PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA MELALUI METODE BERMAIN PERAN (ROLE PLAYING) PADA SISWA KELAS V SD NEGERI CITRASARI.

(1)

Merisa Merdiana Putri, 2013

Peningkatan Keterampilan Berbicara Pada Pembelajaran Bahasa Indonesia Melalui Metode Bermain Peran (Role Playing) Pada Siswa Kelas V SD Negeri Citrasari

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA MELALUI METODE BERMAIN PERAN (ROLE PLAYING) PADA SISWA KELAS V SD NEGERI CITRASARI

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh

Merisa Merdiana Putri

NIM 0902906

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

JURUSAN PEDAGOGIK

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PEDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG

2013


(2)

Halaman Hak Cipta untuk Mahasiswa S1

=============================================================

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA MELALUI METODE BERMAIN PERAN (ROLE PLAYING) PADA SISWA KELAS V SD NEGERI CITRASARI

Oleh

Merisa Merdiana Putri

NIM 0902906

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Ilmu Pendidikan

© Merisa Merdiana Putri 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Juli 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

Merisa Merdiana Putri, 2013

Peningkatan Keterampilan Berbicara Pada Pembelajaran Bahasa Indonesia Melalui Metode Bermain Peran (Role Playing) Pada Siswa Kelas V SD Negeri Citrasari


(4)

ABSTRAK

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA MELALUI METODE BERMAIN PERAN (ROLE

PLAYING) PADA SISWA KELAS V SD NEGERI CITRASARI Oleh

Merisa Merdiana Putri 0902906

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya masalah siswa yang kesulitan dalam berbicara pada pembelajaran bahasa Indonesia dengan materi memerankan tokoh drama dengan lafal, intonasi dan ekspresi yang tepat. Adapun masalah dalam penelitian tindakan ini mencakup bagaimana 1) perencanaan. (2) pelaksanaan dan (3) hasil pembelajaran memerankan tokoh drama dengan lafal,intonasi dan ekspresi yang tepat dengan penerapan Metode Role Playing pada siswa kelas V SD Negeri Citrasari. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriftif kualitatif dengan teknik Penelitian Tindakan Kelas. Model siklus yang digunakan berbentuk spiral yang dikembangkan oleh Kemis dan Taggart. Setiap siklus meliputi perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi. Pengumpulan data dilakukan melalui observasi, lembar kerja siswa, lembar tes, catatan lapangan dan dokumentasi. Sementara yang menjadi sumber data dalam penelitian ini yaitu peserta didik kelas V SD Negeri Citrasari Kecamatan Lembang. Hasil akhir yang dicapai pada pembelajaran Metode bermain peran (Role Playing) untuk meningkatkan keterampilan berbicara dalam memerankan tokoh drama menunjukan peningkatan yang cukup baik dan berhasil. Kemampuan berbicara siswa di tekankan kepada memerankan tokoh dran dengan lafal, intonasi dan ekspresi yang tepat. Setiap siklus yang dilaksanakan menjadi dua siklus yang mengalami peningkatan yang termasuk kategori baik. Hasil akhir yang dicapai dalam pembelajaran melalui metode

Role Playing untuk meningkatkan kemampuan dalam berbicara dengan focus

memerankan tokoh drama dengan lafal, intonasi, dan ekspresi yang tepat dengan menggunakan sebuah media yang nyata, seperti penggunaan media yang berupa kostum dan gambar menunjukkan peningkatan yang cukup berhasil dan memuaskan. Disamping prestasi akademik, metode ini juga dapat meninngkatkan prilaku peserta didik yang mencakup: konsentrasi, imajinasi, motivasi, ketelitian, percaya diri, menumbuhkan perasaan senang ketika proses belajar. dengan demikian penggunaan Metode Role Playing dapat meningkatkan keterampilan berbicara siswa kelas V SD Negeri Citrasari. Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan acuan bagi guru dalam meningkatkan kualitas pembelajaran. Saran diajukan peneliti mencakup: 1) guru SD diharapkan mencoba penerapan pembelajaran menggunakan Metode Role Playing, 2) penerapan pembelajaran menggunakan Metode Role Playing dilakukan menggunakan media yang dikenal dan nyata yang dapat menumbuhkan kreativitas siswa, 3) guru SD dapat meningkatkan kemampuan dan kreativitasnya dalam penyajian media pengajaran.


(5)

vii

Merisa Merdiana Putri, 2013

Peningkatan Keterampilan Berbicara Pada Pembelajaran Bahasa Indonesia Melalui Metode Bermain Peran (Role Playing) Pada Siswa Kelas V SD Negeri Citrasari

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMAKASIH ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A.Latar Belakang ... 1

B.Rumusan Masalah ... 3

C.Hipotesis Tindakan ... 4

D.Tujuan Penelitian ... 4

E. Manfaat Hasil Penelitian ... 4

F. Definisi Opersional ... 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 7

A.Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar ... 7

B.Kemampuan Berbicara ……... 8

1. Hakikat Berbicara ... 8

2. Pengertian Berbicara ………... 8

3. Tujuan Berbicara …... 9

4. Jenis – jenis Berbica ………... 10

5. Penilaian Keterampilan Berbicara ... 11

C.Metode Bermain Peran ... 13

1. Pengertian Metode Bermain Peran (Role Playing)... 14

2. Tujuan Metode Bermain Peran (Role Playing)... 15

3. Langkah-langkah penggunaan Metode Bermain Peran (Role Playing). 15


(6)

viii

D.Drama …………... 19

1. Menanggapi unsur pementasan drama ... 19

2. Mengevaluasi pemeran tokoh dalam pementasan drama ... 20

3. Menentukan unsur intrinsik drama ... 21

4. Bermain peran sesuai dengan naskah ... 21

5. Mengekspresikan dialog para tokoh dalam pementasan drama... 21

6. Menggunakan gerak-gerik, mimik, dan intonasi, sesuai dengan watak tokoh dalam pementasan drama ... 22

BAB III METODE PENELITIAN ... 24

A. Metode Penelitian ... 24

B. Model Penelitian ... 25

C. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 27

D. Subjek Penelitian ... 27

E. Prosedur Penelitian ... 28

1. Perencanaan ... 28

2. Pelaksanaan Penelitian ... 29

3. Laporan Hasil Penelitian ... 37

F. Instrumen Penelitian ... 37

G. Teknik Pengumpulan Data ... 38

H. Analisis Data dan Interpretasi Data ... 40

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 43

A. Deskripsi Data Awal Penelitian... 43

B. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian ... 44

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI... 68

A. Kesimpulan ... 68

B. Rekomendasi ... 69

DAFTAR PUSTAKA ... 70


(7)

ix

Merisa Merdiana Putri, 2013

Peningkatan Keterampilan Berbicara Pada Pembelajaran Bahasa Indonesia Melalui Metode Bermain Peran (Role Playing) Pada Siswa Kelas V SD Negeri Citrasari

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Tabel Penilaian Kemahiran Berbicara………... 13

Tabel 3.1 Tabel Penilaian Kemahiran Berbicara... 40

Tabel 3.2 Persentase Nilai dan Kategori ... 41

Tabel 4.1 Hasil Pengamatan Penilaian Siswa Melalui Metode Role Playing Siklus I ... 42

Tabel 4.2 Hasil Pengamatan Penilaian Siswa Melalui Metode Role Playing Siklus I ... 54

Tabel 4.3 Rekap Nilai Siswa Siklus Siklus I …... 58

Tabel 4.4 Persentase Nilai Proses Keterampilan Berbicara Siklus I ... 58

Tabel 4.5 Rekap Nilai Siswa Siklus Siklus II………... 59


(8)

x

DAFTAR GAMBAR


(9)

xi

Merisa Merdiana Putri, 2013

Peningkatan Keterampilan Berbicara Pada Pembelajaran Bahasa Indonesia Melalui Metode Bermain Peran (Role Playing) Pada Siswa Kelas V SD Negeri Citrasari

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 RPP Siklus I

Lampiran 2 Lembar Pedoman Wawancara Untuk Guru Siklus I Lampiran 3 Lembar Pedoman Wawancara Untuk Siswa Siklus I Lampiran 4 Lembar Kerja Siswa Siklus I

Lampiran 5 Lembar Evaluasi Siklus I

Lampiran 6 Lembar Catatan Lapangan Siklus I

Lampiran 7 Format Lembar Pengamatan Aktifitas Siswa Siklus I Lampiran 8 RPP Siklus II

Lampiran 9 Lembar Kerja Siswa Siklus II

Lampiran 10 Lembar Pedoman Wawancara Untuk Guru Siklus II Lampiran 11 Lembar Pedoman Wawancara Untuk Siswa Siklus II Lampiran 12 Lembar Catatan Lapangan Siklus II

Lampiran 13 Format Lembar Pengamatan Aktifitas Siswa Siklus II Lampiran 14 Hasil Pedoman Wawancara Untuk Guru Siklus I Lampiran 15 Hasil Pedoman Wawancara Untuk Siswa Siklus I Lampiran 16 Hasil Evaluasi Siklus I

Lampiran 17 Hasil Catatan Lapangan Siklus I

Lampiran 18 Hasil Pengamatan Siswa Melalui Metode Role Playing Siklus I Lampiran 19 Hasil Terjemah Rekaman Siswa Siklus I

Lampiran 20 Hasil Kerja Siswa Siklus II

Lampiran 21 Hasil Pedoman Wawancara Untuk Guru Siklus II Lampiran 22 Hasil Pedoman Wawancara Untuk Siswa Siklus II Lampiran 23 Hasil Catatan Lapangan Siklus II

Lampiran 24 Hasil Pengamatan Siswa Melalui Metode Role Playing Siklus II Lampiran 25 Dokumentasi Foto

Lampiran 27 Surat Keputusan (SK) dosen pembimbing Lampiran 28 Surat Izin Penelitian dari FIP ke UPI

Lampiran 29 Surat Izin Penelitian UPI ke Kab. Bandung Barat Lampiran 30 Riwayat Hidup


(10)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kompetensi yang harus dimiliki oleh pendidik salah satunya adalah mampu melakukan penelitian. Hal ini karena pekerjaan pendidik adalah sebuah profesi yang menuntut peningkatan pengetahuan dan keterampilan untuk mengembangkan individu secara kognitif, efektif dan psikomotor sehingga tercipta generasi yang kreatif dan produktif dalam kemandirian.

Setiap bidang pekerjaan selalu dihadapkan pada permasalahan yang selalu berkembang, karena tantangan-tantangan dibidang pendidikan tidak akan hilang begitu saja karena terdapatnya berbagai kesenjangan antara harapan dan kenyataan yang terjadi di lapangan. Permasalahan tersebut menuntut jawaban dan solusi yang dapat dipertanggung jawabkan.

Keberhasilan guru sebagai seorang pendidik dalam mengajar dapat dilihat dari sejauh mana materi pembelajaran dikuasai peserta didik dengan baik. Tingkat penguasaan peserta didik dapat dilihat dari hasil penilaian baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Untuk memberi gambaran yang lebih akurat, data yang diperoleh dari peserta didik dituangkan dalam bentuk nilai. Hasil nilai inilah yang kemudian oleh guru dianalisis, untuk meninjau perlunya perbaikan atau remedial dan pengayaan.

Sebagai contoh harapan yang harus dikuasai peserta didik dari proses pembelajaran Bahasa Indonesia di sekolah dasar sesuai dengan tuntutan dokumen Permendiknas nomor 22 tahun 2006 hal 317, tentang Standar Isi yaitu “Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku, baik secara lisan maupun tulis”. Pada dasarnya harapan tersebut merupakan pijakan yang perlu diusahakan secara penuh keyakinan dan kerja keras sehingga tujuan tersebut dapat diraih secara berkelanjutan.


(11)

Merisa Merdiana Putri, 2013

Peningkatan Keterampilan Berbicara Pada Pembelajaran Bahasa Indonesia Melalui Metode Bermain Peran (Role Playing) Pada Siswa Kelas V SD Negeri Citrasari

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Kajian dalam meningkatkan kemampuan peserta didik dalam

berkomunikasi baik secara lisan maupun tertulis bisa melalui peningkatan kemampuan berbicara, pengembangan kemampuan ini, merupakan salah satu standar kompetensi yang harus dikuasai siswa dalam mencapai tujuan penguasaan komunikasi baik secara lisan maupun tertulis khususnya pada kelas V seperti tercantumdalam dokumen Standar Isi (2006:328) yaitu “Mampu memerankan tokoh drama dengan lafal, intonasi, dan ekspresi yang tepat”.

Namun dalam prakteknya penyampaian materi ini banyak kendala dalam proses pembelajaran, seperti yang pernah dilakukan pada kelas V SDN Citrasari, masih banyak peserta didik yang sering mengalami kendala untuk memerankan tokoh drama dengan lafal, intonasi yang masih rendah.

Kendala tersebut antara lain :

1. Ketika peserta didik mengucapkan kata ”tampak” maka dia membacakannya

dengan kata ”tampa”, dan mengucapkan kata ”sandal” maka dia membacakannya dengan kata ”sendal”. Sehingga kemampuan peserta didik dalam memerankan tokoh drama dalam pelafalan masih rendah.

2. Ketika peserta didik membacakan sebuah teks drama, mereka tidak

memperhatikan tanda baca yang berada dalam teks. Sehingga cerita yang dibacakan tidak sesuai dengan maksud dari teks drama tersebut. Maka kemampuan peserta didik ketika memerankan tokoh drama dalam penggunaan intonasinya belum tepat.

Pembelajaran bebicara di sekolah sering kurang disanggap perlu dan ditangani serius, sebab dianggap setiap siswa sudah bisa berbicara dan dapat dipelajari secara informal di luar sekolah. Karena sudah dapat berbicara itulah, guru menganggap tidak perlu memberikan penekanan kegiatan berbicara dalam kurikulum sekolah dasar. Pembelajaran bahasa lebih ditekankan pada membaca dan menulis.

Berdasarkan hasil repleksi mata pelajaran bahasa Indonesia di SD Negeri Citrasari kelas V tersebut, ada beberapa alasan sehingga tujuan tidak tercapai


(12)

sesuai yang diharapkan. Setelah melakukan wawancara terhadap guru dan peserta didik kelas V SD Negri Citrasari, hal ini disebabkan karena peserta didik kurang mengerti tatacara bagaimana menggunakan lafal dan intonasi dengan tepat, dan peserta didik kurang memperhatikan saat guru sedang menerangkan. Namun pada saat wawancara terhadap peserta didik kelas V SDN Citrasari, guru kurang menciptakan pembelajaran yang menyenangkan dan cenderung monoton karena teks hanya dibaca saja oleh guru tanpa dijelaskan terlebih dahulu, sehingga peserta didik merasa bosan dan jenuh untuk mengikuti pembelajaran Bahasa Indonesia.

Mengingat pentingnya hal tersebut maka metode bermain peran atau disebut Role playing menjadi sebuah alternatif yang baik untuk digunakan dalam meningkatkan dan mengembangkan kemampuan berbicara siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia terutama pada kompetensi dasar memerankan tokoh drama dengan lafal, intonasi, dan ekspresi yang tepat. Siswa berperan seperti layaknya kehidupan sehari-hari siswa atau dengan berperan menjadi seseorang yang dia ketahui secara langsung situasinya karena sulit bagi siswa menjelaskan sendiri. Hal di atas menjadi alasan dan latar belakang sehingga judul

”Peningkatan Keterampilan Berbicara Pada Pembelajaran Bahasa Indonesia

Melalui Metode Bermain Peran Pada Siswa Kelas V SD Negeri Citrasari” dipilih berdasarkan masalah yang terjadi di lapangan.

B. Rumusan Masalah

Agar dapat meningkatkan keterampilan berbicara pada pembelajaran Bahasa Indonesia di siswa kelas V SD Negeri Citrasari, maka pertanyaan penelitiannya adalah bagaimana penerapan metode bermain peran (role playing) pada siswa kelas V di SD Negeri Citrasari. Selanjutnya penulis rumuskan permasalahan yang disajikan dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut :

1. Bagaimana perencanaan pembelajaran bahasa Indonesia dalam memerankan tokoh drama dengan metode bermain peran (role playing)?


(13)

Merisa Merdiana Putri, 2013

Peningkatan Keterampilan Berbicara Pada Pembelajaran Bahasa Indonesia Melalui Metode Bermain Peran (Role Playing) Pada Siswa Kelas V SD Negeri Citrasari

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

2. Bagaimana melaksanakan pembelajaran bahasa Indonesia dalam memerankan

tokoh drama dengan metode bermain peran (role playing)?

3. Bagaimana hasil pembelajaran bahasa Indonesia dalam memerankan tokoh drama dengan metode bermain peran (role playing)?

C. Hipotesis Tindakan

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian tindakan kelas (Classroom Action Reaserch). Karena permasalahan dalam penelitian ini bertujuan bagaimana meningkatkan kemampuan berbicara pada pembelajaran Bahasa Indonesia.

D. Tujuan Penelitian

Dari permasalahan yang ada, maka tujuan dari penelitian ini diharapkan dapat menjawab permasalahan yang ada. Untuk lebih jelas, tujuan yang ingin dicapai yaitu meningkatkan keterampilan berbicara pada pembelajaran Bahasa Indonesia siswa kelas V SD Negri Citrasari.

E. Manfaat Hasil Penelitian

Penelitian yang dilakukan ini, diharapkan untuk mencapai sasaran yang diharapkan peneliti, selain juga dapat member manfaat sebagai berikut :

1. Bagi Peneliti mendapatkan pengalaman berharga dan melatih kesabatan, selain itu dapat mengetahui sejauh mana peningkatan keterampilan berbicara pada pembelajaran Bahasa Indonesia melalui metode bermain peran (role playing) pada siswa kelas V SD Negri Citrasari.

2. Bagi peserta didik, dengan metode bermain peran (role playing), mereka diharapkan dapat lebih percaya diri dalam memerankan tokoh drama dengan lafal,intonasi dan ekspresi yang tepat, sehingga dapat meningkatkan prestasi hasil belajar peserta didik dalam pelajaran Bahasa Indonesia.

3. Bagi Guru mata pelajaran Bahasa Indonesia di SD, diharapkan dapat meningkatkan kemampuan profesional dan menjadikan pembelajaran metode


(14)

bermain peran (role playing) sebagai bahan referensi dalam pemilihan strategi pembelajaran yang tepat bagi peserta didik sesuai karakter dan kemampuan mereka untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam memerankan tokoh drama.

4. Bagi Kepala Sekolah, penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan dalam mengambil kebijakan sebagai upaya dalam meningkatkan kualitas pembelajaran melalui perbaikan pendekatan yang dianggap relevan dengan peserta didik dan karakteristik pembelajaran.

5. Bagi Sekolah, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan rujukan bagi guru bidang studi lain untuk turut melaksanakan metode pembelajaran yang sama.

F. Definisi Operasional

Agar tidak ada kesalah pahaman atau kekeliruan dalam penelitian ini, maka penelitian beranggapan perlu adanya penjelasan istilah sebagai berikut :

1. Peningkatan

Menurut KBBI (2010:) yaitu proses, cara, perbuatan meningkatakan (usaha, kegiatan, dan sebagainya)

2. Keterampilan berbicara

Kemampuan berbicara adalah kemampuan mengucapkan kalimat-kalimat untuk mengekspresikan, menyatakan, menyampaikan pikiran, gagasan dan perasaan.

3. Bermain peran (role playing)

Menurut Wahab (2009:109) bermain peran adalah berakting sesuai dengan peran yang telah ditentukan terlebih dahulu untuk tujuan-tujuan tertentu seperti menghidupkan kembali suasana historis misalnya mengungkapkan kembali perjuangan para pahlawan kemerdekaan, atau mengungkapkan kemungkinan keadaan yang akan datang, misalnya saja keadaan yang kemungkinan dihadapi karena semakin besarnya jumlah penduduk, atau


(15)

Merisa Merdiana Putri, 2013

Peningkatan Keterampilan Berbicara Pada Pembelajaran Bahasa Indonesia Melalui Metode Bermain Peran (Role Playing) Pada Siswa Kelas V SD Negeri Citrasari

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

menggambarkan keadaan imaginer yang dapat terjadi dimana dan kapan saja. Sedangkan menurut Heriawan, dkk mengemukakan bahwa metode Role

playing adalah suatu cara penguasaan bahan-bahan pelajaran melalui


(16)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian 1. Metode Penelitian

Metode penelitian yang dilakukan peneliti adalah metode Penelitian Tindakan Kelas (classroom action research). Penelitian tindakan kelas merupakan upaya yang dilaksanakan oleh guru untuk memperbaiki proses pembelajaran yang mencakup aktivitas guru dan siswa, teknik pembelajaran serta evaluasi sehingga dapat meningkatkan kualitas pembelajaran serta evaluasi sehingga dapat meningkatkan kualitas pembelajaran itu sendiri. Suharjono dalam (Arikunto, 2006 :

58) yang mengemukakan bahwa “penelitian tindakan kelas adalah penelitian tindakan

yang dilakukan di kelas dengan tujuan memperbaiki dan meningkatkan mutu praktik

belajar”.

Menurut Rochiati Wiriaatmadja (2005: 13) Penelitian Tindakan Kelas adalah “Bagaimana sekelompok guru dapat mengorganisasi kondisi praktek

pembelajaran mereka, dan belajar dari pengalaman mereka sendiri”. Mereka dapat

mencobakan suatu gagasan perbaikan dalam praktek pembelajaran mereka, dan melihat pengaruh nyata dari upaya itu.

Sedangkan menurut menurut Kasbolah (1999:15) penelitian tindakan kelas

adalah “penelitian dalam bidang pendidikan yang dilaksanakan dalam kawasan kelas dengan tujuan untuk memperbaiki dan atau meningkatkan kualitas pembelajaran”.

Beberapa alasan menurut Kasbolah (1999:9) digunakannya PTK adalah:

a. Penelitian Tindakan menawarkan satu cara baru untuk memperbaiki dan

meningkatkan kemampuan dan profesionalisme guru dalam kegiatan belajar mengajar di kelas.

b. Penelitian Tindakan Kelas membuat guru dapat meneliti dan mengkaji sendiri kegiatan praktik pembelajaran sehari-hari yamg dilakukan di kelas. Sehingga


(17)

Merisa Merdiana Putri, 2013

Peningkatan Keterampilan Berbicara Pada Pembelajaran Bahasa Indonesia Melalui Metode Bermain Peran (Role Playing) Pada Siswa Kelas V SD Negeri Citrasari

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

permasalahan yang dihadapi adalah permasalahan aktual dengan demikian guru dapat langsung berbuat sesuatu untuk memperbaiki praktik-praktik pengajaran yang kurang berhasil agar lebih baik dan efektif.

c. Penelitian Tindakan Kelas tidak membuat guru meninggalkan tugasnya artinya guru tetap melakukan kegiatan mengajar seperti biasa, namun pada saat bersamaan secara integrasi guru melaksanakan penelitian.

B. Model Penelitian

Desain PTK yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan model

spiral yang dikembangkan oleh Stephen Kemmis dan Robin Mc Taggart (1998), yang

di dalam satu siklus atau putaran terdiri dari empat komponen. Keempat komponen tesebut meliputi :

a. Perencanaan (Planning)

b. Tindakan (Action),

c. Pengamatan (Observation),

d. Refleksi (Reflection).

Pada kotak perencanaan (planning), adalah persiapan dan strategi bertanya untuk mendorong siswa untuk menjawab pertanyaannya sendiri.

Pada kotak tindakan (acting), mulai diajukan pertanyaan-pertanyaan kepada siswa untuk mendorong mereka mengatakan apa yang mereka pahami, dan apa yang mereka minati.

Pada kotak pengamatan (observing), pertanyaan-pertanyaan dan jawaban-jawaban siswa dicatat atau direkam untuk melihat apa yang sedang terjadi. Pengamat juga membuat catatan dalam buku hariannya.

Dalam kotak refleksi (reflecting), ternyata control kelas yang terlalu ketat ternyata menyebabkan Tanya jawab kurang lancer dilaksanakannya sehingga tidak mencapai hasil yang baik, dan perlu diperbaiki.

Pada siklus berikutnya, perencanaan direvisi dengan modifikasi dalam bentuk mengurangi pertanyaan-pertanyaan guru yang bersifat mengontrol siswa, adar strategi


(18)

bertanya dapat berlangsung dengan baik. Pelaksanaanya dicatat dan direkam untuk melihat pengaruhnya terhadap prilaku siswa.

Untuk lebih jelasnya tahap-tahap desain penelitian seperti pada gambar berikut ini.

Siklus I

Siklus II

Gambar 3.1

Desain Penelitian Tindakan Kelas Model Penelitian Tindakan Kemmis & Taggart (Wiriaatmadja, 2005)

1.Perencanaan

2.Tindakan

3.Observasi 4.Refleksi

1.Rencana

2.Tindakan 4.Refleksi

3.Observasi

Hasil Penelitian


(19)

Merisa Merdiana Putri, 2013

Peningkatan Keterampilan Berbicara Pada Pembelajaran Bahasa Indonesia Melalui Metode Bermain Peran (Role Playing) Pada Siswa Kelas V SD Negeri Citrasari

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu C. Lokasi dan waktu penelitian

1. Lokasi penelitian

Lokasi tempat dilakukannya penelitian adalah SD Negeri Citrasari Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat.

2. Waktu penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan mei 2013 sampai dengan selesai, yaitu pada semester II pada tahun pelajaran 2012/2013. Dalam penelitian ini, peneliti hanya melaksanakan pembelajaran dalam dua siklus. Untuk siklus I dilaksanakan pada tanggal 20 Mei 2013 dan siklus II dilaksanakan pada hari senin tanggal 22 mei 2013. Kegiatan di pusatkan di sekolah atau di kelas, mulai dari pelaksanaan sampai evaluasi persiklus, Sedangkan waktu cadangan seandainya hari tersebut ada halangan seperti hari libur atau hujan lebat maka kegiatan dipindahkan ke hari Sabtu karena hari tersebut merupakan hari yang biasa diisi dengan kegiatan pramuka jadi masih ada waktu kosong yang bisa diisi dengan kegiatan ini.

D. Subjek Penelitian

Jumlah siswa di SDN citrasari adalah 520 orang. Dari jumlah siswa yang cukup banyak ini, bila tidak bias mengolanya maka merupakan suatu kendala dalam peningkatan hasil belajar. Sedangkan jumlah guru yang ada yaitu 11 orang, maka resiko jumlah murid dan guru memegang atau mendidik anak sangat banyak. Hal ini merupakan tantangan yang berarti sehingga memerlukan kerja keras dari semua komponen yang berkepentingan seperti sekolah, guru, orang tua, dan komite sekolah. Subjek penilaian yang digunakan peneliti adalah siswa kelas V SD Negeri Citrasari Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat dengan tingkat pemahaman dan penggunaan Bahasa Indonesia yang masih kurang dan sangat minim karena penggunaan bahasa ibu yang sangat kental dalam kehidupan sehari-hari. Jumlah siswa kelas V SDN Citrasari Jalan Maribaya Kecamatan Lembang Kabupaten


(20)

Bandung Barat terdiri dari 32 orang siswa, dengan 13 orang siswa putra dan 19 orang siswa putri.

Secara umum bila ditinjau dari sosial budaya dan ekonomi masyarakat peserta didik sebagian tergolong cukup perhatiannya terhadap pendidikan dan ini salah satu kekuatan terhadap peningkatan kualitas pendidikan di SDN Citrasari walaupun hal tersebut bukan salah satu paktor yang menentukan kualitas pendidikan, masih banyak faktor lainnya seperti sarana prasarana, sumber daya manusia dan pelaksanaan kurikulum.

1. Lingkungan Belajar

Jarak SDN Citrasari dari ibu kota Kecamatan adalah 3 km, sebagaian besar mata pencaharian orang tua siswa adalah buruh tani karena secara geograpis daerah Lembang merupakan daerah pertanian yang berhawa dingin. Walaupun sebagian besar perekonomian masyarakat buruh tani, perhatian terhadap pendidikan pun dalam katagori cukup, dengan indikator sebagai berikut :

a. Seragam penjas anak-anak layak

b. Seragam merah putih pun yang dipakai anak-anak layak.

c. Apabila ada kegiatan-kegiatan yang memerlukan pembiayaan, anak-anak sangat berminat seperti kegiatan berenang, kemping, studi tour.

d. Bila mengadakan les dan dipungut biaya seikhlasnya oleh guru kelas, anak-anak

perhatian terhadap kegiatan tersebut. E. Prosedur Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk meningkatkan keterampilan berbicara pada pembelajaran bahasa Indonesia melalui metode Bermain Peran (Role Playing) pada siswa kelas V SD Negeri Citrsari, rencana tindakan penelitian yang dilaksanakan dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Perencanaan


(21)

Merisa Merdiana Putri, 2013

Peningkatan Keterampilan Berbicara Pada Pembelajaran Bahasa Indonesia Melalui Metode Bermain Peran (Role Playing) Pada Siswa Kelas V SD Negeri Citrasari

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

b. Observasi dan Wawancara

Kegiatan observasi dan wawancara dilaksanakan untuk mendapatkan gambaran awal mengenai kondisi dan situasi di SD Negeri Citrasari secara kesluruhan.Kegiatan ini meliputi pengamatan keadaan siswa di dalam kelas, sikap serta perilaku dalam mengikuti pembelajaran.

c. Menyusun proposal

d. Pembuatan SK

e. Membuat instrumen penelitian

2. PelaksanaanPenelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SDN Citrasari Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat pada tahun pembelajaran 2013/2014 dengan subjek penelitian adalah siswa kelas V. Objek penelitian adalah pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas V dalam meningkatkan keterampilan bicara siswa pada bidang kajian memerankan tokoh drama dengan lafal, intonasi, dan ekspresi yang tepat melalui metode bermain penggunaan metode bermain peran (Role Playing)

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang menggunakan 2 siklus besar yang masing-masing terdiri dari perencanaan (planning), tindakan (acting), observasi (observing) dan refleksi (reflecting). Jika hasilnya masih terdapat banyak yang mendapatkan nilai di bawah KKM pada kompetensi dasar ini maka akan dilakukan siklus selanjutnya.

Dalam pelaksanaan PTK terdapat beberapa produser yang disebut sebagai tahapan tindakan. Seluruh tahapan tersebut harus dilakukan dengan sebaik-baiknya oleh guru agar diperoleh hasil PTK esuai dengan tujuan dilakukannya PTK. Setiap tindakan terdiri dari tahap-tahap sebagai berikut :

a. Perencanaan tindakan

Kegiatan awal PTK adalah membuat perencanaan, karena perencanaan merupakan keputusan yang diambil oleh peneliti untuk menentukan masalah


(22)

penelitian dan mengambil tindakan untuk memecahkan masalah tersebut. Melalui perencanaan yang baik, maka guru akan lebih mudah melaksanakan penelitian tindakan kelas.

Menurut Sulipan (2008), terdapat hal penting yang harus diperhatikan dalam perencanaan PTK, yaitu :

1) Peneliti menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, dimana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan tersebut dilakukan.

2) Secara ideal dilakukan antara pihak yang melakukan tindakan dan pihak yang mengamati proses.

3) Bila dilaksanakan sendiri oleh guru sebagai peneliti maka instrument pengamatan harus disiapkan disertai lembar catatan lapangan.

4) Dalam pelaksanaan pembelajaran rencana tindakan kelas dalam rangka penelitian

dituangkan dalam bentuk Rencana Pelaksanaan Pembelajaran.

b. Pelaksanaan Tindakan

Tindakan adalah berbagai tindakan atau perlakuan yang dikerjakan oleh guru upaya untuk memecahkan masalah yang disusun dalam perencanaan, dijelaskan sebagai berikut :

1) Implementasi atau penerapan isi rencana tindakan di kelas yang diteliti.

2) Pelaksanaan guru harus ingat dan berusaha mentaati apa yang sudah dirumuskan

dalam rencana tindakan, tetapi harus pula berlaku wajar, tidak kaku dan tidak dibuat-buat.

c. Pengamatan

Pengamatan atau observasi merupakan tahapan ke tiga yang ada dalam siklus PTK, pengamatan sangat penting dilakukan sebagai sumber perolehan data.

Menurut Sunjaya (2009:56), mengatakan bahwa observasi dilakukan untuk mengumpulkan informasi tentang proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru sesuai dengan tindakan yang telah disususn (direncanakan). Melalui pengumpulan


(23)

Merisa Merdiana Putri, 2013

Peningkatan Keterampilan Berbicara Pada Pembelajaran Bahasa Indonesia Melalui Metode Bermain Peran (Role Playing) Pada Siswa Kelas V SD Negeri Citrasari

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

informasi observer dapat mencatatat berbagai kelemahan dan kekuatan yang dilakukan guru dalam melaksanakan tindakan, sehingga hasilnya dapat dijadikan sebagai masukan ketika guru melakukan refleksi untuk penyusunan rencana ulang memasuki putaran atau siklus berikutnya.

Berdasarkan penjelasan tersebut,maka dalam tahap observasi beberapa hal yang penting diperhatikan dan dilakukan oleh guru adalah, bahwa:

1) Kegiatan pengamatan ini tidak terpisah dengan pelaksanaan tindakan karena pengamatan dilakukan pada waktu tindakan sedang dilakukan.

2) Guru pelaksana pengamat (observer) yang bersetatus sebagai pengamat

melakukan “pengamatan baik” terhadap apa yang terjadi ketika tindakan

berlangsung.

3) Sambil melakukan pengamatan balik, guru pelaksana mencatat hal-hal penting sedikit demi sedikit apa yang terjadi selama tindakan atau pembelajaran berlangsung.

Seperti telah dijelaskan, bahwa pengamatan dilakukan dengan menggunakan instrument yang telah dibuat sebelumnya oleh guru peneliti yang disesuaikan dengan kebutuhan atau tujuan tindakan kelas yang dilakukan. Pada umumnya, instrument pengamatan terdiri dari dua jenis atau mencakup dua hal, yaitu :

1) Instrument untuk pengamatan siswa

Merupakan instrument untuk mengamati seluruh aktivitas siswa pada saat pembelajaran berlangsung.

2) Instrument untuk pengamatan guru

Merupakan instrument untuk mengamati seluruh aktifitas atau tindakan guru pada saat pembelajaran berlangsung sejak mulai masuk kelas sampai berakhirnya proses pembelajaran pada siklus satu.


(24)

Pada bagian akhir ini dari situ siklus PTK adalah refleksi. Menurut Sunjaya (2009:80), refleksi adalah aktivitasmelihat berbagai kekurangan yang dilaksanakan oleh guru selama tindakan. Refleksi dilaakukan dengan melakukan diskusi dengan observasi yang biasanya dilakukan oleh teman sejawat.

Selanjutnya, dari hasil refleksi tersebut guru peneliti dapay menyimpulkan atas tindakan yang dilakukan terhadap kelas tersebut. Untuk kemudahan dijadikan sebagai dasar dalam menentukan langkah berikutnya, dalam rancangan ulang yang akan digunakan dalam siklus berikutnya.

Penelitian tindakan kelas yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah pada system pengajaran, tidak mengajar, dan tidak belajar. Oleh karena itu, dalam penelitian ini melibatkan guru dan siswa untuk berkolaborasi dengan peneliti. Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yaitu variable bebas (independent variable) dan satu variabel terkait (dependent variable). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah metode bermain peran (Role Playing). Sedangkan variabel terkaitnya adalah kemampuan berbicara siswa dalam mengungkapkan pikiran dan perasaan secara lisan dalam diskusi dan bermain drama. Sehingga siswa dapat dalam memerankan tokoh drama dengan lafal, intonasi, dan ekspresi yang tepat dalam berbicara sesuai dengan kompetensi dasar dan standar kompetensi yang harus dikuasai siswa kelas V semester II.

Deskripsi Per siklus

Penelitian ini dilaksanakan dalam 2 siklus , masing-masing siklus terdiri dari 2 kali pertemuan. Tiap siklus terdiri dari tahapan perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan fefleksi.

1. Siklus I

a. Perencanaan

Tahap perencanaan siklus I ini berupa rencana kegiatan menentukan langkah-langkah yang akan dilakukan peneliti untuk memecahkan


(25)

Merisa Merdiana Putri, 2013

Peningkatan Keterampilan Berbicara Pada Pembelajaran Bahasa Indonesia Melalui Metode Bermain Peran (Role Playing) Pada Siswa Kelas V SD Negeri Citrasari

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

permasalahan yang ada dalam proses pembelajaran Bahasa Indonesia yang telah berlangsung selama ini. Rencana kegiatan yang akan dilakukan adalah : 1) Identifikasi, analisis dan perumusan masalah

2) Menyusun rencana perbaikan pembelajaran .

3) Menyusun lembar pengamatan

4) Menyusun tes formatif

b. Pelaksanaan

Langkah langkah pelaksanaan pembelajaran adalah :

1) Kegiatan awal

 Salam pembuka

 Apresiasi tanya jawab

 Menjelaskan tujuan pembelajaran

2) Kegiatan inti

 Guru membagikan LKS yang berisi crita drama pendek

 Guru menjelaskan materi dengan membacakan sebuah cerita pendek.

 Siswa membaca materi cerita pendek dan memahami karakter tokoh serta memerankan tokoh dalam cerita tersebut.

 Siswa memerankan tokoh secara individu

 Siswa menyimpulkan karakter tokoh yang diperankan.

3) Kegitan akhir

 Guru membimbing proses kegiatan belajar dan proses kegiatan yang dilakukan oleh siswa.

 Guru dan siswa melakukan refleksi untuk memperoleh hasil belajar.

 Memberikan motivasi kepada siswa yang kurang atau belum

berpartisipasi aktif.


(26)

Selama perbaikan pembelajaran berlangsung peneliti diamati oleh teman sejawat. Adapun hal hal yang diamati adalah sebagai berikut :

 Guru

 Apresiasi

 Guru menjelaskan materi

 Guru memberi tugas

 Guru membimbing proses kegiatan belajar dan proses kegiatan yang dilakukan oleh siswa.

 Siswa

 Siswa membaca cerita pendek dan memahami karakter tokoh

 Siswa mendengarkan penjelasan guru

 Siswa memerankan tokoh

 Siswa menyampaikan isi materi

 Siswa mengerjakan lembar soal. d. Refleksi

Setelah pelaksanaan tindakan, langkah selanjutnya adalah melakukan refleksi. Refleksi merupakan suatu kegiatan yang dilakukan dengan cara mengkaji, melihat, dan mempertimbangkan hasil atau dampak dari tindakan yang telah dilakukan. Dalam tahap refleksi, peneliti akan melakukan analisis terhadap hasil tes dan nontes siklus I. Jika hasil tes belum memenuhi nilai target yang ditentukan maka akan dilakukan tindakan siklus II. Masalah-masalah yang muncul pada siklus I, dicarikan pemecahannya sedangkan kelebihannya akan dipertahankan dan ditingkatkan pada siklus II. Berdasarkan hasil refleksi ini, peneliti dapat melakukan revisi terhadap rencana kegiatan siklus II.

Setelah melaksanakan perbaikan pembelajaran siklus I dengan materi cerita pendek diperoleh refleksi sebagai berikut :


(27)

Merisa Merdiana Putri, 2013

Peningkatan Keterampilan Berbicara Pada Pembelajaran Bahasa Indonesia Melalui Metode Bermain Peran (Role Playing) Pada Siswa Kelas V SD Negeri Citrasari

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

 Siswa senang dengan disuruh membaca sendiri

 Siswa tertarik dengan kegiatan yang diadakan guru  Siswa aktif dalam pembelajaran

- Kekurangan :

 Penerapan metodenya kurang

 Guru kurang dalam memotivasi siswa

 Pemahan siswa dalam memahami karakter tokoh dalam cerita pendek

kurang sehingga siswa mengalami kesulitan untuk menyimpulkan karakter tokoh

 Kemampuan siswa dalam penggunaan intonasi dan pelafalan beberapa kata belum tepat

 Ada siswa yang belum maju karena masih takut dan belum menguasai materi.

2. Siklus II

a. Perencanaan

Perencanaan pada siklus II ini mengacu pada hasil yang diperoleh dari siklus I. Adapun rencana yang dilakukan adalah :

1) Identifikasi, analisis dan perumusan masalah

2) Menyususn rencana pembelajaran

3) Menyusun lembar pengamatan

4) Menyusun lembar kerja siswa

b. Pelaksanaan

Langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran pada siklus II dengan melihat kekurangan pada langkah-langkah perbaikan dari siklus I adalah :

1) Kegiatan awal

 Salam pembuka


(28)

 Menjelaskan tujuan pembelajaran 2) Kegiatan inti

 Guru membagikan LKS yang berisi cerita drama pendek

 Guru menjelaskan materi dengan membacakan sebuah cerita pendek

 Siswa membaca materi cerita pendek dan memahami karakter tokoh serta memerankan tokoh dalam cerita tersebut.

 Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok.

Dengan mengoptimalkan metode bermain peran (Role Playing) siswa

memerankan tokoh dalam setiap kelompok dengan sungguh-sungguh.

 Siswa mengerjakan lembar soal secara kelompok.

3) Kegiatan akhir

 Guru membimbing proses kegiatan belajar dan proses kegiatan yang dilakukan oleh siswa

 Guru dan siswa melakukan refleksi untuk memperoleh hasil belajar.

 Memotivasi siswa

c. Pengamatan

Selama pembelajaran berlangsung peneliti diamati oleh teman sendiri. Adapun hal-hal yang diamati dalam siklus II adalah sebagai berikut :

 Guru

 Apresiasi

 Guru menjelaskan materi

 Guru memberi tugas

 Guru membimbing proses kegiatan belajar dan proses kegiatan yang dilakukan oleh siswa.

 Siswa

 Siswa membacakan cerita pendek dan memahami karakter tokoh

 Siswa mendengarkan penjelasan guru


(29)

Merisa Merdiana Putri, 2013

Peningkatan Keterampilan Berbicara Pada Pembelajaran Bahasa Indonesia Melalui Metode Bermain Peran (Role Playing) Pada Siswa Kelas V SD Negeri Citrasari

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

 Siswa memerankan tokoh secara optimal menggunakan metode

bermain peran

 Siswa menyampaikan isi materi

 Siswa mengerjakan lembar soal

d. Refleksi

Setelah melaksanakan perbaikan pembelajaran siklus II dengan diperoleh refleksi sebagai berikut :

- Keberhasilan :

 Guru telah melaksanakan kegiatan sesuai dengan rencana

 Siswa sudah aktif dalam kelompok maupun dalam pembelajaran

 Secara individu siswa sudah dapat memahami materi  Siswa dalam pengucapan intonasi dan pelafalan sudah tepat.

- Kekurangan :

Di dalam siklus II ini peneliti merasa sudah tidak ada kekurangan karena penliti menjalankan perbaikan pembelajaran sudah sesuai rencana pembelajaran.

3. Laporan hasil penelitian

a. Mengumpulkan data dari beberapa instrumen penelitian

b. Menganalisis data yang telah diperoleh apakah ada peningkatan keterampilan berbicara pada pembelajaran bahasa Indonesia melalui metode Role Playing.

c. Membuat kesimpulan atas meningkatkan keterampilan berbicara pada

pembelajaran memerankan tokoh drama dengan lafal, intonasi, dan ekspresi yang tepat dengan menggunakan metode Role Playing.

F. Instrument Penelitian

Instrument yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari : 1. Instrumen Tes :


(30)

Lembar kerja siswa merupakan petunjuk dan panduan pada beberapa sesi kegiatan belajar siswa, sehingga siswa dapat aktif belajar dengan mengembangkan berbagai kemampuan belajar secara integratif. LKS pada setiap tindakan berbeda-beda meskipun dalam materi yang sama.

2. Instrumen Non - Tes :

a. Pedoman atau panduan observasi

Pedoman observasi merupakan panduan observer dalam mengadakan pengamatan terhadap jalannya kegiatan peneliti, meliputi kegiatan dan tingkah laku guru selama proses pembelajaran, kegiatan dan tingkah laku siswa selama proses pembelajaran, efektivitas waktu yang digunakan, serta keefektifan penggunaan media. Menurut patta (2006:142)

“Pengamatan (observasi) adalah cara mengumpulkan data dengan mengadakan pencatatan terhadap apa yang menjadi sasaran pengamatan”.

b. Pedoman wawancara

Wawancara atau interview merupakan salah satu cara pengumpulan data yang langsung didapat dari sumber penelitian, melalui percakapan desain. Menurut Patta ( 2006 : 145) “wawancara adalah teknik pengumpulan data/ formasi tertentu yang dilaksanakan dengan Tanya jawab secara lisan “.

c. Lembar penilaian

Lembar penilaian adalah lembar yang digunakan untuk mengukur tingkat pemahaman dan kemampuan siswa dari awal hingga akhir pembelajaran, sehingga dengan ini guru dapat menarik kesimpulan pembelajaran berhasil atau tidak.

d. Dokumentasi

Digital Foto Camp dipergunakan sebagai alat penunjang yang dapat melengkapi dan memperjelas data peneliti. Pengambilan foto dilakukan pada setiap tindakan yaitu pada saat proses pembelajaran, wawancara guru


(31)

Merisa Merdiana Putri, 2013

Peningkatan Keterampilan Berbicara Pada Pembelajaran Bahasa Indonesia Melalui Metode Bermain Peran (Role Playing) Pada Siswa Kelas V SD Negeri Citrasari

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

dan siswa, diskusi peneliti dan observer. Foto-foto tersebut dilampirkan sebagai salah satu data penunjang, sehingga dapat memberikan gambaran penelitian kepada pembaca.

G. Teknik Pengumpulan Data

Beberapa cara digunakan untuk mengumpulkan data hasil penelitian. Data-data ini diolah secara deskriptif untuk dilakukan analisis/sintesis sehingga dapat diperoleh suatu kesimpulan dari hasil penelitian ini. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini meliputi :

1. Observasi

Observasi dilaksanakan pada setiap tindakan mulai dari siklus I sampai dengan siklus II. Kegiatan observasi ini dilaksanakan oleh guru kelas tersebut di SD Negeri Citrasari. Hal-hal yang diobservasi mengenai kegiatan belajar mengajar pada tahapan pembelajaran.

2. Wawancara

Wawancara merupakan kegiatan memperoleh data tentang pelaksanaan kegiatan pembelajaran dan kesulitan-kesulitan yang siswa hadapi, melalui Tanya jawab sepihak peneliti kepada siswa sebagai subjek penelitian. Wawancara dilakukan terhadap perwakilan siswa dengan kemampuan belajar yang berbeda-beda. Siswa yang diwawancara adalah perwakilan dari kelompok yang kurang, sedang, dan pandai. Sebelum wawancara dilakukan, peneliti harus menciptakan keakraban dan kenyamanan kepada siswa, sehingga siswa dapat menjawab pertanyaan tanpa tekanan. Wawancara dilakukan pada setiap akhir tindakan dalam penelitian.

3. Lembar kerja siswa

Dalam rancangan pembelajaran telah disusun LKS sesuai dengan indikator pada kurikulum, untuk membandingakan dengan nilai akhir atau postes secara individual.


(32)

4. Evaluasi

Evaluasi dilaksanakan pada setiap akhir tindakan, kegiatan ini bertujuan untuk mengukur kemampuan siswa secara individual tentang materi pembelajaran yang telah diberikan.Bentuk evaluasi yang digunakan adalah uraian.

5. Dokumentasi

Dokumentasi dilakukan untuk mendokumentasikan kegiatan siswa selama berlangsungnya pembelajaran dari siklus I sampai dengan siklus III.Hasil dokumentasi ini berupa gambar atau foto yang dapat dilihat pada lampiran hasil penelitian.

H. Analisis Data dan Interpretasi Data 1. Analisis data

Pada akhir kegiatan selalu dilakukan analisis data. Dan data dianalisis secara kualitatif, data ini bersumber dari hasil observasi, tes lisan dan catatan guru pada saat proses pembelajaran. Data yang diperoleh kemudian ditulis dalam bentuk deskripsi.

Analisis data dilaksanakan selama proses pembelajaran berlangsung, dilakukan sejak awal. Pada setiap penelitian. Miles dan Huberman ( Sugiono,

2011 : 337) mengemukakan bahwa “ aktivitas dalam analisis data kualitatif

dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus-menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh”. Pada proses pembelajaran dikelas, peneliti menganalisis segala yang dilihat dan diamati, cara guru mengajar, aktivitas siswa, suasana kelas dan cara guru mengelola kelas. Kegiatan yang akan dilaksanakan adalah sebagai berikut :

a. Mencatat hal yang diteliti secara rinci

b. Menganalisis data melalui reduksi data (merangkum hal-hal yang pokok)

c. Memfokuskan pada hal yang penting dan membuang yang tidak perlu.


(33)

Merisa Merdiana Putri, 2013

Peningkatan Keterampilan Berbicara Pada Pembelajaran Bahasa Indonesia Melalui Metode Bermain Peran (Role Playing) Pada Siswa Kelas V SD Negeri Citrasari

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

a. Pemberian LKS secara kelompok dan pada saat proses pembelajaran.

b. Observasi, dokumentasi, catatan lapangan yang dilakukan peneliti terhadap siswa selama proses pembelajaran berlangsung.

c. Wawancara yang diberikan kepada siswa sesudah proses pembelajaran

berlangsung.

Table 3.1

Tabel Penilaian Kemahiran Berbicara

No Aspek Subaspek Kriteria Skor

1. Lafal a. Ketepatan pelafalan

b. Kejelasan pelafalan c. Struktur kalimat

a. Tepat

b. Kerang tepat c. Tidak tepat

3 2 1

2. Intonasi a. Intonasi naik

b. Intonasi datar c. Intonasi turun

a. Tepat

b. Kerang tepat c. Tidak tepat

3 2 1

3. Ekspresi a. Mimik

b. Gerture

a. Tepat

b. Kerang tepat c. Tidak tepat

3 2 1

4. Isi a. Kelengkapan

b. Keruntutan

c. Kepaduan

a. Lancar

b. Kurang lancer c. Tidak lancer

3 2 1

Rumus perhitungan nilai tes berbicara siswa

Nilai

=

x 100

=

x 100 = 100

Rumus perhitungan presentase menurut Santoso (2005:57) :

P =

x 100


(34)

P = presentase

f = jumlah siswa yang memenuhi kategori n = jumlah keseluruhan siswa

100= bilangan konstanta

Tabel 3.2

Presentase Nilai dan Kategori

Sumber: Dirjen dikti dalam skripsi Sumarni (2010:26)

No Nilai Presentasi Kategori

1 ≥ 90 ≥ 90 % Baik Sekali

2 70 – 89 70 % – 89 % Baik

3 50 – 69 50 % – 69 % Cukup

4 30 – 49 30 % – 49 % Kurang


(35)

68

Merisa Merdiana Putri, 2013

Peningkatan Keterampilan Berbicara Pada Pembelajaran Bahasa Indonesia Melalui Metode Bermain Peran (Role Playing) Pada Siswa Kelas V SD Negeri Citrasari

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu BAB V

SIMPULAN DAN REKOMENDASI

Berdasarkan dari hasil penelitian dan pembahasan maka dalam pembelajaran memerankan tokoh drama dengan lafal, intonasi dan ekspresi yang tepat dengan menggunakan Metode Role Playing di kelas V SD Negeri Citrasari dapat dibuat kesimpulan sebagai berikut.

A. KESIMPULAN

Mengacu pada rumusan masalah yang terdapat pada Bab I yang didukung hasil penelitian yang telah dilakukan dalam tiga siklus, dapat ditarik kesimpulan berikut.

1. Perencanaan pembelaran pada penelitian ini dibuat dalam 2 siklus. Perencanaan pengajaran yang dibuat dalam penetapan pembelajaran melalui metode Role

Playing untuk meningkatkan keterampilan berbicara pada pembelajaran bahasa

Indonesia yang khususnya dalam memerankan tokoh drama dengan lafal, intonasi dan ekspresi yang tepat melalui metode Role Playing kelas V SD Negeri Citrasari pada dasarnya memiliki sitem yang sama yaitu disusun secara sistematis dengan di dalamnya terdapat penentuan tujuan, materi, media, metode, proses pembelajaran dan juga evaluasi pembelajaran.

2. Pelaksanaan pembelajaran untuk meningkatkan keterampilan berbicara dengan menggunakan metode Role Playing ini dilaksanakan secara terencana dengan menekankan sasaran penilaian yang ditujukan pada aspek pemahaman kejelasan lafal, kebenaran intonasi, ketepatan ekspresi dan kelengkapan isi.

3. Hasil akhir yang dicapai dalam pembelajaran melalui metode Role Playing untuk

meningkatkan kemampuan dalam berbicara dengan focus memerankan tokoh drama dengan lafal, intonasi, dan ekspresi yang tepat dengan menggunakan sebuah media yang nyata, seperti penggunaan media yang berupa kostum menunjukkan peningkatan yang cukup berhasil dan memuaskan. Pada setiap


(36)

69

siklus yang dilaksanakan dalam dua siklus yang hasil akhirnya mengalami peningkatan yang sangat baik.

Berdasarkan hasil penelitian peningkatan kemampuan berbicara ini dilakukan melalui proses merekam (audio) dan didukung melalui media gambar (visual) dan melalui gerak (kinestetik). Selain berpengaruh pada peningkatan berbicara siswa kelas V SD Negeri Citrasari ternyata dapat berpengaruh juga pada peningkatan ke arah lebih baik yaitu peningkatan rasa percaya diri pada beberapa anak, terlihat sebelum dilaksanakan tindakan, ada anak ketika dia memerankan tokoh drama terlihat malu dan berbicara membacakan isi teks drama tersebut dengan suara yang pelan, dan setelah dilaksanakan kegiatan ini, ketika berbicara membacakan teks maka suara anak menjadi lebih keras.

B. REKOMENDASI

Setelah melakukan proses penelitian tindakan kelas menggunakan metode Role playing dalam pembelajaran menulis permulaan, maka akhirnya peneliti dapat merasakan hal-hal yang baru terjadi pada saat penelitian dan kondisi tersebut menjadi suatu pengetahuan bagi peneliti. Peneliti berharap dapat dijadikan bahan referensi bagi guru sebagai pengembangan pembelajaran. Maka pada kesempatan ini peneliti bermaksud membagi pengetahuan yang diperoleh dalam penelitian melalui saran-saran yang dapat diterapkan oleh semua pihak, yaitu:

1. Guru yang mengajar kelas V dalam melakukan pembelajaran berbicara pada pembelajaran memerankan tokoh drama hendaknya dapat menguji cobakan dengan penerapan metode Role Playing, karena melalui metode ini memberikan kontribusi rangsangan yang sangat besar bagi minat belajar peserta didik, dan mengarahkan secara efektif pola pikir peserta didik untuk pada akhirnya siswa dapat berbicara dengan memperhatikan lafal, intonasi, dan ekspresi yang tepat.

2. Penerapan pembelajaran menggunakan metode Role Playing hendaknya dilakukan


(37)

70

Merisa Merdiana Putri, 2013

Peningkatan Keterampilan Berbicara Pada Pembelajaran Bahasa Indonesia Melalui Metode Bermain Peran (Role Playing) Pada Siswa Kelas V SD Negeri Citrasari

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

demonstrasi serta pemberian contoh nyata. Hal ini dapat membantu peserta didik dalam merealisasikannya dalam berimajinasi sesuai dengan pembelajaran.

3. Kreativitas guru dalam mengemas pembelajaran akan sangat mempengaruhi

keberhasilan siswa. Hal tersebut maka menuntut agar seorang guru dapat meningkatkan kemampuannya dan kreativitasnya dalam penyajian pembelajaran sehingga dapat membantu peserta didik dalam menguasai materi yang disampaikannya.


(38)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (1999). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta

Arikunto, S., Suhardjono, dan Supardi (2006). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara

Arsjad, Maidar G dan Mukti U.S. 1998. Kemampuan Berbicara Bahasa Indonesia. Jakarta Erlangga.

Baharudin. dan Wahyuni, N.E. (2007). Teori Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta : Arruz Media.

BSNP. (2006). Kurikulum 2006 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Tingkat

SD dan MI. Jakarta:Media Makmur Maju Mandiri.

Depdikbud. (1989). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:Balai Pustaka Hamalik. (2009). Proses Belajar Mengajar. Jakarta : Bumi Aksara.

Haryadi, dkk. (1996). Peningkatan Keterampilan Berbahasa Indonesia. Jakarta : Dirjen Dikti

Heriawan, Adeng. (2012). Metodelogi Pembelajaran. Lembaga Pembinaan dan Pengembangan dan Pengembangan Profesi Guru. Serang

Hodijah dan cahyani Isah. (2008). Kemampuan Berbahasa Indonesia Di Sekolah

dasar. Bandung : UPI PRESS

Kasbolah K. (1998-1999). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta:Dikti Proyek Pendidikan Guru Sekolah Dasar.

Mafrukhi, Sayuti. 2009. Cara Melatih Kemampuan Berbicara Anak.

http://www.indoskripsi.com. Diakses tanggal 2 Juli 2013.

Manzilatusifa, Uus. (2000). Diktat Proses Belajar Mengajar. Asas Strategi Metode. FKIP Universitas Langlangbuana.


(39)

Merisa Merdiana Putri, 2013

Peningkatan Keterampilan Berbicara Pada Pembelajaran Bahasa Indonesia Melalui Metode Bermain Peran (Role Playing) Pada Siswa Kelas V SD Negeri Citrasari

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Resmini, Novi dkk. (2006). Pembinaan dan Pengembangan Pembelajaran Bahasa

dan Sastra Indonesia. Bandung : UPI PRESS

Resmini, Novi, (2007). Pendidikan Bahasa dan sastra Indonesia di Kelas Tinggi. Bandung:UPI Press.

Santosa, Puji dkk. (2009). Materi dan Pembelajaran Bahasa Indonesia SD. Jakarta : Universitas Terbuka

Tarigan Guntur Henry, Prof. (1985). Prinsip-prinsip Dasar Sastra. Bandung : Angkasa

Tarigan Guntur Henry, Prof. (2009). Strategi Pengajaran dan Pembelajaran Bahasa. Bandung : Angkasa.

Tim Pengembang Kurikulum. (2009). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

Dokumen SD Negeri Citrasari Lembang. Bandung: Tidak Diterbitkan.

Wahab (2009:109) Wahab, Abdul Aziz. (2009). Metode dan Model-Model Mengajar

IPS. Bandung. Alfabet

Wiriaatmadja, R. (2005). Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: PT Remaja Rosdakarya


(1)

P = presentase

f = jumlah siswa yang memenuhi kategori n = jumlah keseluruhan siswa

100= bilangan konstanta

Tabel 3.2

Presentase Nilai dan Kategori

Sumber: Dirjen dikti dalam skripsi Sumarni (2010:26)

No Nilai Presentasi Kategori

1 ≥ 90 ≥ 90 % Baik Sekali

2 70 – 89 70 % – 89 % Baik

3 50 – 69 50 % – 69 % Cukup

4 30 – 49 30 % – 49 % Kurang


(2)

68

BAB V

SIMPULAN DAN REKOMENDASI

Berdasarkan dari hasil penelitian dan pembahasan maka dalam pembelajaran memerankan tokoh drama dengan lafal, intonasi dan ekspresi yang tepat dengan menggunakan Metode Role Playing di kelas V SD Negeri Citrasari dapat dibuat kesimpulan sebagai berikut.

A. KESIMPULAN

Mengacu pada rumusan masalah yang terdapat pada Bab I yang didukung hasil penelitian yang telah dilakukan dalam tiga siklus, dapat ditarik kesimpulan berikut.

1. Perencanaan pembelaran pada penelitian ini dibuat dalam 2 siklus. Perencanaan pengajaran yang dibuat dalam penetapan pembelajaran melalui metode Role

Playing untuk meningkatkan keterampilan berbicara pada pembelajaran bahasa

Indonesia yang khususnya dalam memerankan tokoh drama dengan lafal, intonasi dan ekspresi yang tepat melalui metode Role Playing kelas V SD Negeri Citrasari pada dasarnya memiliki sitem yang sama yaitu disusun secara sistematis dengan di dalamnya terdapat penentuan tujuan, materi, media, metode, proses pembelajaran dan juga evaluasi pembelajaran.

2. Pelaksanaan pembelajaran untuk meningkatkan keterampilan berbicara dengan menggunakan metode Role Playing ini dilaksanakan secara terencana dengan menekankan sasaran penilaian yang ditujukan pada aspek pemahaman kejelasan lafal, kebenaran intonasi, ketepatan ekspresi dan kelengkapan isi.

3. Hasil akhir yang dicapai dalam pembelajaran melalui metode Role Playing untuk meningkatkan kemampuan dalam berbicara dengan focus memerankan tokoh drama dengan lafal, intonasi, dan ekspresi yang tepat dengan menggunakan sebuah media yang nyata, seperti penggunaan media yang berupa kostum menunjukkan peningkatan yang cukup berhasil dan memuaskan. Pada setiap


(3)

siklus yang dilaksanakan dalam dua siklus yang hasil akhirnya mengalami peningkatan yang sangat baik.

Berdasarkan hasil penelitian peningkatan kemampuan berbicara ini dilakukan melalui proses merekam (audio) dan didukung melalui media gambar (visual) dan melalui gerak (kinestetik). Selain berpengaruh pada peningkatan berbicara siswa kelas V SD Negeri Citrasari ternyata dapat berpengaruh juga pada peningkatan ke arah lebih baik yaitu peningkatan rasa percaya diri pada beberapa anak, terlihat sebelum dilaksanakan tindakan, ada anak ketika dia memerankan tokoh drama terlihat malu dan berbicara membacakan isi teks drama tersebut dengan suara yang pelan, dan setelah dilaksanakan kegiatan ini, ketika berbicara membacakan teks maka suara anak menjadi lebih keras.

B. REKOMENDASI

Setelah melakukan proses penelitian tindakan kelas menggunakan metode Role playing dalam pembelajaran menulis permulaan, maka akhirnya peneliti dapat merasakan hal-hal yang baru terjadi pada saat penelitian dan kondisi tersebut menjadi suatu pengetahuan bagi peneliti. Peneliti berharap dapat dijadikan bahan referensi bagi guru sebagai pengembangan pembelajaran. Maka pada kesempatan ini peneliti bermaksud membagi pengetahuan yang diperoleh dalam penelitian melalui saran-saran yang dapat diterapkan oleh semua pihak, yaitu:

1. Guru yang mengajar kelas V dalam melakukan pembelajaran berbicara pada pembelajaran memerankan tokoh drama hendaknya dapat menguji cobakan dengan penerapan metode Role Playing, karena melalui metode ini memberikan kontribusi rangsangan yang sangat besar bagi minat belajar peserta didik, dan mengarahkan secara efektif pola pikir peserta didik untuk pada akhirnya siswa dapat berbicara dengan memperhatikan lafal, intonasi, dan ekspresi yang tepat. 2. Penerapan pembelajaran menggunakan metode Role Playing hendaknya dilakukan


(4)

70

demonstrasi serta pemberian contoh nyata. Hal ini dapat membantu peserta didik dalam merealisasikannya dalam berimajinasi sesuai dengan pembelajaran.

3. Kreativitas guru dalam mengemas pembelajaran akan sangat mempengaruhi keberhasilan siswa. Hal tersebut maka menuntut agar seorang guru dapat meningkatkan kemampuannya dan kreativitasnya dalam penyajian pembelajaran sehingga dapat membantu peserta didik dalam menguasai materi yang disampaikannya.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (1999). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta

Arikunto, S., Suhardjono, dan Supardi (2006). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara

Arsjad, Maidar G dan Mukti U.S. 1998. Kemampuan Berbicara Bahasa Indonesia. Jakarta Erlangga.

Baharudin. dan Wahyuni, N.E. (2007). Teori Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta : Arruz Media.

BSNP. (2006). Kurikulum 2006 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Tingkat

SD dan MI. Jakarta:Media Makmur Maju Mandiri.

Depdikbud. (1989). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:Balai Pustaka Hamalik. (2009). Proses Belajar Mengajar. Jakarta : Bumi Aksara.

Haryadi, dkk. (1996). Peningkatan Keterampilan Berbahasa Indonesia. Jakarta : Dirjen Dikti

Heriawan, Adeng. (2012). Metodelogi Pembelajaran. Lembaga Pembinaan dan Pengembangan dan Pengembangan Profesi Guru. Serang

Hodijah dan cahyani Isah. (2008). Kemampuan Berbahasa Indonesia Di Sekolah

dasar. Bandung : UPI PRESS

Kasbolah K. (1998-1999). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta:Dikti Proyek Pendidikan Guru Sekolah Dasar.

Mafrukhi, Sayuti. 2009. Cara Melatih Kemampuan Berbicara Anak. http://www.indoskripsi.com. Diakses tanggal 2 Juli 2013.

Manzilatusifa, Uus. (2000). Diktat Proses Belajar Mengajar. Asas Strategi Metode. FKIP Universitas Langlangbuana.


(6)

Resmini, Novi dkk. (2006). Pembinaan dan Pengembangan Pembelajaran Bahasa

dan Sastra Indonesia. Bandung : UPI PRESS

Resmini, Novi, (2007). Pendidikan Bahasa dan sastra Indonesia di Kelas Tinggi. Bandung:UPI Press.

Santosa, Puji dkk. (2009). Materi dan Pembelajaran Bahasa Indonesia SD. Jakarta : Universitas Terbuka

Tarigan Guntur Henry, Prof. (1985). Prinsip-prinsip Dasar Sastra. Bandung : Angkasa

Tarigan Guntur Henry, Prof. (2009). Strategi Pengajaran dan Pembelajaran Bahasa. Bandung : Angkasa.

Tim Pengembang Kurikulum. (2009). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

Dokumen SD Negeri Citrasari Lembang. Bandung: Tidak Diterbitkan.

Wahab (2009:109) Wahab, Abdul Aziz. (2009). Metode dan Model-Model Mengajar

IPS. Bandung. Alfabet

Wiriaatmadja, R. (2005). Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: PT Remaja Rosdakarya


Dokumen yang terkait

METODE ROLE PLAYING DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA SISWA KELAS V SD NEGERI Peningkatan Kemampuan Berbicara Melalui Metode Role Playing Dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia Siswa Kelas V SD Negeri Drajitan Kecamatan Musuk Kabupaten Boyolali Tahun Pel

0 3 10

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE ROLE PLAYING DALAM PEMBELAJARAN Peningkatan Kemampuan Berbicara Melalui Metode Role Playing Dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia Siswa Kelas V SD Negeri Drajitan Kecamatan Musuk Kabupaten Boyolali Tahun Pelaj

0 3 18

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA MELALUI PENERAPAN STRATEGI ROLE PLAYING DALAM PEMBELAJARAN BAHASA Peningkatan Keterampilan Berbicara Melalui Penerapan Strategi Role Playing Dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia Kelas V SD N 05 Sidoharjo, Wonogiri Tahun

0 3 16

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR DAN KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA INDONESIA MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN ROLE Peningkatan Motivasi Belajar Dan Keterampilan Berbicara Bahasa Indonesia Melalui Strategi Pembelajaran Role Playing Siswa Kelas VA SD Islam Terpad

0 1 15

PENERAPAN METODE SIMULASI BERMAIN PERAN / ROLE PLAYING UNTUK PENINGKATAN KETRAMPILAN BERBICARA Penerapan Metode Simulasi Bermain Peran / Role Playing Untuk Peningkatan Ketrampilan Berbicara Bahasa Indonesia Pada Siswa Kelas IV SD Negeri 2 Jagoan Sambi B

0 4 15

PENERAPAN METODE SIMULASI BERMAIN PERAN / ROLE PLAYING UNTUK PENINGKATAN KETRAMPILAN BERBICARA Penerapan Metode Simulasi Bermain Peran / Role Playing Untuk Peningkatan Ketrampilan Berbicara Bahasa Indonesia Pada Siswa Kelas IV SD Negeri 2 Jagoan Sambi B

0 3 17

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA MELALUI PENERAPAN STRATEGI ROLE PLAYING PADA SISWA Peningkatan Keterampilan Berbicara Melalui Penerapan Strategi Role Playing Pada Siswa Kelas V SD Negeri Kebonharjo Klaten Tahun Ajaran 2012/2013.

0 1 16

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA MELALUI PENERAPAN STRATEGI ROLE PLAYING PADA SISWA Peningkatan Keterampilan Berbicara Melalui Penerapan Strategi Role Playing Pada Siswa Kelas V SD Negeri Kebonharjo Klaten Tahun Ajaran 2012/2013.

0 0 12

PENINGKATAN PEMAHAMAN MATERI DRAMA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA MELALUI METODE BERMAIN PERAN (ROLE Peningkatan Pemahaman Materi Drama Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Melalui Metode Bermain Peran (Role Playing) pada Siswa Kelas IV Sd Negeri 2 Lemahjaya

0 0 15

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA MENGGUNAKAN METODE ROLE PLAYING DI KELAS IV SD

0 0 10