LAGU KAULINAN BUDAK” DI DESA PEUNDEUY KECAMATAN PEUNDEUY KABUPATEN GARUT.

(1)

(Struktur, Proses Penciptaan, Konteks Pertunjukan, Fungsi, dan Makna)

SKRIPSI

diajukanuntuk memenuhi salah satu persyaratan menempuh ujian sarjana pada Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Oleh Sri Mulyati

0902564

PRODI BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG


(2)

(Struktur, Proses Penciptaan, KonteksPertunjukan, Fungsi, danMakna)

Oleh Sri Mulyati

Sebuahskripsi yang

diajukanuntukmemenuhisalahsatusyaratmemperolehgelarSarjanapadaFakultasPendidikanBahasadan Seni

© Sri Mulyati 2013 UniversitasPendidikan Indonesia

Juli 2013

HakCiptadilindungiundang-undang.

Skripsiinitidakbolehdiperbanyakseluruhyaatausebagian, dengandicetakulang, difoto kopi, ataucaralainnyatanpaijindaripenulis.


(3)

“LAGU KAULINAN BUDAK” DI DESA PEUNDEUY KECAMATAN PEUNDEUY KABUPATEN GARUT

(Struktur, Proses Penciptaan, KonteksPertunjukan, Fungsi, danMakna)

disetujuidandisahkanoleh

Pembimbing I,

Drs. MemenDurachman, M. Hum. NIP 196306081988031002

Pembimbing II,

Dr. TediPermadi, M. Hum. NIP 197006242006041001

diketahui

KetuaJurusanPendidikanBahasadanSastra Indonesia FakultasPendidikanBahasadanSeni

UniversitasPendidikan Indonesia,

Dr. Dadang S. Anshori, M. Si. NIP 197204031999031002


(4)

ABSTRAK

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanyafenomena atau kenyataan yang berlangsung saat ini berkaitan dengan permainan tradisional anak-anak yang sudah langka atau jarang dimainkan. Selain itu, adanya kenyataan bahwa permainan tradisional mulai tergeser oleh permainanmodern.Tujuan penelitian ini dilakukan karena dalam lagu kaulinan budak(lagu permainan anak) merupakan salah satu proses pembelajaran sosial bagi anak yang akan menimbulkan keakraban ketika berinteraksi saat bermain.Penelitian Lagu Kaulinan Budak ini menggunakan teori yang digagas (Iona Opie dalam Bishop) Anak-anak sudah tidak tahu bagaimana caranya memainkan permainan tradisional, bahkan permainannya pun sudah mulai menghilang.

Penelitian ini dikaji dengan menggunakan metode penelitian kualitatif, dengan langkah yang dilakukan mulai dari tahap pengumpulan data serta analisis data. Analisis dalam kajian atau penelitiannya dilakukan dengan cara analisis yang mendeskripsikan data Lagu Kaulinan Budak yang telah ditranskripsikan dilakukan transliterasi,struktur teks,proses penciptaan,konteks pertunjukan,fungsi,dan makna. Sehingga dihasilkan analisis data dalam struktur teks, proses penciptaan, konteks pertunjukan, fungsi, dan makna. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk memberikan kontribusi bahan materi pada permainan rakyat sebagai kebudayaan dalam bidang sastra lisan dengan kajian


(5)

ABSTRACT

This study was conducted by the phenomenon or fact that took place at this time related to traditional children's games that are rare or rarely played. Moreover, the fact that the traditional games begin displaced by modern games. This study was aimed because LaguKaulinanBudak (child game song) is one of the social learning process for children that will lead to familiarity when interacting while playing. This study LaguKaulinanBudak using the theory was initiated (Iona Opie in Bishop) The children have no idea how to play the traditional game, even the game had already started to disappear.

This study examined using qualitative research methods, with steps taken starting from the stage of data collection and data analysis. Analysis of the studies done in a way that describes the analysis of data tracks that have been transcribed LaguKaulinanBudak do transliteration, text structure, process creation, performance context, function, and meaning. So that the analysis of the data generated in the structure of the text, the process of creation, the context of performance, function, and meaning. This study was expected to be useful to contribute to the material on folk games as culture in the field of oral literature with assessment LaguKaulinanBudak.


(6)

ABSTRAK

KATA PENGANTAR... i

UCAPAN TERIMAKASIH... ii

DAFTAR ISI... iv

DAFTAR TABEL... x

DAFTAR GAMBAR...xii

DAFTAR SINGKATAN... xiii

LAMPIRAN... xiv

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah... 1

1.2 Identifikasi Masalah... 4

1.3 Batasan Masalah... 5

1.4 Rumusan Masalah... 5

1.5 Tujuan Penelitian...6

1.6 Manfaat Penelitian... 6

1.6.1 Manfaat akademik... 6

1.6.2 Manfaat praktis...6

1.7 Definisi Operasional... 7

BAB 2 LAGU KAULINAN BUDAKSEBAGAI SASTRA LISAN DAN FOLKLOR 2.1 LKB Sebagai sastra Lisan... 8


(7)

2.3 Struktur Teks LKB... 17

2.3.1 Formula sintaksis... 18

2.3.2 Formula bunyi... 18

2.3.3 Formula irama... 19

2.3.4 Majas... 20

2.3.5 Isotopi... 20

2.4 Proses Penciptaan... 21

2.5 Konteks Pertunjukan... 21

2.6 Fungsi... 21

2.7 Makna... 22

BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian... 24

3.2 Lokasi Penelitian... 25

3.3 Sumber Data Penelitian... 25

3.4 Prosedur Penelitian... 26

3.5Metode pengumpulan data... 26

3.5.1Observasi ke lapangan... 26

3.5.2 Penelitian instrumen... 27

3.5.2.1 Instrumen data... 27

3.5.2.2 Instrumen pengumpulan data... 27

3.5.3 Pengolahan data... 28

BAB 4 LAGU KAULINAN BUDAK”DI DESA PEUNDEUY KECAMATAN PEUNDEUY KABUPATEN GARUT: ANALISIS STRUKTUR, PROSES PENCIPTAAN, KONTEKS PERTUNJUKAN, FUNGSI, DAN MAKNA 4.1 Analisis LKB Punten Mangga... 29

4.1.1 Struktur LKBPunten Mangga... 29

4.1.1.1 Formula sintaksis... 31


(8)

4.1.1.4 Formula irama... 48

4.1.1.5 Majas... 55

4.1.1.6 Isotopi... 57

4.1.2 Proses Penciptaan LKBPunten Mangga... 62

4.1.2.1 Proses pewarisan... 62

4.1.2.2 Proses penciptaan... 63

4.1.3 Konteks Pertunjukan LKBPunten Mangga... 64

4.1.3.1 Konteks situasi... 64

4.1.3.2 Konteks budaya... 66

4.1.4 FungsiLKBPunten Mangga... 73

4.1.5 Makna LKBPunten Mangga... 75

4.2 Analisis LKB Cang kacang... 76

4.2.1 StrukturLKBCang Kacang... 76

4.2.1.1 Formula sintaksis... 77

4.2.1.2 Formula bunyi... 79

4.2.1.3 Asonansi dan aliterasi... 79

4.2.1.4 Formula irama... 81

4.2.1.5 Majas... 83

4.2.1.6 Isotopi... 84

4.2.2 Proses PenciptaanLKBCang kacang... 87

4.2.2.1 Proses pewarisan... 87

4.2.2.2 Proses penciptaan... 87

4.2.3 Konteks PertunjukanLKBCang kacang... 88

4.2.3.1 Konteks situasi... 88

4.2.3.2 Konteks budaya... 90

4.2.4 FungsiLKBCang Kacang... 97

4.2.5 MaknaLKBCang kacang... 98

4.3 Analisis LKB Mejikuhibiningu... 99

4.3.1 Struktur LKBMejikuhibiningu... 99

4.3.1.1 Formula sintaksis... 99


(9)

4.3.1.4 Formula irama... 101

4.3.1.5 Majas... 102

4.3.1.6 Isotopi... 102

4.3.2 Proses Penciptaan LKBMejikuhibiningu... 104

4.3.2.1 Proses pewarisan... 104

4.3.2.2 Proses penciptaan... 104

4.3.3 Konteks PertunjukanLKBMejikuhibiningu... 105

4.3.3.1 Konteks situasi... 105

4.3.3.2 Konteks budaya... 107

4.3.4 Fungsi LKBMejikuhibiningu... 114

4.3.5 MaknaLKB Mejikuhibiningu... 115

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan... 116

5.2 Saran... 133

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(10)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Fenomena permainan tradisional yang biasa dimainkan oleh anak-anak di Indonesia kini semakin hari semakin hilang di telan perkembangan zaman. Anak-anak zaman sekarang lebih senang bermain secara individu dengan hanya duduk diam memainkan permainanan dengan media elektronik dalam komputer maupun

handpone. (Roberts dalam Bishop, 2005: xx) menyatakan permainan-permainan

hidup dan bervariasi sejak dulu hingga sekarang. Permainan tradisional yang dimainkan oleh anak-anak salah satunya yaitu lagu permainan anak yang berupa nyayian.

Nyayian pada permainan anak-anak disebut nyayian anak, biasanya dinyayikan oleh anak-anak sambil bermain. Permainan ini bisa dilakukan dimana pun, seperti di dalam rumah, di halaman rumah atau halaman sekolah, maupun di lapangan. Nyayian anak ini biasanya dimainkan oleh beberapa anak yang ikut bermain, tapi terkadang nyayian inipun hanya dinyayikan oleh seorang anak saja. Permainan tradisional pada nyayian anak, sepertinya pada zaman sekarang sudah langka atau jarang dimainkan oleh anak-anak. Apalagi anak-anak yang tumbuh dikeramaian kota, yang begitu banyak permainan modern yang disajikan lebih menarik minat mereka untuk bermain. Akan tetapi di daerah pedesaan, nyayian anak ini masih dimainkan oleh anak-anak ketika mereka sedang bermain.

Hal tersebut seperti yang dipaparkan (Hidayat dkk, 2005: 169) yaitu

(Kawih kaulinan t́eh sakapeung sok disebut kakawihan barudak atawa kawih murangkalih , nya ́eta sabangsa kawih anu biasa dikarawihkeun ku barudak bari arulin, boh dilakukeun di jero imah, boh di luar upamana di buruan di mana keur caang bulan , atawa di tempat lianna tempat marańehna keur arulin. Ari dipaḱena aya nu notok pikeun kaulinan atawa ngan saukur sambian dihaleuangkeunana bari arulin. Kiwari barudak


(11)

urang Sunda, pangpangna nu aya di kota mah sigana geus langka arulin bari kakawihan t́eh . Supaya ulah laleungitan jeung supaya barudak waranoh, di dieu ŕek dib́eŕend́elkeun báe . Rakitan kakawihan barudak mangrupa lalaguan balaŕea anu anonim , di unggal dáerah t́eh biasana tara sarua, sok aya báe b́edana sautak-saeutik).

Lagu Kaulinan Budak (lagu permainan anak) merupakan salah satu jalan

atau proses belajar dengan permainan yang sangat disukai oleh anak. Walaupun pada permainan tersebut berbeda-beda dari berbagai daerah, tapi tujuan dan pencapaian akhirnya sama saja, karena hal tersebut untuk membangun serta mengembangkan kreatifitas anak dalam proses pembelajaran.

Lagu Kaulinan Budak di Desa Peundeuy Kecamatan Peundeuy Kabupaten

Garut merupakan salah satu permainan khas anak-anak yang menggambarkan adanya generasi-generasi bermain yang masih kenal serta kental dengan lingkungan, kebudayaan, dan manusia yang erat dengan sosial kebudayaan dalam ranah faktor masyarakat yang integral. Sehingga penting untuk melestarikan serta dipahami oleh masyarakat, bahwa permainan pada nyayian anak mempunyai fungsi dan nilai dalam proses pembelajaran anak yang bisa menimbulkan keakraban antar anak dan dapat melatih kemampuan berbahasa anak, karena dalam permainan ini akan melatih anak untuk capetang (lancar berbicara).

Bagian yang penting dari “dunia kultural masa kanak-kanak” adalah permainan dan rima yang digunakan anak-anak dan hal ini menunjukkan aliran serta gerakan. Kedua hal ini juga bersifat sangat konservatif, maksudnya adalah mereka menunjukkan kontinuitas yang melampaui waktu dan ruang. (Alasdair Robert dalam Bishop, 2005) “masa kanak-kanak pertengahan”, periode di antara tahun-tahun pertama masa kanak-kanak dan masa remaja, anak-anak ini adalah master dari serangkaian bentuk kultural dan mode dari interaksi sosial yang tumpang tindih tetapi sering berbeda dengan kultur orang dewasa.

Bermain adalah inti dari masa kanak-kanak pertengahan. Bermain merupakan sarana mengintegrasikan dunia anak baik didalam maupun di luar. Bermain merupakan media untuk membangun pertemanan dan pertahanan


(12)

terhadap musuh; bahasa dan ritual bermain memberikan bentuk dialog kolaboratif

yang membedakan “kita” dengan “mereka” melalui penampilan yang secara

estetik merupakan sebuah sharing. Anak-anak secara aman dapat berekspolarasi dan bereksprimen karena mereka merasa aman dan percaya di arena berrmain. Bermain terlepas dari realitas sehari-hari, sehingga bermain memberi anak-anak rasa untuk mengendalikan kesibukan sehari-hari mereka; bermain menjauhkan sekaligus membuat pola pengalaman-pengalaman dan memberi bentuk serta arti melalui bentuk-bentuk. Tentu saja, karena hidup tidak dapat dikendalikan, usaha ini tidak akan pernah berhenti; baik anak-anak maupun orang dewasa terus menerus menemukan dan menemukan kembali bentuk-bentuk dari keteraturan dan keindahan.

Lagu Kaulinan Budak (lagu permainan anak) cukup beragam, ada yang

bersumber dari permaianan tradisional, dan ada pula yang bersumber dari permaianan modern. Permainan anak-anak Sunda yang bersumber dari tradisi yang pernah hidup dan berkembang di kota Garut di Desa Peundeuy Kecamatan Peundeuy Kabupaten Garut, antar lain: Beklés, cingciripit, congkak/ congklak, galah asin, gatrik, hahayaman, jajangkungan, ngadu kaleci, soldah, ampiyang, ucing-ucingan, kakawihan punten mangga, permainan mejikuhibiniyu, gagarudaan, dan permainan lainnya. Data permainan tradisional anak lainnya,

hasil dari pemetaan yang ada atau sudah dipetakan di kabupaten Garut yang tercatat di Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Garut pada tahun 2012 ada sepuluh kecamatan, oleh tim Dinas yang dikepalai oleh Warjita sebagai Ketua Bidang Kebudayaan dengan Wawan Somarwan sebagai Kepala Seksi Nilai Tradisional dan Bahasa. Diantaranya di daerah Limbangan, Kersamanah, Cibiuk, Cihurip, Singajaya, Banjarwangi, Cisompet, Pakenjeng, Mekarmukti, dan Caringin yaitu permainan tradisional Rengkong, Calung Jingjing, Rudat

Banjarwangi, Dogkol, Rudat Kersamanah, Degung, Lodong Awi, Gatrik, Barlen, dan permainan tradisional anak Bebentengan, sedangkan kecamatan lainnya


(13)

Penelitiaan lainnya pada LKB ini, yang telah diteliti oleh Ratna Wulansari angkatan 2006 Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Pendidikan Indonesia,

penelitiannya berjudul “Lagu Kaulinan Budak di Desa Cisarua Kecamatan Cikole Kota Sukabumi”, penelitiaan LKB tersebut yaitu Cingciripit, Pérépét Jéngkol, Tékoték-koték Gojing, dan Ayang-ayang Gung. Dari penelitiaannya, Ratna

meneliti struktur teks, gaya bahasa, konteks penuturan dan fungsi LKB, yang terdapat bahasa-bahasa unik untuk berkomunikasi dan penulis pun ingin melestarikan salah satu budaya Sunda.

Dalam kajian ini penulis meneliti struktur teks, proses penciptaan, konteks pertunjukan, fungsi, dan makna dalam permainan tradisional pada lagu kaulinan budak. Penulis meneliti LKB karena permainan tradisional anak-anak sudah langka atau jarang dimainkan. Selain itu, penulis juga ingin melestarikan permainan tradisional anak di daerah yang saat ini sudah mulai tergeser oleh permainan-permainan modern.

1.2 Identifikasi Masalah

Merujuk pada latar belakang masalah di atas maka dapat di identifikasi beberapa masalah yang berkaitan dengan pembahasan Lagu Kaulinan Budak, yaitu :

1. permainan anak pada nyayian anak pada zaman sekarang sudah langka atau jarang dimainkan oleh anak-anak,

2. LKB merupakan salah satu jalan atau proses belajar dengan permainan yang sangat disukai oleh anak,

3. nyayian anak yang berbeda dari berbagai daerah mempunyai tujuan dan pencapaian akhirnya untuk membangun serta mengembangkan kreatifitas anak dalam proses pembelajaran dari permainan,

4. tidak semua anak hingga saat ini menyukai LKB, mereka justru lebih senang dengan tontonan yang dilihatnya dari televisi,


(14)

5. proses penciptaan teks LKB dari dulu hingga sekarang masih sama, tidak ada perubahan yang bisa membangkitkan kreatifitas anak dalam permainan tradisional anak, dan

6. LKB yang berada di Desa Peundeuy Kecamatan Peundeuy Kabupaten Garut merupakan salah satu permainan khas anak-anak yang menggambarkan adanya generasi-generasi bermain yang masih kenal serta kental dengan lingkungan, kebudayaan, dan manusia yang erat dengan sosial kebudayaan dalam ranah faktor masyarakat yang integral.

1.3 Batasan Masalah

Penelitian ini hanya membahas lagu yang ada dalam lagu permainan anak, yaitu LKB Punten Mangga, LKB Mejikuhibiniyu, dan LKB Cang Kacang di Desa Peundeuy Kecamatan Peundeuy Kabupaten Garut.

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah Lagu Kaulinan Budak yang di paparkan, maka rumusan masalahnya sebagai berikut.

1. Bagaimana struktur LKB yang berada di Desa Peundeuy Kecamatan Peundeuy Kabupaten Garut?

2. Bagaimana proses penciptaan LKB yang berada di Desa Peundeuy Kecamatan Peundeuy Kabupaten Garut?

3. Bagaimana konteks pertunjukan LKB yang berada di Desa Peundeuy Kecamatan Peundeuy Kabupaten Garut?

4. Apa fungsi dari LKB di Desa Peundeuy Kecamatan Peundeuy Kabupaten Garut?

5. Apa makna LKB yang ada di Desa Peundeuy Kecamatan Peundeuy Kabupaten Garut?


(15)

1.5 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisis hal-hal berikut:

1. struktur teks LKB di Desa Peundeuy, 2. proses penciptaan LKB di Desa Peundeuy,

3. konteks pertunjukan (penuturan) LKB di Desa Peundeuy, 4. fungsi LKB di Desa Peundeuy, dan

5. makna LKB di Desa Peundeuy.

1.6 Manfaat Penelitian 1.6.1 Manfaat Akademik

Penelitian LKB ini diharapkan dapat memberikan keragaman serta manfaat dalam kajian sastra lisan maupun ilmu folklor, baik dalam perguruan tinggi maupun yang ada di masyarakat.

1.6.2 Manfaat Praktis

1. bagi peneliti, peneliti mendapat manfaat dengan pengalaman dan memperoleh pengetahuan Folklor yang diperoleh melalui warisan lisan dari penelitian mengenai permainan tradisional anak LKB,

2. bagi peneliti lain, bisa sebagai salah satu sumber data dan informasi bagi pengembangan penelitian selanjutnya, dan

3. bagi bidang kesusastraan, untuk menambah wawasan dan pengetahuan yang bersifat permainan tradisional anak yang dapat didokumentasikan.

1.7 Definisi Operasional

Berikut ini dijelaskan beberapa definisi operasional dari beberapa istilah yang penulis gunakan dalam penelitian ini, yaitu:


(16)

1) LKB merupakan salah satu kekayaan budaya masyarakat Peundeuy dalam bentuk tradisi lisan yang tersebar di beberapa Desa,

2) lagu permainan anak-anak diartikan dengan nyayian untuk anak-anak dalam permainan yang memiliki fungsi serta makna dalam melestarikan budaya serta ada hubungan sosial yang mengikat hubungan anak-anak dengan teman sepermainannya,

3) orang Sunda di Desa Peundeuy adalah masyarakat etnis Sunda yang berdomisili di Kecamatan Peundeuy Kabupaten Garut, Provinsi Jawa Barat yang merupakan proses penciptaan serta pewarisan LKB yang diciptakan oleh orang tua dan diwariskan pada anak-anaknya,

4) LKB yang diteliti merupakan nyayian permainan anak dalam permainan itu sendiri, nyayian permainan sebagai pembuka permainan untuk mengetahui siapa pemenang dari permainan dan dilanjutkan dengan lagu penentu sekaligus sebagai penutup permainan untuk mengetahui hukuman apa yang diberikan pada pemain yang kalah oleh pemenang, serta nyayian dalam permainan yang hanya sebagai pembuka permainan saja.


(17)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1Metode Penelitian

Penelitian LKB ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Metode kualitatif ini sering disebut metode penelitian naturalistik karena penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah (natural setting); disebut juga sebagai metode etnographi, karena pada awalnya metode ini lebih banyak digunakan untuk penelitian bidang antropologi budaya; disebut sebagai metode kualitatif, karena data yang terkumpul dan analisisnya lebih bersifat kualitatif. Selain itu metode penelitian kualitatif merupakan metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah (sebagai lawannya yaitu eksperimen) dimana peneliti sebagai instrumen kunci, pengambilan sampel sumber data dilakukan secara purposive dan snowbaal, teknik pengumpulan dengan trianggulasi (gabungan) dengan analisis data bersifat induktif atau kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi (Sugiyono, 2008: 14-15).

Penelitian LKBinimendekatipadateori yang digagas (Iona Opie dalam Bishop,2005: xx) yang mengatakanbahwaanak-anak sepertinya telah kehilangan seni bermain dengan mengklaim bahwa kebanyakannya anak-anak pada zaman sekarang hanya duduk-duduk saja dan menjadi bosan atau bermain permainan soliter dengan komputer mereka. Anak-anak sudah tidak tahu bagaimana caranya memainkan permainan tradisional, bahkan permainannya pun sudah mulai menghilang. Di sampingitu, teori yang digagas(Roberts dalam Bishop, 2005: xx) menyatakan permainan-permainan hidup dan bervariasi sejak dulu hingga sekarang.

Berbeda dengan kebanyakan bentuk-bentuk folklor lainnya, nyayian rakyat berasal dari bermacam-macam sumber dan timbul dalam berbagai macam media. Menurut Jan Harold Brunvand, nyayianrakyatadalahsalahsatu genre


(18)

ataubentukfolklor yang terdiridari kata-kata danlagu, yang beredarsecaralisandiantaraanggotakolektiftertentu, berbentuktradisional, sertabanyakmempunyaivarian (Brunvand, dalam Danandjaja 1984:

141).Teori-teoritersebutmerupakanpendekatanfolklor lisan yang

dimanfaatkanuntukmengeksplorasikaitaneratantarafolklor lisan dengan nyayian rakyat dalam lagu permainan anak-anak.

3.2 LokasiPenelitian

Sesuai dengan judulnya, penelitian ini telah dilakukan dalam lingkungan masyarakat di kampung Pamegatan, kampung Parabon, dan kampung Babakan Salam di Desa Peundeuy, Kecamatan Peundeuy, Kabupaten Garut. Lokasi penelitian ini sengaja dipilih karena merupakan salah satu daerah yang masih kenal dan kental dengan budaya daerahnya, salah satunya pada LKB yang dituturkan oleh anak-anak yang telah diwariskan dari orang tuanya. Permainan pada nyayian permainan anak-anak ini masih suka dilakukan sampai sekarang.

3.3 Sumber Data Penelitian

Data penelitian ini meliputi berbagai jenis LKB berbentuk teks dan lisan yang masih ataupun pernah digunakan di Desa Peundeuy Kecamatan Peundeuy Kabupaten Garut. Data tersebut diperoleh dari anak-anak yang menjadi penuturnya dan orang tua pun termasuk sumber yang mewariskan. Data yang diperoleh dalam penelitian ini berupa data audio-visual (video) dan foto. LKB yang merupakan sumber data penelitian ini diperoleh secara langsung dengan di video dan mendokumentasikan dengan foto dari anak-anak yang ikut bermain.

3.4 Prosedur Penelitian

Penelitian LKB ini dilakukan dengan penelitian lapangan. Dalam pengumpulan data peneliti datang langsung menemui anak-anak yang memainkan


(19)

LKB ini, dan secara langsung peneliti mengamati secara langsung permainan tersebut dengan rekaman audio-visual (permainan di video) dan anak-anak tersebutpun di dokumentasikan dengan foto ketika melakukan permainan tersebut. Setelah data LKB diperoleh, maka dilakukan transkripsi data dari bahasa Sunda kedalam bahasa Indonesia. Setelah dilakukan transkripsi, maka data dianalisis. Langkah analisis penelitiannya sebagai berikut:

1) data LKB yang telah ditranskripsikan maka dilakukan transliterasi, 2) menganalisis struktur teks LKB,

3) menganalisis proses penciptaan teks LKB, 4) menganalisis konteks pertunjukan teks LKB, 5) menganalisis fungsi teks LKB,

6) mengalisis makna teks LKB, dan 7) menyimpulkan hasil analisis LKB.

3.5 TeknikPengumpulanData

Penelitian ini menggunakan teknik dalam mengumpulkan dataLagu

Kaulinan Budak, yakni dengan observasi kelapangan, penelitian instrumen, dan pengolahan data sebagai berikut.

3.5.1 Observasike lapangan

Pengumpulan data dengan teknik observasi langsung ke lapangan merupakan salah satu teknik yang digunakan dalam penelitian ini. Peneliti datang ke lokasi dan mengamati langsung dan sesekali ikut serta untuk bermain dengan anak-anak yang menjadi objek ketika bermain LKB di kampung Pamegatan, kampung Parabon, dan kampung Babakan Salam. Peneliti pun mengamati anak-anak yang mengikuti permainan ketika mereka menyayayikan lagu permainan anak-anak tersebut. Hal demikian dimaksudkan agar peneliti dapat lebih memahami segala hal yang berkaitan dalam aktivitas permainan dan perasaan maupun keadaan anak-anak dalam suasana permainan ketika mereka menyayikan LKB tersebut.


(20)

Peneliti melakukan kegiatan pada saat observasi non-partisipatoris yaitu dengan merekam serta mendokumentasikan dengan difoto dan mengamati pelaksanaan kegiatan anak-anak yang mengikuti nyayian permainan anak-anak. Setelah peneliti merekam nyayian permainan anak-anak yang telah dituturkan, kemudian peneliti mentranskripsikan data tersebut dalam bentuk tulisan sehingga dapat digunakan sebagai bahan analisis.

3.5.2 Penelitianinstrumen

Instrumen dalam penelitian ini dilakukan dengan cara pengumpulan bahan yaitu: 3.5.2.1Instrumen data

Perekaman secara audio-visual (video) dan foto dilakukan dalam konteks tak asli, yaitu sengaja diadakan atau dilakukan oleh peneliti.

3.5.2.2Instrumen pengumpulan data

Perihal catatan yang dibuat oleh peneliti menyangkut Lagu Kaulinan Budak, yaitu perekaman secara audio-visual (video) dan foto-foto yang diambil pada tanggal 26 Oktober 2012 dan tanggal 22 Februari 2013 di kampung Pamegatan; tanggal 09 Maret 2012 di kampung Babakan Salam; dan tanggal 10 Maret di kampung Parabon di Desa Peundeuy Kecamatan Peundeuy Kabupaten Garut. Sedangkan informan dalam penelitian LKB ini yaitu anak-anak yang rata-rata berusia 6- 12 tahun baik anak laki-laki maupun anak perempuan. Mereka bermain dengan menggunakan bahasa Sunda. Dan dalam penelitian LKB, Peneliti memposisikan diri sebagai instrumen penelitian, baik dalam hal observasi maupun proses wawancara.

3.5.3 Pengolahan data

Data hasil penelitian akan dianalisis dengan beberapa tahapan berikut: 1) melakukan transkripsi serta transliterasi LKB,

2) menganalisis berdasarkan struktur teks, dan tahap yang akan dilakukan dari struktur teks dianalisis yaitu formula sintaksis, formula bunyi, formula irama, majas, dan isotopi,


(21)

3) analisis berdasarkan proses penciptaan,

4) analisis bentuk konteks pertunjukan dalam LKB di Desa Peundeuy, 5) dan menganalisis fungsi, dan

6) makna yang terkandung pada LKB.

Metode penyajian dalam pengolahan data akan disajikan dengan memperjelas pemaparan tentang alur metode penelitian pada LKB yang digambarkan dalam bentuk diagram berikut:

Lagu Kaulinan

Budak

Analisis Struktur

Proses Penciptaan

Konteks Pertunjukan

Fungsi

Formula sintaksis Formula bunyi Formula irama Majas

Makna


(22)

BAB 5

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Permainan tradisional LKB merupakan salah satu permainan anak-anak dalam permainan rakyat yang termasuk folklor karena diperolehnya melalui warisan lisan. Penganalisisan data dalam analisis struktur LKB, analisis proses penciptaan, analisis konteks pertunjukan, analisis fungsi, dan analisis makna terdapat simpulan sebagai berikut:

5.1.1 Analisis struktur LKB Punten Mangga, Cang Kacang, dan Mejikuhibiningu. Analisis struktur LKB yang dilakukan dengan analisis formula sintaksis, formula bunyi, formula irama, majas dan tema.

5.1.1.1 Analisis struktur LKB Punten Mangga a) formula sintaksis

LKB Punten Mangga terdiri dari 15 kalimat. Kalimat pertama merupakan wacana salam timbal-balik yaitu pada kata “punten... mangga” yang menyatakan tentang permintaan kehadiran dengan kata punten (permisi), serta dijawab dengan kata mangga (silahkan) dan kata tersebut secara tersirat menerima kehadiran masing-masing. Kalimat kelimabelas tidak mempunyai kategori sintaksis pada

“Taktakbeletak”, kata ini hanya untuk menambah efek dalam teks LKB Punten

Mangga.

Kalimat kedua terdapat frasa Gatot kaca yang menduduki fungsi subjek (S), dengan kategori sebagai nomina (kata benda) dan mempunyai peran maknanya sebagai pelaku. Kalimat ketiga terdapat frasa Cau ambon yang menduduki fungsi objek (O), dengan kategori sebagai nomina (kata benda) dan mempunyai peran maknanya sebagai alat. Kalimat keempat terdapat frasa

Bonteng asak yang menduduki fungsi objek (O), dengan kategori sebagai nomina


(23)

teks LKB Punten Mangga, terdapat frasa Sakit perut yang menduduki fungsi keterangan (KET), dengan kategori sebagai adjektiva (kata sifat) dengan peran maknanya sebagai makna aspek.

Kalimat keenam terdapat frasa Rujak asem yang menduduki fungsi objek (O), dengan kategori sebagai nomina (kata benda) dan mempunyai peran maknanya sebagai alat. Kalimat ketujuh terdapat frasa Sempal-sempil yang menduduki fungsi predikat (P), dengan kategori sebagai verba (kata kerja) dan mempunyai peran maknanya sebagai perbuatan. Kalimat kedelapan terdapat frasa

Pilem rame yang menduduki fungsi keterangan (KET), dengan kategori sebagai

Adjektiva (kata sifat) dengan peran maknanya sebagai suatu keterangan.

Kalimat kesembilan terdapat frasa Meja makan yang menduduki fungsi keterangan (KET), dengan kategori sebagai nomina (kata benda) dan mempunyai peran maknanya sebagai tempat. Kalimat kesepuluh terdapat frasa Kantong

kosong yang menduduki fungsi keterangan (KET), dengan kategori sebagai

nomina (kata benda) dan mempunyai peran maknanya sebagai tempat. Kalimat kesebelas terdapat frasa Songsong lampu yang menduduki fungsi keterangan (KET), dengan kategori sebagai nomina (kata benda) dan mempunyai peran maknanya sebagai alat.

Kalimat keduabelas terdapat frasa Pulang-paling menduduki fungsi predikat (P), dengan kategori sebagai verba (kata kerja) dan mempunyai peran maknanya sebagai perbuatan. Kalimat ketigabelas terdapat frasa Liang kasir yang menduduki fungsi keterangan (KET), dengan kategori sebagai nomina (kata benda) dan mempunyai peran maknanya sebagai tempat. Kalimat keempatbelas terdapat frasa Pulang-paling yang menduduki fungsi predikat (P), dengan kategori sebagai verba (kata kerja) dengan peran maknanya sebagai perbuatan.

a) formula bunyi

Bunyi kata ari pada LKB Punten Mangga sangat dominan dengan pola yang selalu diulang pada setiap kalimatnya dengan mengaitkan fonem sebelum dan fonem sesudahnya dari kata yang diucapkan pada setiap kalimatnya.


(24)

Pengulangan tersebut seperti pada kata di kalimat pertama punten manggayang diambil dua fonem terakhir yaitu fonem ga yang dilanjutkan di kalimat kedua dengan kata ari ga yang fonemnya diletakkan di awal kata menjadi “ari ga,gatot

kaca”. Bunyi tersebut terus di ulang hingga kalimat terakhir, sehingga bunyi pada

kalimat LKB Punten Mangga dapat ditemukan contoh suprastrukturasi (merupakan pola tertentu yang di ulang).

Bunyi asonansidanaliterasi yang muncul dalam LKB Punten Mangga pada kalimat pertama yaitu /Punten mangga/, asonansi dominan muncul pada vokal /a/ merupakan dasar klasifikasi bunyi segmental, dilihat dari bentuk bibir ketika bunyi diucapkan dengan bunyi tidak bulat. Sedangkan aliterasi dominan muncul pada konsonan /n/ merupakan bunyi Apikodental. Kalimat kedua yaitu /ari ga,

gatot kaca/, asonansi dominan muncul pada vokal /a/ merupakan dasar klasifikasi

bunyi segmental, dilihat dari bentuk bibir ketika bunyi diucapkan dengan bunyi tidak bulat. Sedangkan aliterasi dominan muncul pada konsonan /g/ merupakan bunyi Dorsovelar dan /t/merupakan bunyiApikodental.

Kalimat ketiga yaitu /ari ca, cau ambon/, asonansi dominan muncul pada vokal /a/ merupakan dasar klasifikasi bunyi segmental, dilihat dari bentuk bibir ketika bunyi diucapkan dengan bunyi tidak bulat. Sedangkan aliterasi dominan muncul pada konsonan /c merupakan bunyi Laminopalatal. Kalimat keempat yaitu/ari bon, bonteng asak/, asonansi dominan muncul pada vokal /a/ merupakan dasar klasifikasi bunyi segmental, dilihat dari bentuk bibir ketika bunyi diucapkan dengan bunyi tidak bulat. Sedangkan aliterasi dominan muncul pada konsonan /b/ merupakan bunyi Bilabial dan /n/ merupakan bunyi Apikodental.

Kalimat kelima yaitu /ari sak, sakit perut/, asonansi dominan muncul pada vokal /a/ merupakan dasar klasifikasi bunyi segmental, dilihat dari bentuk bibir ketika bunyi diucapkan dengan bunyi tidak bulat. Sedangkan aliterasi dominan muncul pada konsonan /r/ merupakan bunyi Dorsouvular, /s/ merupakan bunyi Laminopalatal, /k/ bunyi Dorsovelar, dan /t/ merupakan bunyiApikodental. Kalimat keenam yaitu /ari ru, rujak asem/, asonansi dominan muncul pada vokal /a/ merupakan dasar klasifikasi bunyi segmental, dilihat dari bentuk bibir ketika


(25)

bunyi diucapkan dengan bunyi tidak bulat, dan vokal /u/ dengan bunyi bulat. Sedangkan aliterasi dominan muncul konsonan /r/ merupakan bunyi Dorsouvular.

Kalimat ketujuh yaitu /ari sem, Sempal-sempil/, asonansi dominan muncul pada vokal /e/ merupakan dasar klasifikasi bunyi segmental, dilihat dari bentuk bibir netral ketika bunyi diucapkan.Sedangkan aliterasi dominan muncul dengan konsonan /s/ merupakan bunyi Laminopalatal dan /m/ merupakan bunyi Bilabial. Kalimat kedelapan yaitu /ari pil, Pilem rame/, asonansi dominan muncul pada vokal /i/ merupakan dasar klasifikasi bunyi segmental, dilihat dari bentuk bibir tak bulat „terlentang lebar' ketika bunyi diucapkan. Sedangkan aliterasi dominan muncul konsonan /r/ merupakan bunyi Dorsouvular, /p/ merupakan bunyi Bilabial, /l/ merupakan bunyi Apikoalveolar, dan /m/ merupakan merupakan bunyi Bilabial.

Kalimat kesembilan yaitu/ari me, meja makan/, asonansi dominan muncul pada vokal /a/ merupakan dasar klasifikasi bunyi segmental, dilihat dari bentuk bibir ketika bunyi diucapkan dengan bunyi tidak bulat. Sedangkan aliterasi dominan muncul konsonan /m/ merupakan bunyi Bilabial. Kalimat kesepuluh yaitu /ari kan, kantong kosong/, asonansi dominan muncul pada vokal /a/ merupakan dasar klasifikasi bunyi segmental, dilihat dari bentuk bibir ketika bunyi diucapkan dengan bunyi tidak bulat, dan vokal /o/ dilihat dari bentuk bibir terbuka bulat ketika bunyi diucapkan. Sedangkan aliterasi dominan muncul konsonan /k/ merupakan bunyi Dorsovelar.

Kalimat kesebelas yaitu/ari song, songsong lampu/, asonansi dominan muncul pada vokal /o/ merupakan dasar klasifikasi bunyi segmental yang dilihat dari bentuk bibir terbuka bulat ketika bunyi diucapkan. Sedangkan aliterasi dominan muncul konsonan /s/ merupakan bunyi Laminopalatal dan /ng/ merupakan bunyi Dorsovelar. Kalimat keduabelas yaitu /ari pu, pulau Bali/, asonansidominan muncul pada vokal /a/ merupakan dasar klasifikasi bunyi segmental, dilihat dari bentuk bibir ketika bunyi diucapkan dengan bunyi tidak bulat, dan vokal /u/ bunyi bulat. Sedangkan aliterasi dominan muncul konsonan /p/ merupakan bunyi Bilabial dan /l/ merupakan bunyi Apikoalveolar.


(26)

Kalimat ketigabelas yaitu/ari ling, liang kasir/, asonansi dominan muncul pada vokal /i/ merupakan dasar klasifikasi bunyi segmental, dilihat dari bentuk

bibir tak bulat „terlentang lebar' ketika bunyi diucapkan. Sedangkan aliterasi dominan muncul konsonan /r/ merupakan bunyi Dorsouvular, /l/ merupakan bunyi Apikoalveolar, dan konsonan /ng/ merupakan bunyi Dorsovelar. Kalimat keempatbelas yaitu/ari sir, sirah botak/, asonansi dominan muncul pada vokal /a/ merupakan dasar klasifikasi bunyi segmental, dilihat dari bentuk bibir ketika bunyi diucapkan dengan bunyi tidak bulat, dan vokal /i/ dilihat dari bentuk bibir

tak bulat „terlentang lebar' ketika bunyi diucapkan. Sedangkan aliterasi dominan muncul konsonan /r/ merupakan bunyi Dorsouvular.

Kalimat kelimabelas yaitu /ari tak, taktak beletak/, asonansi dominan muncul pada vokal /a/ merupakan dasar klasifikasi bunyi segmental, dilihat dari bentuk bibir ketika bunyi diucapkan dengan bunyi tidak bulat. Sedangkan aliterasi dominan muncul konsonan /t/ merupakan bunyi Apikodental dan /k/ merupakan bunyi Dorsovelar.

Asonanasi dan aliterasi dengan vokal dan konsonan yang dominan muncul dengan hadir bersamaan membuat cepat hafal lirik pada teks lagunya, dengan tekanan dan bunyi yang sama.

c) Formula irama

LKB Punten Mangga terdapat rima ganda, identik, dan rima dalam. Rima ganda terdapatdari suku kata yang mendapat tekanan dengan pengulangan bunyi yang sama dari dua/ tiga fonem terdapat dalam kalimat 2- 15 yaitu suku kata ari

ga gatot, ari ca cau, ari bon bonteng, ari sak, ari rut, ari sem, ari pil, ari me, ari kan, ari song, ari pu, ari ling, ari sir, dan ari tak yang menghasilkan efek riang

serta memudahkan menghafal liriknya dengan fonem sama yang diulang.

Rima identik terdapat dari suku kata yang sama dengan pengulangan bunyi yang sama yaitu kata ari pada setiap kalimatnya serta dari dua/ tiga fonem terdapat dalam setiap kalimatnya, yaitu dari suku kata yang diambil dari dua fonem terakhir punten mangga yaitu fonem ga menjadi ari gagatot kaca,


(27)

dilanjutkankata kacadiambil dari dua fonem terakhir ca menjadi ari cacau ambon, dan proses pengulangan tersebut dilanjutkanhingga kata pada kalimat terakhir. Pengulangan kata yang sama menimbulkan efek dengan iramanya yang menyenangkan dan efeknya mudah mengingat lirik tersebut.

Rima dalam terdapat dari rima antara dua kata atau lebih dalam satu larik sajak seperti pada kalimat LKB Punten Mangga terakhir yaitu, ari tak, taktak

beletakdengan kalimat yang dominannya terdapat vokal /a/ dan konsonan /t/ dan

/k/ menghasilkan bunyi yang nyaring serta efek riang dan ramai yang ditimbulkan.

d) Majas

Kalimat LKB Punten Manggaterdapat majas aferesia dan enumerasio/ akumolasio terdapat penekanan dengan penegasan yang menghilangkan huruf teks lagunya pada setiap kalimat yang saling berhubungan pada lariknya dengan gaya bahasa yang saling berhubungan antara satu dengan yang lainnya. Seperti pada kata ari yang terdapat pada LKB ini menjadi suku kata yang berfungsi sebagai pengait dalam larik pada setiap kalimatnya.

e) Tema

Teks LKB Punten Mangga yang terdapat 8 buah isotopi yaitu isotopi kegiatan, manusia, makanan, penyakit, sifat, organ tubuh, tempat, dan isotopi benda. Hubungan dari semua isotopi tersebut maka terbentuklah tema yang menceritakan lagupermainan anak-anak yang bermanfaat dengan aktivitas dalam bermain yangmengajarkan kebersamaan pada anak-anak dengan tujuan untuk membangun hubungan tali kekeluargaan yang harmonis dan rukun. Permainan

Punten Mangga ini seolah memiliki daya tarik, yang membuat anak-anak

senantiasa cepat hafal lirik pada teks lagunya dengan suasana yang ramai dan hati yang riang gembira.

5.1.1.2 Struktur LKB Cang Kacang. a) formula sintaksis


(28)

Kalimat pertama LKB Cang Kacang terdapat frasa Cang kacang panjang

anu panjang ucing”. “Cang kacang panjanganu panjang” menduduki fungsi

Subjek (S), dengan kategori sebagai verba (kata kerja) dan mempunyai peran maknanya sebagai tindakan. Kata “ucing”yang menduduki fungsi predikat (P), dengan kategori sebagai adjektiva (kata sifat) dan mempunyai peran maknanya sebagai hasil.

Kalimat kedua terdapat frasa “Dok dok karedok anu pondok teu ucing”.

Dok dok karedokanu pondok” menduduki fungsi Subjek (S), dengan kategori sebagai verba (kata kerja) dan mempunyai peran maknanya sebagai tindakan. Kata “teu ucing”yang menduduki fungsi predikat (P), dengan kategori sebagai adjektiva (kata sifat) dan mempunyai peran maknanya sebagai hasil.

Kalimat ketiga terdapat frasa “Cang kacang panjang anu panjang ucing”.

Cang kacang panjanganu panjang” menduduki fungsi Subjek (S), dengan kategori sebagai verba (kata kerja) dan mempunyai peran maknanya sebagai tindakan. Kata “ teu ucing”yang menduduki fungsi predikat (P), dengan kategori sebagai adjektiva (kata sifat) dan mempunyai peran maknanya sebagai hasil.

Pada kalimat keempat terdapat frasa “Dok dok karedok anu pondok teu

ucing”. “Dok dok karedokanu pondok” menduduki fungsi Subjek (S), dengan

kategori sebagai verba (kata kerja) dan mempunyai peran maknanya sebagai tindakan. Kata “teu ucing”yang menduduki fungsi predikat (P), dengan kategori sebagai adjektiva (kata sifat) dan mempunyai peran maknanya sebagai hasil. b) formula bunyi

Kalimat pertama ditemukan proses pengulangan bunyi yang sama dengan

kalimat ketiga, tetapi yang membedakannya ada kata “teu” yaitu Cang kacang panjang anu panjang ucing dan Cang kacang panjang anu panjang teu ucing.

Sedangkan pada kalimat kedua ditemukan proses pengulangan yang sama dengan

kalimat keempat, tetapi yang membedakannya ada kata “teu” yaitu Dok dok karedok anu pondok teu ucing dan Dok dok karedok anu pondok ucing. Sehingga


(29)

panjang, pondok, dan ucingsangat dominan dengan pola yang selalu diulang pada

setiap kalimatnya.

Bunyi asonansi dan aliterasi dalam LKB Cang kacangpada kalimat pertama /Cang kacang panjang anu panjang ucing/dan kalimat ketiga /Cang

kacang panjang anu panjang teu ucing/asonansi maupun aliterasi tersebut sama,

hanya kata teu yang membedakannya. Kalimat kedua/Dok dok karedok anu

pondok teu ucing/dan kalimat keempat /Dok dok karedok anu pondok ucing/asonansi maupun aliterasi tersebut sama, hanya kata teu yang

membedakannya.

Asonansi maupun aliterasi yang muncul pada LKB Cang Kacang ini terdapat persamaan bunyi vokalyang menghasilkan tekanan bunyi yang terasa halus dan ramai dengan adanya penekanan bunyi yang membedakannya dengan kata teu. Penekanan tersebut yang bertujuan membuat suasana permainan menjadi ramai yang memberikan tantangan pemain agar tidak menjadi kucing.

c) formula irama

LKB Cang kacang terdapat rima identik dari ulangan kata yang sama pada tempat yang berirama terdapat fonem cangpadakata“Cang kacang panjang” dilantunkan dengan nada pembuka yaitu kata cangyang dilantunkan dengan nada pendek dan sedikit penekanan pada fonem <cang>. Fonem dokpadakata “Dok dok karedok”. dilantunkan dengan nada pembuka yaitu kata Dok dokyang dilantunkan dengan (nada pendek dan sedikit penekanan pada fonem <dok>). Rima pada kata tersebut dapat menghasilkan efek riang serta memudahkan menghafal liriknya dengan fonem sama yang diulang.

d) majas

Teks LKB Cang kacang terdapat majas aferesis yang menekankan adanya penegasan dengan menghilangkan huruf atau suku kata awal. Seperti teks dari suku kata yang sama dengan pengulangan bunyi pada kalimat Cang kacang dengan suku kata yang diambil dari dua fonem terakhir cangdari kata kacang, dan


(30)

kalimat Dok dok karedok kata yang diambil dari dua fonem terakhir dok dari kata

karedok.

e) tema

Tek LKB Cang Kacang yang terdapat 4 buah isotopi yaitu isotopi makanan, sifat, hewan, dan isotopi sayur. Hubungan dari isotopi-isotopi tersebut terbentuklah tema dalam suatu aktivitas dalam lagupermainan anak-anak ini mengajarkan interaksi sosial dan melatih kemampuan metal dan fisiknya dengan adanya permainan yang mengawali akan memberi sebuah tantangan menjadi seorang pemenang atau dapat menerima kekalahan.

5.1.1.3 Struktur LKB Mejikuhibiningu a) formula sintaksis

Teks LKB Mejikuhibiniyu tidak mempunyai kategori sintaksis, karena pada kata tersebut merupakan kata singkatan. Kata-kata yang disingkat sebagai LKB

tersebut yaitu “Me, ji, ku, hi,bi, ni, dan ngu” (merah, jingga, kuning, hijau, biru,

nila, dan ungu) sebagai lagu permainan, dan kata yang disingkat yaitu “Bom, bas,

ter, dan wit” (bom, bebas, puter, ciwit) sebagai lagu hukuman. Kata-kata

permainan tersebut hanya kata-kata singkatan yang dipakai untuk permainan LKB

Mejikuhibiningu.

b) formula bunyi

Teks LKBMejikuhibiningu singkatan dari kata merah, jingga, kuning, hijau,

biru, nila, dan ungu. Bunyi pada lagu tersebut menghasilkan efek bunyi yang

riang dan lepas karena lagu permainan yang menentukan siapa pemain yang menjadi pemenang.Sedangkan lagu hukuman Bombasterwit singkatan dari kata

bom, bebas, puter, dan ciwit. Bunyi pada lagu hukuman menghasilkan efek bunyi

yang was-was karena lagu yang menetukan hukuman untuk pemain yang kalah. Bunyi asonansi dan aliterasi dalam teks LKB Mejikuhibiningu asonansi dominan muncul pada vokal /i/ yang merupakan dasar klasifikasi bunyi segmental

dilihat dari bentuk bibir tak bulat „terlentang lebar' ketika bunyi diucapkan. Vokal /i/ berkombinasi dengan konsonan /j/k/h/b/n/ sehingga menimbulkan bunyi yang


(31)

ramai dan mengahasilakn efek yang riang. Sedangkan lagu bombasterwit asonansi muncul pada vokal /o/a/e/i/ yang konsonannya dominan munculkonsonan /b/ yang merupakan dasar klasifikasi bunyi segmental dilihat dari mekanisme artikulasi yang merupakan bunyi Bilabial, dan /t/ merupakan bunyi Apikodental. Efek yang muncul pada lagu Mejikuhibingu dalam asonansi pada persamaan bunyi vokal dan aliterasi yang menghasilkan tekanan bunyi yang terasa halus. Sedangkan efek yang muncul pada lagu Bombasterwit menghasilkan tekanan bunyi yang ramai.

c) formula irama

LKB Mejikuhibininguterdapat rima identik dengan ulangan kata yang sama pada tempat yang harus berirama dengan nada yang dilantunkan (nada sedang dan sedikit penekanan pada tiap fonemnya). Hal tersebut memberikan efek lagu

Mejikuhibiningu sebagai lagu penentuan dalam permainan siapa yang menjadi

pemenang dengan memberikan rasa penasaran pada tiap pemainnya. Sedangkan lagu hukumannya dilantunkan dengan nada sedang dan sedikit cepat/ lebih cepat dengan adanya penekanan. Hal tersebut memberikan efek lagu bombasterwitpada pemainyang tidak menjadi pemenang merasa was-was akan mendapatkan hukuman dari pemenangnya.

d) majas

LKB Mejikuhibiningu ini tidak ada majas yang ditemukan. e) tema

Teks LKB Mejikuhibininguterdapat 2 buah isotopi yaitu isotopi warna dan isotopi kegiatan. Hubungan dari kedua isotopitersebut terbentuklah sebuah tema dalamlagupermainan anak-anak ini mengajarkan interaksi sosial dengan indahnya berbagai perbedaan dan mengajarkan kelapangan untuk bisa menerima konsekuensi dari sebuah aturan.

5.1.2 Analisis proses penciptaan LKB Punten Mangga, Cang Kacang, dan

Mejikuhibiningu.


(32)

a) Proses pewarisan

Proses pewarisan LKB Punten Mangga diwariskan kepada anak-anak dari orang yang lebih tua dari mereka (seperti Kakek/ Nenek, Ibu/ Bapak, Kakak, ataupun kemungkinan dari teman sebayanya yang sudah mengetahui LKB Punten

Mangga tersebut dari orang dewasa.

b) Proses penciptaan

Proses penciptaan LKB Punten Mangga melalui penghafalan yang dituturkan oleh anak-anak dari orang tuanya. Maka dari proses penciptaan LKB

Punten Mangga yang terjadi terdapat hubungan yang vertikal, karena

pemerolehan LKB ini dari (orang tua) generasi sebelumnya. 5.1.2.2 Analisis proses penciptaan LKB Cang Kacang a) Proses pewarisan

LKB Cang kacangdiwariskan karena anak-anak seringkali senang dengan aktivitas berlari-lari dan senang dengan tantangan. Mereka yang membawakan lagu ini dalam proses pewarisannya hanya mendengar dari teman-teman lainnya. Pemerolehan LKB Cang Kacang ini tidak dapat diketahui secara pasti diperoleh darimana.

b) Proses penciptaan

Proses penciptaan LKB Cang kacang tercipta sebagai LKB untuk mengawali permainanyang meyerupai puisi atau jajampe keberuntungan untuk menentukan siapa yang akan menjadi kucing/ penjaga. Proses penciptaan LKB

Cang Kacang yang terjadi terdapat hubungan yang horizontal, karena

pemerolehan LKB ini dari (teman sebaya/ sepermainan) dalam generasi yang sama.

5.1.2.3 Analisis proses penciptaan LKB Mejikuhibiningu a) Proses pewarisan

LKB Mejikuhibiningudiwariskan karena anak-anak seringkali senang dengan dengan tantangan. Mereka berharap keberuntungan ada pada dirinya agar


(33)

menjadi pemenang, karena pemain yang tidak menjadi pemenangnya pasti akan mendapat hukuman dari salah satu pemain yang menjadi pemenang. Proses pewarisan LKB Mejikuhibiningu diwariskan dari orang dewasa/ orangtua maupun dari teman sebayanya sendiri yang sudah lebih dulu mengetahui permainan ini. b) Proses penciptaan

Proses penciptaan LKB Mejikuhibiningu ini tercipta sebagai hiburan dan semacam peruntungan yang menjadi pemenangnya. Pemenangnya berhak untuk menghukum pemain lainnya, pemenang dalam permainan ini hanya salah satu dari para pemain tersebut. Proses penciptaan LKB Cang Kacang yang terjadi terdapat hubungan yang vertikal, karena pemerolehan LKB ini dari (orang dewasa/ orangtua) pada generasi sebelumnya.

5.1.3 Analisis konteks pertunjukan LKB Punten Mangga, Cang Kacang, dan

Mejikuhibiningu.

5.1.3.1 konteks situasiLKB Punten Mangga, Cang Kacang, dan Mejikuhibiningu. a) konteks situasi LKB Punten Mangga

Situasi pada konteks pertunjukan ini terdapat waktu, tujuan, peralatan, dan teknik pertunjukan yang digambarkan yaitu: (1) waktu menuturkan LKB Punten

Manggadituturkan anak-anak kapan saja mereka membawakan lagu ini ketika

mereka sedang ingin bermain saja; (2) tujuan LKB inisebagai permainan yang merupakan hiburan dengan mengajarkan kebersamaan untuk membangun

interaksi dan sosialisasi diri anak-anak terhadap teman-temannya sendiri; (3)

permainan ini tidak menggunakan alat apapun, anak-anak hanya berkumpul dan bersama-sama menyayikan LKB Punten Mangga.LKB ini berupa permainan yang bersifat verbal, karena ketika bermain anak-anak hanya bicara (bernyanyi) secara lisan tanpa menggunakan bantuan apapun. (4) teknik PertunjukanLKB Punten

Mangga dilakukan tanpa gerakan, tetapi dalam pertunjukannya anak-anak

berkumpul dari dua orang hingga lebih yang bersama-sama menyanyikan lagu tersebut.


(34)

Konteks situasi LKB ini terdapat waktu, tujuan, peralatan, dan teknik pertunjukan yang digambarkan yaitu: (1) waktumenuturkan LKB Cang kacang ini, biasanya anak-anak bermain pada saat jam istirahat sekolah/ pulang dari sekolah, atau kapan saja saat mereka mau memainkannya; (2) tujuan LKB Cang kacang dituturkan sebagai permainan pembuka yang dituturkan untuk menentukan pemain yang menjadi kucing dalam permainan kucing-kucingan, seperti ucing

sumput, ucing lumpat, dan ucing peungpeun. Hal ini dapat mengajarkan

anak-anak untuk berhati lapang agar bisa menerima siapa anak-anak/ pemain yang menjadi

kucing tersebut; (3) peralatanLKB Cang kacang ini tidak ada, hanya saja

permainan dimainkan dengan menggerakkan tangan setiap pemainnya; (4) teknik pertunjukan permainan LKB Cang kacangdimainkan dengan menggerakkan tangan yang dipanjangkan kedepan dan tangan dipendekkan dengan ditarik kebelakang.

c) konteks situasi LKB Mejikuhibiningu

Konteks situasi LKB ini terdapat waktu, tujuan, peralatan, dan teknik pertunjukan yang digambarkan yaitu: (1) waktu ketika menuturkan LKB Mejikuhibiningu biasanya anak-anak memainkannya kapan saja, saat mereka ada waktu luang. Bahkan saat anak-anak sedang belajar pun di sekolah maupun di rumah, terkadang mereka mencuri-curi waktu untuk bermain LKB Mejikuhibininguwalaupun hanya di mainkan oleh dua orang atau tiga orang saja; (2) tujuan LKB Mejikhibiningu dapat mengajarkan anak-anak untuk berbesar hati agar bisa menerima siapa anak/ pemain yang menjadi pemenang, dan melatih sosialisasi diri anak-anak kepada temannya dengan kejujuran dan keikhlasan ketika mereka meletakkan jari-jari tangannya saat bermain; (3) peralatandalam permainan ini tidak ada alat yang dipakai, tetapi anak-anak hanya berkumpul dan LKB Mejikuhibiningu dimainkan dengan meletakkan jari-jari tangan mereka dengan sekehendak hatinya; (4) teknik pertunjukanLKB Mejikuhibiningu dimainkan oleh pemain yang berhak meletakkan berapapun jari-jari tangan mereka. Pemain anak laki-laki ataupun perempuan yang bermain ada tujuh orang, jika pemainnya tidak lengkap, maka permainan ini bisa dimainkan sekurang-kurangnya oleh dua orang. Pemain


(35)

berkumpul dengan duduk melingkar, dan jalannya permainan ada penutur dari salah satu pemain yang memandu.

5.1.3.2 konteks budayaLKB Punten Mangga, Cang Kacang, dan Mejikuhibiningu. Budaya pada konteks pertunjukan LKB ini terdapat lokasi, penutur-audiens, latar sosial budaya, dan kondisi ekonomi yang digambarkan yaitu:

1) lokasi penelitian LKB Punten Mangga ini berada di Desa Peundeuy, Kecamatan Peundeuy, Kabupaten Garut;

2) penutur-audiens, penutur dan audiens (penonton/ pendengar) dalam permainan LKB Punten Mangga ini, sama-sama dilakukan oleh anak-anak yang ikut bermain;

3) latar sosial budaya pada masyarakat di Desa Peundeuy masyarakatnya mayoritas menggunakan tempat berlindung dan perumahan dengan bahan bangunan tradisional dan sederhana yang menggunakan bahan-bahan dari bambu dan kayu. Mata pencaharian masyarakat sebagian besar seorang petani yang hanya bekerja sebagai buburuh yang menggarap sawah milik petani lain sebagai mata pencaharian hidupnya. Selain itu, masyarakat di desa ini beragama islam, agama yang dijadikan sebagi pedoman dan pegangan hidup, dan kondisi sosial ekonomi masyarakat di Desa Peundeuy mayoritasnya masyarakat menengah kebawah, tapi sebagian kecil ada golongan masyarakat menengah.

5.1.4 Analisis fungsi LKB Punten Mangga, Cang Kacang, dan Mejikuhibiningu. 5.1.4.1 fungsi LKB Punten Mangga

LKB Punten Manggayang berkaitan dengan fungsi pada puisi rakyat, berdasarkan pertunjukan/ penuturan maka fungsinya digambarkan sebagai berikut:

a) sebagai alat kendali sosial

LKB Punten Mangga

inidapatmengungkapkanataumencerminkanperasaan, keadaanlingkungan, dansituasimasyarakatDesa, yang biasanya bertuturdalamsuasanasantai, berkelakar,


(36)

berbincang-bincang, dansuasanatidak formal. Sehingga hubungan teman terjalin erat melalui permainan ini, karena adanya interaksi dan sosialisasi diri anak-anak terhadap teman-temannya sendiri.

b) sebagai hiburan

LKB Punten Mangga ini dimainkan anak-anak tanpa ada paksaan/ perintah dari orang lain, karena mereka bermain dengan kehendaknya sendiri, serta lagu ini pun berfungsi sebagai penggembira yang dapat menghibur.

c) sebagai permulaan suatu permainan

LKB Punten Mangga ini tidak terpatok sebagai permulaan permainan, karena permainan ini bebas untuk dimainkan, baik dimainkan secara tunggal maupun dicampur dengan permainan lainnya.

d) Sebagai penekananatau mengganggu orang lain

LKB Punten Mangga ketika lagu dituturkan/ dipertunjukkan, seringkali anak-anak yang jahil mengganggu temannya yang lain dengan menyikut lengan, mencubit tangan, atau mereka saling memukul kepala teman yang ada didekatnya. Tapi hal tersebut hanya sekedar hereuy (bercanda) saja, untuk meramaikan suasana permainan saja.

5.1.4.2 fungsi LKB Cang Kacang

LKB Cang kacang yang berkaitan dengan fungsi pada puisi rakyat, berdasarkan pertunjukan/ penuturan maka fungsinya dijelaskan sebagai berikut:

a) sebagai alat kendali sosial

LKB Cang Kacang ini dapatmenggambarkanperasaan anak-anak yang senang akan tantangan, dengan bermain berlari-lari yang mengejar/ menangkap

(menjadi kucing) dan di kejar (tidak menjadi kucing), dan mencari-cari

teman-temannya yang bersembunyi atau menangkap serta menebak para pemain yang tidak menjadi kucing. Sehingga dari gambaran tersebut terlihat ada jalinan sosialisasi diri anak-anak kepada teman-temannya sendiri.


(37)

b) sebagai hiburan

LKB Cang kacang ini menimbulkan suasana yang ramai dan hati yang was-was, karena lagu ini yang menentukan siapa pemain yang tidak beruntung menjadi kucing(kalah sementara). Walaupun demikian, permainan ini merupakan hiburan yang menyenangkan bagi anak-anak.

c) sebagai permulaan suatu permainan

LKB Cang kacang ini sebagai permulaan permainan kucing-kucingan yang akan menentukan pemain yang akan menjadi kucing, seperti pada permainan

ucing sumput, ucing peungpeun, dan ucing lumpat.

d) Sebagai penekananatau mengganggu orang lain

LKB Cang kacang ketika lagu dituturkan/ dipertunjukkan, seringkali anak-anak yang jahil mengganggu temannya yang menjadi kucing dengan mengolok-ngoloknya dan menyudutkannya yang telah menjadi kucing dalam permainan kucing-kucingan yang telah disepakati.

5.1.4.3 fungsi LKB Mejikuhibiningu

LKB Mejikuhibiningu yang berkaitan dengan fungsi pada puisi rakyat, berdasarkan pertunjukan/ penuturan maka fungsinya dijelaskan sebagai berikut:

a) sebagai alat kendali sosial

LKB Mejikuhibiningu yang dicari adalah pemenangnya. Sehingga para pemain merasa tertantang untuk menjadi pemenangnya, tapi walaupun tidak menjadi pemenangnya, anak-anak belajar tentang lapang dada/ bisa menerima bahwa temannya yang lainlah yang menjadi pemenangnya. Sehingga dari gambaran tersebut terlihat ada jalinan sosialisasi diri anak-anak kepada teman-temannya sendiri untuk saling menghargai.

b) sebagai hiburan

LKB Mejikuhibiningu ini menimbulkan suasana yang ramai dan hati yang was-was, karena lagu ini yang menentukan siapa pemain yang beruntung menjadi pemenangnya, dan pemain lainnya akan mendapat hukuman dari


(38)

pemenangnya.Walaupun demikian, anak-anak yang mengikuti permainan ini tetap senang dan riang, apalagi ketika mereka menjadi pemenang dengan warna pilihannya.

c) Sebagai permulaan suatu permainan

LKB Mejikuhibiningu ini bukanlah sebagai permulaan permainan, permainan ini biasa dilakukan secara mandiri/ tidak digabungkan dengan LKB atau permainan lainnya. Tetapi dalam permainan LKB Mejikuhibiningu yang akan menentukan pemain yang akan menjadi pemenangnya, dengan di awali lagu

Mejikuhibiningu yang dilanjutkan dengan lagu hukuman yaitu lagu Bombasterwit,

dan pemain yang menjadi pemenangnya berhak menghukum pemain lainnya. d) Sebagai penekanan atau mengganggu orang lain

LKB Mejikuhibiningu ketika lagu dituturkan/ dipertunjukkan, seringkali anak-anak yang jahil mengganggu temannya yang tidak pernah menjadi pemenang dengan mengolok-ngoloknya dan menyudutkannya yang terus mendapat hukuman karena warna pilihannya tidak pernah disebutkan.

5.1.5 Makna LKB Punten Mangga, Cang Kacang, dan Mejikuhibiningu. 5.1.5.1 makna LKB Punten Mangga

LKB Punten Mangga terdapat kebutuhan sosial manusia dalam kehidupan sehari-hari. Seperti halnya interaksi sosial yang dilakukan pemain dalam permainan ini dapat menjalin kebersamaan dengan membangun hubungan tali kekeluargaan yang harmonis dan rukun, karena pemain sama-sama merasakan tantangan untuk hafal lirik lagunya secara serentak.

5.1.5.2 makna LKB Cang Kacang

LKB Cang Kacang merupakan salah satu permainan tradisional anak yang dapat memberikan sosialisasi untuk saling berinteraksi pada saat anak-anak bermain. Selain itu, mereka bisa menerapkan kejujuran dan kelapangan hati untuk bisa menerima kekalahan, serta bagi pemenang atau pemain yang tidak menjadi


(39)

makna pada nilai kerendahan hati bisa mereka terapkan dalam kehidupan sehari-hari.

5.1.5.3 makna LKB Mejikuhibiningu

LKB Mejikuhibiningu merupakan salah satu permainan tradisional anak yang dilakukan sebagai permainan hiburan, tetapi dapat mengajarkan interaksi sosial dengan indahnya berbagai perbedaan dan anak-anak belajar tentang kelapangan hati untuk bisa menerima konsekuensi dari sebuah aturan yang mereka terapkan dalam kehidupan sehari-hari.

5.2 Saran

Berdasarkanpenelitianyang telah dilakukan dankesimpulan yang

telahdiungkapkan,terdapatbeberapa saran yang

ingindisampaikankepadamasyarakat umum, peneliti sastra lisan, dan bidang kesusastraan.

1. Bagi masyarakat umum, dengan adanya penelitian LKB ini bisa diharapkan mengetahui dan melestarikan kebudayaan tentang permainan yang ada didaerahnya masing-masing.

2. Bagi peneliti sastra lisan, dengan adanya penelitian LKB ini bisa diharapkan dapat bermanfaat sebagai masukan dalam kajian yang sama kepada peneliti sastra lisan lainnya, yang berminat melakukan penelitian selanjutnya dengan melakukan penelitian yang lebih luas lagi tentang lagu permainan anak-anak dengan sudut pandang dan kajian yang berbeda.

3. Bagi bidang kesusastraan, dengan adanya penelitian LKB ini bisa dimanfaatkan sebagai sumbangan bahan materi pada permainan rakyat sebagai kebudayaan dalam bidang sastra lisan.


(40)

DAFTAR PUSTAKA

Bishop, Julia C. dan Curtis, Mavis. (Eds) 2005. Permainan Anak-anak Zaman

Sekarang di Sekolah Dasar. Jakarta: PT Grasindo.

Damianti, Vismaia S. dan Setiaresmi, Nunung. 2005. Sintaksis Bahasa Indonesia. Bandung: Pusat Studi Literasi.

Danandjaja, James. 1984. Foklor Indonesia (Ilmu Gosip, Dongeng, Dan

lain-lain). Jakarta: Grafitipers.

Hadi, Ahmad. 2009. Peperenian (Kandaga, Unak-anik, Tutungkusan jeung

Rusiah Basa Sunda). Bandung: CV Geger Sunten.

Hidayat, Rahmat Taufiq, dkk. 2005. Peperenian Urang Sunda. Bandung: PT. Kiblat Buku Utama.

Huizinga, Johan. 1990. Homo Ludens Fungsi dan Hakikat Permainan dalam

Budaya. Jakarta: Penerbit LP3S Jakarta.

Hutomo, Suripan Sadi. 1991. Mutiara Yang Terlupakan. Surabaya: Himpuan Sarjana Kesusastraan Indonesia HISKI- Komosariat Jawa Timur.

Koentjaraningrat. 1972. Beberapa Pokok Antropologi Sosial. Jakarta: PT Dian Rakyat.

Kridalaksana, Harimurti. 2001. Kamus linguistik (Edisi Ketiga). Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Luxemburg, Jan Van. 1981. Pengantar Ilmu Sastra. Jakarta: PT. Gramedia.

Marsono. 2006. Fonetik. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Mulyati, Eti. 2008. “Transformasi Bentuk Kaulinan Barudak ke dalam Bentuk Seni Pertunjukan”, dalam Tari Anak-anak dan Permasalahannya.

Bandung: Sunan Ambu Press STSI Bandung.

Muslich, Masnur. 2008. Fonologi Bahasa Indonesia (Tinjaun Deskriptif Sistm


(41)

Pradopo, Rachmat Djoko. 2009. Pengkajian Puisi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Ramlan. 2001. Morfologi. Yogyakarta: C.V. Karyono.

Ratna, Nyoman Kutha. 2008. Stilistika. Denpasar: Pustaka Pelajar.

Sudjiman, Panuti. 2006. Kamus Istilah Sastra. Jakarta: UI- Press.

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan kauntitatif, kualitatif,

dan R dan D). Bandung: Alfabeta.

Sumaatmadja, Nursid. 2010. Manusia (Dalam Konteks Sosial, Budaya dan

Lingkungan Hidup. Bandung: CV Alfabeta.

Sumardjo, Jakob dan K.M. Saini. 1988. Apresiasi Kesusastraan. Jakarta: PT Gramedia.

Sunarti. 2006. SKRIPSI (Sintren Brebes Kecamatan Banjarharjo: Struktur Lagu,

Konteks Pertunjukan, Proses Penciptaan, dan Fungsi). Bandung: Tidak

diterbitkan.

Tamsyah, Budi Rahayu. 2010. Kamus Lengkap Sunda- Indonesia, Indonesia-

Sunda, Sunda- Sunda. Bandung: CV Pustaka Setia.

Taum, Yoseph Yapi. 2011. Studi Sastra Lisan. Yogyakarta: Lamalera.

Teeuw, A. 2003. Sastera dan Ilmu Sastera. Jakarta: PT Dunia Pustaka Jaya.

Wulansari, Ratna. 2010. SKRIPSI (Lagu Kaulinan Budak di Desa Cisarua

Kecamatan Cikole kota Sukabumi: Analisis Struktur, Proses Penciptaan, Konteks Penuturan, dan Fungsi). Bandung: Tidak diterbitkan.

---. 2012. Pemetaan Warisan Budaya Tak Benda. Garut: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Garut.


(1)

berbincang-bincang, dansuasanatidak formal. Sehingga hubungan teman terjalin erat melalui permainan ini, karena adanya interaksi dan sosialisasi diri anak-anak terhadap teman-temannya sendiri.

b) sebagai hiburan

LKB Punten Mangga ini dimainkan anak-anak tanpa ada paksaan/ perintah dari orang lain, karena mereka bermain dengan kehendaknya sendiri, serta lagu ini pun berfungsi sebagai penggembira yang dapat menghibur.

c) sebagai permulaan suatu permainan

LKB Punten Mangga ini tidak terpatok sebagai permulaan permainan, karena permainan ini bebas untuk dimainkan, baik dimainkan secara tunggal maupun dicampur dengan permainan lainnya.

d) Sebagai penekananatau mengganggu orang lain

LKB Punten Mangga ketika lagu dituturkan/ dipertunjukkan, seringkali anak-anak yang jahil mengganggu temannya yang lain dengan menyikut lengan, mencubit tangan, atau mereka saling memukul kepala teman yang ada didekatnya. Tapi hal tersebut hanya sekedar hereuy (bercanda) saja, untuk meramaikan suasana permainan saja.

5.1.4.2 fungsi LKB Cang Kacang

LKB Cang kacang yang berkaitan dengan fungsi pada puisi rakyat, berdasarkan pertunjukan/ penuturan maka fungsinya dijelaskan sebagai berikut:

a) sebagai alat kendali sosial

LKB Cang Kacang ini dapatmenggambarkanperasaan anak-anak yang senang akan tantangan, dengan bermain berlari-lari yang mengejar/ menangkap (menjadi kucing) dan di kejar (tidak menjadi kucing), dan mencari-cari teman-temannya yang bersembunyi atau menangkap serta menebak para pemain yang tidak menjadi kucing. Sehingga dari gambaran tersebut terlihat ada jalinan sosialisasi diri anak-anak kepada teman-temannya sendiri.


(2)

131

b) sebagai hiburan

LKB Cang kacang ini menimbulkan suasana yang ramai dan hati yang was-was, karena lagu ini yang menentukan siapa pemain yang tidak beruntung menjadi kucing(kalah sementara). Walaupun demikian, permainan ini merupakan hiburan yang menyenangkan bagi anak-anak.

c) sebagai permulaan suatu permainan

LKB Cang kacang ini sebagai permulaan permainan kucing-kucingan yang akan menentukan pemain yang akan menjadi kucing, seperti pada permainan ucing sumput, ucing peungpeun, dan ucing lumpat.

d) Sebagai penekananatau mengganggu orang lain

LKB Cang kacang ketika lagu dituturkan/ dipertunjukkan, seringkali anak-anak yang jahil mengganggu temannya yang menjadi kucing dengan mengolok-ngoloknya dan menyudutkannya yang telah menjadi kucing dalam permainan kucing-kucingan yang telah disepakati.

5.1.4.3 fungsi LKB Mejikuhibiningu

LKB Mejikuhibiningu yang berkaitan dengan fungsi pada puisi rakyat, berdasarkan pertunjukan/ penuturan maka fungsinya dijelaskan sebagai berikut:

a) sebagai alat kendali sosial

LKB Mejikuhibiningu yang dicari adalah pemenangnya. Sehingga para pemain merasa tertantang untuk menjadi pemenangnya, tapi walaupun tidak menjadi pemenangnya, anak-anak belajar tentang lapang dada/ bisa menerima bahwa temannya yang lainlah yang menjadi pemenangnya. Sehingga dari gambaran tersebut terlihat ada jalinan sosialisasi diri anak-anak kepada teman-temannya sendiri untuk saling menghargai.

b) sebagai hiburan

LKB Mejikuhibiningu ini menimbulkan suasana yang ramai dan hati yang was-was, karena lagu ini yang menentukan siapa pemain yang beruntung menjadi pemenangnya, dan pemain lainnya akan mendapat hukuman dari


(3)

pemenangnya.Walaupun demikian, anak-anak yang mengikuti permainan ini tetap senang dan riang, apalagi ketika mereka menjadi pemenang dengan warna pilihannya.

c) Sebagai permulaan suatu permainan

LKB Mejikuhibiningu ini bukanlah sebagai permulaan permainan, permainan ini biasa dilakukan secara mandiri/ tidak digabungkan dengan LKB atau permainan lainnya. Tetapi dalam permainan LKB Mejikuhibiningu yang akan menentukan pemain yang akan menjadi pemenangnya, dengan di awali lagu Mejikuhibiningu yang dilanjutkan dengan lagu hukuman yaitu lagu Bombasterwit, dan pemain yang menjadi pemenangnya berhak menghukum pemain lainnya.

d) Sebagai penekanan atau mengganggu orang lain

LKB Mejikuhibiningu ketika lagu dituturkan/ dipertunjukkan, seringkali anak-anak yang jahil mengganggu temannya yang tidak pernah menjadi pemenang dengan mengolok-ngoloknya dan menyudutkannya yang terus mendapat hukuman karena warna pilihannya tidak pernah disebutkan.

5.1.5 Makna LKB Punten Mangga, Cang Kacang, dan Mejikuhibiningu. 5.1.5.1 makna LKB Punten Mangga

LKB Punten Mangga terdapat kebutuhan sosial manusia dalam kehidupan sehari-hari. Seperti halnya interaksi sosial yang dilakukan pemain dalam permainan ini dapat menjalin kebersamaan dengan membangun hubungan tali kekeluargaan yang harmonis dan rukun, karena pemain sama-sama merasakan tantangan untuk hafal lirik lagunya secara serentak.

5.1.5.2 makna LKB Cang Kacang

LKB Cang Kacang merupakan salah satu permainan tradisional anak yang dapat memberikan sosialisasi untuk saling berinteraksi pada saat anak-anak bermain. Selain itu, mereka bisa menerapkan kejujuran dan kelapangan hati untuk bisa menerima kekalahan, serta bagi pemenang atau pemain yang tidak menjadi kucing tidak menjadi sombong ketika mereka tidak menjadi kucing. Sehingga


(4)

133

makna pada nilai kerendahan hati bisa mereka terapkan dalam kehidupan sehari-hari.

5.1.5.3 makna LKB Mejikuhibiningu

LKB Mejikuhibiningu merupakan salah satu permainan tradisional anak yang dilakukan sebagai permainan hiburan, tetapi dapat mengajarkan interaksi sosial dengan indahnya berbagai perbedaan dan anak-anak belajar tentang kelapangan hati untuk bisa menerima konsekuensi dari sebuah aturan yang mereka terapkan dalam kehidupan sehari-hari.

5.2 Saran

Berdasarkanpenelitianyang telah dilakukan dankesimpulan yang

telahdiungkapkan,terdapatbeberapa saran yang

ingindisampaikankepadamasyarakat umum, peneliti sastra lisan, dan bidang kesusastraan.

1. Bagi masyarakat umum, dengan adanya penelitian LKB ini bisa diharapkan mengetahui dan melestarikan kebudayaan tentang permainan yang ada didaerahnya masing-masing.

2. Bagi peneliti sastra lisan, dengan adanya penelitian LKB ini bisa diharapkan dapat bermanfaat sebagai masukan dalam kajian yang sama kepada peneliti sastra lisan lainnya, yang berminat melakukan penelitian selanjutnya dengan melakukan penelitian yang lebih luas lagi tentang lagu permainan anak-anak dengan sudut pandang dan kajian yang berbeda.

3. Bagi bidang kesusastraan, dengan adanya penelitian LKB ini bisa dimanfaatkan sebagai sumbangan bahan materi pada permainan rakyat sebagai kebudayaan dalam bidang sastra lisan.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Bishop, Julia C. dan Curtis, Mavis. (Eds) 2005. Permainan Anak-anak Zaman Sekarang di Sekolah Dasar. Jakarta: PT Grasindo.

Damianti, Vismaia S. dan Setiaresmi, Nunung. 2005. Sintaksis Bahasa Indonesia. Bandung: Pusat Studi Literasi.

Danandjaja, James. 1984. Foklor Indonesia (Ilmu Gosip, Dongeng, Dan lain-lain). Jakarta: Grafitipers.

Hadi, Ahmad. 2009. Peperenian (Kandaga, Unak-anik, Tutungkusan jeung Rusiah Basa Sunda). Bandung: CV Geger Sunten.

Hidayat, Rahmat Taufiq, dkk. 2005. Peperenian Urang Sunda. Bandung: PT. Kiblat Buku Utama.

Huizinga, Johan. 1990. Homo Ludens Fungsi dan Hakikat Permainan dalam Budaya. Jakarta: Penerbit LP3S Jakarta.

Hutomo, Suripan Sadi. 1991. Mutiara Yang Terlupakan. Surabaya: Himpuan Sarjana Kesusastraan Indonesia HISKI- Komosariat Jawa Timur.

Koentjaraningrat. 1972. Beberapa Pokok Antropologi Sosial. Jakarta: PT Dian Rakyat.

Kridalaksana, Harimurti. 2001. Kamus linguistik (Edisi Ketiga). Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Luxemburg, Jan Van. 1981. Pengantar Ilmu Sastra. Jakarta: PT. Gramedia.

Marsono. 2006. Fonetik. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Mulyati, Eti. 2008. “Transformasi Bentuk Kaulinan Barudak ke dalam Bentuk Seni Pertunjukan”, dalam Tari Anak-anak dan Permasalahannya. Bandung: Sunan Ambu Press STSI Bandung.

Muslich, Masnur. 2008. Fonologi Bahasa Indonesia (Tinjaun Deskriptif Sistm Bunyi Bahasa Indonesia). Jakarta: PT Bumi Aksara.


(6)

Pradopo, Rachmat Djoko. 2009. Pengkajian Puisi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Ramlan. 2001. Morfologi. Yogyakarta: C.V. Karyono.

Ratna, Nyoman Kutha. 2008. Stilistika. Denpasar: Pustaka Pelajar.

Sudjiman, Panuti. 2006. Kamus Istilah Sastra. Jakarta: UI- Press.

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan kauntitatif, kualitatif, dan R dan D). Bandung: Alfabeta.

Sumaatmadja, Nursid. 2010. Manusia (Dalam Konteks Sosial, Budaya dan Lingkungan Hidup. Bandung: CV Alfabeta.

Sumardjo, Jakob dan K.M. Saini. 1988. Apresiasi Kesusastraan. Jakarta: PT Gramedia.

Sunarti. 2006. SKRIPSI (Sintren Brebes Kecamatan Banjarharjo: Struktur Lagu, Konteks Pertunjukan, Proses Penciptaan, dan Fungsi). Bandung: Tidak diterbitkan.

Tamsyah, Budi Rahayu. 2010. Kamus Lengkap Sunda- Indonesia, Indonesia- Sunda, Sunda- Sunda. Bandung: CV Pustaka Setia.

Taum, Yoseph Yapi. 2011. Studi Sastra Lisan. Yogyakarta: Lamalera.

Teeuw, A. 2003. Sastera dan Ilmu Sastera. Jakarta: PT Dunia Pustaka Jaya.

Wulansari, Ratna. 2010. SKRIPSI (Lagu Kaulinan Budak di Desa Cisarua Kecamatan Cikole kota Sukabumi: Analisis Struktur, Proses Penciptaan, Konteks Penuturan, dan Fungsi). Bandung: Tidak diterbitkan.

---. 2012. Pemetaan Warisan Budaya Tak Benda. Garut: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Garut.