Efektivitas pembelajaran kooperatif model make a match dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS: penelitian tindakan kelas di SMP Islam Al-Syukro Ciputat

(1)

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODELMAKE A MATCH DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA

MATA PELAJARAN IPS

(Penelitian Tindakan Kelas di SMP Islam Al Syukro Ciputat) Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Oleh : Febriyani Rofiqoh NIM: 106015000700

JURUSAN PENDIDIKAN IPS

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 1432 H /2010 M


(2)

ABSTRAK

Febriyani Rofiqoh, Efektivitas Pembelajaran Kooperatif Model Make a Match Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS (Penelitian Tindakan Kelas Di Smp Islam Al Syukro Ciputat). Skripsi, Jurusan Pendidikan IPS, Program Studi Ekonomi, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penelitian ini bertujuan efektifitas pembelajaran kooperetif modelMake a Match

dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS dan persepsi siswa tentang penggunaan pembelajaran kooperatif model Make a Match dalam pembelajaran IPS. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Islam Al Syukro Ciputat dari Oktober sampai November 2010. Metode penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas (PTK) yang terdiri dari tiga siklus dan setiap siklus meliputi perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Instrumen yang digunakan adalah tes (pre test dan post tes), teknik analisis data dengan menggunakan teknik kualitatif dan kuantitatif. Teknik kualitatif digunakan untuk mendeskripsikan pelaksanaan pembelajaran di kelas berupa observasi dan hasil wawancara. Sedangkan teknik analisis data kuantitatif dengan menggunakan hasil tes setiap siklus dilihat dari N-Gain. Siklus akan berhenti jika indikator keberhasilan telah tercapai.

Hasil analisis data dari hasil belajar siswa menunjukan adanya peningkatan hasil belajar pada setiap siklus. Ditunjukan dengan nilai rata-rataN-gain pada siklus 1 sebesar 47%, sedangkan siklus 2 menjadi 65%, dan pada siklus 3 meningkat menjadi 77%. Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa berhasil meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS pada bab hakekat manusia sebagai makhluk sosial dan ekonomi melalui pembelajaran kooperatif modelMake a Match.


(3)

ABSTRACT

Febriyani Rofiqoh, Cooperative Learning effectiveness ModelMake a. Match In Increase Student Studying Result On IPS'S Subject (Action research brazes At SMP Al Syukro Ciputat's Islam). Paper, IPS'S Education majors, Study’s program Economy, Tarbiyah’s Knowledge faculty and teachership, Countries Islamic university Syarif Hidayatullah Jakarta.

This research intent cooperative learning effectiveness model Make a. Match in increase student studying result on IPS'S subject and student perception about co-operative learning purpose modelMake a. Match in IPS'S learning. This research is executed at SMP Al Syukro Ciputat's Islam of October until November 2010. This observational method utilize action research method brazes (PTK) one that consisting of three cycles and each cycle cover planning, performing, observation, and reflection. Instrument that is utilized is essay (pre is test and post essays),

analysis’s tech data by use of tech qualitative and quantitative. Qualitative tech is

utilized to describe learning performing at brazes as observation and interview

result. Meanwhile analysis’s tech quantitative data by use of result essays each

cycle be seen ofN Gain. Cycle will stop if success indicator was reached.

Analysis’s result data of student studying result point out marks senseresult step-up study on each cycle. At indication with average valueN gain on cycle 1 as big as 47%, meanwhile cycle 2 as 65%, and on cycle 3 worked up as 77%. This ob-servational result can be concluded that successful increase activity and student studying result on IPS'S subject on human essence chapter as creature social and economic via cooperative learning modelMake a. Match.


(4)

KATA PENGANTAR

Bismillaahirrohmaanirrohiim

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Tiada kata yang paling indah dan bermakna selain untaian kata syukur kehadirat zat yang maha agung dan maha perkasa, yang memberikan nikmat sehat, nikmat iman dan islam kepada hamba-Nya yang taat. Shalawat dan salam

semoga tetap dicurahkan atas keharibaan Nabi ahhirul zaman “ushwah hasanah”

yang menjadi rahmat bagi seluruh alam, Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat dan pengikutnya hingga akhir zaman.

Penulis bersyukur karena atas berkat rahmat dan hidayah-Nya dapat diselesaikan dengan baik dan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan (S.Pd) di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Dalam pembuatan dan penulisan skripsi ini tak lepas dari dukungan dan dorongan semua pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada:

1. Kedua orang tua Ayahanda (Arif Rahman, S.Ag) dan Ibunda (Tiharsih) tercinta yang telah mendidik, mengajar dan memberikan kepercayaan kepada penulis untuk melangkah lebih jauh, menyelesaikan skripsi tepat pada

waktunya, yang selalu berdo’a dalam setiap hela napas dan sujudnya, yang

selalu membanggakan dan mendukung penulis mempunyai kepercayaan diri yang sangat tinggi serta selalu optimis dalam menjalani hidup.

2. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, MA, dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah mengizinkan serta memberi restu kepada penulis guna menyusun skripsi ini sebagai syarat untuk memperoleh gelar sarjana.

3. Drs. H. Nurochim, MM, ketua jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, yang telah mengajar dan memberikan bimbingan dengan sabar, dan senantiasa memberikan suport dalam menyelasaikan skripsi ini.

4. Seluruh bapak/ibu dosen dan sekretaris program studi Pendidikan IPS khususnya bapak Dr. Iwan Purwanto M. Pd, terimakasih atas ilmu yang diberikan selama perkuliahan.


(5)

5. Dr. Muhamad Arif, M.Pd, pembimbing yang telah meluangkan waktu, tenaga, dan pikirannya untuk membimbing dengan sabar dan mengarahkan sampai selesaian skripsi ini.

6. Bapak kepala sekolah, Guru, serta Staf SMP Islam Al Syukro Ciputat, khususnya Bapak Kosaman SE, selaku guru IPS yang telah banyak membantu penulis selama penelitian.

7. Kakak-kakakku (St.Nurjalilah, S.Hi dan suami, St.Nurika Fofiyah, S.Pd.I dan suami, S.Pd.I, M.Farid Firdaus, S.Pd.I dan istri, M.Fahrul Rohman, S.Kom)

yang senantiasa selalu memberikan do’a, cinta, harapan, motivasi dan

semangat yang diberikan, terima kasih atas segalanya.

8. Keponakan-keponakanku (Ziya, Ziddan, Fatih) yang selalu memberikan keceriaan dan kegembiraan kepada penulis.

9. Sahabat-sahabat terbaikku Gossip makker (Best (Qq), Evi, Tami, Amel, Ani, Reni, Bariyah, Deby, Rifa, Lia, Sri, Leni, Inta), dan kelurga kecilku dikosan (Neng dan Ais). Yang tidak akan pernah terlupakan kenangan yang sudah kita

lewati bersama ”Succses for All”.

10. Semua teman-teman seperjuangan jurusan IPS angkatan 2006, serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah mendukung dalam penulisan skripsi ini hingga selesai.

Semoga kebaikan yang telah diberikan kepada penulis dibalas oleh Allah SWT dengan pahala yang berlipat ganda. Semoga skripsi ini bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca.

Wassalaamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Jakarta, Desember 2010

Penulis Febriyani Rofiqoh


(6)

DAFTAR ISI

ABSTRAK... i

KATA PENGANTAR... iii

DAFTAR ISI... v

DAFTAR TABEL...viii

BAB I: PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Identifikasi Masalah ... 7

C. Pembatasan Masalah ... 8

D. Perumusan Masalah ... 8

E. Tujuan Penelitian ... 8

F. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II: KAJIAN TEORI A. Efektifitas ... 9

1. Pengertian Efektifitas ... 9

2. Macam-macam Persfektif Efektifitas... 12

B. Pembelajaran Kooperatif... 12

1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif... 12

2. Macam-macam Pembelajaran Kooperatif... 13

3. Ciri-ciri Pembelajaran Kooperatif... 14

4. Tujuan Pembelajaran Kooperatif ... 15

5. Peran Guru Dalam Pembelajaran Kooperatif... 15

6. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif... 16

7. Prinsip-prinsip Asas Pembelajaran Kooperatif ... 17

8. Pembelajaran Kooperatif Model Make a Match ... 18

a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif ModelMake a Match... 18


(7)

b. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif Model Make

a Match... 18

c. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Kooperatif Model Make a Match ... 19

C. Hakikat Belajar Siswa ... 20

1. Definisi Belajar ... 20

2. Teori-teori Belajar... 21

3. Jenis-jenis Belajar ... 24

4. Ciri-ciri Belajar ... 25

5. Belajar Sebagai Suatu Proses ... 26

D. Hakekat Hasil Belajar ... 26

1. Definisi Hasil Belajar ... 26

2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar ... 28

E. Pendidikan IPS ... 28

1. Hakekat dan Pendidikan IPS... 28

2. Kompetensi Pendidikan IPS... 30

3. Karakteristik Pendidikan IPS ... 31

4. Fungsi dan Tujuan Pendidikan IPS ... 31

F. Bahasan Hasil Penelitian yang Relevan... 32

G. Pengajuan Konseptual Perencanaan Tindakan... 33

H. Hipotesis Tindakan... 34

BAB III METODE PENELITIAN A. Tujuan Penelitian ... 35

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 35

C. Metode Penelitian Dan Rancangan Siklus Penelitian ... 36

D. Subjek atau Partisipasi yang Terlibat dalam Penelitian ... 38

E. Peran Penelitian dalam Penelitian... 38

F. Tahapan Intervensi dalam Penelitian ... 38

G. Hasil Intervensi Tindakan yang diharapkan... 39


(8)

I. Teknik Pengumpulan Data... 40

J. Instrumen-Instrumen Pengumpulan Data ... 40

K. Validitas Isi ... 44

L. Analisis Data dan Intervensi Hasil Analisis... 46

M. Tindak Lanjut / Pengembangan Perencanaan Tindakan ... 47

BAB IV DESKRIPSI, ANALISIS DATA, INTERPRETASI HASIL ANALISIS, DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data... 48

B. Pemeriksaan Keabsahan Data ... 49

C. Interpretasi Analisis Kegiatan Pembelajaran ... 49

D. Analisis Data ... 65

E. Pembahasan Hasil Temuan ... 67

F. Keterbatasan Peneliti... 69

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 70

B. Saran ... 71

DAFTAR PUSTAKA... 72 LAMPIRAN


(9)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan masalah paling penting dan aktual sepanjang zaman, karena kemajuan suatu bangsa dan negara tidak terlepas dari keberhasilan di sektor pendidikan suatu bangsa tersebut. Dapat dilihat dalam sejarah dan masa kini bahwa peradaban yang maju pada suatu bangsa dan Negara tidak terlepas dari peran pendidikan yang maju pula.

Melalui pendidikan manusia memperoleh ilmu pengetahuan yang dapat dijadikan tuntunan dalam kehidupan dan dengan pendidikan orang menjadi maju dan mampu mengelola alam yang dikaruniakan Allah SWT dengan baik. Hal-hal tersebut sesuai dengan visi pendidikan nasional yaitu terwujudnya masyarakat indonesia yang damai, demokratis, berakhlak, berkeahlian, berdaya saing tinggi, maju dan sejahtera dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia yang didukung oleh manusia-manusia yang sehat, mandiri, beriman, bertakwa, berakhlak mulia, cinta tanah air, berdasarkan hukum dan lingkungan, menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, memiliki etos kerja tinggi serta disiplin.

Redja Mulyahardjo mengatakan bahwa:

“Pendidikan dalam arti luas adalah segala pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup. Pendidikan adalah segala situasi hidup yang mempengaruhi pertumbuhan individu. Dan dalam arti sempit pendidikan adalah pengajaran yang diselenggarakan di sekolah sebagai lembaga pendidikan formal. Dan segala pengaruh yang diupayakan sekolah


(10)

terhadap anak dan remaja yang diserahkan kepadanya agar mempunyai kemampuan yang sempurna dan kesadaran penuh terhadap hubungan-hubungan dan tugas-tugas sosial mereka.”1

Pendidikan adalah suatu proses yang berfungsi membimbing siswa dalam kehidupan sesuai dengan tugas dan perkembangannya yang harus dijalani oleh peserta didik, pendidikan juga merupakan suatu usaha sadar yang teratur dan sistematik, yang dilakukan oleh orang-orang yang diserahi tanggung jawab untuk membuat peserta didik agar mempunyai sifat atau tabiat sesuai dengan cita-cita pendidikan.

Sesuai dengan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat 1 tentang Sistem Pendidikan Nasional yaitu bahwa:

“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”.2

Ngalim Purwanto menyatakan bahwa “Pendidikan ialah pimpinan yang diberikan dengan sengaja oleh orang dewasa kepada anak-anak, dalam pertumbuhannya (jasmani dan rohani) agar berguna bagi diri sendiri dan bagi

masyarakat.”3

Pendidikan merupakan salah satu cara manusia untuk memperoleh ilmu pengetahuan dan dalam proses tersebut seseorang haruslah belajar karena hal tersebut sangatlah dibutuhkan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia itu sendiri.

Mengingat begitu pentingnya pendidikan bagi kehidupan manusia, maka pendidikan harus dilaksanakan sebaik-baiknya sehingga memperoleh hasil yang baik pula. Dalam rangka meningkatkan pendidikan di Indonesia

1

Redja Mulyahardjo,pengantar Pendidikan (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002), h. 8

2

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 Ayat 1 (Bandung: Citra Umbara, 2006), hal. 71-72

3

Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoretis dan Praktis, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004), Cet. ke- 16, hal. 10


(11)

serta menumbuhkan suatu sistem pembelajaran yang berkualitas, maka sistem pembelajaran tersebut harus menuju pada proses belajar yang kompetitif dan mandiri, karena salah satu tujuan utama pendidikan adalah meningkatkan kemampuan siswa untuk berpikir kritis, membuat keputusan rasional tentang apa yang diperbuat atau apa yang diyakini.

Semua yang diperoleh siswa tersebut didapat dari peran seorang guru. Semua orang percaya bahwa guru memiliki andil yang sangat besar terhadap keberhasilan pembelajaran di sekolah. Guru sangat berperan dalam membantu perkembangan peserta didik untuk mewujudkan tujuan hidupnya secara optimal.

Guru juga harus berpacu dalam pembelajaran, dengan memberikan kemudahan belajar bagi seluruh peserta didik. Agar dapat mengembangkan potensi secara optimal, dalam hal ini guru harus kreatif, profesional, dan menyenangkan, dengan memposisikan diri sebagi berikut:

1. Orang tua yang penuh kasih sayang pada peserta didiknya.

2. Tema, tempat mengadu, dan mengutarakan perasaan dan bagi para peserta didik.

3. Fasilitator yang selalu siap memberikan kemudahan, dan melayani peserta didik sesuai minat, kemampuan, dan bakatnya.

4. Memberikan sumbangan pemikiran kepada orang tua untuk dapat mengetahui permasalahan yang dihadapi anak dan memberikan saran pemecahannya.

5. Memupuk rasa percaya diri, berani dan bertanggung jawab.

6. Mengembangkan proses sosialisasi yang wajar antar peserta didik, orang lain, dan lingkungannya.

7. Mengembangkan kreatifitas.4

Perkembangan ilmu, teknologi dan arus globalisasi telah membawa perubahan dihampir setiap aspek kehidupan manusia. Dalam rangka menghadapi berbagai perubahan dan permasalahan tersebut diperlukan sumber daya manusia yang berkualitas, yang antara lain melalui pembaharuan sistem pendidikan dan khususnya pembelajaran ilmu-ilmu sosial (IPS) yang lebih bermakna. Perubahan yang terus menerus terjadi dalam kehidupan sosial

4


(12)

mengisyaratkan bahwa pendidikan IPS mesti senantiasa melakukan langkah pengembangan guna menjawab permasalahan yang ada dalam masyarakat.

Banyak pandangan yang muncul seputar permasalahan yang ada dalam pendidikan IPS itu sendiri, di antaranya ada pihak yang mengkritisi strategi atau pendekatan yang diterapkan guru dalam proses pembelajaran. Ada yang mengkritisi dari sudut materi yang diajarkan yang sering kali missmacth

dengan realitas yang ada dalam kehidupan sehari-hari. Keadaan yang demikian setidaknya munculnya asumsi dalam diri siswa bahwa IPS merupakan bidang studi yang menjemukan, kurang menantang minat belajar, bahkan dipandang sebagai ilmu pengetahuan kelas dua. Hal ini sesuai dengan apa yang diutarakan oleh Syafruddin Nurdin mengutip pendapat Nu’man Sumantri bahwa “Pelajaran IPS yang diberikan di sekolah-sekolah sangat menjemukan dan membosankan. Hal ini disebabkan penyajiannya bersifat monoton dan ekspositoris, sehingga siswa kurang antusias yang dapat mengakibatkan pelajaran kurang menarik”.5

Permasalahan pembelajaran tersebut berdampak pada minat dan motivasi siswa untuk belajar menjadi berkurang, dan pembelajaran menjadi tidak bermakna bagi siswa, sehingga mengakibatkan kurang aktifnya siswa dalam pembelajaran berlangsung. Hal tersebut terjadi karena model pembelajaran yang diimplementasikan di sekolah-sekolah saat ini pada umumnya masih bersifat konvensional. Disebabkan karena sejauh ini pendidikan kita masih didominasi oleh pandangan bahwa pengetahuan sebagai perangkat fakta-fakta yang harus dihafal. Kelas masih berfokus pada guru sebagai sumber utama pengetahuan, kemudian ceramah menjadi pilihan utama strategi belajar.

Dalam pembelajaran IPS diperlukan juga efektivitas, efektivitas belajar IPS adalah hasil akhir yang diterima setelah mengalami proses belajar mengajar IPS yang tidak hanya diarahkan pada penguasaan materi saja, tetapi juga menyentuh ranah kognitif, afektif, dan juga psikomotorik dalam

5

Syafruddin Nurdin, Model Pembelajaran yang Memperhatikan Keragaman Individu Siswa dalam Bebasis Kompetensi,( Jakarta: Ciputat Press, 2005), Cet.I h.7


(13)

mewujudkan nilai-nilai positif. Efektivitas proses belajar mengajar menekankan pada suatu usaha yang akan melahirkan aktifitas belajar yang efektif. Belajar yang efektif merupakan suatu aktifitas belajar yang optimal pada diri siswa. Menciptakan kondisi belajar yang efektif bagi siswa sangat bergantung kepada cara mengelola kegiatan belajar mengajar yang memungkinkan siswa dapat belajar sebaik mungkin berdasarkan kemampuannya.

Permasalahan di atas menimbulkan pertanyaan, yakni bagaimana menemukan cara terbaik untuk menyampaikan berbagai konsep yang diajarkan di dalam mata pelajaran IPS, sehingga semua siswa dapat menggunakan dan mengingatnya lebih lama konsep tersebut. Bagaimana mata pelajaran dipahami sebagai bagian yang saling berhubungan dan membentuk satu pemahaman yang utuh.

Sebagai pengajar atau pendidik, guru merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan setiap upaya pendidikan. Itulah sebabnya setiap adanya inovasi pendidikan, khususnya dalam kurikulum dan peningkatan sumber daya manusia yang dihasilkan dari upaya pendidikan selalu bermuara pada faktor guru.

Dalam proses belajar mengajar, terdapat sebuah ungkapan populer bahwa metode lebih penting dari materi. Demikian urgennya metode dalam proses pendidikan dan pengajaran, sehingga sebuah proses belajar mengajar (PBM) bisa dikatakan tidak berhasil bila dalam proses tersebut tidak menggunakan metode yang tepat. Karena metode menempati posisi kedua terpenting setelah tujuan dari sederetan komponen-komponen pembelajaran, yakni: tujuan, metode, materi, media, dan evaluasi.

Oleh karena itu pemakaian metode harus sesuai dan selaras dengan karakteristik siswa, materi, dan kondisi lingkungan di mana pengajaran berlangsung. Basyirudin Usman menyatakan bahwa “Bila ditinjau lebih teliti sebenarnya keunggulan suatu metode terletak pada beberapa faktor yang berpengaruh, antara lain: tujuan, karakteristik siswa, situasi dan kondisi,


(14)

kemampuan dan kepribadian guru, serta sarana dan prasarana yang digunakan.”6

Seorang pendidik dituntut agar cermat dalam memilih dan menetapkan metode apa yang tepat digunakan untuk menyampaikan materi pelajaran pada peserta didik, karena dalam proses belajar mengajar (PBM) dikenal ada beberapa macam metode.

Pembelajaran terpusat pada guru sampai saat ini masih menemukan beberapa kelemahan. Kelemahan tersebut dapat dilihat pada saat berlangsung proses pembelajaran di kelas, interaksi aktif antara siswa dengan guru atau siswa dengan siswa jarang terjadi. Siswa kurang terampil menjawab pertanyaan atau bertanya tentang konsep yang diajarkan. Siswa kurang bisa bekerja kelompok diskusi dan pemecahan masalah yang diberikan. Mereka cenderung belajar sendiri-sendiri. Pengetahuan yang didapat bukan dibangun sendiri secara bertahap oleh siswa atas dasar pemahaman sendiri. Karena siswa jarang menemukan jawaban atas permasalahan atau konsep yang dipelajari. Setelah dilakukan evaluasi terhadap hasil belajar siswa ternyata dengan pendekatan pembelajaran seperti itu hasil belajar siswa dirasa belum maksimal.

Belajar mengajar merupakan proses kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dari pembelajaran. Dan proses tersebut dapat dilandaskan pada suatu sistem yang baik dengan memilih metode yang sesuai agar dapat menentukan keberhasilan siswa. Keberhasilan proses belajar mengajar dipengaruhi banyak faktor, diantaranya pemilihan metode mengajar, minat siswa terhadap materi yang diajarkan dan peranan guru dalam mengatasi kesulitan belajar siswa.

Pada saat ini antusias siswa untuk belajar mata pelajaran IPS masih rendah, selain itu kurangnya keterampilan guru dalam mengembangkan pendekatan dan metode atau model pembelajaran, sehingga fokus pembelajaran hanya terpusat pada guru (teacher centered) dan kurang ada partisipasi siswa yang berarti. Untuk mengatasi masalah di atas diperlukan

tindakan kelas. Suharsimi Arikunto mengatakan bahwa “Tindakan kelas yaitu merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah

6

Basyirudin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, (Jakarta: PT Intermasa, 2002), Cet.1,h.32


(15)

tindakan. Tindakan tersebut diberikan oleh guru atau dengan arahan dari guru yang dilakukan oleh siswa”.7

E. Mulyasa mengatakan bahwa:

“Penelitian Tindakan Kelas (PTK) memiliki potensi yang sangat besar untuk meningkatkan pembelajaran apabila di implementasikan dengan baik dan benar. Melalui penelitian guru dapat berkreasi dan mengembangkan kemampuan secara mandiri dalam meningkatkan kualitas pembelajaran, sehingga terjadi peningkatan kualitas pembelajaran yang bersinambungan, baik kualitas hasil maupun prosesnya secara bersamaan”.8

Untuk memperbaiki hal tersebut perlu disusun suatu pendekatan dalam pembelajaran yang lebih komprehensip dan dapat mengaitkan materi teori dengan kenyataan yang ada di lingkungan sekitarnya. Atas dasar itulah peneliti mencoba mengembangkan pendekatan kooperatif dalam pembelajaran dengan model Make a Match melalui penelitian tindakan kelas.

Pembelajaran kooperatif memiliki berbagai macam model, salah satu model pembelajaran kooperatif yang ingin penulis sampaikan adalah Make a Match . Model ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk lebih aktif berkomunikasi dengan guru atau siswa lainnya di dalam kelas, sehingga terjadilah suatu pembelajaran yang hidup di dalam kelas. Pada model ini setiap siswa dituntut untuk memberikan saran, pendapat, ide, bahkan, untuk menjawab soal yang diberikan guru, dengan cara mangangkat atau mengajukan kartu yang diberikan guru pada setiap siswa.

Berdasarkan analisis di atas penulis berinisiatif untuk melakukan eksperimen dengan menggunakan pembelajaran kooperatif model Make a Match dan diharapkan dengan model tersebut dapat meningkatkan hasil belajar siswa mata pelajaran IPS. Dan dari latar belakang di atas penulis ingin melakukan penelitian yang berjudul EFEKTIVITAS

PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL MAKE A MATCH

DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS” (Penelitian Tindakan Kelas di SMP Islam Al Syukro Ciputat)

7

Suharsimi Arikunto,Penelitian Tindakan Kelas,(Jakarta: Bumi Aksara, 2006), h.3

8

E. Mulyasa, Praktik Penelitian Tindakan Kelas , (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), h.8


(16)

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka dapat diidentifikasikan masalah-masalah sebagai berikut:

1. Siswa menganggap pelajaran IPS menjemukan dan membosankan 2. Guru belum menjalankan dan mempraktekan model pembelajaran

yang sesuai dengan materi.

3. Hasil belajar siswa dalam mata pelajaran IPS yang kurang memuaskan.

4. Belum diketahuinya efektifitas belajar siswa dengan menggunakan pembelajaran kooperatif modelMake a Match.

5. Belum diketahuinya persepsi siswa tentang penggunaan pembelajaran kooperatif modelMake a Matchdalam pembelajaran IPS.

C. Pembatasan Masalah

Agar penelitian ini dapat lebih terarah, jelas dan tidak meluas, maka penulis membatasi masalah ini difokuskan pada:

1. Efektivitas pembelajaran kooperatif model Make a Match dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS.

2. Persepsi siswa tentang penggunaan pembelajaran kooperatif model

Make a Matchdalam pembelajaran IPS.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana efektifitas pembelajaran kooperetif model Make a Matchdalam meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS?

2. Bagaiamana persepsi siswa tentang penggunaan pembelajaran kooperatif model Make a Match dalam pembelajaran IPS?


(17)

E. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui efektifitas pembelajaran kooperetif model

Make a Match dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS.

2. Untuk mengetahui persepsi siswa tentang penggunaan pembelajaran kooperatif model Make a Match dalam pembelajaran IPS.

F. Manfaat Penelitian

Dalam penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat-manfaat bagi:

1. Guru, dapat menggunakan pembelajaran kooperatif modelMake a Match dalam meningkatkan hasil belajar siswa.

2. Siswa, dapat mempermudah dalam memahami pelajaran IPS, dan dapat meningkatkan hasil belajar.

3. Peneliti, memberikan wawasan pengetahuan peneliti tentang efektifitas pembelajaran kooperatif model Make a Match dalam meningkatkan hasil belajar siswa mata pelajaran IPS.

4. Sekolah, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dan wawasan untuk memperbaiki dan meningkatkan kondisi serta kualitas pembelajaran IPS.


(18)

BAB II

KERANGKA TEORITIK DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL INTERVENSI TINDAKAN

A. Efektivitas

1. Pengertian Efektivitas

Efektivitas dapat dijadikan barometer untuk mengukur keberhasilan pendidikan. Efektivitas dapat dinyatakan sebagai tingkat keberhasilan dalam mencapai tujuan atau sasarannya. Menurut Kamus Lengkap Bahasa

Indonesia “Efektivitas berarti ada efeknya (akibatnya, pengaruhnya, kesannya) manjur atau mujarab, dapat membawa hasil. Sedangkan menurut etimologi efektif adalah bentuk kata benda (noun) dari kata sifat (adjective).”9

Efektivitas sesungguhnya merupakan suatu konsep yang lebih luas mencakup faktor di dalam maupun di luar diri seseorang. Dengan demikian efektivitas merupakan suatu konsep yang sangat penting, karena mampu memberikan gambaran mengenai keberhasilan seseorang dalam mencapai sasaran. Dalam dunia pendidikan, efektivitas dapat ditinjau dari 2 segi, yaitu: dari segi efektivitas mengajar guru dan segi efektivitas belajar murid.

9

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1982)


(19)

Madyo mengatakan bahwa “Efektivitas mengajar guru terutama menyangkut kegiatan belajar mengajar yang direncanakan dapat dilaksanakan dengan baik. Efektivitas belajar murid terutama menyangkut tujuan-tujuan pelajaran yang diinginkan telah dicapai melalui kegiatan mengajar dan belajar yang ditempuh.”10

Untuk tercapainya pembelajaran yang efektif, perlu dipertimbangkan hal-hal berikut:

a. Penguasaan bahan pelajaran.

b. Pengalaman pribadi dan pengetahuan yang telah dimiliki siswa.

c. Variasi metode.

d. Seorang guru harus selalu menambah ilmunya agar dapat meningkatkan kemampuannya mengajar.

e. Guru harus selalu memberikan pengetahuan yang aktual, sehingga akan menimbulkan rangsangan yang efektif bagi belajar siswa.

f. Guru harus berani memberikan pujian, karena pujian yang diberikan dengan tepat dapat memotivasi belajar siswa dengan positif.

g. Guru harus mampu menimbulkan semangat belajar secara individual.

Menurut Slameto bahwa untuk meningkatkan cara belajar yang efektif perlu diperhatikan beberapa hal, yaitu sebagai berikut:

a. Kondisi internal yaitu kondisi (situasi) yang ada di dalam diri siswa itu sendiri, contohnya kesehatan, keamanan, ketenteraman, dan sebagainya. Siswa dapat belajar dengan baik apabila kebutuhan-kebutuhan internalnya dapat dipenuhi. b. Kondisi eksternal adalah kondisi yang ada di luar diri pribadi

siswa. Untuk dapat belajar yang efektif diperlukan lingkungan yang baik dan teratur.

c. Strategi belajar. Belajar yang efisien dapat tercapai apabila dapat menggunakan strategi belajar yang tepat. Strategi belajar

10

Madyo, et. al,Dasar-dasar Pendidikan, (Semarang: Efftah Offset, 1990), cet ke-1, h. 63


(20)

diperlukan untuk dapat mencapai hasil belajar semaksimal mungkin.11

Mengajar adalah membimbing siswa agar mengalami proses belajar. Dalam belajar, siswa menghendaki hasil belajar yang efektif bagi dirinya. Untuk tuntutan itu guru harus bisa menempatkan dirinya sebagai fasilitator untuk siswa, maka ketika guru mengajar, guru juga harus mengajar dengan efektif.

Mengajar yang efektif ialah mengajar yang dapat membawa belajar siswa yang efektif pula. Belajar yang dimaksud adalah suatu aktivitas mencari, menemukan dan melihat pokok masalah.

Untuk melaksanakan mengajar yang efektif diperlukan syarat-syarat sebagai berikut:

a. Belajar secara aktif, baik mental maupun fisik.

b. Guru harus menggunakan banyak metode pada waktu mengajar.

c. Guru harus memberikan motivasi pada siswa. d. Kurikulum yang baik dan seimbang.

e. Guru perlu mempertimbangkan perbedaan individual.

f. Guru harus mampu menciptakan suasana yang demokratis di sekolah.

g. Pada penyajian bahan pelajaran pada siswa, guru perlu memberikan masalah-masalah yang merangsang siswa untuk berpikir.

h. Semua pelajaran yang diberikan pada siswa perlu diintegrasikan.

i. Pelajaran di sekolah perlu dihubungkan dengan kehidupan yang nyata di masyarakat.

j. Dalam interaksi belajar mengajar, guru harus banyak memberi kebebasan pada siswa untuk dapat menyelidiki sendiri, mengamati sendiri, belajar sendiri, dan mencari pemecahan masalah sendiri.12

Fakta yang terjadi di kelas menuntut guru untuk tidak lagi mengajar dengan sistem lama (konvensional). Karena kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka guru harus dapat memanfaatkan kemajuan iptek tersebut untuk meningkatkan cara mengajar agar lebih efektif.

11

Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), Cet. ke-4, h. 74-76

12


(21)

Sedangkan efektivitas belajar murid, terutama menyangkut sejauh mana tujuan-tujuan pembelajaran yang diinginkan yang telah dicapai melalui kegiatan belajar mengajar yang dilaksanakan.

Berdasarkan dari pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa efektivitas itu berkaitan dengan terlaksanannya semua tugas serta terca-painya tujuan. Dan secara umum bahwa efektivitas berarti ketercapaian suatu tujuan yang telah direncanakan sebelumnya.

2. Macam-macam Persfektif Efektifitas

Menurut F.X Suwarto bahwa terdapat beberapa perspektif tentang keefektifan. Di antaranya adalah:

a. Keefektifan individu yaitu menekankan pelaksanaan tugas-tugas dan tanggung jawab individu pekerja atau anggota organisasi dari suatu oarganisasi.

b. Keefektifan kelompok yaitu jumlah sumbangan dari keseluruhan anggota kelompok.

c. Keefektifan organisasi yaitu fungsi dari keefektifan individu dan kelompok, bahwa organisasi dapat memperoleh tingkat prestasi lebih tinggi bila dibandingkan dengan jumlah prestasi masing-masing bagian yang ada dalam organisasi.13

Dapat disimpulkan bahwa keefektifan individu yaitu tanggung jawab individu, dan kelompok yaitu sumbangan dari keseluruhan anggota kelompok, sedangkan keefektifan organisasi yaitu fungsi dari keefektifan individu dan kelompok.

B. Pembelajaran Kooperatif

1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif

Anita lie mengatakan bahwa “Pembelajaran kooperatif dengan

istilah pembelajaran gotong-royang. Yaitu sistem pembelajaran yang memberi kesempatan kepada peserta didik untuk bekerjasama dengan siswa lain dalam tugas-tugas yang terstruktur.”14

13

www..clr. ui. Id., 20 November 2008

14


(22)

Pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran yang saat ini digunakan untuk mewujudkan kegiatan belajar mengajar yang berpusat pada siswa, terutama untuk mengatasi permasalahan yang ditemukan guru dalam mengaktifkan siswa, yang tidak dapat bekerjasama dengan orang lain, siswa yang agresif yang tidak peduli pada orang lain.

Arief Achmad menyatakan bahwa:

“Metode pembelajaran cooperative learning beranjak dari dasar pemikiran (getting better together) yang menekankan pada pemberian kesempatan belajar yang lebih luas dan suasana yang kondusif kepada siswa untuk memperoleh, dan mengembangkan pengetahuan, sikap nilai, serta keterampilan-keterampilan sosial

yang bermanfaat bagi kehidupan di masyarakat.”15

Menurut Isjono bahwa:

“Di dalam kelas kooperatif siswa belajar bersama dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 4-6 orang siswa yang sederajat tetapi heterogen, kemampuan, jenis kelamin, suku atau ras, dan satu sama lain saling membantu. Menurut isjono bahwa Tujuan dibentuknya kelompok tersebut adalah Untuk memberikan kesempatan kepada semua siswa untuk dapat terlibat secara aktif dalam proses berfikir dan kegiatan belajar”.16

Dengan demikian pembelajaran kooperatif membuat siswa bukan hanya belajar dan menerima apa yang disajikan oleh guru dalam proses pembelajaran, melainkan siswa juga dituntut untuk belajar dalam kelompoknya dengan cara belajar dari siswa lainnya, dan sekaligus mempunyai kesempatan untuk membelajarkan siswa yang lain.

2. Macam-macam Pembelajaran Kooperatif

Terdapat beberapa variasi dari model yang dikembangkan dalam pembelajaran koopertaif, yaitu:

a. Numbered Heads Together (NHT) adalah suatu metode belajar dimana setiap siswa diberi nomor kemudian dibuat suatu

15

Arief Ahmad, Implementasi Model Cooperative Dalam Pembelajaran IPS ,(google;http//www.dunia guru.com/indek)

16

Trianto, Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Kontruktivistik, (Konsep, Landasan Teoritis-Praktis Dan Implementasi, Jakarta: Perpustakan Nasional,Desember 2007),h.41


(23)

kelompok kemudian secara acak guru memanggil nomor dari siswa.

b. Jigsaw, dalam model ini guru membagi satuan informasi yang besar menjadi komponen-komponen lebih kecil. Selanjutnya guru membagi siswa ke dalam kelompok belajar kooperatif yang terdiri dari empat orang siswa sehingga setiap anggota bertanggungjawab terhadap penguasaan setiap komponen/ subtopik yang ditugaskan guru dengan sebaik-baiknya.

c. ModelTeams Games Tournament(TGT) adalah salah satu tipe atau model pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur permainan dan reinforcement

d. Model pembelajaran Make a Match artinya model pembelajaran mencari pasangan. Setiap siswa mendapat sebuah kartu (bisa soal atau jawaban), lalu secepatnya mencari pasangan yang sesuai dengan kartu yang ia pegang. Dalam pembelajaran kooperatif model Make a Match siswa belajar bersama dalam kelompok-kelompok kecil dan saling membantu satu sama lain. .17

3. Ciri-ciri Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif sangat menekankan adanya kerja sama siswa dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi ketika proses pembelajaran berlangsung. Ibrahim dan Warsono mengungkapkan bahwa ada beberapa unsur dasar dalam pembelajaran kooperatif, yaitu:

a. Siswa dalam kelompoknya haruslah beranggapan bahwa mereka sehidup sepenanggungan bersama.

b. Siswa bertanggung jawab atas segala sesuatu di dalam kelompoknya, seperti milik mereka sendiri.

c. Siswa harus melihat bahwa semua anggota di dalam memiliki tujuan yang sama.

d. Siswa harusnya membagi tugas dan tanggung jawab yang sama diantara anggota kelompoknya.

e. Siswa akan dikenakan evaluasi atau diberikan hadiah atau penghargaan yang juga akan dikenakan untuk semua anggota kelompoknya.

f. Siswa berbagi kepemimpinan dan mereka membutuhkan ketermpilan untuk belajar bersama selama proses pembelajaran berlangsung.

17


(24)

g. Siswa mempertanggung jawabkan secara individual materi yang ditanganinya dalam kelompok kooperatif.18

Ciri-ciri pembelajaran kooperatif di atas akan membuat siswa bertanggung jawab terhadap kelompoknya dan terhadap dirinya, karena setiap siswa dituntut untuk memberikan yang terbaik untuk kelompoknya sehingga siswa termotivasi untuk belajar demi kemajuan kelompoknya dan dirinya yang pada akhirnya dapat mendapatkan hasil belajar yang memuaskan.

4. Tujuan Pembelajaran Kooperatif

Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran yang disampaikan Ibrahim dan Anwar Holil sebagai berikut:

a. Meskipun pembelajaran kooperatif meliputi berbagai macam tujuan sosial, tetapi juga bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik.

b. Penerimaan yang luas terhadap orang yang berbeda menurut ras, budaya, kelas sosial, kemampuan, maupun ketidakmampuan. Pembelajaran kooperatif memberikan peluang kepada siswa yang berbeda latar belakang dan kondisi untuk bekerja, saling bergantung satu sama lain atas tugas-tugas bersama.

c. Tujuan penting ketiga adalah mengajarkan kepada siswa keterampilan kerja sama dan kolaborasi. Keterampilan ini penting karena banyak anak muda dan orang dewasa masih kurang dalam keterampilan sosial.

5. Peran Guru dalam Pembelajaran Kooperatif

Peranan guru dalam pembelajaran kooperatif adalah sebagai fasilitator, motivator dan manajer belajar. Pemberian bantuan secara

scaffolding sangat diperlukan. Scaffolding adalah pemberian sejumlah

18

Warsono, Penerapan Prinsip CTL dalam Pembelajaran, (Jurnal pendidikan dan kebudayaan Vidya karya, th.XXII,no.2, Oktober 2003),h.138


(25)

bantuan kepada anak pada tahap-tahap awal pembelajaran, kemudian menguranginya dan memberi kesempatan kepada anak untuk mengambil alih tanggung jawab saat mereka mampu. Bantuan tersebut berupa petunjuk peringatan, dorongan, menguraikan masalah pada langkah-langkah pemecahan, memberi contoh, ataupun hal-hal yang memungkinkan siswa tumbuh mandiri.

6. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif

Terdapat enam langkah utama atau tahapan di dalam pelajaran yang menggunakan pembelajaran kooperatif mengikuti langkah-langkah sebagai berikut :

Tabel 2.1

Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif

Fase Tingkah Laku Guru

Fase-1

Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa

Guru menyampaikan semua tujuan yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan motivasi siswa belajar.

Fase-2

Menyajikan informasi

Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan.

Fase-3

Mengorganisasikan Siswa ke dalam kelompok kooperatif

Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana cara membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien.

Fase-4 Membimbing

kelompok bekerja dan belajar

Guru membimbing kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka.

Fase-5 Evaluasi

Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau meminta setiap kelompok untuk mempresentasikan hasil kerja mereka.

Fase-6 Memberikan penghargaan

Guru mencari cara-cara untuk Menghargai baik. upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok.19

19

Trianto, Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Kontruktivistik, (konsep, landasan teoritis-praktis dan implementasi, Jakarta: Perpustakan Nasional,Desember 2007), h.48-49


(26)

7. Prinsip-prinsip Asas Pembelajaran Kooperatif

Menurut Ramlah mengatakan bahwa, setiap melaksanakan pembelajaran secara kooperatif, seseorang guru itu perlu mengetahui prinsip-prinsip asas yang terdapat dalam pembelajaran tersebut. Terdapat 7 prinsip asas dalam pembelajaran kooperatif yaitu :

a. Saling kebergantungan positif

Setiap anggota bekerjasama kearah mencapai matlamat yang sama melalui tujuan yang serupa, pembagian kerja atau tugasan yang sama rata.

b. Ketergantungan individu

Setiap pelajar merasa nasib mereka adalah serupa dan saling bergantung antara satu sama lain untuk mencapai sesuatu.

c. Interaksi serentak

Yang dimaksudkan dengan interaksi serentak ialah apabila pelajar-pelajar bekerja atau terlibat secara serentak dalam kumpulan kooperatif mereka. Interaksi serentak juga mempertingkatkan penglibatan aktif setiap murid dan mempertingkatkan potensi belajar setiap pelajar.

d. Penglibatan seksama

Setiap siswa dalam kelompok mesti melibatkan diri secara seksama dengan menjadi siswa yang aktif dalam proses pembejaran.

e. Interaksi bersemuka

Koperatif yang berkesan memerlukan pelajar-pelajarnya bekerja secara bersemuka dengan cara yang positif.

f. Kemahiran sosial

Siswa memerlukan kemahiran sosial untuk melancarkan proses pembelajaran dan membentuk pelajar menjadi ahli masyarakat yang interpersonal

g. Pemprosesan kumpulan

Di akhir pembelajran koperatif, pelajar akan membuat refleksi tentang sejauh mana keberhasilan pengajaran dan pembelajaran dalam tugasan akademik dan sosial.20

Dapat simpulkan bahwa prinsip-prinsip asas pembelajaran

koop-eratif yaitu Saling kebergantungan positif, ketergantungan individu,

in-teraksi serentak, penglibatan seksama, inin-teraksi serantak, kemahiran sosial,

dan pemprosesan kumpulan. Di akhir pembelajran koperatif, pelajar akan

20

Isjoni,Pembelajaran Visioner (Perpaduan Indonesia-Malaysia), (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, Mei 2007), hal. 37-38


(27)

membuat refleksi tentang sejauh mana keberhasilan pengajaran dan

pembelajaran.

8. Pembelajaran Kooperatif Model Make a Match

a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif Model Make a Match

Tarmizi mengatakan banhwa “Model pembelajaraMake a Match

artinya model pembelajaran mencari pasangan. Setiap siswa mendapat sebuah kartu (bisa soal atau jawaban), lalu secepatnya mencari

pasangan yang sesuai dengan kartu yang ia pegang”.21

Pembelajaran kooperatif modelMake a Match merupakan salah satu model pembelajaran yang kooperatif. Dalam pembelajaran kooperatif siswa belajar bersama dalam kelompok-kelompok kecil dan saling membantu satu sama lain.

Pembelajaran kooperatif model Make a Match atau mencari pasangan dikembangkan oleh Lorna Curran. Salah satu keunggulan model ini adalah siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan.

b. Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif Model Make a Match Langkah-langkah pembelajaran kooperatif model Make a Match

adalah sabagai berikut:

1. Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang cocok untuk sesi review, satu bagian kartu soal dan bagian lainnya kartu jawaban.

2. Setiap siswa mendapatkan sebuah kartu yang bertuliskan soal atau jawaban.

3. Tiap siswa memikirkan jawaban atau soal dari kartu yang dipegang.

4. Setiap siswa mencari pasangan kartu yang cocok dengan kartunya. Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin.

5. Jika siswa tidak dapat mencocokkan kartunya dengan kartu temannya (tidak dapat menemukan kartu soal atau kartu

21


(28)

jawaban) akan mendapatkan hukuman, yang telah disepakati bersama.

6. Setelah satu babak, kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya, demikian seterusnya.

7. Siswa juga bisa bergabung dengan 2 atau 3 siswa lainnya yang memegang kartu yang cocok.

8. Guru bersama-sama dengan siswa membuat kesimpulan terhadap materi pelajaran.22

Guna meningkatkan partisipasi dan keaktifan siswa dalam kelas, guru menerapkan pembelajaran kooperatif model Make a Match. Penerapan model ini dimulai dari teknik yaitu siswa disuruh mencari pasangan jawaban atau soal sebelum batas waktunya, siswa yang dapat mencocokan kartu diberi poin.

c. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Kooperatif Model Make a Match

Dari pembelajaran kooperatif model Make a Match memberikan kelebihan di antaranya:

1. Mampu menciptakan suasana belajar aktif dan menyenangkan. 2. Materi pembelajaran yang disampaikan lebih menarik

perhatian siswa.

3. Mampu meningkatkan hasil belajar siswa.

Tidak ada model pembelajaran yang sempurna. Tiap-tiap model pembelajaran pasti ada kelemahan dan kekurangannya, begitu pula pembelajaran kooperatif model Make a Match. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam model ini :

1. Diperlukan bimbingan dari guru untuk melakukan kegiatan 2. Waktu yang tersedia perlu dibatasi jangan sampai siswa terlalu

banyak bermain-main dalam proses pembelajaran. 3. Guru perlu persiapan bahan dan alat yang memadai.

22


(29)

C. Hakekat Belajar 1. Definisi Belajar

Belajar merupakan istilah yang tidak asing lagi dalam kehidupan manusia sehari-hari. Menurut pengertian secara psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.

Menurut Slameto bahwa:

“Belajar atau yang disebut juga denganlearning adalah perubahan yang secara relatif berlangsung lama pada prilaku yang diperoleh dari pengalaman-pengalaman. Belajar merupakan salah satu bentuk perilaku yang amat penting bagi kelangsungan hidup manusia. Belajar membantu manusia menyesuaikan diri dengan lingkun-gan”.23

Pengertian belajar dapat didefinisikan sebagai berikut: “Belajar

ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil

pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya ”.24

Belajar adalah proses perubahan dari belum mampu menjadi sudah mampu, terjadi dalam jangka waktu tertentu. Perubahan yang terjadi harus secara relatif bersifat menetap dan tidak hanya terjadi pada prilaku yang saat ini nampak, tetapi perilaku yang mungkin terjadi di masa mendatang. Oleh karena itu, perubahan-perubahan terjadi karena pengalaman.

Skinner berpandangan bahwa “Learning is a pocess of progressive behavior adaptation”. Dari definisi tersebut dapat dikemukakan bahwa

“belajar itu merupakan suatu proses adaptasi prilaku yang bersifat

progresif. Dari adanya belajar bersifat progresif, adanya ke arah yang lebih

baik dari keadaan sebelumnya”.25

23

Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2003), Cet. ke-4,h.2

24

Zikri Neni Iska,sikologi (Jakarta: Kzi Brother’s, 2006), h. 76

25


(30)

Ngalim Purwanto mengatakan bahwa “Belajar merupakan suatu

perubahan dalam tingkah laku, di mana perubahan itu dapat mengarah kepada tingkah laku yang lebih baik, tetapi ada kemungkinan mengarah

kepada tingkah laku yang lebih buruk”.26

Henry E. Garrett mengatakan bahwa“laerning is the process which, as a result of training and experience, leads to new or chenged responses”. Bahwa “Belajar merupakan proses yang berlangsung dalam jangka waktu lama melalui latihan maupun pengalaman yang membawa kepada perubahan diri dan perubahan cara mereaksi terhadap suatu perangsang

tertentu”.27

Sejalan dengan perumusan diatas, ada pula tafsiran lain tentang belajar yang menyatakan, belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan. Dibanding dengan pengertian pertama maka jelas tujuan belajar itu prinsipnya sama, yakni perubahan tingkah laku, hanya berbeda cara atau usaha pencapaianya. Pengertian ini menitikberatkan pada interaksi antara individu dengan lingkungan. Di dalam interaksi inilah terjadi serangkaian pengalaman-pengalaman belajar.

2. Teori-teori Belajar

Teori ialah pendapat yang dikemukakan oleh seorang ahli. Pendapat ahli yang bersifat teoritis itu berisi konsep dan prinsip. Setiap teori belajar dirumuskan berdasarkan kajian tentang perilaku individu dalam proses belajar. Kajian tersebut pada intinya menyangkut dua hal:

a. Konsep yang menganggap bahwa otak manusia terdiri atas sejumlah kemampuan potensial (daya-daya).

b. Konsep yang menganggap bahwa manusia merupakan suatu sistem energi yakni suatu sistem tenaga yang dinamis yang berupaya memelihara keseimbangan dalam merespon sistem energi lain sehingga ia dapat berinteraksi melalui organ rasa.28

26

Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2000), h.85

27

Aminuddin Rasyad,Teori belajar dan Pembelajaran,(Jakarta:Uhamka press,2003),h.29

28

Yudhi Munadi ,Media Pembelajaran,(Ciputat: Gaung Persada (GP) Press, 2008), Cet. ke-1, hal. 21


(31)

Dengan demikian, teori-teori belajar yang dimaksud diartikan dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip tentang belajar. Berikut merupakan macam-macam teori belajar:

a. Teori Gestalt

Teori ini dikemukakan oleh Koffka dan Kohler dari Jerman.

“Teori ini sering disebut Organism Psychology atau Field Psychology atauInsight Full Learning.Teori ini berpendirian bahwa keseluruhan itu lebih penting dari bagian-bagian/unsur-unsurnya”.29Menurut pandangan teori ini, manusia adalah organisme yang aktif berusaha mencapai tujuan, bahwa individu itu bertindak atas berbagai pengaruh baik dari dalam maupun dari luar diri individu.

Oleh karena itu, menurut teori Gestalt belajar itu bukan hanya sekedar proses asosiasi antara stimulus dengan respon yang diperkuat dengan koneksi-koneksi atauconditioningdengan melalui latihan-latihan atau ulangan-ulangan, akan tetapi menurut teori ini belajar itu terjadi jika ada pemahaman(insight).

Dengan demikian cara belajar menurut teori Gestalt harus dilakukan dengan sadar dan bertujuan serta dengan potensi dan motivasi yang dimiliki orang yang belajar berupaya memperoleh

insight (pemahaman) tentang masalah yang dipelajari.

Teori Gestalt ini digunakan selain untuk memperoleh penguasaan pengetahuan yang bersifat pemahaman, analisis sintesis dan evaluasi, juga teori ini akhirnya diharapkan dapat mencapai tujuan pembentukan kemampuanproblem solving, agar siswa kelak mampu memecahkan setiap masalah yang dihadapi dengan baik.

b. Teori Belajar Menurut J. Bruner Bruner mengatakan bahwa:

29


(32)

“Belajar tidak untuk mengubah tingkah laku seseorang, tetapi untuk mengubah kurikulum sekolah menjadi sedemikian rupa sehingga siswa dapat belajar lebih banyak dan mudah. Dalam proses belajar, Bruner mementingkan partisipasi aktif dari tiap siswa, dan mengenal dengan baik adanya perbedaan

kemampuan”.30

Untuk meningkatkan proses belajar perlu lingkungan yang

dinamakan “discovery learning environment”, ialah lingkungan di mana siswa dapat melakukan eksplorasi, penemuan-penemuan baru yang belum dikenal atau pengertian yang mirip dengan yang sudah diketahui.

c. Teori Belajar Menurut Piaget

Pendapat Piaget mengenai perkembangan proses belajar pada anak-anak adalah sebagai berikut:

1) Anak mempunyai struktur mental yang berbeda dengan orang dewasa.

2) Perkembangan mental pada anak melalui tahap-tahap tertentu, menurut suatu urutan yang sama bagi semua anak. 3) Walaupun berlangsungnya tahap-tahap perkembangan itu

melalui suatu urutan tertentu, tetapi jangka waktu untuk berlatih dari satu tahap ke tahap yang lain tidaklah selalu sama pada setiap anak

4) Perkembangan mental anak dipengaruhi oleh empat faktor, yaitu:

a) Kemasakan b) Pengalaman c) Interaksi sosial

d) Equilibration (proses dari ketiga faktor di atas bersama sama untuk membangun dan memperbaiki struktur mental).31

d. Teori Belajar R. Gagne

Gagne memberikan dua definisi, yaitu:

30

Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2003), Cet. ke-4,h.11

31


(33)

1) Belajar ialah suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam pengetahuan, keterampilan, kebiasaan, dan tingkah laku.

2) Belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang diperoleh dari instruksi.

Gagne mengatakan pula bahwa segala sesuatu yang dipelajari oleh manusia dapat dibagi menjadi 5 kategori, yang disebut “The domains of learning”.

1) Keterampilan motoris (motor skill).

2) Informasi verbal.

3) Kemampuan intelektual. 4) Strategi kognitif.

5) Sikap.32

Hampir semua ahli telah mencoba merumuskan dan membuat tafsirannya tentang belajar. Dalam uraian ini guna melengkapi dan memperluas pandangan kita tentang belajar. Maka, Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman (learning is defined as the modification or sterngthening of behavior through experiencing). Menurut pengertian ini, belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari itu. Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan melainkan pertian sangat berbeda dengan pengertian lama tentang belajar, yang menyatakan bahwa belajar adalah memperoleh pengetahuan, bahwa belajar adalah latihan-latihan pembentukan kebiasaan secara otomatis dan seterusnya.

3. Jenis-jenis Belajar

Dalam proses belajar dikenal adanya bermacam-macam kegiatan yang memiliki corak yang berbeda antara satu dengan yang lainnya, baik dalam aspek materi dan metodenya maupun dalam aspek tujuan dan perubahan tingkah laku yang diharapkan. Jenis belajar ini muncul dalam

32

Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2003), Cet. ke-4,h.13-15


(34)

dunia pendidikan sejalan dengan kebutuhan kehidupan manusia yang juga bermacam-macam:

a) Belajar Abstrak, ialah belajar yang menggunakan cara-cara berfikir abstrak tujuannya adalah untuk memperoleh pemahaman dan pemecahan masalah-masalah yang tidak nyata.

b) Belajar keterampilan, adalah belajar dengan menggunakan gerakan-gerakan motorik yakni yang berhubungan dengan urat-urat syaraf dan otot-otot. Tujuanya adalah memperoleh dan menguasai keterampilan jasmaniah tertentu.

c) Belajar sosial, ialah belajar memahami masalah-masalah dan teknik-teknik untuk memecahkan masalah tersebut. Tujuannya adalah untuk menguasai pemahaman dan kecakapan dalam memecahkan masalah-masalah sosial seperti masalah keluarga, persahabatan, dan yang bersifat kemasyarakatan.

d) Belajar pemecahan masalah, adalah belajar menggunakan metode-metode ilmiah atau berpikir secara sistematis, logis, teratur, dan teliti. Tujuannya ialah untuk memperoleh kemampuan dan kecakapan kognitif untuk memecahkan masalah secara rasional dan tuntas.

e) Belajar rasional, adalah belajar dengan menggunakan kemampuan berpikir secara logis dan rasional (sesuai dengan akal sehat). Tujuannya adalah untuk memperoleh anekaragam kecakapan menggunakan prinsip-prinsip dan konsep-konsep. f) Belajar kebiasaan, ialah proses pembentukan

kebiasaan-kebiasaan baru atau perbaikan kebiasaan-kebiasaan-kebiasaan-kebiasaan yang telah ada. Tujuannya agar siswa memperoleh sikap-sikap dan kebiasaan-kebiasaan perbuatan baru yang lebih tepat dan positif dalam arti selaras dengan kebutuhan ruang dan waktu.33

4. Ciri-ciri Belajar

William Burton menyimpulkan bahwa, uraiannya tentang prinsip-pinsip belajar sebagai berikut :

a) Proses belajar ialah pengalaman, berbuat, mereaksi, dan melampau (under going).

b) Pengalaman belajar secara maksimum bermakna bagi kehidupan murid.

c) Pengalaman belajar bersumber dari kebutuhan dan tujuan murid sendiri yang mendorong motivasi yang kontinu.

33

Muhibbin Syah,Psikologi Pendidikan dengan pendekatan Baru,(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1995), h. 122


(35)

d) Proses belajar berlangsung secara efektif apabila pengalaman-pengalaman dan hasil-hasil yang diinginkan disesuaikan dengan kematangan murid.

e) Proses belajar yang terbaik apabila murid mengetahui status dan kemajuan.

f) Proses belajar berlangsung secara efektif di bawah bimbingan yang merangsang dan membimbing tanpa tekanan dan paksaan.34

5. Belajar Sebagai Suatu Proses

Dari bermacam-macam definisi yang telah dipaparkan di atas dapat dikemukakan bahwa pada umumnya para ahli melihat belajar itu sebagai suatu proses. Prosesnya sendiri tidak menampak, yang tampak adalah hasil dari proses. Karena belajar merupakan suatu proses, maka dalam belajar adanya masukan, yaitu yang akan diproses dan adanya hasil dari proses tersebut. Apabila hal ini digambarkan, maka akan didapati skema sebagai berikut:

Masukan (input ) proses hasil (output)

Dari bagan tersebut menurut Bimo Walgito bahwa “Belajar merupakan sesuatu yang terjadi dalam diri individu yang disebabkan karena latihan atau pengalaman, dan hal ini menimbulkan perubahan dalam perilaku”.35 Banyak faktor yang mempengaruhi belajar. Semua ini berinteraksi proses belajar, yang pada akhirnya akan mempengaruhi hasil balajar.

D. Hakekat Hasil Belajar 1. Definisi Hasil Belajar

Hasil belajar dapat dijelaskan dengan memahami dua kata yang membentuknya, yaitu hasil dan belajar. Pengertian hasil adalah suatu istilah yang digunakan untuk menunjuk sesuatu yang dicapai seseorang setelah melakukan suatu usaha. Muhibbin Syah mengatakan bahwa “Belajar merupakan tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif

34

Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar,(Jakarta: PT Bumi Aksara,2003),h. 31

35


(36)

menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif”.36 Bila dikaitkan dengan belajar berarti hasil menunjukkan sesuatu yang dicapai oleh seseorang yang belajar dalam selang waktu tertentu.

Soedijarto menyatakan bahwa, hasil belajar adalah “Tingkat

penguasaan yang dicapai oleh pelajar dalam mengikuti program belajar

mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan yang ditetapkan.”37

Adapun Briggs menyatakan bahwa hasil belajar merupakan

“Seluruh kecakapan dan segala hal yang diperoleh melalui proses belajar mengajar di sekolah yang dinyatakan dengan angka dan diukur dengan

menggunakan tes hasil belajar.”38

Nana sudjana mengemukakan bahwa hasil belajar ialah

“Kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia terima

pengalaman belajar.”39 Dengan demikian hasil belajar mempunyai pengaruh besar dalam perkembangan mental setiap siswa.

Menurut Dimyati bahwa ”Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar”.40 Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya penggal dan puncak proses belajar.

Dari beberapa pendapat di atas, maka dapat diberikan kesimpulkan penulis bahwa hasil belajar ialah perubahan sikap atau perilaku siswa akibat menjalani proses belajar dan perubahan perilaku siswa tersebut disebabkan karena dia mencapai penguasaan atas sejumlah bahan yang diberikan dalam proses belajar mengajar. Dimana perubahan itu terjadi pada perubahan intelektual, perubahan pribadi siswa maupun perubahan dalam pengetahuan terutama penguasaan materi.

36

Muhibbin Syah,Psikologi Belajar, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1993), Cet. II, h. 4

37

Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Hasil Belajar Mengajar,(Bandung: PT Remaja Rosdakarya,2009), h. 2

38

Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Hasil Belajar Mengajar,...,h. 2

39

Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Hasil Belajar Mengajar,...,h. 4

40

Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran,(Jakarta: PT Rineka Cipta,2009), h.3


(37)

2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Pada dasarnya hasil belajar siswa yang baik dalam kegiatan pembelajaran di sekolah bukan hanya disebabkan oleh kecerdasan siswa itu saja, akan tetapi masih terdapat hal lain yang juga menjadi faktor penentu yang tidak dapat dipisahkan dalam mencapai keberhasilan siswa. Secara garis besar, faktor tersebut dibedakan menjadi 2 (dua) bagian, yaitu:

a. Faktor internal atau faktor yang terdapat di dalam diri peserta didik, dan dapat diklasifikasikan menjadi dua, yakni faktor fisiologis dan psikologis. Adapun yang termasuk faktor fisiologis antara lain kondisi kesehatan, kebugaran fisik dan kondisi panca inderanya terutama penglihatan dan pendengaran. Sedangkan yang dikategorikan sebagai faktor psikologis seperti minat, bakat, intelegensi dan kebiasaan belajar.

b. Faktor eksternal atau faktor yang terdapat di luar peserta didik, dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu faktor lingkungan dan instrumental. Faktor lingkungan siswa ini dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu faktor lingkungan alam dan faktor lingkungan sosial. Yang termasuk faktor lingkungan alam seperti keadaan suhu dan kelembaban udara. Sedangkan yang termasuk faktor lingkungan sosial baik berwujud manusia atau representasinya termasuk budayanya akan mempengaruhi proses dan hasil belajar. Faktor instrumental ini terdiri dari media pembelajaran, kurikulum pembelajaran serta model pembelajaran yang digunakan.41

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa di sekolah sangat dipengaruhi oleh kemampuan siswa itu sendiri (internal) dan kualitas pembelajaran (eksternal). Dan secara keseluruhan sangat berkaitan erat dan saling mendukung satu sama lain.

E. Pendidikan IPS

1. Hakekat dan Pengertian IPS

Istilah IPS di Indonesia mulai dikenal sejak tahun 1970-an sebagai hasil kesepakatan komunitas akademik dan secara formal mulai digunakan dalam sistem pendidikan nasional dalam kurikulum 1957. Dalam dokumen kurikulum tersebut IPS merupakan salah satu nama mata pelajaran yang

41


(38)

diberikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah. Sapriya

mengatakan bahwa “Mata pelajaran IPS merupakan sebuah nama mata

pelajaran integrasi dari mata pelajaran Sejarah, Geografi, dan Ekonomi serta mata pelajaran ilmu sosial lainnya”.42

Dalam kajian IPS, terdapat beberapa istilah yang kadang-kadang di artikan secara tumpang tindih antara satu dengan yang lainnya. Istilah-istilah tersebut adalah Studi Sosial (Social Studies), ilmu-ilmu sosial (social science) dan ilmu pengetahuan sosial (IPS). Meskipun pada masing-masing istilah sama-sama terdapat kata-kata sosial, tetapi dalam pengertian dan maknanya ada perbedaan.43

Studi Sosial (Social Studies) merupakan studi yang mengkaji dan menelaah gejala-gejala serta masalah-masalah sosial yang berhubungan dengan perkembangan dan struktur kehidupan manusia. Studi sosial juga lebih menekankan pada pendidikan kewarganegaraan yang bertujuan untuk pengembangkan pengetahuan, ketahuilah, nilai-nilai serta partisipasi sosial. IPS adalah bidang studi yang mempelajari dan menelaah serta menganalisis gejala dan masalah sosial di masyarakat ditinjau dari berbagai aspek kehidupan secara terpadu, sedangkan pengertian ilmu sosial adalah semua bidang ilmu yang berkenaan dengan manusia dalam konteks sosialnya atau semua bidang ilmu yang mempelajari manusia sebagai anggota masyarakat.

IPS adalah pelajaran yang merupakan suatu fusi atau paduan dari sejumlah mata pelajaran social merupakan suatu pelajaran yang menggunakan bagian-bagian tertentu dari ilmu-ilmu sosial.

Azis Wahab mengatakan bahwa “IPS adalah sejumlah konsep mata

pelajaran sosial dan ilmu lainnya yang dipadukan berdasarkan prinsip-prinsip pendidikan yang bertujuan membahas masalah sosial atau

42

Sapriya,Pendidikan IPS Konsep dan Pembelajaran, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), h. 7

43

Syafrudin Nurdin, Model Pembelajaran yang memperhatikan Keragaman Individu Siswa dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi, h.20


(39)

bermasyarakat dan kemasyarakatan untuk mencapai tujuan-tujuan khusus pendidikan melalui program pengajaran IPS pada tingkat persekolahan.”44

Kita telah sepakat, bahwa ruang lingkup IPS itu tidak lain adalah kehidupan sosial manusia masyarakat. Oleh karena itu, masyarakat inilah yang menjadi sumber utama IPS. Aspek kehidupan sosial apapun yang kita pelajari apakah itu hubungan sosial, ekonomi, budaya kejiwaan, sejarah, geografi, ataukah itu politik, bersumber dari masyarakat. Sebagai contoh, secara langsung kita mengamati, mempelajari, bahkan mengalami aspek kehidupan sosial yang kita sebut ekonomi, tidak terlepas dari masyarakat. Atau dengan kata lain, aspek ekonomi ini bersumber di masyarakat pemenuhan kebutuhan pokok, hubungan kegiatan ekonomi seperti perdagangan, proses produksi, semua terjadi di masyarakat. Dengan demikian, masyarakat ini menjadi sumber materi IPS.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pengetahuan sosial merupakan mata pelajaran bagi siswa sekolah dasar dan menegah dan mengenai kehidupan manusia dalam masyarakat. Dapat penulis pahami bahwa ilmu pengetahuan sosial dirumuskan atas dasar realitas dan fenomena sosial yang mewujudkan satu pendekatan interdisipliner dari aspek dan cabang-cabang ilmu-ilmu sosial. Yang termasuk di dalamnya memiliki keterpaduan satu sama lain dan mendukung sehingga diharapkan memberikan pengetahuan yang komperhensif.

b. Kompetensi Pendidikan IPS

Kecakapan proses yang dikembangkan berdasarkan rasional bahwa Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan bidang studi yang multi disiplin, terdiri dari beberapa mata pelajaran ilmu pengetahuan sosial dan humaniora, yang mempelajari interaksi manusia dengan alam dan lingkungan masyarakat.

44

Ilmu Pengetahuan Sosial, Materi Pelatihan Terintegrasi, (Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama, 2005), h. 3


(40)

c. Karakteristik Pendidikan IPS

Proses pembelajaran ekonomi diupayakan agar dilakukan secara terpadu. Selain itu, perlu dipilih materi pelajaran yang sesuai, baik ditinjau dari tingkat kemampuan berfikir siswa maupun dari sudut lingkungan fisik dan psikis peserta didik.

Dengan memperhatikan persoalan di atas, IPS memiliki karakteristik seperti:

a) Kerangka kerja IPS lebih menekankan pada bidang praktis tentang peristiwa, gejala dan masalah sosial daripada bidang teori keilmuan

b) Dalam menelaah objek studinya, IPS menekankan pada keterpaduan aspek-aspek kehidupan sosial daripada aspek-aspek yang terpisah satu sama lain

c) Kerangka kerja IPS berlandaskan ilmu-ilmu sosial sebagai induknya dan menjadikan ilmu-ilmu sosial tersebut sebagai sumber materinya

d) Pada pengajaran IPS, masyarakat menjadi sumber materi, objek studi, laboratorium, dan sekaligus juga menjadi ruang lingkup penelaahannya.45

d. Fungsi dan Tujuan Pendidikan IPS

Syafrudin Nurdin mengatakan bahwa “Ilmu pengetahuan sosial bertujuan untuk mengembangkan kemampuan berfikir, sikap, dan nilai

sebagai peserta didik sebagai individu maupun sebagai sosial budaya“.46

Sapriya mengatakan bahwa:

“Tujuan utama IPS ialah untuk mengembangkan potensi peserta

didik agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat, memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi, dan terampil mengatasi setiap masalah yang terjadi sehari-hari baik yang menimpa dirinya sendiri maupun yang menimpa masyarakat. Tujuan tersebut dapat dicapai manakala program-program pelajaran IPS di sekolah diorganisasikan secara baik”.47

45

Ilmu Pengetahuan Sosial, Materi Pelatihan Terintegrasi, (Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama, 2005), H. 10

46

Syafrudin Nurdin,Yang Memperhatikan Keragaman Individu Siswa dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi, h.24

47

Sapriya,Pendidikan IPS Konsep dan Pembelajaran, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), h. 42


(41)

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa IPS bertujuan untuk mengembangkan kemampuan berfikir, sikap dan nilai peserta didik sebagai individu, agar nantinya mampu hidup di tengah-tengah masyarakat dengan baik.

F. Bahasan Hasil Penelitian yang Relevan

Untuk mendukung penelitian ini, berikut ini disajikan hasil penelitian yang relevan dengan penelitian yang sudah dilakukan. Penelitian ini dirujuk pada skripsi:

1. Heru Subrata, pada makalah jurusan bahasa yang berjudul

“Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Bercerita Berpasangan

Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Di Kelas VII”. Hasil

penelitian tersebut dengan adanya model pembelajaran kooperatif tipe bercerita berpasangan siswa dapat lebih aktif. Di samping itu, pembelajaran ini juga memberikan kesempatan kepada siswa untuk diskusi, bertanya, maupun mengeluarkan pendapat serta berinteraksi dengan siswa yang menjadikan siswa aktif dalam kelas. Serta dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

2. Turyanto, jurusan pendidikan IPA di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta program S1. Penelitian tersebut berjudul “Efektifitas Penggunaan Media Permainan Kartu dalam Meningkatkan Hasil Belajar Kimia Siswa Pada Konsep Tata Nama Senyawa Kimia

Sederhana”. Hasil penelitian tersebut dapat meningkatkan hasil

belajar, siswa juga termotivasi dan aktif dalam proses pembelajaran menggunakan media permainan kartu pada konsep tata nama senyawa kimia.

Dari hasil bahasan yang relevan di atas bahwa pembelajaran kooperatif tipe bercerita berpasangan dengan pembelajaran kooperatif model


(42)

sama halnya dengan media permainan kartu, yakni model pembelajaran kooperatif Make a Match yang digunakan media kartu yang berupa soal atau jawaban. Dari kedua hasil relevan tersebut terdapat persamaan dengan model pembelajaran kooperatif modelMake a Match. Hasil penelitian tersebut dapat meningkatkan hasil belajar siswa dan siswa juga termotivasi serta aktif dalam proses pembelajaran.

G. Pengajuan Konseptual Perencanaan Tindakan

Agar penelitian ini terlaksana dengan baik, maka sangat diperluakan konsep perencanaan tindakan yang harus dipersiapkan sebelum melakukan penelitian. Dengan adanya konsep konsep perencanaan tindakan yang telah dibuat sebelum melaksanakan penelitian, diharapkan yang akan dilaksanakan berjalan sesuai dengan rencana. Pada penelitian ini konsep perencanaan tindakan yang diajukan adalah sebagai berikut:

Tabel 2.2

Tahap-tahap Kegiatan

No TAHAPAN KEGIATAN

1. Analisis Kebutuhan a. Observasi sebelum kegiatan pembelajaran berlangsung.

b. Wawancara dengan guru IPS seputar pelajaran IPS. c. Wawancara dengan beberapa siswa mengenai

pembelajaran IPS.

2. Temuan awal a. Kesulitan siswa dalam mempelajari dan memahami pelajaran IPS.

b. Proses pembelajaran yang diterapkan oleh guru. 3. Diagnosa a. Pembalajaran kooperatif model Make a Match

dapat mengatasi kesulitan guru dalam kesulitan siswa memahami pelajaran IPS.

b. Dengan pembelajaran kooperatif model Make a Match dapat meningkat hasil belajar siswa

4. Monitoring dan evaluasi keberhasilan proses pembelajaran

a. Pada saat melaksanakan aktifitas mengajar peneliti dilakukan bersamaan dengan aktifitas pembelajaran di kelas dalam arti peneliti melakukan observasi. b. Memberikan tes kemampuan akhir (postest) 5. Refleksi proses

pembelajaran

a. Mengolah dan menganalisis data yang diperoleh pada setiap siklus.

b. Menarik kesimpulan dari hasil penelitian. Penulisan Laporan Penelitian


(43)

H. Hipotesis Tindakan

Pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran model Make a Match diharapkan akan meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS.


(44)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tujuan Penelitian

Berdasarkan masalah yang telah dirumuskan, maka kegiatan penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat keefektifan pembelajaran kooperatif model Make a Matchdalam meningkatkan hasil belajar siswa mata pelajaran IPS dan persepsi siswa tentang penggunaan pembelajaran kooperatif model

Make a Matchdalam pembelajaran IPS.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Islam Al Syukro yang berlokasi di Ciputat yang beralamat di Jl. Otista Raya Gg. H. Ma’ung No.30 Ciputat, Tangerang Selatan. Adapun penelitian ini dilakukan pada semester ganjil (I) mulai pada bulan April 2010 - Nopember 2010.

Tabel 3.1

Jadwal Kegiatan Penelitian

Kegiatan Penelitian April Mei Sept Okt Nop Des

Penyusunan Proposal Penelitian

Penyusunan Instrumen Penelitian

Penyusunan Data Penelitian

Pengolahan Data dan Analisis Data


(45)

Dalam pelaksanaannya, penelitian ini akan dilakukan beberapa tahap sebagai berikut:

a. Menjalankan pembelajaran kooperatif model Make a Match di kelas VII SMP Islam Al-Syukro Ciputat.

b. Pengambilan data yaitu nilai hasil belajar dari penyebaran pre test

danpost test.

C. Metode Penelitian dan Rancangan Siklus Penelitian

Metode penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian tindakan kelas adalah suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas dan secara bersama. Metode penelitian kelas ini dilakukan pada pembelajaran IPS dengan menggunakan pembelajaran kooperatif model

Make a Match untuk meningkatkan hasil belajar siswa.

Secara etimologis, ada istilah yang berhubungan dengan penelitian tindakan kelas (PTK), yakni:

1. Penelitian, menunjukan pada suatu kegiatan mencermati suatu objek dengan menggunakan cara dan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat dalam meningkatkan mutu suatu hal yang menarik dan penting bagi peneliti.

2. Tindakan, menunjukan pada suatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu. Dalam penelitian berbentuk rangkaian siklus kegiatan untuk siswa.

3. Kelas, dalam hal ini tidak terikat pada pengertian ruang kelas, tetapi dalam pengertian yang lebih spesifik. Seperti yang sudah lama dikenal dalam bidang pendidikan dan pengajaran, yang dimaksud dengan istilah kelas adalah sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama, menerima pelajaran yang sama dari guru yang sama pula.48

Rancangan Siklus Penelitian: 1. Perencanaan

Perencanaan dalam setiap siklus disusun perencanaan pembelajaran untuk perbaikan pembelajaran. Dalam perencanaan bukan hanya berisi tentang tujuan atau kompetensi yang harus dicapai akan tetapi juga harus lebih ditonjolkan oleh guru dalam proses pembelajaran, ini berarti perencanaan

48


(46)

yang disusun harus dijadikan pedoman seutuhnya dalam proses pembelajaran.

2. Tindakan

Pelaksanaan tindakan adalah perlakuan yang dilaksanakan guru berdasarkan perencanaan yang telah disusun. Sebelum memulai proses belajar mengajar, peneliti sekaligus guru melakukan tes kemampuan awal (pre test) siswa mengenai pokok bahasan yang akan dipelajari.

3. Observasi (Pengamatan)

Observasi, dilakukan untuk mengumpulkan informasi tentang proses pembelajaran yang dilakukan guru sesuai dengan tindakan yang telah disusun. Melalui pengumpulkan informasi, observer dapat mencatat berbagai kelemahan dan kelebihan guru dalam melaksanakan tindakan, sehingga hasilnya dapat dijadikan masukan ketika guru melakukan refleksi untuk penyusunan rencana ulang memasuki siklus berikutnya.

4. Refleksi

Refleksi adalah aktivitas melihat berbagai kekurangan yang dilaksanakan guru selama tindakan. Dari hasil refleksi, guru dapat mencatat berbagai kekurangan yang perlu diperbaiki, sehingga dapat dijadikan dasar dalam penyusunan rencana ulang.49

Empat kegiatan utama yang ada pada setiap siklus dapat digambarkan sebagai berikut :

Siklus I

siklus II

Desain tindakan kelas.50

49

Wina Sanjaya,Penelitian Tindakan Kelas,(Jakarta: Kencana,2009 ),h.78

50

Suharsimi Arikunto,Penelitian Tindakan Kelas,(Jakarta: PT Bumi Aksara,2009),h.74

permasalahan Perencanaan tindakan I Pelaksanaan tindakan I pelaksanaan tindakan II

Refleksi II Refleksi I

Perencanaan tindakan II

Observasi (Penagamatan) I

Observasi (Pengamatan) II

Dilanjutkan ke siklus berikutnya. Apabila permasalahan belum terselesaikan Permaslahan baru hasil refleksi


(47)

D. Subjek atau Partisipasi yang Terlibat dalam Penelitian

Pihak yang terkait dalam penelitian ini adalah siswa-siswa kelas VII SMP Islam Al Syukro Ciputat. Adapun jumlah siswa yang menjadi subjek penelitian sebanyak 20 orang, yang terdiri dari 8 siswa perempuan dan 12 siswa laki-laki.

E. Peran Peneliti dalam Penelitian

Proses penelitian ini posisi peneliti sekaligus sebagai guru. Peneliti dibantu oleh guru bidang studi sebagai observer, yang menyaksikan segala aktifitas yang dilakukan oleh siswa selama proses pembelajaran berlangsung dengan menggunakan pembelajaran kooperatif model Make a Match.

F. Tahapan Intervensi Tindakan

Prosedur tindakan yang dilakukan pada penelitian ini sebagai berikut :

1. Peneliti membuat acuan program pembelajaran dengan pembelajaram kooperatif model Make a Match pada pokok bahasan manusia sebagai makhluk sosial dan makhluk ekonomi.

2. Sebelum proses pembelajaran dilaksanakan, guru memberikan tes kemampuan awal (pre test) kepada siswa.

3. Guru memberikan penjelasan mengenai tujuan pembelajaran materi yang diberikan pada siswa.

4. Guru menjelaskan materi yang akan dibahas sesuai kompetensi dasar yang ingin dicapai.

5. Guru menjelaskan materi pelajaran

6. Guru memberikan kesempatan untuk tanya jawab.

7. Guru mengadakan permainan yang sesuai dengan materi pembelajarannya, sebelum memulai permainannya guru memberi arahan atau aturan permainannya.

8. Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang cocok untuk sesi review, satu bagian kartu soal dan bagian lainnya kartu jawaban.


(48)

9. Setiap siswa mendapatkan sebuah kartu yang bertuliskan soal atau jawaban.

10. Tiap siswa memikirkan jawaban atau soal dari kartu yang dipegang. 11. Setiap siswa mencari pasangan kartu yang cocok dengan kartunya.

12. Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin.

13. Jika siswa tidak dapat mencocokkan kartunya dengan kartu temannya (tidak dapat menemukan kartu soal atau kartu jawaban) akan mendapatkan hukuman, yang telah disepakati bersama.

14. Guru bersama-sama dengan siswa membuat kesimpulan terhadap materi pelajaran.

15. Tes kemampuan akhir setelah pembelajaran (post test)

G. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan Hasil yang diharapkan peneliti adalah : 1. Tercipta kelompok belajar yang aktif 2. Situasi belajar yang menyenangkan 3. Hasil belajar siswa meningkat

H. Data dan Sumber Data

Adapun data yang digali adalah berkaitan dengan:

a. Proses pembelajaran berlangsung pada siswa kelas VII SMP Islam Al Syukro Ciputat.

b. Hasil pembelajaran kooperatif model Make a Match yang diperoleh dari hasil tes yang diberikan sebelum pembelajaran (pre test) dan setelah pembelajaran (post test).

c. Persepsi siswa tentang penggunaan pembelajaran kooperatif modelMake a Match dalam pembelajaran IPS diperoleh dari observasi dan wawancara.

Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan teknik kualitatif dan kuantitatif. Teknik kualitatif digunakan untuk mendeskripsikan pelaksanaan pembelajaran setiap siklus berupa


(1)

Guru : Kekurangannya hanya diwaktu saja kita harus bisa mengatur waktu agr tidak habis waktunya pada permainan pembelajaran kooperatif model Make A Macth. Kelebihannya bagus karena dapat merangsang siswa dan siswa aktif dalam pembelajaran yang sedang berlansung

Peneliti : Bagaimana solusi untuk mengatasi kekurangan yang ada pada tindakan ini?

Guru : Solusinya sedikit saja harus bisa mengatur waktu sebisa mungkin agar agar tujuan pembelajaran bisa tercapai.


(2)

KUTIPAN HASIL WAWANCARA SISWA

Hasil wawancara dengan siswa sebelum tindakan: Peneliti : Apa yang kamu rasakan saat belajar IPS? Siswa 1 : Menyenangkan

Siswa 2 : Senang Siswa 3 : Biasa aja

Peneliti : Apa yang menyebabkan kamu senang atau tidak senang dalam belajar IPS?

Siswa 1 : Gurunya asik

Siswa 2 : Gurunya asik dan gaul Siswa 3 : Tergantung gurunya

Siswa 4 : Senang karena bisa mengerti

Peneliti : Apakah saat belajar IPS kamu dapat berkonsentrasi dengan baik? Siswa 1 : ya, konsentrasi

Siswa 2 : Lumayan konsentrasi Siswa 3 : Lumayan

Peneliti : Bagaimana perasaan kamu bila mendapat nilai buruk pada pelajaran IPS?

Siswa 1 : Sedih Siswa 2 : Sedih Siswa 3 : Gelisah

Peneliti : Bagaimana sikap kamu saat mengerjakan soal IPS yang kamu anggap sulit?

Siswa 1 : Tidak, karena sudah dijelaskan terlebih dahulu Siswa 2 : Berusaha sampai bisa


(3)

Peneliti : Pembelajaran seperti apa yang kamu inginkan dalam belajar IPS? Siswa 1 : Kelasnya tenang

Siswa 2 : Yang happy aja

Siswa 3 : Ada bercanda dan ada serius

Peneliti : Pembelajaran seperti apa yang lebih kamu sukai, ceramah, diskusi kelompok atau yang lain? Mengapa?

Siswa 1 : Diskusi kelompok karena lebih asik

Siswa 2 : dijelaskan untuk dicatat, agar belajarnya lebih gampang tidak harus melihat buku cetak.

Siswa 3 : Belajar sambil bermain, karena pelajaran yang kita pelajari tidak dipaksa masuk otak


(4)

KUTIPAN HASIL WAWANCARA SISWA

Wawancara kepada beberapa siswa yang dilaksanakan pada akhir pembelajaran Nama Sekolah : SMP Islam Al syukro

Tujuan Wawancara : Mengetahui persepsi siswa tentang penggunaan pembelajaran kooperatif model “Make A Match”dalam pembelajaran IPS

Wawancara siswa setelah tindakan:

Peneliti : Apakah kamu menyukai pembelajaran IPS dengan menggunakan modelMake A Macth ini?

Siswa 1 : ya, dengan begitu kita bisa lebih teliti Siswa 2 : ya, dengan begitu kita teliti dan lebih akrab Siswa 3 : ya, menyukainya

Peneliti : Apa yang kamu rasakan belajar IPS dengan menggunkan model Make A Macth?

Siswa 1 : Menyenangkan Siswa 2 : Senang dan seru Siswa 3 : Menyenangkan

Peneliti : Metode manakah yang lebih kamu sukai, pembelajaran seperti biasa seperti ceramah dan diskusi kelompok atau pembelajaran kooperatif modelMake A Macth? mengapa?

Siswa 1 : Semuanya suka

Siswa 2 : semuanya tapi lebih suka model make a match jadi belajar lebih gampang


(5)

Peneliti : Perbedaan apa yang kamu rasakan setelah belajar IPS dengan menggunakan modelMake A Macth ini?

Siswa 1 : Terasa lebih seru dan ceria Siswa 2 : Lebih beda dari yang lain Siswa 3 : Lebih senang dan seru

Peneliti : Adakah kemajuan yang kamu rasakan setelah belajar dengan menggunakan model Make A Macth ini?

Siswa 1 : Ada, caranya lebih seru Siswa 2 : Ya ada

Siswa 3 : Ada, lebih teliti

Peneliti : Apakah model Make A Macth ini memotivasi kamu untuk lebih mempelajari IPS?

Siswa 1 : Ya, lebih menyenangkan Siswa 2 : insya Allah iya

Siswa 3 : Ya, sangat memotivasi

Peneliti : Apakah kekurangan dan kelebihan dari pembelajaran modelMake A Macth ini?

Siswa 1 : Kadang-kadang bosen dan Kadang-kadang seru

Siswa 2 : kekurangnya sebel kalau belum menemukan pasangan, kelebihannya lebih seru

Siswa 3 : Kadang-kadang menyenangkan dan kadang bosen

Peneliti : Apa kamu memiliki saran terhadap pembelajaran IPS menggunakan modelMake A Macth agar menjadi lebih baik? Apa saran kamu? Siswa 1 : Menggunakan modelmake a matchlebih ditingkatkan lagi

Siswa 2 : Saran saya, kertas jangan warna biru terus dan dihias agar lebih aktif Siswa 3 : Jangan terlalu jauh dipisah dari pasanganya.


(6)

SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH Saya yang bertanda tangan di bawah ini,

Nama : Febriayani Rofiqoh

Tempat/Tanggal Lahir : Bogor, 18 Februari 1988

NIM : 106015000700

Jurusan/Prodi : Pendidikan IPS

Judul Skripsi :“Efektifitas Pembelajaran Kooperatif ModelMake a Matchdalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS

Dosen Pembimbing : Dr. Muhammad Arif, M.Pd

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya buat benar-benar hasil karya sendiri dan saya bertanggung jawab secara akademis atas apa yang saya tulis. Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat menempuh Ujian Munaqasah.

Jakarta, 05 November 2010 Mahasiswa Ybs,

Febriyani Rofiqoh NIM: 106015000700


Dokumen yang terkait

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Materi Adaptasi Makhluk Hidup

0 11 215

Pengaruh model pembelajaran kooperatif metode make A match terhadap pemahaman konsep matematika siswa

4 18 201

Penerapan Metode Pembelajaran make a Match Card dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Mata pelajaran Fiqh di MTs. Nasyatulkhair Depok

0 6 150

Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match terhadap Prestasi Belajar Sosiologi dalam Pokok Bahasan Pengendalian Sosial

0 26 151

Pengaruh kombinasi model pembelajaran kooperatif tipe Teams-Games-Tournament (TGT) dengan make a match terhadap hasil belajar biologi siswa

2 8 199

Penerapan model pembelajaran kooperatif metode Make a match untuk meningkatkan perhatian siswa pada pembelajaran Matematika di SMP YMJ Ciputat (Penelitian Tindakan Kelas di Sekolah YMJ Ciputat)

0 7 231

Pendekatan pembelajaran cooperative learning type make a match di kelas V MI Nurul Jihad Kota Tangerang : penelitian tindakan kelas di MI Nurul Jihad Tangerang

0 5 125

Peningkatan Hasil Belajar IPS Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match Siswa Kelas IV SDN Pisangan 03

0 10 174

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS DI KELAS V SD NEGERI 101769 TEMBUNG T.A 2011/2012.

0 1 20

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIII SMP ISLAM DARUL HIKMAH MAKASSAR

0 0 113