PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS DAN HABIT OF THINKING INTERDEPENDENTLY (HTI) SISWA MELALUI PENDEKATAN OPEN-ENDED DENGAN SETTING KOOPERATIF.
PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS DAN HABIT OF THINKING INTERDEPENDENTLY (HTI) SISWA
MELALUI PENDEKATAN OPEN-ENDED DENGAN SETTING KOOPERATIF
(Studi Kuasi Eksperimen terhadap Siswa SMP di Kota Bandung)
T E S I S
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Matematika
Oleh UMMUL HUDA
1201448
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA SPs UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG 2014
(2)
PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS
DAN
HABIT OF THINKING INTERDEPENDENTLY
(HTI) SISWA
MELALUI PENDEKATAN
OPEN-ENDED
DENGAN
SETTING
KOOPERATIF
(Studi Kuasi Eksperimen terhadap Siswa SMP di Kota Bandung)
Oleh
Ummul Huda, S.Pd.I UPI Bandung, 2014
Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd) pada Program Studi Pendidikan Matematika
© Ummul Huda 2014 Universitas Pendidikan Indonesia
Juni 2014
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difotokopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.
(3)
LEMBAR PENGESAHAN
PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS DAN HABIT OF THINKING INTERDEPENDENTLY (HTI) SISWA
MELALUI PENDEKATAN OPEN-ENDED DENGAN SETTING KOOPERATIF
(Studi Kuasi Eksperimen terhadap Siswa SMP di Kota Bandung)
Tesis Disetujui dan Disahkan Oleh: Pembimbing I
Siti Fatimah, Ph.D. NIP. 19680823 199403 2 002
Pembimbing II
Dr. Jarnawi Afgani Dahlan, M.Kes Nip. 19680511 199101 1 001
Mengetahui,
Ketua Program Studi Pendidikan Matematika Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia
Turmudi, M.Ed., M.Sc., Ph. D. Nip. 19610112 198703 1 003
(4)
DAFTAR ISI
PERNYATAAN ... i
KATA PENGANTAR ... ii
UCAPAN TERIMA KASIH ... iii
ABSTRAK ... iv
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... xi
DAFTAR LAMPIRAN ... xii
BAB I: PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 8
C. Rumusan Masalah Penelitian ... 9
D. Tujuan Penelitian ... 10
E. Manfaat Penelitian ... 11
BAB II: KAJIAN PUSTAKA A. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis ... 13
B. Habits of Thinking Interdependently (HTI) ... 19
C. Pendekatan Open-Ended ... 23
D. Pembelajaran Kooperatif ... 28
E. Pendekatan Open-Ended dengan Setting Kooperatif ... 33
F. Pendekatan Konvensional ... 34
G. Teori Belajar yang Mendukung ... 36
H. Penelitian yang Relevan ... 37
I. Kerangka Berpikir ... 39
J. Hipotesis Penelitian ... 41
BAB III: METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian ... 42
(5)
C. Variabel Penelitian ... 44
D. Definisi Operasional ... 44
E. Instrumen Penelitian ... 45
F. Pengujian Instrumen Penelitian ... 48
G. Teknik Pengumpulan dan Analisis Data ... 54
H. Prosedur Penelitian ... 58
BAB IV: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis ... 61
2. Pengujian Data Pretes Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis ... 64
3. Pengujian Data Postes Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis ... 67
4. Pengujian Data N-gain Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis ... 69
5. Pengujian Data N-gain Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Berdasarkan Gender ... 72
6. Pengujian Korelasi Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis dan Habit of Thinking Interdependently (HTI) 78
7. Pengujian Skala Habit of Thinking Interdependently (HTI) Siswa ... 80
8. Pengujian Hasil Observasi Siswa ... 87
B. Pembahasan 1. Pendekatan Open-ended dengan Setting Kooperatif ... 90
2. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis ... 92
3. Habit of Thinking Interdependently (HTI) ... 98
BAB V: KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 103
B. Saran ... 104
(6)
(7)
ABSTRAK
Ummul Huda (2014): Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis dan Habit of
Thinking Interdependently (HTI) Siswa melalui Pendekatan Open-ended dengan Setting Kooperatif (Studi Kuasi Eksperimen
terhadap Siswa SMP di Kota Bandung)
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh hasil-hail penelitian terdahulu yang menunjukkan bahwa kemampuan berpikir kreatif matematis dan habit of thinking interdependently (HTI) siswa belum sesuai dengan yang diharapkan. Salah satu pendekatan pembelajaran yang diperkirakan dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis adalah pendekatan open-ended dengan setting kooperatif. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis dan melihat gambaran habit of thinking interdependently siswa yang memperoleh pembelajaran melalui pendekatan open-ended dengan setting kooperatif dan konvensional. Penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimen dengan desain kelompok kontrol non-ekuivalen. Instrumen yang digunakan berupa tes (kemampuan berpikir kreatif matematis) dan non tes (skala HTI dan lembar observasi). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa pada salah satu SMPN di Kota Bandung, dengan dua kelas sampel. Analisis data menggunakan uji parametrik dan non parametrik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pencapaian kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang memperoleh pembelajaran melalui pendekatan open-ended dengan setting kooperatif lebih baik daripada siswa yang memperoleh pembelajaran dengan pendekatan konvensional; peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang memperoleh pembelajaran melalui pendekatan open-ended dengan setting kooperatif lebih baik daripada siswa yang memperoleh pembelajaran dengan pendekatan konvensional; terdapat perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis antara siswa yang memperoleh pembelajaran melalui pendekatan open-ended dengan setting kooperatif dan siswa yang memperoleh pembelajaran dengan pendekatan konvensional berdasarkan gender; tidak terdapat korelasi antara peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis dan habit of thinking interdependently (HTI) siswa yang memperoleh pembelajaran melalui pendekatan open-ended dengan setting kooperatif; dan siswa menunjukkan HTI dalam pembelajaran melalui pendekatan open-ended dengan setting kooperatif.
Keywords: kemampuan berpikir kreatif matematis, habit of thinking interdependently, pendekatan open-ended dengan setting kooperatif
(8)
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian
Kreativitas diperlukan setiap individu untuk menghadapi tantangan dan kompetisi yang ketat pada era globalisasi sekarang ini. Individu ditantang untuk mampu menciptakan karya atau gagasan yang unik, sesuatu yang berbeda dari yang sudah ada sebelumnya untuk mampu memenangkan persaingan tersebut. Menurut Santoso (2012) kreativitas adalah kemampuan untuk melahirkan gagasan atau karya nyata, baik dalam karya baru maupun kombinasi dengan hal-hal yang sudah ada, yang semuanya itu relatif berbeda dengan apa yang telah ada sebelumnya. Selanjutnya disampaikan bahwa ide/karya yang dihasilkan tidak mutlak semuanya berasal dari dirinya sendiri, melainkan dapat bercermin dari kejadian sebelumnya atau pada apa yang sudah ada.
Kreativitas merupakan hasil proses berpikir dari individu yang kreatif. Ciri individu kreatif menurut Adair (2008) adalah individu yang mampu melihat dan membuat hubungan antara ide-ide yang bagi individu lain tampak terpisah-pisah. Mereka melihat hal-hal yang sama dengan individu lain, tetapi berusaha memikirkan hal yang berbeda dengan mereka. Pada umumnya kreativitas tidak terkait langsung dengan kecerdasan, sebagaimana disampaikan Santrock (2007) bahwa sebagian besar individu yang kreatif adalah individu yang cerdas, tetapi sebaliknya individu yang cerdas belum tentu kreatif. Kecerdasan tidak berbanding lurus dengan kreativitas, karena tidak semua individu yang cerdas mampu berpikir dan menghasilkan karya-karya yang kreatif.
Kreativitas individu dapat tercipta tanpa memandang gender, juga tidak membedakan status ekonomi, tinggi rendahnya jenjang pendidikan, dan tempat individu itu berada baik di sekolah, rumah atau tempat lainnya. Secara lebih jelas Munandar (1992) mengemukakan bahwa kreativitas dapat terwujud dimana saja dan oleh siapa saja, tidak tergantung pada jenis kelamin, sosial-ekonomi, atau tingkat pendidikan tertentu. Lebih lanjut Devito (Munandar, 1992) mengatakan bahwa semua individu yang lahir memiliki potensi kreatif dengan tingkat yang
(9)
berbeda-beda, dimana potensi kreatif ini dapat dipupuk dan dikembangkan. Dengan demikian peluang terwujudnya kreativitas pada laki-laki dan perempuan sama, namun kualitas dan kuantitas kreativitas yang muncul bisa saja berbeda.
Kreativitas tidak akan berkembang jika tidak dilatih meskipun setiap individu diyakini mempunyai bakat kreatif. Sebaliknya, kreativitas dapat ditingkatkan pada individu yang dianggap memiliki bakat kreatif yang terbatas. Pentingnya pengembangan kreativitas yang berkaitan dengan kemampuan berfikir kreatif individu dinyatakan oleh Career Center Maine Department of Labor USA (2001) bahwa pengembangan kemampuan berpikir kreatif perlu dilakukan karena merupakan salah satu kemampuan yang dikehendaki dunia kerja, dan menjadi penentu bagi keunggulan suatu bangsa. Dengan kata lain, kreativitas sumber daya manusia menentukan daya kompetitif suatu bangsa, sehingga pengembangan kemampuan berpikir kreatif penting dilakukan.
Kemampuan berfikir kreatif dapat ditingkatkan di mana saja termasuk di sekolah melalui pembelajaran matematika yang dilakukan. Rosita (2012) bahkan mengatakan bahwa kemampuan berfikir kreatif dan matematika merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan, matematika tumbuh dan berkembang berdasarkan pemikiran-pemikiran yang kreatif. Pemikiran yang kreatif tersebut membuat matematika dipelajari dalam berbagai bidang dan dijadikan sebagai dasar dalam pengembangan ilmu pengetahuan lainnya. Selain itu, melalui matematika kemampuan berpikir kreatif siswa dapat dikembangkan. Sukmadinata (2004) memandang kemampuan berpikir kreatif sebagai kebiasaan berpikir yang bersifat menggali, menghidupkan imajinasi, intuisi, menumbuhkan potensi-potensi baru, membuka pandangan-pandangan yang menimbulkan kekaguman serta merangsang pikiran yang tidak terduga. Kemampuan berpikir kreatif matematis berkenaan dengan kemampuan menemukan solusi bervariasi, baik baru maupun kombinasi hal-hal yang sudah ada, yang relatif berbeda dengan apa yang ada sebelumnya terhadap masalah matematis yang bersifat terbuka, dengan menekankan aspek kelancaran (fluency), keluwesan (flexibility), kebaruan (originality) dan keterincian (elaboration). Aspek kelancaran berkaitan dengan mencetuskan banyak ide, jawaban, penyelesaian masalah, dan pertanyaan dengan
(10)
lancar serta selalu memberikan lebih dari satu jawaban. Aspek keluwesan berkaitan dengan penggunaan beragam strategi dalam penyelesaian masalah dan mencari banyak alternatif jawaban dengan arah yang berbeda-beda. Aspek kebaruan terkait dengan penggunaan strategi baru, unik atau tidak biasa dalam menyelesaikan masalah serta memberikan contoh atau pernyataan yang baru dan unik. Aspek keterincian meliputi kemampuan menjelaskan secara rinci, runtun, dan koheren terhadap prosedur matematis, jawaban atau situasi matematis tertentu.
Kemampuan berpikir kreatif bukanlah target akhir dari pembelajaran matematika, karena kemampuan ini diperlukan juga oleh siswa untuk menguasai matematika itu sendiri. Selain itu, kemampuan berpikir kreatif matematis juga diperlukan siswa untuk menguasai kemampuan lainnya dalam matematika, sebagaimana disampaikan oleh Kiesswetter (Pehnoken, 1997) bahwa aspek keluwesan (flexibility) dalam kemampuan berpikir kreatif merupakan kemampuan penting yang harus dimiliki siswa dalam menyelesaikan masalah matematis.
Fakta di lapangan menunjukkan bahwa siswa mengalami beberapa hambatan dalam pembelajaran seperti: kurangnya motivasi, kurangnya ketekunan, sering menunda tugas, takut gagal, tergantung pada orang lain, khawatir ide yang disampaikan dikritik oleh orang lain, dan malu jika idenya tidak sebaik orang lain (Rajendran, 2010). Berkaitan dengan rendahnya kemampuan berpikir kreatif matematis siswa diungkapkan oleh Munandar (Siswono, 2009), pengajaran di sekolah umumnya terbatas pada pemikiran verbal dan pemikiran logis, pada tugas-tugas yang menuntut pemikiran konvergen, proses-proses pemikiran tingkat tinggi termasuk berpikir kreatif yang jarang dilatih. Santoso (2012) mengungkapkan bahwa kebanyakan guru mengajar masih menggunakan pendekatan konvensional. Siswa hanya menerima materi sebatas yang disampaikan oleh guru, sehingga siswa cenderung pasif dan keaktifan siswa kurang diperhatikan. Selain itu ketika siswa diberi permasalahan siswa cenderung memberikan jawaban yang sama, dan terkadang hanya mengikuti langkah yang ada di buku paket atau cara yang telah ada. Belum tampak adanya penemuan ide baru maupun mengaitkan materi dengan dunia nyata yang dilakukan oleh siswa,
(11)
dikatakan ada namun jarang sekali. Selain itu guru kurang mengarahkan dan memotivasi siswa untuk mengaitkan permasalahan yang dihadapi dengan kehidupan sehari-hari dan memunculkan ide-ide kreatif melalui pembuatan suatu karya. Hal ini menyebabkan rendahnya kreativitas siswa dalam belajar matematika, karena siswa tidak diberi kesempatan untuk mengembangkan potensi yang ada pada diri siswa.
Setiap siswa memiliki bakat kreatif, namun dalam praktek pembelajaran di sekolah biasanya solusi diberikan oleh guru kepada siswa dan bukan siswa yang menemukannya sendiri. Siswa terpaksa menerima langkah penyelesaian yang dicontohkan guru untuk digunakan dalam memecahkan masalah. Hal ini mengakibatkan tidak berkembangnya potensi siswa. Untuk itu, perlu diupayakan peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis melalui pembelajaran matematika yang tepat, yaitu pembelajaran yang memfasilitasi siswa untuk dapat mengesplorasi ide-ide kreatif dalam memecahkan masalah dan mampu memberikan kebebasan bernalar kepada siswa untuk memikirkan berbagai jenis solusi yang dianggap benar. Dengan demikian, siswa haruslah difasilitasi dengan masalah-masalah yang memungkinkan mereka berpikir multi arah sehingga menghasilkan ide atau gagasan yang berbeda. Masalah yang demikian biasanya bersifat terbuka (open problem).
Salah satu pembelajaran yang berorientasi pada penggunaan masalah terbuka adalah pembelajaran melalui pendekatan open-ended, karena pembelajaran ini mampu mengangkat kegiatan kreatif dan berpikir matematis siswa secara simultan (Nohda dalam Suherman, 2003). Lebih lanjut Nohda menjelaskan bahwa pembelajaran dengan cara ini dimulai dengan memberikan open problem (masalah terbuka) kepada siswa. Pembelajaran diarahkan agar siswa dapat menjawab permasalahan dengan banyak cara atau dapat menjawab masalah dengan beberapa solusi yang benar. Cara tersebut akan mengundang potensi intelektual dan pengalaman siswa dalam proses menemukan sesuatu yang baru. Dijelaskan pula bahwa kegiatan kreatif dan pola pikir matematis siswa harus dikembangkan semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuan setiap siswa. Guru perlu memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpikir dengan bebas
(12)
sesuai dengan minat dan kemampuannya, sehingga melalui aktivitas di kelas yang penuh dengan ide-ide matematis inilah yang nantinya akan memacu kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa, seperti berpikir kreatif.
Penelitian yang dilakukan oleh Hartanto (2009) di kelas IX pada pokok bahasan peluang, Kosasih (2012) dan Rosita (2012) di kelas VII pada pokok bahasan bangun datar segi-empat. Mereka menyimpulkan bahwa pembelajaran dengan pendekatan open-ended memberikan pengaruh yang lebih baik secara signifikan terhadap kemampuan berpikir kreatif matematis siswa, namun hasil yang ditunjukkan belum maksimal. Sejalan dengan itu, penelitian ini akan difokuskan pada peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa pada materi bangun ruang sisi datar (kubus, balok, prisma dan limas) dengan memperhatikan gender.
Mengingat bahwa berbagai hambatan bisa saja terjadi dalam kegiatan pembelajaran, seperti: apabila mengalami masalah dalam pembelajaran siswa cenderung lebih lepas dan terbuka untuk bertanya kepada temannya dibandingkan kepada guru; kebuntuan yang ditemukan siswa dalam penyelesaian masalah; dan kebosanan yang cepat timbul apabila bekerja sendiri, maka diperlukan suatu pembelajaran yang memungkinkan siswa untuk saling bekerjasama dan berkolaborasi dengan temannya dalam memecahkan masalah. Kolaborasi siswa secara bersama-sama lebih kuat dari segi intelektual maupun fisik daripada bekerja sendiri, dan tidak ada seseorang yang dapat menghasilkan alternatif jawaban sebanyak beberapa orang (Costa, 2012). Kolaborasi hasil pemikiran siswa memungkinkan lebih banyak ide atau gagasan yang akan muncul, sehingga dapat membuka cakrawala kreativitas berpikir siswa. Senada dengan hal di atas, pepatah Minangkabau mengatakan “duduak surang basampik-sampik, duduak
basamo balapang-lapang”, yang berarti apabila suatu pekerjaan dikerjakan
sendiri akan terasa lebih berat dibandingkan bila dikerjakan secara bersama-sama. Jadi, peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa dapat ditopang dengan pembelajaran secara berkelompok atau kooperatif.
Pembelajaran kooperatif dilaksanakan dalam kelompok kecil dengan tingkat kemampuan matematis siswa yang heterogen, siswa bekerja sebagai
(13)
sebuah tim dalam memecahkan masalah dan menyelesaikan tugas kelompok untuk mencapai tujuan bersama. Setiap siswa memiliki kepentingan dan tujuan yang sama, yaitu untuk meningkatkan kemampuan dan kualitas kelompok dalam memecahkan masalah. Kelebihan pembelajaran kooperatif menurut Suherman (2003) ialah mampu melatih siswa untuk mendengarkan pendapat-pendapat orang lain dan merangkumnya; melatih kerjasama, saling membantu satu sama lain dalam mengintegrasikan pengetahuan baru dan pengetahuan yang telah dimilikinya; meningkatkan sikap positif siswa; membangun kepercayaan diri dalam menyelesaikan masalah; mengurangi bahkan menghilangkan rasa cemas terhadap matematika (math anxiety); dan bermanfaat bagi siswa yang heterogen.
Fakta di lapangan menunjukkan bahwa siswa yang memiliki kemampuan kognitif tinggi cenderung memiliki sikap bekerjasama yang relatif rendah dibandingkan siswa yang memiliki kemampuan rata-rata atau di bawah rata-rata (Wiyanto, 2008). Siswa berkemampuan tinggi lebih suka bekerja secara mandiri, sedangkan siswa yang berkemampuan rendah biasanya lebih mengandalkan teman-temannya yang pintar untuk menyelesaikan tugas kelompok. Padahal menurut Costa & Kallick (2000, 2012) kebiasaan berpikir bersama-sama dengan orang lain merupakan salah satu keterampilan yang paling penting untuk dimiliki siswa.
Informasi atau gagasan tidak hanya muncul dari satu siswa kepada teman lainnya, melainkan setiap siswa dalam kelompok hendaknya memberikan kontribusi yang seimbang terhadap kemajuan kelompok dalam menyelesaikan masalah. Bekerja dalam kelompok membutuhkan kemampuan untuk menguji kelayakan/kebenaran ide, solusi dan strategi pada orang lain, membutuhkan pengembangan kemauan dan keterbukaan untuk menerima umpan balik dari teman secara kritis (Costa, 2012). Kerjasama dan belajar dari orang lain dalam situasi timbal balik seperti ini dinamakan dengan habit of thinking interdependently (HTI).
HTI merupakan salah satu dari 16 macam kebiasaan berpikir (habit of mind) yang diperkenalkan oleh Costa & Kallick pada tahun 2000. Kebiasaan berpikir diartikan Lim (2013) sebagai pola perilaku intelektual yang produktif.
(14)
Interdependent berarti suatu kondisi yang saling tergantung antara individu dengan orang lain dalam membina suatu kerjasama atau hubungan, sedangkan HTI adalah kebiasaan berpikir bersama-sama dengan orang lain, untuk dapat lebih saling tergantung dan sensitif akan kebutuhan orang lain (Costa, 2012). Costa juga menjelaskan bahwa HTI memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling bertukar pikiran, akan tetapi siswa mengantisipasi agar pemikirannya berbeda dengan orang lain. Dengan kata lain, hal ini memacu mereka kreatif untuk mencari alternatif solusi yang sekiranya berbeda dengan yang diperoleh oleh teman-temannya.
Interaksi siswa dalam kelompok menurut Costa (2012) dan Sumarmo (2013) dapat berupa saling memberikan masukan, kritikan, tanggapan, pujian; saling mencurahkan tenaga dan pikiran untuk kelompok; lebih mementingkan kepentingan bersama daripada kepentingan pribadi; saling membantu antar sesama anggota kelompok dengan memastikan bahwa seluruh anggota paham terhadap tugas yang mereka kerjakan; dan mereka tidak hanya berkontribusi tetapi juga belajar sesuatu dari kelompok. HTI berkembang ketika siswa mampu membangun hubungan yang baik, langgeng, kuat dan produktif antar sesama anggota kelompok. Menurut BBSS (2008) hubungan yang terjalin dalam kelompok dapat diukur dengan memperhatikan aspek: (a) kepedulian/berempati terhadap perasaan dan pikiran orang lain, (b) berupaya melihat dan mendengarkan orang lain dengan pemahaman dan empati, (c) menunjukkan kemandirian dalam belajar dan melihat sukacita dalam pembelajaran, dan (d) tim/pekerja yang kolaboratif.
Terkait hubungan antara kemampuan berpikir kreatif matematis dan HTI, pembelajaran yang dilaksanakan di sekolah lebih banyak mengarahkan siswa untuk mencari satu solusi permasalahan dengan benar. Siswa tidak dibiasakan dan diberikan kebebasan untuk berpikir sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya, sehingga hal ini berpengaruh pada kreativitas yang ditunjukkan siswa. Agar kreativitas dapat terwujud dengan baik dibutuhkanlah keterampilan berpikir kreatif (aptitude) dan juga bersikap kreatif (non-aptitude traits). Guilford (Munandar, 1999) menambahkan ciri-ciri utama non-aptitude yaitu lebih
(15)
berkaitan dengan sikap atau perasaan yang meliputi rasa ingin tahu, bersifat imajinatif, merasa tertantang oleh kemajemukan, sifat berani mengambil resiko dan sifat menghargai. Sikap kreatif ini juga termuat dalam habit of thinking interdependently (HTI). Aptitude dan non-aptitude traits diharapkan bisa berjalan bersamaan sehingga kreativitas dapat terwujud dengan baik. Dengan kata lain, pembiasaan berpikir saling bergantung dan berpikir kreatif oleh siswa dalam pembelajaran dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematisnya.
Berkaitan dengan gender, beberapa penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kemampuan matematika siswa laki-laki dan perempuan, khususnya kemampuan yang berkaitan dengan penyelesaian masalah keruangan. Hasil riset Maccoby dan Jacklin (Saragih, 2011) menunjukkan bahwa laki-laki lebih unggul daripada perempuan dalam hal keruangan. Dijelaskan juga bahwa keunggulan ditemukan secara konsisten pada masa remaja dan dewasa, tetapi tidak terjadi pada waktu mereka kanak-kanak. Dengan kata lain, keunggulan laki-laki dibandingkan perempuan terjadi pada tingkat sekolah menengah. Oleh karena itu, studi ini akan memperhatikan kemampuan berfikir kreatif matematis siswa berdasarkan gender. Pembelajaran di kelas dilakukan secara kooperatif sehingga memunculkan kebiasaan berpikir saling bergantung yang positif antar siswa.
Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk membahas “Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis dan Habit of Thinking Interdependently (HTI) Siswa SMP melalui Pendekatan Open-Ended dengan Setting Kooperatif.” Penelitian ini dilakukan di kelas VIII pada salah satu sekolah menengah pertama (SMP) di Kota Bandung.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, dapat diidentifikasi masalah-masalah yang muncul, yaitu:
1. Peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa belum maksimal
(16)
3. Siswa jarang dibiasakan, diberikan kebebasan dan kesempatan untuk mengembangkan potensi yang ada pada dirinya
4. Setiap individu memiliki potensi kreatif, akan tetapi praktek pembelajaran di sekolah membuat siswa terpaksa menerima solusi yang diberikan guru sehingga potensi siswa kurang berkembang
5. Kreativitas individu tercipta tanpa memandang gender, akan tetapi penelitian lain mengatakan bahwa laki-laki lebih unggul daripada perempuan dalam hal keruangan
6. Siswa yang memiliki kemampuan kognitif tinggi cenderung memiliki sikap bekerjasama yang relatif rendah dibandingkan siswa yang memiliki kemampuan rata-rata atau di bawah rata-rata
Berdasarkan masalah di atas, penelitian ini akan dibatasi pada rendahnya kemampuan berpikir kreatif matematis dan kebiasaan berpikir saling bergantung siswa dalam pembelajaran yang dilaksanakan secara berkelompok.
C. Rumusan Masalah Penelitian
Berdasarkan batasan masalah di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang memperoleh pembelajaran melalui pendekatan open-ended dengan setting kooperatif lebih baik daripada siswa yang memperoleh pembelajaran dengan pendekatan konvensional?
2. Apakah peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang memperoleh pembelajaran melalui pendekatan open-ended dengan setting kooperatif lebih baik daripada siswa yang memperoleh pembelajaran dengan pendekatan konvensional?
3. Bagaimana perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis antara siswa yang memperoleh pembelajaran melalui pendekatan open-ended dengan setting kooperatif dan siswa yang memperoleh pembelajaran dengan pendekatan konvensional berdasarkan gender?
(17)
a. Apakah terdapat perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis antara siswa kelompok laki-laki eksperimen (LE), perempuan eksperimen (PE), laki-laki kontrol (LK) dan perempuan kontrol (PK)? b. Jika terdapat perbedaan, maka apakah perbedaan peningkatan
kemampuan berpikir kreatif matematis terjadi pada setiap pasangan kelompok (LE dan PE, LE dan LK, LE dan PK, LK dan PE, LK dan PK, PE dan PK)?
c. Jika terdapat perbedaan, maka kelompok manakah yang memiliki peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis yang lebih baik antara siswa laki-laki dan siswa perempuan?
4. Apakah terdapat korelasi antara peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis dan habit of thinking interdependently (HTI) siswa?
5. Bagaimana gambaran habit of thinking interdependently (HTI) siswa dalam pembelajaran melalui pendekatan open-ended dengan setting kooperatif?
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, secara rinci penelitian ini bertujuan unuk mengetahui:
1. Kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang memperoleh pembelajaran melalui pendekatan open-ended dengan setting kooperatif 2. Peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang
memperoleh pembelajaran melalui pendekatan open-ended dengan setting kooperatif dan siswa yang memperoleh pembelajaran dengan pendekatan konvensional
3. Perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang memperoleh pembelajaran melalui pendekatan open-ended dengan setting kooperatif dan siswa yang memperoleh pembelajaran dengan pendekatan konvensional berdasarkan gender
4. Korelasi yang terdapat antara peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis dan habit of thinking interdependently (HTI) siswa
(18)
5. Gambaran habit of thinking interdependently (HTI) siswa dalam pembelajaran melalui pendekatan open-ended dengan setting kooperatif
E. Manfaat Penelitian
Adapun hasil penelitian ini dapat memberikan berbagai manfaat, terutama diantaranya:
1. Ketika Proses Penelitian
a. Siswa mampu belajar menyelesaikan permasalahan dengan multi solusi dan atau multi cara jawab yang benar, belajar meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis serta bekerjasama saling bertukar ide, memberikan kritikan, pujian dan masukan dalam kelompok belajar. Dengan kata lain, siswa dapat belajar meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis dan habit of thinking interdependently (HTI) selama penelitian
b. Guru yang terlibat dalam penelitian ini dapat memperoleh wawasan tentang penerapan pendekatan open-ended dengan setting kooperatif 2. Hasil
a. Teoritis
1) Penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumber bagi peneliti selanjutnya untuk mengembangkan kemampuan berpikir kreatif matematis dalam ruang lingkup yang lebih luas
2) Penelitian ini dapat menjadi sumbangan pemikiran bagi dunia pendidikan, agar kualitas pendidikan dapat ditingkatkan lagi
3) Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan oleh guru dalam menerapkan pembelajaran melalui pendekatan open-ended dengan setting kooperatif. Pendekatan ini dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis dan habit of thinking interdependently (HTI) siswa 4) Peneliti memperoleh pengalaman, wawasan dan pengetahuan yang
(19)
meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis dan habit of thinking interdependently (HTI)
b. Praktis
Memberikan informasi tentang peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis dan HTI siswa melalui pendekatan open-ended dengan setting kooperatif .
(20)
BAB III
METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis dan habit of thinking interdependently (HTI) siswa yang memperoleh pembelajaran melalui pendekatan open-ended dengan setting kooperatif. Dalam penelitian ini, peneliti tidak mungkin melakukan pemilihan subjek secara acak, untuk itulah peneliti hanya memakai kelas yang telah terbentuk. Desain penelitian yang digunakan adalah Non-equivalent Control Group Design. Penggunaan desain ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang belajar melalui pendekatan open-ended dengan setting kooperatif dan siswa yang belajar dengan pendekatan konvensional. Kedua kelompok sama-sama memperoleh pretes dan postes, akan tetapi kelompok eksperimen saja yang diberikan treatment (Creswell, 2010). Desain penelitiannya diilustrasikan sebagai berikut:
Kelas eksperimen : O X O
---
Kelas kontrol : O O
dengan
O = Pretes atau postes kemampuan berpikir kreatif matematis
X = Pembelajaran melalui pendekatan open-ended dengan setting kooperatif ---- = Subjek tidak dikelompokkan secara acak
Kemampuan berpikir kreatif matematis siswa diukur pada saat sebelum perlakuan (pretes) dan setelah perlakuan (postes). Pretes melihat kesetaraan kemampuan awal kedua kelompok, dan postes melihat pengaruh pembelajaran yang diberikan terhadap kemampuan berpikir kreatif matematis siswa.
Gender (laki-laki dan perempuan) dalam penelitian ini juga diperhatikan, dengan tujuan untuk melihat secara lebih mendalam pengaruh pendekatan open-ended dengan setting kooperatif terhadap peningkatan kemampuan berpikir kreatif
(21)
matematis siswa. Desainnya menggunakan desain faktorial 2 × 2 seperti yang terlihat pada tabel berikut.
Tabel 3.1 Desain Faktorial 2 × 2
Kategori gender Pembelajaran di Kelas
Eksperimen Kontrol
Laki-laki LE LK
Perempuan PE PK
B. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi penelitian adalah seluruh siswa pada salah satu SMP Negeri di Kota Bandung provinsi Jawa Barat. Alasan pemilihan subjek adalah sebagai berikut:
1. Siswa SMP dipilih dengan pertimbangan bahwa tingkat perkembangan kognitif siswa masih berada pada tahap peralihan dari operasi konkret ke operasi formal, serta siswa dirasa siap untuk menerima perlakuan penelitian ini baik dari segi waktu maupun materi yang tersedia
2. Dipilih sekolah dengan peringkat dalam klasifikasi tinggi, kemampuan akademik siswanya heterogen sehingga dapat mewakili siswa dari tingkat kemampuan tinggi, sedang dan rendah
3. Memiliki prosedur administratif yang relatif mudah
4. Pembagian kelas tidak dibedakan atas kelas unggulan dan kelas biasa, maka dapat disimpulkan bahwa kelas-kelas menyebar secara seimbang, sehingga kemampuan siswa pada setiap kelas diasumsikan tidak jauh berbeda
5. Penerimaan siswa baru di sekolah ini setiap tahunnya mempunyai standar nilai yang reratanya relatif sama sehingga untuk siswa-siswa pada tahun pelajaran yang berbeda memiliki karakteristik yang sama.
Pengambilan sampel didasarkan atas tujuan bahwa penelitian dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien terutama dalam hal pengawasan, kondisi subyek penelitian, waktu penelitian yang ditetapkan, kondisi tempat penelitian serta
(22)
prosedur perizinan. Dengan demikian teknik sampling yang tepat digunakan adalah purposive sampling.
Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 5 Bandung yang terdiri atas delapan kelas, yaitu kelas VIIIA sampai kelas VIIIH.
Sampel penelitian yang dipilih juga didasarkan atas saran guru bidang studi matematika, yaitu kelas VIIIA dan VIIIB. Kelas VIIIA dengan 29 siswa dipilih
sebagai kelompok eksperimen, yang terdiri dari 16 laki-laki dan 13 perempuan, sedangkan kelas VIIIB dengan 30 siswa dipilih sebagai kelompok kontrol, yang
terdiri dari 13 laki-laki dan 17 perempuan.
C. Variabel Penelitian
Penelitian ini akan menguji kemampuan berpikir kreatif matematis dan habit of thinking interdependently (HTI) siswa, melalui pendekatan open-ended dengan setting kooperatif. Gender (laki-laki dan perempuan) diduga dapat mempengaruhi (memperkuat atau memperlemah) kemampuan berpikir kreatif matematis.
D. Definisi Operasional
1. Kemampuan berpikir kreatif matematis adalah kemampuan siswa untuk melahirkan gagasan baru atau kombinasi dari konsep-konsep yang sudah ada dengan lancar, luwes dan rinci dalam menyelesaikan permasalahan. Kemampuan ini diukur menggunakan tes kemampuan berpikir kreatif matematis, dengan indikator: (a) aspek kelancaran (fluency), berkaitan dengan banyaknya solusi yang ditawarkan; (b) aspek keluwesan (flexibility), berkaitan dengan ragam ide yang ditunjukkan; (c) aspek kebaruan (originality), berkaitan dengan keunikan jawaban siswa dan; (d) aspek keterincian (elaboration), berkaitan dengan keterincian dan keruntunan jawaban.
2. Habit of thinking interdependently (HTI) adalah kebiasaan berpikir yang
saling bergantung antara siswa dalam satu kelompok, setiap siswa bekerjasama dan belajar dalam situasi timbal balik, peduli terhadap perasaan dan pikiran orang lain, saling membantu dan memberikan
(23)
kontribusi dalam memecahkan masalah sehingga tercipta rasa nyaman dan keadilan bagi semua anggota kelompok. Kebiasaan ini diukur menggunakan skala HTI dan lembar observasi, dengan indikator: (a) aspek kepedulian/berempati terhadap perasaan dan pikiran orang lain; (b) berupaya melihat dan mendengarkan orang lain dengan pemahaman dan empati; (c) menunjukkan kemandirian dalam belajar dan melihat suka cita dalam pembelajaran; dan (d) tim/pekerja yang kolaboratif.
3. Pembelajaran melalui pendekatan open-ended dengan setting koperatif adalah pembelajaran yang membangun kegiatan interaktif antar siswa dalam kelompok, sehingga mengundang kontribusi siswa untuk menjawab permasalahan terbuka melalui berbagai strategi. Pembelajaran dilaksanakan dengan mengikuti langkah-langkah pembelajaran kooperatif, sedangkan soal yang diberikan saat pembelajaran berbentuk open-ended problem. Langkah-langkah pembelajarannya ialah: (a) pelajaran dimulai dengan guru membahas tujuan-tujuan pelajaran dan membangkitkan motivasi belajar siswa; (b) mengorganisasikan siswa menjadi kelompok-kelompok belajar; (c) guru memberikan soal open-ended yang mengarahkan siswa kepada menemukan sendiri konsep pembelajaran; (d) persentasi hasil diskusi kelompok untuk menyamakan konsep siswa; (e) siswa bekerjasama untuk menyelesaikan tugas-tugas interdependen di bawah pengawasan guru; (f) presentasi hasil diskusi kelompok mengenai masalah open-ended yang diberikan; dan (g) menyimpulkan pembelajaran.
E. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan adalah tes dan non tes. Instrumen tes berupa seperangkat soal untuk mengukur kemampuan berpikir kreatif matematis siswa, sedangkan non-tes berupa lembar observasi dan skala habit of thinking interdependently (HTI) siswa. Uraiannya akan dijelaskan sebagai berikut:
1. Tes Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis
Instrumen tes kemampuan berpikir kreatif matematis dikembangkan sesuai dengan materi bangun ruang sisi datar. Tes kemampuan berpikir kreatif
(24)
matematis siswa terdiri dari beberapa soal uraian. Soal tersebut berbentuk open problem, yaitu soal yang memiliki beragam cara penyelesaian dan atau solusi. Penyusunan soal diawali dengan penyusunan kisi-kisi soal, dilanjutkan dengan menyusun soal serta kunci jawaban masing-masing butir soal.
Tes yang diberikan berupa pretes dan postes. Pretes bertujuan untuk mengetahui kesamaan kemampuan kelompok eksperimen dan kontrol sebagai tolak ukur peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa sebelum mendapat perlakuan. Postes bertujuan untuk melihat kemampuan berpikir kreatif matematis siswa, sedangkan data peningkatan untuk mengetahui terdapat atau tidaknya perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis antara kedua kelas termasuk antara siswa laki-laki dan perempuan setelah diberikan perlakuan. Jadi, pemberian tes bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan pendekatan open-ended dengan setting kooperatif dalam pembelajaran matematika terhadap kemampuan berpikir kreatif matematis siswa.
Penilaian secara objektif didasarkan pada kriteria pemberian nilai tes kemampuan berpikir kreatif, yang diadaptasi dari kriteria penskoran Hancock (1995) dan Bosh (Rosita, 2012) sebagai berikut.
Tabel 3.2
Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Kemampuan
yang diukur Skor Respon Siswa
Kemampuan kelancaran (fluency)
0 Tidak menjawab atau memberikan ide yang tidak relevan untuk menyelesaikan permasalahan yang diberikan
1 Memberikan sebuah ide yang relevan dengan penyelesaian masalah tetapi pengungkapannya kurang jelas
2 Memberikan sebuah ide yang relevan dengan penyelesaian masalah dan pengungkapannya jelas
3 Memberikan dua atau lebih ide yang relevan dengan penyelesaian masalah tetapi
(25)
4 Memberikan dua atau lebih ide yang relevan dengan penyelesaian masalah tetapi
pengungkapannya lengkap, jelas dan benar Kemampuan
keluwesan (flexibility)
0 Tidak menjawab atau memberikan jawaban dengan satu cara atau lebih tetapi semuanya salah 1 Memberikan jawaban hanya dengan satu cara dan
terdapat kekeliruan dalam proses perhitungan sehingga hasilnya salah
2 Memberikan jawaban dengan satu cara, proses perhitungan sehingga hasilnya benar
3 Memberikan jawaban dengan dua cara atau lebih (beragam) tetapi hasilnya ada yang salah karena terdapat kekeliruan dalam proses perhitungan 4 Memberikan jawaban dengan dua cara atau lebih
(beragam), proses perhitungan dan hasilnya beragam
Kemampuan kebaruan (originality)
0 Tidak memberikan jawaban atau memberikan jawaban yang salah
1 Menggunakan cara yang digunakan oleh lebih dari 20 siswa
2 Menggunakan cara yang digunakan oleh 11-20 siswa
3 Menggunakan cara yang digunakan oleh 6-10 siswa
4 Menggunakan cara yang digunakan oleh 1-5 siswa
Kemampuan keterincian (elaboration)
0 Tidak menyajikan langkah solusi masalah 1 Tidak menguraikan langkah penyelesaian 2 Menguraikan penyelesaian masalah tetapi tidak
detail
3 Menguraikan langkah penyelesaian tetapi kurang Detail
4 Mampu menguraikan secara runtun langkah penyelesaian masalah
Sumber: Diadaptasi dari Hancock dan Bosh 2. Skala Habit of Thinking Interdependently (HTI)
Skala kebiasaan berpikir bertujuan untuk mengetahui habit of thinking interdependently (HTI) siswa terhadap pembelajaran melalui pendekatan
(26)
open-ended dengan setting kooperatif. Skala HTI terdiri dari 30 butir pernyataan, yaitu positif dan negatif. Skala dikembangkan berdasarkan indikator dan sub indikator HTI. Angket skala HTI diberikan kepada siswa kelompok eksperimen setelah semua kegiatan pembelajaran berakhir yaitu setelah postes. Siswa memberikan penilaian terhadap dirinya sendiri dengan sangat sering, sering, jarang dan sangat jarang. Penelitian ini tidak menggunakan pernyataan yang bernilai tidak punya pendapat dengan tujuan untuk menghindari jawaban netral dari siswa yang nantinya tidak menunjukkan kejelasan berpikir. Peneliti menginginkan adanya kejelasan berpikir dari seluruh siswa yang menjadi sampel.
3. Lembar Observasi
Lembar observasi digunakan untuk melihat aktivitas siswa yang berlangsung pada kelompok eksperimen. Aktivitas siswa yang diamati pada kegiatan pembelajaran melalui pendekatan open-ended dengan setting kooperatif adalah keaktifan siswa dalam membenarkan ide dan menguji kelayakan solusi dan strategi pada orang lain, keterbukaan untuk menerima umpan balik dari teman secara kritis, kebiasaan siswa untuk berpikir secara bersama dengan anggota kelompok, kerjasama dan kolaborasi antar siswa, memberikan kritikan, pujian, tanggapan, saran, penguatan yang membangun, membantu teman yang mengalami kesusahan, dan belajar dari kelompok. Lembar observasi diisi oleh seorang observer pada setiap pertemuan.
4. Lembar Kerja Siswa (LKS)
LKS merupakan lembaran kerja yang berisi uraian masalah yang menggiring siswa mampu memahami materi, selanjutnya diberikan beberapa soal latihan. Uraian masalah dan soal latihan berupa open problem, yaitu soal yang memiliki multi solusi dan atau multi cara penyelesaian. Hal ini bertujuan untuk melatih kemampuan berpikir kreatif matematis siswa dalam menyelesaikan masalah.
(27)
F. Pengujian Instrumen Penelitian
Bahan tes kemampuan berpikir kreatif matematis disesuaikan dengan materi bangun ruang sisi datar. Sebelum diteskan, instrumen terlebih dahulu diuji validitasnya. Soal divalidasi oleh dua orang pembimbing, satu orang dosen dan satu orang mahasiswa S3. Validitas soal yang dinilai oleh validator meliputi validitas muka dan validitas isi. Validitas muka disebut pula validitas bentuk soal (pertanyaan, pernyataan, perintah) atau validitas tampilan, yaitu keabsahan susunan kalimat atau kata-kata dalam soal sehingga pengertiannya jelas dan tidak menimbulkan tafsiran lain. Validitas isi artinya ketetapan alat tersebut ditinjau dari segi materi yang dievaluasikan, yaitu materi (bahan) yang dipakai sebagai alat evaluasi merupakan sampel representatif dari pengetahuan yang harus dikuasai siswa (Suherman, 2003b), termasuk kesesuaian indikator dan butir soal, kesesuaian soal dengan tingkat kemampuan siswa, dan kesesuaian materi dan tujuan yang ingin dicapai.
Selanjutnya, instrumen diujicobakan kepada siswa kelas IX di SMP Negeri 5 Bandung. Ujicoba tes dan non tes ini dilakukan kepada siswa yang telah mendapatkan materi bangun ruang sisi datar sebelumnya. Data hasil uji coba tes kemampuan berpikir kreatif matematis dianalisis untuk mengetahui validitas, realibilitas, daya pembeda, dan tingkat kesukarannya dengan menggunakan program software Anates V.4 for Windows. Secara lengkap, analisis data hasil uji coba meliputi hal-hal sebagai berikut:
1. Validitas Instrumen
Instrumen dikatakan valid bila ia mampu mengukur apa yang semestinya harus diukur (Ruseffendi, 1991). Untuk menghitung validitas butir soal uraian digunakan rumus koefisien korelasi product moment, sebagaimana dijelaskan (Arikunto, 2007).
= ( )−
2−( )2 2−( )2
Keterangan : = validitas soal = jumlah peserta tes
(28)
= skor tes siswa = skor total
Interpretasi yang lebih rinci mengenai nilai tersebut dibagi ke dalam kategori-kategori seperti yang ditunjukkan pada tabel berikut.
Tabel 3.3
Klasifikasi Koefisien Validitas Koefisien Validitas Interpretasi
0,90 < ≤1,00 Sangat tinggi
0,70 < ≤0,90 Tinggi (baik)
0,40 < ≤0,70 Sedang (cukup)
0,20 < ≤0,40 Rendah (kurang)
0,00 < ≤0,20 Sangat rendah
≤0,00 Tidak valid
Sumber: Arikunto (2007)
Dengan mengambil taraf signifikansi 0,05 diperoleh kemungkinan interpretasi sebagai berikut.
(i) Jika ℎ� � ≤ , maka korelasi tidak signifikan (ii) Jika ℎ� � > , maka korelasi signifikan
Hasil uji validitas data kemampuan berpikir kreatif siswa disajikan pada tabel berikut.
Tabel 3.4
Validitas Hasil Uji Coba Instrumen Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis
No. Soal Korelasi ( ) Interpretasi Dk Validitas
1 0,248 Rendah
0,423 20
Tidak valid
2 0,609 Sedang Valid
3 0,851 Tinggi Valid
4 0,672 Sedang Valid
5 0,576 Sedang Valid
6 0,763 Tinggi Valid
Sumber: Software Anates V.4 for Windows
Tabel di atas menunjukkan bahwa terdapat lima soal valid dan satu tidak valid. Untuk validitas hasil uji coba skala HTI terdapat pada lampiran B.4. Hasilnya menunjukkan bahwa 17 dari 34 pernyataan tidak signifikan. Karena pada umumnya satu sub indikator diwakili oleh satu pernyataan, oleh karena
(29)
itu hanya pernyataan dengan korelasi negatif yang tidak dipakai. Sedangkan pernyataan pertama dilakukan revisi.
2. Reliabilitas Instrumen
Suatu tes dikatakan reliabel apabila hasilnya menunjukkan ketetapan, dengan kata lain jika diberikan tes kepada siswa yang sama dalam waktu yang berlainan maka setiap siswa akan tetap berada dalam urutan yang sama pada kelompoknya. Derajat reliabilitasnya menggunakan rumus Cronbach-Alpha, karena tes berbentuk uraian (Suherman, 2003b).
11 = −1 1− �� 2
�2
Keterangan: 11 = koefisien reliabilitas tes = banyaknya butir soal
��2 = jumlah varians skor tiap butir soal
�2
= varians skor total
Untuk menginterpretasikan derajat reliabilitas instrumen digunakan tolak ukur yang ditetapkan oleh J.P. Guilford sebagai berikut.
Tabel 3.5
Kriteria Derajat Keandalan J.P. Guilford Nilai 11 Derajat Keandalan
11≤0,20 Sangat rendah
0,20 < 11≤0,40 Rendah
0,40 < 11≤0,70 Sedang
0,70 < 11≤0,90 Tinggi
0,90 < 11≤1,00 Sangat tinggi
Sumber: J.P. Guilford dalam Suherman (2003b)
Hasil uji reliabilitas menunjukkan bahwa nilai 11 = 0,83. Artinya derajat keandalan tes kemampuan berpikir kreatif matematis tergolong tinggi.
3. Daya Pembeda
Daya pembeda butir soal adalah kemampuan butir soal untuk membedakan antara siswa yang pandai dengan siswa yang kurang atau antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah. Daya pembeda tes dihitung dengan rumus berikut (Sumarmo, 2013b):
(30)
�� = � −�
Keterangan: DP : Daya pembeda
� : Jumlah skor kelompok atas suatu butir
� : Jumlah skor kelompok bawah suatu butir : Jumlah skor ideal suatu butir
Tabel 3.6
Klasifikasi Daya Pembeda (DP) Soal
Kriteria daya pembeda Klasifikasi
�� ≤0,00 Sangat jelek
0,00 <�� ≤ 0,20 Jelek
0,20 <�� ≤ 0,40 Cukup
0,40 <�� ≤ 0,70 Baik
0,70 <�� ≤ 1,00 Sangat Baik
Sumber: Handout Evaluasi Pembelajaran Matematika
Rangkuman hasil perhitungan daya pembeda untuk tes kemampuan berpikir kreatif matematis disajikan dalam tabel berikut.
Tabel 3.7
Daya Pembeda Hasil Uji Coba
Instrumen Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis No. Soal Daya Pembeda Klasifikasi
1 0,208 Cukup
2 0,292 Cukup
3 0,750 Sangat baik
4 0,500 Baik
5 0,542 Baik
6 0,438 Baik
Sumber: Software Anates V.4 for Windows
Tabel di atas menunjukkan bahwa instrumen kemampuan berpikir kreatif matematis mampu membedakan kemampuan antar siswa dengan klasifikasi sangat baik, baik dan cukup.
4. Tingkat Kesukaran
Tingkat kesukaran soal digunakan untuk menyatakan apakah suatu soal termasuk ke dalam kategori mudah, sedang, atau sukar. Menurut Suherman
(31)
dan Sukjaya (1990), tingkat kesukaran soal uraian dapat dihitung dengan rumus berikut.
= �
�
Keterangan: = Indeks Kesukaran
� = Rata-rata skor pada butir soal � = Skor Maksimum Ideal
Klasifikasi tingkat kesukaran soal (Suherman, 2001) sebagai berikut: Tabel 3.8
Klasifikasi Koefisien Tingkat Kesukaran Kriteria Tingkat Kesukaran Klasifikasi
TK = 0,00 Soal Sangat Sukar 0,00 TK 0,3 Soal Sukar
0,3 TK ≤ 0,7 Soal Sedang
0,7 TK ≤ 1,00 Soal Mudah
TK = 1,00 Soal Sangat Mudah Sumber: Suherman (2001)
Rangkuman hasil perhitungan tingkat kesukaran tes kemampuan berpikir kreatif matematis disajikan pada tabel berikut.
Tabel 3.9
Tingkat Kesukaran Hasil Uji Coba
Instrumen Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis No. Soal Daya Pembeda Klasifikasi
1 0,521 Sedang
2 0,312 Sedang
3 0,514 Sedang
4 0,667 Sedang
5 0,604 Sedang
6 0,615 Sedang
Sumber: Software Anates V.4 for Windows
Tabel di atas menunjukkan bahwa semua soal kemampuan berpikir kreatif matematis memiliki tingkat kesukaran sedang.
5. Rekapitulasi Hasil Analisis Uji Coba Instrumen Tes
Rekapitulasi perhitungan analisis hasil uji coba tes kemampuan berpikir kreatif matematis disajikan pada tabel berikut.
(32)
Tabel 3.10
Rekapitulasi Hasil Analisis Uji Coba
Instrumen Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis No.
Soal Korelasi Reliabilitas
Daya Pembeda
Tingkat
kesukaran Sig. Korelasi 1 Rendah
Tinggi
Cukup Sedang Tidak
signifikan
2 Sedang Cukup Sedang Signifikan
3 Tinggi Sangat baik Sedang Signifikan
4 Sedang Baik Sedang Signifikan
5 Sedang Baik Sedang Signifikan
6 Tinggi Baik Sedang Signifikan
Sumber: Software Anates V.4 for Windows
Berdasarkan tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa soal nomor satu tidak signifikan sehingga tidak dipakai dan lima soal lainnya dipakai dalam penelitian.
G. Teknik Pengumpulan dan Analisis Data
Data penelitian dikumpulkan melalui tes tertulis kemampuan berpikir kreatif matematis, skala habit of thinking interdependently (HTI) dan lembar observasi. Tes dilakukan sebelum dan setelah pelaksanaan pembelajaran, pada kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol.
Skala kebiasaan diberikan pada kelompok eksperimen dengan tujuan untuk melihat kebiasaan berpikir siswa terhadap pembelajaran matematika melalui pendekatan open-ended dengan setting kooperatif. Observasi terhadap guru dan siswa dilakukan pada kelas eksperimen. Lembar observasi digunakan untuk melihat HTI siswa selama pelaksanaan pembelajaran melalui pendekatan open-ended dengan setting kooperatif yang dilakukan guru.
Penelitian ini menghasilkan data kuantitatif dan data kualitatif. Data kuantitatif adalah data hasil tes kemampuan berpikir kreatif matematis yang dianalisis secara statistik, dan data skala habit of thinking interdependently (HTI) siswa. Data kualitatif diperoleh dari lembar observasi. Hasil observasi dianalisis dengan cara deskriptif.
(33)
1. Analisis Data Kuantitatif
Data hasil tes kemampuan berpikir kreatif matematis diolah melalui tahap-tahap sebagai berikut:
a. Memberikan skor sesuai dengan kunci jawaban dan pedoman penskoran yang digunakan
b. Membuat tabel nilai pretes, postes dan N-gain siswa kelompok eksperimen dan kontrol
c. Menghitung statistik deskriptif dari data yang diperoleh, antara lain membuat tabel, grafik, rata-rata dan simpangan baku
d. Data pretes, postes dan N-gain
Pretes dilakukan untuk melihat kemampuan berpikir kreatif matematis siswa sebelum diberi perlakuan, mencakup kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Postes bertujuan melihat kemampuan berpikir kreatif matematis siswa setelah diberi perlakuan, sedangkan N-gain untuk melihat besarnya peningkatan yang terjadi. Dilakukan uji kesamaan atau perbedaan rata-rata terhadap data yang terkumpul dengan terlebih dahulu melakukan uji normalitas dan homogenitas menggunakan SPSS 16.0 for windows.
1) Uji normalitas menggunakan rumusan hipotesis sebagai berikut: H0 : data berasal dari populasi berdistribusi normal
H1 : data berasal dari populasi berdistribusi tidak normal
Uji normalitas menggunakan uji statistik Shapiro Wilk pada taraf signifikansi 5% dengan kriteria jika nilai Sig. > �, maka sebaran berdistribusi normal.
2) Uji homogenitas menggunakan rumusan hipotesis sebagai berikut: H0 : kedua data berasal dari populasi yang bervariansi homogen
H1 : kedua data berasal dari populasi bervariansi tidak homogen
Uji homogenitas menggunakan uji Levene dengan kriteria jika nilai Sig. >� maka data berasal dari populasi yang bervariansi homogen (sama).
(34)
e. Jika kedua rata-rata skor berdistribusi normal dan homogen maka uji statistik yang digunakan adalah uji-t. Apabila data tidak berdistribusi normal, dilakukan uji non-parametrik Mann-Whitney. Selanjutnya, bila data normal tetapi tidak homogen, maka dilakukan uji t’. Pengujian dilakukan menggunakan SPSS 16.0 for windows.
f. Hipotesis 1
Pengujian kemampuan berpikir kreatif matematis antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol menggunakan uji satu pihak (pihak kanan). Dengan kriteria pengujian yaitu: tolak H0 jika Sig. ((1-tailed = 1
2(2− � )) < � = 0,05 (Uyanto, 2009).
g. Hipotesis 2
Besarnya peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dihitung dengan memanfaatkan nilai pretes dan postes. Analisis dilakukan dengan menggunakan rumus gain ternomalisasi rata-rata (average normalized gain) yang dikemukakan Meltzer (2002):
�= � � − �
� − � �
Hasil perhitungan gain ternormalisasi diinterpretasikan menggunakan klasifikasi sebagai berikut:
Tabel 3.11
Klasifikasi Gain Ternormalisasi Besarnya N-Gain (g) Klasifikasi
g ≥ 0,70 Tinggi
0,30 ≤ g < 0,70 Sedang
g < 0,30 Rendah Sumber: Meltzer (2002)
Pengujian peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol menggunakan uji satu pihak (pihak kanan). Dengan kriteria pengujian yaitu: tolak H0 jika
Sig. ((1-tailed = 1
(35)
h. Hipotesis 3
Uji perbedaan rata-rata data peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis kelompok eksperimen dan kontrol berdasarkan kategori gender (laki-laki dan perempuan) menggunakan uji analysis of variance (ANOVA) dua jalur. Sebelumnya dilakukan uji asumsi, yaitu uji normalitas dan homogenitas. Jika data tidak berdistribusi normal maka digunakan uji non parametrik Kruskal Wallis, sedangkan untuk mengetahui perbedaan peningkatan secara signifikan yang terjadi pada setiap pasangan kelompok dilakukan uji lanjutan Anova One Way dengan Post Hoc Multiple Comparison (uji Tukey). Kriteria pengujiannya adalah tolak H0 jika p-value (signifikan) < 0.05. Untuk
memperoleh informasi mengenai kelompok dengan peningkatan yang lebih baik antara siswa laki-laki dan siswa perempuan dilakukan dengan uji satu pihak. Dengan kriteria pengujian yaitu: tolak H0 jika
Sig. ((1-tailed = 1
2(2− � )) < � = 0,05 (Uyanto, 2009).
i. Hipotesis 4
Hubungan peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis dan habit of thinking interdependently (HTI) siswa pada kelompok eksperimen menggunakan uji korelasi Pearson. Data peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa berbentuk skala interval, sedangkan data HTI berbentuk skala ordinal. Karena kedua data memiliki skala yang berbeda, maka perlu dilakukan tansformasi data skala HTI (ordinal) ke skala interval menggunakan software MSI agar syarat melakukan uji korelasi Pearson terpenuhi. Kemudian dilakukan perhitungan koefisien korelasi Product Moment Pearson.
j. Analisis Data Skala HTI
Persetase setiap sub indikator dihitung menggunakan Microsoft Excel 2007, bertujuan melihat kecenderungan kebiasaan berpikir siswa. 2. Analisis Data Kualitatif
Data kualitatif diperoleh dari hasil observasi. Lembar observasi digunakan untuk melihat aktivitas guru dan siswa dalam pembelajaran
(36)
matematika melalui pendekatan open-ended dengan setting kooperatif. Data diolah secara deskriptif, dengan melihat kecenderungan pilihan siswa dari setiap item pernyataan, positif atau negatif. Data hasil observasi dijadikan sebagai pertimbangan terhadap hasil angket agar data dari semua sumber mengarah pada simpulan yang sama sehingga kesimpulan yang diambil lebih kuat.
H. Prosedur Penelitian
Penelitian dilakukan dalam tiga tahap, yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan dan tahap analisis data penelitian.
1. Tahap Persiapan
a. Penyusunan proposal yang diawali dengan menyusun latar belakang penelitian yang mencakup perumusan masalah penelitian
b. Studi literatur terhadap pendekatan pembelajaran open-ended dengan setting kooperatif, kemampuan berpikir kreatif matematis, dan habit of thinking interdependently (HTI)
c. Menyusun instrumen penelitian dan rancangan pembelajaran yang disertai dengan proses bimbingan dengan dosen pembimbing
d. Melakukan observasi pembelajaran di sekolah dan berkonsultasi dengan guru matematika untuk menentukan waktu dan teknis pelaksanaan penelitian
e. Melakukan uji coba instrumen penelitian dan mengolah data hasil uji coba untuk mengetahui validitas, reliabilitas, daya pembeda dan tingkat kesukaran instrumen yang akan digunakan dengan Software Anates V.4.
2. Tahap Pelaksanaan
a. Pemberian pretes pada kelompok eksperimen dan kontrol untuk melihat bahwa tidak terdapat perbedaan kemampuan berpikir kreatif matematis antara kedua kelompok
b. Melaksanakan pembelajaran open-ended dengan setting kooperatif pada kelompok eksperimen dan pembelajaran konvensional pada
(37)
kelompok kontrol, selama pembelajaran di kelas eksperimen siswa diberikan LKS guna melatih kemampuan berpikir kreatif matematisnya
c. Mengobservasi HTI siswa yang belajar melalui pendekatan open-ended dengan setting kooperatif
d. Mengadakan postes pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol e. Memberikan skala HTI pada siswa kelompok eksperimen
3. Analisis Data
a. Membuat statistika deskriptif data pretes, postes dan N-gain b. Melakukan pengujian hipotesis
c. Melakukan pembahasan hasil analisis data penelitian d. Menyimpulkan hasil penelitian
(38)
Berikut dirancang alur penelitian untuk memudahkan pelaksanaan penelitian:
Gambar 3.1 Diagram Alur Penelitian
Studi pendahuluan
identifikasi masalah, rumusan masalah, dan studi kepustakaan
Penyusunan instrumen dan bahan ajar
Uji coba instrumen
Analisis hasil uji coba Instrumen
Pemilihan subjek penelitian
Pretes
Pembelajaran open-ended dengan setting kooperatif pada kelompok eksperimen
Analisis data hasil peneliitian Postes
Pengolahan data
Pembahasan Pembelajaran konvensional
pada kelompok kontrol
LKS, skala HTI dan observasi
Penyimpulan
Observasi dan skala
(39)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian mengenai perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang memperoleh pembelajaran melalui pendekatan open-ended dengan setting kooperatif dan siswa yang memperoleh pembelajaran dengan pendekatan konvensional, diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang memperoleh pembelajaran melalui pendekatan open-ended dengan setting kooperatif lebih baik daripada siswa yang memperoleh pembelajaran dengan pendekatan konvensional
2. Peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang memperoleh pembelajaran melalui pendekatan open-ended dengan setting kooperatif lebih baik daripada siswa yang memperoleh pembelajaran dengan pendekatan konvensional
3. Terdapat perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis antara siswa yang memperoleh pembelajaran melalui pendekatan open-ended dengan setting kooperatif dan siswa yang memperoleh pembelajaran dengan pendekatan konvensional berdasarkan gender
a. Terdapat perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis antara siswa kelompok laki-laki eksperimen (LE), perempuan eksperimen (PE), laki-laki kontrol (LK) dan perempuan kontrol (PK) b. Terdapat perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kreatif
matematis yang signifikan pada kelompok laki-laki eksperimen dengan kelompok perempuan kontrol
c. Peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa laki-laki lebih baik daripada siswa perempuan secara keseluruhan, hal ini juga berlaku pada masing-masing kelas eksperimen dan kontrol
(40)
4. Tidak terdapat korelasi antara peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis dan habit of thinking interdependently (HTI) siswa yang memperoleh pembelajaran melalui pendekatan open-ended dengan setting kooperatif
5. Siswa menunjukkan HTI dalam pembelajaran melalui pendekatan open-ended dengan setting kooperatif, baik kepedulian/berempati terhadap perasaan dan pikiran orang lain, berupaya melihat dan mendengarkan orang lain dengan pemahaman dan empati, menunjukkan kemandirian yang cukup dalam belajar dan melihat sukacita pembelajaran serta tim/pekerja yang cukup kolaboratif.
B. Saran
Berdasarkan temuan-temuan dalam penelitian ini, peneliti memberikan saran sebagai berikut:
1. Pendekatan open-ended dengan setting kooperatif dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa, sehingga guru bisa menjadikan pendekatan ini sebagai salah satu alternatif pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa
2. Sebaiknya pembelajaran melalui pendekatan open-ended dengan setting kooperatif dilakukan lebih dari delapan kali pertemuan, agar memperoleh hasil yang maksimal. Hal ini disebabkan karena siswa membutuhkan pembiasaan untuk mampu beradaptasi dengan pendekatan yang digunakan 3. Kemampuan berpikir kreatif matematis siswa dapat ditingkatkan melalui pemberian masalah terbuka, karena hal ini membantu siswa memunculkan ide-ide cemerlang dalam menyelesaikan masalah
4. Belum semua siswa menunjukkan karakter kreatif dalam pembelajaran yang dilakukan, sehingga disarankan untuk peneliti berikutnya membuat soal-soal yang dapat menjembatani pemunculan kreativitas siswa dengan berbagai tingkat kemampuan
5. Pembelajaran hendaknya harus membiasakan siswa mencari berbagai alternatif jawaban yang benar serta mendorong siswa agar tertantang untuk
(41)
menyelesaikan masalah yang sulit, hal ini nantinya akan berpengaruh pada peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa
6. Dibutuhkan persiapan yang matang untuk menangani semua kegiatan di kelas, seperti merancang RPP dan lembar kegiatan siswa (LKS), agar pembelajaran belangsung sesuai dengan yang diharapkan sehingga tujuan pembelajaran tercapai
7. Berdasarkan temuan penelitian, kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan pembelajaran melalui pendekatan open-ended dengan setting kooperatif cukup menyita waktu karena siswa diminta untuk mengkontruksi sendiri pemahamannya terhadap materi pembelajaran melalui masalah open-ended yang diberikan guru. Untuk itu, dibutuhkan pengelolaan sistem pelaksanaan dan waktu pembelajaran yang lebih baik supaya tahapan pembelajaran dapat terlaksana dengan maksimal dan efektif.
8. Pelaksanaan pembelajaran secara kooperatif hendaknya memperhatikan indikator-indikator HTI sehingga
9. Kebiasaan berpikir saling bergantung atau HTI yang ditunjukkan siswa dalam pembelajaran belum maksimal, sehingga dibutuhkan pemunculan kesadaran siswa akan pentingnya saling bekerjasama dalam artian yang positif, harus percaya diri serta siswa mesti memiliki motivasi yang tinggi untuk belajar.
(42)
DAFTAR PUSTAKA
Agnes, Sawir. 2005. AnalisisKinerjaKeuangan Dan PerencaanKeuangan Perusahaan. PT. GramediaPustakaUtama: Jakarta
Ang, Robert. 1997. BukuPintarPasar Modal Indonesia (The Intelligent Guide To Indonesian Capital Market). Jakarta: Mediasoft Indonesia
Arikunto, Suharsimi. 2006. ProsedurPenelitianSuatuPendekatanPraktek. EdisiRevisi. Jakarta: RinekaCipta
BEI. 2010. BukuPanduanIndeksHargaSaham Bursa Efek Indonesia
Berstein, Leopold A. 1983. Financial Statement Analysis, Theory Application,
And Interpretation. 3rd Ed. Richard D. Irwin
Brigham, Eugene Dan Joel F. Houston. 2001. ManajemenKeuangan. EdisiKedelapan. Jakarta: Erlangga
Courtis, J.K, 1987. Modeling A Financial Ratio, Categorized Frame Work, Journal Of Business Finance And Accounting, Winter:201-224
Fahmi, Irham. 2013. RahasiaSahamdanObligasi. Bandung: Alfabeta
Harahap, SofyanSyafri. 2008. AnalisisKritisAtasLaporanKeuangan. Jakarta: PT . Raja GrafindoPersada
Hariyani, Iswi, Serfianto. 2010. BukuPintarHukumBisnisPasar Modal.Jakarta :TransmediaPustaka
Husnan, Suad. 225. Dasar-DasarTeoriPortofoliodanAnalisisSekuritas. Yogyakarta: UPP Amp Ykpn
Jogiyanto. 2008. TeoriPortofolio Dan AnalisisInvestasi. Yogyakarta: BPFE
Kasmir. 2008. AnalisisLaporanKeuangan. Jakarta :RajawaliPers
Munawir, S . 2010. AnalisisLaporanKeuangan. Yogyakarta: Liberty
Sambas danMaman. 2007. AnalisisKorelasi, Regresi, Dan JalurDalamPenelitian. PustakaSetia: Bandung
Samsul, Mohamad. 2006. Pasar Modal Dan ManajemenPortofolio. Jakarta: Erlangga
Siamat, Dahlan. 2004. ManajemenLembagaKeuangan. Jakarta: LembagaPenerbit FE Universitas Indonesia
(43)
Subramanyamdan John J. Wild. 2010. AnalisisLaporanKeuangan, Edisi 10. Jakarta: SalembaEmpat
Sugiyono. 2009. StatistikaUntukPenilaian. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. 2012. MetodePenelitianKuantitatif Dan Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Tandelilin, Eduardus. 2010. AnalisisInvestasi Dan ManajemenPortofolio. Yogyakarta: BPFE
Umar, Husein. 2008. DesainPenelitianAkuntansiKeperilakuan. PT. RajagrafindoPersada: Jakarta
Waspada, Ikaputera. 2010. PengetahuanPasar Modal Dan Portofolio (AnalisisPraktisPasar Modal). Bandung: Laboratorium PEK UniversitasPendidikan Indonesia
Widoatmodjo, Sawidji. 2005. Cara SehatInvestasi Di Pasar Modal. Jakarta: Media Komputindo
JurnaldanKaryaIlmiah
Budialim, Giovani. 2013. PengaruhKinerjaKeuangan Dan RisikoTerhadap Return Saham Perusahaan Sektor Consumer Goods Di Bursa Efek
Indonesia Periode 2007-2011.JurnalIlmiahMahasiswaUniversitas
Surabaya Vol. 2 No.1
Faried, AbsiRachman. 2008. AnalisisPengaruhFaktor Fundamental Dan NilaiKapitalisasiPasarTerhadap Return Saham Perusahaan Manufaktur
Di BEI Periode 2002-2006.Tesis.UniversitasDiponegoro:
tidakditerbitkan.
Hernendiastro, Andre. 2005. PengaruhKinerja Perusahaan Dan
KondisiEkonomiTerhadap ReturnSahamDenganMetodeIntervalling
(StudiKasusPadaSaham-Saham LQ45. Tesis.UniversitasDiponegoro:
tidakditerbitkan.
Malintan, Rio. 2012. Pengaruh Current Ratio, Debt to Equity Ratio, Price
Earning Ratio, dan return on asset terhadap return
sahamperusahaanpertambangan yang terdaftar di bursa efek Indonesia
tahun
2005-2010.SkripsiSarjanapadaAkuntansiFakultasEkonomidanBisnis.Universita sBrawijaya: tidakditerbitkan.
MamikMardiani, Topowijono, dan M.G. Wi Endang NP. 2011. Penilaiankinerjakeuanganperusahaanmenggunakananalisisrasiokeuanga
(44)
ndankonsepEVA (Economic Value Added) (Studipada PT. HM Sampoerna, Tbk yang terdaftar di BEI periodetahun
2009-2011).FakultasIlmuAdmisnistrasi. UniversitasBrawijaya:
tidakditerbitkan.
Prihantini, Ratna. 2009. AnalisisPengaruhInflasi, NilaiTukar, ROA, DER Dan CR Terhadap Return Saham (Studikasussaham industry real estate and property yang terdaftar di bursa efek Indonesia periode 2003-2006).Tesis.UniversitasDiponegoro: tidakditerbitkan.
Internet
PT. PEFINDO [9 April 2014] http://new.pefindo.com Okezone [8 April 2014]
http://economy.okezone.com
BURSA EFEK INDONESIA [13 Maret 2014] http://www.idx.co.id
SINDO [10 Juni 2014]
http://www.sindotrijaya.com/news/detail/5287/prospek-ekonomi-2014-dinilai-memiliki-peluang-positif-bagi-indonesia#.U5ZnzCg09kM
KOMPAS [10 Juni 2014]
http://m.kompasiana.com/post/read/631625/1/sekilas-ekonomi-indonesia-2014.html
Bank Indonesia [29 Juni 2014]
(1)
Ummul Huda, 2014
Peningktakan kemampuan berpikir kreatif matematis dan habit of thingking interdependentiy (HTI) siswa melalui
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian mengenai perbedaan peningkatan
kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang memperoleh pembelajaran melalui pendekatan open-ended dengan setting kooperatif dan siswa yang
memperoleh pembelajaran dengan pendekatan konvensional, diperoleh
kesimpulan sebagai berikut:
1. Kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang memperoleh
pembelajaran melalui pendekatan open-ended dengan setting kooperatif lebih baik daripada siswa yang memperoleh pembelajaran dengan pendekatan konvensional
2. Peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang
memperoleh pembelajaran melalui pendekatan open-ended dengan setting kooperatif lebih baik daripada siswa yang memperoleh pembelajaran dengan pendekatan konvensional
3. Terdapat perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis
antara siswa yang memperoleh pembelajaran melalui pendekatan
open-ended dengan setting kooperatif dan siswa yang memperoleh pembelajaran
dengan pendekatan konvensional berdasarkan gender
a. Terdapat perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis
antara siswa kelompok laki-laki eksperimen (LE), perempuan eksperimen (PE), laki-laki kontrol (LK) dan perempuan kontrol (PK)
b. Terdapat perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kreatif
matematis yang signifikan pada kelompok laki-laki eksperimen dengan kelompok perempuan kontrol
c. Peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa laki-laki
lebih baik daripada siswa perempuan secara keseluruhan, hal ini juga berlaku pada masing-masing kelas eksperimen dan kontrol
(2)
Ummul Huda, 2014
Peningktakan kemampuan berpikir kreatif matematis dan habit of thingking interdependentiy (HTI) siswa melalui
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
4. Tidak terdapat korelasi antara peningkatan kemampuan berpikir kreatif
matematis dan habit of thinking interdependently (HTI) siswa yang memperoleh pembelajaran melalui pendekatan open-ended dengan setting kooperatif
5. Siswa menunjukkan HTI dalam pembelajaran melalui pendekatan
open-ended dengan setting kooperatif, baik kepedulian/berempati terhadap
perasaan dan pikiran orang lain, berupaya melihat dan mendengarkan orang lain dengan pemahaman dan empati, menunjukkan kemandirian yang cukup dalam belajar dan melihat sukacita pembelajaran serta tim/pekerja yang cukup kolaboratif.
B. Saran
Berdasarkan temuan-temuan dalam penelitian ini, peneliti memberikan saran sebagai berikut:
1. Pendekatan open-ended dengan setting kooperatif dapat meningkatkan
kemampuan berpikir kreatif matematis siswa, sehingga guru bisa menjadikan pendekatan ini sebagai salah satu alternatif pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa
2. Sebaiknya pembelajaran melalui pendekatan open-ended dengan setting
kooperatif dilakukan lebih dari delapan kali pertemuan, agar memperoleh hasil yang maksimal. Hal ini disebabkan karena siswa membutuhkan pembiasaan untuk mampu beradaptasi dengan pendekatan yang digunakan
3. Kemampuan berpikir kreatif matematis siswa dapat ditingkatkan melalui
pemberian masalah terbuka, karena hal ini membantu siswa memunculkan ide-ide cemerlang dalam menyelesaikan masalah
4. Belum semua siswa menunjukkan karakter kreatif dalam pembelajaran
yang dilakukan, sehingga disarankan untuk peneliti berikutnya membuat soal-soal yang dapat menjembatani pemunculan kreativitas siswa dengan berbagai tingkat kemampuan
5. Pembelajaran hendaknya harus membiasakan siswa mencari berbagai
(3)
Ummul Huda, 2014
Peningktakan kemampuan berpikir kreatif matematis dan habit of thingking interdependentiy (HTI) siswa melalui
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
menyelesaikan masalah yang sulit, hal ini nantinya akan berpengaruh pada peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa
6. Dibutuhkan persiapan yang matang untuk menangani semua kegiatan di
kelas, seperti merancang RPP dan lembar kegiatan siswa (LKS), agar pembelajaran belangsung sesuai dengan yang diharapkan sehingga tujuan pembelajaran tercapai
7. Berdasarkan temuan penelitian, kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan
pembelajaran melalui pendekatan open-ended dengan setting kooperatif cukup menyita waktu karena siswa diminta untuk mengkontruksi sendiri pemahamannya terhadap materi pembelajaran melalui masalah
open-ended yang diberikan guru. Untuk itu, dibutuhkan pengelolaan sistem
pelaksanaan dan waktu pembelajaran yang lebih baik supaya tahapan pembelajaran dapat terlaksana dengan maksimal dan efektif.
8. Pelaksanaan pembelajaran secara kooperatif hendaknya memperhatikan
indikator-indikator HTI sehingga
9. Kebiasaan berpikir saling bergantung atau HTI yang ditunjukkan siswa
dalam pembelajaran belum maksimal, sehingga dibutuhkan pemunculan kesadaran siswa akan pentingnya saling bekerjasama dalam artian yang positif, harus percaya diri serta siswa mesti memiliki motivasi yang tinggi untuk belajar.
(4)
Ummul Huda, 2014
Peningktakan kemampuan berpikir kreatif matematis dan habit of thingking interdependentiy (HTI) siswa melalui
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR PUSTAKA
Agnes, Sawir. 2005. AnalisisKinerjaKeuangan Dan PerencaanKeuangan
Perusahaan. PT. GramediaPustakaUtama: Jakarta
Ang, Robert. 1997. BukuPintarPasar Modal Indonesia (The Intelligent Guide To
Indonesian Capital Market). Jakarta: Mediasoft Indonesia
Arikunto, Suharsimi. 2006. ProsedurPenelitianSuatuPendekatanPraktek.
EdisiRevisi. Jakarta: RinekaCipta
BEI. 2010. BukuPanduanIndeksHargaSaham Bursa Efek Indonesia
Berstein, Leopold A. 1983. Financial Statement Analysis, Theory Application,
And Interpretation. 3rd Ed. Richard D. Irwin
Brigham, Eugene Dan Joel F. Houston. 2001. ManajemenKeuangan. EdisiKedelapan. Jakarta: Erlangga
Courtis, J.K, 1987. Modeling A Financial Ratio, Categorized Frame Work,
Journal Of Business Finance And Accounting, Winter:201-224
Fahmi, Irham. 2013. RahasiaSahamdanObligasi. Bandung: Alfabeta
Harahap, SofyanSyafri. 2008. AnalisisKritisAtasLaporanKeuangan. Jakarta: PT . Raja GrafindoPersada
Hariyani, Iswi, Serfianto. 2010. BukuPintarHukumBisnisPasar Modal.Jakarta :TransmediaPustaka
Husnan, Suad. 225. Dasar-DasarTeoriPortofoliodanAnalisisSekuritas.
Yogyakarta: UPP Amp Ykpn
Jogiyanto. 2008. TeoriPortofolio Dan AnalisisInvestasi. Yogyakarta: BPFE Kasmir. 2008. AnalisisLaporanKeuangan. Jakarta :RajawaliPers
Munawir, S . 2010. AnalisisLaporanKeuangan. Yogyakarta: Liberty
Sambas danMaman. 2007. AnalisisKorelasi, Regresi, Dan JalurDalamPenelitian. PustakaSetia: Bandung
Samsul, Mohamad. 2006. Pasar Modal Dan ManajemenPortofolio. Jakarta: Erlangga
Siamat, Dahlan. 2004. ManajemenLembagaKeuangan. Jakarta: LembagaPenerbit FE Universitas Indonesia
(5)
Ummul Huda, 2014
Peningktakan kemampuan berpikir kreatif matematis dan habit of thingking interdependentiy (HTI) siswa melalui
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Subramanyamdan John J. Wild. 2010. AnalisisLaporanKeuangan, Edisi 10. Jakarta: SalembaEmpat
Sugiyono. 2009. StatistikaUntukPenilaian. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. 2012. MetodePenelitianKuantitatif Dan Kualitatif. Bandung: Alfabeta. Tandelilin, Eduardus. 2010. AnalisisInvestasi Dan ManajemenPortofolio.
Yogyakarta: BPFE
Umar, Husein. 2008. DesainPenelitianAkuntansiKeperilakuan. PT.
RajagrafindoPersada: Jakarta
Waspada, Ikaputera. 2010. PengetahuanPasar Modal Dan Portofolio
(AnalisisPraktisPasar Modal). Bandung: Laboratorium PEK
UniversitasPendidikan Indonesia
Widoatmodjo, Sawidji. 2005. Cara SehatInvestasi Di Pasar Modal. Jakarta: Media Komputindo
JurnaldanKaryaIlmiah
Budialim, Giovani. 2013. PengaruhKinerjaKeuangan Dan RisikoTerhadap
Return Saham Perusahaan Sektor Consumer Goods Di Bursa Efek Indonesia Periode 2007-2011.JurnalIlmiahMahasiswaUniversitas
Surabaya Vol. 2 No.1
Faried, AbsiRachman. 2008. AnalisisPengaruhFaktor Fundamental Dan
NilaiKapitalisasiPasarTerhadap Return Saham Perusahaan Manufaktur Di BEI Periode 2002-2006.Tesis.UniversitasDiponegoro:
tidakditerbitkan.
Hernendiastro, Andre. 2005. PengaruhKinerja Perusahaan Dan
KondisiEkonomiTerhadap ReturnSahamDenganMetodeIntervalling (StudiKasusPadaSaham-Saham LQ45. Tesis.UniversitasDiponegoro: tidakditerbitkan.
Malintan, Rio. 2012. Pengaruh Current Ratio, Debt to Equity Ratio, Price
Earning Ratio, dan return on asset terhadap return sahamperusahaanpertambangan yang terdaftar di bursa efek Indonesia
tahun
2005-2010.SkripsiSarjanapadaAkuntansiFakultasEkonomidanBisnis.Universita
sBrawijaya: tidakditerbitkan.
MamikMardiani, Topowijono, dan M.G. Wi Endang NP. 2011.
(6)
Ummul Huda, 2014
Peningktakan kemampuan berpikir kreatif matematis dan habit of thingking interdependentiy (HTI) siswa melalui
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
ndankonsepEVA (Economic Value Added) (Studipada PT. HM Sampoerna, Tbk yang terdaftar di BEI periodetahun 2009-2011).FakultasIlmuAdmisnistrasi. UniversitasBrawijaya: tidakditerbitkan.
Prihantini, Ratna. 2009. AnalisisPengaruhInflasi, NilaiTukar, ROA, DER Dan CR
Terhadap Return Saham (Studikasussaham industry real estate and property yang terdaftar di bursa efek Indonesia periode 2003-2006).Tesis.UniversitasDiponegoro: tidakditerbitkan.
Internet
PT. PEFINDO [9 April 2014] http://new.pefindo.com Okezone [8 April 2014]
http://economy.okezone.com
BURSA EFEK INDONESIA [13 Maret 2014] http://www.idx.co.id
SINDO [10 Juni 2014]
http://www.sindotrijaya.com/news/detail/5287/prospek-ekonomi-2014-dinilai-memiliki-peluang-positif-bagi-indonesia#.U5ZnzCg09kM
KOMPAS [10 Juni 2014]
http://m.kompasiana.com/post/read/631625/1/sekilas-ekonomi-indonesia-2014.html
Bank Indonesia [29 Juni 2014]