IDEOLOGI PUISI PENYAIR PEREMPUAN SUMATERA UTARA TAHUN 1980-AN DAN 2000-AN(KAJIAN STRUKTURALISME GENETIK GOLDMANN).

IDEOLOGI PUISI PENYAIR PEREMPUAN SUMATERA UTARA
TAHUN 1980-AN DAN 2000-AN
(KAJIAN STRUKTURALISME GENETIK GOLDMANN)

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Sastra

Oleh

SARTIKA SARI
NIM. 2102210005

PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA
JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2014

KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan
karunia-Nya sehingga skripsi berjudul “Ideologi Puisi Penyair Perempuan

Sumatera Utara Tahun 1980-an dan 2000-an (Kajian Strukturalisme Genetik
Goldmann” dapat diselesaikan dengan baik.
Peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini banyak mendapat bantuan dan
dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan penuh kebahagiaan dan
rasa syukur yang tidak terkira pada kesempatan ini peneliti ingin mengucapkan
terima kasih kepada:
1. Prof.Dr.Ir.KH. Mohammad Nuh, sebagai Menteri Pendidikan,
2. Prof. Dr. Ibnu Hajar, M.Si., sebagai Rektor Universitas Negeri Medan,
3. Dr. Isda Pramuniati, M.Hum., sebagai Dekan Fakultas Bahasa dan Seni
beserta Pembantu Dekan dan seluruh Staf Pegawai dan Administrasi,
4. Drs. Syamsul Arif, M.Pd., sebagai Ketua Jurusan Bahasa dan Sastra
Indonesia,
5. Muhammad Surif, S.Pd., M.Si., sebagai Ketua Program Studi Bahasa dan
Sastra Indonesia,
6. Dra. Rosmaini, M.Pd., sebagai Dosen Pembimbing Skripsi (Membimbing,
mengarahkan, memotivasi, menasehati, menyarankan, menolong dan
membantu dalam menyelesaikan masalah),
7. Drs. Sanggup Barus, M.Pd., sebagai Dosen Pembimbing Akademik
(Membimbing, mengarahkan, memotivasi, menasehati, menyarankan,
menolong dan membantu dalam menyelesaikan masalah),


8. Seluruh Bapak dan Ibu dosen yang tidak dapat disebutkan namanya satu
persatu, ilmu yang telah berikan adalah bekal paling berharga,
9. Motivator terbaik dalam hidup saya, Bapak (Ngadimun) dan Ibu (Sutiah)
juga seluruh keluarga besar saya yang selalu memberikan doa, semangat,
dukungan dalam segala hal,
10. Bunda Frieda Amran dan Bu Nenden Lilis Aisyah yang senantiasa
memompa semangat serta pemikiran saya dengan pedas-manis nasehat,
bimbingan dan kritikan,
11. Seluruh sastrawan Sumatera Utara yang telah membantu, memberi
informasi, menjadi guru, sahabat berdiskusi, khususnya Pak Damiri
Mahmud, A. Rahim Qahar, M. Raudah Jambak, Afrion,
12. Sahabat satu visi saya (Yuliani dan Rusyda Nazhira) yang setia berasam
garam bersama,
13. Keluarga besar Sastra Indonesia 2010, Komunitas Tanpa Nama, KPPI,
Labsas, yang telah memberikan bantuan, dukungan dan semangat,
khususnya Novriani dan Laila Nadira,
14. Kakak-kakak senior yang telah memberikan informasi, dukungan dan
semangat,
Peneliti tidak dapat membalas semua yang telah diberikan, hanya Tuhan

yang bisa membalasnya. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi perkembangan
dan kemajuan dunia pendidikan khususnya kesusastraan di Indonesia.
Medan, Mei 2014
Peneliti,

Sartika Sari

ABSTRAK

`

Sartika Sari. NIM 2102210005. Ideologi Puisi Penyair Perempuan
Sumatera Utara Tahun 1980-an dan 2000-an (Kajian Strukturalisme Genetik
Goldmann). Skripsi Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia. Fakultas Bahasa
dan Seni. Universitas Negeri Medan, 2014.
Puisi-puisi penyair perempuan Sumatera Utara senantiasa dianggap lemah
oleh para kritikus, penikmat dan pegiat sastra. Hal ini dikarenakan kecenderungan
teknik menulis dan tema-tema yang diangkat dalam puisi penyair perempuan
adalah benda-benda rumah tangga dan sisi lain dalam kehidupan yang dinilai tidak
kuat untuk diperbincangkan. Alhasil, puisi-puisi penyair perempuan Sumatera

Utara terisolir dari kancah perpuisian Sumut bahkan perlahan-lahan menghilang.
Oleh karena itu, penelitian dengan metode strukturalisme-genetik Goldmann ini
bertujuan untuk mengetahui struktur puisi penyair perempuan Sumatera Utara
tahun 1980-an dan 2000-an serta menggali kekuatan puisi penyair perempuan
Sumatera Utara dengan menguak pemikiran dan ideologi yang terkandung dalam
puisinya. Ideologi merupakan konsep berpikir yang mendasari karakter dan
kejiwaan seseorang. Maka dalam puisi, hal itu dapat ditemukan dan dianalisis dari
struktur fisik dan batin, mengambil intisari tiap bait atau larik, serta pembahasan
mengenai kurun waktu perkembangan ideologi dalam puisi itu. Penyair
perempuan Sumatera Utara tahun 1980-an dan
2000-an adalah penyair
perempuan yang memiliki eksistensi berkarya pada tahun tersebut. Dalam
penelitian ini, puisi-puisi yang dianalisis adalah puisi yang representatif
mencerminkan ideologi yang diambil dari sejumlah antologi puisi penyair
Sumatera Utara yang memaktub puisi penyair perempuan serta data tambahan
melalui wawancara dengan sejumlah sastrawan Sumatera Utara.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa puisi-puisi penyair perempuan
Sumatera Utara didominasi ideologi feminisme dan patriotisme. Kedua ideologi
tersebut merupakan bukti bahwa perempuan juga dapat melahirkan puisi yang
bertendensi dan patut diperhitungkan di ranah kesusastraan Sumatera Utara karena

pemikiran dan ideologi yang terkandung di dalam puisinya penting dan
berpengaruh. Penelitian ini menjadi saksi bahwa keberadaan penyair perempuan
Sumatera Utara melalui pemikiran yang tersirat dalam karyanya patut
diperhitungkan juga dalam peta sastra Indonesia.

DAFTAR ISI
ABSTRAK……………………………………………………………………

i

KATA PENGANTAR……………………………………………………….

ii

DAFTAR ISI ....................................................................................................

iv

DAFTAR TABEL ........................................................................................... viii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................


1

1.1 Latar Belakang ................................................................................

1

1.2 Identifikasi Masalah ........................................................................

8

1.3 Batasan Masalah..............................................................................

9

1.4 Rumusan Masalah ...........................................................................

9

1.5 Tujuan Penelitian ............................................................................


9

1.6 Manfaat Penelitian ..........................................................................

10

BAB II KERANGKA TEORETIS DAN KERANGKA KONSEPTUAL
2.1 Kerangka Teoretis .............................................................................

11
11

2.1.1

Pengertian Ideologi ............................................................

11

2.1.2


Puisi ...................................................................................

20

2.1.3

Penyair Perempuan Sumatera Utara ...................................

26

2.1.4

Sosiologi Sastra .................................................................

31

2.1.5

Strukturalisme-genetik Goldmann ....................................


39

2.2 Kerangka Konseptual......................................................................... 42
2.3 Pertanyaan Penelitian......................................................................... 43
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ....................................................

44

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................

44

3.2 Sumber Data………………………………………….. .................... 44

3.3 Metode Penelitian ..............................................................................

45

3.4 Teknik Pengumpulan Data ...............................................................


46

3.5 Teknik Analisis Data ........................................................................

46

BAB IV PEMBAHASAN …………………………………………………... 48
4.1 Hasil Penelitian.......................................................................................

48

4.2 Pembahasan ...........................................................................................

52

4.2.1

Ideologi Puisi Penyair Perempuan Sumut Tahun 1980-an .........


52

4.2.1.1 Puisi “Upacara Baca Makam Terkubur” karya Murni Yanti
Pakpahan ................................................................................

52

1. Analisis Struktur Puisi ...................................................... 53
1.1 Struktur Fisik .................................................................... 53
1.2 Struktur Batin .................................................................... 59
2. Ideologi yang Terkandung dalam Puisi .............................. 61
4.2.1.2 Puisi “Catatan Kelasi” karya Murni Yanti Pakpahan ............ 63
1. Analisis Struktur Puisi ....................................................... 63
1.1 Struktur Fisik .................................................................... 64
1.2 Struktur Batin .................................................................... 67
2. Ideologi yang Terkandung dalam Puisi .............................. 68
4.2.1.3 Puisi “Catatan Kabut” karya Murni Yanti Pakpahan .......... 71
1. Analisis Struktur Puisi ........................................................ 72
1.1 Struktur Fisik .................................................................... 72
1.2 Struktur Batin .................................................................... 76
2. Ideologi yang Terkandung dalam Puisi .............................. 77
4.2.1.3 Puisi “Suara-Suara Asing” karya Laswiyati Pisca .............. 79

1. Analisis Struktur Puisi ........................................................ 79
1.1 Struktur Fisik .................................................................... 80
1.2 Struktur Batin .................................................................... 83
2. Ideologi yang Terkandung dalam Puisi .............................. 85
4.2.2 Ideologi Puisi Penyair Perempuan Sumut Tahun 2000-an .......... 87
4.2.2.1 Puisi “Seperti Kemarin” karya Nur Hilmi Daulay .............. 87
1. Analisis Struktur Puisi ........................................................ 88
1.1 Struktur Fisik .................................................................... 88
1.2 Struktur Batin .................................................................... 92
2. Ideologi yang Terkandung dalam Puisi .............................. 93
4.2.2.2 Puisi “Dongeng?” karya Nur Hilmi Daulay ........................ 95
1. Analisis Struktur Puisi ........................................................ 96
1.1 Struktur Fisik .................................................................... 96
1.2 Struktur Batin .................................................................... 99
2. Ideologi yang Terkandung dalam Puisi .............................. 101
4.2.2.3 Puisi “Kamboja” karya Ria Ristiana Dewi .......................... 103
1. Analisis Struktur Puisi ........................................................ 103
1.1 Struktur Fisik .................................................................... 104
1.2 Struktur Batin .................................................................... 106
2. Ideologi yang Terkandung dalam Puisi .............................. 108
4.2.2.4 Puisi “Dilema Bangsaku” karya Ria Ristiana Dewi ............ 110
1. Analisis Struktur Puisi ........................................................ 110
1.1 Struktur Fisik .................................................................... 111
1.2 Struktur Batin .................................................................... 113

2. Ideologi yang Terkandung dalam Puisi .............................. 115
4.2.2.5 Puisi “Sketsa Rumah Tangga” karya Febri Mira Rizki ....... 117
1. Analisis Struktur Puisi ........................................................ 118
1.1 Struktur Fisik .................................................................... 118
1.2 Struktur Batin .................................................................... 121
2. Ideologi yang Terkandung dalam Puisi .............................. 122
4.2.2.6 Puisi “:Edisi Introfeksi” karya Febri Mira Rizki ................. 124
1. Analisis Struktur Puisi ........................................................ 124
1.1 Struktur Fisik .................................................................... 125
1.2 Struktur Batin .................................................................... 127
2. Ideologi yang Terkandung dalam Puisi .............................. 128
4.3 Pembahasan .......................................................................................... 129
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................... 135
5.1 Kesimpulan ........................................................................................... 135
5.2 Saran ...................................................................................................... 136
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 138

DAFTAR TABEL

TABEL 1. HASIL PENELITIAN…………………………………………. 48

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Sastra pada hakikatnya berkarakter ideologis. Ia menjadi medium
penyimpanan berbagai konsep pemikiran dan tujuan hidup suatu kelompok
masyarakat yang direpresentasikan melalui seorang sastrawan. Sastra menjadi
jalan untuk mengungkapkan hasil penghayatan atas perkara orientasi budaya,
nilai-nilai sosial, kepercayaan dan kesadaran bersikap di tengah masyarakat.
Perjalanan sastra Indonesia adalah sejarah pemikiran ideologi. Sastra lahir
dari sebuah ide, lalu mengeram, berkelindan, dan tumpah menjadi gagasan
tentang kehidupan manusia yang diidealisasikan. Jadi, sastra pada hakikatnya
adalah ideologi yang ditawarkan sastrawan. Di sana, ada nilai-nilai yang hendak
ditanamkan. Teks sastra adalah representasi ideologi pengarang (Mahayana,
2012:183). Dengan demikian, karya sastra secara tidak langsung telah
menyodorkan kepada pembaca untuk melakukan pemihakan, perlawanan, atau
kesadaran yang berkaitan dengan penyikapan pada nilai-nilai kemanusiaan.
Keberadaan karya sastra tidak dapat dilepaskan dari ideologi. Hal ini turut
didukung oleh posisi pengarang sebagai bagian dari masyarakat sosial yang
memiliki konsep berpikir dalam kehidupan sosial, budaya, dan tingkah laku
tertentu tidak dapat melepaskan diri dari ideologi yang mengikatnya. Mengingat
bahwa memang ideologi berkaitan erat dengan gagasan dan tindakan-tindakan
individu tersebut. Maka, karya yang dihasilkan pengarang, secara langsung atau
tidak, mengandung ideologi pengarangnya. Ide atau gagasan sastrawan yang

1

dituangkan dalam karya sastra bisa mempengaruhi opini publik (Sambodja,
2011:179).
Sungguhpun demikian, sebagaimana yang dikatakan Jhon Storey dan
Graeme Turner

karya kreatif seorang pengarang bukanlah semata-mata sebuah

ideologi an sich. Ia mestilah menyampaikan ideologi yang dianutnya dalam
struktur sebuah wacana kesusastraan. Mengabaikan struktur wacana itu berarti
pula mengabaikan nilai estetik karya itu, dan karyanya akan tergelincir menjadi
sebuah ideologi yang dapat berupa propaganda politik atau doktrin moral, dan
karyanya hanya dapat dikatakan sebagai sebuah pamflet (Mahayana, 2012: 180).
Ideologi dalam karya sastra lahir sebagai bentuk respon atas kondisi sosial
budaya dan realitas kehidupan di masyarakat yang diwujudkan dalam bentuk
tulisan sastra, seperti puisi dan prosa. Sebelumnya, keberadaan ideologi senantiasa
dikaitkan dengan kelompok Marxis, khususnya Marxis orthodox. Doktrin Marxis
yang paling menonjol yakni hirearki kelas-kelas sosial, dikotomi antara
superstruktur ideologis, yaitu ideologi umum, agama, ilmu pengetahuan, dan
kesenian yang dianggap bertumpu pada infrastruktur material, yang terdiri atas
faktor-faktor teknologi, ekonomi, ekologi dan demografi. Bagi kelompok Marxis
karya sastra mesti mengandung maksud, yang secara khusus ditujukan untuk
kepentingan partai. Namun dalam perkembangan selanjutnya, ideologi dalam
karya sastra tidak harus diartikan negatif. Seperti yang dijelaskan Ratna (2010:
378-379),

sebagai

pandangan

dunia,

misalnya,

ideologi

merupakan

institusionalisasi sistem pengetahuan bersama yang melaluinya masing-masing
individu dapat mengidentifikasikan diri dalam kelompok yang bersangkutan.

Ideologi dalam hubungan ini merupakan energi sebab semata-mata melalui sistem
pemahaman bersama.
Hal ini diperkuat dalam visi kontemporer (Selden, 1986: 43-44 dalam
Ratna, 2010: 373) yang menyatakan bahwa ideologi sama sekali tidak berkaitan
dengan politik sebagai suatu kesadaran, melainkan sebagai sistem referensi dalam
kaitannya dengan estetika, religi, hukum, dan sebagainya, mekanisme

yang

memungkinkan terbentuknya pesan dan harapan, cita-cita dan citra mentalitas,
baik individu maupun kelompok. Kehadiran ideologi dalam karya sastra
diindikasi sebagai penanda bahwa masyarakat mulai menyadari kegunaan karya
sastra, khususnya sebagai salah satu cara untuk mengantisipasi degradasi mental.
Ideologi itu sendiri mulai dipertimbangkan, khususnya sebagai akibat timbulnya
kebebasan berpikir. Selain itu, sudah muncul kesadaran bahwa karya sastra bukan
semata-mata masalah bahasa tetapi juga masalah isi, cita-cita, dan pesan. Ideologi
bukan semata-mata masalah kelompok Marxis, tetapi masalah manusia secara
keseluruhan. Terakhir, karya sastra bukan barang luks, bukan gejala yang unik,
melainkan sebagai proses yang terjadi di mana saja dan kapan saja. Karya sastra
dengan ciri-ciri ideologi tidak mesti ditolak.
Keberadaan ideologi yang menyatu dalam karya sastra pada akhirnya tidak
sekadar menjadi potret pemikiran masyarakat yang dalam hal ini diwakili oleh
sastrawan, tetapi turut menjadi identitas dan semangat sastrawan pada zamannya.
Oleh karena itu, perubahan kondisi sosial budaya, politik dan realitas kehidupan
bermasyarakat berimplikasi pula pada keberadaan ideologi. Pergeseran nilai-nilai,
arah pandang, cita-cita dan pemikiran individu dalam suatu golongan terjadi
sebagai bentuk respon dan interaksi sosial sesuai pada masanya. Jika diusut,

secara historis sastra Indonesia lahir sekitar abad ke-19 bersamaan dengan
lahirnya bahasa Indonesia. Maka ciri khas karya sastra pada masa itu adalah jiwa
dan semangat keindonesiaan, sebagai ciri-ciri ekstrinsik, bukan intrinsik.
Begitupun yang terjadi seterusnya.
Perkembangan sastra tidak berbeda jauh dengan perkembangan ideologi
yang dipengaruhi kondisi tiap zaman. Kenyataan ini tentu telah menjelaskan
bahwa memang masyarakatlah yang mengkondisikan terjadinya suatu aktivitas
kreatif, bukan sebaliknya. Contoh lain, tahun 1930-an, pada periode Pujangga
Baru, Sutan Takdir Alisjahbana mempelopori semangat nasionalisme, pendidikan,
represi pemerintah jajahan melalui Layar Terkembang yang secara keseluruhan
mengandung tendensi mengenai kebangkitan bangsa, khususnya emansipasi
perempuan (Ratna, 2010:303). Selain itu, Teeuw (dalam Mahayana, 2012:237)
juga mempertegas bahwa novel-novel Indonesia modern yang pertama, yaitu
karangan-karangan Semaun dan Mas Marco Kartodikromo sesungguhnya ditulis
dari sudut pandangan ideologi kaum marxis sebagai senjata yang dengan sadar
diasah dalam kampanye untuk kebangkitan ideologi massa Indonesia. Tidak
hanya berbentuk prosa, militansi melalui karya sastra bermuatan ideologis juga
dilakukan lewat puisi. Dalam ini, puisi Tanah Air yang ditulis Muhammad Yamin
menjadi salah satu bukti bahwa ekspresi puitik bergerak ke penyikapan atas
ideologi politik. Puisi menjadi pemantik tumbuhnya kesadaran kebangsaan
(Mahayana, 2012:183).
Urgensi kandungan ideologi dalam karya sastra tersebut turut dibuktikan
dengan sejumlah polemik yang muncul. Karya sastra bisa dilarang beredar jika
isinya dianggap membahayakan ideologi negara (Damono, 1999 : 58). Sejumlah

kasus yang terkait dengan hal ini misalnya, sastrawan Inggris peranakan, Salman
Rushdie, dijatuhi hukuman mati oleh Ayatolah Khomeini, pimpinan tertinggi
Republik Iran, karena salah satu karyanya, yakni Satanic Verses, dianggap
menghina agama dan umat Islam. Di Indonesia, hal serupa salah satunya terjadi
pada Pramoedya Ananta Toer yang dilarang mempublikasikan karyanya karena
dianggap membahayakan. Gambaran ini jelas membuktikan bahwa ideologi tidak
dapat dipisahkan dari sastra.
Di Indonesia, selain nama-nama yang tersebut di atas, masih banyak
sastrawan yang produktif berkarya, bersifat ideologis, meski dinominasi kaum
laki-laki. Damono (1999:223) menggarisbawahi bahwa memang semua
perempuan penulis berada di bawah permukaan dan tidak menjadi populer pada
zamannya. Selasih dan Hamidah adalah dua di antara nama yang selalu disebut
jika kita membicarakan perempuan novelis sebelum perang. Beberapa waktu
sebelum perang pecah dan di zaman pendudukan Jepang kita kenal Maria Amin si
penyair. Di awal zaman republik kita membaca beberapa sajak yang bagus karya
S. Rukiah dan St. Nuraini, yang menulis sezaman dengan Chairil Anwar. Pada
tahun 1950-an kita membaca beberapa cerita pendek karya Nh. Dini. Hampir satu
dasawarsa kemudian kita bisa membaca beberapa sajak feminin dan indah tulisan
Isma Sawitri dan beberapa cerpen Titis Basino.
Khusus di wilayah Sumatera Utara, berdasarkan hasil wawancara dengan
A. Rahim Qahar, seorang sastrawan dan kritikus Sumatera Utara, dapat
disimpulkan bahwa keberadaan sastrawan perempuan sejak angkatan 1960-an
sampai 2000-an mengalami pasang surut secara kuantitas dan kualitasnya. Dari
sisi kuantitas, jumlah penyair perempuan sangat jauh di bawah jumlah penyair

laki-laki yang ada, bertahan dan berkembang. Hal ini menyebabkan khazanah
kritik sastra berfokus pada puisi karya penyair laki-laki. Sedangkan puisi-puisi
penyair perempuan terisolir.
Fenomena tersebut dapat ditemukan pula dalam Napak Tilas Rubrik Sastra
Koran yang disampaikan Sulaiman Sambas pada acara Omong-Omong Sastra
Sumatera Utara pada 8 Desember 2013. Sejak tahun 1950-an beberapa media
massa yang menyediakan rubrik sastra dan budaya bermunculan, seperti: Tunas di
harian Patriot, Budaya di Patriot, Gita di harian Lembaga, Khazanah di harian
Mercu Suar, Gelombang di surat kabar Bahari, Wahana di Sinar Indonesia Baru,
Waspada, Sinar Pembangunan dan Rebana di harian Analisa. Namun di antara
sekian banyak surat kabar yang dipaparkan, sejumlah puisi dan nama penulis yang
terkait dengan surat kabar itu sebagian besar adalah laki-laki. Seperti Bokor
Hutasuhut, Ali Sukardi, Partahi S Sirait, Soaduon Siregar, A Aziz, Zarnas,
Ibrahim Sidik, dan lainnya. Sedangkan penyair perempuan Sumatera Utara dan
puisi-puisinya menjadi minoritas.
Ditambah lagi, dalam dokumentasi berupa buku yang hanya ada jika
bertepatan dengan pengadaan acara temu sastra atau inisiatif dari pihak-pihak
tertentu sekitar pada tahun 1980-an, jumlah penyair perempuan Sumatera Utara
nyaris hanya satu atau dua orang saja yang terlibat. Persoalan lain yang ditemukan
adalah lemahnya militansi dalam berkarya dan euforia pada tema-tema seksis
yang kerap mengakibatkan kualitas karya cenderung lemah (Jambak, 2012:7).
Seperti yang pernah dinyatakan Nenden Lilis Aisyah, seorang penyair, pengamat
dan kritikus sastra Indonesia, banyak pengarang dari kalangan perempuan
mengalami keterpojokan dari kritik dan pembacaan yang dilakukan masyarakat

yang terlanjur patriarkhis dan juga dari sudut pembacaan laki-laki. Dalam karya
perempuan, pengangkatan latar dunia dalam rumah (dapur, tempat mencuci
pakaian, dan lain-lain) dianggap sebagai gagasan yang kurang estetis sehingga tak
diperhitungkan dalam penilaian kanon sastra. Akhirnya terbentuklah anggapan
bahwa puisi-puisi karya penyair perempuan Sumatera Utara secara ideologis tidak
kuat untuk diperbincangkan.
Sampai pada tahun 2000-an, barulah bermunculan penyair perempuan
muda yang aktif menulis di media massa dan sejumlah antologi puisi. Beberapa
nama seperti, Ria Ristiana Dewi, Febri Mira Rizki, Sakinah Annisa Mariz, Sartika
Sari, Tanita Liasna, dan Lucya Chriz. Dari segi kualitas, kandungan karya sastra
yang dihasilkan dalam dua zaman berbeda itu turut membentuk ciri khas, daya
ungkap, tema dan tentu ideologi masing-masing.
Sebagai bentuk respon pada perkembangan tersebut, penelitian Herlina
Rusmayanti tahun 1999 di UPI Bandung mengenai Kajian Semiotik Terhadap
Puisi Koran menjadi salah satu kajian yang menarik. Namun karena berorientasi
pada kajian semiotika yang membentuk sebuah puisi, alhasil, pencapaian terdalam
mengenai makna, pemikiran/ideologi dalam puisi tidak ditemukan. Dalam konteks
kajian seperti ini, di Sumatera Utara pembahasan mengenai karya sastra sudah
cukup banyak dilakukan. Namun khusus untuk penyair perempuan dan puisipuisinya, masih sangat minim. Maka, mengapresiasi, mengamati, dan meneliti
ideologi penyair perempuan Sumatera Utara dalam puisi-puisi 1980-an dan 2000an yang notabene terisolir dari kacamata publik ini akan menjadi kegiatan ilmiah
yang sangat bermanfaat untuk khazanah kesusastraan di Sumatera Utara, terutama

dalam hal penggalian struktur dan muatan puisi karya penyair perempuan
Sumatera Utara yang sering dianggap lemah sebagai karya sastra.
Puisi penyair Sumatera Utara adalah puisi-puisi yang ditulis dalam bahasa
Indonesia, bukan bahasa daerah di Sumatera Utara. Penelitian ini difokuskan pada
angkatan 1980-an dan 2000-an untuk memperoleh sumber data yang memadai.
Mengingat pada masa itulah ruang publikasi berupa pembuatan buku kumpulan
puisi yang menjadi bukti otentik keberadaan karya sastra mulai menggiat dan
dapat ditemukan serta dianggap sebagai dokumentasi yang mewakili ideologi
puisi penyair sezaman. Peneliti memilih sumber data yang berasal dari antologi
puisi dikarenakan dokumentasi media massa yang menyediakan rubrik sastra di
Sumatera Utara sangat sulit ditemukan. Di samping itu, untuk meminimalisir
adanya keterikatan tematik yang umumnya diusung oleh beberapa surat kabar.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti memberi judul Ideologi Puisi
Penyair Perempuan Sumatera Utara Tahun 1980-an dan 2000-an (Kajian
Strukturalisme-Genetik Goldmann).

1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka identifikasi masalah
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Puisi-puisi penyair perempuan di Sumatera Utara terisolir dari pandangan
para kritikus, penikmat, dan penggiat sastra.
2. Puisi-puisi penyair perempuan Sumatera Utara tahun 1980-an dan tahun
2000-an secara ideologis dianggap tidak kuat untuk diperbincangkan.

1.3 Batasan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, peneliti membatasi masalah hanya pada
ideologi puisi penyair perempuan Sumatera Utara tahun 1980-an dan 2000-an
yang secara ideologis dianggap tidak kuat untuk diperbincangkan. Hal ini
dilakukan untuk mengetahui ideologi yang terkandung dalam puisi-puisi penyair
perempuan Sumatera Utara tahun 1980-an dan 2000-an yang pada hakikatnya
bersifat ideologis dan merepresentasikan suatu ideologi tertentu.

1.4 Rumusan Masalah
Sesuai dengan pembatasan masalah, yang menjadi rumusan masalah:
1. Bagaimanakah struktur puisi karya penyair perempuan Sumatera Utara
tahun 1980-an?
2. Bagaimana pulakah struktur puisi karya penyair perempuan Sumatera
Utara tahun 2000-an?
3. Bagaimanakah ideologi yang terkandung dalam puisi karya penyair
perempuan Sumatera Utara tahun 1980-an?
4. Bagaimana pulakah ideologi yang terkandung dalam puisi karya
penyair perempuan Sumatera Utara tahun tahun 2000-an?

1.5 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui bagaimana struktur puisi karya penyair perempuan
Sumatera Utara tahun 1980-an.

2. Untuk mengetahui bagaimana struktur puisi karya penyair perempuan
Sumatera Utara tahun 2000-an.
3. Untuk mengetahui bagaimana ideologi yang terkandung dalam puisi karya
penyair perempuan Sumatera Utara tahun 1980-an.
4. Untuk mengetahui bagaimana ideologi yang terkandung dalam puisi karya
penyair perempuan Sumatera Utara tahun tahun 2000-an.

1.6 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian yang diharapkan dari penelitian ini adalah:
1. Penelitian ini diharapkan dapat menggali kembali khazanah kepenyairan
perempuan di Sumatera Utara,
2. Sebagai bukti bahwa keberadaan perempuan penyair Sumatera Utara
melalui pemikiran yang tersirat dalam karyanya patut diperhitungkan juga
dalam peta sastra Indonesia,
3. Sebagai informasi bagi peneliti lain dalam melakukan penelitian lebih
lanjut di waktu yang berbeda,
4. Sebagai motivasi bagi perempuan penyair Sumatera Utara agar tetap
menjaga eksistensi berkarya di kancah kesusastraan Sumatera Utara
khususnya dan Indonesia umumnya.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian struturalisme genetik Goldmann terhadap puisipuisi penyair perempuan Sumatera Utara tahun 1980-an dan 2000-an, beberapa
hal yang dapat disimpulkan adalah sebagai berikut.
Pertama, puisi sebagai salah satu jenis karya sastra yang lahir dari
perasaan dan pengalaman pengarang, mengandung pemikiran dan ideologi yang
dimiliki oleh pengarangnya. Hal ini dapat diidentifikasi dari unsur-unsur intrinsik
dan ekstrinsik puisi.
Kedua, pada tahun 1980-an, puisi-puisi penyair perempuan Sumatera
Utara didominasi ideologi feminis dan patriotisme. Begitu pun pada tahun 2000an. Namun dalam pengungkapannya, jenjang waktu yang berbeda itu melahirkan
karakteristik yang berbeda pula. Pada tahun 1980-an puisi-puisi penyair
perempuan Sumatera Utara banyak menggunakan diksi yang padat-rapat.
Sedangkan pada tahun 2000-an, puisi-puisi penyair perempuan Sumatera Utara
lebih lugas dan berani dalam mengungkapkan pemikiran dan perasaan. Kedua
ideologi tersebut menunjukkan bahwa karya sastra khususnya puisi penyair
perempuan Sumatera Utara mampu menjadi karya sastra yang bertendensi karena
mengandung pemikiran yang penting dan berpengaruh.
Ketiga, pengkajian strukturalisme genetik Goldmann terhadap puisi-puisi
penyair perempuan Sumatera Utara dapat dijadikan sebagai sarana keilmuan yang
dapat menambah dan memperluas wawasan tentang teori dan penerapan kajian

135

sosiologi kepada mahasiswa dan seluruh pecinta sastra serta dapat dijadikan
sebagai bahan bandingan untuk mengenal kajian model lain. Selain itu, kajian ini
telah mengangkat citra karya sastra perempuan Sumatera Utara yang sebelumnya
dinilai lemah melalui penggalian ideologi yang ada dalam puisi. Dengan
demikian, keberadaan karya sastra khususnya puisi-puisi penyair perempuan
Sumatera Utara patut diperhitungkan.

1.2

Saran
Stereotip yang melekat pada karya-karya perempuan (yaitu lemah dan

cenderung bicara soal seksualitas) memang tidak dapat dihilangkan begitu saja.
Penemuan-penemuan itu merupakan hasil dari penelitian terhadap karya-karya
penulis perempuan yang laris di pasaran/terkenal dan sebagian besar merupakan
karya masyarakat urban. Alhasil, seringkali dianggap sebagai karakteristik tunggal
yang menjiwai setiap karya perempuan di Indonesia. Hal ini tentu saja berdampak
negatif bagi karya-karya perempuan di daerah. Salah satunya Sumatera Utara. Di
tengah arus stereotip tersebut, penyair perempuan Sumatera Utara telah memiliki
karakteristik dan keistimewaan sendiri. Tampak melalui ideologi dan pemikiran
dalam karya-karyanya. Maka, agar peristiwa ini tidak terulang lagi, sebagai insan
penggiat sastra, sudah semestinya bekerja keras menggali potensi-potensi sastra
yang ada di lokal, terutama karya perempuan yang kerap ditinggalkan.
Pengkajian puisi penyair perempuan Sumatera Utara dengan menggunakan
pendekatan sosiologi masih belum banyak dilakukan. Maka, untuk menambah
semarak dan kualitas keilmuan insan Bahasa dan Sastra Indonesia, hendaknya kita
menyatukan visi untuk mengembangkan kajian ini dalam rangka memperkaya

pengetahuan kesusastraan sekaligus sebagai bentuk perhatian dan kecintaan
terhadap karya-karya puisi penyair perempuan yang ada di Sumatera Utara.