjiarahardo.com/component/content/301.html?task=view.

Sastra, G. (2011). Neurolinguistik: Sebuah Pengantar. Bandung: Alfabeta.

Shriberg, L. D., & Raymond, K. D. (2003). Clinical Phonetics. 3rd ed. Boston: Allyn and Bacon

Supartini, E. (2003). Patologi Wicara. Yogyakarta: FIP UNY.Kirk, S. A., James, J., Coleman, M. R. & Anastasiow, N. (2012). Wadsworth. Cengage Learning Triana, W., & Edward, Y. (2011). Diagnosis dan Penatalaksanaan Bell’s Palsy.

Bagian Telinga Hidung Tenggorokan Bedah Kepala Leher Fakultas Kedokteran Universitas Andalas. Padang Indonesia.


(6)

Ana Roviana Purnamasari, 2015

Kajian Linguistik klinis pada penderita Bells’s Palsy

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Verhaar, J.W.M. (2010). Asas-Asas Linguistik Umum. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.

Wormald, P. J., Rogers, C., & Gatehouse, S. (2007). Speech Discrimination In Patients With Bell's Palsy And A Paralysed Stapedius Muscle. New York: WileyLibrary.