ANALISIS LAGU KAULINAN BUDAK DI DESA CILANDAK KECAMATAN CIBATU KABUPATEN PURWAKARTA DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI BAHAN AJAR TEKS TANGGAPAN DESKRIPTIF.

(1)

SKRIPSI

diajukan untuk memenuhi sebagian syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Enung Farhan Mardiyah 1000961

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI


(2)

LEMBAR HAK CIPTA

ANALISIS LAGU KAULINAN BUDAK DI DESA CILANDAK KECAMATAN CIBATU KABUPATEN PURWAKARTA DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI BAHAN AJAR

TEKS TANGGAPAN DESKRIPTIF

Oleh

Enung Farhan Mardiyah

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni

© Enung Farhan Mardiyah 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Agustus 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difotokopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

PURWAKARTA

DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI BAHAN AJAR TEKS TANGGAPAN DESKRIPTIF

Disetujui dan disahkan oleh pembimbing:

Pembimbing I

Drs. Memen Durachman, M.Hum. NIP 196306081988031002

Pembimbing II

Yulianeta, M.Pd. NIP 197507132005012002

Mengetahui

Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Dr. Dadang S. Anshori NIP 197204031999031002


(4)

Enung Farhan M ardiyah, 2014

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR BAGAN ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN ...1

A. Latar Belakang ...1

B. Identifikasi Masalah ...5

C. Rumusan Masalah ...6

D. Tujuan Penelitian ...6

E. Manfaat Penelitian ...6

BAB II LANDASAN TEORETIS ...7

A. Lagu Kaulinan Budak sebagai Folklor ...8

1. Folklor ...8

2. Lagu Kaulinan Budak ...10

B. Analisis Folklor ...11

1. Struktur ...11

2. Proses Penciptaan ...16

3. Konteks Penuturan ...17

4. Fungsi ...19

5. Makna ...19

C. Teks Tanggapan Deskriptif ...20

D. Bahan Ajar ...22

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ...30

A. Metode Penelitian ...30

B. Sumber Data Penelitian ...31


(5)

Enung Farhan M ardiyah, 2014

BAB IV PEMBAHASAN ...40

A. Analisis LKB Cing Ogo – Ogo ...41

B. Analisis LKB Endog-endogan ...63

C. Analisis LKB Siti Aisah ...83

D. Analisis LKB Jim jim jim ...130

E. Bahan Ajar Teks Tanggapan Deskriptif ...154

BAB V PENUTUP ...166

A. Simpulan ...166

B. Saran ...174 DAFTAR PUSTAKA


(6)

Enung Farhan M ardiyah, 2014

Analisis Lagu Kaulinan Budak D i D esa Cilandak Kecamatan Cibatu Kabupaten Purwakarta ABSTRAK

“ANALISIS LAGU KAULINAN BUDAK DI DESA CILANDAK KECAMATAN CIBATU KABUPATEN PURWAKARTA DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI BAHAN AJAR TEKS TANGGAPAN

DESKRIPTIF” Enung Farhan Mardiyah

NIM 1000961

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh permasalahan yang terjadi pada permainan tradisional Sunda yang sudah mulai dilupakan. Objek penelitian yaitu

Lagu Kaulinan Budak (LKB) yang hidup di Desa Cilandak Kecamatan Cibatu

Purwakarta. Dengan pertimbangan keragaman bahasa dan keragaman tema, dari 14 LKB yang diobservasi maka dipilih 4 LKB yang dikaji, yaitu LKB Cing

Ogo-ogo, Endog-endogan, Siti Aisah, dan Jim Jim Jim.

Tujuan penelitian ini yakni menganalisis struktur, proses penciptaan, konteks pertunjukkan, fungsi, makna dan hasil analisisnya disusun menjadi bahan ajar materi teks tanggapan deskriptif di kelas VII Sekolah Menengah Pertama (SMP). Bahan ajar yang disusun berbasis kurikulum 2013 yang mengedepankan aspek spiritual, sosial, pengetahuan, dan keterampilan.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode kualitatif deskriptif. Metode ini dipilih berdasarkan karakteristiknya yang sesuai dengan penelitian ini, yakni menjelaskan dengan rinci secara holistik dan mendalam. Penelitian ini akan mengungkapkan kandungan dari LKB dilanjutkan dengan menyusun bahan ajar. Maka dari itu prosedur yang cocok adalah kualitatif, bukan kuantitatif yang menggunakan prosedur statistik.

Bahan ajar yang telah disusun berisi seperangkat Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran lengkap dengan materi teks tanggapan deskriptif yang contoh-contohnya memanfaatkan LKB yang telah dikaji. Hasil penelitian menunjukkan permainan tradisional cocok digunakan dalam pembelajaran teks tanggapan deskriptif di kelas VII Sekolah Menengah Pertama. Bahan ajar yang telah disusun juga dapat dimanfaatkan sebagai alternatif bahan ajar teks tanggapan deskriptif, di samping bahan ajar yang telah disediakan pemerintah.


(7)

Enung Farhan M ardiyah, 2014

Analisis Lagu Kaulinan Budak D i D esa Cilandak Kecamatan Cibatu Kabupaten Purwakarta ABSTRACT

“ANALYSIS OF LAGU KAULINAN BUDAK IN CILANDAK CIBATU PURWAKARTA AND UTILIZATION AS DESCRIPTIVE TEXT

MATERIAL TEACHING” Enung Farhan Mardiyah

NIM 1000961

This research is happened by problem of traditional sundanese game. The

object of this research is Lagu Kaulinan Budak (LKB)/song of children’s game in

Cilandak Village, Cibatu, Purwakarta. With considering of kind languages and kind theme, 14 LKB was analysis, so select 4 LKB, that is LKB Cing Ogo-ogo,

Endog-endogan, Siti Aisah, dan Jim Jim Jim.

The purpose of research is structure analysing, process creating, context showing, function, meaning, and the result of analys was make become material teaching of descrptive text at class VII junior high school. The material teaching was maked with curriculum 2013. In this curriculum there is spiritual aspect, social aspect, knowledge aspect, and skill aspect.

The method used in this research is descriptive qualitative method. This method was chosen based on its characteristics in accordance with this study, which describes in detail a holistic and deep. This study will reveal the contents of the LKB continued with preparing teaching materials. Thus the matching procedure is qualitative, not quantitative, which uses statistical procedures.

Teaching materials have been prepared containing a set of lesson design complete with descriptive text material response that utilize LKB examples have been studied. The results showed the traditional game suitable for use in teaching descriptive text responses in seventh grade junior high school. Teaching materials that have been developed can also be used as an alternative teaching materials descriptive text responses, in addition to teaching materials that have been provided by the government.


(8)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pandangan sosiolinguistik menyebutkan bahwa bahasa lahir di dalam masyarakat. Melalui media bahasa, sebuah kebiasaan lisan terbentuk secara turun temurun di dalam masyarakat, yang dikenal dengan istilah tradisi lisan. Sukatman beranggapan bahwa pembicaraan tradisi lisan ini dimulai dari konsep folklor (2009: 1). Danandjaja mendefinisikan folklor sebagai sebagian kebudayaan kolektif yang tersebar atau diwariskan turun temurun secara tradisional dalam versi yang berbeda, baik dalam bentuk lisan maupun contoh yang disertai gerak isyarat atau alat pembantu pengingat (mnemonic device).

Salah satu produk tradisi lisan ini yaitu permainan rakyat atau permainan tradisional Sunda. Permainan tradisional Sunda yang dalam istilah Sunda disebut Kaulinan Budak diwariskan secara turun temurun oleh generasi ke generasi berikutnya. Melalui proses pewarisan inilah sebuah tradisi akan terus hidup. Masyarakat Sunda memiliki begitu banyak permainan rakyat yang sampai saat ini masih dilestarikan.

Di tengah arus globalisasi, permainan tradisional Sunda sebagai tradisi lisan bisa tetap hidup, tetapi juga perlahan mulai ikut tergerus.

Kompas pada Oktober 2012 menyebutkan sekitar 200 permainan tradisional

Sunda terancam punah. Permainan tradisional yang merupakan warisan budaya bernilai tinggi ini punah tentu karena tidak ada lagi yang menuturkannya. Derasnya arus modernisme menyebabkan permainan

tradisional kalah “pamor” dibandingkan permainan anak masa kini yang serba

canggih.

Melihat kondisi ini, tentu perlu ada upaya yang serius untuk menyelamatkan budaya yang hampir punah ini. Kini, sudah mulai banyak pihak-pihak yang peduli terhadap kondisi ini. Terbukti dengan adanya komunitas-komunitas permainan rakyat, adanya perlombaan-perlombaan permainan, dan lain-lain sehingga walau sederas apapun arus permainan modern, permainan tradisional diharapkan akan tetap dikenal dan dimainkan


(9)

oleh anak-anak. Namun, walaupun sudah ada upaya-upaya untuk memperkenalkan kembali dan melestarikan permainan tradisional Sunda, tetap saja ada permainan yang punah seperti yang diberitakan oleh Kompas.

Salah satu upaya yang dapat dilakukan yakni dengan memasukkan muatan-muatan kearifan lokal (local wisdom) ke dalam pembelajaran formal di sekolah, dalam hal ini sekaitan dengan permainan tradisional Sunda. Dengan asumsi bahwa di lingkungan tempat tinggal atau pergaulan anak sehari-hari sudah jarang yang memainkan permainan tradisional, maka hal ini perlu dilakukan. Apabila muatan local wisdom ini dibawa ke dalam ranah sekolah, secara otomatis anak akan menerima pengetahuan ini karena pengaturan pembelajaran di sekolah harus diikuti dan diterima tanpa adanya pilihan-pilihan lain.

Banyak aspek yang terkandung dalam permainan tradisional Sunda, yang sejalan dengan tiga aspek dalam pencapaian belajar di dalam kurikulum 2013, yakni afektif, psikomotorik, dan kognitif. Di dalam Dokumen Kurikulum 2013, aspek tersebut dirinci lagi menjadi kompetensi spiritual, sosial, pengetahuan, dan keterampilan. Kecerdasan sosial sangat tercermin pada penuturan permainan serta dapat digali dari nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Sebuah permainan tentu dimainkan oleh anak beserta anak-anak lainnya secara bersama-sama. Dengan begitu, kecerdasan sosial dan emosional anak akan terbangun. Beda halnya dengan kebanyakan permainan modern yang dimainkan sendiri, misalnya beragam permainan dalam video

game.

Sekolah sebagai tonggak pembentuk karakter selain keluarga, hendaknya ikut andil dalam pengembangan aspek afektif, psikomotorik, dan kognitif anak. Hal ini diperkuat dengan adanya kurikulum 2013 yang juga menekankan pada pendidikan karakter anak. Muatan-muatan pembentukan karakter dimasukkan ke dalam tema-tema pembelajaran. Anak akan dibentuk karakternya sesuai identitas bangsa, mengenali budaya bangsanya, dan cinta terhadap tradisi warisan dari nenek moyang. Pembelajaran berbasis teks didukung oleh tema-tema terpilih dihadirkan dalam pembelajaran.


(10)

3

Dalam kurikulum 2013, tema pengenalan budaya dihadirkan di jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP) pada pembelajaran teks tanggapan deskriptif. Tema Pengenalan budaya dihadirkan dalam rangka membentuk pribadi beridentitas bangsa dan pendidikan karakter bangsa. Mengingat pada persoalan permainan tradisional yang telah disampaikan di atas, peneliti bermaksud menghadirkan materi tentang permainan tradisional ke dalam pembelajaran bertema pengenalan budaya ini. Muatan-muatan yang terkandung di dalam permainan tradisional sangat layak untuk diajarkan kepada siswa. Hal ini juga dapat menjadi kontribusi untuk upaya pengenalan dan pelestarian permainan tradisional Sunda yang terancam punah. Dalam hal ini, permainan tradisional sebagai warisan budaya dapat dikenalkan melalui pembelajaran formal dengan mempertimbangkan aspek-aspek yang terkandung di dalamnya.

Penelitian tentang permainan tradisional Sunda sebelumnya telah banyak dilakukan oleh berbagai kalangan akademik dari berbagai sudut keilmuan. Mohamad Zaini Alif, pakar permainan Sunda yang juga pendiri Komunitas Hong, pada wawancara dengan koran Sindo menyebutkan dari 250 permainan Sunda yang ditemukan, sebanyak 60% tidak dimainkan dan 40% masih bertahan.

Siti Wuryan Indrawati dari Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia pada 2007 lalu telah melakukan penelitian tentang nilai-nilai kearifan lokal (local wisdom) dalam permainan tradisional etnis Sunda. Hasil penelitian dengan metode survei ini menyatakan bahwa dari 17 permainan tradisional Sunda ditemukan nilai moral yang didasari nilai-nilai kearifan lokal yang terdiri dari kejujuran, kesabaran, kerukunan, patuh pada aturan dan peran, melatih tanggung jawab, kebijaksanaan untuk membedakan baik buruk, melatih jiwa kepemimpinan, kerja sama, kebersamaan, kekompakan, demokrasi, tidak egois, tidak mudah putus asa, berkorban untuk kepentingan orang lain, disiplin diri, berani mengambil risiko, menghargai kawan dan lawan, kesamaan gender, keuletan, semangat daya juang, melatih kepekaan, dan teguh pendirian.


(11)

Penelitian lain yang objek kajiannya permainan Sunda dilakukan oleh Sumiyadi dan Yulianeta dari Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni Universitas Pendidikan Indonesia (2008). Penelitian berjudul “Permainan Tradisional Anak-Anak Priangan (Struktur, Proses Penciptaan, Konteks

Pertunjukan dan Fungsi)” ini menginventarisasi serta menganalisis proses penciptaan, konteks pertunjukan, serta fungsi dan nilai yang terkandung di dalam permainan tradisional Jawa Barat. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa permainan tradisional anak-anak Priangan sangat beragam dan merupakan sarana pembelajaran anak menuju kedewasaannya.

Penelitian lain yang hasilnya berupa buku pengenalan permainan tradisional Jawa Barat berbasis Augmented Reality telah dilakukan oleh Rendi Hari Kusuma, mahasiswa jurusan Sistem Informasi Universitas Gunadarma. Pada penelitiannya, Rendi Hari Kusuma membuat model 3D yang merepresentasikan dari obyek permainan sesungguhnya seperti permainan Sunda manda, congklak, luncat tinggi, beklen, gatrik, boi-boian, ucing

sumput, dan enggrang. Berdasarkan hasil survei, 88,1% dari 38 responden

menunjukkan buku ini sudah baik dalam menampilkan informasi pengenalan permainan Jawa Barat dan dapat bermanfaat untuk melestarikan kebudayaan permainan tradisional.

Penelitian mengenai permainan tradisional Sunda memang sudah cukup banyak dilakukan, tetapi kebanyakan hanya berkaitan dengan spesifikasi keilmuan murni. Dengan kata lain, yang memanfaatkan untuk dunia pendidikan mikro (pembelajaran di sekolah) belum banyak. Sejauh ini hanya ditemukan beberapa saja, di antaranya skripsi yang ditulis oleh Ahmad Maulana (2007) pada jurusan Pendidikan Bahasa Daerah Universitas Pendidikan Indonesia. Maulana meneliti Kaulinan Barudak Lembur di Kecamatan Setu Kabupaten Bekasi untuk dijadikan bahan ajar di SD Taman Rahayu 01 Bekasi. Produk bahan ajar yang dihasilkan pada penelitian ini hanyalah sebatas pada Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

Adapun yang membedakan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya pada dasarnya terletak pada tujuan utama penelitian, yakni


(12)

5

merancang bahan ajar berbasis permainan tradisional Sunda yang difokuskan untuk materi pembelajaran teks tanggapan deskriptif. Pengkajian atau produk bahan ajar yang sesuai dengan kurikulum 2013 masih jarang dilakukan, mengingat penerapan kurikulumnya pun masih baru, belum merata dan masih dalam tahap penyesuaian. Dengan demikian, rancangan bahan ajar ini dapat dijadikan alternatif bahan ajar bagi guru sesuai dengan kurikulum 2013.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan temuan-temuan tentang permainan tradisional Sunda di lapangan, identifikasi masalah pada penelitian ini yaitu permainan tradisional Sunda sudah mulai dilupakan karena tergeser oleh permainan modern yang lebih canggih. Bahkan, sudah banyak permainan Sunda yang punah. Selain itu, perlu ada berbagai upaya untuk melestarikan dan mengembalikan kembali permainan Sunda yang hampir punah serta perlu adanya inovasi pelestarian salah satunya dengan menghadirkan permainan tradisional Sunda ke dalam pembelajaran di sekolah.

Adapun penelitian ini akan mengkaji permainan tradisional Sunda yang terbatas pada:

a. permainan tradisional Sunda yang mengandung teks lagu, atau dalam istilah Sundanya Lagu Kaulinan Budak (LKB). Hal ini dipilih dengan pertimbangan keterkaitan dengan teks tanggapan deskriptif berupa tulisan; b. permainan tradisional Sunda yang cocok dimainkan oleh remaja (12-15 tahun), dengan pertimbangan bahwa rancangan bahan ajar teks tanggapan deskriptif bertema pengenalan budaya ini terdapat di jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP); dan

c. LKB yang terdapat atau dituturkan di wilayah Kecamatan Cibatu Kabupaten Purwakarta. Lokasi ini dipilih karena pertama, Purwakarta saat ini menjadi kabupaten yang mengedepankan kearifan lokal. Bupati Purwakarta menanamkan muatan budaya Sunda di dalam proses pendidikan di sekolah. Bahkan hal ini dibuktikan dengan penghargaan


(13)

Purwakarta, Dedi Mulyadi karena telah menanamkan muatan budaya Sunda ke dalam pendidikan masyarakat Purwakarta (Pikiran Rakyat, 24

Maret 2014). Kedua, masyarakat kecamatan Cibatu memiliki karakteristik

masyarakat Sunda yang masih kental di tengah industrialisasi yang berkembang pesat setelah ditetapkannya kecamatan ini sebagai kawasan industri di Purwakarta.

C. Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang akan dikaji pada penelitian ini yaitu sebagai berikut. 1. Bagaimana struktur Lagu Kaulinan Budak (LKB) pada masyarakat Desa

Cilandak Kecamatan Cibatu Kabupaten Purwakarta?

2. Bagaimana proses penciptaan LKB pada masyarakat Desa Cilandak Kecamatan Cibatu Kabupaten Purwakarta?

3. Bagaimana konteks penuturan LKB pada masyarakat Desa Cilandak Kecamatan Cibatu Kabupaten Purwakarta?

4. Apa saja fungsi LKB pada masyarakat Desa Cilandak Kecamatan Cibatu Kabupaten Purwakarta?

5. Bagaimana makna yang terkandung dalam LKB pada masyarakat Desa Cilandak Kecamatan Cibatu Kabupaten Purwakarta?

6. Bagaimana rancangan bahan ajar teks tanggapan deskriptif bertema pengenalan budaya dengan memanfaatkan hasil kajian LKB di Desa Cilandak Kecamatan Cibatu Kabupaten Purwakarta?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Mendeskripsikan struktur LKB.

2. Mendeskripsikan proses penciptaan LKB 3. Mendeskripsikan konteks penuturan LKB. 4. Menyebutkan fungsi LKB.


(14)

7

6. Mendeskripsikan rancangan bahan ajar teks tanggapan deskriptif bertema pengenalan budaya dengan memanfaatkan LKB.

E. Manfaat Penelitian

Secara teoretis, hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat sebagai berikut.

1. Dapat memberikan kontribusi dalam bidang pengkajian permainan tradisional Sunda yang masih jarang dilakukan.

2. Dapat memberikan wawasan keilmuan tentang khazanah kebudayaan Indonesia, dalam hal ini tradisi lisan permainan Sunda.

3. Sebagai upaya pelestarian permainan tradisional.

Secara praktis, penelitian ini bermanfaat bagi dunia pendidikan, khususnya pembelajaran mikro.

1. Penulis

Melalui pengkajian ini, peneliti dapat menemukan muatan budaya yang terkandung dalam LKB serta memanfaatkan hasil analisisnya ke dalam penyusunan bahan ajar.

2. Guru

Melalui pengkajian ini, guru sekolah menengah pertama dapat menggunakan rancangan bahan ajar teks tanggapan deskriptif bertema pengenalan budaya dengan memanfaatkan LKB.

3. Siswa

Siswa dikenalkan kembali pada permainan tradisional Sunda yang sudah jarang mereka mainkan, serta diajak melestarikan warisan nenek moyang.


(15)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif. Metode ini dipilih berdasarkan karakteristiknya yang sesuai dengan penelitian ini, yakni menjelaskan dengan rinci secara holistik dan mendalam. Penelitian ini akan mengungkapkan kandungan dari LKB dilanjutkan dengan menyusun bahan ajar. Maka dari itu prosedur yang cocok adalah kualitatif, bukan kuantitatif yang menggunakan prosedur statistik.

Penyusunan bahan ajar yang dimaksud yaitu dengan membuat Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) teks tanggapan deskriptif pada jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP). Materi teks tanggapan deskriptif pada kurikulum 2013 ini bertema pengenalan budaya, yang dalam hal ini akan diberikan topik permainan tradisional Sunda. Setelah bahan ajar tersusun, peneliti akan meminta pendapat dari pakar yang sesuai dengan keilmuan penelitian (judgment expert). Ini dilakukan dalam rangka memvalidasi konten bahan ajar.

Alasan dipilihnya metode ini yaitu dengan pertimbangan sebagai berikut.

a. Penganalisisan LKB melalui pendekatan folklor cocok dengan metode kualitatif yang memiliki karakteristik menyelesaikan persoalan secara holistik dan mempertimbangkan segala aspek kontekstual.

b. Penyusunan bahan ajar dengan memanfaatkan hasil kajian juga cocok dikaji dengan metode kualitatif agar lebih komprehensif.

c. Setelah bahan ajar tersusun maka agar mencapai validitas dan membuktikan kebermanfaatan bahan ajar tersebut, penelitian ini akan dilanjutkan dengan

expert judgment yang hasilnya berupa deskripsi penilaian terhadap produk


(16)

31

B. Sumber Data Penelitian

Data yang dipergunakan dalam penelitian ini yaitu lagu kaulinan

budak yang hidup di lingkungan Kecamatan Cibatu Kabupaten Purwakarta,

Jawa Barat. Tepatnya di Desa Cilandak. Pelaksanaan observasi dilakukan di Kampung Cisantri RT 02 RW 01, Kampung Bongas RT 05 RW 02, dan Kampung Kaum RT 04 RW 02. Sampel yang akan dikaji yaitu terbatas pada permainan bermain (bukan permainan bertanding) dan permainan yang mengandung teks lagu.

Pengambilan data berlangsung pada 30 – 31 Maret 2014 di lingkungan asli tempat penutur berada. Data ini diperoleh secara natural dari penutur asli dan pada waktu dan tempat yang tidak diatur terlebih dahulu.

Kaulinan Budak yang dijadikan data ini dipertunjukkan oleh anak usia 7 – 11 tahun. Permainan dilakukan oleh Alfan, Adinda, Rasyid, Adrian, Risma, dan Nufus.

Lagu kaulinan budak yang telah diobservasi terdiri dari 14 kaulinan budak. Semua data yang diperoleh mengandung teks lagu dan memiliki keragaman bahasa serta tema permainan. Dari 14 permainan yang diperoleh, hanya 4 yang akan dijadikan sumber utama. Kempat permainan tersebut dijadikan sumber data karena beberapa alasan. Pertama, dapat mewakili keragaman bahasa dan keragaman tema permainan. Kedua, permainan tersebut terbilang yang paling sering dimainkan menurut anak-anak penuturnya. Ketiga, teks verbalnya lebih jelas sehingga lebih mudah untuk ditranskripsikan. Keempat, yang meneliti teks lagu tersebut masih langka.

C. Teknik Penelitian

1. Teknik Pengumpulan Data

Data penelitian ini dikumpulkan dengan menggunakan metode etnografi, yakni observasi dan wawancara. Sesuai dengan yang dikatakan Syamsudin dan Damaianti (2007:99) tujuan utama etnografi adalah memahami suatu cara hidup dari pandangan orang-orang yang terlibat di dalamnya. Dalam mengumpulkan data ini, sesuai dengan metode etnografi,


(17)

peneliti bertindak seolah-olah bukan sebagai peneliti, melainkan sebagai orang yang terlibat dan menjadi bagian dari masyarakat yang diteliti.

Data utama dikumpulkan dengan cara observasi langsung oleh peneliti. Peneliti berbaur bersama anak-anak yang sedang bermain. Perekaman berlangsung dengan teknik penyadapan, dengan kata lain penutur permainan tidak mengetahui bahwa mereka sedang direkam. Perekaman dilakukan oleh peneliti sendiri. Tetapi peneliti juga bertindak sebagai penonton permainan.

Untuk mendapatkan data dan informasi lainnya, peneliti juga melakukan wawancara. Wawancara yang dilakukan pada penelitian ini terdiri atas wawancara tidak terstruktur atau wawancara terbuka. Wawancara tidak terstruktur yang dimaksud yaitu wawancara yang kondisional. Wawancara dilakukan kapan saja, fleksibel, dan tidak dibuat panduan secara baku. Wawancara terbuka ini dilakukan kepada siapa saja, bergantung pada kebutuhan peneliti ketika penelitian berlangsung. Wawancara terbuka telah peneliti lakukan kepada anak-anak yang mempertunjukkan permainan, penonton pertunjukkan, serta mahasiswa dan dosen yang memahami permainan tradisional.

Teknik perekaman dan pencatatan dilakukan peneliti untuk mempermudah penelitian. Selain itu, yang menjadi metode pelengkap dalam mengumpulkan data adalah studi kepustakaan. Metode ini tentulah merupakan metode wajib yang dilakukan oleh siapa saja yang melakukan penelitian. Metode ini digunakan untuk mencari referensi terkait bahan ajar yang dirancang.

2. Teknik Pengolahan Data

Setelah data utama, yakni 4 LKB terkumpul, hal yang pertama kali dilakukan peneliti yaitu menranskripsi LKB tersebut lalu menransliterasi ke dalam bahasa Indonesia. Lalu keempat LKB tersebut dianalisis strukturnya dengan menggunakan teori struktur folklor. Dari segi struktur, hal-hal yang dianalisis meliputi formula sintaksis, formula bunyi, formula irama, majas,


(18)

33

dan isotopi.. Setelah itu, LKB akan dianalisis proses penciptaannya, konteks pertunjukannya, fungsi, serta maknanya. Semua tahapan analisis ini dilakukan peneliti secara sistematis dengan melibatkan hasil wawancara dan studi kepustakaan.

Tahapan kedua setelah menganalisis teks LKB, peneliti mulai menyusun bahan ajar berbasis permainan tradisional Sunda yang dikaji. Ada beberapa tahapan yang dilakukan dalam menyusun bahan ajar ini, yaitu sebagai berikut.

a. Menentukan kompetensi inti dan kompetensi dasar yang akan dibuat bahan ajarnya.

b. Menelaah kompetensi inti dan kompetensi dasar yang ditentukan berdasarkan tujuan pembelajarannya, indikator pencapaian kompetensinya, serta kebutuhan materinya.

c. Menyesuaikan hasil penelitian LKB dengan kriteria pemilihan bahan ajar dari beberapa ahli.

d. Menyusun bahan ajar berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) berbasis permainan tradisional yang telah dikaji serta materi lengkap tentang 4 LKB yang dikaji. RPP yang dibuat tentu sesuai dengan kurikulum 2013 yang sudah berlaku saat ini.

D. Instrumen Penelitian

1. Instrumen Pengumpulan Data a. Observasi

Tabel 3.1 Instrumen Observasi LKB Hari, Tanggal

Waktu Pemain Penonton Judul Permainan


(19)

... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...

Tabel 3.2 Instrumen Observasi Domain

Domain Pertanyaan

Struktural

Hasil Observasi

Jenis-Jenis

Permainan Sunda

Permainan apa saja yang dimainkan? Konteks Penuturan Di mana

permainan dituturkan? Kapan permainan dituturkan? Bagaimana anak-anak menuturkan? Gambaran perasaan

anak yang memainkan

Bagaimana reaksi anak ketika


(20)

35

menuturkan permainan tersebut?

b. Wawancara

Tabel 3.3 Format Wawancara Tak Terstruktur

Hari, Tanggal Narasumber Ringkasan Hasil Wawancara

dst.

2. Instrumen Pengolahan Data

a. Pengolahan Data Hasil Observasi 1) Format Pemilihan Data Utama

Tabel 3.4 Format Hasil Oservasi LKB

No. LKB Bahasa Tema

1 2 3 4 5 dst.

2) Format Transkripsi LKB

Tabel 3.5 Format Transkripsi LKB Tanggal Observasi :

Judul LKB :


(21)

Durasi : Hasil Transkripsi :

3) Format Transliterasi LKB

Tabel 3.6 Format Transliterasi LKB

No. Teks LKB Transliterasi

1

2

3

dst.

b. Pengolahan Data LKB

1) Format Analisis Sintaksis LKB

Tabel 3.7 Analisis Sintaksis LKB

Analisis Sintaksis (Kalimat LKB) (Kalimat LKB) Fungsi

Kategori Peran


(22)

37

2) Format Analisis Formula Bunyi LKB

Tabel 3.8 Analisis Orkestrasi Bunyi LKB

Teks LKB Bunyi

Vokal

Bunyi Konsonan

Orkestrasi Bunyi

Kalimat 1 Kalimat 2 Kalimat 3 dst.

Tabel 3.9 Analisis Rima LKB

Teks LKB Rima

Kalimat 1 Kalimat 2

Kalimat 3

dst.

3) Format Analisis Formula Irama LKB

Tabel 3.10 Formula Irama LKB

Kalimat Irama

1 2 3 4

4) Format Analisis Isotopi LKB

Tabel 3.11 Analisis Isotopi LKB Kata/Frasa Intensitas Denotatif (D)

Konotatif (K)


(23)

3. Instrumen Judgement Expert

No. Kriteria Bobot

1 2 3 4 1 Kesesuaian dengan kurikulum 2013

Bobot 1  tidak sesuai dengan kurikulum 2013 Bobot 2  kurang dengan sesuai kurikulum 2013 Bobot 3  sesuai dengan kurikulum 2013

Bobot 4  sangat sesuai dengan kurikulum 2013 2 Mencerminkan tujuan instruksional

Bobot 1  tidak mencerminkan tujuan instruksional Bobot 2  kurang mencerminkan tujuan instruksional Bobot 3  mencerminkan tujuan instruksional

Bobot 4  sangat mencerminkan tujuan instruksional 3 Relevan dengan kebutuhan siswa

Bobot 1  tidak relevan dengan kebutuhan siswa Bobot 2  kurang relevan dengan kebutuhan siswa Bobot 3  relevan dengan kebutuhan siswa

Bobot 4  sangat relevan dengan kebutuhan siswa 4 Kesesuaian dengan kondisi masyarakat

Bobot 1  tidak sesuai dengan kondisi masyarakat Bobot 2  kurang sesuai dengan kondisi masyarakat Bobot 3  sesuai dengan kondisi masyarakat

Bobot 4  sangat sesuai dengan kondisi masyarakat

5 Materi pelajaran tersusun dalam ruang lingkup dan urutan yang sistematik dan logis

Bobot 1  tidak tersusun secara sistematis dan logis Bobot 2  kurang tersusun secara sistematis dan logis Bobot 3  tersusun secara sistematis dan logis


(24)

39

Catatan:

Identitas Pakar

Nama Lengkap : ... Jabatan : ... Usia : ...

Bandung, Juli 2014


(25)

BAB V PENUTUP

A. Simpulan

Setelah melakukan observasi terhadap Kaulinan Budak yang hidup di Desa Cilandak Kecamatan Cibatu Kabupaten Purwakarta, dapat disimpulkan bahwa terdapat banyak LKB yang hidup di sana. 14 LKB telah diobservasi dan 4 LKB telah dianalisis. LKB yang dianalisis dipilih berdasarkan pertimbangan ragam bahasa dan ragam tema. Maka, dipilihlah (1) LKB Cing Ogo-ogo, (2) LKB Endog-endogan, (3) LKB Siti Aisah, (4) LKB Jim Jim Jim. Penganalisisan LKB ini meliputi analisis struktur, proses penciptaan, konteks penuturan, fungsi dan makna. Pertama, analisis struktur meliputi analisis formula sintaksis, formula bunyi, formula irama, majas, dan isotopi. Kedua, analisis proses penciptaan meliputi telaah terhadap proses terciptanya LKB sehingga anak-anak dapat menuturkannya serta proses transmisinya. Ketiga, analisis konteks penuturan meliputi telaah terhadap konteks situasi dan konteks budaya LKB. Keempat, analisis fungsi meliputi bagaimana kebermanfaatan atau nilai guna LKB di masyarakat penuturnya. Keempat, analisis makna maliputi kandungan makna LKB secara tersirat. Berikut simpulan hasil analisis terhadap 4 LKB.

1. Struktur LKB

Cing ogo-ogo merupakan LKB berbahasa Sunda yang dimainkan

anak-anak sebagai pengantar permainan bertanding seperti ucing-ucingan,

beberikan, dan lain-lain. Struktur LKB secara formula sintaksisnya terdiri

dari 4 kalimat. Teks LKB Cing Ogo-Ogo terdiri dari 4 kalimat. Masing-masing kalimat tersusun dari beberapa kata. Kalimat pertama terdiri dari 2 kata, kalimat kedua 3 kata, kalimat ketiga 2 kata, dan kalimat keempat 3 kata. Teks LKB akan dianalisis perkalimat. Analisis formula sintaksis


(26)

167

LKB ini dilihat dari hubungan sintagmatik dan paradigmatiknya. Secara sintaksis, semua kalimat dari kalimat ke-1 sampai ke-4 pada LKB ini memiliki fungsi S dan P. Ini berarti kalimat-kalimat pada LKB ini sudah memenuhi syarat sebuah kalimat. Kategori kata pada setiap kalimat termasuk ke dalam nomina dan verba.

Secara umum, LKB Cing Ogo-ogo bernada ringan dan riang. Anak-anak menyanyikan LKB ini secara bersama-sama, dengan kata lain tidak dinyanyikan oleh perwakilan pemain saja. Dilihat dari orkestrasi bunyinya, LKB Cing Ogo-ogo dipenuhi dengan bunyi efoni (kombinasi bunyi yang merdu). Asonansi pada LKB Cing Ogo-ogo terdapat pada kata

ogo dan ogo di kalimat (1) dan (3) serta pada kata anu dan nangtung di

kalimat (2). Pada kalimat (1) dan (3) terdapat asonansi /o/ dan /o/, sedangkan pada kalimat (2) terdapat asonansi /a/ dan /u/. Pada LKB ini, vokal /o/ lebih dominan muncul, dibanding vokal yang lain. Adapun aliterasi atau pengulangan konsonan di awal suku kata secara berurutan pada LKB ini hanya terletak pada kalimat (1) dan (3), yaitu pada kata cing. Konsonan yang sering muncul pada LKB ini yaitu /c/ dan /g/. Ketika menganaisis rima, teks LKB Cing Ogo-ogo, tidak berima seperti pantun. Kalimat pertama, ketiga, dan keempat berima /o/, tetapi kalimat kedua berima /u/. Jadi, LKB ini berima o – u – o – o.

LKB Cing Ogo-ogo dinyanyikan dengan irama ceria. Panjang pendek, turun naik, dan kuat lambatnya nada dinyanyikan teratur sehingga menciptakan suasana gembira. Sementara Majas yang muncul pada LKB ini pertama, sinekdoki, dengan macam pars pro toto (sebagian untuk keseluruhan) yang ditunjukkan pada kalimat kedua dan ketiga. Isotopi yang muncul pada LKB ini yaitu isotopi manusia, hewan, dan kegiatan. Hal ini mengindikasikan bahwa LKB ini bertema perbuatan manusia dan interaksinya dengan hewan.

LKB Endog-endogan terdiri dari 3 kalimat. Masing-masing kalimat tersusun dari beberapa kata. Kalimat pertama sampai ketiga terdiri


(27)

dari 4 kata. Kalimat pertama dan kedua terdiri dari 10 suku kata dan kalimat ketiga terdiri dari 13 suku kata. Akan tetapi,pada praktik permainannya, kalimat pertama ini akan dinyanyikan berulang-ulang. Rata-rata tiap kalimat sudah memiliki fungsi, kategori, dan peran yang memenuhi unsur-unsur kalimat.

Secara umum, LKB Endog-endogan bernada ringan dan riang. Anak-anak menyanyikan LKB ini secara bersama-sama, dengan kata lain tidak dinyanyikan oleh perwakilan pemain saja. Dilihat dari orkestrasi bunyinya, LKB Endog-endogan dipenuhi dengan bunyi efoni (kombinasi bunyi yang merdu). Asonansi pada LKB Endog-endogan terdengar berulang-ulang karena lirik LKB ini memang diulang-ulang. Karena lirik LKB ini sangat pendek, maka dinyanyikan berulang-ulang, sehingga menimbulkan kesan memiliki rima. LKB Endog-endogan dinyanyikan dengan irama ceria. Panjang pendek, turun naik, dan kuat lambatnya nada dinyanyikan teratur sehingga menciptakan suasana gembira.

Majas yang muncul pada LKB yang kedua ini yaitu majas metafora. Majas ini ditunjukkan oleh kata endog-endogan, yang mengumpamakan niat yang bulat, tekad yang utuh, dan pendirian yang kokoh. Isotopi yang muncul pada LKB ini yaitu isotopi manusia, hewan, kegiatan, dan makanan.

Teks LKB Siti Aisah terdiri dari 27 kalimat. Masing-masing kalimat tersusun dari beberapa kata. Kalimat pertama sampai kedelapan merupakan tuturan berpasangan atau tanya jawab antara pemain satu dengan pemain lainnya. Kalimat pertama dan kedua terdiri dari 1 kata. Kalimat ketiga terdiri dari 4 kata. Kaimat keempat terdiri dari 2 kata. Kalimat kelima terdiri dari 1 kata. Kalimat keenam terdiri dari 2 kata. Kalimat ketujuh terdiri dari 3 kata. Kalimat kedelapan terdiri dari 1 kata.

Secara umum, LKB Siti Aisah bernada ringan dan riang. Anak-anak menyanyikan LKB ini secara bersama-sama. Pada LKB ini Anak- anak-anak juga bermain peran dengan menyanyikan bagian tanya jawab antara


(28)

169

pemain satu dengan pemain lainnya. Dilihat dari orkestrasi bunyinya, LKB

Siti Aisah dipenuhi dengan bunyi efoni (kombinasi bunyi yang merdu).

Bunyi akhir setiap kalimat tidak beraturan, tetapi ada beberapa kalimat saja yang beraturan, yaitu pada kalimat ke-11 dengan ke-12, kalimat ke-13 dengan ke-14, serta kalimat ke-17 dan ke-18.

LKB Siti Aisah dinyanyikan dengan irama ceria. Panjang pendek, turun naik, dan kuat lambatnya nada dinyanyikan teratur sehingga menciptakan suasana gembira. Kalimat ke-1 sampai ke-8 tidak dinyanyikan dengan irama lagu, tetapi hanya dituturkan dengan intonasi tanya jawab yang wajar. Kalimat selanjutnya hingga akhir dinyanyikan dengan irama lagu tertentu.

Teks LKB Jim Jim Jim terdiri dari 10 kalimat. Masing-masing kalimat tersusun dari beberapa kata. Kalimat per kalimat dari LKB ini sulit dipahami secara semantis, tetapi secara sintaksis dapat dianalisis. Walaupun demikian, struktur sintaksis LKB ini secara fungsinya sudah memiliki S dan P. Jadi, sudah memenuhi unsur kalimat sempurna.

Secara umum, LKB Jim Jim Jim bernada ringan dan riang. Anak-anak menyanyikan LKB ini secara bersama-sama. LKB ini dinyanyikan oleh dua orang pemain dengan disertai gerakan-gerakan ringan. Dilihat dari orkestrasi bunyinya, LKB Jim Jim Jim terdiri dari kombinasi bunyi efoni (kombinasi bunyi yang merdu) dan kakofoni (kombinasi bunyi yang tidak merdu).

LKB Jim Jim Jim dinyanyikan dengan irama ceria. Panjang pendek, turun naik, dan kuat lambatnya nada dinyanyikan teratur sehingga menciptakan suasana gembira. Jumlah suku kata pada setiap kalimat LKB ini tidak tetap. LKB ini tidak menggunakan bahasa kiasan dalam kata-katanya. Bahasa yang muncul tidak beraturan. Apalagi pada frasa boneka laut. Sulit dipahami apa makna dari boneka laut. Juga bidadari yang tiba-tiba bertemu orang gila. LKB ini memiliki isotopi manusia, hewan, benda, dan sifat.


(29)

2. Proses Penciptaan LKB

Proses penciptaan keempat LKB ini terjadi secara terstruktur, artinya penciptaan LKB ini terjadi melalui hafalan anak-anak para pemain LKB. Proses pewarisan LKB ini terjadi secara horizontal, artinya proses pewarisan terjadi pada generasi yang sama. Anak-anak mengetahui LKB ini dari teman sebayanya ketika bermain bersama.

3. Konteks Penuturan LKB

Penganalisisan konteks penuturan ini meliputi konteks situasi dan konteks budaya. Pertama, konteks situasi keempat LKB ini yaitu permainan ini biasa dimainkan pada siang hari, di waktu anak-anak pulang sekolah sampai sore hari, ketika mereka pulang dari mengaji di majelis taklim atau TPA (Taman Pendidikan Al-Quran), atau pada pagi hari ketika libur sekolah. Tujuan anak-anak memainkan keempat LKB ini yaitu agar merasa senang saja, kecuali untuk LKB Cing Ogo-ogo, tujuan khususnya yaitu untuk menentukan anak yang akan menjadi ucing dalam permainan

Ucing Sumput atau Ucing-ucingan. Tidak ada peralatan khusus yang

digunakan dalam keempat permainan ini.

Keempat LKB ini dilakukan dengan gerakan tertentu. Pada LKB

Cing Ogo-ogo, para pemain berkumpul di luar rumah, di halaman/pekarangan rumah, atau di lapangan bermain, lalu menyanyikan lagu ini sambil melakukan gerakan tertentu. Gerakannya yaitu pada saat kata nangtung maka pemain harus tetap berdiri. Sebaliknya pada saat kata

cingogo, maka pemain harus cepat-cepat berjongkok.

Endog-endogan dilakukan dengan cara pemain dapat melakukan permainan ini di dalam atau di luar rumah. Mereka duduk melingkar lalu menyanyikan lagu ini sambil melakukan gerakan tertentu. Gerakannya yaitu setiap pemain mengepalkan kedua tangannya, dan kepalan tangan


(30)

171

tersebut ditumpuk-tumpukan dengan kepalan tangan pemain lain sehingga membentuk susunan ke atas.

Pada LKB Siti Aisah, para pemain duduk berhadap-hadapan lalu menyanyikan lagu ini sambil melakukan gerakan tertentu. Gerakannya yaitu pada bagian pertama (kalimat ke-1 sampai ke-8), pemain merapatkan kedua tangannya masing-masing lalu melakukan gerakan bersalaman dengan kedua tangan sambil bertanya jawab. Selanjutnya gerakan tepukan tangan mendominasi permainan ini. Kedua pemain saling menepukkan tangan kepada lawan mainnya. Pada bunyi oek – oek (kalimat ke-9)

pemain meletakkan kedua tangannya di telinga, sambil menggerak-gerakkan jarinya ke bawah dan ke atas. Setelah itu, kembali melakukan gerakan tangan.

Pada LKB Jim jim jim, para pemain dapat melakukan permainan ini di dalam atau di luar rumah. Mereka duduk berhadap-hadapan lalu menyanyikan lagu ini sambil melakukan gerakan tertentu. Gerakannya yaitu pada kalimat ke-1 sampai ke-8 pemain menepuk-nepukan kedua tangannya kepada lawan main masing-masing. Lalu pada kalimat terakhir,

sambil menyebutkan “gi – la” kedua pemain suit (permainan beradu

tangan). Kemudian yang kalah membelakangi yang menang, lalu yang menang menepuk-nepuk sambil dinyanyikan jim jim kembali, pada part

terakhir, “gila”, yang menang menyolek punggung yang kalah dengan

salah satu jarinya, kemudian yang kalah harus menebak jari apa yang dicolekkan yang menang.

Lokasi penelitian keempat LKB ini yaitu di Desa Cilandak Kecamatan Cibatu Kabupaten Purwakarta. Khususnya observasi Cing

Ogo-ogo dan Endog-endogan dilakukan di Kampung Cisantri RT 02 RW

01, LKB Siti Aisah dilakukan di Kampung Bongas RT 05 RW 02, dan LKB Jim jim jim dilakukan di Kampung Kaum RT 04 RW 02.

Penutur Cing Ogo-ogo merupakan anak-anak usia 6 – 11 tahun. Permainan ini dimainkan minimal oleh dua orang. Masyarakat penutur


(31)

LKB ini merupakan dwibahasawan. Masyarakat Desa Cilandak sudah termasuk ke dalam masyarakat modern. Desa Cilandak memiliki sistem kemasyarakatan yang sudah cukup modern. Penduduk desa ini berjumlah 4041 orang. Masyarakat Desa Cilandak sudah menggunakan peralatan hidup yang modern.

4. Fungsi LKB

Fungsi LKB Cing Ogo-ogo meliputi fungsi rekreatif, fungsi pedagogi, dan fungsi untuk Memulai Suatu Permainan. Fungsi LKB

Endog-endogan, Siti Aisah, dan Jim jim jim meliputi fungsi rekreatif,

fungsi pedagogi, dan fungsi sebagai sistem proyeksi.

5. Makna LKB

LKB Cing Ogo-ogo ini bermakna permainan yang mengajarkan anak-anak mempertahankan dirinya agar tidak menjadi ucing. Makna lain yang muncul ialah tentang bermain peran (menjadi ucing) dan melakukan interaksi-interaksi yang melibatkan perbuatan manusia seperti berdiri dan berjongkok.

LKB Endog-endogan merupakan reduplikasi dengan bentuk dasar

endog (telur). Secara leksikal, dalam Kamus Umum Basa Sunda, endog

berarti barang nu ngandung pianakeun nu dibijilkeun ku sawatara sato nu

teu nyusuan (bangsa manuk, bangsa sato ngarayap, lauk cai, insekta, jst)

(benda yang mengandung calon anak yang dikeluarkan oleh setiap hewan yang tidak menyusui (sebangsa burung, hewan melata, ikan, insekta, dst.).

Permainan ini bermakna cukup dalam. Melalui permainan ini anak mengetahui tentang telur dan pemanfaatannya. Lebih dari itu mengepalkan tangan memiliki filosofi membulatkan tekad, niat, dan keinginan serta pendirian yang kokoh. Kemudian tangan yang sudah membuka kepalannya tetap menyatu dengan teman lainnya. Hal ini menggambarkan persatuan, persaudaraan, dan kebersamaan yang erat harus tetap terjalin.


(32)

173

Makna LKB Siti Aisah pertama, belajar berinteraksi dengan sesama. Dalam hal ini, tercermin pada kalimat ke-1 sampai ke-8. Dalam bagian awal ini, anak bertanya jawab tentang keberadaan Siti Aisah. Tuturan

punten dan mangga merupakan tuturan halus yang digunakan oleh

masyarakat Sunda ketika menyapa. Lalu bagian ini dilanjutkan dengan pertanyaan tentang keberadaan Siti Aisah yang ternyata ada di sawah dan mereka bermaksud untuk mengantarnya. Di sini terlihat bagaimana interaksi yang terjalin yang dibangun melalui LKB ini. Tanpa disadari, anak belajar berinteraksi dengan baik, sopan, serta tuturan yang santun. Kedua, anak belajar bersabar dan memahami kondisi orang tuanya. Di bagian kalimat ke-20 sampai ke-21 terdapat cerita bagaimana anak harus bersabar ketika mau makan, piringnya pecah. Mau minum, airnya panas. Mau ke restaurant, orang tuanya belum gajian. Di sini anak mencoba belajar bersabar dan memahami kondisi orang tuanya.

LKB Jim Jim Jim memiliki kandungan makna yang cukup mendalam. Melalui LKB ini, tanpa disadari anak dapat belajar mengetahui bagaimana cara berkembang biak hewan, dalam hal ini bebek dan ayam. Sebenarnya LKB ini sulit dipahami, karena struktur sintaksisnya tidak

beraturan. Antara ayam menetas lalu dilanjutkan dengan “bidadari ketemu orang gila” memang tidak memiliki hubungan secara sintaksis, tetapi tetap

harmonis ketika dinyanyikan.

6. Rancangan Bahan Ajar Teks Tanggapan Deskriptif

Permainan tradisional dipilih menjadi bahan ajar teks tanggapan deskriptif dengan beberapa pertimbangan, yaitu pertama, permainan tradisional merupakan salah satu bentuk kearifan lokal yang juga merupakan bagian dari budaya Indonesia, ini sejalan dengan tema

“Pengenalan Budaya Indonesia” yang diusung pemerintah. Kedua,

permainan tradisional dimiliki setiap daerah, sehingga dapat dengan mudah dibawa ke dalam proses pembelajaran. Ketiga, permainan


(33)

tradisional dapat dideskripsikan dari segi bentuk, teknik permainan, konteks situasi, serta konteks budayanya.

Penyusunan bahan ajar diramu dengan menggunakan format Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Format ini dipilih dengan pertimbangan bahwa RPP mencakup aspek-aspek pembelajaran secara menyeluruh. Format RPP disesuaikan dengan panduan teknis penyusunan RPP Kurikulum 2013 yang dikeluarkan oleh pemerintah.

Dengan demikian, permainan tradisional cocok digunakan dalam pembelajaran teks tanggapan deskriptif di kelas VII Sekolah Menengah Pertama. Bahan ajar yag telah disusun juga dapat dimanfaatkan sebagai alternatif bahan ajar teks tanggapan deskriptif, di samping bahan ajar yang telah disediakan pemerintah.

B. Saran

Dengan selesainya penulisan skripsi ini, beberapa hal yang dapat menjadi saran penulis yaitu sebagai berikut.

1. Hendaknya dilakukan penelitian lanjutan berbasis penelitian eksperimen atau penelitian tindakan kelas, dengan menggunakan instrumen RPP yang telah disusun. Penelitian terkait teks tanggapan deskriptif berbasis kurikulum 2013 belum banyak dilakukan, sehingga hal ini perlu menjadi perhatian para peneliti.

2. Bahan ajar yang telah dibuat dapat dimanfaatkan oleh guru Bahasa Indonesia, khususnya yang berada di wilayah Jawa Barat. Guru di luar Jawa Barat pun dapat memanfaatkannya dengan penyesuaian permainan tradisional yang hidup di daerahnya.

3. Penelitian tentang permainan tradisional serta upaya sosialisasi terhadapnya harus terus dilanjutkan, agar warisan budaya ini dapat tetap lestari.


(34)

Enung Farhan M ardiyah, 2014

Analisis Lagu Kaulinan Budak D i D esa Cilandak Kecamatan Cibatu Kabupaten Purwakarta D an Daftar Pustaka

Danandjaja, James. 1984. Folklor Indonesia: Ilmu Gosip, Dongeng, dan Lain-Lain. Jakarta: PT Temprint.

Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah. 2008. Pengembangan materi

pembelajaran. Jakarta: Direktorat Pendidikan Sekolah Menengah Atas Departemen

Pendidikan Nasional.

Grundy, Peter. 2008. Doing Pragmatics. London: Hoder Education.

Harian Umum Kompas. 2012. 200 Mainan Tradisional Sunda Terancam Punah. [daring]. Tersedia:

regional.kompas.com/read/2012/10/22/14070157/200/Mainan.Tradisional.Sunda.Tera ncam.Punah.html. [21 Oktober 2013].

Harjanto. 2010. Perencanaan Pengajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Indrawati, Siti Wuryan. 2007. Identifikasi Nilai-Nilai Kearifan Lokal (Local Wisdom) dalam

Permainan Tradisional Etnis Sunda. Bandung: Penelitian Kompetitif Universitas

Pendidikan Indonesia.

Kemendikbud. 2012. Dokumen Kurikulum 2013. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.

Koentjaraningrat. 2009. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta.

Koran Sindo. 2013. Mohamad Zaini Alif, Pendiri Komunitas Hong Menghidupkan Kembali

Permainan Tradisional. [daring]. Tersedia: m.koran-sindo.com/node/305598. [20

November 2013].

Kosasih. E. 2010. Menjadi Penulis Remaja. Jakarta: Penerbit Nobel Edumedia.

Kurniawan, Khaerudin. 2012. Belajar dan Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Bandung: CV Bangkit Citra Persada.

Kusuma, Rendi Hari. 2012. Buku Pengenalan Permainan Tradisional Jawa Barat Berbasis

Augmented Reality. Jakarta: Jurnal Penelitian Universitas Gunadarma

Kridalaksana, Harimurti. 2011. Kamus Linguistik Edisi IV. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.


(35)

Enung Farhan M ardiyah, 2014

Analisis Lagu Kaulinan Budak D i D esa Cilandak Kecamatan Cibatu Kabupaten Purwakarta D an

wisdom)-dalam-permainan-tradisional-etnis-sunda. [20 November 2013]. Luxemburg, dkk. 1992. Pengantar Ilmu Sastra. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Muslich, Masnur. 2009. Fonologi Bahasa Indonesia: Tinjauan Deskriptif Sistem Bunyi

Bahasa Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara.

Pradopo, Rachmat Djoko. 2010. Pengkajian Puisi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Ramlan. 2005. Ilmu Bahasa Indonesia Sintaksis. Yogyakarta: CV Karyono. Ramlan. 2001. Morfologi: Suatu Tinjauan Deskriptif. Yogyakarta: CV Karyono.

Ruhimat, Toto, dkk. 2009. Kurikulum dan Pembelajaran. Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan FIP UPI: tidak diterbitkan.

Sukatman. 2009. Butir-Butir Tradisi Lisan Indonesia: Pengantar Teori dan Pembelajarannya. Yogyakarta: Laksbang Pressindo.

Syamsuddin dan Damaianti. 2007. Metode Penelitian Pendidikan Bahasa. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Teew. A. 1988. Sastra dan Ilmu Sastra. Bandung: PT Karya Nusantara.

Zabadi, Fairul, dkk. 2013. Bahasa Indonesia Wahana Pengetahuan. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.


(1)

tersebut ditumpuk-tumpukan dengan kepalan tangan pemain lain sehingga membentuk susunan ke atas.

Pada LKB Siti Aisah, para pemain duduk berhadap-hadapan lalu menyanyikan lagu ini sambil melakukan gerakan tertentu. Gerakannya yaitu pada bagian pertama (kalimat ke-1 sampai ke-8), pemain merapatkan kedua tangannya masing-masing lalu melakukan gerakan bersalaman dengan kedua tangan sambil bertanya jawab. Selanjutnya gerakan tepukan tangan mendominasi permainan ini. Kedua pemain saling menepukkan tangan kepada lawan mainnya. Pada bunyi oek – oek (kalimat ke-9)

pemain meletakkan kedua tangannya di telinga, sambil menggerak-gerakkan jarinya ke bawah dan ke atas. Setelah itu, kembali melakukan gerakan tangan.

Pada LKB Jim jim jim, para pemain dapat melakukan permainan ini di dalam atau di luar rumah. Mereka duduk berhadap-hadapan lalu menyanyikan lagu ini sambil melakukan gerakan tertentu. Gerakannya yaitu pada kalimat ke-1 sampai ke-8 pemain menepuk-nepukan kedua tangannya kepada lawan main masing-masing. Lalu pada kalimat terakhir,

sambil menyebutkan “gi – la” kedua pemain suit (permainan beradu

tangan). Kemudian yang kalah membelakangi yang menang, lalu yang menang menepuk-nepuk sambil dinyanyikan jim jim kembali, pada part

terakhir, “gila”, yang menang menyolek punggung yang kalah dengan

salah satu jarinya, kemudian yang kalah harus menebak jari apa yang dicolekkan yang menang.

Lokasi penelitian keempat LKB ini yaitu di Desa Cilandak Kecamatan Cibatu Kabupaten Purwakarta. Khususnya observasi Cing

Ogo-ogo dan Endog-endogan dilakukan di Kampung Cisantri RT 02 RW

01, LKB Siti Aisah dilakukan di Kampung Bongas RT 05 RW 02, dan LKB Jim jim jim dilakukan di Kampung Kaum RT 04 RW 02.


(2)

172

Enung Farhan M ardiyah, 2014

Analisis Lagu Kaulinan Budak D i D esa Cilandak Kecamatan Cibatu Kabupaten Purwakarta D an Pemanfaatannya Sebagai Bahan Ajar Teks Tanggapan D eskriptif

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

LKB ini merupakan dwibahasawan. Masyarakat Desa Cilandak sudah termasuk ke dalam masyarakat modern. Desa Cilandak memiliki sistem kemasyarakatan yang sudah cukup modern. Penduduk desa ini berjumlah 4041 orang. Masyarakat Desa Cilandak sudah menggunakan peralatan hidup yang modern.

4. Fungsi LKB

Fungsi LKB Cing Ogo-ogo meliputi fungsi rekreatif, fungsi pedagogi, dan fungsi untuk Memulai Suatu Permainan. Fungsi LKB

Endog-endogan, Siti Aisah, dan Jim jim jim meliputi fungsi rekreatif,

fungsi pedagogi, dan fungsi sebagai sistem proyeksi.

5. Makna LKB

LKB Cing Ogo-ogo ini bermakna permainan yang mengajarkan anak-anak mempertahankan dirinya agar tidak menjadi ucing. Makna lain yang muncul ialah tentang bermain peran (menjadi ucing) dan melakukan interaksi-interaksi yang melibatkan perbuatan manusia seperti berdiri dan berjongkok.

LKB Endog-endogan merupakan reduplikasi dengan bentuk dasar

endog (telur). Secara leksikal, dalam Kamus Umum Basa Sunda, endog

berarti barang nu ngandung pianakeun nu dibijilkeun ku sawatara sato nu

teu nyusuan (bangsa manuk, bangsa sato ngarayap, lauk cai, insekta, jst)

(benda yang mengandung calon anak yang dikeluarkan oleh setiap hewan yang tidak menyusui (sebangsa burung, hewan melata, ikan, insekta, dst.).

Permainan ini bermakna cukup dalam. Melalui permainan ini anak mengetahui tentang telur dan pemanfaatannya. Lebih dari itu mengepalkan tangan memiliki filosofi membulatkan tekad, niat, dan keinginan serta pendirian yang kokoh. Kemudian tangan yang sudah membuka kepalannya tetap menyatu dengan teman lainnya. Hal ini menggambarkan persatuan, persaudaraan, dan kebersamaan yang erat harus tetap terjalin.


(3)

Makna LKB Siti Aisah pertama, belajar berinteraksi dengan sesama. Dalam hal ini, tercermin pada kalimat ke-1 sampai ke-8. Dalam bagian awal ini, anak bertanya jawab tentang keberadaan Siti Aisah. Tuturan

punten dan mangga merupakan tuturan halus yang digunakan oleh

masyarakat Sunda ketika menyapa. Lalu bagian ini dilanjutkan dengan pertanyaan tentang keberadaan Siti Aisah yang ternyata ada di sawah dan mereka bermaksud untuk mengantarnya. Di sini terlihat bagaimana interaksi yang terjalin yang dibangun melalui LKB ini. Tanpa disadari, anak belajar berinteraksi dengan baik, sopan, serta tuturan yang santun. Kedua, anak belajar bersabar dan memahami kondisi orang tuanya. Di bagian kalimat ke-20 sampai ke-21 terdapat cerita bagaimana anak harus bersabar ketika mau makan, piringnya pecah. Mau minum, airnya panas. Mau ke restaurant, orang tuanya belum gajian. Di sini anak mencoba belajar bersabar dan memahami kondisi orang tuanya.

LKB Jim Jim Jim memiliki kandungan makna yang cukup mendalam. Melalui LKB ini, tanpa disadari anak dapat belajar mengetahui bagaimana cara berkembang biak hewan, dalam hal ini bebek dan ayam. Sebenarnya LKB ini sulit dipahami, karena struktur sintaksisnya tidak

beraturan. Antara ayam menetas lalu dilanjutkan dengan “bidadari ketemu orang gila” memang tidak memiliki hubungan secara sintaksis, tetapi tetap

harmonis ketika dinyanyikan.

6. Rancangan Bahan Ajar Teks Tanggapan Deskriptif

Permainan tradisional dipilih menjadi bahan ajar teks tanggapan deskriptif dengan beberapa pertimbangan, yaitu pertama, permainan tradisional merupakan salah satu bentuk kearifan lokal yang juga merupakan bagian dari budaya Indonesia, ini sejalan dengan tema

“Pengenalan Budaya Indonesia” yang diusung pemerintah. Kedua,


(4)

174

Enung Farhan M ardiyah, 2014

Analisis Lagu Kaulinan Budak D i D esa Cilandak Kecamatan Cibatu Kabupaten Purwakarta D an Pemanfaatannya Sebagai Bahan Ajar Teks Tanggapan D eskriptif

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

tradisional dapat dideskripsikan dari segi bentuk, teknik permainan, konteks situasi, serta konteks budayanya.

Penyusunan bahan ajar diramu dengan menggunakan format Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Format ini dipilih dengan pertimbangan bahwa RPP mencakup aspek-aspek pembelajaran secara menyeluruh. Format RPP disesuaikan dengan panduan teknis penyusunan RPP Kurikulum 2013 yang dikeluarkan oleh pemerintah.

Dengan demikian, permainan tradisional cocok digunakan dalam pembelajaran teks tanggapan deskriptif di kelas VII Sekolah Menengah Pertama. Bahan ajar yag telah disusun juga dapat dimanfaatkan sebagai alternatif bahan ajar teks tanggapan deskriptif, di samping bahan ajar yang telah disediakan pemerintah.

B. Saran

Dengan selesainya penulisan skripsi ini, beberapa hal yang dapat menjadi saran penulis yaitu sebagai berikut.

1. Hendaknya dilakukan penelitian lanjutan berbasis penelitian eksperimen atau penelitian tindakan kelas, dengan menggunakan instrumen RPP yang telah disusun. Penelitian terkait teks tanggapan deskriptif berbasis kurikulum 2013 belum banyak dilakukan, sehingga hal ini perlu menjadi perhatian para peneliti.

2. Bahan ajar yang telah dibuat dapat dimanfaatkan oleh guru Bahasa Indonesia, khususnya yang berada di wilayah Jawa Barat. Guru di luar Jawa Barat pun dapat memanfaatkannya dengan penyesuaian permainan tradisional yang hidup di daerahnya.

3. Penelitian tentang permainan tradisional serta upaya sosialisasi terhadapnya harus terus dilanjutkan, agar warisan budaya ini dapat tetap lestari.


(5)

Danandjaja, James. 1984. Folklor Indonesia: Ilmu Gosip, Dongeng, dan Lain-Lain. Jakarta: PT Temprint.

Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah. 2008. Pengembangan materi

pembelajaran. Jakarta: Direktorat Pendidikan Sekolah Menengah Atas Departemen

Pendidikan Nasional.

Grundy, Peter. 2008. Doing Pragmatics. London: Hoder Education.

Harian Umum Kompas. 2012. 200 Mainan Tradisional Sunda Terancam Punah. [daring]. Tersedia:

regional.kompas.com/read/2012/10/22/14070157/200/Mainan.Tradisional.Sunda.Tera ncam.Punah.html. [21 Oktober 2013].

Harjanto. 2010. Perencanaan Pengajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Indrawati, Siti Wuryan. 2007. Identifikasi Nilai-Nilai Kearifan Lokal (Local Wisdom) dalam

Permainan Tradisional Etnis Sunda. Bandung: Penelitian Kompetitif Universitas

Pendidikan Indonesia.

Kemendikbud. 2012. Dokumen Kurikulum 2013. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.

Koentjaraningrat. 2009. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta.

Koran Sindo. 2013. Mohamad Zaini Alif, Pendiri Komunitas Hong Menghidupkan Kembali

Permainan Tradisional. [daring]. Tersedia: m.koran-sindo.com/node/305598. [20

November 2013].

Kosasih. E. 2010. Menjadi Penulis Remaja. Jakarta: Penerbit Nobel Edumedia.

Kurniawan, Khaerudin. 2012. Belajar dan Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Bandung: CV Bangkit Citra Persada.

Kusuma, Rendi Hari. 2012. Buku Pengenalan Permainan Tradisional Jawa Barat Berbasis

Augmented Reality. Jakarta: Jurnal Penelitian Universitas Gunadarma

Kridalaksana, Harimurti. 2011. Kamus Linguistik Edisi IV. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.


(6)

Enung Farhan M ardiyah, 2014

Analisis Lagu Kaulinan Budak D i D esa Cilandak Kecamatan Cibatu Kabupaten Purwakarta D an Pemanfaatannya Sebagai Bahan Ajar Teks Tanggapan D eskriptif

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

LPPM UPI. 2011. Data Penelitian Universitas Pendidikan Indonesia. [daring]. Tersedia:

penelitian.lppm.upi.edu/detil/134/identifikasi-nilai-nilai-kearifan-lokal-(local-wisdom)-dalam-permainan-tradisional-etnis-sunda. [20 November 2013]. Luxemburg, dkk. 1992. Pengantar Ilmu Sastra. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Muslich, Masnur. 2009. Fonologi Bahasa Indonesia: Tinjauan Deskriptif Sistem Bunyi

Bahasa Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara.

Pradopo, Rachmat Djoko. 2010. Pengkajian Puisi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Ramlan. 2005. Ilmu Bahasa Indonesia Sintaksis. Yogyakarta: CV Karyono. Ramlan. 2001. Morfologi: Suatu Tinjauan Deskriptif. Yogyakarta: CV Karyono.

Ruhimat, Toto, dkk. 2009. Kurikulum dan Pembelajaran. Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan FIP UPI: tidak diterbitkan.

Sukatman. 2009. Butir-Butir Tradisi Lisan Indonesia: Pengantar Teori dan Pembelajarannya. Yogyakarta: Laksbang Pressindo.

Syamsuddin dan Damaianti. 2007. Metode Penelitian Pendidikan Bahasa. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Teew. A. 1988. Sastra dan Ilmu Sastra. Bandung: PT Karya Nusantara.

Zabadi, Fairul, dkk. 2013. Bahasa Indonesia Wahana Pengetahuan. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.