PERAN KEPOLISIAN DALAM MENCEGAH DAN MENANGGULANGI TINDAK KEKERASAN GENG MOTOR DI KOTA CIREBON.

(1)

No. Daftar FPIPS : 1867/UN.40.2.2/PL/2013

PERAN KEPOLISIAN DALAM MENCEGAH DAN MENANGGULANGI TINDAK KEKERASAN GENG MOTOR DI KOTA CIREBON

(Studi Deskriptif Analitis di Wilayah Polres Kota Cirebon)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan

Oleh

Tia Fitriani (0901064)

JURUSAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2013


(2)

Tia Fitriani, 2013

PERAN KEPOLISIAN DALAM MENCEGAH DAN MENANGGULANGI TINDAK KEKERASAN GENG MOTOR DI KOTA CIREBON

(Studi Deskriptif Analitis di Wilayah Polres Kota Cirebon)

Oleh Tia Fitriani

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

© Tia Fitriani 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Oktober 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Tia Fitriani

PERAN KEPOLISIAN DALAM MENCEGAH DAN MENANGGULANGI TINDAK KEKERASAN GENG MOTOR DI KOTA CIREBON

(Studi Deskriptif Analitis di Wilayah Polres Kota Cirebon)

Disetujui dan Disahkan Oleh: Pembimbing I

Dr. Cecep Darmawan, S.Pd. S.IP. M. Si NIP 196909291994021001

Pembimbing II

Dra. Iim Siti Masyitoh, M.Si NIP 196201021986082001

Mengetahui,

Ketua Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan

Prof. Dr. H. Sapriya, M. Ed. NIP. 19630820 198803 1 001


(4)

Tia Fitriani, 2013

Skripsi ini telah diuji pada :

Hari, Tanggal : Rabu, 30 Oktober 2013

Tempat : Gedung FPIPS UPI Bandung

Panitia ujian terdiri dari :

1. Ketua :

Prof. Dr. H. Karim Suryadi, M.Si. NIP. 19700814 199402 1 001

2. Sekretaris :

Prof. Dr. H. Sapriya, M. Ed. NIP. 19630820 198803 1 001

3. Penguji : 3.1

Prof. Dr. H. Karim Suryadi, M.Si. NIP. 19700814 199402 1 001

3.2

Dr. Dadang Sundawa, M.Pd. NIP. 19600515 198803 1 002 3.3

Dr. Prayoga Bestari, M.Si. NIP. 1975414 200501 1 001


(5)

ABSTRAK

PERAN KEPOLISIAN DALAM MENCEGAH DAN MENANGGULANGI TINDAK KEKERASAN GENG MOTOR DI KOTA CIREBON

Latar belakang penelitian ini yaitu maraknya tindak kekerasan yang dilakukan geng motor di Kota Cirebon yang meresahkan masyarakat. Diasumsikan bahwa kepolisian belum maksimal dalam menjalankan perannya untuk bertugas memberi keamanan di masyarakat. Padahal kepolisian merupakan sebuah organ penting yang mempunyai tugas sebagai pemelihara keamanan dan ketertiban masyarakat. Penelitian ini didasarkan pada enam rumusan masalah yaitu 1. “Apa latar belakang terjadinya kekerasan yang dilakukan oleh anggota geng motor” 2. “Jenis-jenis kasus apa saja yang ditangani kepolisian akibat dari perbuatan geng motor” 3. “Apa upaya yang sudah dilakukan oleh kepolisian dalam mencegah tindak kekerasan geng motor di Kota Cirebon” 4. “Apa upaya yang sudah dilakukan oleh kepolisian dalam menanggulangi tindak kekerasan geng motor di Kota Cirebon” 5. Apa kendala yang dihadapi kepolisian dalam mencegah dan menanggulangi tindak kekerasan geng motor di Kota Cirebon” 6. “Cara apakah yang dilakukan dalam mengatasi kendala yang dihadapi oleh kepolisian dalam mencegah dan menanggulangi tindak kekerasan geng motor di Kota Cirebon”. Tindak kekerasan yang dilakukan oleh geng motor merupakan salah satu contoh dari perilaku kenakalan remaja (juvenile delinquency). Kusumanto (Willis, 2010: 89) menyatakan “kenakalan anak dan remaja adalah tingkah laku individu yang bertentangan dengan syarat-syarat dan pendapat umum yang dianggap acceptable dan baik oleh suatu lingkungan atau hukum yang berlaku di suatu masyarakat”. Dari teori tersebut, perlu adanya penanganan serius untuk meminimalisir tindak kenakalan remaja, karena dikhawatirkan akan menjadi suatu kewajaran di kalangan remaja yang merupakan penerus bangsa. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif, metode deskriptif. Teknik pengumpulan data berupa dari hasil observasi, wawancara, dan studi dokumentasi. Berdasarkan hasi penelitian, terungkap bahwa: 1. Geng motor melakukan tindak kekerasan karena adanya sikap merasa paling berkuasa. 2. Kasus yang sering ditimbulkan geng motor yaitu perang antargeng, pengrusakan fasilitas umum, penjambretan, pembunuhan. 3. Upaya pencegahan yang dilakukan kepolisian yaitu melakukan patroli dan penyuluhan. 4. Upaya penanggulangan yang dilakukan kepolisian, dengan menjerat para geng motor pelaku tindak kejahatan sesuai dengan hukum yang berlaku. 5. Kendala yang dihadapi oleh kepolisian yaitu adanya oknum polisi nakal, peran orangtua yang belum maksimal, serta lingkungan sosial tempat anggota geng motor itu tinggal. 6. Dalam mengatasi kendala, kepolisian melakukan kerjasama dengan pihak dari orangtua, masyarakat, serta kerjasama dengan klub-klub motor.


(6)

Tia Fitriani, 2013

ABSTRACT

POLICE ROLE IN PREVENTING AND COMBATING MOTORCYCLE GANG VIOLENCE IN CIREBON CITY

The background of this research is the rampant acts of violence committed in the city of Cirebon motorcycle gangs plaguing the society. It is assumed that the police have not been up for duty in their role in providing security in the community. Though the police is an important organ that has the task of custodian of public order and safety. The study was based on six formulation of the problem, namely 1. "What is the background of the violence perpetrated by members of the motorcycle gang" 2. "The types of cases handled by the police any action as a result of the motorcycle gang" 3. "What efforts have been made by the police in preventing motorcycle gang violence in the city of Cirebon" 4. "What efforts have been made by the police in tackling violent motorcycle gang in the city of Cirebon" 5. “What are the constraints faced by the police in preventing and combating violence motorcycle gang in the city of Cirebon" 6. "How is that done in overcoming the obstacles faced by the police in preventing and combating violence motorcycle gang in the city of Cirebon".

Violence perpetrated by motorcycle gangs is one example of the behavior of juvenile delinquency (juvenile delinquency). Kusumanto (Willis, 2010: 89) states "juvenile delinquency and individual behavior that is contrary to the terms and public opinion are considered acceptable and well by an environmental or applicable law in a society". From this theory, the need for serious attention to minimize acts of juvenile delinquency, because it was feared would be a fairness among teenagers which is the successor of the nation. The approach used in this study is qualitative, descriptive method. Data collection techniques in the form of observation, interviews, and documentation studies.

Based on the results of the study revealed that: 1. Motorcycle gangs commit acts of violence because of the attitude of the most powerful feeling. 2. Cases are often caused by a motorcycle gang that gang wars, destruction of public facilities, mugging, murder. 3. Prevention efforts are made police patrols and counseling. 4. Prevention efforts by the police, the motorcycle gang ensnare the perpetrators of crimes in accordance with applicable law. 5. Constraints faced by the police namely the police naughty, the role of parents is not maximized, and the social environment where members of the motorcycle gang was staying. 6. In overcoming obstacles, police cooperation with the parents, the community, as well as cooperation with motorcycle clubs.


(7)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

UCAPAN TERIMA KASIH ... iii

ABSTRAK ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Struktur Organisasi Skripsi ... 7

BAB II LANDASAN TEORITIS ... 10

A. Peran Kepolisian Negara Republik Indonesia ... 10

1. Pengertian Kepolisian ... 10

2. Fungsi dan Tugas Kepolisian ... 11

3. Wewenang Kepolisian ... 12

B. Peran Pendidikan Kewarganegaraan dalam Membentuk Warga Negara yang Baik dan Cerdas ... 12

1. Definisi Pendidikan Kewarganegaraan ... 12

2. Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan ... 13

3. Kaitan Pendidikan Kewarganegaraan dengan Peran Kepolisian ... 14

C. Perilaku Sosial Individu Dalam Kelompok ... 14

1. Ciri Utama Kelompok ... 15

2. Kelompok Primer dan Kelompok Sekunder ... 16

D. Geng Motor sebagai Salah Satu Tindak Kenakalan Remaja ... 17

1. Pengertian Geng Motor dan Karakteristik Geng ... 17

2. Kenakalan Remaja ... 19

3. Kenakalan Remaja dari Sudut Pandang Kriminologi ... 23

4. Kenakalan Remaja dari Sudut Pandang Nilai Moral ... 26

5. Kenakalan Remaja dari Sudut Pandang Hukum Pidana ... 28

E. Kenakakan Remaja sebagai Salah Satu contoh Perilaku Menyimpang ... 30

1. Pengertian Perilaku Menyimpang ... 30

2. Hal-hal yang Menyebabkan Penyimpangan Perilaku ... 31

3. Bentuk-bentuk Penyimpangan Perilaku ... 31

4. Penggolongan Perilaku Menyimpang ... 33


(8)

Tia Fitriani, 2013

F. Upaya-upaya Meminimalisir Tindak Kenakalan Remaja ... 35

1. Upaya Preventif ... 35

2. Upaya Kuratif ... 37

3. Upaya Pembinaan ... 38

G. Penelitian Terdahulu ... 39

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 41

A. Pendekatan Penelitian dan Metode Penelitian ... 41

1. Pendekatan Penelitian ... 41

2. Metode Penelitian... 42

B. Lokasi Penelitian dan Subjek Penelitian ... 42

1. Lokasi Penelitian. ... 42

2. Subjek Penelitian . ... 43

C. Tahap-tahap Penelitian ... 43

1. Tahap Pra Penelitian... 43

2. Tahap Persiapan Penelitian ... 43

3. Tahap Perizinan Penelitian ... 44

4. Tahap Pelaksanaan Penelitian ... 44

D. Teknik Pengumpulan Data ... 45

1. Observasi ... 45

2. Wawancara ... 46

3. Studi Dokumentasi ... 47

E. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ... 47

1. Reduksi Data (Data Reduction) ... 48

2. Penyajian Data (Data Display) ... 48

3. Penarikan Simpulan dan Verifikasi (Conclusion Drawing and Verification) ... 48

F. Paradigma Penelitian ... 49

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 51

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 51

1. Sejarah Polres Cirebon Kota ... 51

2. Profil, Visi Misi, Struktur Organisasi, dan Wilayah Hukum Polres Cirebon Kota ... 52

B. Deskripsi Hasil Penelitian ... 56

1. Latar Belakang Terjadinya Kekerasan yang Dilakukan oleh Anggota Geng Motor ... 57

2. Jenis-jenis Kasus yang Ditangani Kepolisian Akibat dari Perbuatan Geng Motor... 60

3. Upaya yang Sudah Dilakukan oleh Kepolisian dalam Mencegah Tindak Kekerasan Geng Motor di Kota Cirebon .. 63

4. Upaya yang Sudah Dilakukan oleh Kepolisian dalam Menanggulangi Tindak Kekerasan Geng Motor di Kota Cirebon ... 66


(9)

5. Kendala yang Dihadapi Kepolisian dalam Mencegah dan Menanggulangi Tindak Kekerasan Geng Motor di Kota

Cirebon ... 69

6. Cara yang Dilakukan untuk Mengatasi Kendala yang Dihadapi oleh Kepolisian dalam Mencegah dan Menanggulangi Tindak Kekerasan Geng Motor di Kota Cirebon ... 73

C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 76

1. Latar Belakang Terjadinya Kekerasan yang Dilakukan oleh Anggota Geng Motor ... 77

2. Jenis-jenis Kasus yang Ditangani Kepolisian Akibat dari Perbuatan Geng Motor... 81

3. Upaya yang Sudah Dilakukan oleh Kepolisian dalam Mencegah Tindak Kekerasan Geng Motor di Kota Cirebon .. 85

4. Upaya yang Sudah Dilakukan oleh Kepolisian dalam Menanggulangi Tindak Kekerasan Geng Motor di Kota Cirebon ... 87

5. Kendala yang Dihadapi Kepolisian dalam Mencegah dan Menanggulangi Tindak Kekerasan Geng Motor di Kota Cirebon ... 91

6. Cara yang Dilakukan untuk Mengatasi Kendala yang Dihadapi oleh Kepolisian dalam Mencegah dan Menanggulangi Tindak Kekerasan Geng Motor di Kota Cirebon ... 93

D. Temuan Lapangan ... 97

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 99

A. Kesimpulan ... 99

B. Saran ... 101

DAFTAR PUSTAKA ... 104 LAMPIRAN-LAMPIRAN


(10)

Tia Fitriani, 2013

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Paradigma Penelitian...50 Tabel 4.1 Triangulasi Data Hasil Penelitian mengenai Latar Belakang

Terjadinya Kekerasan yang Dilakukan oleh Anggota Geng Motor ...

59

Tabel 4.2 Triangulasi Data Hasil Penelitian mengenai Jenis-jenis Kasus

yang Ditangani Kepolisian Akibat dari Perbuatan Geng Motor ...62 Tabel 4.3 Triangulasi Data Hasil Penelitian mengenai Upaya yang

Sudah Dilakukan oleh Kepolisian dalam Mencegah Tindak

Kekerasan Geng Motor di Kota Cirebon ...65 Tabel 4.4 Triangulasi Data Hasil Penelitian mengenai Upaya yang

Sudah Dilakukan oleh Kepolisian dalam Menanggulangi

Tindak Kekerasan Geng Motor di Kota Cirebon ...68 Tabel 4.5 Triangulasi Data Hasil Penelitian mengenai Kendala yang

Dihadapi Kepolisian dalam Mencegah dan Menanggulangi

Tindak Kekerasan Geng Motor di Kota Cirebon ...72 Tabel 4.6 Triangulasi Data Hasil Penelitian mengenai Cara yang

Dilakukan untuk Mengatasi Kendala yang Dihadapi oleh Kepolisian dalam Mencegah dan Menanggulangi Tindak


(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Struktur Organisasi Polres... 54 Gambar 4.2 Peta Rawan Kriminalitas Wilayah Hukum Polres Cirebon


(12)

Tia Fitriani, 2013

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Suatu negara tanpa memiliki aparat yang melaksanakan fungsi keamanan dan ketertiban masyarakat, maka negara tersebut tidak akan mampu bertahan lama, karena pelanggaran hukum akan semakin leluasa dan akhirnya bisa runtuh. Kepolisian merupakan alat negara di bidang keamanan dan ketertiban masyarakat yang mempunyai peran penting dalam suatu negara. Dengan adanya lembaga kepolisian akan memberikan rasa aman, nyaman, tentram bagi masyarakatnya, sebab dilihat dari fungsi kepolisian menurut Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara yang tercantum pada Pasal 2, bahwa: “fungsi kepolisian adalah salah satu fungsi pemerintahan negara di bidang pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat, penegak hukum, perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat”.

Dalam melaksanakan peran dan fungsinya, tentunya kepolisian mempunyai tugas-tugas pokok, seperti yang tercantum dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002, bahwa tugas kepolisian adalah: a. memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, b. menegakkan hukum, c. memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat.

Dari uraian di atas mengenai peran, fungsi, tujuan dan tugas Kepolisian menurut Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian, dapat disimpulkan bahwa Kepolisian merupakan alat negara yang berfungsi untuk memberi perlindungan terhadap warga negara dengan tujuan menciptakan rasa aman, nyaman dan tentram dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Dalam mewujudkan rasa aman, nyaman dan tentram bagi warga negaranya, tentunya salah satu tugas kepolisian yang paling utama adalah


(13)

2

mengatasi tindak kejahatan yang terjadi di masyarakat. Tindak Kejahatan atau sering disebut juga sebagai tindakan kriminal tidak pernah luput dari masa ke masa, selalu beriringan dengan kehidupan masyarakat seiring berjalannya waktu. Menurut Soedjono dan Simanjuntak (Budimansyah, 2009: 26) merumuskan bahwa “Kejahatan adalah perbuatan yang merugikan dan menjengkelkan dan yang dianggap tak boleh dibiarkan oleh masyarakat atau negara”.

Tindakan kejahatan, dewasa ini hampir setiap hari terjadi di lingkungan masyarakat. Tidak hanya itu, yang lebih mencengangkan adalah perbuatan kriminal tersebut semakin kejam, bahkan ada yang hanya karena alasan sepele dan tidak masuk diakal. Tindakan kriminal yang terjadi sering kali pelakunya tidak mencerminkan sikap sebagai manusia seutuhnya yang mempunyai hati nurani. Adapun pelaku tindak kejahatan tersebut tidak hanya dilakukan oleh orang dewasa saja, namun ada juga kalangan remaja sebagai pelakunya.

Tindakan kriminal yang dilakukan oleh para remaja ada yang dilakukan seorang diri bahkan ada juga yang dilakukan secara berkelompok, misalnya saja kasus geng Nero yang terdiri dari sekelompok remaja wanita dan melakukan penganiayaan ketika melantik anggota baru. Selain itu yang paling sering di perbincangkan dan membuat keresahan di masyarakat yaitu adanya geng motor yang terdiri dari sekelompok remaja yang sebagian besar merupakan laki-laki dan melakukan aksinya di jalanan menggunakan sepeda motor. Aksi mereka disini bukanlah sesuatu hal yang positif dimana mereka sering melakukan kebut-kebutan, perang antar geng motor yang melakukan tindak kekerasan dan selalu memakan korban baik itu hanya luka ringan bahkan hingga ada yang meninggal dan tidak jarang korbannya tersebut bukanlah musuh anggota geng motor tersebut namun masyarakat biasa.

Contoh kasus geng motor yang terjadi baru-baru ini terjadi di Kota Cirebon yaitu adanya kawanan geng motor yang merusak rumah warga yang bernama Jayadi (46 tahun), warga jalan Raya Pilang, Kecamatan Kejaksan, Kota Cirebon, pada hari Minggu (22/7) dini hari, tanpa adanya alasan yang jelas


(14)

3

Tia Fitriani, 2013

penyebab geng motor merusak rumahnya. Serangan tersebut mengakibatkan rumah dan warung miliknya mengalami kerusakan. (Cirebon News Online, 2012: Juli 23)

Menurut Data Indonesian Police Watch (IPW) yang diambil dari bahwa sedikitnya 60 orang tewas setiap tahunnya akibat kekerasan yang dilakukan geng motor. Data yang dimiliki IPW, pada tahun 2009 sebanyak 68 orang tewas di arena balapan liar, tahun 2010 sebanyak 62 orang tewas, dan tahun 2011 ada 65 nyawa melayang. Ketua IPW Neta S. Pane menjelaskan bahwa “banyaknya korban, baik akibat kecelakaan maupun pengeroyokan”. (Lensa Indonesia Online, 2012: April 15)

Di Kota Cirebon, geng motor sendiri sudah dibubarkan oleh Kepolisian, namun pembubaran tersebut hanyalah bersifat sementara. Seperti yang dikatakan oleh KOMPOL Suparman, SH., mantan Kapolsek Cirebon Kota Utara Barat Polres Cirebon Kota, yang sekarang menjadi Komisaris Polisi Kasubag Operasional Dipol Air Polda Jabar yang diwawancara melalui telepon seluler mengatakan bahwa:

Keberadaan geng motor pada tahun 2009 mulai mengalami penurunan, hal ini disebabkan karena adanya pembubaran massal anggota geng motor dari pihak kepolisian. Namun pada pertengahan tahun 2011, keberadaan geng motor mulai tergabung lagi. Alasan mengenai kembali tergabungnya geng motor tersebut belum dapat dipastikan, namun dari dugaan sementara pihak kepolisian mengira bahwa adanya perintah dari atasan mereka untuk segera bergabung kembali.

Hal ini tentunya menimbulkan kekhawatiran dan sangat meresahkan masyarakat dimana dengan keberadaan geng motor tersebut bisa mengancam nyawa seseorang. Keresahan yang timbul dimasyarakat akibat keberadaan geng motor merupakan salah satu contoh bahwa fungsi dan tujuan dari kepolisian tersebut belum sepenuhnya tercapai. Oleh karena itu, peneliti merasa tertatik untuk mengkaji lebih jauh tentang peran kepolisian dalam memberantas tindak kekerasan geng motor tersebut.


(15)

4

Adapun kaitannya penelitian tersebut dengan Pendidikan Kewarganegaraan, bahwa tujuan dari kepolisian adalah untuk memberikan pembinaan kepada warga negaranya yang telah menyimpang dari norma dan aturan yang berlaku agar menjadi manusia yang lebih baik. Sama halnya dengan Pendidikan Kewarganegaraan yang bertujuan untuk membentuk warga negara yang baik, warga negara yang kreatif, warga negara yang bertanggungjawab, warga negara yang cerdas, warga negara yang kritis, dan warga negara yang partisipatif. Selain itu penelitian ini juga berkaitan dengan mata kuliah Hak Asasi Manusia, mata kuliah Kriminologi, mata kuliah Pendidikan Nilai dan Moral, dan mata kuliah Hukum Pidana.

Kaitan antara kepolisian dengan mata kuliah Hak Asasi Manusia, yaitu dalam melaksanakan peran dan fungsinya untuk mengayomi masyarakat, kepolisian harus menjunjung tinggi hak asasi manusia. Kaitan antara kepolisian dengan mata kuliah Kriminologi, yaitu Kriminologi merupakan ilmu yang mempelajari tindak kejahatan, sedangkan yang berperan untuk mengatasi kejahatan adalah kepolisian. Kaitannya dengan mata kuliah Pendidikan Nilai dan Moral, yaitu Pendidikan Nilai dan Moral adalah suatu ilmu yang bertujuan untuk menanamkan nilai dan moral dalam kehidupan bermasyarakat, sedangkan kepolisian bertugas untuk menegakkan nilai dan moral agar dipatuhi oleh masyarakat. Kaitan antara kepolisian dengan Hukum Pidana, yaitu Hukum Pidana adalah suatu ilmu yang mempelajari perkara kejahatan yang terjadi di masyarakat dan diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, sedangkan kepolisian bertugas untuk menegakkan aturan-aturan yang ada dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana.

Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti merasa tertarik untuk mengkaji lebih jauh tentang permasalahan yang berkaitan dengan upaya kepolisian dalam mengatasi tindak kekerasan geng motor dalam penyusunan skripsi yang berjudul “PERAN KEPOLISIAN DALAM MENCEGAH DAN MENANGGULANGI TINDAK KEKERASAN GENG MOTOR DI KOTA


(16)

5

Tia Fitriani, 2013

sudut pandang Pendidikan Kewarganegaraan, peneliti lebih memfokuskan penelitian ini mengenai penanggulangan yang dilakukan oleh pihak kepolisian mengenai tindak kekerasan yang dilakukan oleh para geng motor, dalam tujuannya untuk menjadikan warga negara yang baik.

B. Rumusan Masalah

Semakin maraknya tindak kekerasan geng motor yang tidak hanya mencelakakan anggota geng motor saja tetapi mengancam keselamatan masyarakat setempat, tentu menimbulkan keresahan di lingkungan masyarakat. Dari permasalahan tersebut, rumusan masalah yang dapat diambil yaitu bagaimana peran kepolisian dalam menanggulangi tindak kekerasan di Kota Cirebon.

Mengingat luasnya masalah yang terdapat dalam penelitian ini, maka peneliti perlu untuk membatasi ruang lingkup kajian permasalahannya dengan merumuskan sub pokok yang berbentuk pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:

1. Apa latar belakang terjadinya kekerasan yang dilakukan oleh anggota geng motor?

2. Jenis-jenis kasus apa saja yang ditangani kepolisian akibat dari perbuatan geng motor?

3. Apa upaya yang sudah dilakukan oleh kepolisian dalam mencegah tindak kekerasan geng motor di Kota Cirebon?

4. Apa upaya yang sudah dilakukan oleh kepolisian dalam menanggulangi tindak kekerasan geng motor di Kota Cirebon?

5. Apa kendala yang dihadapi kepolisian dalam mencegah dan menanggulangi tindak kekerasan geng motor di Kota Cirebon?

6. Cara apakah yang dilakukan dalam mengatasi kendala yang dihadapi oleh kepolisian dalam mencegah dan menanggulangi tindak kekerasan geng motor di Kota Cirebon?


(17)

6

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dilakukannya penelitian mengenai penyebab dan penanggulangan tindak kekerasan geng motor secara umum yaitu untuk memberikan informasi kepada pembaca dalam meminimalisir tindak kekerasan yang dilakukan oleh geng motor. Adapun tujuan spesifik yang hendak dicapai dari penelitian ini, antara lain dapat:

a. Mengetahui apa saja yang menjadi latar belakang geng motor melakukan tindak kekerasan.

b. Mengetahui jenis-jenis kasus apa saja yang ditangani kepolisian akibat perbuatan geng motor.

c. Mengetahui apa saja upaya-upaya yang sudah dilakukan kepolisian dalam mencegah tindak kekerasan geng motor di kota Cirebon.

d. Mengetahui apa saja upaya-upaya yang sudah dilakukan kepolisian dalam menanggulangi tindak kekerasan geng motor di kota Cirebon. e. Mengetahui kendala apa saja yang dihadapi kepolisian dalam

mencegah dan menanggulangi tindak kekerasan geng motor di kota Cirebon.

f. Menganalisa bagaimana cara kepolisian mengatasi kendala yang dihadapi dalam mencegah dan menanggulangi tindak kekerasan geng motor di kota Cirebon.

D. Manfaat Penelitian

Selain tujuan yang hendak dicapai di atas, penelitian ini juga memiliki manfaat. Adapun manfaat diadakannya penelitian ini, antara lain :

1. Secara teoritis, untuk memberikan pengetahuan kepada peneliti secara lebih mendalam mengenai pencegahan dan penanggulangan yang dilakukan oleh kepolisian terhadap tindak kekerasan yang dilakukan geng motor.


(18)

7

Tia Fitriani, 2013

2. Secara praktis, untuk memberikan informasi kepada mahasiswa mengenai pencegahan dan penanggulangan oleh kepolisian terhadap tindak kekerasan yang dilakukan geng motor.

3. Dari segi kebijakan, sebagai salah satu acuan dalam pembuatan peraturan mengenai geng khususnya geng motor.

4. Dari segi isu dan aksi sosial, sebagai salah satu acuan untuk masyarakat agar lebih waspada terhadap tindak kekerasan geng motor.

E. Struktur Organisasi Skripsi BAB I Pendahuluan

Dalam bab ini menjelaskan tentang latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, asumsi dasar, penjelasan mengenai metodologi penelitian, serta struktur organisasi skripsi.

BAB II Landasan Teoritis

Landasan teoritis merupakan teori-teori dasar yang dipakai dalam penelitian guna untuk mengkaji masalah-masalah yang diteliti. Teori-teori yang diambil pada bab ini tentunya teori yang berhubungan dengan peran kepolisian dalam mencegah dan menanggulangi tindak kekerasan geng motor.

BAB III Metodologi Penelitian

Bab ini menjelaskan pendekatan penelitian dan metode penelitian yang akan di pakai, lokasi dan subyek penelitian, teknik pengumpulan data yang akan dipakai, tahap-tahap penelitian, teknik pengolahan dan reduksi data, serta paradigma penelitian.

BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

Pada bab ini mendeskripsikan tentang hasil temuan-temuan penelitian yang didapat dengan sejumlah komentar terbatas. Kemudian akan dibahas dan dikaji, hal ini dilakukan melalui serangkaian butir gagasan yang sebagian merujuk kembali kepada pertanyaan-pertanyaan yang dibuat pada bagian pendahuluan.


(19)

8

BAB V Penutup

Pada bab ini berisikan kesimpulan-kesimpulan dari keseluruhan hasil penelitian yang merujuk pada rumusan masalah dalam bagian pendahuluan, namun disajikan secara garis-garis besarnya saja. Kemudian ditutup dengan saran dari peneliti sebagai acuan bagi penelitian selanjutnya.


(20)

Tia Fitriani, 2013

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian dan Metode Penelitian 1. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif karena sifat data yang dikumpulkan bercorak kualitatif yaitu penelitiannya tidak menggunakan alat-alat pengukur seperti yang terdapat dalam pendekatan kuantitatif. Data yang diperoleh dalam penelitian ini pada umumnya berasal dari persepsi, tindakan, maupun perilaku dari apa yang dialami oleh subjek penelitian berkaitan dengan model pembelajaran studi kasus dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa yang kemudian dideskripsikan dalam bentuk kata-kata. Hal ini sesuai dengan pengertian dari penelitian kualitatif yang diungkapkan oleh Moleong (2007: 6) sebagai berikut:

Pendekatan kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan secara holistik dan dengan cara deskriptif dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu konteks khusus yang alamiah.

Beda halnya dengan pendapat Danial (2009: 60) mendefinisikan kualitatif sebagai berikut:

Pendekatan kualitatif adalah pendekatan yang menyatakan bahwa ilmu tidak terbatas pada yang empirik, sensual, konkrit saja, tetapi meliputi keseluruhan objek kajian. Seperti keyakinan, pemikiran, kemauan, persepsi suatu subjek tentang suatu di luar subjek, yang utuh tidak dapat dipisahkan, karena bisa jadi akan mengurangi esensi kajian itu, jika dipisahkan atau tidak dibahas secara utuh.

Berdasarkan pendapat di atas, peneliti memandang bahwa pendekatan kualitatif sangat tepat untuk digunakan dalam penelitian yang peneliti lakukan,


(21)

42

karena permasalahan tentang kepolisian dalam penanggulangan dan pembinaan tindak kekerasan geng motor yang akan diteliti memerlukan pengamatan dan penelitian secara mendalam.

2. Metode Penelitian

Metode penelitian yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif, yakni prosedur yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis maupun lisan dari orang dan perilaku yang dapat diamati. Penelitian kualitatif bersifat natural atau wajar karena situasi lapangan penelitian sebagaimana adanya, tanpa dimanipulasi. Menurut Denzin dan linclon (Moleong, 2007: 5):

Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang menggunakan latar alamiah,dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan jalan melibatkan berbagai metoda yang ada. Penelitian Kualitatif bertujuan mempertahankan bentuk dan isi perilaku manusia dan menganalisis kualitas-kualitasnya.

Melalui penggunaan metode kualitatif dapat membuktikan keakuratan penelitian ini atau lebih intensif karena metode penelitian ini bersifat natural atau tidak dimanipulasi, sehingga kebenarannya dapat dipertanggungjawabkan.

B. Lokasi Penelitian dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah tempat yang akan diambil dalam sebuah penelitian. Lokasi penelitian yang diambil untuk penelitian ini dilakukan di beberapa tempat, tempat yang utama adalah di Kantor Kepolisian Resor Cirebon Kota tepatnya di Jalan Veteran Nomor 5 Kota Cirebon dalam halnya mencari informasi dan juga data mengenai peran kepolisian dalam mencegah dan menanggulangi tindak kekerasan yang dilakukan oleh geng motor. Lokasi berikutnya dilakukan secara random dan yang menjadi narasumber adalah beberapa anggota geng motor. Penelitian ini difokuskan pada tindak


(22)

43

Tia Fitriani, 2013

penanggulangan yang dilakukan oleh kepolisian dalam menanggulangi kasus tindak kekerasan akibat perbuatan geng motor.

2. Subyek Penelitian

Subyek penelitian diambil berdasarkan teknik pengambilan sampel purposif/bertujuan (sampling purposive). Sampel purposif dilakukan dengan mengambil subyek bukan berdasarkan atas strata atau random melainkan didasarkan pada tujuan tertentu. Melalui teknik ini diharapkan pengambilan sampel tersebut dapat menemukan suatu pemecahan masalah yang tepat untuk permasalahan yang dibahas, serta dapat menggali informasi yang lebih banyak lagi.

C. Tahap-tahap Penelitian 1. Tahap Pra Penelitian

Tahap pra-penelitian ini merupakan tahap awal peneliti mempersiapkan suatu penelitian. Dalam tahap ini peneliti mencari permasalahan yang sedang terjadi, kemudian memilih judul yang berkaitan dengan permasalahan yang akan dibahas. Dari permasalahan yang diambil, peneliti melakukan observasi langsung ke tempat yang akan dijadikan sumber dan lokasi penelitian. Dalam penelitian ini mengenai peran kepolisian dalam mencegah dan menanggulangi tindak kekerasan yang dilakukan geng motor, maka tempat yang diambil yaitu di Polres Cirebon Kota yaitu di Jalan Veteran Nomor 5 Kota Cirebon. Adapun tempat observasi untuk mengamati perilaku anggota geng motor dilakukan secara random. Selain itu peneliti mengamati tindak kejahatan yang dilakukan anggota geng motor melalui media massa, seperti televisi, online news, dan lain sebagainya.

2. Tahap Persiapan Penelitian

Pertama peneliti membuat pedoman wawancara yang disusun berdasarkan dimensi kebermaknaan hidup sesuai dengan permasalahan yang dihadapi subjek. Pedoman wawancara ini berisi pertanyaan-pertanyaan


(23)

44

mendasar yang nantinya akan berkembang dalam wawancara. Pedoman wawancara yang telah disusun, ditunjukan kepada yang lebih ahli dalam hal ini adalah pembimbing penelitian untuk mendapat masukan mengenai isi pedoman wawancara. Setelah mendapat masukan dan koreksi dari pembimbing, peneliti membuat perbaikan terhadap pedoman wawancara dan mempersiapkan diri untuk melakukan wawancara.

Tahap persiapan selanjutnya adalah peneliti membuat pedoman observasi yang disusun berdasarkan hasil observasi terhadap perilaku subjek selama wawancara dan observasi terhadap lingkungan atau setting wawancara, serta pengaruhnya terhadap perilaku subjek dan pencatatan langsung yang dilakukan pada saat peneliti melakukan observasi. Namun apabila tidak memungkinkan maka peneliti sesegera mungkin mencatatnya setelah wawancara selesai.

3. Tahap Perizinan Penelitian

Pada tahap perizinan penelitian ini, peneliti meminta surat pengantar dari jurusan (Pendidikan Kewarganegaraan), yang kemudian akan diserahkan kepada fakultas (FPIPS), selanjutnya diserahkan ke kantor Biro Administrasi Akademik dan Kemahasiswaan (BAAK). Surat perizinan tembusan dari BAAK tersebut diserahkan ke kantor kepolisian bagian Sumber Daya (SUMDA) untuk selanjutnya diproses agar mendapat perizinan penelitian dari Kepala Kepolisian Resort Kota Cirebon. Setelah surat izin melakukan penelitian tersebut disetujui oleh Kapolres Kota Cirebon, peneliti diarahkan kepada bagian apa penelitian ini dapat dilakukan.

4. Tahap pelaksanaan penelitiaan

Tahap pertama dalam pelaksanaan penelitian ini, peneliti membuat kesepakatan dengan aparat kepolisian sektor yang berwenang dalam menangani kasus geng motor mengenai waktu dan tempat untuk melakukan wawancara berdasarkan pedoman yang dibuat. Selain dengan aparat kepolisian, wawancara juga dilakukan dengan beberapa anggota geng motor


(24)

45

Tia Fitriani, 2013

sebagai pelengkap dan pembanding hasil wawancara. Setelah wawancara dilakukan, peneliti memindahakan hasil rekaman berdasarkan wawancara dalam bentuk verbatim tertulis. Selanjutnya peneliti melakukan analisis data dan interprestasi data sesuai dengan langkah-langkah yang dijabarkan pada bagian metode analisis data di akhir bab ini. setelah itu, peneliti membuat dinamika psikologis dan kesimpulan yang dilakukan, peneliti memberikan saran-saran untuk penelitian selanjutnya.

D. Teknik Pengumpulan Data

Data merupakan suatu bahan yang diperlukan untuk selanjutnya dianalisis guna mendapatkan suatu kesimpulan. Menurut Lofland (Moleong 2007: 157),

„sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperi dokumen, foto, dan statistik‟.

Untuk memperoleh data diperlukan suatu teknik pengumpulan data yang relevan. Dalam penelitian ini digunakan penjaringan data melalui observasi, wawancara, dan studi dokumentasi.

1. Observasi

Observasi menurut Ratna (2010: 217) merupakan salah satu teknik yang paling banyak dilakukan dalam penelitian, baik kuantitatif maupun kualitatif, sosial maupun humaniora. Menurut Adler dan Adler (Ratna 2010:

217) „semua penelitian dunia sosial pada dasarnya menggunakan teknik

observasi‟. Faktor terpenting dalam teknik observasi adalah pengamat dan orang yang diamati yang kemudian juga berfungsi sebagai pemberi informasi yaitu informan.

Sebagai teknik dasar semua proses penelitian, observasi mensyaratkan pencatatan dan perekaman sistematis semua data. Observasi pada gilirannya menampilkan data dalam bentuk perilaku, baik disadari maupun kebetulan. Observasi juga menyajikan sudut pandang menyeluruh mengenai kehidupan sosial budaya tertentu. Dalam penelitian ini, observasi dilakukan oleh


(25)

46

peneliti terhadap yang diteliti yaitu anggota geng motor, dan peran kepolisian di lapangan.

2. Wawancara

Observasi, wawancara, diskusi kelompok, dan teknik-teknik lain berkaitan erat. Ratna (2010: 222) menjelaskan “wawancara adalah cara-cara memperoleh data dengan berhadapan langsung, bercakap-cakap, baik antara

individu dengan individu, maupun individu dengan kelompok”. Pada

umumnya teknik wawancara dilakukan sesudah observasi. Pengamatan menyeluruh terhadap objek diikuti dengan aktivitas tertentu dengan menggunakan instrumen tertentu. Dalam praktik di lapangan kedua teknik berlangsung dalam kondisi saling melengkapi.

Terdapat beberapa cara pembagian jenis wawancara yang dikemukakan dalam kepustakaan. Patton (Moleong, 2007: 187) membagi jenis wawancara tersebut kedalam tiga cara.

a. Wawancara pembicaraan informal. Pada jenis wawancara ini pertanyaan yang diajukan sangat bergantung pada pewawancara itu sendiri, jadi bergantung pada spontanitasnya dalam mengajukan pertanyaan kepada terwawancara.

b. Pendekatan menggunakan petunjuk umum wawancara. Jenis wawancara ini mengharuskan pewawancara membuat kerangka dan garis besar pokok-pokok yang dirumuskan tidak perlu ditanyakan secara berurutan.

c. Wawancara baku terbuka. Jenis ini adalah wawancara yang menggunakan seperangkat pertanyaan baku. Urutan pertanyaan, kata-katanya, dan cara penyajiannya pun sama untuk setiap responden.

Dalam penelitian ini dilakukan wawancara yang bersifat terstruktur dan terbuka dengan terlebih dahulu peneliti menjelaskan maksud dari wawancara tersebut, hal ini dimaksudkan untuk memperoleh keterangan yang lebih mendalam tentang fokus masalah yang telah dirumuskan terlebih dahulu. Wawancara informal juga banyak dilakukan. Wawancara ini berlangsung secara alamiah dan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan


(26)

47

Tia Fitriani, 2013

bergantung pada spontanitas pewawancara namun tetap berteguh pada pedoman wawancara yang telah disusun sebelumnya.

3. Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data dengan

dokumen. Sugiyono (2010: 240) mengungkapkan “dokumen merupakan

catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang”. Menurut Ratna

(2010: 235), “dalam penelitian kualitatif dokumen pada umumnya digunakan sebagai sumber sekunder”. Meskipun dokumen merupakan sumber sekunder, namun Bogdan (Sugiyono, 2010: 240) memaparkan bahwa:

hasil penelitian dari observasi atau wawancara, akan lebih kredibel atau dapat dipercaya kalau didukung oleh sejarah pribadi kehidupan di masa kecil, di sekolah, di tempat kerja, di masyarakat, dan autobiografi. Hasil penelitian juga akan semakin kredibel apabila didukung oleh foto-foto atau karya tulis akademik dan seni yang telah ada.

Dalam penelitian ini, studi dokumentasi yang akan digunakan berupa dokumen yang berkaitan dengan masalah yang sedang diteliti seperti foto, sejarah, dan data-data statistik.

E. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Teknik pengolahan data dilakukan setelah data diperoleh dari hasil observasi, wawancara, dan studi dokumentasi. Miles dan Huberman (Sugiyono,

2010: 246) mengemukakan bahwa „aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus-menerus sampai tuntas sehingga datanya sudah jenuh‟. Analisis data kualitatif menurut Bogdan dan Biklen (Moleong, 2007: 248), adalah:

Upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintetiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang diceritakan kepada orang lain.


(27)

48

Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan mengikuti prosedur atau langkah-langkah seperti yang dipaparkan Sugiono (2010: 246) yaitu: reduksi data, display data, pengambilan simpulan dan verifikasi. Analisis data dilakukan untuk memperoleh jawaban atas pertanyaan penelitian serta membandingkan antara data yang diperoleh dengan konsep. Teknik pengolahan data tersebut dilakukan dengan tahapan sebagai berikut.

1. Reduksi Data (Data Reduction)

Reduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu perlu dicatat secara teliti dan rinci. Dengan mereduksi data akan memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan.

2. Penyajian Data (Data Display)

Penyajian data merupakan langkah selanjutnya setelah data direduksi. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antarkategori, dan lain-lain. Dalam hal ini Miles dan Huberman (Sugiyono, 2010: 249)

mengungkapkan bahwa „yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks bersifat naratif, selain itu dapat juga berupa grafik, matrik, network (jejaring kerja) dan chart‟.

3. Penarikan Simpulan dan Verifikasi (Conclusion Drawing and Verification)

Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif menurut Miles dan Huberman (Sugiyono, 2010: 252) yaitu penarikan simpulan dan verifikasi. Simpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutny. Tetapi apabila


(28)

49

Tia Fitriani, 2013

simpulan yang dikemukakan pada tahap awal didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka simpulan yang dikemukakan merupakan simpulan yang kredibel.

Dengan demikian simpulan dalam penelitian kualitatif mungkin dapat menjawab rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal, tetapi mungkin juga tidak, karena seperti telah dikemukakan bahwa masalah dan rumusan masalah dalam penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah penelitian berada dilapangan.

F. Paradigma Penelitian

Moleong (2007: 49) menyatakan bahwa penelitian pada hakikatnya merupakan suatu upaya untuk menemukan kebenaran atau untuk lebih membenarkan kebenaran. Usaha untuk mengejar kebenaran dilakukan oleh para filsuf, peneliti, maupun oleh para praktisi melalui model-model tertentu. Model tersebut biasanya dikenal dengan paradigma. Paradigma, menurut Bogdan dan Biklen (Moleong, 2007: 49), adalah „kumpulan longgar dari sejumlah asumsi yang dipegang bersama, konsep atau proposisi yang mengarahkan cara berpikir

dan penelitian‟.

Paradigma merupakan pola atau model tentang bagaimana sesuatu distruktur (bagian dan hubungannya) atau bagaimana bagian-bagian berfungsi (perilaku yang di dalamnya ada konteks khusus atau dimensi waktu). Adapun paradigma dari penelitian yang akan dilakukan, yaitu sebagai berikut.


(29)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Dari hasi penelitian dan pembahasan hasil penelitian yang telah dianalisis dan dikaji dengan beberapa teori yang berkaitan, pada tahap berikutnya penulis memaparkan beberapa kesimpulan yang didasarkan oleh rumusan masalah yang telah ditentukan sebelumnya. Berdasarkan hasil penelitan mengenai peran kepolisian dalam mencegah dan menanggulangi tindak kekerasan geng motor di Kota Cirebon, dapat dirumuskan kesimpulan berdasarkan fakta-fakta yang peneliti temukan di lapangan dan saran-saran yang bersifat membangun yang dapat diungkapkan peneliti sebagai acuan bai penelitian berikutnya.

A. Kesimpulan

Peran kepolisian dalam kehidupan bermasyarakat sangat penting adanya. kepolisian berperan dalam memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, menegakkan hukum, serta memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka terpeliharanya keamanan dalam negeri. Tanpa adanya lembaga kepolisian maka hukum tidak akan berjalan sepenuhnya, sebab kepolisian merupakan suatu organ penting dalam tegaknya hukum yang berlaku.

Dalam menjalankan perannya, kepolisian mengemban tugas untuk meminimalisir adanya tindak kriminal yang sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari yang selalu meresahkan masyarakat. Termasuk diantaranya, geng motor yang selalu membuat kerusuhan dalam aksinya yang tentunya menimbulkan keresahan di kalangan masyarakat. Geng motor merupakan suatu kumpulan atau komunitas remaja maupun anak muda yang menggunakan sepeda motor.


(30)

100

Tia Fitriani, 2013

1. Latar belakang suatu geng motor melakukan tindak kekerasan adalah adanya sikap merasa paling berkuasa yang menyebabkan anggota geng tersebut tidak akan tinggal diam apabila ada geng lain yang mengusik keberadaannya. Selain itu, adanya sifat balas dendam yang mengacu pada terjadinya aksi saling balas-membalas perbuatan yang mereka terima. Terakhir yaitu adanya perintah dari ketua geng yang tidak bisa diacuhkan oleh para anggotanya.

2. Tindakan kriminal yang dilakukan oleh anggota geng motor termasuk dalam kenakalan remaja. Kasus-kasus kriminal yang dilakukan geng motor antara lain seperti perang antargeng, melakukan pemalakan, pengrusakan fasilitas umum, menjual obat-obat terlarang seperti narkoba, jambret, melakukan pemerkosaan, bahkan pembunuhan baik itu secara tidak sengaja maupun disengaja. Faktor yang mempengaruhi anggota geng motor melakukan tindakan kriminal disebabkan oleh adanya faktor intern dari masing-masing anggota seperti kontrol diri yang lemah. Faktor ekstern misalnya keluarga yang tidak harmonis, tingkat pendapatan ekonomi yang rendah, lingkungan sosial yang kurang baik.

3. Upaya yang sudah dilakukan oleh kepolisian dalam mencegah terjadinya tindak kekerasan geng motor di Kota Cirebon yaitu kepolisian melakukan patroli dan penyuluhan ke sekolah-sekolah yang ada di Kota Cirebon. Patroli tersebut digelar setiap malam minggu untuk mencegah terjadinya benturan antargeng motor di jalanan. Upaya pencegahan yang kedua yaitu penyuluhan, belum maksimal dilakukan oleh kepolisian, sebab tindakan penyuluhan mengenai bahaya geng motor belum merata dan hanya ke beberapa sekolah saja. 4. Kepolisian memiliki peran penting dalam upaya penanggulangan atau

preventif, sebab kepolisian tidak melarang adanya suatu geng atau komunitas motor. Akan tetapi karena geng motor tersebut sering melakukan tindak kriminal maka kepolisian berupaya untuk meminimalisir tindakan kriminal tersebut. Dengan kata lain, kepolisian


(31)

101

hanya akan bertindak apabila suatu tindak kriminal telah terjadi dalam hal ini dilakukan oleh anggota geng motor. Kemudian, tindakan tersebut akan diproses menggunakan hukum pidana yang berlaku seperti pada umumnya dan sesuai dengan kasus yang dilakukannya. 5. Kendala yang dihadapi oleh pihak kepolisian yaitu adanya oknum

polisi nakal yang membocorkan jadwal dan rute patroli atau razia yang akan dilakukan sehingga anggota geng motor dapat merubah jadwal dan rute kapan mereka beraksi. Inilah yang menyebabkan patroli atau razia yang dilakukan hasilnya sia-sia. Selain itu, peranan orangtua dalam mendidik anak yang belum maksimal, peranan guru dalam menyampaikan nilai dan norma yang masih terbatas oleh jam pelajaran, serta lingkungan sosial tempat dimana anggota geng motor itu tinggal. Ketiga kendala itu diluar wewenang kepolisian karena kepolisian hanya akan bertindak apabia tindakan kriminal terjadi. 6. Dalam mengatasi kendala yang menghambat kepolisian dalam

mencegah dan menangani tindak kekerasan geng motor, kepolisian melakukan kerjasama dengan pihak dari orangtua agar lebih memperhatikan anak-anaknya, kerjasama dengan masyarakat agar segera melapor apabila terjadi kerusuhan yang diakibatkan geng motor, serta kerjasama dengan club-club motor untuk memberikan informasi-informasi mengenai geng motor.

B. Saran

Dari kesimpulan dan temuan pada penelitian ini, dapat direkomendasikan beberapa saran oleh peneliti yaitu sebagai berikut.

1) Bagi Kepolisian

a. Kepolisian hendaknya lebih mendisiplinkan oknum-oknum nakal agar tidak terjadi adanya kebocoran informasi.

b. Kepolisian hendaknya lebih meluangkan jadwal untuk melakukan penyuluhan-penyuluhan ke sekolah mengenai bahaya geng motor.


(32)

102

Tia Fitriani, 2013

c. Dalam melakukan penjaringan geng motor, harus lebih tegas dalam memberi hukuman agar menghasilkan efek jera bagi para pelakunya. 2) Bagi Anggota Geng Motor (remaja dan pemuda)

a. Tidak ada larangan untuk berkumpul-kumpul dengan komunitasnya, namun sebagai remaja, harus dapat mengetahui akibat baik-buruknya sebuah perbuatan.

b. Untuk mendapatkan sebuah nama yang disegani oleh pihak lain, tidak hanya dengan melakukan perbuatan kriminal. Akan tetapi, banyak dengan melakukan hal-hal positif, seperti meraih prestasi dalam bidang yang disukainya.

c. Hendaknya mempunyai keinginan untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Contohnya, apabila orangtua kita tidak seperti yang kita harapkan, minimalnya kita harus bisa lebih baik dari mereka.

3) Bagi Orangtua

a. Para orangtua hendaknya lebih memperhatikan anak-anaknya. Meskipun waktu lebih banyak dipakai untuk pekerjaan, luangkanlah waktu pada saat hari libur. Setidaknya tanyailah kabar anak meskipun hanya lewat telepon genggam.

b. Jangan selalu menggunakan uang untuk menyelesaikan semua masalah, karena perhatianlah yang mempunyai nilai lebih dimata anak dibandingkan uang.

c. Apabila memang ada polisi nakal, hendaklah melaporkan polisi tersebut kepihak yang lebih bertanggungjawab dalam hal itu.

4) Bagi Guru

a. Setiap guru haruslah lebih mengenal anak-anak didiknya. Komunikasi untuk hal-hal yang lebih pribadi mengenai masalah anak didiknya sangat diperlukan. Sebab dengan begitu anak merasa mempunyai tempat untuk mengungkapkan semua bebannya.

b. Penanaman nilai moral disetiap sela-sela jam pelajarannya sangatlah penting. Karena dengan begitu, setidaknya mengingatkan anak didik untuk selalu mematuhi nilai moral yang ada di kalangan masyarakat.


(33)

103

c. Apabila salah seorang anak didiknya terlibat kasus kekerasan terhadap geng motor, hendaklah melapor ke pihak yang berwajib. Jangan berpura-pura tidak tahu hanya karena agar reputasi sekolah tetap baik.

5) Bagi Jurusan PKn

a. Sebagai mahasiswa PKn yang mempunyai tujuan menjadikan masyarakat yang baik seperti halnya tujuan dari peran kepolisian, hendaknya mengadakan penyuluhan ke sekolah-sekolah mengenai bahaya geng motor.

b. Hendaknya mengadakan suatu himpunan yang dapat menampung hobi mahasiswa yang menyukai touring dengan bersepeda motor dan tentunya bersifat positif, misalnya melakukan bakti sosial.

c. Perlu adanya penanaman nilai moral bagi para mahasiswa khususnya mahasiswa baru yang masih terbawa dengan masa sekolah menengahnya agar menghindari tindakan kenakalan remaja seperti tindak kekerasan geng motor.

6) Bagi Masyarakat

a. Diperlukan adanya kegiatan-kegiatan positif dikalangan masyarakat untuk memenuhi waktu luang para remaja dan pemudanya agar tidak melakukan hal yang negatif.

b. Hendaknya sebagai masyarakat merangkul para geng motor itu agar merasa diakui. Jangan malah mencemooh mereka yang hanya akan membuat mereka merasa lebih kerasan berada dalam gengnya.

c. Hendaknya melaporkan anggota geng motor apabila ada yang melakukan tindak kekerasan diwilayahnya kepada pihak yang berwajib.


(34)

Tia Fitriani, 2013

DAFTAR PUSTAKA

1. Buku

Anwar, Yesmil. dan Adang. (2010). Kriminologi. Bandung: Refika Aditama.

Budimansyah, Dasim. (2009). Pengantar Kriminologi. Bandung: Laboratorium PKn UPI.

Danial, Endang. (2009). Metode Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: Laboratorium Pendidikan Kewarganegaraan.

Ganeswara, Ganjar M., Wilodati., dkk. (2008). Panduan Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan Untuk Perguruan Tinggi. Bandung: CV Yasindo Multi Aspek

Hanurawan, Fattah. (2012). Psikologi Sosial Suatu Pengantar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Makmun, Abin Syamsuddin. (2007). Psikologi Kependidikan Perangkat Sistem Pengajaran Modal. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Moleong, Lexy J. (2007). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

Mutakin, Awan., Budimansyah, Dasim. dan Pasya, Gurniawan Kamil. (2004). Dinamika Masyarakat Indonesia. Bandung: Genesindo.

Ratna, Nyoman Kutha. (2010). Metodologi Penelitian Kajian Budaya dan Ilmu-ilmu Sosial Pada Umumnya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Utomo, Warsito Hadi. (2005). Hukum Kepolisian di Indonesia. Jakarta: Prestasi Pustaka.


(35)

105

Willis, Sofyan S. (2010). Remaja & Masalahnya Mengupas Berbagai Bentuk Kenakalan Remaja, Narkoba, Free Sex, dan Pemecahannya. Bandung: Alfabeta.

Wuryan, Sri. dan Syaifullah. (2009). Ilmu Kewarganegaraan (CIVICS). Bandung: Laboratorium Pendidikan Kewarganegaraan.

2. Publikasi Departemen

SKEP Kapolri. (1985). Buku Petunjuk Bagi Kepolisian Sektor. Jakarta: Markas Besar Kepolisian Negara Republik Indonesia.

3. Skripsi

Firmansyah, M. Ihsan. (2010). Studi Komparatif Tentang Faktor-Faktor Penyebab Kenakalan Remaja di SMAN Kota Bandung. Skripsi Sarjana pada FPIPS UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Suharti, Novia. (2011). Peran Pendidikan Kewarganegaraan dalam Membina Karakter dan Mencegah Munculnya Perilaku Menyimpang di Kalangan Siswa. Skripsi Sarjana pada FPIPS UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Tarigan, Meta Inmasari. (2008). Penerapan Pola Asuh Orang Tua di Dalam Keluarga Terhadap Perilaku Moral Siswa di Sekolah. Skripsi Sarjana pada FPIPS UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Wibowo, Galung Hari. (2012). Pengaruh Lingkungan Terhadap Pola-Pola Kejahatan. Skripsi Sarjana pada FPIPS UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

4. Sumber Internet

Haryanto. (2011). Kenakalan Remaja. [online]. Tersedia di:

http://belajarpsikologi.com/kenakalan-remaja/. [14 September 2013].

Kemendiknas. (2013). Kamus Besar Bahasa Indonesia. [online]. Tersedia di:


(36)

106

Tia Fitriani, 2013

Memed. (2012). Berita: Kawanan Geng Motor Rusak Rumah warga. [online]. Tersedia di:

http://cirebonnews.com/Berita/Kawanan-Geng-Motor-Rusak-Rumah-Warga.html. [15 Januari 2013].

Ridwan, Mohammad. (2012). IPW: Polisi Berantasan Geng Motor ‘Hangat

-Hangat Tai Ayam’. [online]. Tersedia di:

http://m.lensaindonesia.com/2012/04/15/ipw-polisi-berantasan-geng-motor-hangat-hangat-tai-ayam.html. [16 Januari 2013].

Wikipedia Bahasa Indonesia, Ensiklopedia Bebas. (2013). Perilaku Menyimpang. [online]. Tersedia di: http://id.wikipedia.org/wiki/Perilaku_menyimpang. [11 juli 2013].

5. Peraturan Perundang-undangan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara


(1)

101

hanya akan bertindak apabila suatu tindak kriminal telah terjadi dalam hal ini dilakukan oleh anggota geng motor. Kemudian, tindakan tersebut akan diproses menggunakan hukum pidana yang berlaku seperti pada umumnya dan sesuai dengan kasus yang dilakukannya. 5. Kendala yang dihadapi oleh pihak kepolisian yaitu adanya oknum

polisi nakal yang membocorkan jadwal dan rute patroli atau razia yang akan dilakukan sehingga anggota geng motor dapat merubah jadwal dan rute kapan mereka beraksi. Inilah yang menyebabkan patroli atau razia yang dilakukan hasilnya sia-sia. Selain itu, peranan orangtua dalam mendidik anak yang belum maksimal, peranan guru dalam menyampaikan nilai dan norma yang masih terbatas oleh jam pelajaran, serta lingkungan sosial tempat dimana anggota geng motor itu tinggal. Ketiga kendala itu diluar wewenang kepolisian karena kepolisian hanya akan bertindak apabia tindakan kriminal terjadi. 6. Dalam mengatasi kendala yang menghambat kepolisian dalam

mencegah dan menangani tindak kekerasan geng motor, kepolisian melakukan kerjasama dengan pihak dari orangtua agar lebih memperhatikan anak-anaknya, kerjasama dengan masyarakat agar segera melapor apabila terjadi kerusuhan yang diakibatkan geng motor, serta kerjasama dengan club-club motor untuk memberikan informasi-informasi mengenai geng motor.

B. Saran

Dari kesimpulan dan temuan pada penelitian ini, dapat direkomendasikan beberapa saran oleh peneliti yaitu sebagai berikut.

1) Bagi Kepolisian

a. Kepolisian hendaknya lebih mendisiplinkan oknum-oknum nakal agar tidak terjadi adanya kebocoran informasi.

b. Kepolisian hendaknya lebih meluangkan jadwal untuk melakukan penyuluhan-penyuluhan ke sekolah mengenai bahaya geng motor.


(2)

c. Dalam melakukan penjaringan geng motor, harus lebih tegas dalam memberi hukuman agar menghasilkan efek jera bagi para pelakunya. 2) Bagi Anggota Geng Motor (remaja dan pemuda)

a. Tidak ada larangan untuk berkumpul-kumpul dengan komunitasnya, namun sebagai remaja, harus dapat mengetahui akibat baik-buruknya sebuah perbuatan.

b. Untuk mendapatkan sebuah nama yang disegani oleh pihak lain, tidak hanya dengan melakukan perbuatan kriminal. Akan tetapi, banyak dengan melakukan hal-hal positif, seperti meraih prestasi dalam bidang yang disukainya.

c. Hendaknya mempunyai keinginan untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Contohnya, apabila orangtua kita tidak seperti yang kita harapkan, minimalnya kita harus bisa lebih baik dari mereka.

3) Bagi Orangtua

a. Para orangtua hendaknya lebih memperhatikan anak-anaknya. Meskipun waktu lebih banyak dipakai untuk pekerjaan, luangkanlah waktu pada saat hari libur. Setidaknya tanyailah kabar anak meskipun hanya lewat telepon genggam.

b. Jangan selalu menggunakan uang untuk menyelesaikan semua masalah, karena perhatianlah yang mempunyai nilai lebih dimata anak dibandingkan uang.

c. Apabila memang ada polisi nakal, hendaklah melaporkan polisi tersebut kepihak yang lebih bertanggungjawab dalam hal itu.

4) Bagi Guru

a. Setiap guru haruslah lebih mengenal anak-anak didiknya. Komunikasi untuk hal-hal yang lebih pribadi mengenai masalah anak didiknya sangat diperlukan. Sebab dengan begitu anak merasa mempunyai tempat untuk mengungkapkan semua bebannya.

b. Penanaman nilai moral disetiap sela-sela jam pelajarannya sangatlah penting. Karena dengan begitu, setidaknya mengingatkan anak didik


(3)

103

c. Apabila salah seorang anak didiknya terlibat kasus kekerasan terhadap geng motor, hendaklah melapor ke pihak yang berwajib. Jangan berpura-pura tidak tahu hanya karena agar reputasi sekolah tetap baik.

5) Bagi Jurusan PKn

a. Sebagai mahasiswa PKn yang mempunyai tujuan menjadikan masyarakat yang baik seperti halnya tujuan dari peran kepolisian, hendaknya mengadakan penyuluhan ke sekolah-sekolah mengenai bahaya geng motor.

b. Hendaknya mengadakan suatu himpunan yang dapat menampung hobi mahasiswa yang menyukai touring dengan bersepeda motor dan tentunya bersifat positif, misalnya melakukan bakti sosial.

c. Perlu adanya penanaman nilai moral bagi para mahasiswa khususnya mahasiswa baru yang masih terbawa dengan masa sekolah menengahnya agar menghindari tindakan kenakalan remaja seperti tindak kekerasan geng motor.

6) Bagi Masyarakat

a. Diperlukan adanya kegiatan-kegiatan positif dikalangan masyarakat untuk memenuhi waktu luang para remaja dan pemudanya agar tidak melakukan hal yang negatif.

b. Hendaknya sebagai masyarakat merangkul para geng motor itu agar merasa diakui. Jangan malah mencemooh mereka yang hanya akan membuat mereka merasa lebih kerasan berada dalam gengnya.

c. Hendaknya melaporkan anggota geng motor apabila ada yang melakukan tindak kekerasan diwilayahnya kepada pihak yang berwajib.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

1. Buku

Anwar, Yesmil. dan Adang. (2010). Kriminologi. Bandung: Refika Aditama. Budimansyah, Dasim. (2009). Pengantar Kriminologi. Bandung: Laboratorium

PKn UPI.

Danial, Endang. (2009). Metode Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: Laboratorium Pendidikan Kewarganegaraan.

Ganeswara, Ganjar M., Wilodati., dkk. (2008). Panduan Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan Untuk Perguruan Tinggi. Bandung: CV Yasindo Multi Aspek

Hanurawan, Fattah. (2012). Psikologi Sosial Suatu Pengantar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Makmun, Abin Syamsuddin. (2007). Psikologi Kependidikan Perangkat Sistem

Pengajaran Modal. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Moleong, Lexy J. (2007). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

Mutakin, Awan., Budimansyah, Dasim. dan Pasya, Gurniawan Kamil. (2004).

Dinamika Masyarakat Indonesia. Bandung: Genesindo.

Ratna, Nyoman Kutha. (2010). Metodologi Penelitian Kajian Budaya dan

Ilmu-ilmu Sosial Pada Umumnya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Utomo, Warsito Hadi. (2005). Hukum Kepolisian di Indonesia. Jakarta: Prestasi Pustaka.


(5)

105

Willis, Sofyan S. (2010). Remaja & Masalahnya Mengupas Berbagai Bentuk

Kenakalan Remaja, Narkoba, Free Sex, dan Pemecahannya. Bandung:

Alfabeta.

Wuryan, Sri. dan Syaifullah. (2009). Ilmu Kewarganegaraan (CIVICS). Bandung: Laboratorium Pendidikan Kewarganegaraan.

2. Publikasi Departemen

SKEP Kapolri. (1985). Buku Petunjuk Bagi Kepolisian Sektor. Jakarta: Markas Besar Kepolisian Negara Republik Indonesia.

3. Skripsi

Firmansyah, M. Ihsan. (2010). Studi Komparatif Tentang Faktor-Faktor

Penyebab Kenakalan Remaja di SMAN Kota Bandung. Skripsi Sarjana

pada FPIPS UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Suharti, Novia. (2011). Peran Pendidikan Kewarganegaraan dalam Membina

Karakter dan Mencegah Munculnya Perilaku Menyimpang di Kalangan Siswa. Skripsi Sarjana pada FPIPS UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Tarigan, Meta Inmasari. (2008). Penerapan Pola Asuh Orang Tua di Dalam

Keluarga Terhadap Perilaku Moral Siswa di Sekolah. Skripsi Sarjana pada

FPIPS UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Wibowo, Galung Hari. (2012). Pengaruh Lingkungan Terhadap Pola-Pola

Kejahatan. Skripsi Sarjana pada FPIPS UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

4. Sumber Internet

Haryanto. (2011). Kenakalan Remaja. [online]. Tersedia di:

http://belajarpsikologi.com/kenakalan-remaja/. [14 September 2013]. Kemendiknas. (2013). Kamus Besar Bahasa Indonesia. [online]. Tersedia di:


(6)

Memed. (2012). Berita: Kawanan Geng Motor Rusak Rumah warga. [online]. Tersedia di: http://cirebonnews.com/Berita/Kawanan-Geng-Motor-Rusak-Rumah-Warga.html. [15 Januari 2013].

Ridwan, Mohammad. (2012). IPW: Polisi Berantasan Geng Motor ‘Hangat

-Hangat Tai Ayam’. [online]. Tersedia di:

http://m.lensaindonesia.com/2012/04/15/ipw-polisi-berantasan-geng-motor-hangat-hangat-tai-ayam.html. [16 Januari 2013].

Wikipedia Bahasa Indonesia, Ensiklopedia Bebas. (2013). Perilaku Menyimpang. [online]. Tersedia di: http://id.wikipedia.org/wiki/Perilaku_menyimpang. [11 juli 2013].

5. Peraturan Perundang-undangan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara