Pengaruh Trait Kepribadian Terhadap Self-Compassion pada Ibu Bekerja di Bandung.

(1)

Abstrak

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh trait kepribadian terhadap self-compassion pada ibu bekerja di Bandung. Sampel penelitian ini terdiri dari 105 ibu bekerja di Bandung yang dipilih menggunakan metode snowball sampling.

Alat ukur trait kepribadian yang digunakan adalah kuesioner terjemahan dari alat ukur Big Five Personality Inventory (BFI; Robert R. Mc.Crae & Paul T.Costa, Jr.) yang dikembangkan oleh John dan Srivastava (1999). Alat ukur self-compassion yang digunakan adalah kuesioner modifikasi dari alat ukur Self-Compassion Scale (SCS; Dr. Kristin D. Neff, 2003) berbahasa Indonesia yang diterjemahkan oleh Missiliana R., M.Si., Psikolog, Drs. Paulus H. Prasetya, M.Si., Psikolog, dan Eveline Sarintohe, M.Si.

Pengolahan data dilakukan dengan uji analisis regresi linear berganda dengan program SPSS 23. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini menunjukkan bahwa kelima trait kepribadian berpengaruh secara signifikan terhadap self-compassion secara menyeluruh (sig. = 0.00). Trait neuroticism (sig. = 0.00), extraversion (sig. = 0.015), openness to experience (sig. = 0.038), agreeableness (sig. = 0.00), dan conscientiousness (sig. = 0.003) juga berpengaruh signifikan terhadap self-compassion secara parsial. Pada penelitian ini dilakukan juga uji chi-square antara data sosiodemografis dengan self-compassion. Hasil uji chi-square menunjukkan adanya hubungan signifikan antara pendidikan terakhir dengan self-compassion.

Peneliti memberikan saran agar peneliti selanjutnya melakukan penelitian mengenai pengaruh trait kepribadian terhadap self-compassion pada ibu bekerja di Bandung dengan tingkat pendidikan terakhir yang homogen. Peneliti juga menyarankan ibu bekerja lebih mengenali trait kepribadiannya serta mengenal pentingnya self-compassion ketika menghadapi situasi sulit dan kegagalan.


(2)

Abstract

The purpose of this study is to investigate the influence of personality traits toward self-compassion on working mother in Bandung. The study sample are 105 working mothers in Bandung selected using snowball sampling method.

The personality traits measuring instrument is a translation questionnaire from Big Five Personality Inventory (BFI; Robert R. Mc.Crae & Paul T.Costa, Jr.) developed by John dan Srivastava (1999). The self-compassion measuring instrument is a modification questionnaire from Indonesian version of Self-Compassion Scale (SCS; Dr. Kristin D. Neff, 2003) translated by Missiliana R., M.Sc., Psikolog, Drs. Paulus H. Prasetya, M.Sc., Psikolog, and Eveline Sarintohe, M.Sc.

Data were processed using multiple regression analysis with SPSS 23 program. The result of this study indicated that the five personality traits simultaneously have a significant influence towards self-compassion (sig. = 0.00). Partially, trait neuroticism (sig. = 0.00), extraversion (sig. = 0.015), openness to experience (sig. = 0.038), agreeableness (sig. = 0.00), and conscientiousness (sig. = 0.003) also have a significant influence towards self-compassion. This study also measure chi-square test between sosiodemographic data with compassion. The result show that education level have a significant correlation with self-compassion.

Researcher suggest for further research to investigate the influence of personality traits towards self-compassion on working mother in Bandung with homogeneous education level. Researcher also suggest working mother to know more about their personality traits and know the importance of self-compassion when facing a difficult situation, or failure.

Key Words : self-compassion, personality trait, working mother


(3)

DAFTAR ISI

JUDUL

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING

LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI

LEMBAR PERNYATAAN PUBLIKASI LAPORAN PENELITIAN

KATA PENGANTAR ... v

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR BAGAN ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Identifikasi Masalah ... 8

1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian ... 8

1.3.1. Maksud Penelitian ... 8

1.3.2. Tujuan Penelitian ... 9

1.4. Kegunaan Penelitian ... 9

1.4.1 Kegunaan Teoretis ... 9

1.4.2 Kegunaan Praktis ... ... 9


(4)

x

1.6. Asumsi ... 18

1.7. Hipotesis Penelitian ... 18

1.7.1. Hipotesis Mayor ... 18

1.7.2. Hipotesis Minor ... ... 19

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Self-compassion ... 20

2.1.1. Definisi Self-compassion ... 20

2.1.2. Komponen Self-compassion ... 21

2.1.2.1. Self-kindness vs Self-judgment ... 22

2.1.2.2. Common Humanity vs Isolation ... 23

2.1.2.3. Mindfulness vs Over-identification ... 25

2.1.2.4. Kaitan antar Komponen ... 26

2.1.3. Faktor yang Memengaruhi Self-compassion ... 27

2.1.3.1. Jenis Kelamin ... 27

2.1.3.2. Trait Kepribadian ... 28

2.1.3.3. Role of Parents ... 29

2.1.3.4. Role of Culture ... 30

2.1.4. Manfaat Self-compassion ... 31

2.1.4.1. Emotional Resillience ... 31

2.1.4.2. Motivasi dan Pengembangan Diri ... 31

2.1.4.3. Empati ... 33

2.1.4.4. Parenting ... 33

2.1.4.5. Hubungan Interpersonal ... 34


(5)

xi

2.2.1. Definisi Trait Kepribadian ... 35

2.2.2. The Big Five Personality Theory ... 36

2.2.3. Trait The Big Five Personality Theory ... 36

2.2.3.1. Neuroticism ... 36

2.2.3.2. Extraversion ... 37

2.2.3.3. Openness to Experience ... 37

2.2.3.4. Agreeableness ... 38

2.2.3.5. Conscientiousness ... 39

2.3.Tahap Perkembangan Dewasa Awal ... 40

2.4.Ibu Bekerja ... 41

2.4.1. Relasi dan Peran dalam Keluarga ... 44

2.4.1.1. Relasi dan Peran sebagai Pasangan Suami Istri ... 44

2.4.1.2. Relasi dan Peran sebagai Orangtua ... 45

2.4.1.3. Role Overload ... 46

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Rancangan dan Prosedur Penelitian ... 47

3.2. Bagan Rancangan Penelitian ... 47

3.3. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 48

3.3.1. Variabel Penelitian ... 48

3.3.2. Definisi Operasional ... 48

3.3.2.1. Definisi Operasional Self-Compassion ... 48

3.3.2.2. Definisi Operasional Trait Kepribadian ... 49

3.4. Alat Ukur ... 49


(6)

xii

3.4.2. Kuesioner Trait Kepribadian ... 51

3.4.3. Data Sosiodemografis ... 53

3.4.4. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur ... 53

3.4.4.1. Validitas Self-Compassion Scale dan Big Five Inventory Scale ... 53

3.4.4.2. Reliabilitas Self-Compassion Scale dan Big Five Inventory Scale ... 53

3.5. Populasi dan Teknik Penarikan Sampel ... 54

3.5.1. Populasi Sasaran ... 54

3.5.2. Karakteristik Sampel ... 54

3.5.3. Teknik Penarikan Sampel ... 54

3.6. Teknik Analisis Data ... 55

3.6.1. Uji Asumsi Klasik ... 56

3.7. Hipotesis Statistik ... 57

3.7.1. Hipotesis Mayor ... 57

3.7.2. Hipotesis Minor ... 57

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1.Gambaran Sampel Penelitian ... 59

4.1.1. Usia ... 59

4.1.2. Usia Pernikahan ... 60

4.1.3. Lama Kerja ... 60

4.1.4. Jam Kerja Per-hari ... 61

4.1.5. Pendidikan Terakhir ... 61


(7)

xiii

4.1.7. Usia Anak ... 62

4.1.8. Alasan Bekerja ... 63

4.1.9. Status Pekerjaan Suami ... 63

4.1.10.Pengasuhan Anak Saat Bekerja ... 64

4.2.Hasil Penelitian ... 64

4.2.1. Uji Hipotesis Mayor ... 64

4.2.2. Uji Hipotesis Minor ... 65

4.2.3. Hasil Uji Chi-Square Data Sosio-demografis dengan Self-Compassion .. ... 67

4.3.Pembahasan ... 68

4.4.Diskusi ... 72

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1.Simpulan ... 74

5.2.Saran ... 74

5.2.1. Saran Teoretis ... 75

5.2.2. Saran Teoretis ... 75

DAFTAR PUSTAKA ... 77

DAFTAR RUJUKAN ... 80 LAMPIRAN


(8)

DAFTAR TABEL

3.1 Gambaran Alat Ukur Kuesioner Self-Compassion Scale ... 50

3.2 Skoring Alat Ukur Kuesioner Self-Compassion Scale ... 51

3.3 Gambaran Alat Ukur Kuesioner Big Five Inventory Scale ... 52

3.4 Skoring Alat Ukur Big Five Inventory Scale ... 52

3.5 Kriteria Validitas Lisa Friedenberg ... 53

3.6 Kriteria Reliabilitas Guildford ... 54

4.1 Gambaran Responden Berdasarkan Usia ... 59

4.2 Gambaran Responden Berdasarkan Usia Pernikahan ... 60

4.3 Gambaran Responden Berdasarkan Lama Kerja ... 60

4.4 Gambaran Responden Berdasarkan Jam Kerja Per-hari ... 61

4.5 Gambaran Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir ... 61

4.6 Gambaran Responden Berdasarkan Jumlah Anak ... 62

4.7 Gambaran Responden Berdasarkan Usia Anak ... 62

4.8 Gambaran Responden Berdasarkan Alasan Bekerja ... 63

4.9 Gambaran Responden Berdasarkan Status Pekerjaan Suami ... 63

4.10 Gambaran Responden Berdasarkan Pengasuhan Anak Saat Bekerja ... 64

4.11 Signifikansi Trait Neuroticism, Extraversion, Openness to Experience, Agreeableness, dan Conscientiousness terhadap Self-Compassion ... 64

4.12 Signifikansi Trait Neuroticism terhadap Self-compassion ... 65

4.13 Signifikansi Trait Extraversion terhadap Self-compassion ... 65

4.14 Signifikansi Trait Openness to Experience terhadap Self-compassion ... 66


(9)

xv

4.16 Signifikansi Trait Conscientiousness terhadap Self-compassion ... 67 4.17 Hasil Uji Chi Square Data Sosio-demografis dengan Self-compassion ... 67


(10)

DAFTAR BAGAN

1.1 Bagan Kerangka Pikir ... 17 3.1 Bagan Rancangan Penelitian ... 47


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Kuesioner Trait Kepribadian (Big Five Inventory) dan Kuesioner Self-compassion (Self-Self-compassion Scale)

Lampiran 2. Validitas Alat Ukur Lampiran 3. Reliabilitas Alat Ukur Lampiran 4. Uji Asumsi Klasik Lampiran 5. Regresi Ganda

Lampiran 6. Uji Chi-Square Data Sosio-demografis dengan Self-compassion Lampiran 7. Gambaran Derajat Trait Kepribadian dan Self-compassion


(12)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Di dalam keluarga, pria dan wanita sebagai individu dewasa yang telah menikah memiliki peran sebagai suami dan istri dengan tugasnya masing-masing. Pada keluarga tradisional suami dipandang sebagai kepala keluarga dengan tugas utama bekerja mencari nafkah untuk membiayai kebutuhan keluarganya, sedangkan istri sebagai individu yang bertugas untuk merawat suami dan anak di rumah. Penelitian di Asia menunjukkan, sebagian besar wanita dinilai sebagai ibu rumah tangga (Davis & Risman, 2003). Nilai ini sesuai dengan kepercayaan tradisional tentang wanita di Asia, dimana wanita seharusnya berada di rumah dan mengurus suami serta anak (Kim 1997; Lewis et al. 1992; Saso 1990 dalam Davis & Risman, 2003). Terdapat stigma terhadap istri yang bekerja di luar rumah untuk mencari nafkah, mereka seringkali dianggap mengabaikan suami dan anak (Davis & Risman, 2003).

Pandangan ini berubah seiring dengan peningkatan pertumbuhan ekonomi, peningkatan jumlah penduduk serta dengan munculnya era globalisasi. Wanita memiliki kesempatan memeroleh pendidikan yang lebih tinggi, sehingga memiliki kemampuan dan keterampilan yang diperlukan di sektor ketenagakerjaan. Kemampuan dan keterampilan wanita sebagai tenaga kerja mulai diakui, hal ini membuka kesempatan bekerja bagi wanita. Kebutuhan ekonomi yang semakin tinggi dan adanya kemiskinan juga membuat wanita mulai bekerja untuk membantu perekonomian keluarga. Saat ini, tidak hanya pria sebagai ayah dalam keluarga yang bekerja mencari nafkah untuk membiayai kebutuhan keluarga. Partisipasi wanita dalam tenaga kerja, khususnya ibu dari anak yang berusia dini merupakan salah satu


(13)

2

tren demografis yang dramatis pada abad keduapuluh (Hernandez, 1997 dalam Crouter & McHale, 2005).

Peningkatan tenaga kerja wanita juga terjadi di Indonesia, terutama di beberapa kota besar seperti Bandung. Tidak ditemukan data statistik yang menyebutkan secara pasti berapa banyak jumlah ibu bekerja yang ada di Bandung, namun terdapat data mengenai peningkatan jumlah tenaga kerja wanita yang ada di Bandung. Pada tahun 2012 terdapat 44.81% tenaga kerja wanita di Bandung yang bekerja secara aktif (Badan Pusat Statistik Kota Bandung, 2015). Jumlah tersebut mengalami sedikit penurunan pada tahun 2013 menjadi 44.28% tenaga kerja wanita di Bandung yang bekerja secara aktif (Badan Pusat Statistik Kota Bandung, 2015). Berdasarkan data tahun 2014, terjadi peningkatan tenaga kerja wanita di Bandung yang bekerja secara aktif yaitu sebesar 47.97% (Badan Pusat Statistik Kota Bandung, 2015). Tenaga kerja wanita tersebut memiliki waktu kerja waktu kerja tujuh jam satu hari dan empat puluh jam satu minggu untuk enam hari kerja dalam satu minggu; atau delapan jam satu hari dan empat puluh jam satu minggu untuk lima hari kerja dalam satu minggu (dalam Undang-undang No. 13 Tahun 2003 Pasal 77 Ayat 2, Kantor Perburuhan Internasional, 2004). Waktu kerja bisa saja melebihi ketentuan yang telah ditetapkan, tergantung kebijakan instansi perusahaan.

Peningkatan partisipasi ibu bekerja menimbulkan banyak kontroversi, stereotip dan mitos. Menurut Tan (2008) mitos mengenai ibu bekerja pada umunya yaitu ibu bekerja di luar rumah untuk memeroleh kehidupan yang mewah, ibu yang bekerja dianggap egois, ibu bekerja menelantarkan anak mereka yang menjadi penyebab kenakalan remaja atau perilaku antisosisal pada anak, dan tempat penitipan anak yang dianggap berdampak buruk. Munculnya kontroversi mengenai ibu yang bekerja di luar rumah didorong oleh pemikiran bahwa ibu yang bekerja di luar rumah mengganggu perkembangan anak dan attachment anak dengan ibu. Adanya perdebatan dua kubu antara ibu rumah tangga dan ibu bekerja


(14)

3

membentuk perasaan bersalah pada ibu bekerja dan penegasan bahwa tempat terbaik bagi ibu adalah di rumah (Tan, 2008).

Pada dasarnya alasan utama ibu bekerja adalah untuk membantu menyokong keluarga secara finansial, sedangkan alasan sekunder adalah untuk aktualisasi diri ibu bekerja itu sendiri (Scarr, Phillips, & McCartney, 1989 dalam Tan, 2008). Ibu bekerja memiliki tiga peran yaitu sebagai seorang tenaga kerja yang terikat aturan dengan instansi tertentu, sebagai seorang istri yang memiliki tugas tertentu, dan sebagai seorang ibu yang memiliki kewajiban untuk mengasuh anak. Terdapat konsekuensi negatif dan konsekuensi positif dari pemenuhan ketiga peran (sebagai wanita karier, istri, sekaligus ibu) yang dimiliki ibu bekerja. Konsekuensi positif maupun negatif dapat berdampak terhadap ibu bekerja itu sendiri, suami, ataupun anak.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Reynolds, Callender, & Edwards (2003) ibu bekerja memandang pekerjaannya menguntungkan bagi anak mereka baik secara emosional, perkembangan, dan materi. Ibu bekerja merasa telah memenuhi kebutuhan anaknya dengan mengembangkan kemampuan yang berguna dan menyediakan materi untuk membiayai aktivitas dan kebutuhan yang diperlukan untuk anak mereka yang mana tidak akan bisa dipenuhi jika mereka tidak bekerja. Disamping keuntungan secara finansial, terdapat beberapa keuntungan yang didapatkan ibu bekerja, bukan hanya keuntungan bagi ibu bekerja namun keuntungan untuk seluruh anggota keluarga, seperti halnya meningkatkan self-esteem ibu, kesejahteraan psikologis, dan kualitas perhatian yang diberikan dalam pemenuhan kebutuhan anak (Tan, 2008). Peningkatan kesejahteraan psikologis ibu bekerja berdampak positif pada kemampuan ibu untuk menjadi orangtua yang hangat, suportif, dan positif secara emosional (Tan, 2008). Pengalaman kerja yang positif dapat mengarah pada pengasuhan anak yang positif. Ibu yang merasa puas akan pekerjaannya tidak mudah depresi dan memiliki emotional well-being positif yang akan mengarah pada interaksi positif dengan anak selama


(15)

4

pengasuhan (Tan, 2008). Namun, perlu digaris bawahi dampak ibu bekerja bisa saja berbeda pada setiap keluarga.

Sikap positif ibu bekerja terhadap peran ganda sebagai ibu dan tenaga kerja sangat penting dalam adaptasi pengasuhan di keluarga (Gottfried & Gottfried, 2008). Perlu diingat bahwa ketika ibu merasa tidak puas dengan pekerjaannya atau tidak puas dengan pengaturan terhadap perawatan anaknya, pekerjaan bisa menjadi sumber stres (Tan, 2008). Terkadang ibu bekerja membawa perasaan mereka selama bekerja ke rumah, yang mana hal ini memengaruhi hubungan dengan keluarga mereka (Reynolds, Callender, & Edwards, 2003). Hal ini dapat menjadi hal yang positif, dengan mengalami hari yang baik di kantor berarti ibu bekerja merasa bahagia dan siap untuk menghadapi pasangan serta anak. Namun ketika ibu bekerja mengalami hari yang buruk di kantor, ibu bekerja dapat membawa pulang stres dan ketegangan selama bekerja. Kebanyakan ibu bekerja berusaha menghindari hal ini, namun perasaan tersebut terkadang melampaui batas dan menyebabkan kesulitan dalam hubungan keluarga mereka (Reynolds, Callender, & Edwards, 2003).

Selain itu, berkurangnya waktu untuk mendampingi anak juga merupakan salah satu konsekuensi negatif yang didapatkan ibu bekerja. Bianchi (dalam Crouter & McHale, 2005) meneliti kuantitas waktu anak-anak dengan orangtua mereka dari tahun 1981 sampai 1997 dan menyimpulkan bahwa pada periode tersebut ada perubahan dalam durasi waktu yang ibu habiskan bersama anak mereka. Ketika ibu menghabiskan waktu untuk bekerja, ibu harus meninggalkan anak mereka dan meminta bantuan pihak lain untuk mengawasi anaknya. Ibu bekerja terkadang harus mendahulukan tuntutan pekerjaan dengan konsekuensi mengurangi intensitas untuk merawat anak mereka ataupun sebaliknya. Ketidakhadiran ibu bekerja di rumah dapat membuat anak merasa kurang diperhatikan, sehingga terkadang timbul keluhan dari anak. Perasaan bersalah dan emosi negatif lainnya dapat muncul karena keterbatasan


(16)

5

waktu ibu bekerja yang tidak bisa mengawasi perkembangan anak secara langsung dan optimal.

Ibu bekerja harus bisa menyeimbangkan tuntutan peran yang dimilikinya. Menyeimbangkan ketiga peran dengan tuntutan yang berbeda-beda tidaklah mudah. Kelelahan, mudah marah, dan burnout umunya terjadi seiring dengan bertambahnya tanggung jawab dan aktivitas yang dihadapi pasangan yang bekerja (Lamanna & Riedmann, 1985). Ibu bekerja menghadapi situasi penuh tuntutan peran baik sebagai tenaga kerja wanita, istri, maupun ibu yang dalam prosesnya mungkin saja ibu tidak bisa benar-benar melakukan semua tuntutan perannya dalam satu waktu. Memilih tuntutan apa yang akan dilaksanakan mungkin menyebabkan individu merasa cemas, stres, dan bersalah karena telah mengabaikan tuntutan lainnya yang sama-sama penting (Lamanna & Riedmann, 1985).

Berdasarkan hasil survei awal terhadap sepuluh orang ibu bekerja, sebagian besar merasakan kesulitan dalam memenuhi tuntutan peran sebagai tenaga kerja, istri, sekaligus ibu. Secara rinci, 70% ibu bekerja merasa kesulitan ketika harus melaksanakan berbagai kewajiban dalam satu waktu dan memilih kewajiban mana yang harus lebih dulu dipenuhi. Terkadang perasaan bersalah muncul karena mereka tidak bisa mendampingi anak terutama ketika anak sakit, hal ini berdampak pada berkurangnya konsentrasi dan menurunnya kinerja di kantor. Selain itu, ibu bekerja juga merasa bersalah melihat respon anak ketika berpisah dengan ibu seperti menangis serta mengeluh karena ibu jarang ada di rumah. Terdapat 28% dari 70% ibu bekerja tersebut bahkan meragukan apakah dirinya telah melakukan keputusan yang tepat untuk bekerja sementara mereka merasa telah mengabaikan tugas mereka sebagai istri dan ibu, sehingga terkadang muncul pemikiran untuk berhenti bekerja. Sebanyak 30% ibu bekerja memandang kesulitan membagi waktu dalam melaksanakan ketiga peran yang mereka miliki memang konsekuensi yang dihadapi oleh ibu bekerja. Menurut mereka ibu bekerja pada umumnya mengalami hal yang sama, sehingga kesulitan tersebut tidak perlu


(17)

6

menjadi penghalang bagi mereka karena yang terpenting adalah mencari solusi untuk membagi waktu dan memprioritaskan mana yang lebih mendesak. Ketika menghadapi kesulitan melaksanakan ketiga perannya, ibu bekerja melakukan hal yang berbeda-beda dan hal ini berkaitan dengan self-compassion.

Self-compassion adalah kondisi saat seseorang bersikap terbuka, menerima dan peduli terhadap penderitaan yang dialami, kegagalan dan kekurangan diri sendiri (Neff, 2003a). Self-compassion memiliki tiga komponen yaitu memahami kelemahan dan kegagalan yang dialami diri sendiri daripada mengeritik diri atau menghakimi diri sendiri (self-kindness), memandang kesulitan dan kegagalan sebagai sesuatu yang bersifat manusiawi dan dialami semua orang (common humanity), dan memandang apa yang terjadi saat ini secara jelas dan menerima kenyataan tanpa menghakimi (mindfulness). Ketiga komponen ini secara berkesinambungan membentuk self-compassion pada diri individu.

Self-compassion dibutuhkan sebagai salah satu strategi untuk meregulasi emosi untuk mencegah timbulnya penderitaan, sehingga dapat menimbulkan perilaku proaktif yang dapat memertahankan kesejahteraan individu (Neff, 2003a). Self-compassion sangat penting dalam membantu individu untuk menemukan harapan dan makna ketika menghadapi kesulitan dalam hidup (Neff Rude, & Kirkpatrick, 2007). Untuk membantu menghilangkan emosi negatif dan membuat hidup mereka lebih berharga dan penuh kasih sayang, mereka perlu mengembangkan self-compassion (Saricaoglu & Arslan, 2013). Selain itu, self-compassion penting bagi orangtua, dengan memiliki self-compassion mereka dapat mengatasi rasa frustasi dan kesulitan dalam mengasuh anak (Neff, 2011b). Orangtua tidak selalu bisa mengatasi situasi sulit ketika menghadapi anak mereka dengan cara yang ideal. Ketika ibu bekerja memiliki compassion, mereka akan dengan mudah mengakui ketidaksempurnaan mereka sebagai orangtua, istri, maupun karyawan. Hal ini dapat membantu ibu bekerja untuk


(18)

7

menyadari bahwa mereka dapat keliru, dapat membuat kesalahan, dan kesalahan itu bukanlah suatu akhir dunia.

Terdapat salah satu faktor yang memengaruhi self-compassion yaitu trait kepribadian (Neff, Rude, & Kirkpatrick, 2007). Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Neff, Rude, & Kirkpatrick (2007) terlihat bahwa self-compassion memiliki hubungan dengan trait kepribadian (berdasarkan big five personality trait). Trait merupakan dimensi yang menunjukkan pola kecenderungan perbedaan pada setiap individu dalam hal pikiran, perasaan, dan tindakan yang bersifat konsisten (McCrae & Costa, 2003). Trait memberikan pengaruh pada perbedaan perilaku individu, konsistensi perilaku individu dari waktu ke waktu, dan stabilitas perilaku dalam menghadapi berbagai situasi (Feist J. & Feist J. Gregory, 2008). Dalam hal ini trait kepribadian dapat menentukan bagaimana pola pikir, perasaan serta tindakan yang akan diambil ibu bekerja; sehingga dapat memengaruhi berkembangnya self-compassion dalam diri ibu bekerja khususnya ketika menghadapi situasi yang tidak menyenangkan. Trait kepribadian dapat menggambarkan karakteristik individual dari berbagai domain yang berbeda, sehingga dapat diasumsikan bahwa trait kepribadian dapat memprediksi self-compassion (Thurackal, Corveleyn, & Dezutter; 2016).

Berdasarkan big five personality traits, terdapat lima dimensi trait kepribadian yaitu neuroticism, extraversion, openness to experience, agreeableness dan conscientiousness. Neuroticism menggambarkan kecenderungan seseorang untuk merasa cemas, temperamental, mengasihani diri sendiri, emosional, dan rentan terkena gangguan yang berhubungan dengan stres. Extraversion merupakan kecenderungan penuh kasih sayang, periang, banyak berbicara, senang berada dalam kelompok, menyukai hal-hal menyenangkan. Openness to experience merupakan kecenderungan seseorang mencari perubahan dan pengalaman yang beragam, kreatif, imajinatif, memiliki rasa ingin tahu, bebas, dan memiliki pilihan yang berbeda. Agreeableness merupakan kecenderungan dapat dipercaya, murah hati, fleksibel,


(19)

8

menerima orang lain, dan baik hati. Conscientiousness merupakan kecenderungan bekerja keras, teliti dan berhati-hati, tepat waktu, dan tekun.

Pada penelitian yang dilakukan oleh Neff, Rude, dan Kirkpatrick (2007) diketahui bahwa trait neuroticism, trait extraversion, trait agreeableness, dan trait conscientiousness memiliki pengaruh signifikan terhadap self-compassion; sedangkan trait openness to experience tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap self-compassion. Pada penelitian lainnya yang dilakukan oleh Thurackal, Corveleyn, dan Dezutter (2016) diketahui bahwa kelima trait kepribadian berpengaruh signifikan terhadap self-compassion. Penelitian mengenai pengaruh trait kepribadian terhadap self-compassion masih minim dengan hasil penelitian yang beragam. Hal ini mendorong peneliti untuk meneliti pengaruh trait kepribadian terhadap self-compassion.

1.2. Identifikasi Masalah

Dari penelitian ini ingin diketahui signifikansi pengaruh trait kepribadian yang terdiri atas neuroticism, extraversion, openness to experience, agreeableness, dan conscientiousness terhadap self-compassion pada ibu bekerja di Bandung baik secara simultan (bersamaan) ataupun secara parsial (masing-masing).

1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian

1.3.1. Maksud Penelitian

Maksud diadakannya penelitian ini adalah untuk mendapatkan data empirik mengenai gambaran trait kepribadian dan self-compassion ibu bekerja di Bandung.


(20)

9

1.3.2. Tujuan Penelitian

Tujuan diadakan penelitian ini adalah untuk mendapatkan data empirik mengenai signifikansi pengaruh trait kepribadian terhadap self-compassion ibu bekerja di Bandung baik secara simultan ataupun secara parsial.

1.4. Kegunaan Penelitian

1.4.1. Kegunaan Teoretis

1) Memberikan sumbangan informasi dan bahan pengembangan bagi bidang ilmu Positive Psychology dan Kesehatan Mental, khususnya mengenai pengaruh trait kepribadian terhadap self-compassion ibu bekerja di Bandung.

2) Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat mendorong peneliti lain untuk mengembangkan dan mengadakan penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh trait kepribadian terhadap self-compassion ibu bekerja di Bandung.

1.4.2. Kegunaan Praktis

1) Memberikan informasi kepada ibu bekerja di Bandung mengenai gambaran self-compassion dan trait kepribadian. Diharapkan dengan informasi tersebut, mereka dapat mengenal pentingnya self-compassion sebagai bahan untuk mengembangkan diri agar tanggap menyadari tindakannya terhadap diri sendiri saat mengalami situasi yang tidak menyenangkan. Diharapkan juga mereka dapat berusaha untuk mengubah atau memertahankan sifat-sifat yang memengaruhi self-compassion dalam diri mereka.


(21)

10

1.5. Kerangka Pikir

Masa dewasa awal merupakan periode penyesuaian diri terhadap pola-pola kehidupan baru dan harapan-harapan baru (Hurlock, 1997). Orang dewasa muda diharapkan memainkan peran baru, seperti peran suami/istri, orang tua, pencari nafkah, mengembangkan sikap-sikap baru, keinginan dan nilai baru. Penyesuaian diri menjadikan periode ini suatu periode khusus dan sulit dari rentang hidup seseorang. Ketika wanita menikah dan memiliki anak, di samping memiliki peran sebagai individu, mereka juga memiliki peran sebagai seorang istri dan seorang ibu. Sebagai seorang istri, ibu bekerja memiliki peran untuk menjaga keharmonisan rumah tangga, mengatasi konflik yang muncul dengan cara yang konstruktif, menjaga kedekatan dan hubungan intim dengan pasangan, dan melaksanakan tugas sebagai istri baik mengurus rumah atau mengurus anak (Lestari, 2012). Sebagai seorang ibu, ibu bekerja memiliki tugas untuk menerima dan menyesuaikan diri terhadap tekanan sebagai ibu, mempelajari bagaimana cara merawat anak dengan kompeten, membangun dan mempertahankan rutinitas yang sehat bagi keluarga, menyediakan kesempatan bagi perkembangan anak, membagi tanggung jawab sebagai orangtua dengan suami, mempertahankan kepuasan hubungan dengan suami, menjaga rasa otonomi pribadi, serta mengeksplorasi dan mengembangkan rasa puas sebagai angota keluarga (Duvall & Miller, 1985). Selain itu, ibu bekerja juga memiliki tugas dan kewajiban sebagai seorang karyawan yang sesuai dengan job description dengan lamanya waktu bekerja yang telah ditetapkan serta berbagai peraturan yang ada di instansi.

Ibu bekerja harus bisa menyeimbangkan ketiga tuntutan peran yang dimilikinya. Menyeimbangkan ketiga peran dengan tuntutan yang berbeda-beda tidaklah mudah. Kelelahan, mudah marah, dan burnout umunya terjadi seiring dengan bertambahnya tanggung jawab dan aktivitas yang dihadapi pasangan yang bekerja (Lamanna & Riedmann, 1985). Ibu bekerja menghadapi situasi penuh tuntutan peran baik sebagai tenaga kerja wanita,


(22)

11

istri, maupun ibu yang dalam prosesnya mungkin saja ibu tidak bisa benar-benar melakukan semua tuntutan perannya dalam satu waktu. Memilih tuntutan apa yang akan dilaksanakan mungkin menyebabkan individu merasa cemas, stres, dan bersalah karena telah mengabaikan tuntutan lainnya yang sama-sama penting (Lamanna & Riedmann, 1985).

Pada dasarnya ibu yang memutuskan untuk bekerja (ibu bekerja) memiliki keinginan untuk mengembangkan kariernya ataupun membantu perekonomian keluarga. Tuntutan dan tanggung jawab pekerjaan yang dimiliki ibu bekerja mengharuskan mereka untuk menghabiskan waktu di luar rumah; sehingga waktu yang dihabiskan ibu bekerja untuk mengurus keluarga, terutama anak menjadi berkurang. Ibu bekerja seringkali harus meninggalkan anak mereka di rumah dan tidak dapat mengawasi secara langsung masa perkembangan anak mereka secara optimal. Ibu bekerja terkadang harus mendahulukan tuntutan pekerjaan dengan konsekuensi mengurangi intensitas untuk merawat keluarga terutama anak mereka ataupun sebaliknya.

Pada dasarnya, penghayatan ibu bekerja ketika menghadapi kesulitan menyeimbangkan ketiga perannya tersebut berbeda. Ketika menghadapi situasi tidak menyenangkan; ibu bekerja perlu bersikap terbuka dalam menerima dan memahami situasi yang dihadapinya, sehingga tidak terlarut dan membesar-besarkan perasaan bersalah atau emosi negatif lainnya yang muncul. Untuk membantu menghilangkan emosi negatif dan membuat hidup mereka lebih berharga dan penuh kasih sayang, mereka perlu mengembangkan self-compassion (Saricaoglu & Arslan, 2013). Self-compassion adalah kondisi dimana seseorang bersikap terbuka, menerima dan peduli terhadap penderitaan yang dialami, kegagalan dan kekurangan diri sendiri (Neff, 2003a). Self-compassion memiliki tiga komponen yaitu memahami diri sendiri daripada mengeritik dan menghakimi diri sendiri (self-kindness), merasa terhubung dengan orang lain daripada merasa terisolasi dan terasing dengan penderitaan yang dialami


(23)

12

(common humanity), dan menyadari dan menerima masa-masa sulit daripada menyangkal dan melebih-lebihkannya (mindfulness).

Melalui self-kindness, ibu bekerja dapat menyayangi dan memahami diri sendiri daripada mengeritik dan menghakimi diri ketika harus mendahulukan pelaksanaan suatu peran dibandingkan kedua perannya yang lain. Self-kindness membantu ibu bekerja untuk dapat menyayangi diri sendiri ketika menghadapi keterbatasan karakteristik personalnya yang tidak bisa dikendalikan seperti kepribadian. Melalui common humanity, ibu bekerja memandang situasi sulit yang muncul ketika harus menyeimbangkan ketiga perannya bersifat manusiawi serta dialami juga oleh ibu bekerja lainnya. Hal ini dapat membantu ibu bekerja untuk merasa terhubung dengan orang lain. Mindfulness membantu ibu bekerja untuk menyadari dan menerima bahwa dirinya menjalani peran ganda dengan konsekuensi berkurangnya intensitas untuk merawat anak mereka tanpa membesar-besarkan hal tersebut. Dengan mindfulness, ibu bekerja tidak menyangkal dan tidak melarikan diri dari kenyataan bahwa dirinya terkadang tidak dapat mengawasi anak mereka secara optimal dan harus meninggalkan anak mereka di bawah pengawasan orang lain. Ketiga komponen tersebut; kindness, common humanity, dan mindfulness secara berkesinambungan membangun self-compassion ibu bekerja.

Self-compassion dipengaruhi oleh faktor trait kepribadian (Neff, Rude, & Kirkpatrick, 2007). Trait dapat didefinisikan sebagai dimensi yang menunjukkan kecenderungan perbedaan pada setiap individu dalam hal pola berpikir, perasaan, dan bertindak yang bersifat konsisten (Costa & McCrae, 2003). Trait kepribadian terdiri atas neuroticism, extraversion, openness to experience, agreeableness, dan conscientiousness. Trait memberikan pengaruh pada perbedaan perilaku individu, konsistensi perilaku individu dari waktu ke waktu, dan stabilitas perilaku dalam menghadapi berbagai situasi (Feist J. & Feist J. Gregory, 2008). Trait kepribadian dapat menggambarkan karakteristik individual dari berbagai domain yang


(24)

13

berbeda, sehingga dapat diasumsikan bahwa trait kepribadian dapat memprediksi self-compassion (Thurackal, Corveleyn, & Dezutter; 2016). Dalam hal ini ibu bekerja memiliki perbedaan dalam menghadapi dan menghayati situasi serta perasaan bersalah yang muncul ketika menjalankan peran ganda; sehingga dapat memengaruhi berkembangnya

self-compassion dalam diri ibu bekerja.

Ibu bekerja dengan trait kepribadian neuroticism atau emotional instabillity merasa cemas, temperamental, mengasihani diri sendiri, emosional, dan rentan terkena gangguan yang berhubungan dengan stres. Ibu bekerja cenderung merasa cemas ketika harus meninggalkan dan menitipkan anaknya di bawah pengawasan orang lain. Ibu bekerja cenderung merasa bersalah karena tidak bisa mendampingi anaknya. Hal ini membuat ibu bekerja seringkali mengeritik dan menghakimi diri sendiri, sehingga sulit untuk menyayangi dan berusaha memahami dirinya (self-kindness). Ibu bekerja juga cenderung mengasihani diri sendiri. Sikap mengasihani diri sendiri ini membuat ibu bekerja hanya berfokus pada emosi negatif (perasaan bersalah dan cemas); mereka akan merasa terisolasi dan tidak terhubung dengan orang lain. Hal ini membuat ibu bekerja tidak dapat menyadari bahwa perasaan cemas, bersalah, dan situasi yang dialaminya tersebut dialami juga oleh ibu bekerja lainnya serta bersifat manusiawi (common humanity). Ibu bekerja yang terlalu terbawa oleh perasaan cemas dan bersalah; cenderung mengasihani diri sendiri, membesar-besarkan masalah yang dialami, sulit untuk melihat masalah secara jelas, dan berusaha memahaminya (mindfulness). Ibu bekerja dengan trait kepribadian neuroticism cenderung menghakimi diri sendiri, merasa terisolasi, dan sulit untuk melihat masalah secara jelas, hal ini membuat self-compassion ibu bekerja rendah.

Ibu bekerja dengan trait kepribadian extraversion cenderung senang berada dalam kelompok dan mudah bergaul. Ibu bekerja cenderung sering berkumpul bersama orang lain, merasa terhubung dan menjadi bagian dari mereka. Ibu bekerja yang merasa terhubung


(25)

14

dengan orang lain tidak merasa takut untuk menghadapi masa-masa sulit dan penderitaan dalam hidupnya serta siap untuk menghadapi hal tersebut. Hal ini membuat ibu bekerja dapat mengingatkan dirinya sendiri bahwa perasaan bersalah merupakan pengalaman manusiawi dan orang lain menghadapi situasi yang sama (common humanity). Ibu bekerja juga cenderung senang beraktivitas, menikmati hidup, dan merasakan emosi-emosi positif seperti kegembiraan. Hal ini membuat ibu bekerja cenderung dapat menanggapi masa-masa sulit dan perasaan bersalah mereka dengan kebaikan dan tidak mengeritik serta menghakimi diri sendiri (self-kindness). Ibu bekerja dengan trait kepribadian extraversion cenderung menyayangi diri sendiri, merasa terhubung dengan orang lain, dan akan dapat melihat masalah secara jelas, hal ini membuat self-compassion ibu bekerja tinggi.

Ibu bekerja dengan trait kepribadian openness to experience cenderung memiliki rasa ingin tahu, mencari perubahan, dan pengalaman yang beragam. Ibu bekerja cenderung termotivasi secara intrinsik untuk mengetahui cara mengatasi situasi yang tidak menyenangkan. Rasa ingin tahu ini dapat memfasilitasi ibu bekerja untuk dapat melihat situasi yang dialaminya dari perspektif yang berbeda. Hal ini dapat membantunya untuk melihat secara jelas situasi yang dihadapinya, tidak menghindari, menekan, dan melebih-lebihkan perasaan yang muncul (mindfulness). Ibu bekerja cenderung berani mencoba mengambil keputusan yang berbeda dan mampu menghadapi kesulitan tanpa merasa takut gagal secara berlebihan. Ibu bekerja yang berpikiran terbuka cenderung menghargai pengalaman, melihat hal tersebut sebagai sumber dari kehidupan yang bermakna; sehingga dapat memahami bahwa kesulitan yang dihadapi ketika berusaha menyeimbangkan ketiga peran merupakan bagian dari pelajaran hidup yang dialami oleh semua manusia (common humanity). Ibu bekerja dengan trait kepribadian openness to experience cenderung dapat melihat secara jelas masalah yang dihadapinya serta tidak melebih-lebihkan perasaan yang muncul, memahami bahwa kesulitan yang dihadapi juga dialami oleh orang lain, kedua hal


(26)

15

tersebut akan membantu ibu bekerja mengembangkan sikap menyayangi diri sendiri ketika menghadapi masa-masa sulit. Dapat dikatakan bahwa ibu bekerja dengan trait kepribadian openness to experience memiliki self-compassion yang tinggi.

Ibu bekerja dengan trait kepribadian agreeableness memiliki kecenderungan dapat dipercaya dan memercayai orang lain, fleksibel, menerima orang lain, dan baik hati. Ibu bekerja memiliki kecenderungan stabil secara emosional. Ibu bekerja juga cenderung bersahabat, memahami, menghormati, dan memiliki hubungan baik dengan orang lain. Sifat bersahabat dan memahami orang lain tersebut dapat membantu ibu bekerja untuk merasa terhubung dengan orang lain; sehingga ibu bekerja menyadari bahwa semua manusia dapat melakukan kesalahan dan mengambil keputusan yang salah merupakan hal yang tidak dapat dihindari. Selain itu, pengalaman tidak menyenangkan ketika menjalani peran ganda juga dialami oleh orang lain bukan hanya dirinya sendiri (common humanity). Ibu bekerja yang dapat bergaul dengan orang lain, memercayai dan memahami mereka, serta tidak menghakimi orang lain dapat mengembangkan sikap menyayangi dan memahami dirinya sendiri. Ibu bekerja juga dapat bersikap hangat dan lembut terhadap dirinya sendiri. Hal ini dapat membantu ibu bekerja memahami situasi dan perasaan negatif yang muncul ketika menjalankan peran ibu; daripada menyalahkan diri sendiri (self-kindness). Ibu bekerja dengan trait kepribadian agreeableness cenderung merasa terhubung dengan orang lain, dapat mengembangkan sikap menyayangi diri sendiri ketika mengalami situasi sulit, sehingga dapat membantu ibu bekerja melihat situasi tidak menyenangkan secara jelas dan tidak melebih-lebihkan perasaan negatif yang muncul. Dapat dikatakan bahwa ibu bekerja dengan trait kepribadian agreeableness memiliki self-compassion yang tinggi.

Ibu bekerja dengan trait kepribadian conscientiousness cenderung bekerja keras, teliti dan berhati-hati, tepat waktu, dan tekun. Ibu bekerja cenderung rasional, ambisius dan sangat disiplin, sehingga dapat meraih tujuan mereka. Ibu bekerja berfokus pada pertumbuhan diri


(27)

16

(personal growth), membuat rencana spesifik untuk mengembangkan kemampuan diri mereka dan mencapai tujuan hidup. Ibu bekerja tidak mengeritik dan menghakimi kelemahan diri sendiri, tidak merasa takut akan kegagalan dalam melakukan rencana untuk mencapai tujuan hidup, sehingga dapat bebas menghadapi tantangan untuk mengembangkan diri (self-kindness). Di satu sisi; ketika mengalami kegagalan ibu bekerja dapat menyadari kelemahan dan menerima kesulitan yang dialami, serta kegagalan tanpa membesar-besarkan hal tersebut, sehingga dapat menyadari tujuan yang sesuai dan yang tidak sesuai dengan kemampuan diri (mindfulness). Ibu bekerja dengan trait kepribadian conscientiousness cenderung tidak menghakimi diri sendiri ketika mengalami kesulitan, dapat melihat permasalahan dengan jelas tanpa melebih-lebihkannya, kedua hal tersebut akan membantu ibu bekerja menyadari bahwa kesulitan yang dialaminya bersifat manusiawi. Dapat dikatakan bahwa ibu bekerja dengan trait kepribadian conscientiousness memiliki self-compassion yang tinggi.

Dalam penelitian ini, terdapat beberapa data sosio-demografis yang akan dijaring sebagai upaya untuk memberikan gambaran lebih utuh mengenai ibu bekerja. Adapun data sosio-demografis tersebut adalah usia ibu, lamanya menikah, lamanya bekerja, jumlah jam meninggalkan rumah per-hari, jumlah dan usia anak, status pekerjaan suami, pendidikan terakhir, alasan bekerja, serta cara menanggulangi pengasuhan anak saat bekerja.


(28)

17

Berikut ini adalah bagan berdasarkan penjelasan di atas :

Bagan 1.1 Bagan Kerangka Pikir Data Sosiodemografis :

1. Usia

2. Usia Pernikahan 3. Lama Kerja 4. Jam Kerja Per-hari 5. Pendidikan Terakhir 6. Jumlah dan Usia Anak 7. Alasan Bekerja

8. Status Pekerjaan Suami

9. Pengasuhan Anak Selama Bekerja

Ibu Bekerja di Bandung

Trait Kepribadian berdasarkan Big Five Theory :

Self-Compassion Neuroticism

Extraversion

Openness to experience

Agreeableness

Conscientiousness

Komponen Self-Compassion :

1. Self-kindness

2. Common humanity


(29)

18

1.6. Asumsi

Berdasarkan hal-hal yang telah diuraikan di atas, maka dapat dirumuskan sejumlah asumsi sebagai berikut :

1) Ibu bekerja memiliki tiga peran yaitu sebagai seorang istri, seorang ibu, dan juga seorang karyawan yang mana ketiga peran tersebut memiliki tuntutan dan tugas yang harus dipenuhi. Pemilihan tuntutan peran yang akan dilaksanakan dapat menyebabkan ibu bekerja mengabaikan tuntutan lainnya yang sama-sama penting.

2) Ketika menyeimbangkan perannya, ibu bekerja membutuhkan self-compassion sebagai upaya untuk beradaptasi dengan beragam situasi sulit yang dijumpai dalam kehidupan sehari-hari.

3) Self-compassion ibu bekerja muncul dari interaksi ketiga komponennya yaitu

self-kindness, common humanity, dan mindfulness. Ketiga komponen tersebut secara berkesinambungan membentuk self-compassion.

4) Trait kepribadian ibu bekerja dapat menjadi prediktor bagi derajat self-compassion.

1.7. Hipotesis Penelitian

Hipotesis penelitian ini terdiri dari hipotesis mayor dan hipotesis minor. Hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut :

1.7.1. Hipotesis Mayor

Terdapat pengaruh signifikan antara trait neuroticism, extraversion, openness to experience, agreeableness, dan conscientiousness terhadap self-compassion secara simultan pada ibu bekerja di Bandung.


(30)

19

1.7.2. Hipotesis Minor Hipotesis Trait Neuroticism

Terdapat pengaruh signifikan antara trait neuroticism terhadap self-compassion pada ibu bekerja di Bandung.

Hipotesis Trait Extraversion

Terdapat pengaruh signifikan antara trait extraversion terhadap self-compassion pada ibu bekerja di Bandung.

Hipotesis Trait Openness to Experience

Terdapat pengaruh signifikan antara trait openness to experience terhadap self-compassion pada ibu bekerja di Bandung.

Hipotesis Trait Agreeableness

Terdapat pengaruh signifikan antara trait agreeableness terhadap self-compassion pada ibu bekerja di Bandung.

Hipotesis Trait Conscientiousness

Terdapat pengaruh signifikan antara trait conscientiousness terhadap self-compassion pada ibu bekerja di Bandung.


(31)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian terhadap ibu bekerja di Bandung, maka dapat ditarik simpulan mengenai pengaruh trait kepribadian terhadap self-compassion yaitu :

1. Seluruh trait kepribadian yang terdiri atas neuroticism, extraversion, openness to experience, agreeableness, dan conscientiousness secara bersamaan memengaruhi secara signifikan terhadap self-compassion, begitu pula dengan pengaruh untuk masing-masing trait. Trait dengan pengaruh terbesar adalah trait neuroticism, sementara trait dengan pengaruh terkecil adalah trait openness to experience.

2. Trait kepribadian yang memiliki pengaruh positif adalah trait agreeableness,

conscientiousness, dan extraversion. Trait kepribadian yang memiliki pengaruh negatif adalah trait neuroticism, dan openness to experience.

3. Pendidikan terakhir memiliki hubungan yang signifikan dengan self-compassion.

5.2. Saran

Berdasarkan penelitian mengenai pengaruh trait kepribadian terhadap self-compassion pada ibu bekerja di Bandung, peneliti mengemukakan beberapa saran yang dapat dipertimbangkan, yaitu :


(32)

75

5.2.1. Saran Teoretis

Saran teoretis dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Melakukan penelitian lanjutan mengenai pengaruh trait kepribadian terhadap self-compassion pada ibu bekerja di Bandung dengan tingkat pendidikan terakhir yang homogen, sehubungan dengan ditemukan adanya hubungan antara self-compassion dengan tingkat pendidikan terakhir. Hal ini dilakukan untuk memperkaya hasil penelitian.

5.2.2. Saran Praktis

Dalam rangka mendukung ibu bekerja mengembangkan diri dengan cara memerhatikan keunikan diri (trait) masing-masing, saran praktis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagi ibu bekerja di Bandung yang memiliki self-compassion rendah diharapkan untuk lebih menyayangi dan tidak mengkritik diri sendiri ketika mengalami situasi tidak menyenangkan, mencoba untuk memahami bahwa setiap manusia pasti mengalami kesulitan dalam hidupnya, dan tidak melebih-lebihkan emosi negatif (seperti perasaan bersalah, cemas, dan sedih) yang dirasakan agar dapat fokus menyelesaikan masalah yang muncul.

2. Bagi ibu bekerja di Bandung untuk dapat mengenali dan memahami trait yang ada pada diri mereka, agar ibu bekerja dapat mengembangkan self-compassion. Bagi ibu bekerja dengan trait neuroticism tinggi penting untuk mengurangi kecemasan dengan cara mencoba untuk lebih rileks dan memahami bahwa kesulitan yang dihadapi dalam menyeimbangkan peran ganda tidak dapat dihindari tetapi kesulitan tersebut masih dapat diatasi. Bagi ibu bekerja dengan trait extraversion rendah perlu mencoba untuk lebih fokus pada emosi positif, lebih bersosialisasi lagi dengan teman-teman terdekat atau


(33)

76

keluarga dan lebih terbuka terhadap orang lain misalnya meminta saran kepada orang-orang yang dipercaya ketika menghadapi masalah atau situasi tidak menyenangkan dengan harapan dapat membuat ibu bekerja memahami bahwa bukan hanya dirinya yang mengalami masalah atau situasi tidak menyenangkan tersebut. Bagi ibu bekerja dengan trait conscientiousness rendah, perlu mencoba memandang kesulitan menyeimbangkan peran ganda sebagai bagian dari tantangan, memahami bahwa situasi tersebut sebenarnya dapat membantu mengembangkan kemampuan diri, selain itu ibu bekerja perlu mencari sumber permasalahan dan menyusun perencanaan ataupun tujuan-tujuan yang sesuai dengan kemampuan diri untuk mengatasi masalah tersebut.


(34)

PENGARUH TRAIT KEPRIBADIAN TERHADAP

SELF-COMPASSION PADA IBU BEKERJA DI BANDUNG

SKRIPSI

Diajukan untuk menempuh Ujian Sarjana pada Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha

Oleh :

NOVIA AGUSTIN NASUTION NRP : 0930235

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BANDUNG


(35)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur ke-hadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya, penelitian ini akhirnya dapat terselesaikan. Shalawat dan Salam senantiasa tercurahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW, sebaik-baik hamba dan Nabi akhir zaman pembawa kebenaran dan kesempurnaan.

Atas berkat Rahmat dan Kebesaran-Nya peneliti dapat menyelesaikan penelitian dengan judul “Pengaruh Trait Kepribadian terhadap Self-Compassion pada Ibu Bekerja di Bandung”. Penelitian ini disusun dan diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Skripsi di Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha.

Dalam menyelesaikan penelitian ini, banyak halangan dan kesulitan yang peneliti hadapi. Peneliti menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan mengingat keterbatasan pengetahuan dan kemampuan peneliti. Berkat bantuan dan dukungan berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung, baik dukungan moril maupun materil, akhirnya peneliti dapat menyelesaikan penelitian ini. Berkenaan dengan itu, pada kesempatan ini peneliti ingin menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penyelesaian penelitian ini. Ucapan terima kasih peneliti tujukan kepada :

1. Dr. Ria Wardhani, M.Si, Psikolog, selaku dosen pembimbing utama yang telah meluangkan waktu untuk membimbing, memberi masukan, dan mengoreksi penelitian ini. 2. Elda Anggriana, M.Psi, Psikolog, selaku dosen pembimbing pendamping yang telah

meluangkan waktu untuk membimbing, memberi masukan, mengoreksi selama proses penulisan penelitian ini.


(36)

3. Papa, Mama, Kak Yuli, Kak Indra dan Mita yang telah membantu dalam penulisan penelitian ini, baik memberikan dukungan maupun materi. Terima kasih untuk setiap doa, kesabaran, dukungan, dan perhatiannya.

4. Teman-teman seperjuangan, khususnya Iefa, Airin, Novi, Muti, Shei, Atha, Ume, dan lainnya yang telah saling mendukung dan memberikan masukan selama penulisan penelitian ini. Terima kasih telah bersedia menjadi teman bertukar pikiran dan bertukar informasi, selalu menyemangati dan saling mengingatkan satu sama lain.

5. Terima kasih kepada ibu bekerja yang telah bersedia meluangkan waktu untuk mengisi kuesioner yang telah diberikan oleh peneliti. Tanpa kesediaannya, penelitian ini tidak akan bisa selesai sampai akhir.

6. Terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam pengambilan data. Ibu Imas yang telah melungkan waktu di sela-sela kesibukannya melanjutkan studi dan mengajar untuk membantu proses pengambilan data. Kedua kakak ipar Sheilla Fitrian yang telah bersedia membantu proses pengambilan data di tengah-tengah kesibukannya bekerja dan mengurus keluarga. Atikah Airindayu Utari dan DAK Novietha MDP yang telah bersedia meluangkan waktu untuk membantu meskipun sibuk bekerja.

7. Semua pihak yang namanya tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah banyak membantu serta mendukung peneliti sehingga penelitian ini dapat selesai.

Akhir kata, peneliti berharap penelitian ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkannya.

Bandung, Januari 2017


(37)

DAFTAR PUSTAKA

Barnard, L. K., & Curry, J. F. (2011). Self-compassion : Conceptualizations, correlates, & intervention. Review of General Psychology, 15(4), 289-303. Diunduh dari http://self-compassion.org/wp-content/uploads/publications/barnard.review.pdf

Crouter, A. C., & McHale, S. M. (2005). The Long Arm of the Job Revisited : Parenting in Dual-Earner Families. Dalam Luster, T., & Okagaki, L. (Eds.), Parenting : An Ecological Perspective Second Edition (275-296). London : Lawrence Erlbaum Associates Publisher.

Davis, S. N., & Risman, B. J. (2003). Dual-Earner Family. In International Encyclopedia of Marriage and Family Second Edition. (Vol 1 : Ab-Du, pp. 496-501). New York : The Gale Group, Inc.

Duvall, E & Miller, C. M. (1985). Marriage and Family Development 6th ed. New York : Harper & Row Publisher.

Feist, J., & Feist, G. J. (2008). Theorist of Personalities Seventh Edition. New York :

McGraw−Hill Companies, Inc.

Furlong, N. E. (2000). Basic Research Methods and Statistic : An Integrated Approach. Santa Barbara : Hacourt College Publisher.

Ghozali, I. (2009). Aplikasi Analisis Multivariate dengan program SPSS Edisi Keempat. Semarang : Universitas Diponegoro

Gonyea, J. G. (2003). Adulthood. In International Encyclopedia of Marriage and Family Second Edition. (Vol 1 : Ab-Du, pp. 36-42). New York : The Gale Group, Inc.

Gottfried, A. E., & Gottfried, A. W. (2008). The Upside of Maternal and Dual-Earner Employment : A Focus on Positive Family Adaptation, Home Environments, and Child Development in the Fullerton Longitudinal Study. Dalam Marcus-Newhall, A., Halpern, D. F., & Tan, J. S. (Eds.), The Changing Realities of Work and Family (25-42). United Kingdom : Blackwell Publishing, Ltd.

Hurlock, E. B. (1997). Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan Edisi 5. Jakarta : Erlangga.

John, O. P., & Srivastava, S. 1999. The Big-Five trait taxonomy: History, measurement, and theoretical perspectives. Dalam L.A. Pervin & O. P. John (Eds), Handbook of

personality: Theory and research, 2, 102–138. Diunduh dari

moityca.com.br/pdfs/bigfive_John.pdf

Kumar, R. (1999). Research Methodology : A Step-by-Step Guide for Beginners. London : SAGE Publication, Inc.


(38)

78

Lamanna, M. A., & Riedmann, A. (1985). Marriages and Families Making Choices Throughout the Life Cycle Second Edition. California : Wadsworth Publishing Company.

Lestari, S. (2012). Psikologi Keluarga : Penanaman Nilai dan Penanganan Konflik dalam Kelurga. Jakarta : Kencana.

Mc. Crae, R. R., & Costa, P. T. Jr. (2003). Personality in Adulthood Second Edition A Five-Factor Theory Perspective. New York : The Guildford Press.

Neff, K. D. (2003a). Self-compassion: An alternative conceptualization of a healthy attitude toward oneself. Self and Identity, 2, 85-102. Diunduh dari http://self-compassion.org/wp-content/uploads/publications/SCtheoryarticle.pdf

Neff, K. D. (2003b). The development and validation of a scale to measure self-compassion. Self and Identity, 2, 223-250. Diunduh dari http://self-compassion.org/wp-content/uploads/publications/empirical.article.pdf

Neff, K. D., Krikpatrick, K. L., & Rude, S. S. (2007). An examination of self-compassion in relation to positive psychological functioning and personality traits. Journal of

Research in Personality, 41, 908–916. Diunduh dari

http://self-compassion.org/wp-content/uploads/publications/JRPbrief.pdf

Neff, K. D. (2011a). Self-compassion, Self-esteem, and Well-Being. Social and Personality

Compass, 5, 1-12. Diunduh dari

http://self-compassion.org/wp-content/uploads/2015/12/SC.SE_.Well-being.pdf

Neff, K. D. (2011b). Self-compassion : Stop Beating Yourself Up and Leave Insecurity Behind. New York : Harper Collins.

Neff, K. D. (2016, April 12). Does Self-Compassion Entail Reduced Self-Judgment, Isolation, and Over-Identification? A Response to Muris, Otgaar, and Petrocchi (2016) [Letter to the editor]. Mindfulness. Diunduh dari http://self-compassion.org/wp-content/uploads/2016/04/Neff2016b-1.pdf

Reynolds, T., Callender, C., & Edwards, R. (2003). Caring and counting : The impact of

mothers’ employment on family relationships. Diunduh dari

https://www.jrf.org.uk/file/36897/download?token=YZlPqSfM

Santrock, J. W. (2012). Perkembangan Masa Hidup Edisi Ketigabelas Jilid II. Jakarta : Erlangga

Saricaoglu, H., & Arslan, C. (2013). An Investigation into Psychological Well-Being Levels of Higher Education Students with Respect to Personality Traits and Self-Compassion. Educational Sciences : Theory and Practice, 13(4), 2097-2104.

Diunduh dari

http://self-compassion.org/wp-content/uploads/2016/06/Saricaoglu_Arslan_2013.pdf


(39)

79

Tan, J. S. (2008). The Myths and Realities of Maternal Employment. Dalam Marcus-Newhall, A., Halpern, D. F., & Tan, J. S. (Eds.), The Changing Realities of Work and Family (9-24). United Kingdom : Blackwell Publishing, Ltd.

Thurackal, J.T., Coveleyn, J., & Dezutter, J. (2016). Personality and Self-Compassion.

European Journal of Mental Health, 11(01-02), 18-35. Diunduh dari


(40)

DAFTAR RUJUKAN

Badan Pusat Statistik Kota Bandung. (2015). Kota Bandung Dalam Angka. Diunduh dari http://bandungkota.bps.go.id/website/pdf_publikasi/Kota-Bandung-Dalam-Angka-2015.pdf

John, O. P., & Srivastava, S. (tanpa tahun). Big Five Inventory (BFI). Diunduh dari http://fetzer.org/sites/default/files/images/stories/pdf/selfmeasures/PersonalityBigFive Inventory.pdf

Kantor Perburuhan Internasional. (2004). Undang-undang Ketenagakerjaan Indonesia. Diunduh dari http://www.kpcmelati.or.id/download/Publication_wcms.pdf

Neff, K. D. (tanpa tahun). Self-Compassion Scale. Diunduh dari http://self-compassion.org/wpcontent/uploads/2015/06/Self_Compassion_Scale_for_researchers. pdf


(1)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur ke-hadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya, penelitian ini akhirnya dapat terselesaikan. Shalawat dan Salam senantiasa tercurahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW, sebaik-baik hamba dan Nabi akhir zaman pembawa kebenaran dan kesempurnaan.

Atas berkat Rahmat dan Kebesaran-Nya peneliti dapat menyelesaikan penelitian

dengan judul “Pengaruh Trait Kepribadian terhadap Self-Compassion pada Ibu Bekerja di

Bandung”. Penelitian ini disusun dan diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Skripsi di Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha.

Dalam menyelesaikan penelitian ini, banyak halangan dan kesulitan yang peneliti hadapi. Peneliti menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan mengingat keterbatasan pengetahuan dan kemampuan peneliti. Berkat bantuan dan dukungan berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung, baik dukungan moril maupun materil, akhirnya peneliti dapat menyelesaikan penelitian ini. Berkenaan dengan itu, pada kesempatan ini peneliti ingin menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penyelesaian penelitian ini. Ucapan terima kasih peneliti tujukan kepada :

1. Dr. Ria Wardhani, M.Si, Psikolog, selaku dosen pembimbing utama yang telah meluangkan waktu untuk membimbing, memberi masukan, dan mengoreksi penelitian ini. 2. Elda Anggriana, M.Psi, Psikolog, selaku dosen pembimbing pendamping yang telah

meluangkan waktu untuk membimbing, memberi masukan, mengoreksi selama proses penulisan penelitian ini.


(2)

3. Papa, Mama, Kak Yuli, Kak Indra dan Mita yang telah membantu dalam penulisan penelitian ini, baik memberikan dukungan maupun materi. Terima kasih untuk setiap doa, kesabaran, dukungan, dan perhatiannya.

4. Teman-teman seperjuangan, khususnya Iefa, Airin, Novi, Muti, Shei, Atha, Ume, dan lainnya yang telah saling mendukung dan memberikan masukan selama penulisan penelitian ini. Terima kasih telah bersedia menjadi teman bertukar pikiran dan bertukar informasi, selalu menyemangati dan saling mengingatkan satu sama lain.

5. Terima kasih kepada ibu bekerja yang telah bersedia meluangkan waktu untuk mengisi kuesioner yang telah diberikan oleh peneliti. Tanpa kesediaannya, penelitian ini tidak akan bisa selesai sampai akhir.

6. Terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam pengambilan data. Ibu Imas yang telah melungkan waktu di sela-sela kesibukannya melanjutkan studi dan mengajar untuk membantu proses pengambilan data. Kedua kakak ipar Sheilla Fitrian yang telah bersedia membantu proses pengambilan data di tengah-tengah kesibukannya bekerja dan mengurus keluarga. Atikah Airindayu Utari dan DAK Novietha MDP yang telah bersedia meluangkan waktu untuk membantu meskipun sibuk bekerja.

7. Semua pihak yang namanya tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah banyak membantu serta mendukung peneliti sehingga penelitian ini dapat selesai.

Akhir kata, peneliti berharap penelitian ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkannya.

Bandung, Januari 2017


(3)

77

Universitas Kristen Maranatha DAFTAR PUSTAKA

Barnard, L. K., & Curry, J. F. (2011). Self-compassion : Conceptualizations, correlates, & intervention. Review of General Psychology, 15(4), 289-303. Diunduh dari http://self-compassion.org/wp-content/uploads/publications/barnard.review.pdf

Crouter, A. C., & McHale, S. M. (2005). The Long Arm of the Job Revisited : Parentingin Dual-Earner Families. Dalam Luster, T., & Okagaki, L. (Eds.), Parenting : An

Ecological Perspective Second Edition (275-296). London : Lawrence Erlbaum

Associates Publisher.

Davis, S. N., & Risman, B. J. (2003). Dual-Earner Family. In International Encyclopedia of

Marriage and Family Second Edition. (Vol 1 : Ab-Du, pp. 496-501). New York : The

Gale Group, Inc.

Duvall, E & Miller, C. M. (1985). Marriage and Family Development 6th ed. New York : Harper & Row Publisher.

Feist, J., & Feist, G. J. (2008). Theorist of Personalities Seventh Edition. New York :

McGraw−Hill Companies, Inc.

Furlong, N. E. (2000). Basic Research Methods and Statistic : An Integrated Approach. Santa Barbara : Hacourt College Publisher.

Ghozali, I. (2009). Aplikasi Analisis Multivariate dengan program SPSS Edisi Keempat. Semarang : Universitas Diponegoro

Gonyea, J. G. (2003). Adulthood. In International Encyclopedia of Marriage and Family

Second Edition. (Vol 1 : Ab-Du, pp. 36-42). New York : The Gale Group, Inc.

Gottfried, A. E., & Gottfried, A. W. (2008). The Upside of Maternal and Dual-Earner Employment : A Focus on Positive Family Adaptation, Home Environments, and Child Development in the Fullerton Longitudinal Study. Dalam Marcus-Newhall, A., Halpern, D. F., & Tan, J. S. (Eds.), The Changing Realities of Work and Family (25-42). United Kingdom : Blackwell Publishing, Ltd.

Hurlock, E. B. (1997). Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang

Kehidupan Edisi 5. Jakarta : Erlangga.

John, O. P., & Srivastava, S. 1999. The Big-Five trait taxonomy: History, measurement, and theoretical perspectives. Dalam L.A. Pervin & O. P. John (Eds), Handbook of

personality: Theory and research, 2, 102–138. Diunduh dari moityca.com.br/pdfs/bigfive_John.pdf

Kumar, R. (1999). Research Methodology : A Step-by-Step Guide for Beginners. London : SAGE Publication, Inc.


(4)

78

Lamanna, M. A., & Riedmann, A. (1985). Marriages and Families Making Choices

Throughout the Life Cycle Second Edition. California : Wadsworth Publishing

Company.

Lestari, S. (2012). Psikologi Keluarga : Penanaman Nilai dan Penanganan Konflik dalam

Kelurga. Jakarta : Kencana.

Mc. Crae, R. R., & Costa, P. T. Jr. (2003). Personality in Adulthood Second Edition A

Five-Factor Theory Perspective. New York : The Guildford Press.

Neff, K. D. (2003a). Self-compassion: An alternative conceptualization of a healthy attitude toward oneself. Self and Identity, 2, 85-102. Diunduh dari http://self-compassion.org/wp-content/uploads/publications/SCtheoryarticle.pdf

Neff, K. D. (2003b). The development and validation of a scale to measure self-compassion. Self and Identity, 2, 223-250. Diunduh dari http://self-compassion.org/wp-content/uploads/publications/empirical.article.pdf

Neff, K. D., Krikpatrick, K. L., & Rude, S. S. (2007). An examination of self-compassion in relation to positive psychological functioning and personality traits. Journal of

Research in Personality, 41, 908–916. Diunduh dari http://self-compassion.org/wp-content/uploads/publications/JRPbrief.pdf

Neff, K. D. (2011a). Self-compassion, Self-esteem, and Well-Being. Social and Personality

Compass, 5, 1-12. Diunduh dari http://self-compassion.org/wp-content/uploads/2015/12/SC.SE_.Well-being.pdf

Neff, K. D. (2011b). Self-compassion : Stop Beating Yourself Up and Leave Insecurity

Behind. New York : Harper Collins.

Neff, K. D. (2016, April 12). Does Self-Compassion Entail Reduced Self-Judgment, Isolation, and Over-Identification? A Response to Muris, Otgaar, and Petrocchi (2016) [Letter to the editor]. Mindfulness. Diunduh dari http://self-compassion.org/wp-content/uploads/2016/04/Neff2016b-1.pdf

Reynolds, T., Callender, C., & Edwards, R. (2003). Caring and counting : The impact of

mothers’ employment on family relationships. Diunduh dari

https://www.jrf.org.uk/file/36897/download?token=YZlPqSfM

Santrock, J. W. (2012). Perkembangan Masa Hidup Edisi Ketigabelas Jilid II. Jakarta : Erlangga

Saricaoglu, H., & Arslan, C. (2013). An Investigation into Psychological Well-Being Levels of Higher Education Students with Respect to Personality Traits and Self-Compassion. Educational Sciences : Theory and Practice, 13(4), 2097-2104.

Diunduh dari

http://self-compassion.org/wp-content/uploads/2016/06/Saricaoglu_Arslan_2013.pdf


(5)

79

Universitas Kristen Maranatha Tan, J. S. (2008). The Myths and Realities of Maternal Employment. Dalam

Marcus-Newhall, A., Halpern, D. F., & Tan, J. S. (Eds.), The Changing Realities of Work and

Family (9-24). United Kingdom : Blackwell Publishing, Ltd.

Thurackal, J.T., Coveleyn, J., & Dezutter, J. (2016). Personality and Self-Compassion.

European Journal of Mental Health, 11(01-02), 18-35. Diunduh dari


(6)

DAFTAR RUJUKAN

Badan Pusat Statistik Kota Bandung. (2015). Kota Bandung Dalam Angka. Diunduh dari http://bandungkota.bps.go.id/website/pdf_publikasi/Kota-Bandung-Dalam-Angka-2015.pdf

John, O. P., & Srivastava, S. (tanpa tahun). Big Five Inventory (BFI). Diunduh dari http://fetzer.org/sites/default/files/images/stories/pdf/selfmeasures/PersonalityBigFive Inventory.pdf

Kantor Perburuhan Internasional. (2004). Undang-undang Ketenagakerjaan Indonesia. Diunduh dari http://www.kpcmelati.or.id/download/Publication_wcms.pdf

Neff, K. D. (tanpa tahun). Self-Compassion Scale. Diunduh dari http://self-compassion.org/wpcontent/uploads/2015/06/Self_Compassion_Scale_for_researchers. pdf