REALISASI HEAD ACTS, SUPPORTIVE MOVES, DAN MODIFIKASI INTERNAL TUTURAN MEMINTA ORANG TUA TUNGGAL.

(1)

Agis Andriani, 2012

Realisasi Head Acts, Supportive Moves, Dan Modifikasi Internal Tuturan Meminta Orang Tua Tunggal BAB I

PENDAHULUAN

Bab ini memaparkan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, landasan teoretis, definisi operasional, sistematika penulisan dan penutup. Latar belakang masalah penelitian berisi alasan dilaksanakannya penelitian sehingga memunculkan pertanyaan penelitian yang didukung oleh penjelasan tujuan penelitian, manfaat penelitian serta landasan teoretis yang digunakan peneliti untuk mendasari penelitian. Selain itu, disajikan pula definisi operasional yang berfungsi untuk menjelaskan batasan dari pokok-pokok permasalahan penelitian, sedangkan sistematika penulisan berfungsi untuk memberi gambaran penjelasan dari tiap bab penelitian ini.

1. 1. Latar Belakang Masalah Penelitian

Seorang wanita menjadi orang tua tunggal (single parent) disebabkan karena kehilangan pasangannya. Sidel (2006) menyatakan bahwa ibu tunggal adalah wanita yang bercerai dengan suaminya, berpisah (kematian), dan wanita yang memiliki anak di luar pernikahan. Ketika kehilangan tersebut terjadi pada seorang wanita, maka dia berperan dalam pengambilalihan peran yang sebelumnya dilaksanakan oleh pasangannya (suaminya).

Pengambilalihan peran sebagai ‘ayah’ dan ‘ibu’ diduga dapat menimbulkan fenomena unik

yang berhubungan dengan fungsi bahasa. Hal ini disebabkan karena bahasa menunjukkan identitas seseorang dalam lingkup pergaulan yang erat kaitannya dengan latar belakang penggunanya, misalnya jenis kelamin, asal daerah, profesi, umur, dan kelompok etnik dan aliran kepercayaannya (Nadar, 2009). Selain itu, bahasa berfungsi sebagai alat untuk menyampaikan gagasan dan


(2)

Agis Andriani, 2012

Realisasi Head Acts, Supportive Moves, Dan Modifikasi Internal Tuturan Meminta Orang Tua Tunggal

perasaan, misalnya menyampaikan permintaan akan sesuatu hal.

‘Meminta’ merupakan salah satu jenis tindak tutur. Tindak tutur itu sendiri merupakan

‘kategori yang kaya akan fenomena-fenomena pragmatik’ (Cummings, 2007). Selain itu, menurut Blum-Kulka (1989), suatu tuturan meminta memiliki bagian-bagian yang disebut alerters, head acts, supportive moves, dan internal modifications. Alerters dalam tuturan meminta berfungsi sebagai penarik perhatian. Head acts sendiri menjadi bagian penting yang dapat mengungkap ilokusi yang terdapat dalam suatu tuturan meminta. Kehadiran modifikasi internal juga memberikan derajat imposisi pada tuturan meminta yang disampaikan.

Penelitian mengenai tuturan meminta telah banyak dilakukan sebelumnya. Blum-Kulka (1989) melakukan penelitian variasi tuturan meminta yang digunakan oleh masyarakat Israel. Variasi yang terdapat dalam tuturan meminta tersebut dipengaruhi oleh variabel personal, tipe tuturan meminta, seting, media dan variabel sosial. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa jarak sosial dan kekuasaan dalam masyarakat Israel mempengaruhi pilihan atas penggunaan tuturan meminta.

Penelitian lain yang berkaitan dengan realisasi tindak tutur adalah penelitian dari Takahashi& Beebe (dalam Kasper &Blum-kulka, 1993) yang berjudul Cross-Linguistic Influence in the Speech Act Correction. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pola alih gaya (style shifting) yang dilakukan oleh penutur Jepang memiliki frekuensi tertinggi dalam penggunaannya di situasi tertentu. Sementara pada kondisi yang sama, penutur Amerika lebih banyak menggunakan pelembut (softener) ketika mereka berbicara kepada seseorang, baik yang memiliki status sosial tinggi ataupun rendah. Pola alih gaya (style shifting) sangat penting karena hal tersebut merupakan aspek yang signifikan dari ciri sosiolinguistik dalam budaya Jepang dan Amerika.


(3)

Agis Andriani, 2012

Realisasi Head Acts, Supportive Moves, Dan Modifikasi Internal Tuturan Meminta Orang Tua Tunggal

Penelitian Rue dan Zhang (2008) membandingkan antara requesting para penutur yang berbahasa ibu Bahasa Korea dan Mandarin. Para penutur tersebut adalah mereka yang bekerja di perusahaan-perusahaan di Amerika. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa Penutur yang berbahasa ibu Bahasa Korea dan Bahasa Mandarin rata-rata menggunakan tuturan meminta dengan direct strategy dalam percakapan natural daripada percakapan yang terjadi saat bermain peran (role play). Hal ini berarti bahwa perilaku dalam pertuturan pada partisipan ini berbeda antara pertuturan dalam situasi sebenarnya dengan pertuturan yang terjadi di dalam role play.

Penelitian ini relevan pula dengan penelitian yang dilakukan oleh Hassall (1999) mengenai Requesting Strategy in Indonesian. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa meminta dalam Bahasa Indonesia memiliki tiga jenis strategi yang sesuai dengan kategorisasi strategi meminta Blum-Kulka (1989), yaitu stategi langsung, stategi tak langsung konvensional, dan strategi tak langsung tak konvensional. Selain itu, masing-masing strategi memiliki variasinya masing-masing. Untuk menyampaikan permintaan, subjek menggunakan strategi langsung secara dominan dalam berbagai situasi yang diberikan.

Penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya, karena penelitian ini adalah jenis penelitian kualitatif yang menggunakan subjek secara lebih spesifik, yaitu subjek penelitian yang berstatus orang tua tunggal. Penelitian ini juga membahas tuturan meminta secara keseluruhan dari unsur head acts, supportive moves dan modifikasi internal dalam tuturan meminta, sedangkan pada penelitian sebelumnya unsur-unsur tersebut hanya dibahas per bagian. Selain itu, seting penelitian dalam pengumpulan data adalah aktivitas di waktu luang orang tua tunggal ketika sedang berinteraksi dengan anaknya. Interaksi tersebut berupa percakapan natural yang selanjutnya direkam oleh peneliti untuk dijadikan sumber data tuturan meminta orang tua tunggal kepada anaknya.


(4)

Agis Andriani, 2012

Realisasi Head Acts, Supportive Moves, Dan Modifikasi Internal Tuturan Meminta Orang Tua Tunggal 1. 2. Rumusan Masalah Penelitian

Masalah pada penelitian ini difokuskan pada realisasi tuturan meminta orang tua tunggal pada percakapan dengan anaknya. Berdasarkan latar belakang masalah dan rumusan masalah mengenai realisasi tuturan meminta tersebut, maka pertanyaan penelitian pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah realisasi tuturan meminta orang tua tunggal berdasarkan head acts pada percakapan dengan anaknya?

2. Bagaimanakah realisasi fungsi tuturan penyerta head acts yang terdapat dalam tuturan meminta orang tua tunggal?

3. Bagaimanakah realisasi derajat pemaksaan dalam head acts sebuah tuturan meminta seperti tampak pada penggunaan modifikasi internal?

1. 3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui realisasi tuturan meminta orang tua tunggal berdasarkan head acts pada percakapan dengan anaknya.

2. Untuk mengetahui realisasi fungsi tuturan penyerta head acts yang terdapat dalam tuturan meminta orang tua tunggal.

3. Untuk mengetahui realisasi derajat pemaksaan dalam head acts sebuah tuturan meminta seperti tampak pada penggunaan modifikasi internal.


(5)

Agis Andriani, 2012

Realisasi Head Acts, Supportive Moves, Dan Modifikasi Internal Tuturan Meminta Orang Tua Tunggal

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi berbagai pihak. Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Pengembangan teori linguistik, khususnya pragmatik dalam bidang kajian tindak tutur. 2. Input bagi orang tua, khususnya yang menjadi orang tua tunggal (ibu) agar

dapat membina hubungan komunikasi yang lebih baik dengan anak-anaknnya.

1. 5. Definisi Operasional

Peneliti mendefinisikan istilah-istilah yang terdapat dalam permasalahan penelitian, yaitu orang tua tunggal, tuturan meminta, head acts, tuturan pendukung dan modifikasi internal. Orang tua

tunggal adalah wanita yang memilih untuk membesarkan dan mendidik anak-anaknya seorang

diri tanpa kehadiran seorang pasangan hidup. Wanita ini memutuskan tidak menikah lagi karena perceraian dengan suaminya atau karena suaminya meninggal dunia. Tuturan meminta adalah ekspresi verbal yang dilakukan orang tua tunggal untuk menyampaikan keinginannya dengan cara meminta anaknya untuk melakukan hal yang diinginkannya itu. Head Acts adalah bagian tuturan meminta yang memiliki ilokusi dan menjadi maksud pokok yang disampaikan orang tua tunggal pada tuturan meminta. Tuturan Penyerta (Supportive Moves) adalah ungkapan yang mendukung tuturan meminta yang dilakukan oleh orang tua tunggal dan

berfungsi untuk ‘memperburuk’ dan ‘meringankan’ kesan permintaan dalam head acts.

Modifikasi internal adalah cara penyajian head acts suatu tuturan meminta ketika tuturan

tersebut disampaikan oleh orang tua tunggal untuk menimbulkan dampak tertentu pada mitra tuturnya.


(6)

Agis Andriani, 2012

Realisasi Head Acts, Supportive Moves, Dan Modifikasi Internal Tuturan Meminta Orang Tua Tunggal

Penulisan tesis ini dibagi menjadi lima bab pembahasan yang terdiri atas Bab I yang berisi latar belakang masalah penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, landasan teoretis, definisi operasional, sistematika penulisan dan penutup. Bab II berisi telaah ikhwal tindak tutur, tuturan meminta, modifikasi eksternal (supportive moves), head acts, modifikasi internal, dominasi dan jarak sosial. Bab III berisi metode penelitian, subjek penelitian, data dan sumber data, teknik pengumpulan data dan teknik analisis data. Bab IV berisi temuan dan pembahasan mengenai realisasi tuturan meminta orang tua tunggal dari tuturan penyerta atau modifikasi eksternal, head acts dan modifikasi internal beserta dominasi dan jarak sosial yang terjadi. Bab V berisi simpulan dan saran.

1.7. Penutup

Demikian penulis menjelaskan latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi operasional dan sistematika penulisan tesis ini. Pada bab berikutnya, penulis menyajikan telaah ikhwal tuturan meminta yang dilakukan oleh orang tua tunggal kepada anak-anaknya. Telaah ini disertai dengan penjelasan teoretis mengenai elemen-elemen yang turut serta dengan tuturan meminta tersebut. Elemen-elemen tersebut adalah head acts, tuturan penyerta atau modifikasi eksternal, dan modifikasi internal yang terjadi pada tuturan meminta orang tua tunggal dalam percakapan dengan anaknya.


(7)

Agis Andriani, 2012

Realisasi Head Acts, Supportive Moves, Dan Modifikasi Internal Tuturan Meminta Orang Tua Tunggal Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

BAB III

METODE PENELITIAN

Bab ini memaparkan penjelasan mengenai metode penelitian yang digunakan peneliti dalam melakukan penelitian. Selain itu, bab ini menjelaskan desain penelitian, yang meliputi subjek penelitian serta data dan sumber data penelitian, teknik pengumpulan data dan teknik analisis data yang digunakan oleh peneliti untuk menafsirkan hasil penelitian.

3.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Nasution (2003:5) mengatakan bahwa “Penelitian kualitatif pada hakekatnya ialah mengamati orang dalam lingkunagn hidupnya, berinteraksi dengan mereka, berusaha memahami bahasa dan tafsiran mereka tentang dunia di sekitarnya”. Menurut sifat permasalahnnya penelitian ini tergolong penelitian deskriptif. Margono, (2003: 8) “Penelitian deskripsi berusaha memberikan dengan sistematis dan cermat fakta-fakta aktual dan

sifat populasi tertentu”. Sehingga berdasarkan pendekatan yang digunakan, penelitian ini

termasuk penelitian deskriptif kualitatif. Artinya peneliti memberikan gambaran keadaaan mengenai realisasi tuturan meminta yang terdapat pada percakapan yang terjadi antara orang tua tunggal dan anak-anaknya.

1.2. Desain Penelitian

Desain penelitian ini terdiri atas pembahasan mengenai subjek penelitian, data dan sumber data, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data.


(8)

Agis Andriani, 2012

Realisasi Head Acts, Supportive Moves, Dan Modifikasi Internal Tuturan Meminta Orang Tua Tunggal Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

3.2.1. Subjek Penelitian

Subjek penelitian dipilih secara terarah/bertujuan. Hal ini dilakukan agar peneliti dapat menentukan subjek penelitian yang sesuai dengan kriteria yang ditetapkan. Purposive sampling itu sendiri, menurut Alwasilah (2002: 146),adalah “jurus agar manusia, latar, kejadian tertentu (unik, khusus, tersendiri, aneh, nyeleneh) betul-betul diupayakan terpilih (tersertakan) untuk memberikan informasi penting yang tidak mungkin diperoleh melalui jurus lain”.

Subjek pada penelitian ini adalah tiga keluarga orang tua tunggal yang tinggal di Kota Tasikmalaya. Subjek-subjek penelitian tersebut adalah ibu sebagai orang tua tunggal yang memiliki usia antara 40-55 tahun. Usia ini berada pada masa manusia sudah mengambil posisinya dalam masyarakat dan menerima tanggung jawab dari hal-hal yang terjadi di lingkungan sekitarnya. Hal ini sejalan dengan Erikson dalam Feist & Feist (2010: 306) “...masa dewasa, yaitu masa di mana manusia mulai mengambil bagian dalam masyarakat dan menerima tanggung jawab dari apapun yang diberikan oleh masyarakat.”

S#1 adalah orang tua tunggal yang beusia 46 tahun, berlatar belakang pendidikan sekolah dasar, memiliki anak laki-laki yang berusia 14 tahun dan telah menjadi orang tua tunggal selama 8 tahun. S# 2 adalah orang tua tunggal yang berusia 53 tahun dan memiliki anak perempuan berusia 23 tahun, berlatar belakang pendidikan sekolah menengah atas dan telah menjadi orang tua tunggal selama 20 tahun. Subjek penelitian berikutnya adalah S#3. S#3 adalah orang tua tunggal yang berusia 42 tahun, berlatar pendidikan perguruan tinggi, memiliki anak laki-laki berusia 10 tahun dan telah menjadi orang tua tunggal selama 7 tahun (Tabel 3.1).

Alasan mereka menjadi orang tua tunggal adalah karena perceraian dengan pasangan atau karena pasangan meninggal dunia sehingga akhirnya mereka memutuskan untuk tidak


(9)

Agis Andriani, 2012

Realisasi Head Acts, Supportive Moves, Dan Modifikasi Internal Tuturan Meminta Orang Tua Tunggal Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

menikah lagi. Pilihan orang tua tunggal perempuan sebagai subjek penelitian pun karena orang tua tunggal ini diharapkan lebih kolaboratif dari sisi kebahasaannya dari pada orang tua tunggal laki-laki. Eckert (2003:134) mengatakan, “ Thus women are said to be more polite-to use more polite language than men; this is said to be because they are more other oriented, more

collaborative, more affective.” Sejalan dengan pernyataan tersebut, Sumarsono (2009:133) menyatakan,‟…tuturan wanita bukan hanya berbeda, melainkan juga lebih “benar”. Ini merupakan pencerminan kenyataan sosial, pada umumnya dari pihak wanita diharapkan tingkah laku sosial yang lebih “benar”.

Selain itu, kriteria pengambilan subjek penelitian didasarkan pada komponen tutur yang dikemukakan oleh Poedjosoedarmo (1985) (dalam Nadar, 2009) yang menyatakan bahwa orang pertama atau penutur akan memiliki kebiasaan berbahasa yang berbeda hal ini dipengaruhi oleh latar belakang penutur yang menyangkut jenis kelamin, asal daerah, asal golongan masyarakat, umur, profesi, kelompok etnik, dan aliran kepercayaan. Hal ini menunjukkan bahwa pemilihan subjek penelitian berdasarkan latar belakang pendidikannya dapat menunjukkan perbedaan kebiasaan berbahasa.

Table 3.1.

Profil Partisipan Orang Tua Tunggal Partisipan Umur Pendidikan

/pekerjaan

Alasan Lama menjadi

orang tua tunggal

S#1 46 SD Suami meninggal

dunia

8 tahun

S#2 53 SMA bercerai 20 tahun


(10)

Agis Andriani, 2012

Realisasi Head Acts, Supportive Moves, Dan Modifikasi Internal Tuturan Meminta Orang Tua Tunggal Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

3.2.2. Data dan Sumber Data

Sumber data adalah rekaman percakapan natural yang diperoleh dari subjek penelitian, yaitu tiga keluarga yang terdiri atas orang tua tunggal yang memiliki latar pendidikan yang berbeda (Table 3.1).Data observasi dalam penelitian ini adalah berupa tuturan meminta yang diperoleh dari percakapan orang tua tunggal dengan anaknya. Menurut Nasution (2003:59) “ Data obsevasi berupa deskripsi yang faktual, cermat dan terinci mengenai keadaan lapangan, kegiatan manusia dan situasi sosial, serta konteks di mana kegiatan-kegiatan itu terjadi.”

Data penelitian ini diperoleh melalui observasi non partisipan secara „salient field observations‟( Mcmillan & Schumacher, 2001). Obsevasi ini dilakukan dengan perekaman atas percakapan yang dilakukan orang tua tunggal dan anak-anaknya. Percakapan ini, jika dilihat dari pandangan penganut teori Grice, adalah sebagai suatu aktivitas kerjasama atau „cooperative activity‟ (Wardhaugh, 1992). Selain itu, peneliti juga melakukan pencatatan terhadap hal-hal yang mendukung percakapan yang dilakukan, misalnya konteks percakapan tersebut. Konteks meliputi tema percakapan, waktu, tempat, jenis kegiatan dan penutur serta petutur. Dari hasil perekaman dan pencatatan tersebut akan diperoleh data tuturan lisan serta pendukung tuturan lisan tersebut, misalnya suasana tuturan, peristiwa, waktu dan tempat ketika tuturan dalam percakapan itu terjadi.

Data diperoleh dari perekaman percakapan tersebut dengan menggunakan alat perekam merk Sony TCM 150. Untuk tercapainya rich data atau „data yang kaya atau melimpah merujuk pada data yang rinci, lengkap dan beragam sehingga mengungkapkan apa yang sebenarnya terjadi‟ (Alwasilah, 2002:178), peneliti melaksanakan proses pengamatan selama 5 bulan dari bulan Mei 2011 hingga bulan September 2011.


(11)

Agis Andriani, 2012

Realisasi Head Acts, Supportive Moves, Dan Modifikasi Internal Tuturan Meminta Orang Tua Tunggal Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

3.2.3. Teknik Pengumpulan Data

Peneliti mengumpulkan data secara natural dari subjek-subjek tersebut dengan melakukan observasi pada saat mereka melakukan aktivitas komunikasi verbal di saat waktu luang mereka, misalnya ketika menonton tv, memasak, atau berkumpul bersama yang disebut sebagai „commonplace activities‟ (Wardhaugh, 1992). Aktivitas ini adalah aktivitas yang sering berulang terjadi dan lebih mudah untuk dikenali untuk digunakan dalam pengamatan. Waktu luang digambarkan sebagai waktu senggang yang digambarkan setelah segala kebutuhan yang mudah dilakukan telah selesai dilakukan. Waktu luang juga merupakan sesuatu yang terbentuk dari berbagai kegiatan yang bersifat mendidik atau menghibur. Aktivitas leisure di dalam rumah bisa juga dilakukan untuk menjadi sarana dalam berkomunikasi dengan anak karena rumah memegang peranan penting dalam penyediaan aktivitas leisure. Peranan penting tersebut didasarkan pada alasan bahwa ada orang yang tidak bisa meninggalkan rumah mereka sehingga kegiatan-kegiatan yang dilakukan hanya dilaksanakan di rumah, misalnya menonton tv, memasak, mendengarkan musik, menjahit dan berkebun.

Dalam observasi tersebut peneliti melakukan perekaman terhadap tuturan yang dilakukan oleh orang tua tunggal dan anaknya pada saat melakukan percakapan. Obsevasi dianggap teknik pengumpulan data yang memiliki banyak kelebihan, diantaranya peneliti dapat mengamati secara langsung kejadian yang dialami subjek penelitian dan hal ini merupakan „tes kebenaran yang paling alami‟ (Alwasilah, 2002).

Teknik pengumpulan data diawali dengan melakukan perekaman percakapan untuk tiap keluarga. Perekaman dilakukan pada percakapan yang terjadi antara orang tua tunggal dengan anaknya ketika mereka berkomunikasi pada waktua luang mereka. Perekaman ini pun menyertakan etika dalam penelitian, yaitu meminta izin dari para subjek penelitian untuk


(12)

Agis Andriani, 2012

Realisasi Head Acts, Supportive Moves, Dan Modifikasi Internal Tuturan Meminta Orang Tua Tunggal Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

mengambil data percakapan mereka yang akan digunakan sebagai data penelitian ini. Subjek-subjek penelitian ini pun diminta kerelaannya untuk direkam percakapannya. Grundy (2008:252) mengatakan, “Asking permission before collecting data…Asking permission once

the data has been collected.” Hal ini yang menjadi landasan peneliti untuk mengumpulkan data dengan melibatkan etika penelitian terhadap para subjek yang diminta untuk berpartisipasi dalam penelitian ini.

Untuk Selanjutnya perekaman tersebut dilengkapi dengan catatan lapangan terhadap konteks yang mendukung percakapan tersebut ketika dilakukan. Karena interaksi sosial yang terjadi antara para orang tua tunggal dan anak-anaknya sangat beragam, maka peneliti hanya merekam percakapan yang mereka lakukan pada waktu luang mereka saja untuk tuturan meminta yang diharapkan peneliti.

Untuk membantu kelancaran penelitian dan alamiahnya data yang diperoleh, peneliti melibatkan dua orang asisten peneliti yang berada langsung di lapangan pada saat pengamatan. Asisten ini memiliki kedekatan dengan subjek penelitian. Adanya rapport atau „hubungan antara peneliti dan subjek yang sudah benar-benar melebur sehingga seolah-olah tidak ada lagi dinding pemisah diantara keduanya‟ (Moleong, 2011), dapat mendukung proses pengumpulan data sehingga data alamiah yang diinginkan benar-benar dapat diperoleh secara maksimal. Untuk tercapainya data yang diinginkan, peneliti selalu mengkomunikasikan hal-hal yang perlu untuk diketahui oleh asisten-asisten peneliti. Hal ini dilakukan agar target-target data sesuai dengan yang diharapkan dan asisten-asisten ini tetap on the track.

3.2.4 Teknik Analisis Data


(13)

Agis Andriani, 2012

Realisasi Head Acts, Supportive Moves, Dan Modifikasi Internal Tuturan Meminta Orang Tua Tunggal Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

tersebut adalah reduksi data, koding data, kategorisasi dan deskripsi data. Pada tahap reduksi, data yang telah ditranskripsikan dipilah-pilah untuk menentukan tuturan meminta pada tiap baris tuturan yang terjadi dalam seluruh percakapan antara para orang tua tunggal dan anak-anaknya. Semua tuturan meminta yang sudah ditentukan, kemudian melalui proses koding (Tabel 3.2). Koding membantu peneliti dalam mengidentifikasi tuturan meminta , sehingga kemunculan tuturan tersebut dalam percakapan akan lebih mudah diketahui dan juga mendukung penyusunan kategorisasi dan subkategorisasi. Atas dasar hal tersebut, maka kategorisasis disusun berdasarkan strategi requesting Blum-Kulka (1989), yang terdiri atas direct stategy, conventionally indirect strategy dan inconventionally indirect strategy. Subkategorinya terdiri atas mood derivable, explicit performative, hedge performative, obligation statement, want statement, suggestory formula, query preparatory, strong hint dan mild hint. Selain itu, unsur penggugah dan perspektif tuturan meminta pun dibahas bersamaan dengan deskripsi strategi dan tipe strategi tuturan meminta.

Karena dalam tuturan meminta, head acts berkaitan dengan tuturan pendukung (supportive moves) (Tabel 3.3) dan modifikasi internalnya (Tabel 3.4), maka selanjutnya data yang telah dikelompokan melalui koding kategorisasi ini diidentifikasi dan dideskripsikan juga unsur modifikasi internalnya apakah memiliki unsur downgraders atau upgraders. Setelah proses ini selesai, peneliti menginterpretasi hasil yang diperoleh dari deskripsi tersebut untuk mengetahui kecenderungan yang muncul dari data yang diperoleh pada penelitian untuk menjelaskan wujud realisasi head acts, fungsi tuturan penyerta dan derajat pemaksaan yang terdapat pada modifikasi internalnya


(14)

Agis Andriani, 2012

Realisasi Head Acts, Supportive Moves, Dan Modifikasi Internal Tuturan Meminta Orang Tua Tunggal Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Tabel. 3.2

Stategi dan Tipe Strategi Berdasarkan Tingkat Ke(tak)langsungan

Strategi Tipe Strategi

Direct Mood derivable

Explisit Performative Hedge performative Want statement Obligation statement

Conventionally Indirect Suggestory formula Query Preparatory

Nonconventionally Indirect Strong Hint Mild Hint

Tabel 3. 3

Tuturan Penyerta (Supportive Moves ) Supportive Moves

Aggravating

Threat Moralizing

Mitigating Preparator

Disarmers Grounders

Imposition minimizer Begging for help


(15)

Agis Andriani, 2012

Realisasi Head Acts, Supportive Moves, Dan Modifikasi Internal Tuturan Meminta Orang Tua Tunggal Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Tabel 3. 4

Internal Modifications Internal Modification

Downgraders Syntactic Downgraders Interrogative Subjunctive

Lexical Downgraders Politeness marker Subjectivizer Appealer

Upgraders Time intensifier

Repetition of request

3. 3. Penutup

Bab selanjutnya menjelaskan pembahasan mengenai temuan penelitian mengenai realisasi tindak tutur permintaan dari para orang tua tunggal . Pembahasan yang terdapat pada bab tersebut adalah berdasarkan modifikasi eksternal, internal dan maksud utama dari tuturan meminta yang dilakukan para orang tua tunggal tersebut.


(16)

Agis Andriani, 2012

Realisasi Head Acts, Supportive Moves, Dan Modifikasi Internal Tuturan Meminta Orang Tua Tunggal Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

SIMPULAN DAN SARAN

Peneliti menyimpulkan hasil penelitian pada bab V mengenai realisasi tuturan meminta yang dilakukan oleh orang tua tunggal kepada anaknya dalam percakapan. Penulis memberikan pula saran atas hasil penelitian ini yang ditujukan untuk para pembaca beserta peneliti selanjutnya yang berminat dengan permasalahan tindak tutur ini.

5.1. Simpulan

Penelitian ini difokuskan pada realisasi tuturan meminta orang tua tunggal dalam percakapan dengan anaknya. Permasalahan penelitian terpusat pada tiga hal, yaitu head acts, supportive moves, dan modifikasi internal tuturan meminta orang tua tunggal. Berikut ini akan disampaikan terlebih dahulu temuan umum dari penelitian ini untuk dijadikan dasar rumusan simpulan. Ada tiga temuan umum yang diperoleh sesuai dengan rumusan pertanyaan penelitian.

Pertama, penelitian menemukan bahwa wujud strategi dalam head acts tuturan meminta orang tua tunggal beserta tipe strategi yang muncul pada tuturan tersebut bervariasi. Orang tua tunggal mewujudkan head acts dalam tiga tingkat strategi, yaitu strategi langsung, strategi tak langsung konvensional, dan strategi tak langsung tak konvensional. Tiga tingkat strategi tersebut memiliki tipe-tipe strategi tersendiri dalam realisasinya. Strategi langsung yang muncul dalam tuturan meminta orang tua tunggal memiliki tipe mood derivable, performatives, obligation statements, dan want statements. Strategi tak langsung konvensional memiliki tipe strategi suggestory formulae dan strategi tak langsung tak konvensional yang digunakan oleh orang tua tunggal dalam tuturan meminta adalah tipe strong hint dan mild hint.


(17)

Agis Andriani, 2012

Realisasi Head Acts, Supportive Moves, Dan Modifikasi Internal Tuturan Meminta Orang Tua Tunggal Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

tuturan meminta orang tua tunggal. Fungsi yang digunakan oleh orang tua tunggal adalah fungsi aggravating dan mitigating. Fungsi aggravating yang digunakan berjenis ancaman (threat) dan nasehat (moralizing, sedangkan fungsi mitigating yang digunakan adalah jenis preparator, permohonan pertolongan, kesepakatan awal, grounders, disarmers dan imposition minimize. Melalui penggunaan tuturan penyerta tersebut, orang tua tunggal dapat memperburuk (aggravating) atau meringankan (mitigating) suatu tuturan meminta.

Ketiga, penelitian ini menemukan hal mengenai modifikasi internal yang dapat memberi dampak berupa derajat pemaksaan pada suatu tuturan meminta yang digunakan oleh orang tua tunggal. Modifikasi secara internal dilakukan melalui penurun dampak (downgraders)dan penguat dampak (upgraders). Untuk menurunkan dampak, orang tua tunggal memodifikasi tuturan meminta dengan menggunakan penurun dampak berjenis syntactic downgraders dan penurun dampak berjenis kata dan frase. Secara sintaksis, orang tua tunggal menggunakan pertanyaan, negasi dan subjunctives. Secara leksikal, orang tua tunggal menggunakan subjectivizer dan appealers. Sedangkan modifikasi upgraders yang digunakan oleh orang tua tunggal adalah jenis indikator kesepakatan, penanda waktu, dan pengulangan permintaan.

Atas dasar temuan tersebut, maka peneliti menyimpulkan bahwa munculnya variasi dalam head acts, tuturan penyerta dan modifikasi internal dipengaruhi oleh adanya dominasi yang dalam bentuk otoritas dan jarak sosial antara orang tua tunggal dan anaknya. Dominasi dan jarak sosial yang menunjukkan otoritas, ditunjukkan dengan dominasi pilihan strategi langsung dengan tipe mood derivable dalam tuturan meminta orang tua tunggal. Otoritas dan jarak sosial juga ditunjukkan ketika orang tua tunggal lebih sering memilih tuturan penyerta dengan jenis grounder mitigating yang meskipun berfungsi untuk meringankan kesan permintaan, namun tetap saja hal itu adalah hal yang digunakan untuk memaksa. Sama halnya


(18)

Agis Andriani, 2012

Realisasi Head Acts, Supportive Moves, Dan Modifikasi Internal Tuturan Meminta Orang Tua Tunggal Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

dengan tuturan penyerta, modifikasi internal tuturan meminta orang tua tunggal pun menunjukkan otoritas dan jarak sosial melalui dominasi penggunaan appealer downgraders. Walaupun fungsinya untuk menurunkan dampak dari permintaan, namun hal ini adalah wujud dari usaha orang tua tunggal untuk mendapatkan kepatuhan dari anaknya. Semakin langsung strategi yang digunakan, maka semakin dekat hubungan sosial antara penutur dan mitra tuturnya, dan semakin tak langsung strategi yang digunakan, maka semakin santun tuturan meminta yang disampaikan, sehingga hal ini dapat meminimalkan upaya penilakan yang dapat dilakukan oleh mitra tutur.

Selain itu, adanya faktor dualisme peran yang dilakukan oleh orang tua tunggal, terdapat pula dualisme ciri kebahasaan, yaitu ciri kebahasaan laki-laki dan perempuan. Dominasi tpe strategi rumusan saran adalah keunikan yang muncul pada tuturan meminta yang disampaikan orang tua tunggal. Rumusan saran yang terjadi berupa anjuran dan interupsi. Dua hal tersebut adalah salah satu ciri kebahasaan yang dimiliki laki-laki, namun dilakukan juga oleh orang tua tunggal yang memiliki mitra tutur berusia dewasa.

5.2. Saran

Selain temuan dan simpulan yang telah dihasilkan pada penelitian ini,seperti yang telah disajikan pada bagian sebelumnya, ada baiknya untuk meningkatkan kualitas data dan hasil penelitian sejenis harus dipertimbangkan hal-hal sebagai berikut.

Pertama, penelitian ini memiliki beberapa kelemahan, oleh karena itu disarankan agar deskripsi dan ekspolasi tuturan meminta pada orang tua tunggal lebih mendalam, Peneliti selanjutnya diharapkan menggunakan lebih banyak subjek penelitian dan tidak menggunakan hanya tiga subjek penelitian saja. Dengan demikian hasil penelitian yang diperoleh akan


(19)

Agis Andriani, 2012

Realisasi Head Acts, Supportive Moves, Dan Modifikasi Internal Tuturan Meminta Orang Tua Tunggal Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

memiliki gambaran yang lebih menyeluruh mengenai tuturan meminta dan unsur-unsurnya. Kedua, peneliti selanjutnya perlu juga mempertimbangkan faktor lain yang dapat mempengaruhi variasi tuturan meminta, misalnya seting dengan konteks mitra tutur yang memiliki posisi otoritas yang setara atau lebih tinggi, sehingga variasi tuturan meminta yang diperoleh akan lebih bervariasi.

Ketiga, penelitian ini pun diharapkan ditindaklanjuti dengan meneliti respon yang dilakukan oleh mitra tutur orang tua tunggal terhadap tuturan meminta, sehingga pada akhirnya akan diketahui perbandingan kecenderungan penggunaan strategi yang digunakan antara keduanya.

Keempat, penelitian ini pun perlu ditindaklanjuti dengan kajian yang lebih mendalam mengenai fungsi kata partikel yang muncul dalam tuturan meminta subjek berbahasa Sunda, misalnya partikel mah, tah, dan ah.


(20)

Agis Andriani, 2012

Realisasi Head Acts, Supportive Moves, Dan Modifikasi Internal Tuturan Meminta Orang Tua Tunggal

DAFTAR PUSTAKA

Alwasilah, A. Chaedar. (2002). Pokoknya Kualitatif, Dasar-dasar Merancang dan Melakukan Penelitian Kualitatif. Pustaka Jaya: Jakarta

Austin (1962). How to Do Things with Words. dalam Jaworski, Adam & Nicholas Coupland (editor). The Discourse Reader. (2005, hal 55-65). Routledge:New York

Blumkulka, Shoshana,et.all. (1989). Cross-Cultural Pragmatics: Request and Apologies, volume xxxi in the series, advances in discourse processes. Ablex Publishing Corporation Norwood: New Jersey

Cummings, Louise. (2007). Pragmatik, Sebuah Perspektif Multidisipliner. Pustaka Pelajar: Yogyakarta

Djamarah, Syaiful Bahri, Drs, M.Ag. (2004). Pola Komunikasi Orang Tua dan Anak dalam Keluarga. Sebuah Perspektif pendidikan Islam. Jakarta: Rineka Cipta

Eckert, Penelope & Sally McConnel-Ginet.(2008). Language and Gender. Cambridge University Press: Cambridge, UK.

Finegan, Edward, et.all. (1990). Language, Its Structure and Use, Australian Edition. Harcourt Brace Jovanovich. Sydney, Australia.

Grundy, Peter. (2008). Doing Pragmatics, third edition. Hodder Education, part of Hachette Livre: London

Borker, Ruth A & Daniel N. Maltz. (1982). A Cultural Approach to Male-Female Miscommunication. dalam Gumperz J, John. (1982) Language and Social Identity. (Editor). Cambridge University Press:United Kingdom

Hassall, Timothy. (1999). Request Strategi in Indonesia. Dissertation.

International Pragmatics Association.

www.elanguage.net/journals/pragmatics[06/09/12, 23:11]

Holtgraves, M. Thomas. (2002). Language as Social Action. Social Psychology and Language Use. Lawrence Erlbaum associates publisher:Mahwah, New Jersey.

Kasper, Gabriele &Shoshana Blumkulka. (1993). Interlanguage Pragmatics. Oxford University Press: New York


(21)

Agis Andriani, 2012

Realisasi Head Acts, Supportive Moves, Dan Modifikasi Internal Tuturan Meminta Orang Tua Tunggal

Kiesling, F. Scott & Christina Bratt Paulston. (2005). Intercultural Discourse and Communication. Blackwell: Oxford, UK

Lakoff, Robin T. (2004). Language and Woman’s Place. Oxford University Press: New York

Levinson, C.Stephen.(1983). Pragmatics. Cambridge University Press: UK. Margono, S. (2003). Metode Penelitian Pendidikan. Rineka Cipta: Yogyakarta.

McMillan, H. James & Sally Schumacher. (2001). Research in Education, A Conceptual Introduction, Fifth Edition. Longman: United State.

Moleong, Lexy. (2011). Metode Penelitian Kualitatif, edisi revisi. Rosda Karya. Bandung

Nadar, FX. 2009. Pragmatik dan Penelitian Pragmatik. Graha Ilmu:Yogyakarta

Nasution. (2003). Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Tarsito: Bandung

Rue, Yong-Ju& Grace Qiao Zhang. (2008). Request Strategies, A Comparative Study in Mandarin and Korean. John Benjamins Publishing Company: Philadelphia/ Amsterdam

Scollon, Ron& Suzanne Wong Scollon. (2001). Intercultural Communication. A Discourse Approach, Second Edition. Blackwell Publisher Ltd: USA Searle, J.R. (1971). Philosophy of Language. Oxford University Press: UK.

Searle&Vanverveken. (1985). Foundations of Illocutionary Logic. Cambridge University Press: Cambridge, Great Britain

Sidel, Ruth. (2006). Unsung Heroine. Single Mothers and American Dream. University of California: USA.

Sumarsono. (2009). Sosiolinguistik. Sabda&Pustaka Pelajar: Yogyakarta. Trosborg, Anna.(1995). Interlanguage Pragmatics. Requests, Complaints,

Apologies.Mouton de Gruyter.Berlin

Wardhough, Ronald.(1992). An Introduction to Sociolinguistics, second edition. Blackwell: Oxford, UK


(22)

Agis Andriani, 2012

Realisasi Head Acts, Supportive Moves, Dan Modifikasi Internal Tuturan Meminta Orang Tua Tunggal

Wijana, I Dewa Putu. (1996). Dasar-dasar Pragmatik. Andi:Yogyakarta Yule, George. 1996. Pragmatics. Oxford University Press: UK


(1)

Agis Andriani, 2012

Realisasi Head Acts, Supportive Moves, Dan Modifikasi Internal Tuturan Meminta Orang Tua Tunggal Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

tuturan meminta orang tua tunggal. Fungsi yang digunakan oleh orang tua tunggal adalah fungsi aggravating dan mitigating. Fungsi aggravating yang digunakan berjenis ancaman (threat) dan nasehat (moralizing, sedangkan fungsi mitigating yang digunakan adalah jenis preparator, permohonan pertolongan, kesepakatan awal, grounders, disarmers dan imposition minimize. Melalui penggunaan tuturan penyerta tersebut, orang tua tunggal dapat memperburuk (aggravating) atau meringankan (mitigating) suatu tuturan meminta.

Ketiga, penelitian ini menemukan hal mengenai modifikasi internal yang dapat memberi dampak berupa derajat pemaksaan pada suatu tuturan meminta yang digunakan oleh orang tua tunggal. Modifikasi secara internal dilakukan melalui penurun dampak (downgraders)dan penguat dampak (upgraders). Untuk menurunkan dampak, orang tua tunggal memodifikasi tuturan meminta dengan menggunakan penurun dampak berjenis syntactic downgraders dan penurun dampak berjenis kata dan frase. Secara sintaksis, orang tua tunggal menggunakan pertanyaan, negasi dan subjunctives. Secara leksikal, orang tua tunggal menggunakan subjectivizer dan appealers. Sedangkan modifikasi upgraders yang digunakan oleh orang tua tunggal adalah jenis indikator kesepakatan, penanda waktu, dan pengulangan permintaan.

Atas dasar temuan tersebut, maka peneliti menyimpulkan bahwa munculnya variasi dalam head acts, tuturan penyerta dan modifikasi internal dipengaruhi oleh adanya dominasi yang dalam bentuk otoritas dan jarak sosial antara orang tua tunggal dan anaknya. Dominasi dan jarak sosial yang menunjukkan otoritas, ditunjukkan dengan dominasi pilihan strategi langsung dengan tipe mood derivable dalam tuturan meminta orang tua tunggal. Otoritas dan jarak sosial juga ditunjukkan ketika orang tua tunggal lebih sering memilih tuturan penyerta dengan jenis grounder mitigating yang meskipun berfungsi untuk meringankan kesan permintaan, namun tetap saja hal itu adalah hal yang digunakan untuk memaksa. Sama halnya


(2)

Agis Andriani, 2012

Realisasi Head Acts, Supportive Moves, Dan Modifikasi Internal Tuturan Meminta Orang Tua Tunggal Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

dengan tuturan penyerta, modifikasi internal tuturan meminta orang tua tunggal pun menunjukkan otoritas dan jarak sosial melalui dominasi penggunaan appealer downgraders. Walaupun fungsinya untuk menurunkan dampak dari permintaan, namun hal ini adalah wujud dari usaha orang tua tunggal untuk mendapatkan kepatuhan dari anaknya. Semakin langsung strategi yang digunakan, maka semakin dekat hubungan sosial antara penutur dan mitra tuturnya, dan semakin tak langsung strategi yang digunakan, maka semakin santun tuturan meminta yang disampaikan, sehingga hal ini dapat meminimalkan upaya penilakan yang dapat dilakukan oleh mitra tutur.

Selain itu, adanya faktor dualisme peran yang dilakukan oleh orang tua tunggal, terdapat pula dualisme ciri kebahasaan, yaitu ciri kebahasaan laki-laki dan perempuan. Dominasi tpe strategi rumusan saran adalah keunikan yang muncul pada tuturan meminta yang disampaikan orang tua tunggal. Rumusan saran yang terjadi berupa anjuran dan interupsi. Dua hal tersebut adalah salah satu ciri kebahasaan yang dimiliki laki-laki, namun dilakukan juga oleh orang tua tunggal yang memiliki mitra tutur berusia dewasa.

5.2. Saran

Selain temuan dan simpulan yang telah dihasilkan pada penelitian ini,seperti yang telah disajikan pada bagian sebelumnya, ada baiknya untuk meningkatkan kualitas data dan hasil penelitian sejenis harus dipertimbangkan hal-hal sebagai berikut.

Pertama, penelitian ini memiliki beberapa kelemahan, oleh karena itu disarankan agar deskripsi dan ekspolasi tuturan meminta pada orang tua tunggal lebih mendalam, Peneliti selanjutnya diharapkan menggunakan lebih banyak subjek penelitian dan tidak menggunakan hanya tiga subjek penelitian saja. Dengan demikian hasil penelitian yang diperoleh akan


(3)

Agis Andriani, 2012

Realisasi Head Acts, Supportive Moves, Dan Modifikasi Internal Tuturan Meminta Orang Tua Tunggal Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

memiliki gambaran yang lebih menyeluruh mengenai tuturan meminta dan unsur-unsurnya. Kedua, peneliti selanjutnya perlu juga mempertimbangkan faktor lain yang dapat mempengaruhi variasi tuturan meminta, misalnya seting dengan konteks mitra tutur yang memiliki posisi otoritas yang setara atau lebih tinggi, sehingga variasi tuturan meminta yang diperoleh akan lebih bervariasi.

Ketiga, penelitian ini pun diharapkan ditindaklanjuti dengan meneliti respon yang dilakukan oleh mitra tutur orang tua tunggal terhadap tuturan meminta, sehingga pada akhirnya akan diketahui perbandingan kecenderungan penggunaan strategi yang digunakan antara keduanya.

Keempat, penelitian ini pun perlu ditindaklanjuti dengan kajian yang lebih mendalam mengenai fungsi kata partikel yang muncul dalam tuturan meminta subjek berbahasa Sunda, misalnya partikel mah, tah, dan ah.


(4)

Agis Andriani, 2012

Realisasi Head Acts, Supportive Moves, Dan Modifikasi Internal Tuturan Meminta Orang Tua Tunggal

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Alwasilah, A. Chaedar. (2002). Pokoknya Kualitatif, Dasar-dasar Merancang dan Melakukan Penelitian Kualitatif. Pustaka Jaya: Jakarta

Austin (1962). How to Do Things with Words. dalam Jaworski, Adam & Nicholas Coupland (editor). The Discourse Reader. (2005, hal 55-65). Routledge:New York

Blumkulka, Shoshana,et.all. (1989). Cross-Cultural Pragmatics: Request and Apologies, volume xxxi in the series, advances in discourse processes. Ablex Publishing Corporation Norwood: New Jersey

Cummings, Louise. (2007). Pragmatik, Sebuah Perspektif Multidisipliner. Pustaka Pelajar: Yogyakarta

Djamarah, Syaiful Bahri, Drs, M.Ag. (2004). Pola Komunikasi Orang Tua

dan Anak dalam Keluarga. Sebuah Perspektif pendidikan Islam. Jakarta: Rineka Cipta

Eckert, Penelope & Sally McConnel-Ginet.(2008). Language and Gender.

Cambridge University Press: Cambridge, UK.

Finegan, Edward, et.all. (1990). Language, Its Structure and Use, Australian Edition. Harcourt Brace Jovanovich. Sydney, Australia.

Grundy, Peter. (2008). Doing Pragmatics, third edition. Hodder Education, part of Hachette Livre: London

Borker, Ruth A & Daniel N. Maltz. (1982). A Cultural Approach to Male-Female Miscommunication. dalam Gumperz J, John. (1982) Language and Social Identity. (Editor). Cambridge University Press:United Kingdom

Hassall, Timothy. (1999). Request Strategi in Indonesia. Dissertation.

International Pragmatics Association.

www.elanguage.net/journals/pragmatics[06/09/12, 23:11]

Holtgraves, M. Thomas. (2002). Language as Social Action. Social Psychology and Language Use. Lawrence Erlbaum associates publisher:Mahwah, New Jersey.

Kasper, Gabriele &Shoshana Blumkulka. (1993). Interlanguage Pragmatics. Oxford University Press: New York


(5)

Agis Andriani, 2012

Realisasi Head Acts, Supportive Moves, Dan Modifikasi Internal Tuturan Meminta Orang Tua Tunggal

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Kiesling, F. Scott & Christina Bratt Paulston. (2005). Intercultural Discourse and Communication. Blackwell: Oxford, UK

Lakoff, Robin T. (2004). Language and Woman’s Place. Oxford University Press:

New York

Levinson, C.Stephen.(1983). Pragmatics. Cambridge University Press: UK. Margono, S. (2003). Metode Penelitian Pendidikan. Rineka Cipta: Yogyakarta.

McMillan, H. James & Sally Schumacher. (2001). Research in Education, A Conceptual Introduction, Fifth Edition. Longman: United State.

Moleong, Lexy. (2011). Metode Penelitian Kualitatif, edisi revisi. Rosda Karya. Bandung

Nadar, FX. 2009. Pragmatik dan Penelitian Pragmatik. Graha

Ilmu:Yogyakarta

Nasution. (2003). Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Tarsito: Bandung

Rue, Yong-Ju& Grace Qiao Zhang. (2008). Request Strategies, A Comparative Study in Mandarin and Korean. John Benjamins Publishing Company: Philadelphia/ Amsterdam

Scollon, Ron& Suzanne Wong Scollon. (2001). Intercultural Communication. A Discourse Approach, Second Edition. Blackwell Publisher Ltd: USA Searle, J.R. (1971). Philosophy of Language. Oxford University Press: UK.

Searle&Vanverveken. (1985). Foundations of Illocutionary Logic. Cambridge University Press: Cambridge, Great Britain

Sidel, Ruth. (2006). Unsung Heroine. Single Mothers and American Dream. University of California: USA.

Sumarsono. (2009). Sosiolinguistik. Sabda&Pustaka Pelajar: Yogyakarta. Trosborg, Anna.(1995). Interlanguage Pragmatics. Requests, Complaints,

Apologies.Mouton de Gruyter.Berlin

Wardhough, Ronald.(1992). An Introduction to Sociolinguistics, second edition. Blackwell: Oxford, UK


(6)

Agis Andriani, 2012

Realisasi Head Acts, Supportive Moves, Dan Modifikasi Internal Tuturan Meminta Orang Tua Tunggal

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Wijana, I Dewa Putu. (1996). Dasar-dasar Pragmatik. Andi:Yogyakarta Yule, George. 1996. Pragmatics. Oxford University Press: UK