PERBEDAAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA YANG DIAJAR DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT DAN TIPE STAD DI KELAS VIII SMP NEGERI 35 MEDAN.

PERBEDAAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA YANG DIAJAR
DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE
TGT DAN TIPE STAD DI KELAS VIII
SMP NEGERI 35 MEDAN

Oleh :
Rukiah Harahap
Nim. 4113111069
Program Studi Pendidikan Matematika

SKRIPSI

SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan

JURUSAN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
2015


i

iv

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang senantiasa
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis

sehingga

dapat

menyelesaikan skripsi dengan baik dan sesuai waktu yang direncanakan.
Skripsi Yang Berjudul “Perbedaan Hasil Belajar Matematika Siswa yang
diajar dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT dan Tipe STAD di
Kelas VIII SMP Negeri 35 Medan” ini disusun untuk memperoleh gelar sarjana
pendidikan matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Unimed.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada Bapak

Prof. Dr. Mukhtar, M.Pd selaku dosen pembimbing skripsi yang telah banyak
memberikan bimbingan dan saran-saran kepada penulis sejak awal sampai
selesainya penulisan skripsi ini. Ucapan terimakasih juga penulis sampaikan
kepada Bapak Mulyono, S.Si, M.Si, Dr. E. Elvis Napitupulu, M.S., Dr. M.
Manullang, M.Pd selaku penguji yang telah memberikan saran dan masukannya
kepada penulis demi perbaikan penyelesaian penulisan skripsi ini. Ucapan
terimakasih juga penulis sampaikan kepada Drs. Yasifati Hia, M.Si selaku dosen
Pembimbing Akademik, kepada Bapak Prof. Dr. Ibnu Hajar, M.Si, selaku Rektor
Unimed, Bapak Prof. Drs. Motlan, M.Sc, Ph.D, selaku Dekan FMIPA Unimed,
dan Bapak Dr. Edy Surya, M.Si, selaku Ketua Jurusan Matematika. Serta Bapak
Drs. Yasifati Hia, M.Si selaku Sekretaris jurusan dan Bapak Drs. Zul Amry, M.Si,
Ph.D selaku Ketua Prodi Jurusan Matematika FMIPA Unimed yang telah
membantu penulis.
Penghargaan juga disampaikan kepada Ibu Juniati, S.Pd selaku Kepala
Sekolah dan Ibu Dewi Ratna, S.Pd selaku guru mata pelajaran matematika di SMP
Negeri 35 Medan yang telah membantu penulis selama penelitian. Teristimewa
penulis sampaikan terima kasih kepada Ayahanda dan ibunda tersayang Ibrahim
Sayuti Harahap dan Ros Harahap, kakanda Patima Harahap, serta adinda tercinta
Febri Ali Harahap, Rahma Diani Harahap, Nora Ariani Harahap, Nazwa Nur
Harahap, Dan Inaya Azmi Athifa Harahap yang selalu memberikan doa dan

semangat yang luar biasa kepada penulis, dan juga seluruh keluarga besar yang

v

juga selalu memberikan semangat kepada penulis dalam menyelesaikan studi di
Unimed.
Terimakasih juga penulis ucapkan kepada teman-teman terbaikku, temanteman seangkatan 2011 khususnya buat kelas C Reguler, Khairun Nisak Nasution,
Intan Kurniati, Layla Fadhilah, Eka Rezki Nopianty dan semua temen-teman Dik
C 2011 yang tidak bisa disebutkan namanya satu persatu, terima kasih juga buat
teman seperjuangan Nurul ‘Ilmi 2011 Medan, Nuril Islami Nasution, Afni Indah
Pertiwi Rambe, Sukma Rahmadhani Siregar, Yasser Pardamean Lubis, Dedi
Satriawan Siregar, M. Azan Zuhri Daulay, Ali Nasri Harahap, dan semua temanteman Nurul ‘Ilmi 2011 Medan yang tidak bisa disebutkan namanya satu persatu,
adik-adik junior dan kakak-kakak senior di jurusan Matematika Unimed yang
selalu memberi doa, mendukung dan menemani penulis dalam suka maupun duka.
Penulis telah berupaya dengan semaksimal mungkin dalam penyelesaian
skripsi ini, namun penulis menyadari masih banyak kelemahan, baik isi maupun
tata bahasa, karenanya penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Kiranya skripsi ini bermanfaat dalam
memperkaya ilmu pendidikan.


Medan,

Juni 2015

Penulis,

Rukiah Harahap
NIM. 4113111069

iii

PERBEDAAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA YANG DIAJAR
DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE
TGT DAN TIPE STAD DI KELAS VIII
SMP NEGERI 35 MEDAN
Rukiah Harahap (NIM : 4113111069)
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan
hasil belajar matematika siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) dan tipe Students Team

Achievement Division (STAD) di kelas VIII SMP N 35 Medan.
Penelitian ini merupakan penelitian quasi experimental dengan populasi
seluruh siswa SMP N 35 Medan Tahun Ajaran 2014/2015, sebagai sampel
diambil dua kelas secara acak yaitu satu sebagai kelas eksperimen I dan satu
sebagai kelas eksperimen II. Kelas eksperimen I diberikan pembelajaran
matematika dengan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dan kelas
eksperimen II dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Data hasil
penelitian dianalisis menggunakan uji statistik-t.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai rata-rata hasil belajar (posttes)
siswa di kelas eksperimen I sebesar 71,23, dan di kelas eksperimen II sebesar
60,17. Hasil perhitungan uji dua arah statistik-t diperoleh nilai thitung = 2,3592 dan
ttabel = 1,994, thitung tidak berada dalam interval  1,994  t hitung  1,994 yang
berarti bahwa H0 ditolak dan Ha diterima. Selanjutnya berdasarkan perhitungan uji
satu arah statistik-t diperoleh nilai thitung = 2,3592 dan ttabel = 1,6674, thitung > ttabel
yang berarti bahwa H0 ditolak dan Ha diterima.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat
perbedaan hasil belajar matematika siswa yang diajar menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe TGT dan tipe STAD dan hasil belajar matematika
siswa dengan pembelajaran kooperatif tipe TGT lebih tinggi daripada tipe STAD
di kelas VIII SMP N 35 Medan.


vi

DAFTAR ISI
Halaman
Lembar Pengesahan

i

Riwayat Hidup

ii

Abstrak

iii

Kata Pengantar

iv


Daftar Isi

vi

Daftar Gambar

ix

Daftar Tabel

x

Daftar Lampiran

xi

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah


1

1.2 Identifikasi Masalah

6

1.3 Batasan Masalah

7

1.4 Rumusan Masalah

7

1.5 Tujuan Penelitian

7

1.6 Manfaat Penelitian


7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kerangka Teoritis
2.1.1 Pengertian Belajar dan Pembelajaran Matematika

9
9

2.1.1.1 Pengertian Belajar

9

2.1.1.2 Pembelajaran Matematika

11

2.1.2 Hasil Belajar

14


2.1.3 Model Pembelajaran Kooperatif

16

2.1.3.1 Tujuan Pembelajaran Kooperatif

19

2.1.3.2 Unsur Penting Pembelajaran Kooperatif

19

2.1.3.3 Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif

19

2.1.4 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT
2.1.4.1 Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT


20
21

vii

2.1.4.2 Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Kooperatif
Tipe TGT
2.1.5 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

28
29

2.1.5.1 Komponen Utama Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

29

2.1.5.2 Fase-fase Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

32

2.1.5.3 Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Kooperatif
Tipe STAD
2.1.6 Materi Kubus dan Balok

33
34

2.2 Kerangka Konseptual

43

2.3 Hipotesis Tindakan

45

BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Waktu penelitian

46

3.2 Populasi dan Sampel Penelitian

46

3.3 Variabel Penelitian

46

3.4 Jenis dan Desain Penelitian

47

3.4.1 Jenis Penelitian

47

3.4.2 Desain Penelitian

48

3.5 Prosedur Kegiatan Penelitian

48

3.6 Instrumen Pengumpulan Data

50

3.6.1 Tes

50

3.6.2 Validitas Tes

51

3.6.3 Reliabilitas Tes

51

3.6.4 Tingkat Kesukaran Soal

52

3.6.5 Daya Pembeda Soal

53

3.7 Teknik Analisis Data

54

3.7.1 Menghitung Rata-Rata Skor

54

3.7.2 Menghitung Standard Deviasi

54

3.7.3 Uji Normalitas

55

3.7.4 Uji Homogenitas

55

3.7.5 Uji Hipotesis

56

viii

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
4.1.1 Deskripsi Hasil Penelitian

58
58

4.1.1.1 Penilaian Hasil Belajar Matematika Kelas Eksperimen
1 dan 2
4.1.2 Analisis Hasil Penelitian

58
59

4.2.2.1 Uji Normalitas

59

4.2.2.2 Uji Homogenitas

59

4.2.2.3 Uji Hipotesis

60

4.2 Pembahasan Hasil Penelitian

61

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan

64

5.2 Saran

64

DAFTAR PUSTAKA

65

ix

DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Langkah-langkah pembelajaran kooperatif

20

Tabel 2.2 Lembar Skor Permainan

26

Tabel 2.3 Pedoman Menghitung Poin Turnamen untuk
Empat Pemain

26

Tabel 2.4 Pedoman Menghitung Poin Turnamen untuk
Tiga Pemain

27

Tabel 2.5 Pedoman Menghitung Poin Turnamen untuk
Dua Pemain

27

Tabel 2.6 Penghargaan kelompok

28

Tabel 2.7 Perhitungan Skor Perkembangan

31

Tabel 2.8 Tingkat Penghargaan Kelompok

31

Tabel 2.9 Fase-fase pembelajaran kooperatif tipe STAD

32

Tabel 3.1 Matriks Desain Penelitian

48

Tabel 3.2 Klasifikasi Indeks Reliabilitas Soal

52

Tabel 4.1 Data hasil belajar kelas eksperimen 1 (TGT)
dan eksperimen 2 (STAD)

58

Tabel 4.2 Ringkasan Uji Normalitas Data

59

Tabel 4.3 Ringkasan Perhitungan Uji Homogenitas

60

x

DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1

Penempatan pada Meja Turnamen

24

Gambar 2.2

Sisi/ Bidang Kubus

34

Gambar 2.3

Diagonal Bidang Kubus

35

Gambar 2.4

Diagonal Ruang Kubus

35

Gambar 2.5

Bidang Diagonal Kubus

36

Gambar 2.6

Sifat-sifat Kubus

36

Gambar 2.7

Jaring-jaring Kubus

37

Gambar 2.8

Sisi/ Bidang Balok

38

Gambar 2.9

Diagonal Bidang Balok

39

Gambar 2.10 Diagonal Ruang Balok

39

Gambar 2.11 Bidang Diagonal Balok

40

Gambar 2.12 Jaring-jaring Balok

41

Gambar 2.13 Luas Permukaan Balok

41

Gambar 3.1

50

Skema Prosedur Penelitian

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah
Perkembangan ilmu pengetahuan dalam dunia pendidikan sekarang ini
sangat pesat. Kemajuan suatu bangsa ditentukan oleh tingkat ilmu pengetahuan
yang berkembang dalam kehidupan warga negaranya. Undang-Undang No 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan, bahwa pendidikan
nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa. Pendidikan bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa pada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
Negara yang demokratis serta tanggung jawab. Trianto (2009:1) mengemukakan
bahwa:
Pendidikan adalah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia yang
dinamis dan sarat perkembangan. Oleh karena itu, perubahan atau
perkembangan pendidikan adalah hal yang memang seharusnya terjadi
sejalan dengan perubahan budaya kehidupan. Perubahan dalam arti
perbaikan pendidikan pada semua tingkat perlu terus-menerus dilakukan
sebagai antisipasi kepentingan masa depan.
Oleh karena itu, maka pendidikan adalah hal yang wajib dimiliki setiap
orang, sejak usia belia sampai usia dewasa sebagai bekal dimasa depan untuk
kehidupan yang layak.
Pendidikan dapat berlangsung secara informal maupun formal. Dalam
pendidikan formal, pembelajaran berlangsung secara teratur dan terarah dan
mendapat kontrol dari negara. Salah satu mata pelajaran yang diajarkan di
Indonesia adalah adalah matematika. Matematika mempunyai peranan penting
dalam kaitannya dengan upaya pencapaian tujuan pendidikan.
Tim Pengembang Ilmu Pendidikan UPI (2009:171) mengemukakan
bahwa:
Matematika merupakan ilmu pengetahuan yang berkembang secara
dinamik. Perkembangan yang sangat pesat serta kontribusinya yang sangat

1

2

luas dalam berbagai aspek kehidupan manusia, telah menyebabkan
bergesernya pandangan dari matematika sebagai ilmu statik ke matematika
sebagai ilmu yang bersifat dinamik generatif. Perubahan pandangan ini
telah berimplikasi pada berubahnya aspek pedagogis dalam pembelajaran
yang lebih menekankan pada matematika sebagai pemecahan masalah dan
pengembangan kemampuan berfikir matematik.
Begitu pula dengan Cockroft (dalam Abdurrahman 2012:204) mengemukakan
bahwa:
Matematika perlu diajarkan kepada siswa karena (1) selalu digunakan
dalam segala segi kehidupan; (2) semua bidang studi memerlukan
keterampilan matematika yang sesuai; (3) merupakan sarana komunikasi
yang kuat, singkat, dan jelas; (4) dapat digunakan untuk menyajikan
informasi dalam berbagai cara; (5) meningkatkan kemampuan berfikir
logis, ketelitian, dan kesadaran keruangan; (6) memberikan kepuasan
terhadap usaha memecahkan masalah yang menantang.
Dari kedua pendapat tersebut maka dapat disimpulkan bahwa matematika
sangat penting untuk diajarkankan kepada semua siswa karena kontribusinya
sangat luas dan berguna dalam segala segi kehidupan manusia.
Tetapi pada kenyataannya, banyak siswa yang tidak menyukai mata
pelajaran matematika. Seperti yang dipaparkan oleh Abdurrahman (2012:202)
bahwa “Matematika merupakan bidang studi yang paling dianggap sulit oleh para
siswa, baik yang tidak berkesulitan belajar dan lebih-lebih bagi siswa yang
berkesulitan belajar.” Sehingga karena merasa tidak mampu dalam mata pelajaran
matematika, maka tak jarang dari para siswa enggan untuk mempelajarinya. Oleh
karena itu bukan tidak mungkin hasil belajar matematika siswa cenderung kurang
maksimal.
Hasil belajar seringkali digunakan sebagai ukuran untuk mengetahui
seberapa jauh seseorang menguasai bahan yang sudah diajarkan. Hasil belajar
termasuk komponen pendidikan yang harus disesuaikan dengan tujuan
pendidikan, karena hasil belajar diukur untuk mengetahui ketercapaian tujuan
pendidikan melalui proses belajar mengajar.
Hasil belajar dapat dikatakan tuntas apabila telah memenuhi kriteria
ketuntasan minimum yang ditetapkan oleh masing-masing guru mata pelajaran.
Hasil belajar sering dipergunakan dalam arti yang sangat luas yakni untuk

3

bermacam-macam aturan terdapat apa yang telah dicapai oleh murid, misalnya
ulangan harian, tugas-tugas pekerjaan rumah, tes lisan yang dilakukan selama
pelajaran berlangsung, Ulangan Akhir semester dan sebagainya.
Hasil wawancara peneliti pada tanggal 03 Februari 2015 dengan salah
seorang guru matematika kelas VIII di SMP N 35, mengatakan bahwa hasil
belajar matematika siswa kelas VIII di SMP N 35 Medan tahun sebelumnya pada
materi Kubus dan Balok masih sangat rendah. Dari semua siswa, yang mencapai
ketuntasan hasil belajar hanya 25%, berarti ada 75% lagi yang belum tuntas. Hal
ini diakibatkan oleh siswa malas belajar karena menganggap matematika adalah
pelajaran yang sulit. Apabila guru sedang menjelaskan materi, masih banyak
siswa yang berbicara atau main-main dengan teman sebangkunya. Apabila guru
bertanya kepada siswa tentang materi yang baru saja diajarkan, kebanyakan siswa
diam saja dan tidak merespon pertanyaan dari guru. Sebagian besar siswa tidak
berani bertanya kepada guru jika mereka belum memahami materi yang diajarkan.
Siswa juga susah untuk menumbuhkan motivasi dalam diri mereka untuk belajar
matematika. Pembelajaran yang dilaksanakan selama ini masih berorientasi pada
pola pembelajaran yang didominasi oleh guru. Keterlibatan siswa selama ini
masih belum optimal. Dan guru juga harus memantau siswa setiap saat agar siswa
tersebut mau belajar dan mengerjakan apa yang dikatakan guru.
Hal yang sama juga terjadi sewaktu peneliti menjalani program PPLT di
SMP S Harapan Bangsa Kuala, 80% siswa mempunyai hasil belajar yang rendah
pada pelajaran matematika karena siswa menganggap matematika pelajaran yang
sulit.
Selain itu, pembelajaran yang kurang bervariasi juga menjadi penyebab
rendahnya hasil belajar siswa. Cara mengajar, kemampuan, kedisiplinan yang
dimiliki oleh setiap guru dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar siswa.
Guru

yang

professional

akan mengembangkan kemampuannya

melalui

pendekatan atau model pembelajaran yang diterapkan dalam kelas. Pendekatan
akan mampu menciptakan suasana aktif sehingga tujuan yang direncanakan dapat
tercapai.

4

Usaha-usaha guru dalam membelajarkan siswa merupakan bagian yang
sangat penting dalam mencapai keberhasilan tujuan pembelajaran yang sudah
direncanakan. Oleh karena itu pemilihan berbagai metode, strategi, pendekatan
serta teknik pembelajaran merupakan suatu hal yang utama.
Menurut Joyce dalam Trianto (2009:22) mengemukakan bahwa:
Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang
digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran termasuk
di dalamnya buku-buku, film, komputer, kurikulum, dan lain-lain.
Selanjutnya, Joyce mengatakan bahwa setiap model pembelajaran
mengarahkan kita kedalam mendesain pembelajaran untuk membantu
peserta didik sedemikian rupa sehingga tujuan pembelajaran tercapai.”
Salah satu dari model pembelajaran adalah model pembelajaran
kooperatif. Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran
yang mengutamakan adanya kelompok kelompok. Setiap siswa yang ada dalam
kelompok mempunyai tingkat kemampuan yang berbeda-beda (tinggi, sedang dan
rendah) dan jika memungkinkan anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku
yang berbeda serta memperhatikan kesetaraan jender. Model pembelajaran
kooperatif mengutamakan kerja sama dalam menyelesaikan permasalahan untuk
menerapkan pengetahuan dan keterampilan dalam rangka mencapai tujuan
pembelajaran. Tujuan model pembelajaran kooperatif adalah hasil belajar
akademik siswa meningkat dan siswa dapat menerima berbagai keragaman dari
temannya, serta pengembangan keterampilan sosial.
Dalam proses pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif, siswa
didorong untuk bekerja sama pada suatu tugas bersama dan mereka harus
mengkoordinasikan usahanya untuk menyelesaikan tugas yang diberikan guru.
Adapun model pembelajaran kooperatif yang ingin diterapkan untuk
melihat perbedaan hasil belajar siswa di SMP N 35 Medan adalah model
pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournament) dan tipe STAD
(Student Teams Achievement Divisions). Tipe mana yang dapat meningkatkan
hasil belajar matematika siswa.
Model pembelajaran kooperatif tipe TGT menurut Slavin (2005:163)
bahwa “TGT menggunakan turnamen akademik, dan menggunakan kuis-kuis dan

5

sistem skor kemajuan individu, dimana para siswa berlomba sebagai wakil tim
mereka dengan anggota tim lain yang kinerja akademik sebelumnya setara seperti
mereka.”
Slavin (2005), melaporkan beberapa laporan hasil riset tentang pengaruh
pembelajaran kooperatif terhadap pencapaian belajar siswa yaitu para siswa di
dalam kelas-kelas yang menggunakan TGT memperoleh teman yang secara
signifikan lebih banyak dari kelompok rasial mereka dari pada siswa yang ada
dalam kelas tradisional, meningkatkan perasaan/persepsi siswa bahwa hasil yang
mereka peroleh tergantung dari kinerja dan bukannya pada keberuntungan. TGT
meningkatkan harga diri sosial pada siswa. TGT meningkatkan kekooperatifan
terhadap yang lain (kerja sama verbal dan nonverbal, kompetisi yang lebih
sedikit). Keterlibatan siswa lebih tinggi dalam belajar bersama. TGT
meningkatkan kehadiran siswa di sekolah pada remaja-remaja dengan gangguan
emosional, lebih sedikit yang menerima skors atau perlakuan lain.
TGT merupakan model pembelajaran kooperatif yang dianggap dapat
membangkitkan ketertarikan siswa terhadap materi matematika khususnya Kubus
dan Balok dan membuat siswa lebih aktif, mendorong kerjasama antar siswa
dalam mempelajari suatu materi, sehingga dapat meningkatkan hasil belajar
siswa.
Model pembelajaran kooperatif tipe STAD digunakan untuk mendukung
dan memotivasi siswa mempelajari materi secara berkelompok. Tipe STAD
dikembangkan oleh Slavin dan merupakan salah satu tipe kooperatif yang
menekankan pada adanya aktivitas dan interaksi diantara siswa untuk saling
memotivasi dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran guna
mencapai prestasi yang maksimal.
Slavin (2005:143) mengemukakan bahwa:
TGT (Teams Games Tournament) dan STAD (Student Teams
Achievement Divisions) adalah dua dari pembelajaran kooperatif yang
paling tua dan paling banyak diteliti. Kedua metode ini juga merupakan
bentuk pembelajaran kooperatif yang paling banyak diaplikasikan, telah
digunakan mulai dari kelas dua sampai kelas sebelas dalam semua mata
pelajaran termasuk matematika. TGT dan STAD memang memiliki
kemiripan. Satu-satunya perbedaan antara keduanya adalah STAD

6

menggunakan kuis-kuis individual pada tiap akhir mata pelajaran,
sementara TGT menggunakan game-game akademik.
Kedua model pembelajaran ini, baik TGT maupun STAD, merupakan
model pembelajaran yang dapat diterapkan untuk meningkatkan aktifitas serta
hasil belajar siswa. Namun, untuk mengetahui penerapan model manakah yang
lebih baik yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa sehingga kedepannya
dapat diterapkan untuk pembelajaran matematika, diperlukan penerapan kedua
model tersebut kemudian melakukan perbandingan hasil belajar siswa.
Dengan dipilihnya kedua model pembelajaran kooperatif tersebut
diharapkan dapat melihat perbedaan hasil belajar matematika siswa pada materi
yang ditentukan, yaitu materi Kubus dan Balok. Tipe manakah yang paling
unggul dalam proses pembelajaran khususnya pada materi Kubus dan Balok.
Dari uraian di atas, maka peneliti melakukan penelitian eksperimen
untuk melihat metode pembelajaran yang lebih cocok digunakan pada materi
Kubus dan Balok pada kelas VIII SMP Negeri 35 Medan. Adapun judul penelitian
yang akan dilakukan adalah “Perbedaan Hasil Belajar Matematika Siswa yang
diajar dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT dan Tipe STAD
di Kelas VIII SMP Negeri 35 Medan.”

1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan dengan latar belakang masalah diatas maka dapat
diidentifikasi beberapa masalah yaitu:
1.

Siswa di SMP Negeri 35 Medan menganggap matematika sebagai pelajaran
yang sulit.

2.

Hasil belajar matematika siswa di SMP Negeri 35 Medan masih rendah.

3.

Penggunaan metode/model pembelajaran yang dipilih guru tidak bervariasi
dan tidak tepat.

7

1.3 Batasan Masalah
Agar penelitian ini dapat dilaksanakan dengan baik dan terarah maka
masalah dalam penelitian ini dibatasi yaitu perbedaan hasil belajar matematika
siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dan tipe
STAD pada materi Kubus dan Balok kelas VIII SMP Negeri 35 Medan.

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi dan batasan masalah yang telah diuraikan di atas,
maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah terdapat perbedaan
hasil belajar matematika siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif
tipe TGT dan tipe STAD pada materi Kubus dan Balok di kelas VIII SMP
Negeri 35 Medan?

1.5 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan hasil belajar matematika siswa yang
diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dengan tipe STAD di
kelas VIII SMP Negeri 35 Medan.

1.6 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah:
1. Bagi siswa, melalui model pembelajaran kooperatif tipe TGT dengan tipe
STAD ini dapat membantu siswa meningkatkan hasil belajar matematika pada
pokok bahasan Kubus dan Balok.
2. Bagi pendidik, dapat memperluas wawasan pengetahuan mengenai model
pengajaran dalam membantu siswa guna meningkatkan hasil belajar
matematika siswa.
3. Bagi kepala sekolah, menjadi bahan pertimbangan dalam mengambil kebijakan
inovasi pembelajaran matematika disekolah.

8

4. Bagi peneliti, sebagai bahan informasi sekaligus sebagai bahan pegangan bagi
peneliti dalam menjalankan tugas pengajaran sebagai calon tenaga pengajar di
masa yang akan datang.
5. Secara teoritis hasil penelitian sebagai referensi bagi peneliti lainnya yang
bermaksud mengadakan penelitian pada permasalahan yang sama atau
berhubungan dengan permasalahan yang diteliti.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pengolahan data maka dapat ditarik
kesimpulan yaitu rata-rata hasil belajar kelas TGT adalah 71.23 dan rata-rata hasil
belajar kelas STAD adalah 60.17. pada uji dua arah thitung = 2.35921 tidak berada
di antara interval

yaitu  1.994  thitung  1.994 sehingga H0 ditolak dan Ha

diterima yaitu terdapat perbedaan hasil belajar matematika siswa yang diajar
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dan tipe STAD pada
materi kubus dan balok di kelas VIII SMP N 35 Medan T.A 2014/2015.
Sedangkan pada uji 1satu arah thitung = 2.35921 tidak berada di antara

interval yaitu  1,6674  thitung  1,6674 sehingga H0 ditolak dan Ha diterima
yaitu hasil belajar matematika siswa yang diajar menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe TGT lebih tinggi daripada tipe STAD di kelas VIII
SMP N 35 Medan T.A 2014/2015.

5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian maka sran yang dapat peneliti berikan adalah:
1. Kepada guru khususnya guru matematika agar menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe TGT sebagai salah satu alternatif pembelajaran
dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa dan mengaktifkan siswa dalam
pemahaman materi yang lebih baik.
2. Bagi guru-guru atau calon guru yang akan menerapkan model pembelajaran
kooperatif tipe TGT agar memerhatikan dan mengatur alokasi waktu yang ada
secara cermat agar langkah-langkah pembelajaran dapat dilaksanakan secara
optimal.

64

65

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, M., 2012, Anak Berkesulitan Belajar, Rineka Cipta, Jakarta.
Arikunto, S., 2009, Manajemen Penelitian, Rineka Cipta, Jakarta.
Depdiknas, 2007, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi 3, Balai Pustaka, Jakarta.
Dimyati dan Mudjiono, 2009, Belajar dan Pembelajaran, Rineka Cipta,
Jakarta.
Djamarah, S.B., Aswan Z., 2006, Stategi Belajar Mengajar, Rineka Cipta,
Jakarta.
Gulo, W., 2008, Strategi Belajar Mengajar, Grasindo, Jakarta.
Hamalik, O., 2010, Proses Belajar Mengajar, Bumi Aksara, Jakarta.
Ngalimun, 2014, Strategi dan Model Pembelajaran, Aswaja Pressindo,
Yogyakarta.
Purwanto, 2011, Evaluasi Hasil Belajar, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
Sagala, S., 2009, Konsep Dan Makna Pembelajaran, Alfabeta, Bandung.
Slameto, 2010, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, Rineka
Cipta, Jakarta.
Slavin, R.E., 2005, Cooperative Learning Teori, Riset, dan Praktik, Nusa Media,
Bandung.
Sudjana, 2009, Metode Statistik, Tarsito, Bandung.
Sumiati & Asra, 2013, Metode Pembelajaran, Wacana Prima, Bandung.
Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP-UPI, 2007,
Ilmu dan Aplikasi
Pendidikan Bagian III, Pt. Imperial Bakti Utama, Bandung.

66

Trianto, 2009, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif, Konsep,
Landasan, Implementasinya pada Kurikulum Tingkat satuan Pendidikan
(KTSP), Prenada Media, Jakarta.
Wikipedia (http,//id,wikipedia,org/wiki/Pembelajaran), (diakses 15 Februari
2014).

Dokumen yang terkait

Upaya Peningkatkan Hasil Belajar Kimia Siswa Melalui Model Kooperatif Tipe Team Games Tournament (TGT) Pada Konsep Sistem Koloid

0 7 280

Perbandingan antara model pembelajaran cooperative learning tipe stad dengan pembelajaran konvensional dalam rangka meningkatkan hasil belajar PAI (eksperimen kelas XI SMA Negeri 3 Tangerang)

2 14 159

Pengaruh Teknik Gnt Pada Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa Smp Kelas Vii Pada Konsep Organisasi Kehidupan

1 21 280

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe (Student Team Achievement Divisions) STAD Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa SD

1 6 165

Upaya meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas 3 melalui metode pembelajaran kooperatif tipe TGT : teams games tournament di MI Darul Muqinin Jakarta Barat

0 29 169

Upaya meningkatkan hasil belajar siswa melalui model pembelajaran kooperatif tipe Stad (Student Teams Achievement Division) pada pembelajaran IPS kelas IV MI Miftahul Khair Tangerang

0 13 0

Peningkatan hasil belajar PKN siswa kelas IV MI Attaqwa Bekasi Utara melalui penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions)

0 5 152

PERBEDAAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA YANG DIAJAR DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TPS DAN TIPE STAD PADA MATERI TEOREMA PYTHAGORAS DI KELAS VIII SMPMUHAMMADIYAH PEMATANGSIANTAR.

0 6 23

PERBEDAAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA YANG DIAJAR DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVMENT DIVISIONS (STAD) DAN TIPE THINK-PAIR-SHARE (TPS,).

0 2 23

PERBEDAAN HASIL BELAJAR BIOLOGI ANTARA SISWA YANG DIAJAR DENGAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF PERBEDAAN HASIL BELAJAR BIOLOGI ANTARA SISWA YANG DIAJAR DENGAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DAN TIPE STAD PADA POKOK BAHASAN EKOSISTEM DI KELAS

0 2 15