PENERAPAN MODEL MAKE A MATCH DALAM PEMBELAJARAN IPS UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN SOSIAL SISWA: Penelitian Tindakan Kelas Terhadap Siswa Kelas VIII Di MTs Negeri 25 Jakarta.

DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL ………………………………………………………… i
LEMBAR PENGESAHAN…………………………………………………….ii
SURAT PERNYATAAN……………………………………………………….iii
ABSTRAK…………………………………………………………………….. .iv
KATA PENGANTAR………………………………………………………….. v
UCAPAN TERIMAKASIH…………………………………………………….vi
DAFTAR ISI……………………………………………………………………. ix
DAFTAR TABEL………………………………………………………………. xv
DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………………… xvi

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah………………………………………………….

1

B. Rumusan Masalah Penelitian……………………………………………...

5


C. Tujuan Penelitian…..……………………………………………………..

6

D. Manfaat Penelitian…………..…………………………………………. .

7

E. Klarifikasi Konsep………..………….………………………………….

9

BAB II. KAJIAN TEORI
A.Landasan Teori
a. Model Pembelajaran……………………………………………………….

10

b. Model Pembelajaran Make a Match ……………………………….……....


12

c..Keterampilan Sosial…………………..…………. .……………………. ...

15

d. Pengertian Pendidikan Ilmu Pengetahuan ..…….……………..…………..

21

B. Penelitian Terdahulu…………………………………………………..………

26

C. .Paradigma Penelitian………………………………………………………….

28

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian……………………………………………….....…..............

29

B. Lokasi Penelitian dan Subyek Penelitian……………………………...........…

32

C. Teknik Pengumpulan Data……………………………………………………

33

D. Prosedur Penelitian.. .……………………………………………………..... .

36

1. Rencana Tindakan…………………………………………………………...

36


2. Pelaksanaan Tindakan……………………………………………………….

37

E. Validasi Data………………………………………………………………….

39

F. Analisis Data ………………………………………………………………….

41

G. Interpretasi …………………………………………………………………… 44

BAB.IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Umum Lokasi dan Subyek Penelitian…...

B. Deskripsi Umum Pembelajaran…..…………………………………………….. 50

C. Deskripsi Pelaksanaan Tindakan Pembelajaran………………………………… 68

D. Analisis Data Temuan Hasil Pelaksanaan Tindakan Penerapan
Match Dalam Pembelajaran

Model Make a

…………………………………………………105

. Analisis Setting Sosial, Lokasi dan Subyek Penelitian……………………… 105
a. Analisis Sosial Madrasah Tsanawiyah Negari 25 Jakarta………………... 105
b. Analisis Profil Guru IPS………………………………………………… 106
c. Analisis Setting Sosial Kelas VIII.6………………………………………. 107
2. Analisis Orientasi Pembelajaran………………………………………………..108

3. Analisis Terhadap Tindakan Pembelajaran
a. Analisis Terhadap Pembelajaran Tindakan ke-1…………………………….110
b.Analisis Terhadap Pembelajaran Tindakan ke-2……………………………..115
c. Analisis Terhadap Pembelajaran Tindakan ke-3……………………………..121
d. Analsis Terhadap Pembelajaran Tindakan ke-4……………………………...127
e. Analisis Terhadap Pembelajaran Tindakan ke-1 sampai Tindakan ke-4…...132


4. Kendala-kendala Yang ditemui Dalam pembelajaran……………………………135

BAB.V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan…………………………………………………………………136
B. Rekomendasi

1. Untuk Guru……………………………………………………………. 140
2. Untuk Pihak sekolah……………………………………………………141
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………143

BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan
Setelah melaksanakan penelitian dari masa orientasi pembelajaran
hingga berakhirnya pembelajaran tindakan ke-4 segala situasi, kondisi dan
aktivitas yang terjadi selama pembelajaran peneliti mendapatkan beberapa
kesimpulan. Kesimpulan yang peneliti dapatkan bukanlah sebuah kesimpulan
akhir. Kesimpulan yang peneliti dapatkan bisa saja menjadi sebuah jembatan bagi
penelitian berikutnya dan masih harus dikaji dan uji kebenarannya.

Penelitian Tindakan Kelas berupaya memecahkan permasalahan yang
guru hadapi selama proses pembelajaran untuk menjadikan guru sebagai tenaga
pendidik yang professional. Penelitian ini dilakukan dalam lingkup yang kecil
yaitu hanya dalam satu kelas tetapi tidak merendahkan sumbangan penelitian ini
terhadap kemajuan pendidikan khususnya dalam sebuah proses pembelajaran.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat mendorong guru-guru lain untuk melakukan
penelitian terhadap permasalahan yang guru temui dalam pembelajaran agar
terjadi sebuah peningkatan mutu pembelajaran.
Pelajaran IPS

yang banyak menyajikan konsep-konsep, tokoh-tokoh,
136

peristiwa-peristiwa, kebesaran masa lalu dan sebagainya. Penyajian pembelajaran
yang guru IPS Madrasah Tsanawiyah Negeri 25 lakukan lebih sering
menggunakan metode ceramah dan tanya jawab karena metode itulah yang paling
mudah dan cepat dalam menyampaikan informasi kepada siswa. Kondisi ini
kurang menarik, kurang menantang dan membuat siswa jenuh dan bosan.
Ketuntasan kurikulum seharus guru bukan lagi target pengajaran guru tetapi
melalui Kurikulum Terpadu Satuan Pendidikan (KTSP) yang menjadi acuan,

guru tidak harus menyampaikan semua materi pelajaran yang ada dalam buku
tetapi guru harus memilih materi apa yang dianggap penting disesuaikan dengan
kebutuhan siswa.
Dengan menerapkan model make a match suasana pembelajaran menjadi
lebih aktif, guru sebagai fasilitator dan pengawas proses berjalannya
pembelajaran. Dengan model make a match pembelajaran lebih berpusat pada
siswa (student centered) karena model ini mengutamakan aktivitas siswa tidak
lagi berpusat pada guru (teacher centered). Dengan penerapan model make a
match dalam pembelajaran dapat mengurangi kegiatan guru untuk berbicara
sehingga dapat menghemat energi yang guru keluarkan. Selama pembelajaran
dengan model make a match guru berbicara hanya pada saat pembahasan dan
menjelas materi pelajaran.
Penerapan make a match sebelum guru menjelaskan materi pelajaran

137

sangat membantu guru dalam proses pembelajaran. Siswa menjadi mengetahui
konsep-konsep yang akan guru ajarkan. Dalam usaha memberikan pemahaman
tentang konsep menjadi lebih mudah. Pembelajaran dengan tanya jawab menjadi
lebih aktif dimana setiap pertanyaan yang guru berikan akan segera mendapat

jawaban dari siswa. Dengan model make a match dapat meringankan tugas guru
untuk menjelaskan materi pelajara. Selama berlangsungnya make a match siswa
telah diarahkan untuk mengetahui konsep-konsep ataupun teori pelajaran yang
akan guru berikan. Hal ini akan memberikan kemudahan bagi guru untuk
melaksanakan pembelajaran selanjutnya, guru sedikit saja mengulas materi apa
yang didapat selama pelaksanaa make a match dan memberikan penjelasan yang
lebih mendalam.
Kendala yang dihadapi dalam menerapkan model make a match tidaklah
banyak. Kendala yang sangat dirasakan hanya pada tindakan ke-1 dimana dalam
tindakan ini siswa masih mencoba mempelajari dan menyesuaikan diri dengan
model pembelajaran yang baru. Kendala yang sangat dirasakan oleh guru adalah
suasana yang gaduh dan berisik akibat adanya aktivitas siswa yang berpotensi
mengganggu kelas lain. Kendala ini dapat guru kendalikan dengan cara guru
terjun langsung berada di tengah aktivitas siswa.
Tanggapan siswa terhadap pembelajaran dengan menerapkan model make
a match cukup berdampak positif bagi siswa. Suasana belajar yang serius dan

138

menyenangkan membuat siswa menikmati pelajaran. Siswa tidak terlihat jenuh,

bosan dan bermalas-malasan dalam mengikuti pelajaran. Siswa selalu antusias
mengikuti pelajaran. Penerapan model make a match dalam pembelajaran mampu
meningkatkan keterampilan sosial siswa. Kerjasama antar siswa terlihat pada
saat siswa berusaha mencari pengertian yang ada dalam kartu terlihat
terbentuknya beberapa kelompok kecil siswa yang sifatnya tidak permanen dapat
menjadi indikator munculnya kerjasama antar siswa.
siswa bertanya dengan teman kepada

Peningkatan frekuensi

individu maupun kepada sekelompok

siswa lain yang sedang saling bertukar informasi dan keberanian siswa untuk
bertanya lansung kepada guru menunjukan siswa semakin berani berinteraksi.
Kemampuan siswa dalam mencari informasi terlihat dari semakin cepat waktu
yang siswa butuhkan untuk dapat menemukan pasangan. Kemampuan siswa
dalam mengolah informasi ini terlihat dari bagaimana menanggapi informasi
yang siswa dapatkan dari buku dan siswa lain siswa. Siswa jadi lebih tekun dan
teliti dalam membaca buku untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkannya.
Rasa kepedulian siswa kepada siswa lain terlihat pada saat siswa berusaha

menemukan pasangan. Pada tindakan ke-2 sampai tindakan ke-4 terlihat tidak
ada siswa yang telah menemukan pasangannya berdiam diri. Siswa yang telah
melaporkan kepada guru karena telah menemukan pasangan berusaha membantu
siswa lainnya. Kemampuan siswa dalam mengontrol diri mulai terlihat pada
tindakan ke-2 sesi ke-2. Sorakan yang siswa tujukan pada pasangan siswa yang
139

maju sudah semakin berkurang dan pada tindakan selanjutnya hampir tidak ada.
Siswa lebih menghargai orang lain terlihat dari siswa yang memberikan reward
kapada siswa yang maju. Setelah guru memberikan contoh untuk memberikan
reward kepada siswa, siswa mulai ikut memberikan penghargaan kepad siswa
yang maju walaupun hanya tepuk tangan.
Penerapan make a match yang dilakukan sebelum guru menjelaskan
materi pelajaran

menjadikan siswa bertanggung jawab terhadap dirinya

sendiri dan orang lain. Siswa yang belum membaca materi pelajaran akan
merugikan dirinya sendiri dan siswa lain. Sudah menjadi tanggung jawab
siswa untuk siap menjalani proses pembelajaran.

140

DAFTAR PUSTAKA

Abate, L.L & Milan, M.A. (1985) Handbook of Social Skills Training and Reseach, New York:
John Wisley and Son
Abdurrahman,M (1988) Geografi Perilaku ( Suatu Pengantar Studi tentang Persepsi
Lingkungan), Depdikbud ,Jakarta.
Alma, B. (2003) Hakekat Studi sosial. Bandung. Alfabeta
Alma, B. (2009) Guru Profesional Menguasai Metode dan Terampil Mengajar. Bandung.
Alfabeta
Atmadinata (2005) Upaya Meningkatkan Keterampilan Sosial Siswa Dalam Pembelajaran
Sejarah melalui Cooperative Learning.Bandung. UPI (Thesis) Tidak diterbitkan.
Aunurrahman. (2009), Belajar Pembelajaran, Alfabeta, Bandung
Biehler, R.F. (1980) Psychology Applied to Teaching. Houghton Miffin Company. Boston.
Brady, L. (1974). Models and Methods of Teaching. Mac Arthur Press.
Dahlan,M.D. (1984).Model-Model Mengajar, Bandung. Diponegoro
Depdikbud (1993) Kurikulum pendidikan Dasar, Garis-garis Besar Program Pengajaran SLTP.
Mata Pelajaran Geografi. Jakarta. Depdikbud
Depdiknas (2006) Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 23 Tahun 2006 tentang Standar
Kompetensi Lulusan Untuk Satuan Pendidikan, Jakarta : Depdiknas
Dirjen Dikdasmen, 2005, Materi Pelatihan Terintegrasi Pendidikan
Kewarganegaraan, Jakarta, Depdiknas.
Gagne, RM. (1985) The Condition of Learning and theory of Instruction. Rinehart and Winston
New York. Holt
Hanifiah, N dan Suhana, C. (2009), Konsep Strategi Pembelajaran, Refika Aditama, Bandung.
Hasan, S.H. (1996).” Relevansi Pendidikan IPS di Perguruan Tinggi dengan Pendidikan IPS di
Jenjang Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah” Makalah pada seminar nasional
dan Musda I HISPISI Jawa Barat, UPI Bandung, 31 Oktober 2002.
Harinaredi (2009), Model-model pembelajaran,
Jakarta.

universitas Muhammadiyah Prof. Hamka,

Hopkins, D. (1993). A Teacher’s Guide to classroom Reseach. Open University. Philadelpia

Iskandar, S.I. (2011) Studi Mengenai Pengaruh Kemampuan Yang Berorientasi Pada
Geoleadership Model Terhadap Kapasitas Kepemimpinan Dalam Mengembangkan
Keterampilan Sosial dan Karakter Pimpinan. Bandung UPI.
Joyce, B. et al. (2009) Models of Teaching (Terjemah). Pustaka Pelajar.Yogyakarta
Kardi,S dan Nur,M (2000) Pengajaran Langsung. Surabaya University press.
Kusnandar.(2008). Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi
Guru. Rajawali Pers. Jakarta
Lie, Anita(2008), Cooperative learning,Grasindo, Jakarta.
Miles,M.B, et. al (1984) Qulitative Data Analysis. Sage Publ. California
Muchtar, S. (2007), Strategi Pembelajaran Pendidikan IPS, UPI, Bandung
Munandar, U.S.C. (2002). Kreativitas dan keberbakatan strategi mewujudkan potensi
kreatif dan bakat. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama

National Counsil for Social Studies (1994) Expectation of Excellence Curricullum Standart for
Social Studies, Washington DC. NCSS.
Saidah,S. et. al DKK (2009), Kumpulan Materi PLPG,
Hamka, Jakarta.

Universitas Muhammadiyah Prof

Syah,M. (1995) Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung. Remaja Rosda Karya
Sa’ud, U.S. (2009). Inovasi Pendidikan. Alfabeta, Bandung
Sjamsuddin, H dan Maryani, E. (2008). Pengembangan program pembelajaran IPS untuk
meningkatkan kompetensi Keterampilan sosial. Makalah pada seminar Nasional
Makassar
Solihatin, E dan Raharjo. (2009) Cooperative Learning Analisis Model Pembelajaran IPS. Bumi
Aksara. Jakarta.
Somantri, M.N. (2001). Menggagas Pembaharuan Pendidikan IPS. Bandung. Rineka
Sugiono. (2008), Memahami Penelitian Kualitatif. Alfabeta. Bandung.
Sumaatmadja, N. (1984) Metodologi Pengajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. Bandung, Alumni
Bandung.
Supriyatna, N. (2007) Konstruksi Pembelajaran Sejarah Kritis. Historia Utama I Press. Bandung
Surya,M (2003) Psikiologi Pembelajaran dan Pengajaran. Bandung Yayasan Bakti Winaya

Triyanto. (2009) Mendesain Model Pembelajaran Inovativ Progresif. Konsep,landasan, dan
Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Kencana. Jakarta.
Uno, Hamzah. (2007). Model Pembelajaran menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif
dan efektif. Bumi Aksara. Jakarta.
Wahab, A.A. (2008). Metode dan Model-model Mengajar IPS, Alfabeta, Bandung.
Waney, M. H. (1989). Wawasan Ilmu Pengetahuan Sosial, Depdikbud, Jakarta.
Wiriaatmadja, R. (2009). Metode Penelitian Tindakan Kelas. Rosdakarya, Bandung.
Woolfolk, A.E. (1995).Educational Psychology. The Ohio State University. Ohio.
Woolfolk, A.E (2009), Educational Psychology, Active Learning Edition, Bagian
Edisi Bahasa Indonesia.Pustaka Pelajar.Yogyakarta

Pertama,

Sumber Internet :
Riyanto. (2009) Upaya Peningkatan Motivasi dan Hasil Be!ajar PKn Melalui Model Pembelajaran
"Make a Match" bagi siswa Kelas VIIC SMP Negeri 1 Ngawen Kabupaten Blora .
http://riyanto.blogspot.com/2009/04/make-learning-model.html. ( 12 September 2010)
Syaodih, Erliani (2009) Pengembangan Model pembelajaran Kooperatif Untuk Meningkatkan
Keterampilan Sosial. EDUCARE:Jurnal Pendidikan dan budaya. http://educare.efkipunla.net [ 23 November, 2010]

Dokumen yang terkait

Pengaruh model pembelajaran kooperatif metode make A match terhadap pemahaman konsep matematika siswa

4 18 201

Penerapan Metode Pembelajaran make a Match Card dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Mata pelajaran Fiqh di MTs. Nasyatulkhair Depok

0 6 150

Efektivitas pembelajaran kooperatif model make a match dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS: penelitian tindakan kelas di SMP Islam Al-Syukro Ciputat

0 21 119

Pendekatan pembelajaran cooperative learning type make a match di kelas V MI Nurul Jihad Kota Tangerang : penelitian tindakan kelas di MI Nurul Jihad Tangerang

0 5 125

Peningkatan Hasil Belajar IPS Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match Siswa Kelas IV SDN Pisangan 03

0 10 174

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE-A MATCH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR.

0 2 5

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN OTENTIK (AUTHENTIC LEARNING) DALAM PEMBELAJARAN IPS UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN SOSIAL SISWA: Penelitian Tindakan Kelas di Kelas VII A SMP NEGERI 7 BANDUNG.

4 8 40

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEMATIK UNTUK MENINGKATKAN KREATIVITAS SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS : Penelitian Tindakan Kelas di Kelas VIII E SMP Negeri 12 Bandung.

0 2 40

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEMATIK UNTUK MENINGKATKAN KREATIVITAS SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS: Penelitian Tindakan Kelas di Kelas VIII E SMP Negeri 12 Bandung.

2 11 40

PERBEDAAN METODE MAKE A MATCH DAN INDEX CARD MATCH DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPS KELAS VIII DI MTs YAPI PAKEM.

0 0 101