PERBEDAAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIK SISWA YANG BELAJAR DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TPS DAN PEMBELAJARAN KONVENSIONAL DI KELAS VIII SMP PRIMBANA MEDAN.

Judul Skripsi

: Perbedaan

Kemampuan

Komunikasi

Matematik

Siswa yang Belajar dengan Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe TPS dan Pembelajaran Konvensional
di Kelas-VIll SMP Primbana Medan
Nama Mahasiswa

: Epi Dewanti Siregar

NIM

:409111026


Program Studi

: Pendidikan Matematika

Jurusan

: Matematika

Menyetujui :
Dosen Pembimbing Skripsi

}!#-

Prof. Dr. Sabat Saragih, M. Pd
NIP. 19610205 198803 1 003

Mengetahui :
Jurusan Matematika
Ketua,


Dr. y Surya, M.Si
NIP. 19671019 199203 1 003

Tanggal Lulus

: 10 Desember 2014

iv

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penyusunan skripsi ini berjalan dengan
lancar dan dapat diselesaikan dengan baik.
Skripsi ini berjudul “Perbedaan Kemampuan Komunikasi Matematik
Siswa yang Belajar dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS dan
Pembelajaran Konvensional di Kelas VIII SMP Primbana Medan”. Skripsi ini
disusun untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Matematika, Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada Bapak

Prof. Dr. Sahat Saragih, M.Pd, selaku pembimbing skripsi yang telah banyak
memberikan bimbingan, arahan dan saran kepada penulis selama penyusunan
skripsi ini. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Ibu Dr. Izwita
Dewi, M.Pd, Bapak Denny Haris S.Si, M.Pd, dan Bapak Dr. E. Elvis Napitupulu,
M.S selaku dosen penguji yang telah memberikan saran mulai dari perencanaan
penelitian sampai selesainya penyusunan skripsi ini. Terima kasih juga penulis
sampaikan kepada Bapak Drs. Sahat Siahaan, M.Pd selaku pembimbing akademik
yang telah banyak membantu penulis selama perkuliahan.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Rektor UNIMED
Prof. Dr. Ibnu Hajar, M.Si beserta seluruh Pembantu Rektor sebagai pimpinan
UNIMED, Bapak Prof. Drs. Motlan, M.Sc., Ph.D selaku Dekan FMIPA UNIMED
beserta Pembantu Dekan I, II, dan III di lingkungan UNIMED, Bapak Dr. Edy
Surya, M.Si selaku Ketua Jurusan Matematika, Bapak Drs. Zul Amry, M.Si
selaku Ketua Program Studi Jurusan Matematika dan Bapak Drs. Yasifati Hia,
M.Si selaku Sekretaris Jurusan Matematika serta kepada seluruh Bapak dan Ibu
dosen serta staf pegawai jurusan Matematika, Fakultas Ilmu Pengetahuan Alam
dan Matematika, Universitas Negeri Medan.
Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Ibu Erika Verawati
Bangun S.Si selaku Kepala Sekolah SMP Primbana Medan dan Ibu Leni Masta


v

Uli Gea, S.Pd selaku guru bidang studi matematika di SMP Primbana Medan yang
telah banyak membantu penulis dalam melaksanakan penelitian.
Teristimewa rasa terima kasih penulis sampaikan kepada almarhum
Ayahanda T.Siregar dan Ibunda L.Siburian, abang/kakak penulis yaitu Darwis
Siregar/Melda Siringo-ringo, Rosita Siregar, Ester Siregar/Ramlan Sihombing,
Darto Siregar, Tama Siregar, adikku tercinta Ion Siregar dan juga keponakanku
Meisya dan Tiara serta semua saudara dan keluarga yang selalu mendukung,
mendoakan, dan memberi semangat kepada penulis hingga skripsi ini selesai.
Tak lupa juga penulis mengucapkan terima kasih kepada teman-teman
seperjuangan, Rotua Mutiara Silitonga, S.Pd, Adrianus Sumanjaya Tarigan, S.Pd,
Hariyadi Sinaga, S.Pd, Eva Cronica Sister, S.Pd, Agriva Situmorang, S.Pd, Hebri
Anita Sinuraya, S.Pd, Ita Liliani Tarigan, S.Pd, Dek Lia Monica, S.Pd dan temanteman lainnya di jurusan matematika khususnya kelas dik A reguler 2009 yang
telah banyak membantu penulis selama perkuliahan sampai menyelesaikan skripsi
ini,beserta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang turut
memberi semangat dan bantuan kepada penulis.
Penulis telah berupaya semaksimal mungkin dalam menyelesaikan
skripsi ini, namun penulis menyadari masih banyak kelemahan baik dari segi isi
maupun bahasa, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat

membangun dari pembaca demi kesempurnaan skripsi ini. Kiranya skripsi ini
bermanfaat dalam memperkaya khasanah ilmu pendidikan matematika.

Medan, Desember 2014
Penulis,

Epi Dewanti Siregar
NIM. 409111026

iii

PERBEDAAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIK SISWA
YANG BELAJAR DENGAN MODEL PEMBELAJARAN
KOOPERATIF TIPE TPS DAN PEMBELAJARAN
KONVENSIONAL DI KELAS VII I
SMP PRIMBANA MEDAN

Epi Dewanti Siregar (NIM 409111026)
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah kemampuan komunikasi

matematik tulis siswa yang belajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe
think pair share lebih baik daripada siswa yang belajar dengan pembelajaran
konvensional. Jenis penelitian ini adalah penelitian quasi eksperimen. Penelitian
ini dilaksanakan di SMP Primbana Medan tahun ajaran 2014/2015 semester
ganjil. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP
Primbana Medan. Sampel penelitian ini diambil sebanyak 2 kelas yang dibagi
menjadi kelas eksperimen dan kelas kontrol yang masing-masing berjumlah 32
siswa. Kelas eksperimen menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think
Pair Share (TPS) dan pada kelas kontrol menggunakan pembelajaran
konvensional. Kemampuan komunikasi matematik dalam penelitian ini diukur
dengan menggunakan tes essay sebanyak 4 item yang telah valid dengan koefisien
reliabilitas 0,71.
Nilai rata-rata pretes pada kelas eksperimen adalah 56,445 sedangkan nilai
rata-rata pretest kelas kontrol adalah 55,859. Dari hasil analisis data pretest
dengan menggunakan uji kolmogorov-smirnov, diperoleh nilai signifikansi untuk
kelas eksperimen sebesar 0,138 > 0,05 dan kelas kontrol sebesar 0,100 > 0,05
sehingga dapat disimpulkan data pretest kedua kelas berdistribusi normal. Dari uji
homogenitas data pretest tidak terdapat perbedaan kedua varians atau dengan kata
lain kedua sampel homogen, dimana Fhitung < Ftabel (1,160 < 1,82).
Dari analisis data posttest dengan menggunakan uji-t pada taraf  = 0,05

dan dk = 62 diperoleh nilai thitung = 1,961 dan ttabel = 1,667 Sehingga diperoleh
thitung> ttabel (1,961>1,667) maka H0 ditolak dan Ha diterima. Maka dapat
disimpulkan bahwa kemampuan komunikasi matematik tulis siswa yang belajar
dengan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) lebih baik
daripada kemampuan komunikasi matematik tulis siswa yang belajar dengan
pembelajaran konvensional pada materi teorema pythagoras di kelas VIII SMP
Primbana Medan.
Berdasarkan hasil penelitian bahwa kemampuan komunikasi matematik
tulis siswa yang belajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe TPS lebih
baik daripada kemampuan komunikasi matematik tulis siswa yang belajar dengan
pembelajaran konvensional, sehingga model pembelajaran kooperatif tipe think
pair share dapat dijadikan sebagai alternatif untuk meningkatkan kemampuan
komunikasi matematik tulis siswa.

vi

DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan
Riwayat Hidup

Abstrak
Kata Pengantar
Daftar Isi
Daftar Tabel
Daftar Gambar
Daftar Lampiran

Halaman
i
ii
iii
iv
vi
viii
ix
x

BAB I PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang Masalah

1.2.
Identifikasi Masalah
1.3.
Batasan Masalah
1.4.
Rumusan Masalah
1.5.
Tujuan Penelitian
1.6.
Manfaat Penelitian
1.7.
Definisi Operasional

1
7
7
7
7
8
8


BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Pengertian Komunikasi
2.2.
Kemampuan komunikasi Matematik
2.3.
Aspek-Aspek Kemampuan Komunikasi Matematik
2.4.
Faktor yang Mempengaruhi Kemampuan Komunikasi Matematik
2.5.
Pembelajaran Kooperatif
2.6.
Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share
2.6.1. Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS
2.6.2. Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS
2.7.
Teori Belajar yang Mendukung pembelajaran Kooperatif tipe TPS
2.8.
Pembelajaran Konvensional

2.9.
Materi Pembelajaran
2.10. Kerangka Konseptual
2.11. Kajian Penelitian yang Relevan
2.12. Hipotesis Tindakan

10
11
16
18
19
22
23
24
25
28
31
34
36
37

BAB III METODE PENELITIAN
3.1.
Jenis Penelitian
3.2.
Tempat dan Waktu Penelitian
3.3.
Populasi dan Sampel Penelitian
3.3.1. Populasi
3.3.2. Sampel
3.4.
Variabel Penelitian dan Instrumen Penelitian

38
38
38
38
39

vii

3.4.1. Variabel Penelitian
3.4.2. Instrumen Penelitian
3.5.
Desain Penelitian
3.6.
Prosedur Penelitian
3.7.
Teknik Analisis Data
3.7.1. Uji Normalitas
3.7.2. Uji Homogenitas
3.7.3. Analisis Pengujian Hipotesis

39
39
44
45
47
47
48
48

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1.
Analisis Validitas dan Reliabilitas Tes
4.1.1. Validitas dan Reliabilitas pretest
4.2.2. Validitas dan Reliabilitas Posttest
4.2.
Deskripsi Data Hasil Penelitian
4.2.1. Nilai Pretest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
4.2.2. Nilai Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
4.3.
Analisis Data Hasil Penelitian
4.3.1. Uji Normalitas Data
4.3.2. Uji Homogenitas Data
4.3.3. Pengujian Hipotesis
4.4. Pembahasan Hasil Penelitian
4.5. Keterbatasan Penelitian

51
51
52
53
53
55
62
62
63
64
66
68

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1.
Kesimpulan
5.2.
Saran

70
70

DAFTAR PUSTAKA

72

viii

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1. Data Kesalahan Hasil Pekerjaan Siswa
Tabel 2.1. Langkah-Langkah Model Pembelajaran Kooperatif

Halaman
4
21

Tabel 3.1. Kisi-Kisi Soal Pretest

40

Tabel 3.2. Kisi-Kisi Soal Posttest

41

Tabel 3.3. Pedoman Penskoran Soal Kemampuan Komunikasi
Matematik

41

Tabel 3.4. Pretest-Posttest Control Group Design

44

Tabel 4.1. Data Hasil Uji Validitas soal Pretest

51

Tabel 4.2. Hasil Analisis Butir Soal Pretest

52

Tabel 4.3. Hasil Uji Validitas Posttest

52

Tabel 4.4. Hasil Analisis Butir Soal Posttest

53

Tabel 4.5. Data Pretest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

53

Tabel 4.6. Data Pretest Indikator Kemampuan Komunikasi Matematik
Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Tabel 4.7. Data Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

55
56

Tabel 4.8. Data Posttest Indikator Kemampuan Komunikasi Matematik
Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

58

Tabel 4.9. Hasil Uji Normalitas Pretest Kelas Eksperimen dan Kelas
Kontrol

62

Tabel 4.10. Hasil Uji Normalitas Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas
Kontrol

62

Tabel 4.11. Hasil Uji Homogenitas Varians Pretest Kelas Eksperimen
dan Kelas Kontrol

64

Tabel 4.12. Hasil Uji Homogenitas Varians Posttest Kelas Eksperimen
dan Kelas Kontrol
Tabel 4.13 Hasil Perhitungan Uji Statistik-t

64
65

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1. Skema Prosedur Penelitian

Halaman
46

Gambar 4.1. Diagram Batang Hasil Pretest Kelompok Eksperimen

54

Gambar 4.2 Diagram Batang Hasil Pretest Kelompok Kontrol

54

Gambar 4.3. Diagram Batang Hasil Posttest Kelompok Eksperimen

56

Gambar 4.4. Diagram Batang Hasil Posttest Kelompok Kontrol

57

x

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran

1

: RPP I Kelas Eksperimen

74

Lampiran

2

: Lembar Kerja Siswa I

82

Lampiran

3

: Alternatif penyelesaian Lembar Kerja Siswa I

87

Lampiran

4

: RPP II Kelas Eksperimen

91

Lampiran

5

: Lembar Kerja Siswa II

98

Lampiran

6

: Alternatif penyelesaian Lembar Kerja Siswa II

102

Lampiran

7

: RPP III Kelas Eksperimen

105

Lampiran

8

: Lembar Kerja Siswa III

112

Lampiran

9

: Alternatif penyelesaian Lembar Kerja Siswa III

116

Lampiran

10 : RPP I Kelas Kontrol

120

Lampiran

11 : RPP II Kelas Kontrol

125

Lampiran

12 : RPP III Kelas Kontrol

130

Lampiran

13 : Kisi-Kisi Soal Pretest

136

Lampiran

14 : Soal Pretest

137

Lampiran

15 : Alternatif Penyelesaian Soal Pretest

139

Lampiran

16 : Kisi-Kisi Soal Posttest

143

Lampiran

17 : Soal Posttest

144

Lampiran

18 : Alternatif Penyelesaian Soal Posttest

146

Lampiran

19 : Pedoman Penskoran

152

Lampiran

20 : Rekapitulasi Skor dan Nilai Pretest Kelas Eksperimen

154

Lampiran

21 : Rekapitulasi Skor dan Nilai Pretest Kelas Kontrol

155

Lampiran

22 : Rekapitulasi Skor dan Nilai Posttest Kelas Eksperimen

156

Lampiran

23 : Rekapitulasi Skor dan Nilai Posttest Kelas Kontrol

157

Lampiran

24 : Perhitungan Validitas Soal Pretest

158

Lampiran

25 : Perhitungan Reliabilitas Soal Pretest

161

Lampiran

26 : Perhitungan Validitas Soal Posttest

163

Lampiran

27 : Perhitungan Reliabilitas Soal Posttest

166

Lampiran

28 : Dokumentasi Penelitian

168

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah
Matematika mempunyai peranan penting dalam berbagai aspek kehidupan.
Banyak permasalahan dalam hidup yang harus diselesaikan dengan menggunakan
matematika. Misalnya, menghitung, mengukur, mengumpulkan, menyajikan dan
mengolah data.Oleh sebab itu, diperlukan penguasaan matematika yang kuat sejak
dini.
Cockroft

(dalam

Abdurrahman,

2009:253)

mengemukakan

alasan

pentingnya siswa belajar matematika:
(1) selalu digunakan dalam kehidupan sehari-hari; (2) semua bidang studi
memerlukan keterampilan matematika yang sesuai; (3) merupakan sarana
komunikasi yang kuat, singkat dan jelas; (4) dapat digunakan untuk
menyajikan informasi dalam berbagai cara; (5) meningkatkan kemampuan
berpikir logis, ketelitian, dan kesadaran keruangan , dan; (6) memberikan
kepuasan terhadap usaha memecahkan masalah yang menantang.
Selain itu, Paling (dalam Abdurahman, 2009 : 252) juga menyatakan
bahwa:
Matematika adalah suatu cara untuk menemukan jawaban terhadap
masalah yang dihadapi manusia, suatu cara menggunakan informasi,
menggunakan pengetahuan tentang bentuk dan ukuran, menggunakan
pengetahuan tentang menghitung, dan yang paling penting adalah
memikirkan dalam
diri manusia itu sendiri dalam melihat
dan
menggunakan hubungan-hubungan.
Pendapat para ahli di atas menunjukkan betapa pentingnya mempelajari
matematika. Namun kenyataannya matematika dianggap sebagai mata pelajaran
yang sulit. Seperti yang diutarakan oleh Abdurrahman (2009 : 252) :” dari
berbagai bidang studi yang diajarkan di sekolah, matematika dianggap paling sulit
oleh para siswa, baik yang tidak berkesulitan belajar dan lebih-lebih bagi siswa
yang berkesulitan belajar”. Hal ini sangat mempengaruhi hasil belajar matematika
siswa. Terlihat dari fakta yang ditemukan di lapangan. Salah satunya adalah

1

2

penelitian yang dilakukan oleh Trends in International Mathematics and Science
Study (TIMSS) seperti yang diungkapkan oleh Fachrurazi (2011) :
Pada laporan TIMSS 2003, siswa Indonesia berada pada posisi 34 dari 45
negara yang disurvei. Prestasi Indonesia jauh di bawah Negara-negara
Asia lainnya. Dari kisaran rata-rata skor yang diperoleh oleh setiap Negara
400-625 dengan skor ideal 1.000, nilai matematika Indonesia berada pada
skor 411. Khususnya kemampuan komunikasi matematis siswa Indonesia,
laporan TIMSS menyebutkan bahwa kemampuan siswa Indonesia dalam
komunikasi matematika sangat jauh di bawah Negara-negara lain. Sebagai
contoh, untuk permasalahan matematika yang menyangkut kemampuan
komunikasi matematis, siswa Indonesia yang berhasil benar hanya 5% dan
jauh di bawah Negara seperti Singapura, Korea, dan Taiwan yang
mencapai lebih dari 50%.
Dalam proses pembelajaran selama ini, kebanyakan guru matematika
hanya menekankan pada penguasaan materi semata dan lebih banyak menjalin
komunikasi satu arah dengan siswanya (teacher centre) sehingga siswa kurang
aktif dalam menyampaikan ide-idenya. Hal tersebut senada dengan pendapat
Russeffendi (dalam Ansari, 2006:2 ) yang mengatakan bahwa :”bagian terbesar
dari matematika yang dipelajari siswa di sekolah tidak diperoleh melalui
eksplorasi matematik, tetapi melalui pemberitahuan”. Hal ini menyebabkan
adanya penumpukan informasi dari guru yang menjadikan gaya belajar siswa
cenderung

menghafal.

menyelesaikan

suatu

Akibatnya,
permasalahan,

proses

penyampaian

penggunaan

ide-ide

dalam

siombol-simbol

untuk

menyelesaikan masalah menjadi terabaikan.
Dalam kurikulum 2013, aspek komunikasi adalah salah satu aspek yang
sangat penting yang harus terlihat pada pelaksanaan pembelajaran di lapanagan.
Pentingnya

menumbuhkembangkan

kemampuan

komunikasi

matematik

diutarakan oleh Baroody (dalam Ansari, 2006:4) yang menyebutkan :
Sedikitnya ada dua alasan penting, mengapa komunikasi matematik
perluditumbuhkembangkan di kalangan siswa. Pertama, mathematics
aslanguage,
artinya
matematika
sebagai
wahana
untuk
mengkomunikasikan berbagai ide secara jelas, tepat dan cermat. Kedua,
mathematics learningas social activity artinya sebagai wahana untuk
interaksi antar siswa, dan juga antara guru dan siswa untuk mempercepat
pemahaman matematika siswa.

3

Kemampuan komunikasi matematik mencakup kemampuan komunikasi
lisan (talking) dan komunikasi tulisan (writing). Komunikasi lisan dapat berupa
penjelasan verbal suatu gagasan matematika yang dapat terjadi melalui interaksi
antarsiswa. Sedangkan komunikasi tulisan dibatasi pada kegiatan komunikasi
model Cai, Lane dan Jakabcsin (dalam Fachrurazi 2011:81) yang meliputi
kemampuan : (1) Menulis matematika : menuliskan penjelasan dari jawaban
permasalahan secara matematis, masuk akal dan jelas serta tersusun secara logis
dan sistematis, (2) Menggambar Matematika : melukiskan dan membaca gambar,
diagram, dan tabel secara lengkap dan benar, (3) Ekspresi matematika :
memodelkan matematika dengan benar, kemudian melakukan perhitungan atau
mendapat solusi secara lengkap dan benar.
Kendatipun kemampuan komunikasi matematik itu penting, namun
ironisnya pembelajaran matematika selama ini masih kurang memberikan
perhatian

terhadap

pengembangan

kemampuan

ini.Sehingga

penguasaan

kemampuan komunikasi matematik ini bagi siswa masih rendah.Hasil penelitian
terdahulu menunjukkan bahwa kemampuan komunikasi matematik siswa
Indonesia masih rendah. Izzati (2010) menemukan bahwa siswa belum memiliki
kemampuan komunikasi matematik yang baik dalam hal menggunakan istilah,
simbol, tanda, dan/atau representasi yang tepat dan teliti, untuk menjelaskan
operasi,konsep dan proses. Selain itu, sistematika penulisan jawaban belum tepat.
Hal yang sama juga ditemukan oleh Kadir (2010) bahwa kemampuan komunikasi
matematis siswa SMP di pesisir masih rendah, baik ditinjau dari peringkat
sekolah, maupun model pembelajaran. Selanjutnya, Shadiq (2007) mendapati
kenyataan bahwa di beberapa wilayah Indonesia yang berbeda, sebagian besar
siswa mengalami kesulitan dalam menyelesaikan dan menerjemahkan soal
kehidupan sehari-hari ke dalam model matematika.Ini menunjukkan bahwa
kemampuan komunikasi matematik siswa masih kurang baik.
Kemudian, dari penelitian pendahuluan yang peneliti lakukan dengan
memberikan tes kepada 32 orang siswa kelas VIII-A Primbana Medan yang
berhubungan dengan kemampuan komunikasi matematik bentuk soal uraian

4

menunjukkan hasil yang serupa, dimana kemampuan komunikasi matematik
siswa yang berpatisipasi masih rendah. Berikut soal yang diberikan pada
penelitian pendahuluan tersebut.
Seorang remaja berenang menyeberangi sungai yang lebarnya 24 meter, karena
terbawa arus remaja tersebut tiba di seberang sungai 7 meter dari tempat yang
dituju semula (Petunjuk : Jika titik posisi awal penyeberang tersebut dihubungkan
dengan titik sampai dan dihubungkan lagi dengan titik tujuan akan membentuk
sebuah segitiga siku-siku).
a. Buatlah sketsa gambar berdasarkan keterangan soal!
b. Buatlah model matematik yang menyatakan jarak yang ditempuh oleh
penyeberang.
c. Apakah benar jarak yang ditempuh = 25 meter ? Jelaskan jawaban
Tabel.1.1. Data Kesalahan Hasil Pekerjaan Siswa
No
Soal
1.a

Hasil Pekerjaan Siswa

Keterangan
Tidak
dapat
membuat
gambar
dari
permasalahan
matematika
secara lengkap
dan jelas

1.b

Tidak
dapat
memodelkan
permasalahan
secara
benar,
sehingga tidak
dapat
memberikan
solusi.

1.c

Tidak
dapat
memberikan
jawaban dari
permasalahan
secara
jelas,
dan sistematis.

5

Dari 32 siswa yang diberi tes,

untuk

kemampuan

menggambar

sebanyak 21,875 % atau 7 siswa mendapat nilai dengan rentang 60-69 (rendah)
dan sisanya sebanyak 78,125 % atau 25 siswa mendapat nilai < 60 (sangat
rendah). Untuk kemampuan membuat ekspresi matematik sebanyak 6,25% atau 2
siswa mendapat nilai dengan rentang 60-69 (rendah) dan sisanya sebanyak 93,75
atau 30 siswa mendapat nilai < 60 (sangat rendah) dan untuk kemampuan
menjelaskan matematik sebanyak 3,125 % atau 1 siswa mendapat nilai dengan
rentang 60-69 (rendah) dan sisanya sebanyak 96,875 % atau 31 siswa mendapat
nilai < 60 (sangat rendah). Berdasarkan observasi tersebut dapat disimpulkan
bahwa kemampuan

komunikasi matematik tulis siswa di kelas VIII SMP

Primbana Medan masih rendah.
Pada umumnya, komunikasi yang terjadi dalam kegiatan pembelajaran
matematika di kelas hanya berlangsung secara linier, yang berarti komunikasi
hanya berlangsung satu arah, dengan guru sebagai pemberi informasi, dan siswa
sebagai penerima informasi. Padahal komunikasi yang terjadi sebaiknya adalah
komunikasi yang konvergen, yaitu komunikasi yang berlangsung secara multi
arah sehingga kegiatan pembelajaran berlangsung secara dinamis dan berkembang
ke arah pemahaman kolektif yang berkesinambungan. Hal ini sejalan dengan yang
diungkapkan Ansari (2009:9) : “komunikasi konvergen dalam pembelajaran
ditujukan untuk meningkatkan kualitas dan efektivitas pembelajaran.”
Sehubungan dengan permasalahan di atas, perlu adanya perbaikan proses
pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematik siswa
dengan cara melibatkan siswa turut aktif dalam proses pembelajaran. Karena itu,
guru harus menguasai beberapa macam metode dan strategi pembelajaran di
kelas, sehingga guru mampu memilih strategi yang paling efektif untuk mencapai
tujuan pembelajaran. Salah satu cara yang ditawarkan untuk mengatasi masalah
tersebut adalah dengan menerapkan pembelajaran kooperatif dalam kegiatan
belajar mengajar. Ansari (2006:9) mengungkapkan:
Manfaat pembelajaran kooperatif yaitu terjadinya sharing proces
antara
siswa sehingga diharapkan dapat mewujudkan pemahaman bersama

6

diantara mereka. Bentuk sharing ini dapat berupa curah pendapat, saran
kelompok dan feedback dari guru sehingga dapat meningkatkan kemampu
an mereka dalam mengkomunikasikan pikirannya, sehingga terjadi
komunikasi yang dapat meningkatkan hasil belajar.
Dalam proses pembelajaran matematika terdapat beberapa model
pembelajaran kooperatif yang dapat digunakan, salah satunya adalah model
pembelajaran Think Pair Share (TPS). Model pembelajaran think pair share
pertama kali dikembangkan oleh Lyman dan koleganya di Universitas Maryland.
Ansari (2006:10) menyatakan bahwa :
Strategi think pair share atau saling bertukar pikiran secara berpasangan
merupakan struktur pembelajaran kooperatif yang dapat meningkatkan
partisipasi siswa dan relatif mudah diterapkan di kelas. Selain itu, strategi
ini juga merupakan cara yang efektif untuk meningkatkan daya pikir
siswa. Hal ini memungkinkan dapat terjadi karena prosedurnya telah
disusun sedemikian hingga dapat memberikan waktu yang lebih banyak
kepada siswa untuk berpikir, serta merespon sebagai salah satu cara yang
dapat membangkitkan bentuk partisipasi siswa.
Model pembelajaran kooperatif tipe TPS merupakan jenis pembelajaran
kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi serta optimalisasi
aktivitas siswa. TPS ini mampu meningkatkan kemampuan komunikasi
matematik siswa juga dapat menumbuhkan keterlibatan dan keikutsertaan siswa
dengan memberikan kesempatan terbuka kepada siswa untuk berbicara dan
mengutarakan gagasannya sendiri dan memotivasi siswa untuk terlibat percakapan
dalam kelas. Serta dapat digunakan mengalisis proses berpikir siswa dan
mempelajari keterampilan berkomunikasi.
Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul :“Perbedaan Kemampuan Komunikasi Matematik
Siswa yang Belajar dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS dan
Pembelajaran Konvensional di Kelas VIII SMP Primbana Medan”.

7

1.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya,
maka dapat diidentifikasikan beberapa masalah sebagai berikut:
1. Kemampuan komunikasi matematik tulis siswa masih rendah.
2. Pembelajaran di kelas masih berpusat pada guru.
3. Model pembelajaran kooperatif tipe TPS belum pernah diterapkan
4. Anggapan siswa bahwa matematika adalah pelajaran yang sulit dan
membosankan.
5. Siswa pasif pada saat proses pembelajaran berlangsung
1.3. Batasan Masalah
Agar penelitian ini lebih terarah dan terfokus, peneliti membatasi
penelitian dalam penulisan skripsi ini sebagai berikut :
1. Kemampuan komunikasi matematik tulis siswa yang masih rendah
2. Pembelajaran di kelas masih berpusat pada guru
3. Model pembelajaran kooperatif tipe TPS belum pernah diterapkan.

1.4. Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah di atas yang menjadi rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah: Apakah kemampuan komunikasi matematik tulis
siswa yang belajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share
lebih baik daripada siswa yang belajar dengan pembelajaran konvensional pada
materi pythagoras pada tahun ajaran 2014/2015?

1.5. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengetahui apakah kemampuan komunikasi matematik tulis siswa
yang belajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share lebih
baik daripada siswa yang belajar dengan pembelajaran konvensional.

8

1.6. Manfaat Penelitian
1. Bagi siswa, dapat membantu siswa dalam memahami pelajaran
matematika dan untuk meningkatkan aktifitas, prestasi, dan kemampuan
komunikasi matematik siswa.
2.

Bagi guru, guru dapat memperoleh suatu variasi model pembelajaran
yang lebih efektif dalam pembelajaran matematika.

3. Bagi peneliti, untuk menambah wawasan peneliti sebagai calon pengajar.
4. Sebagai bahan kepustakaan bagi peneliti selanjutnya.

1.7. Definisi Operasional
Variabel-variabel dalam penelitian ini didefenisikan sebagai berikut
1. Pembelajaran koperatif tipe Think Pair Share (TPS) adalah pembelajaran
kooperatif yang terdiri dari tiga tahapan yaitu:
 think (berpikir) :
siswa secara mandiri memikirkan jawaban permasalahan yang ada pada
LAS
 pair (berpasangan)
siswa berpasangan denga teman yang sudah ditentukan guru kemudian
saling bertukaran pikiran untuk menyelesaikan permasalahan yang ada
pada LAS
 share (berbagi)
siswa secara berpasangan berbagi dengan seluruh kelas tentang apa yang
telah didiskusikan dengan pasangan.
2. Komunikasi adalah suatu proses menyampaikan dan memperoleh
informasi, gagasan, konsep dan prinsip ilmu pengetahuan dalam bentuk
kata-kata, gambar, dan angka.
3. Komunikasi matematik tulis adalah proses menafsirkan dan menyatakan
gagasan

atau

ide-ide

matematika

secara

tertulis

menjelaskan, menggambar dan ekspresi matematika.

melalui

aspek

9

4. Kemampuan komunikasi matematik tulis diartikan sebagai kesanggupan
siswa dalam menafsirkan dan menyatakan gagasan atau ide-ide
matematika secara tertulis melalui tiga aspek yakni: (1) menjelaskan
matematika, (2) menggambar matematika, (3) ekspresi matematika.
5. Pembelajaran konvensional adalah pembelajaran yang tahapannya adalah
guru menjelaskan materi pelajaran sambil menuliskannya di papan tulis,
siswa mendengarkan penjelasan guru kemudian mencatat materi yang
dituliskan di papan tulis, selanjutnya guru, memberi contoh soal, dan siswa
mengerjakan soal-soal latihan yang diakhiri dengan guru memberikan
pekerjaan rumah.

70

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
Dari hasil penelitian dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
kemampuan komunikasi matematik tulis siswa yang belajar dengan model
pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) lebih baik daripada
kemampuan komunikasi matematik tulis siswa yang belajar dengan pembelajaran
konvensional. Aspek komunikasi matematik tulis yang paling tinggi di kelas
eksperimen yang menerapkan model pembelajaran TPS dan kelas kontrol yang
menerapkan pembelajaran konvensional adalah aspek menggambar.
5.2. Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini maka saran yang dapat peneliti berikan
adalah:
1.

Berdasarkan hasil penelitian bahwa pembelajaran matematika dengan model
pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) mampu meningkatkan
kemampuan komunikasi matematik tulisan siswa khususnya pada pokok
bahasan teorema pythagoras, sehingga model pembelajaran tersebut dapat
dijadikan sebagai salah satu variasi pembelajaran matematika yang dapat
diterapkan oleh guru.

2.

Terdapat beberapa keterbatasan dalam penelitian ini, oleh karena itu
sebaiknya dilakukan penelitian lanjut yang meneliti tentang pembelajaran
matematika dengan model pembelajaran Think Pair Share (TPS) pada pokok
bahasan lain, mengukur aspek lain serta pada jenjang sekolah yang berbeda.

3. Guru

ataupun Peneliti Lanjutan yang hendak menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) dalam pembelajaran di

70

71

kelas diharapkan dapat mendesain pembelajaran dengan seefektif mungkin,
sehingga pembelajaran dapat selesai tepat waktu
4. Kepada Siswa, siswa harus lebih berani dalam menyampaikan pendapat atau

ide-ide sehingga siswa yang mempelajari matematika mampu menyelesaikan
masalah matematika dengan baik.

72

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, M. 2009. Pendidikan Bagi Anak berkesulitan Belajar. Jakata : PT
Asdi Mahasatya
Ansari, B. 2006. Komunikasi Matematik Konsep dan Aplikasi. Aceh : Pena
Dahar, R.W. 2011. Teori-Teori Belajar & Pembelajaran. Jakarta: Erlangga
Dimyati & Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta
Fachrurazi. 2011. Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk
Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Komunikasi Matematis
Siswa Sekolah Dasar. Edisi Khusus No 1.
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan.
2011. Buku Pedoman Penulisan Proposal dan Skripsi Mahasiswa
Program Studi Pendidikan FMIPA UNIMED. Medan : FMIPA Unimed.
Holipah, S. 2011. Perbedaan Kemampuan Komunikasi Matematik antara Siswa
yang Mendapatkan Model Pembelajaran Navick dan yang Mendapatkan
Pembelajaran Konvensional Pada Siswa SMP. Skripsi FMIPA UPI
Bandung [online] tersedia di http://www.repositoryupi.edu/skripsimatematika /item/22 (diakses 20 Mei 2014)
Isjoni. 2009. Pembelajaran Kooperatif Meningkatkan Kecerdasan Komunikasi
Antar Peserta Didik. Yogyakarta:Pustaka Pelajar
Isrok’atun . 2009. Meningkatkan Komunikasi Matematik Siswa SMP Melalui
Realistic Mathematics Education (RME) Dalam Rangka Menuju Sekolah
Bertaraf Internasional (SBI). Skripsi FMIPA UPI Bandung [online]
Tersedia di http://file.upi.edu/direktori/jurnal/pendidikan_dasar/nomor_11april_2009/ (diakses tanggal 18 Mei 2014).
Istarani. 2012.58 Model Pembelajaran Inovatif. Medan:Media Persada
Izzati, N. & Suryadi, D. 2010. Komunikasi Matematik dan Pendidikan
Matematika Realistik [online]. Tersedia di http://bundaiza.files.wordpress.com-2012/12/ komunikasi matematika dan pmr- prosiding.pdf (diakses
tanggal 18 Mei 2014).
Kadir. 2010. Penerapan Pembelajaran Kontekstual Berbasis Potensi Pesisir
sebagai Upaya Peningkatan kemampuan Pemecahan Masalah Matematis,

73

Komunikasi Matematis, dan Keterampilan Sosial Siswa SMP. Tersedia di
http://kadirraea.blogspot.com/2010/02/v-behaviorurldefaultvml-o.html
(diakses tanggal 20 Mei 2014).
Lie, A. 2010. Cooperative Learning. Jakarta : Gramedia.
Rajagukguk, K. 2010. Perbedaan Kemampuan Komunikasi Matematika siswa
yang diajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair
Share dan pembelajaran konvensional pada kelas VII SMP Negeri 1
Sidikalang. Tidak diterbitkan. Medan : UNIMED
Sagala, S. 2009. Konsep dan Makna Pembelajaran untuk Membantu Memecahkan
Problematika Belajar dan Mengajar. Bandung : Alfabeta
Sanjaya, W. 2006.
Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Jakarta: Kencana
Shadiq, F. 2007. Laporan Hasil Seminar dan Lokakarya Pembelajaran
Matematika di PPPG Matematika tanggal 15-16 Maret 2007. Tersedia di
http://fadjar3g.files.wordpress.com/2008/06/07-lapsemlok_limas.pdf.
diakses tanggal 21 Mei 2014.
Sudjana, N. 2005. Metoda Statistika. Bandung : Tarsito
Sudrajat . 2001. Penerapan SQ4R pada Pembelajaran Tindak Lanjut untuk
Peningkatan Kemampuan Komunikasi dalam Matematika Siswa SMU
[online].
Tersedia
di
http://file.
upi.edu
/direktori/jurnal/pendidikan_dasar/nomor_11-april 2009 /meningkatkan_
komunikasi _matematik_siswa_smp_melalui_realistic_ mathematics_
education_(rme)_dalam_rangka_menuju_sekolah_bertaraf_internasional
_(sbi).pdf (diakses 22 Mei 2014)
Suyatno. 2009.Menjelajah Pembelajaran Inovatif. Jakarta : Rineka Cipta
Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif- Progresif. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group

ii

RIWAYAT HIDUP

Epi Dewanti Siregar dilahirkan di Bunturaja pada tanggal 18 Maret 1990.
Ayah bernama Togar Siregar (Alm) dan Ibu bernama Laosma Siburian dan
merupakan anak keenam dari tujuh bersaudara. Pada tahun 1997, penulis masuk
SD Negeri 030387 Bunturaja dan lulus tahun 2003. Pada tahun 2003 melanjutkan
sekolah di SMP Negeri 1 Siempat Nempu dan lulus pada tahun 2006. Selanjutnya
penulis bersekolah di SMA Negeri 14 Medan dan lulus pada tahun 2009. Pada
tahun 2009 penulis diterima di Program Studi Pendidikan Matematika, Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan.

Dokumen yang terkait

Penerapan model pembelajaran kooperatif Tipi Inside-outside circle untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematika siswa (penelitian tindakan kelas di MTSN Tangerang 11 Pamulang)

4 20 61

PERBEDAAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIK DAN MOTIVASI BELAJAR SISWA YANG DIBERI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK-PAIR-SHARE DENGAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DI SMP NEGERI 2 KUALA.

0 2 23

PERBEDAAN PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIK SISWA YANG DIAJAR DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK-PAIR-SHARE (TPS) DAN KONVENSIONAL PADA MATERI BANGUN DATAR SEGI EMPAT DI KELAS VII SMP NEGERI 11 MEDAN TAHUN AJARAN 2015/2016.

0 2 25

PERBEDAAN PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIKA SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TPS DAN TIPE STAD PADA MATERI FAKTORISASI ALJABAR KELAS VIII SMP CERDAS MURNI TEMBUNG.

2 7 29

PERBEDAAN KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIK SISWA YANG DIAJAR DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DAN STAD DI KELAS VII SMP SWASTA YPK MEDAN.

0 1 29

PERBEDAAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP DAN KOMUNIKASI MATEMATIK SISWA ANTARA MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TPS DI SMP SWASTA AMPERA BATANG KUIS.

0 3 40

PERBEDAAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA YANG DIAJAR DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT DAN TIPE STAD DI KELAS VIII SMP NEGERI 35 MEDAN.

0 3 21

PERBEDAAN PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK TALK WRITE DAN PEMBELAJARAN LANGSUNG TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIK SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 LUBUK PAKAM.

0 6 19

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIK SISWA DI SMP KELAS VIII.

0 1 41

PERBEDAAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIK SISWA SMP PADA PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TALKING STICK DAN PEMBELAJARAN SECARA KONVENSIONAL DI SMP NEGERI 16 MEDAN TAHUN AJARAN 2012/2013.

1 12 20