PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIK SISWA DI SMP KELAS VIII.

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MELALUI
MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW
UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN
KOMUNIKASI MATEMATIK SISWA
DI SMP KELAS VIII

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan
dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan pada
Program Studi Pendidikan Matematika

Oleh:
FITRIANI
NIM: 8126171009

PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
2014


ABSTRAK
FITRIANI. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Melalui Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Untuk Meningkatkan Kemampuan
Komunikasi Matematik Siswa di SMP Kelas VIII. Tesis. Medan. 2014. Program
Studi Pendidikan Matematika Pascasarjana Universitas Negeri Medan.
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk menghasilkan perangkat pembelajaran
melalui model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw di SMP kelas VIII. Sedangkan
tujuan khusus penelitian ini adalah (1) Mengetahui proses mengembangkan
perangkat pembelajaran melalui model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dalam
meningkatkan kemampuan komunikasi matematik siswa, (2) Mengetahui
efektivitas perangkat pembelajaran melalui pembelajaran kooperatif tipe jigsaw
dalam meningkatkan kemampuan komunikasi matematik siswa, (3) Mengetahui
peningkatan kemampuan komunikasi matematik siswa melalui perangkat
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dibandingkan dengan pembelajaran biasa.
Penelitian ini adalah penelitian pengembangan model 4-D Thiagarajan. Perangkat
pembelajaran yang dikembangkan adalah Buku Petunjuk Guru (BPG), Buku
Siswa (BS), Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Aktivitas Siswa
(LAS), dan Tes Kemampuan Komunikasi Matematik (TKKM). Ujicoba dilakukan
sebanyak dua kali pada siswa kelas VIII SMP PGRI 9 Percut Sei Tuan dan SMP
IT Al Hijrah Deli Serdang. Pada ujicoba ke-1 diperoleh efektivitas perangkat

pembelajaran belum dikatakan efektif karena masih terdapat komponen aktivitas
siswa dan kemampuan guru mengelola pembelajaran belum mencapai efektif.
Hasil ujicoba ke-1 dijadikan bahan untuk merevisi perangkat pembelajaran. Hasil
ujicoba ke-2 perangkat pembelajaran sudah mencapai kategori efektif. Hal ini
ditunjukkan oleh: (a) Aktivitas siswa adalah efektif, (b) Kemampuan guru
mengelola pembelajaran adalah efektif, (c) Respon siswa terhadap pembelajaran
adalah positif dan, (d) Ketuntasan kemampuan komunikasi matematik lebih dari
80% siswa mencapai KKM. Hasil pengujian ujicoba perangkat pembelajaran
menunjukkan bahwa (1)
Pengembangan perangkat pembelajaran yang
dikembangkan melalui model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw adalah valid
dan praktis. (2) Penerapan pengembangkan perangkat pembelajaran efektif
ditinjau dari hasil observasi guru dan siswa. (3) Kemampuan komunikasi
matematik siswa yang diajar dengan menggunakan perangkat pembelajaran yang
dikembangkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw lebih baik
dibandingkan dengan pembelajaran biasa.
Kata Kunci: Pengembangan Perangkat Pembelajaran, Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Jigsaw, Komunikasi Matematik.

i


ABSTRACT
FITRIANI. The Development of Learning Devices Through The Cooperative
Learning Model Jigsaw Type in Improved Students’ Mathematical
Communication ability at SMP Grade VIII. Thesis. Medan 2014. Study Program:
Mathematics Education of Postgraduate of State University of Medan.
The general aim of the research is to produce the learning devices through the
model cooperative learning type jigsaw at SMP grade VIII. Then the specific aim
are (1) to find out the develop process learning devices through the model
cooperative
learning type jigsaw in improved students’ mathematical
communication ability, (2) to find out the learning devices effective through the
model cooperative learning type jigsaw in improved students’ mathematical
communication ability, (3) to find out the enhancement of students’ mathematical
communication ability through the model cooperative learning type jigsaw be
compared use ordinary learning. This research is developmental research
Thiagarajan 4-D models. The learning devices developed is limited on the
teacher’s handbook, students’ textbooks, lesson plans, students’ activity sheets,
and the test the mathematical communication ability. Tryout was conducted twice
on the student of grade VIII of SMP PGRI 9 Percut Sei Tuan and SMP IT AL

Hijrah Deli Serdang. In the first tryout, it has resulted that learning devices were
not effective because student activities and teacher abilities component were not
effective. Results of the first tryout could be used to revise learning devices. In the
second tryout learning devices has been effective. It showed by: (a) Student
activities were effective, (b) Teacher abilities were effective, (c) Student
responses were positive, and (d) completeness mathematical communication
ability were more than 80% has been minimal completeness criteria. The results
of tryout on learning devices showed that (1) the development of learning devices
which developed through the model cooperative learning type jigsaw is valid and
practical. (2) the usage of learning devices development by effective reviewed
from teacher and student observations. (3) students’ mathematical communication
ability by using learning devices developed by model cooperative learning type
jigsaw is better than use ordinary learning.
Keyword: Development of Learning Devices, Model Cooperative Learning Type
Jigsaw, Mathematical Communication

ii

iii


KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim,
Alhamdulillahirabbil’alamin, Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan hidayahnya serta nikmat kesehatan dan kesempatan
kepada

penulis

untuk

melaksanakan

penulisan

tesis

dengan

judul


“Pengembangan Perangkat Pembelajaran Melalui Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Jigsaw untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi
Matematik Siswa di SMP Kelas VIII”. Salawat dan salam ke-Ruh junjungan
kita Rasulullah SAW, yang telah menuntun umatnya kepada jalan yang diridhai
Allah.
Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang tulus dan
penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah membantu
penulis dengan keikhlasan dan ketulusan baik langsung maupun tidak langsung
sampai terselesainya tesis ini. Semoga Allah Swt memberikan balasan yang
setimpal atas kebaikan tersebut. Terima kasih dan penghargaan khususnya peneliti
sampaikan kepada:
1. Teristimewa kepada Ayahanda Syarifuddin Harahap dan Ibunda Nurhayati
Nasution yang selalu ada di dalam hati sepanjang masa selaku memberikan
do’a dan dukungan

yang besar

selama dalam


pendidikan

hingga

terselesaikannya tesis ini.
2. Tersayang kakak-kakaku Mardiana Harahap; Elviana Harahap dan adikadikku Risnayati Harahap; Saima Harahap; Sarmaida Harahap; Rahmad Asbin
Harahap dan juga abang-abang iparku Pahlawan Siregar; Samsuddin
Simanjuntak serta adek iparku Ansor Nasution kemudian keponakan-

iv

keponakanku Khoiruddin Siregar, Azhari Siregar, Zahra Simanjuntak,
Marwah Simanjuntak dan Haris Nasution dan juga keluarga besar yang selalu
memberikan do’a dan dukungan yang besar selama ini.
3. Bapak Prof. Dr. Hasratuddin, M.Pd, selaku Sekretaris Program Studi
Pendidikan Matematika Pascasarjana UNIMED sekaligus Pembimbing I serta
notulen dan Bapak Prof. Dr. Edi Syahputra, M.Pd, selaku Ketua Program
Studi Pendidikan Matematika Pascasarjana UNIMED sekaligus pembimbing
II ditengah-tengah kesibukannya telah memberikan bimbingan, arahan dan
memberikan motivasi sangat berarti bagi penulis sehingga terselesaikannya

tesis ini.
4. Ibu Dra. Ida Karnasih, M.Sc., Ed., Ph.D dan Bapak Dr. Kms. Muhammad
Amin Fauzi, M.Pd; Bapak Prof. Dr. Mara Bangun Harahap, MS selaku
narasumber yang telah memberikan arahan dan kritik yang membangun untuk
menjadikan tesis ini menjadi lebih baik.
5. Bapak Dapot Tua Manullang selaku Staf Program Studi Pendidikan
Matematika Pascasarjana UNIMED yang telah memberikan semangat dan
membantu penulis dalam penyelesaian tesis ini.
6. Bapak Prof. Dr. H. Abdul Muin Sibuea, M.Pd selaku Direktur Program
Pascasarjana UNIMED.
7. Bapak Dr. Arif Rahman, M.Pd selaku Asisten Direktur I Program
Pascasarjana UNIMED.
8. Bapak Prof. Dr. Sahat Siagian, M.Pd selaku Asisten Direktur II Program
Pascasarjana UNIMED.

v

9. Bapak Zuheyri S.Pd.I selaku Kepala SMPIT Al Hijrah Deli Serdang beserta
seluruh dewan guru yang telah memberikan kesempatan dan izin kepada
penulis untuk melalukan penelitian.

10. Ibu Dra. Hj. Ummi Kalsum selaku Kepala SMP PGRI-9 Percut Sei Tuan
beserta seluruh dewan guru yang telah memberikan kesempatan dan izin
kepada penulis untuk melalukan penelitian.
11. Sahabat seperjuangan angkatan XXI Prodi Matematika terkhusus Master HapHap A-2 (Nita, Rohantizani, Yunita, Yulia, Lili, Ika, Cris, Suwanto, Daut,
Hilman, Suwanti, Winmeri, Devi, Ina, Juindi, Yusnarti, dan Erik) yang telah
memberikan dorongan, semangat, serta bantuan lainnya kepada penulis.
12. Semua pihak yang telah membantu dan memberikan masukan serta arahan
dalam penyelesaian tesis ini yang tidak mungkin disebutkan satu-persatu.
Semoga Allah membalas semua yang telah diberikan Bapak/Ibu serta
saudara/i, kirannya kita semua tetap dalam lindungan-Nya. Penulis menyadari
bahwa masih banyak kekurangan dan keterbatasan dari tesis ini, penulis berharap
semoga tesis ini dapat memberikan manfaat bagi perkembangan dunia pendidikan
dan dapat memberi inspirasi untuk penelitian lebih lanjut.

Medan, Juni 2014
Penulis

FITRIANI

vi


DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ....................................................................................................... i
ABSTRACT .................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ..................................................................................... iii
DAFTAR ISI .................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL ........................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xi
DAFTAR SKEMA .......................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang masalah ................................................................ 1
1.2. Identifikasi Masalah ..................................................................... 15
1.3. Pembatasan Masalah ..................................................................... 16
1.4. Rumusan Masalah ......................................................................... 16
1.5. Tujuan Penelitian ........................................................................... 17
1.6. Manfaat Penelitian ......................................................................... 17
BAB II KAJIAN TEORITIS
2.1. Kerangka Teoritis ......................................................................... 19

2.1.1.Pengertian Perangkat Pembelajaran ...................................... 19
2.1.2.Kemampuan Komunikasi Matematik ................................... 19
2.1.3.Model Pembelajaran Kooperatif ........................................... 21
2.1.4.Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw ....................... 27
2.1.5.Pembelajaran Biasa .............................................................. 33
2.1.6.Teori Belajar Pendukung ...................................................... 34
2.1.7.Perangkat Pembelajaran ....................................................... 42
2.1.8.Model Pengembangan Perangkat Pembelajaran ................... 58
2.2. Penelitian yang Relevan ................................................................ 64
2.3. Kerangka Konseptual ................................................................... 68
2.4. Hipotesis Penelitian ...................................................................... 74
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian ............................................................................. 77
3.2. Pengembangan Perangkat Pembelajaran ....................................... 77
3.3. Penilaian Para Ahli ....................................................................... 81
3.4. DefInisi Operasional Variabel ................................................... 81
3.5. Ujicoba Lapangan ......................................................................... 83
3.6. Teknik Pengumpulan Data ............................................................ 88
3.7. Teknik Analisis Data .................................................................... 90
3.7.1.Analisis Data untuk Menghitung Reliabilitas dan Validitas,
Tingkat Kesukaran, Daya Pembeda, Sensitivitas Instrumen .. 90
3.7.2.Analisis Data untuk Menjawab Pertanyaan Penelitian pada
Rumusan Masalah ................................................................. 100
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Deskripsi Hasil Pengembangan Perangkat Pembelajaran .................... 107

vii

4.1.1.Deskripsi Tahap Pendefenisian (Define) .................................... 107
4.1.2.Deskripsi Tahapan Perencanaan (Design) .................................. 117
4.1.3.Hasil Tahap Pengembangan (Develop) ...................................... 125
4.2. Pembahasan ....................................................................................... 178
4.3. Kelemahan Penelitian ......................................................................... 196
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
5.1. Simpulan ............................................................................................ 197
5.2. Saran .................................................................................................. 199
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 200

DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2. 1 Langkah-langkah/Sintaksis Model Pembelajaran Kooperatif ............ 25
Tabel 2. 2 Pedoman Pemberian Skor PerkembanganIndividu ............................ 31
Tabel 2. 3 Skor Penghargaan Kelompok .......................................................... 32
Tabel 2. 4 Indikator-indikator/Aspek yang Diamatai pada Kemampuan Guru
Mengelola pembelajaran .................................................................... 57
Tabel 3. 1 Format Perhitungan Validasi ............................................................ 91
Tabel 3. 2 Hasil Ujicoba Validasi Pre-Tes Komunikasi Matematik ................... 94
Tabel 3. 3 Hasil Ujicoba Validasi Pos-Tes Komunikasi Matematik ................... 94
Tabel 3. 4 Kesimpulan IK dan DP Pre-Tes Komunikasi Matematik .................. 96
Tabel 3. 5 Kesimpulan IK dan DP Pos-Tes Komunikasi Matematik .................. 96
Tabel 3. 6 Kesimpulan Reliabilitas Pre-Tes dan Pos-Tes
Komunikasi Matematik ................................................................... 97
Tabel 3. 7 Persentase Waktu Ideal dan Batas Toleransi Aktivitas Siswa ........... 101
Tabel 3. 8 Kriteria Kemampuan Guru Mengelola Pembelajaran ........................ 102
Tabel 3. 9 Tabel Weiner Tentang Keterkaitan Antara Variabel Bebas dan
Variabel Terikat ................................................................................ 105
Tabel 4. 1 Media dan Alat Peraga Pembelajaran Materi Kubus dan Balok
SMP Kelas VIII ................................................................................... 117
Tabel 4. 2 Kisi-kisi Tes Kemampuan Komunikasi Matematik ........................... 125
Tabel 4. 3 Hasil Validasi Buku Petunjuk Guru (BPG) ....................................... 126
Tabel 4. 4 Rvisi Buku Petunjuk Guru (BPG) Berdasarkan Hasil Validasi .......... 128
Tabel 4. 5 Hasil Validasi Buku Siswa (BS) ....................................................... 129
Tabel 4. 6 Revisi Buku Siswa (BS) Berdasarkan Hasil Validasi ........................ 131
Tabel 4. 7 Hasil Validasi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ........................... 132
Tabel 4. 8 Revisis RPP Berdasarkan Hasil Validasi ........................................... 134
Tabel 4. 9 Hasil Validasi Lembar Aktivitas Siswa (LAS) .................................. 135
Tabel 4. 10 Revisi LAS Berdasarkan Hasil Validasi .......................................... 137
Tabel 4. 11 Hasil Validasi Tes Kemampuan Komunikasi Matematik (Pre Tes) . 138
Tabel 4. 12 Hasil Validasi Tes Kemampuan Komunikasi Matematik (Pos Tes) . 140
Tabel 4. 13 Revisi Pre Tes da Pos Tes Kemampuan Komunikasi Matematik
Berdasarkan Hasil validasi ............................................................... 142
Tabel 4. 14 Persentase Aktivitas Siswa Selama Pembelajaran Ujicoba ke-1 ...... 145
Tabel 4. 15 Kemampuan Guru Mengelola Pembelajaran Ujicoba ke-1 ............... 147
Tabel 4. 16 Kriteria Guru Mengelola Pembelajara ............................................. 147
Tabel 4. 17 Hasil Angket Respon Siswa Terhadap Perangkat dan Pelaksanaan
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Ujicoba ke-1 ............... 149
Tabel 4. 18 Hasil Tes Komunikasi Matematik untuk Pre Tes Ujicoba ke-1 ........ 150
Tabel 4. 19 Hasil Tes Komunikasi Matematik untuk Pos Tes Ujicoba ke-1 ........ 151
Tabel 4. 20 Sensitivitas Butir Tes Ujicoba ke-1 .................................................. 152
Tabel 4. 21 Revisi RPP Berdasarkan Hasil Ujicoba ke-1 .................................... 152
Tabel 4. 22 Persentase Aktivitas Siswa Selama Pembelajaran Ujicoba ke-2 ...... 163
Tabel 4. 23 Kemampuan Guru Mengelola Pembelajaran Ujicoba ke-2 ............... 164
Tabel 4. 24 Kriteria Guru Mengelola Pembelajara ............................................. 164
Tabel 4. 25 Hasil Angket Respon Siswa Terhadap Perangkat dan Pelaksanaan
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Ujicoba ke-2 ............... 166

Tabel 4. 26 Data Hasil Pre Tes Kemampuan Komunikasi Matematik ................
Tabel 4. 27 Normalitas Pre Tes Kemampuan Komunikasi Matematik pada
Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol .............................................
Tabel 4. 28 Uji Perbedaan Rata-Rata Pre Tes Kemampuan Komunikasi
Matematik ......................................................................................
Tabel 4. 29 Data Hasil Pos Tes Kemampuan Komunikasi Matematik ...............
Tabel 4. 30 Normalitas Pos Tes Kemampuan Komunikasi Matematik pada
Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol .............................................
Tabel 4. 31 Uji Perbedaan Rata-Rata Pos Tes Kemampuan Komunikasi
Matematik ......................................................................................
Tabel 4. 32 Rekapitulasi Ketuntasan Kemampuan Komunikasi Matematik .....
Tabel 4. 33 Sensitivitas Butir Tes ......................................................................
Tabel 4. 34 Persentase Aktivitas Siswa Selama Pembelajaran ujicoba ke-2 ........
Tabel 4. 35 Kemampuan Guru Mengelola Pembelajaran Ujicoba ke-2 ..............
Tabel 4. 36 Hasil Angket respon Siswa Terhadap Perangkat dan Pelaksanaa
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Ujicoba ke-2 .............
Tabel 4. 37 Uji Perbedaan Rata-Rata Pos Tes Kemampuan Komunikasi
Matematik ......................................................................................
Tabel 4. 38 Rekapitulasi Ketuntasan Kemampuan Komunikasi Matematik .......

167
169
171
172
173
175
176
178
184
189
191
192
193

DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1.1 Salah Satu Hasil Kerja Siswa ......................................................... 9
Gambar 2. 1 Pembentukan Kooperatif Tipe Jigsaw .......................................... 28
Gambar 4. 1 Penguasaan Pre Tes Kemampuan Komunikasi Matematik pada
Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ............................................ 168
Gambar 4. 2 Penguasaan Pos Tes Kemampuan Komunikasi Matematik pada
Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ............................................ 172
Gambar 4. 3 Rekapitulasi Ketuntasan Kemampuan Komunikasi Matematik
pada Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ................................... 176
Gambar 4. 4 Hasil Jawaban LAS Kegiatan Memecahkan Masalah Komunikasi 187
Gambar 4. 5 Hasil Jawaban Tantangan Pemantapan .......................................... 188
Gambar 4. 6 Salah Satu Hasil Jawaban Pre Tes Siswa ....................................... 194
Gambar 4. 7 Salah Satu Hasil Jawaban Pos Tes Siswa ...................................... 195

DAFTAR SKEMA
Halaman
Skema 2. 1 Pendidikan Sebagai Suatu Sistem ................................................... 43
Skema 2. 2 Model Pengembangan Perangkat Pembelajaran 4-D ...................... 76
Skema 3. 1 Modifikasi Pengembangan Perangkat Pembelajaran Model 4-D ..... 106

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran I Lembar instrumen............................................................................. 203
Lampiran II Buku Petunjuk Guru ..................................................................... 213
Lampiran III Buku Siswa .................................................................................. 263
Lampiran IV Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan
Lembar Aktivitas siswa (LAS) ...................................................... 296
RPP I ........................................................................................... 297
LAS I .......................................................................................... 316
RPP II .......................................................................................... 333
LAS II ......................................................................................... 351
RPP III ........................................................................................ 361
LAS III ........................................................................................ 378
RPP IV ........................................................................................ 391
LAS IV ........................................................................................ 408
Lampiran V Tes Kemampuan Belajar ............................................................... 418
Lampiran VI Hasil Ujicoba Instrumen .............................................................. 432
Lampiran VII Hasil Validasi Perangkat Pembelajaran ........................................ 437
Lampiran VIII Hasil Ujicoba Penelitian ............................................................ 459

1

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Pada Kurikukulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan kurikulum
2013,

Standar Kompetensi Lulusan (SKL) telah ditetapkan oleh pemerintah.

Mulyasa (2013:23) menyatakan SKL adalah ‘kriteria mengenai kualifikasi
kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan dan keterampilan’.
Namun bagaimana untuk mencapainya dan apa perangkat pembelajaran yang
digunakan diserahkan sepenuhnya kepada para pendidik sebagai tenaga
profesional. Dalam pelaksananaan pembelajaran, perangkat pembelajaran sangat
berperan penting. Seperti yang diungkapkan oleh Suparno (Frisnoiry, 2013:14) :
Sebelum guru mengajar (tahap persiapan) seorang guru diharapkan
mempersiapkan bahan yang mau diajarkan, mempersiapkan alat
peraga/praktikum yang akan digunakan, mempersiapkan pertanyaan dan
arahan untuk memancing siswa lebih aktif belajar, mempelajari keadaan
siswa, mengerti kelemahan dan kelebihan siswa, serta mempelajari
pengetahuan awal siswa, kesemuaan ini akan terurai pelaksanaannya di
dalam perangkat pembelajaran.
Kurikulum 2013

ini tidak akan berhasil secara optimal tanpa

individualisasi dan personalisasi (Mulyasa, 2013:73). Mendasar pada penjelasan
di atas maka sangat jelas bahwa mutu pendidikan sangat perlu diperhatikan atau
ditingkatkan,

salah

satu

caranya

dengan

membuat/menyusun

serta

mengembangkan perangkat pembelajaran karena perangkat pembelajaran
merupakan bagian dari proses pembelajaran. Sehingga dari penjelasan tersebut di
atas

terlihat

pentingnya

perangkat

pembelajaran

dibuat

dalam

proses

pembelajaran.
Perangkat pembelajaran atau yang sering disebut sebagai kurikulum

2

merupakan bagian yang penting dari sebuah proses pembelajaran. Pernyataan ini
sesuai dengan bunyi UU Sisdiknas No 20 Tahun 2003: SNP (Kurikulum 2013:21)
menyatakan bahwa kurikulum adalah ‘‘seperangkat rencana dan pengaturan
mengenaitujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai
pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan
pendidikan tertentu’’. Tetapi tak bisa dipungkiri bahwa masih banyak guru yang
tidak memiliki perangkat pembelajaran saat mengajar, bahkan yang lebih
memprihatinkan bahwa perangkat pembelajaran digunakan hanya sebatas
administrasi dan formalitas dalam artian bahwa sang guru mengaplikasikan
sesuatu yang berbeda dari perangkat mengajarnya.
Berikut ini adalah beberapa alasan mengapa perangkat pembelajaran
begitu penting bagi seorang guru (1) Perangkat pembelajaran sebagai panduan,
yaitu perangkat pembelajaran benar-benar memberi arah bagi seorang guru. Hal
ini penting mengingat proses pembelajaran adalah sesuatu yang sistematis dan
terpola. Tak sedikit guru yang hilang arah atau bingung ditengah-tengah proses
pembelajaran hanya karena tidak memiliki perangkat pembelajaran. Perangkat
pembelajaran memberi panduan apa yang harus dilakukan seorang guru di dalam
kelas. Memberi panduan dalam mengembangkan teknik mengajar dan memberi
panduan untuk merancang perangkat yang lebih baik, (2) Perangkat pembelajaran
sebagai tolak ukur, yaitu seorang guru yang profesional tentu mengevaluasi setiap
hasil mengajarnya, begitu pula dengan perangkat pembelajaran. Guru dapat
mengevaluasi diri nya sendiri sejauh mana perangkat pembelajaran yang telah
dirancang teraplikasi di dalam kelas. Hal ini penting untuk terus meningkatkan
profesionalime seorang guru. hal ini bisa dimulai dengan membandingkan dari

3

berbagai aktivitas di kelas, strategi, metode atau bahkan langkah pembelajaran
dengan data yang ada diperangkat pembelajaran, (3) Perangkat pembelajaran
sebagai peningkatan profesionalisme, yaitu profesionalisme seorang guru dapat
ditingkatkan dengan perangkat pembelajaran artinya perangkat pembelajaran
tidak hanya sebagai kelengkapan administrasi saja, tetapi lebih sebagai media
peningkatan profesionalisme, seorang guru harus benar-benar menggunakan dan
mengembangkan perangkat pembelajarannya. Memperbaiki segala yang terkait
dengan proses pembelajaran lewat perangkatnya. Jika tidak, maka kemampuan
sang guru mungkin menurun, (4) Mempermudah, yaitu memiliki perangkat
pembelajaran sangat mempermudah seorang guru dalam membantu proses
fasilitasi pembelajaran dengan perangkat pembelajaran, seorang guru bisa dengan
mudah menyampaikan materi hanya dengan melihat perangkatnya tanpa harus
banyak berpikir dan mengingat.
Masih banyak alasan kenapa perangkat pembelajaran begitu penting bagi
seorang guru. Semangat seorang guru dalam mengajar ternyata banyak ditentukan
oleh pengaruh perangkat nya. Layaknya sebuah senjata tentu saja antara semangat
pemiliknya dan kehebatan senjata nya merupakan satu kesatuan yang utuh dan tak
dapat dipisahkan untuk mencapai kemenangan.
Perangkat pembelajaran merupakan sekumpulan sumber belajar yang
disusun sedemikian rupa dimana siswa dan guru melakukan kegiatan
pembelajaran (Subanindro, 2012:3). Perangkat pembelajaran meliputi silabus,
RPP, bahan ajar, modul praktikum, lembar kerja siswa, media pembelajaran, tes
untuk mengukur hasil belajar dan sebagainya (Latief, 2009:2). Jadi dalam hal ini,
pentingnya pengembangan bahan ajar sama pentingnya dalam pengembangan

4

perangkat pembelajaran karena bahan ajar adalah bagian dari perangkat
pembelajaran

sehingga

guru

dituntut

untuk

mempunyai

kemampuan

mengembangkan perangkat pembelajaran sendiri.
Fenomena yang terjadi dilapangan sehubungan dengan hal tersebut,
berdasarkan hasil wawancara penulis terhadap beberapa guru matematika
menyatakan bahwa:
Dalam kegiatan proses belajar pembelajaran guru jarang bahkan tidak
pernah mengembangkan perangkat pembelajaran untuk mencapai tujuan
pembelajaran yang diinginkan, dimana perangkat pembelajaran yang
digunakan selama ini hanya menggunakan perangkat pembelajaran berupa
RPP, silabus, buku pegangan. RPP yang digunakan selama ini tidak
menggunakan sintak/langkah-langkah pembelajaran yang ada, dan buku
pegangan guru sama dengan buku pegangan siswa yang dapat dibeli di
toko-toko buku yang tersedia, serta permasalahan-permasalahan yang ada
pada buku tersebut tidak mengarah kepada dunia nyata siswa. Selain itu
juga guru tidak pernah memperhatikan/menguji apakah perangkat
pembelajaran yang digunakan selama ini sudah efektif dalam
meningkatkan kemampuan matematik siswa khususnya kemampuan
komunikasi matematik siswa.
Dalam mendukung kurikulum, perangkat pembelajaran menempati posisi
penting dalam mencapai SKL. Sejalan dengan pendapat Haggarty dan Keynes
(Muchayat, 2011:201) menjelaskan bahwa dalam rangka memperbaiki pengajaran
dan pembelajaran matematika di kelas diperlukan usaha untuk memperbaiki
pemahaman guru, siswa, bahan yang digunakan untuk pembelajaran dan interaksi
antara mereka. Agar tujuan pembelajaran mencapai sasaran dengan baik,
disamping perlu adanya pemilihan metode dan strategi pembelajaran yang sesuai,
juga diperlukan adanya pengembangan perangkat pembelajaran yang sesuai pula
dengan metode dan strategi pembelajaran yang digunakan.
Pentingnya pengembangan perangkat pembelajaran, alasannya antara lain:
ketersediaan bahan sesuai tuntutan kurikulum, karakteristik sasaran, dan tuntutan

5

pemecahan masalah belajar (Depdiknas, 2008:8). Pengembangan perangkat
pembelajaran harus memperhatikan tuntutan kurikulum, artinya perangkat
pembelajaran yang akan dikembangkan harus sesuai dengan kurikulum.
Pernyataan ini sejalan dengan tujuan pengembangkan kurukum 2013 (Mulyasa,
2013:65) menyatakan bahwa ‘‘melalui pengembangan kurikulum 2013 kita akan
menghasilkan insan indonesian yang: produktif, kreatif, inovatif, afektif; melalui
penguatan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang terintegrasi’’. Apabila
perangkat pembelajaran yang sesuai dengan tuntutan kurikulum tidak ada ataupun
sulit diperoleh, maka membuat perangkat pembelajaran sendiri adalah suatu
keputusan yang bijak. Untuk mengembangkan perangkat pembelajaran, referensi
dapat diperoleh dari berbagai sumber baik itu berupa pengalaman ataupun
pengetahuan sendiri, ataupun penggalian informasi dari narasumber baik orang
ahli ataupun teman sejawat. Demikian pula referensi dapat kita peroleh dari bukubuku, media masa, internet, dan lain sebagainya. Namun demikian, kalaupun
perangkat pembelajaran yang sesuai dengan kurikulum cukup melimpah bukan
berarti tidak perlu melakukan pengembangan perangkat pembelajaran sendiri.
Pertimbangan lain adalah karakteristik sasaran. Perangkat pembelajaran
yang dikembangkan orang lain seringkali tidak cocok untuk siswanya. Dengan
alasan misalnya, lingkungan sosial, geografis, budaya, tahapan perkembangan
siswa, kemampuan awal siswa, minat, latar belakang keluarga dan lain
sebagainya. Untuk itu, maka perangkat pembelajaran yang dikembangkan sendiri
dapat disesuaikan dengan karakteristik siswa sebagai sasaran.
Selanjutnya,

pengembangan

perangkat

pembelajaran

harus

dapat

menjawab atau memecahkan masalah ataupun kesulitan dalam belajar. Terdapat

6

sejumlah materi pembelajaran yang seringkali siswa mengalami kesulitan dalam
memahaminya. Kesulitan tersebut dapat saja terjadi karena materi tersebut
abstrak, rumit, asing, dan lain sebagainya. Untuk mengatasi kesulitan ini maka
perlu dikembangkan perangkat pembelajaran berupa bahan ajar yang tepat yang
membantu siswa. Jika materi bersifat abstrak maka dalam menggambarkan
sesuatu yang abstrak tersebut, digunakan misalnya dengan gambar, foto, bagan,
skema, dan lain sebagainya. Jika materi yang rumit, harus dapat dijelaskan dengan
cara yang sederhana, sesuai dengan tingkat berfikir siswa, sehingga menjadi lebih
mudah dipahami.
Tujuan diadakannya pengembangan perangkat pembelajaran ialah untuk
menghasilkan sebuah produk baru atau menyempurnakan produk yang sudah ada
yang dapat dipertanggungjawabkan. Selain itu bertujuan untuk menghasilkan
perangkat pembelajaran yang mampu memecahkan masalah pembelajaran di
kelas. Dimana produk tersebut disempurnakan karena dianggap kurang tepat
dalam menjalankan fungsinya dalam mencapai tujuan pembelajaran yang
diinginkan. Terutama dalam meningkatkan kemampuan matematik siswa,
khususnya dalam meningkatkan kemampuan komunikasi matematik siswa.
Kemampuan yang harus dicapai dalam pembelajaran matematika yaitu
meliputi:
1. Kemampuan pemecahan masalah
2. Kemampuan komunikasi
3. Kemampuan koneksi
4. Kemampuan penalaran
5. Kemampuan refresentasi

7

Salah satu dari lima kemampuan matematik di atas yaitu komunikasi.
Standar komunikasi menitik beratkan pada pentingnya dapat berbicara, menulis,
menggambarkan

dan

menjelaskan

konsep-konsep

matematika.

Belajar

berkomunikasi membantu perkembangan interaksi dan pengungkapan ide-ide di
dalam kelas karena siswa belajar dalam suasana yang aktif. Komunikasi bisa
membantu siswa tentang konsep matematika baru ketika memerankan situasi,
menggambarkan, menggunakan objek, memberikan laporan dan penjelasan
verbal, serta ketika menggunakan diagram, menulis dan menggunakan simbol
matematika. Keuntungan lain, bisa mengingatkan siswa bahwa mereka
bertanggung jawab dengan guru atas pembelajaran yang muncul.
Peressini dan Busset (NCTM dalam Frisnoiry, 2013:6) menambahkan
“Tanpa komunikasi dalam matematika kita akan memiliki sedikit keterangan,
data, dan fakta tentang pemahaman siswa dalam melakukan proses dan aplikasi
matematika”. Sejalan dengan hal tersebut, Permendiknas Nomor 22 tahun 2006
tentang standar isi menyatakan bahwa tujuan pembelajaran matematika salah
satunya adalah agar siswa memiliki kemampuan dalam mengkomunikasikan
gagasasan dengan simbol, tabel, diagram atau media lain untuk memperjelas
keadaan atau masalah. Dari prinsip NCTM dan Permendiknas Nomor 22 tahun
2006 tersebut, maka dapat dikatakan bahwa kemampuan komunikasi matematik
merupakan hal yang sangat penting dan perlu ditingkatkan dalam pembelajaran
matematik, untuk meningkatkan hasil belajar matematika.
Baroody (Frisnoiry, 2013:5) menyebutkan sedikitnya ada dua alasan
penting, mengapa komunikasi dalam pembelajaran matematika perlu ditumbuh
kembangkan dikalangan siswa, yaitu matematika tidak hanya sekedar alat bantu

8

berpikir, alat bantu menemukan pula, menyelesaikan masalah atau mengambil
kesimpulan, tetapi matematika juga sebagai aktivitas sosial dalam pembelajaran
matematika, matematika sebagai wahana interaksi antar siswa, dan juga antar guru
dan siswa. Komunikasi merupakan bagian yang sangat penting dalam
membelajarkan matematika. Hal ini didukung dengan pendapat Asikin (Frisnoiry,
2013:2) bahwa peran komunikasi dalam pembelajaran matematika adalah: (1)
dengan komunikasi ide matematika dapat dieksploitasi dalam berbagai perspektif,
membantu mempertajam cara berpikir siswa dan mempertajam kemampuan siswa
dalam melihat berbagai keterkaitan materi matematika, (2) komunikasi
merupakan alat untuk “mengukur” pertumbuhan pemahaman dan merefleksikan
pemahaman matematika para siswa, (3) melalui komunikasi siswa dapat
mengorganisasikan dan mengkonsolidasikan pemikiran matematika mereka, (4)
komunikasi matematika antar siswa dalam pembelajaran matemtika sangat
penting untuk pengkonstruksian pengetahuan matematika, pengembangan
pemecahan masalah dan penigkatan penalaran, menumbuhkan rasa percaya diri,
serta peningkatan keterampilan sosial, (5) “wraiting

and talking” dapat

menjadikan alat yang sangat bermakna (power full) untuk membantu komunikasi
matematika yang inklusif.
Selain hal tersebut di atas terdapat banyak alasan betapa pentingnya
kemampuan komunikasi matematik siswa dikembangkan dalam pembelajaran
matematika, beberapa diantaranya adalah dengan kemampuan komunikasi dapat
mempelajari bahasa dan simbol-simbol matematika serta mengekspresikan ide-ide
matematis. Di samping itu komunikasi juga bermanfaat untuk melatih siswa
mengemukakan gagasan secara jujur, berdasarkan fakta, rasional, serta

9

meyakinkan orang lain dalam rangka memperoleh pemahaman bersama.
Kemudian dengan komunikasi guru dapat “mengukur” pertumbuhan pemahaman
dan merefleksikan pemahaman matematik para siswa.
Namun, pada kenyataannya komunikasi merupakan salah satu masalah
yang kerap kali dialami oleh siswa di sekolah. Kasus ini juga diperkuat ketika
peneliti memberikan tes tentang bangun ruang kepada siswa kelas VIII dalam
mengukur komunikasi matematik siswa, hasilnya menunjukkan bahwa sebagian
besar

siswa

mengalami kesulitan dalam

mengkomunikasikan persoalan

matematika tersebut sehingga kesulitan dalam menyelesaikan soal tersebut.
Sebagai contoh, sebuah bak mandi berukuran 100cm x 50cm x 40cm, bak
berisi penuh air. Jika air tersebut dipindahkan ke dalam suatu wadah berbentuk
kubus yang berukuran panjang rusuk 60 cm. Maka hitunglah tinggi air di dalam
wadah tersebut?
Salah satu hasil kerja siswa ditunjukkan pada gambar 1.1 berikut:

Gambar 1. 1 Salah Satu Hasil Kerja Siswa
Masalah tersebut diatas membuktikan bahwa siswa tidak dapat

10

menjelaskan persoalan dalam bentuk gambar, tidak mampu membuat gagasan ke
dalam symbol

matematika dengan baik, ketidak mampuan siswa dalam

menyelesaikan permasalahan ke dalam ide matematika. Sehingga dalam
memberikan jawaban, siswa banyak yang tidak mampu menyelesaikannya.
Masalah tersebut diperkirakan karena perangkat pembelajaran yang digunakan
selama proses pembelajaran tidak efektif terhadap pencapaian keberhasilan
pembelajaran yang diinginkan, sehingga berpengaruh terhadap minat atau respon
siswa mengikuti proses pembelajaran.
Perangkat pembelajaran yang akan dikembangkan dalam penelitian ini
akan diterapkan melalui pembelajaran kooperatif, karena secara teoretik
pembelajaran ini terdapat interaksi kelompok kecil yang mendukung upaya untuk
menumbuh kembangkan kemampuan komunikasi matematik siswa. Seperti yang
dinyatakan oleh Yackel, Cobb, dan Wood dalam Subanindro (2012:4) bahwa:
Interaksi kelompok kecil adalah “seen as one way to encourage the
development of
mathematical
relationships,
reasoning, and
communication and to otherwise engage students in meaningful
mathematical activity”. Artinya, interaksi kelompok kecil dapat dilihat
sebagai satu cara untuk menumbuhkembangkan kemampuan
hubungan/koneksitas, penalaran, dan komunikasi serta mengajak temanteman yang lain dalam kegiatan matematik yang bermakna.
Menurut Eggen and Kauchak (Trianto, 2011:58) menyatakan bahwa
“pembelajaran kooperatif merupakan sebuah kelompok strategi pengajaran yang
melibatkan siswa bekerja secara berkolaborasi untuk mencapai tujuan bersama”.
Dalam model pembelajaran kooperatif siswa berperan ganda yaitu sebagai siswa
ataupun sebagai guru. Johnson, dkk, Johnson dan Johnson, Slavin, dan Sharan
(Miftahul Huda, 2011:17-18) menunjukkan bahwa model pembelajaran kooperatif
merupakan strategi pengajaran efektif dalam meningkatkan prestasi dan sosialisasi

11

siswa sekaligus turut berkontribusi bagi perbaikan sikap dan persepsi mereka
tentang begitu pentingnya belajar dan bekerja sama, termasuk bagi pemahaman
mereka tentang teman-temannya yang berasal dari latar belakang etnis yang
berbeda-beda. Jigsaw merupakan tim ahli, dimana jigsaw telah dikembangkan dan
diuji coba oleh Elliot Aroson dan teman-teman dari Universitas Texas, dan
diadopsi oleh Slavin dan teman-teman di Universitas Jhon Hopkins. Secara umum
dalam belajar kooperatif tipe jigsaw siswa dikelompokkan oleh secara heterogen
dalam kemampuan, siswa diberi materi yang baru atau pendalaman dari materi
sebelumnya untuk dipelajari, masing-masing anggota kelompok secara acak
ditugaskan untuk menjadi ahli pada suatu aspek tertentu dari materi tersebut,
setelah di bahas maka ahli dari kelompok berbeda berkumpul mendiskusikan
topik yang sama dari kelompok yang lain sampai mereka ahli dikonsep yang
mereka pelajari, kemudian mereka kembali ke kelompok semula untuk
mengajarkan topik yang mereka kuasai kepada teman sekelompoknya. Hal ini
didukung oleh teori Vygotsky bahwa: (1) perkembangan anak berangkat dari
bidang sosial menuju bidang individual, (2) Zone of Proximal Development (ZPD)
yaitu suatu interval dari perkembangan aktual menuju perkembangan potensial,
(3) adanya pemberian bantuan (scaffolding), dan (4) adanya interaksi sosial kultur.
Berarti siswa sendiri menemukan dan menjelaskan masalah atau materi yang akan
diselesaikan. Hal ini berbeda dengan proses belajar mengajar yang biasa
dilakukan pada umumnya yaitu dalam pembelajaran siswa tidak dibagi-bagi
dalam bentuk kelompok dan masalah biasanya diselesaikan oleh guru itu sendiri.
Begitu banyaknya tipe atau jenis kooperatif yang ada, namun peneliti
tertarik mengembangkan perangkat pembelajaran melalui model pembelajaran

12

koopertif tipe jigsaw, karena menurut penelitian-penelitian yang direview
Newman dan Thompson dalam bukunya Huda (2011:292-294) menyebutkan
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw lebih mengandalkan minat intrinsik siswa dan
evaluasi kelompok, dan juga pembelajaran kooperatif tipe jigsaw berusaha
mereduksi bentuk-bentuk negative individualisme dan kompetisi, dimana tipe ini
dirancang

untuk

meningkatkan

perilaku

kooperatif,

memberikan

pujian/penghargaan pada kelompok (bukan individu), dan menuntun siswa untuk
merangkul teman-teman satu kelompoknya yang berasal dari latar belakang sosial
yang beragam (khususnya ras, etnik, dan cacat fisik). Sehingga tipe jigsaw ini
sangat sejalan dengan harapan pembelajaran kooperatif secara umumnya.
Perangkat pembelajaran melalui model pembelajaran kooperatif tipe
jigsaw juga mendukung siswa agar lebih bertanggung jawab, dan menjadikan
siswa memperoleh pengetahuan yang baru dan bermakna. Selain itu juga siswa
tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap
memberikan dan mengajarkan materi tersebut pada anggota kelompoknya.
Adapun alasan peneliti tertarik memilih mengembangkan perangkat
pembelajaran melalui model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dalam
meningkatkan kemampuan komunikasi matematik siswa. Hal ini didasari pada
pengertian kooperatif itu sendiri dimana menurut Rusman (2012:218) mengatakan
bahwa dalam model pembelajaran kooperatif jigsaw siswa memiliki banyak
kesempatan untuk mengemukakan pendapat dan mengolah informasi yang didapat
dan dapat meningkatkan keterampilan berkomunikasi, anggota kelompok
bertanggung jawab terhadap keberhasilan kelompoknya dan ketuntasan bagian
materi yang dipelajari dan dapat menyampaikan informasinya kepada kelompok

13

lain. Para siswa yang terlibat di dalam diskusi dimana mereka menjustifikasi
pemecahan-pemecahan terutama dihadapan ketidaksepakatan akan memperoleh
pemahaman matematis yang lebih baik saat mereka berusaha meyakinkan temanteman mereka dari sudut pandang yag berbeda. Sehingga model pembelajaran
kooperatif tipe jigsaw dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematik
siswa.
Selain itu Lie (2010:69) menambahkan pentingnya pengembangan
perangkat pembelajaran melalui model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw ialah
bahwa ‘siswa bekerja dengan sesama siswa dalam suasana gotong royong dan
mempunyai banyak kesempatan untuk mengolah informasi dan meningkatkan
keterampilan berkomunikasi’. Ansari (2009: 57-58) menyebutkan bahwa strategi
atau model pembelajaran yang mendukung kemampuan komunikasi matematik
salah satunya ialah kooperatif tipe jigsaw.
Sejalan dengan hal tersebut di atas, bahwa dalam jurnal Muchayat (2011)
menghasilkan perangkat pembelajaran dengan strategi IDEAL Problem Solving
bermuatan pendidikan karakter yang valid dan efektif. Siswa yang mengikuti
pembelajaran strategi IDEAL Problem Solving bermuatan pendidikan karakter
mencapai ketuntasan belajar. Kemampuan pemecahan masalah siswa di kelas
yang menggunakan strategi IDEAL Problem Solving bermuatan pendidikan
karakter lebih baik daripada kelas yang menggunakan pembelajaran ekspositori
dengan kelompok belajar konvensional. Aktivitas dan motivasi belajar siswa
secara bersama-sama berpengaruh positif terhadap kemampuan pemecahan
masalah siswa di kelas yang menggunakan strategi IDEAL Problem Solving
bermuatan pendidikan karakter. Selain itu Siregar (2011) salah satu hasil

14

penelitiannya adalah menghasilkan perangkat pembelajaran berbasis masalah
yang valid.
Hasil penelitian yang lain yaitu dilakukan oleh Yuslinawati (2012) bahwa
salah satu hasil penelitiannya ialah respon siswa terhadap komponen dan proses
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw yang menggunakan software autograph
adalah positif, dan proses jawaban siswa pada pembelajaran kooperatif tipe jigsaw
lebih bervariasi daripada proses jawaban siswa pada pembelajaran secara
konvensional.
Berbagai masalah yang telah dijelaskan sebelumnya, maka dibutuhkan
solusi pembelajaran yang dapat menyelesaikan semua permasalahan yang
dihadapi. Salah satunya adalah dengan pengembangan perangkat pembelajaran.
Perangkat

pembelajaran yang digunakan selayaknya dapat membantu sistem

pembelajaran kita saat ini terutama bagi guru dan siswa. Guru haruslah dapat
menciptakan suasana belajar yang mampu mengeksplorasi kemampuan yang
dimiliki siswanya ke kehidupan nyatanya. Agar tujuan pembelajaran mencapai
sasaran dengan baik, disamping perlu adanya pemilihan metode dan strategi
pembelajaran yang sesuai, juga diperlukan adanya pengembangan perangkat
pembelajaran yang sesuai pula dengan metode dan strategi pembelajaran yang
digunakan. Selain itu diperlukan teori belajar yang mendukung terlaksananya
perangkat yang telah dibuat, dalam kesempatan ini peneliti ingin menerapkan
teori belajar Bruner untuk pencapai materi yang akan dikembangkan. Teori ini
sangat mendukung tuntutan kurikulum 2013 yang kita terapkan saat ini yaitu
mengenai penemua yang mementingkan stuktur pengetahuan. Bruner (Dahar,
2011:79) menyarankan agar siswa-siswa hendaknya belajar melalui partisipasi

15

secara aktif dengan konsep dan prinsip-prinsip agar mereka dianjurkan untuk
memperoleh

pengalaman

dan

melakukan

eksperimen-eksperimen

yang

mengizinkan mereka untuk menemukan prinsip-prinsip itu sendiri. Bruner (Dahar,
2011:78) memiliki tiga cara penyejian yaitu: enaktif (melalui tindakan), ikonik
(pikiran internal) dan simbolis (menggunakan kata-kata atau bahasa).
Dari dasar-dasar tersebut, peneliti tertarik untuk mengembangkan suatu
perangkat pembelajaran. Dalam hal ini peneliti mengajukan sebuah studi dengan
judul “pengembangan perangkat pembelajaran melalui model pembelajaran
kooperatif tipe jigsaw untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematik
siswa di SMP kelas VIII”.

1.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, beberapa masalah dapat
diidentifikasi sebagai berikut:
1. Kurang efektif perangkat pembelajaran melalui pembelajaran kooperatif tipe
jigsaw dalam meningkatkan kemampuan komunikasi matematik siswa
2. Kemampuan komunikasi matematik siswa masih rendah
3. Guru tidak pernah mengembangkan perangkat pembelajaran melalui model
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw
4. Kurang efektif guru dan siswa dalam menerapkan perangkat pembelajaran
melalui model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw di SMP
5. Penggunaan perangkat pembelajaran yang tidak tepat dengan karakteristik
materi pelajaran dan metode mengajar, atau pendekatan yang kurang
bervariasi
6. Kurangnya respon siswa belajar matematika.

16

1.3. Pembatasan Masalah
Masalah yang teridentifikasi di atas merupakan masalah yang cukup luas
dan kompleks, agar penelitian ini lebih fokus dan mencapai tujuan, maka penulis
membatasi masalah pada:
1. Pengembangan

perangkat

pembelajaran

melalui

model

pembelajaran

kooperatif tipe jigsaw dalam meningkatkan kemampuan komunikasi
matematik siswa
2. Efektivitas perangkat pembelajaran melalui model pembelajaran kooperatif
tipe jigsaw dalam meningkatkan kemampuan komunikasi matematik siswa
3. Peningkatan kemampuan komunikasi matematik siswa

menggunakan

perangkat pembelajaran melalui model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw

1.4. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah, identifikasi masalah,
pembatasan masalah maka rumusan masalah yang dikemukakan pada penelitian
ini adalah:
1. Bagaimana

pengembangan

perangkat

pembelajaran

melalui

model

pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dalam meningkatkan kemampuan
komunikasi matematik siswa?
2. Bagaimana efektivitas perangkat pembelajaran melalui model pembelajaran
kooperatif tipe jigsaw dalam meningkatkan kemampuan komunikasi
matematik siswa?
3. Bagaimana
menggunakan

peningkatan
perangkat

kemampuan
pembelajaran

komunikasi
melalui

matematik

model

siswa

pembelajaran

kooperatif tipe jigsaw dibandingkan dengan pembelajaran biasa?

17

1.5. Tujuan Penelitian
Penelitian ini secara umum bertujuan untuk menghasilkan perangkat
pembelajaran melalui model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw di SMP kelas
VIII. Sedangkan secara khusus, penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui proses mengembangkan perangkat pembelajaran melalui model
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dalam meningkatkan kemampuan
komunikasi matematik siswa
2. Mengetahui efektivitas perangkat pembelajaran melalui model pembelajaran
kooperatif tipe jigsaw dalam meningkatkan kemampuan komunikasi
matematik siswa
3. Mengetahui peningkatan kemampuan komunikasi matematik siswa melalui
perangkat

pembelajaran model pembelajaran

kooperatif

tipe

jigsaw

dibandingkan dengan pembelajaran biasa

1.6. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan menghasilkan temuan-temuan yang merupakan
masukan berarti bagi pembaharuan kegiatan pembelajaran

yang dapat

memberikan suasana baru dalam memperbaiki cara guru mengajar di kelas.
Manfaat yang mungkin diperoleh antara lain:
1. Menghasilkan produk berupa perangkat pembelajaran matematika
2. Dapat meningkatkan efektivitas perangkat pembelajaran matematika siswa
3. Memberikan informasi bagi guru matematika dalam menentukan alternatif
pendekatan pembelajaran matematika

18

4. Bagi kepala sekolah, dapat menjadi pertimbangan kepada tenaga edukatif
untuk menerapkan perangkat pembe

Dokumen yang terkait

Penerapan model pembelajaran kooperatif Tipi Inside-outside circle untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematika siswa (penelitian tindakan kelas di MTSN Tangerang 11 Pamulang)

4 20 61

Upaya meningkatkan hasil belajar siswa melalui model pembelajaran kooperatif tipe Stad (Student Teams Achievement Division) pada pembelajaran IPS kelas IV MI Miftahul Khair Tangerang

0 13 0

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIKA SISWA DI KELAS VIII SMP NEGERI 43 MEDAN T.A 2015/2016.

0 12 36

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN PENALARAN MATEMATIKA SISWA KELAS X SMA SWASTA TELADAN CINTA DAMAI.

0 6 32

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR GEOMETRI BERBASIS KONSTRUKTIVISME UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIK SISWA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF JIGSAW DI KELAS VIII SMP NEGERI 3 PADANGSIDIMPUAN.

1 11 41

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN DAN PENILAIAN OTENTIK BERBASIS PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH SISWA SMA/MA.

0 2 51

PERBEDAAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIK SISWA YANG BELAJAR DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TPS DAN PEMBELAJARAN KONVENSIONAL DI KELAS VIII SMP PRIMBANA MEDAN.

0 5 23

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KNISLEY UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIK SISWA SMP.

8 39 53

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THE LEARNING CELL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIK PADA SISWA SMP.

0 1 44

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN GEOMETRI MELALUI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DENGAN SETING PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT (NUMBER HEAD TOGETHER) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN SISWA SMP KELAS VII.

0 0 402