PEMBINAAN TOLERANSI DAN PEDULI SOSIAL DALAM UPAYA MEMANTAPKAN WATAK KEWARGANEGARAAN (CIVIC DISPOSITION) SISWA :Studi Kasus di SMAN 4 Balikpapan Kalimantan Timur:.

(1)

TESIS

Diajukan untuk memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan

Oleh

YUNI MAYA SARI NIM 1201099

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2 0 1 4


(2)

Oleh

YUNI MAYA SARI S.Pd FKIP Unila, 2011

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd) pada Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan

© Yuni Maya Sari 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Juni 2014

Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difotocopy atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

(Studi Kasus di SMAN 4 Balikpapan Kalimantan Timur)

Oleh Yuni Maya Sari

NIM. 1201099

Disetujui dan Disahkan Oleh

Pembimbing I

Prof.Dr.H.Endang Danial.Ar.,M.Pd, M.Si NIP.19500502 197603 1 002

Pembimbing II

Dr. Kokom Komalasari, M.Pd. NIP. 19721001 200112 2 001

Mengetahui,

Ketua Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan

Prof. Dr. H. Sapriya, M.Ed NIP. 19630820 198803 1 001


(4)

Penguji 1

Prof.Dr.H.Endang Danial.Ar.,M.Pd, M.Si NIP.19500502 197603 1 002

Penguji 2

Dr. Kokom Komalasari, M.Pd. NIP. 19721001 200112 2 001

Penguji 3

Prof. Dr. H. Endang Sumantri, M.Ed.

Penguji 4

Prof. Dr. H. Sapriya, M.Ed. NIP. 19630820 198803 1 001

Mengetahui,

Ketua Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan

Prof. Dr. H. Sapriya, M.Ed NIP. 19630820 198803 1 001


(5)

Yuni Maya Sari, 2014

Pembinaan Toleransi Dan Peduli Sosial Dalam upaya Memantapkan Watak Kewarganegaraan (CIVIC DISPOSITION) Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

UCAPAN TERIMA KASIH ... ii

ABSTRAK ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR BAGAN ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 7

C. Rumusan Masalah ... 7

D. Tujuan Penelitian ... 8

E. Manfaat Penelitian ... 9

F. Struktur Organisasi Penulisan ... 10

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pendidikan Karakter ... 11

1. Pengertian Pendidikan Karakter ... 11

2. Indikator Nilai-Nilai Pendidikan Karakter ... 20

3. Aspek Penting dalam Pendidikan Karakter di Sekolah ... 24

4. Implementasi Pendidikan Karakter di Sekolah... 39

5. Pendidikan Karakter dalam Konteks PKn ... 42

B. Nilai Toleransi dalam Pendidikan Karakter ... 48


(6)

Yuni Maya Sari, 2014

Pembinaan Toleransi Dan Peduli Sosial Dalam upaya Memantapkan Watak Kewarganegaraan (CIVIC DISPOSITION) Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Indikator-indikator Toleransi ... 54

C. Nilai Peduli Sosial dalam Pendidikan Karakter ... 57

1. Pengertian Peduli Sosial ... 57

2. Indikator-indikator Peduli Sosial ... 62

D. Watak Kewarganegaraan (Civic Disposition) ... 63

1. Pengertian Watak Kewarganegaraan ... 63

2. Indikator Watak Kewarganegaraan ... 68

E. Hasil Penelitian yang Relevan ... 75

III. METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subyek Penelitian ... 81

1. Lokasi Penelitian ... 81

2. Subyek Penelitian ... 81

B. Pendekatan Penelitian ... 82

C. Metode Penelitian ... 85

D. Definisi Operasional ... 87

E. Instrumen Penelitian ... 91

F. Proses pengembangan instrumen ... 94

G. Teknik Pengumpulan Data ... 97

1. Wawancara ... 97

2. Observasi ... 98

3. Studi Dokumentasi ... 100

4. Studi Literatur ... 101

H. Analisis Data ... 101

1. Reduksi Data ... 102

2. Penyajian Data ... 103


(7)

Yuni Maya Sari, 2014

Pembinaan Toleransi Dan Peduli Sosial Dalam upaya Memantapkan Watak Kewarganegaraan (CIVIC DISPOSITION) Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 104

1. LetakSMAN 4 Balikpapan ... 104

2. Sejarah Terbentuknya SMAN 4 Balikpapan ... 106

3. Visi dan Misi Sekolah ... 107

4. Sarana dan Prasarana ... 108

5. Tenaga Pengajar dan Karyawan ... 109

6. Struktur Organisasi Sekolah ... 110

7. Keadaan Siswa SMAN 4 Balikpapan ... 111

8. Kegiatan Rutinitas dan Ekstrakurikuler Siswa ... 112

B. Deskripsi Hasil Penelitian ... 116

1. Realitas Toleransi dan Peduli Sosial Para Siswa SMAN 4 Balikpapan Kalimantan Timur... 116

2. Proses Pembinaan Toleransi dan Peduli Sosial melalui Kegiatan Pembelajaran, Kegiatan Ekstrakurikuler, dan Pembiasaan di Lingkungan Sekolah dalam Upaya Memantapkan Watak Kewarganegaraan (Civic Disposition) Siswa SMAN 4 Balikpapan Kalimantan Timur ... 127

3. Faktor-faktor Penghambat dan Penunjang yang Dapat Diwujudkan dalam Proses Pembinaan Toleransi dan Peduli Sosial dalam Upaya Memantapkan Watak Kewarganegaraan (Civic Disposition) Siswa SMAN 4 Balikpapan Kalimantan Timur ... 156

4. Peran dan Upaya yang Dilakukan Pihak Sekolah dalam Pembinaan Toleransi dan Peduli Sosial dalam Upaya Memantapkan Watak Kewarganegaraan (Civic Disposition) Siswa SMAN 4 Balikpapan Kalimantan Timur ... 162


(8)

Yuni Maya Sari, 2014

Pembinaan Toleransi Dan Peduli Sosial Dalam upaya Memantapkan Watak Kewarganegaraan (CIVIC DISPOSITION) Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 177 1. Realitas Toleransi dan Peduli Sosial Para Siswa SMAN 4

Balikpapan Kalimantan Timur... 177 2. Proses Pembinaan Toleransi dan Peduli Sosial melalui

Kegiatan Pembelajaran, Kegiatan Ekstrakurikuler, dan Pembiasaan di Lingkungan Sekolah dalam Upaya

Memantapkan Watak Kewarganegaraan (Civic Disposition)

Siswa SMAN 4 Balikpapan Kalimantan Timur ... 186 3. Faktor-faktor Penghambat dan Penunjang yang Dapat

Diwujudkan dalam Proses Pembinaan Toleransi dan Peduli Sosial dalam Upaya Memantapkan Watak Kewarganegaraan (Civic Disposition) Siswa SMAN 4 Balikpapan Kalimantan

Timur ... 208 4. Peran dan Upaya yang Dilakukan Pihak Sekolah dalam

Pembinaan Toleransi dan Peduli Sosial dalam Upaya Memantapkan Watak Kewarganegaraan (Civic Disposition)

Siswa SMAN 4 Balikpapan Kalimantan Timur ... 214

V. SIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Simpulan ... 218 B. Rekomendasi ... 225

DAFTAR PUSTAKA ... 228

LAMPIRAN

A. Teknik Pengumpulan Data ... 236 B. Data Penelitian ... 250 C. Administrasi Penelitian ... 312


(9)

Yuni Maya Sari, 2014

Pembinaan Toleransi Dan Peduli Sosial Dalam upaya Memantapkan Watak Kewarganegaraan (CIVIC DISPOSITION) Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu RIWAYAT HIDUP PENULIS


(10)

Yuni Maya Sari, 2014

Pembinaan Toleransi Dan Peduli Sosial Dalam upaya Memantapkan Watak Kewarganegaraan (CIVIC DISPOSITION) Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRAK

YUNI MAYA SARI (1201099). PEMBINAAN TOLERANSI DAN PEDULI

SOSIAL DALAM UPAYA MEMANTAPKAN WATAK

KEWARGANEGARAAN (CIVIC DISPOSITION) SISWA (Studi Kasus di SMAN 4 Balikpapan Kalimantan Timur).

Membangkitkan semangat toleransi dan peduli sosial dapat dilakukan melalui pendidikan karakter yang diimplementasikan dalam institusi pendidikan. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan dan mengetahui secara mendalam tentang realitas sikap toleransi dan peduli sosial siswa, proses pembinaan toleransi dan peduli sosial, faktor-faktor pendukung dan penghambat proses pembinaan, dan upaya pihak sekolah dalam pembinaan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus dan data-data diperoleh melalui teknik wawancara mendalam, observasi, studi literatur, dan studi dokumentasi. Penelitian ini dilakukan di Sekolah Menengah Atas Negeri 4 Balikpapan. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa: 1) Realitas sikap toleransi yang ditunjukkan siswa ditandai dengan: menghargai pendapat orang lain baik dalam proses pembelajaran di kelas maupun ketika rapat kegiatan ekstrakurikuler; bersahabat tanpa membedakan suku dan agama; sikap saling menghargai dan menghormati orang lain, mengendalikan emosi dan mudah memaafkan, tidak mengejek teman. Sedangkan realitas sikap peduli sosial yang ditunjukkan oleh siswa ditandai dengan merancang dan melakukan berbagai kegiatan sosial, menghormati petugas-petugas sekolah, saling membantu, menjenguk teman yang sakit, dan melayat apabila ada orang tua siswa meninggal. 2) Proses pembinaan toleransi dan peduli sosial siswa dilakukan melalui pembelajaran PKn di kelas, kegiatan ekstrakurikuler, dan pembiasaan di lingkungan sekolah. 3) Faktor-faktor penunjang dalam proses pembinaan toleransi dan peduli sosial siswa yaitu kebijakan dinas dan kepala sekolah, pedoman kurikulum, kebersamaan warga sekolah, sarana dan prasarana, lingkungan, komitmen sekolah, lingkungan, dan kegiatan ekstrakurikuler. Faktor-faktor penghambat proses pembinaan toleransi dan peduli sosial; masih kurangnya kesadaran dari diri siswa akan pentingnya bertoleransi dan peduli sosial dalam kehidupan; dan masih ada beberapa pihak yang tidak ikut berpartisipasi dan bekerja. 4) Upaya yang dilakukan pihak sekolah dalam proses pembinaan toleransi dan peduli sosial siswa yaitu lebih maksimal dalam mengembangkan toleransi dan peduli sosial pada diri siswa di berbagai kegiatan, lebih terstruktur dalam penyusunan program, alokasi dana dan alokasi waktu, menghargai dan memberikan perlakuan yang sama terhadap seluruh warga sekolah, memfasilitasi kegiatan yang bersifat sosial secara lebih optimal, melibatkan pihak lain dan melakukan koordinasi yang berkesinambungan antara kepala sekolah, guru, dan orang tua. Rekomendasi penelitian ini adalah perlu pembinaan toleransi dan peduli sosial melalui berbagai kegiatan di sekolah untuk membentuk dan memantapkan watak kewarganegaraan siswa.


(11)

Yuni Maya Sari, 2014

Pembinaan Toleransi Dan Peduli Sosial Dalam upaya Memantapkan Watak Kewarganegaraan (CIVIC DISPOSITION) Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Kata Kunci: Toleransi, Peduli Sosial, dan Watak Kewarganegaraan

ABSTRACT

THE CONSTRUCTION OF TOLERANCE AND SOCIAL CARE IN AN EFFORT TO ENHANCE OF STUDENTS CIVIC DISPOSITION

(A Case Study in SMAN 4 Balikpapan East Kalimantan)

The revival of the spirit of tolerance and social care can be done through character education implemented in educational institutions. This study aims to reveal and to find out in depth about the reality of students’ tolerance and social care, the process of the construction of the tolerance and social care, the supporting and inhibiting factors of the development process. This study applies a qualitative approach with case study methods and data obtained through in-depth interview techniques, observation, literature study, and study documentation. This research is done in the public high school state (SMAN) 4 Balikpapan East Kalimantan. The results of the study reveals that; 1) the reality of the students’ tolerance is

characterized by; respecting others’ opinions both in the learning process in the

classroom or when meeting extracurricular activities; making friends regardless of race and religion; having mutual respect and respecting for others; controlling

emotions and forgiving; not mocking friends. While the reality of the students’

social care is shown by designing and conducting social activities, respecting the school staffs, helping each other, visiting friend hospitalized, and making a visit

of condolence. 2) The process of the construction of development of students’

tolerance and social care is conducted through teaching civics in the classroom, extracurricular activities, and habituation in the school environment. 3) The

supporting factors in the process of fostering the students’ tolerance and social

care is the government policy and principals, curriculum guidelines, the school community, school infrastructure, environment, commitment to school, and axtracurricular activities. The inhibiting factors of the development of the tolerance and social care is still a lack of awareness of the importance of the

students’ self-tolerance and social care in life; and still there are those who do not participate and work together. 4) The efforts of the school in the process of fostering the students tolerance and social care are more leverage in developing tolerance and social care on students in various activities, more structured in the preparation of the program, the allocation of funds and the allocation of time, appreciate and give equal treatment to the entire school community, facilitate social activities in a more optimal, involving others and continuous coordination among the principal, teachers, and parents. The recommendation of this study is


(12)

Yuni Maya Sari, 2014

Pembinaan Toleransi Dan Peduli Sosial Dalam upaya Memantapkan Watak Kewarganegaraan (CIVIC DISPOSITION) Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

the need of constructing the tolerance and social care through a variety of

activities in schools to build and strengthen the character of the students’ civis

disposition.


(13)

Yuni Maya Sari, 2014

Pembinaan Toleransi Dan Peduli Sosial Dalam upaya Memantapkan Watak Kewarganegaraan (CIVIC DISPOSITION) Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB I

PENDAHULUAN

Pada bab ini peneliti akan menyajikan terkait dengan latar belakang masalah yang ada di lapangan yang membuat peneliti tertarik melakukan penelitian, kemudian dilanjutkan dengan identifikasi masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi penulisan.

A. Latar Belakang Penelitian

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. Di mana pendidikan mengacu pada berbagai macam aktivitas, mulai dari proses peningkatan kemampuan teknis (skill) sampai pada pembentukan kepribadian yang kokoh dan integral. Sebuah kegiatan yang mampu mengembangkan karakter anggotanya. Pendidikan pengembangan karakter dapat dilakukan melalui berbagai macam kegiatan, seperti penanaman nilai, pengembangan budi pekerti, nilai agama, pembelajaran dan pelatihan nilai-nilai moral dan lain-lain. Sebagaimana digariskan dalam Pasal 3 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (UU RI No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas):

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. (Departemen Pendidikan dan perpusatakaan, 2003:62)


(14)

Yuni Maya Sari, 2014

Pembinaan Toleransi Dan Peduli Sosial Dalam upaya Memantapkan Watak Kewarganegaraan (CIVIC DISPOSITION) Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Salah satu tujuan dari pendidikan adalah menyiapkan generasi penerus bangsa yang memiliki kompetensi sehingga mampu bersaing di dunia nyata. Kompetensi yang dimaksud adalah kompetensi di bidang ilmu pengetahuan, keterampilan serta kompetensi sosial. Kompetensi sosial merupakan hal yang penting yang harus dimiliki oleh setiap individu karena pada hakekatnya setiap manusia tidak bisa lepas dari kegiatan berinteraksi dengan sesamanya di masyarakat.

Pendidikan sebagai salah satu langkah mencerdaskan kehidupan bangsa dan menimbulkan potensi anak didik sesuai dengan apa yang terdapat dalam UU RI No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal 1 dan 2 yakni:

Pasal 1:

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan akhlak, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Pasal 2:

Pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan UUD Negara RI Tahun 1945, yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia, dan tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman.

Berdasarkan undang-undang di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan yang diselenggarakan tidak lain adalah untuk mengembangkan potensi peserta didik kita sesuai dengan minat dan bakatnya. Kemudian menjadikan peserta didik lebih terampil dan tentunya berkepribadian dan juga memiliki spiritual yang baik kepada Sang Pencipta-Nya. Di mana pendidikan yang diselenggarakan berdasar kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.

Belum tercapainya orientasi pendidikan yang mampu mendidik ternyata membawa dampak yang cukup besar bagi kehidupan. Para lulusan pendidikan saat ini seperti kehilangan jati diri bangsa yang dulu dikenal memiliki rasa toleransi


(15)

Yuni Maya Sari, 2014

Pembinaan Toleransi Dan Peduli Sosial Dalam upaya Memantapkan Watak Kewarganegaraan (CIVIC DISPOSITION) Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dan peduli sosial yang tinggi dalam bermasyarakat. Hal ini kemudian diperparah lagi dengan serangan kebudayaan barat yang cenderung mendorong manusia untuk hidup individualis. Banyak fenomena degradasi moralitas generasi muda saat ini yang telah membuktikan bahwa sangat mudah mencari orang-orang yang pandai dan berilmu namun sangat sedikit dari mereka yang bermoral dan mampu menggunakan ilmu sebagai mana mestinya. Mereka hanya menggunakan ilmunya untuk mengejar kepentingan pribadi semata tanpa memperdulikan orang lain.

Sikap toleransi dan peduli sosial yang merupakan jati diri bangsa Indonesia kini mengalami penurunan. Rendahnya sikap toleransi dan peduli sosial terhadap sesama ternyata juga berimbas pada berbagai sendi kehidupan. Carut-marutnya moralitas anak bangsa bisa diamati dalam kehidupan sehari-hari. Seperti pemberitaan media tentang semangat toleransi dalam kehidupan berbangsa di kalangan pelajar semakin menurun. Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Kebudayaan Balitbang Kemendikbud Hurip Danu Ismaji memaparkan bahwa pada konflik sosial yang terjadi ditengah masyarakat, pelajar tidak sekedar

menjadi penonton tetapi sudah ambil bagian secara aktif

(http://www.poskotanews.com, 29 November 2013). Terbukti saat ini makin banyak pelajar terlibat dalam konflik sosial seperti tawuran, geng motor dan tindak kekerasan lainnya. Hidup di tengah-tengah perbedaan akan menyulitkan bagi individu yang tidak mampu menerima dan menghargai perbedaan tersebut.

Setiap individu di masyarakat memiliki ciri khas, latar belakang, agama, suku dan bahasa yang berbeda. Banyaknya perbedaan tersebut merupakan sebuah potensi yang dapat memicu konflik dan perpecahan di masyarakat apabila tidak mampu disikapi secara bijak. Sebagai contoh lain, banyak kerusuhan yang berbau SARA, Pertentangan antar kelompok masyarakat makin meningkat, kebencian yang makin kuat terhadap etnik tertentu, geng motor yang anarkhis, dan tawuran pelajar merupakan bukti nyata bahwa menghargai dan menghormati orang lain sudah menjadi sesuatu yang sangat langka di negara Indonesia. Pemberitaan


(16)

Yuni Maya Sari, 2014

Pembinaan Toleransi Dan Peduli Sosial Dalam upaya Memantapkan Watak Kewarganegaraan (CIVIC DISPOSITION) Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

media tentang tawuran antarpelajar di Indonesia semakin marak, terutama pada sepanjang tahun 2012. Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas Anak) mencatat ada 229 kasus tawuran pelajar sepanjang Januari-Oktober tahun 2013. Jumlah ini meningkat sekitar 44 persen dibanding tahun lalu yang hanya 128 kasus. Dalam 229 kasus kekerasan antarpelajar SMP dan SMA itu, 19 siswa meninggal dunia (http://www.tempo.co/metro, 27 Desember 2013). Selain itu terjadi kembali tawuran pelajar dan antar mahasiswa. Sejumlah mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Kristen Indonesia (UKI) di Cawang, Jakarta Timur terlibat tawuran dengan mahasiswa dari Fakultas Ekonomi akhir tahun 2013 (http://news.detik.com, Selasa, 17/12/2013). Kemudian di awal tahun 2014 terjadi tawuran antara siswa SMK Wiyata Kharisma dengan SMK Menara Siswa Bogor, Rabu (12/2/2014) siang seorang pelajar menjadi korban dan meninggal dunia saat terjadi aksi tawuran di jalan Raya Kemang-Bogor, Kecamatan Kemang, Kabupaten Bogor (http://www. tribunnews.com, 13 Februari 2014). Dampak dari tawuran itu, selain merusak fasilitas kampus, seorang peserta didik harus meregang nyawa sia-sia, sementara belasan lainnya luka parah. Ironis sekali pendidikan kita.

Persoalan tawuran antarpelajar mengindikasikan bahwa kebijakan pendidikan karakter yang dibuat pemerintah belum terealisasi sebagaimana yang diharapkan. Sepanjang tahun 2013, banyak konflik sosial yang terjadi di Indonesia. Berdasarkan catatan Indonesia Police Watch (IPW) ada sekira 153 konflik sosial yang terjadi sepanjang tahun 2013. Ketua Presidium IPW Neta S Pane mengatakan, angka tersebut meningkat 23,7 persen jika dibandingkan dengan konflik sosial yang terjadi di tahun 2012. Konflik sosial di Indonesia, baik

berupa tawuran, bentrokan massa maupun kerusuhan sosial

(http://www.sindonews.com/read, kamis 02 Januari 2014). Seperti konflik sumber daya alam yang tercatat di Kalimatan selama tahun 2012 terjadi pada 135 kelompok masyarakat yang berkonflik. Konflik yang terjadi kebanyakan


(17)

Yuni Maya Sari, 2014

Pembinaan Toleransi Dan Peduli Sosial Dalam upaya Memantapkan Watak Kewarganegaraan (CIVIC DISPOSITION) Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

didominasi dengan komunitas masyarakat adat dengan jumlah 94 komunitas, dan 42 komunitas non masyarakat adat. Di kalimantan barat dan timur, konflik yang terjadi kebanyakan dengan masyarakat adat. Sedangkan di kalimantan selatan dan tengah, konflik yang tercatat adalah konflik dengan komunitas non masyarakat adat. Di Kalimantan Barat 89 persen konflik yang berada di kawasan adat, di Kalimantan Timur 96 persen, Kalimantan Tengah 5 persen dan di Kalimantan Selatan 14 persen (http://geodata-cso.org/index.php/page/index/6, kamis 02 Januari 2014). Selain itu Kompas mencatat beberapa konflik yang terjadi di kalimantan timur diantaranya yaitu Konflik di Kutai Barat antara Dayak-Bugis pada akhir tahun 2012, kasus Tidung-Bugis di Tarakan 2011, kasus Dayak-Bugis di Balikpapan 2011 dan juga kasus Banjar-Dayak-Bugis-Jawa di Samarinda 2011

yang merupakan refleksi dari endapan kecemburuan sosial

(http://sosbud.kompasiana.com, Kamis Januari 2014).

Fenomena-fenomena di atas merupakan bukti nyata dari pernyataan Thomas Lickona (dalam Akhmad Sudrajat, 2011), yang menyatakan bahwa ada 10 aspek degradasi moral yang melanda suatu negara yang merupakan tanda-tanda kehancuran suatu bangsa. Kesepuluh tanda-tanda tersebut adalah:

1. Meningkatnya kekerasan pada remaja. 2. Penggunaan kata-kata yang memburuk.

3. Pengaruh peer group (rekan kelompok) yang kuat dalam tindak kekerasan.

4. Meningkatnya penggunaan narkoba, alkohol dan seks bebas. 5. Kaburnya batasan moral baik-buruk,

6. Menurunnya etos kerja.

7. Rendahnya rasa hormat kepada orang tua dan guru.

8. Rendahnya rasa tanggung jawab individu dan warga negara. 9. Membudayanya ketidakjujuran.

10. Adanya saling curiga dan kebencian di antara sesama.

Meski dengan intensitas yang berbeda-beda, masing-masing dari kesepuluh tanda tersebut tampaknya sedang menghinggapi Negeri ini. Pendidikan karakter menjadi semakin mendesak untuk diterapkan dalam lembaga pendidikan


(18)

Yuni Maya Sari, 2014

Pembinaan Toleransi Dan Peduli Sosial Dalam upaya Memantapkan Watak Kewarganegaraan (CIVIC DISPOSITION) Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kita mengingat krisisnya degradasi karakter atau moralitas anak bangsa. Di sinilah letak pentingnya menanamkan nilai toleransi dan peduli sosial pelajar melalui pendidikan karakter. Sehingga, masyarakat Indonesia akan mampu membuka visi pada cakrawala yang semakin luas. Maka sudah waktunya pendidikan mengambil alih kembali fungsinya dalam mendidik dan membentuk karakter manusia Indonesia yang berpedoman pada nilai-nilai luhur Pancasila. Kita tidak ingin degradasi moralitas bangsa khususnya kalangan pelajar semakin akut.

Melalui pendidikan karakter yang diimplementasikan dalam institusi pendidikan, diharapkan krisis degradasi karakter atau moralitas anak bangsa ini bisa segera teratasi. Lebih dari itu, diharapkan di masa yang akan datang akan terlahirnya generasi bangsa yang memiliki karakter toleransi dan peduli sosial yang tinggi. Pembinaan nilai toleransi dan peduli sosial menjadi sebuah jalan keluar bagi proses perbaikan dalam masyarakat. Situasi sosial yang ada menjadi alasan utama agar pendidikan karakter segera dilaksanakan dalam lembaga pendidikan.

Upaya pendidikan karakter dalam mengembangkan nilai-nilai toleransi dan peduli sosial harus dilakukan dalam berbagai aktivitas dan lingkungan. Dalam lingkungan masyarakat hal ini menjadi sangat penting, karena banyak kepentingan yang terdapat di dalamnya. Dalam lingkungan sekolah sikap toleransi dan peduli sosial menjadi nilai yang penting dan mendasar untuk dikembangkan. Sekolah disepakati sebagai bentuk sistem sosial yang di dalamnya terdiri dari komponen-komponen masyarakat sekolah dengan berbagai latar; ekonomi, lingkungan keluarga, kebiasaan-kebiasaan, agama bahkan keinginan, cita-cita dan minat yang berbeda. Dengan perbedaan-perbedaan ini tidak mustahil bila terjadi benturan-benturan kepentingan yang juga mengarah pada konflik-konflik kepentingan. Oleh karena itu diperlukan upaya-upaya yang secara sengaja dan terus-menerus diarahkan untuk mengembangkan toleransi dan peduli sosial ini kepada siswa, sehingga mereka mendapatkan latihan-latihan dan pengalaman yang bermakna


(19)

Yuni Maya Sari, 2014

Pembinaan Toleransi Dan Peduli Sosial Dalam upaya Memantapkan Watak Kewarganegaraan (CIVIC DISPOSITION) Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

yang terkait dengan aspek-aspek tersebut, untuk selanjutnya dibawa dan dikembangkan dalam lingkungan masyarakat yang lebih majemuk. Dengan memperhatikan visi, misi, dan tujuan sekolah, pembinaan nilai toleransi dan peduli sosial ditandai dengan penekanan dimensi watak, karakter, sikap dan hal-hal lain yang bersifat afektif.

Pendidikan karakter bukan sekedar memiliki dimensi integratif, dalam arti mengukuhkan moral intelektual anak didik sehingga menjadi pribadi yang kokoh dan tahan uji, melainkan juga bersifat kuratif secara personal maupun sosial. Pendidikan karakter menjadi sebuah jalan keluar bagi proses perbaikan dalam masyarakat. Situasi sosial yang ada menjadi alasan utama agar pendidikan karakter segera dilaksanakan dalam lembaga pendidikan.

Karena itulah menarik untuk mempertanyakan dan menelusuri sejauhmana sekolah sebagai lembaga pendidikan formal menjalankan pembinaan pendidikan karakter? Bagaimana peran dan upaya yang dilakukan pihak sekolah dalam proses pembinaan toleransi dan peduli sosial siswa di lingkungan sekolah? Bertitik tolak dari fenomena di atas, peneliti memilih satuan pendidikan SMAN 4 Balikpapan Kalimantan Timur. SMAN 4 Balikpapan merupakan sekolah yang telah mengimplikasikan pendidikan karakter di dalam proses pembelajaran, kegiatan ektrakurikuler, dan pembiasaan di lingkungan sekolah. Selain itu sekolah ini merupakan sekolah inklusi. Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul : “PEMBINAAN TOLERANSI DAN

PEDULI SOSIAL DALAM UPAYA MEMANTAPKAN WATAK

KEWARGANEGARAAN (CIVIC DISPOSITION) SISWA.” B. Identifikasi Masalah

Agar penelitian ini mencapai sasaran sesuai dengan tujuan yang diharapkan, penulis merasa perlu merumuskan apa yang menjadi fokus masalah dalam penelitian ini. Berdasarkan pada latar belakang masalah sebagaimana diuraikan di atas, maka masalah ini dapat diidentifikasi sebagai berikut :


(20)

Yuni Maya Sari, 2014

Pembinaan Toleransi Dan Peduli Sosial Dalam upaya Memantapkan Watak Kewarganegaraan (CIVIC DISPOSITION) Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1. Belum tercapainya orientasi pendidikan yang mampu mendidik.

2. Kurangnya kesadaran siswa tentang perannya sebagai calon generasi penerus bangsa.

3. Siswa belum bisa mengaplikasikan pendidikan karakter yang ada di sekolah dalam berinteraksi sosial secara maksimal.

4. Banyak fenomena degradasi moralitas generasi muda saat ini membuktikan bahwa semangat toleransi dam kepedulian sosial dalam kehidupan berbangsa di kalangan pelajar semakin menurun.

5. Banyak kerusuhan yang berbau SARA, pertentangan antar kelompok masyarakat makin meningkat, kebencian yang makin kuat terhadap etnik tertentu, geng motor yang anarkhis, dan tawuran pelajar.

C. Rumusan Masalah

Bertolak dari latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka secara umum yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah pembinaan toleransi dan peduli sosial dalam upaya memantapkan watak kewarganegaraan (civic disposition) siswa SMAN 4 Balikpapan Kalimantan Timur?

Untuk lebih memfokuskan penelitian yang dilakukan, maka penulis merumuskan beberapa sub-permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana realitas sikap toleransi dan peduli sosial siswa di SMAN 4 Balikpapan Kalimantan Timur?

2. Bagaimana proses pembinaan toleransi dan peduli sosial melalui proses pembelajaran, kegiatan ektrakurikuler, dan pembiasaan di lingkungan sekolah dalam upaya memantapkan watak kewarganegaraan (civic disposition) siswa SMAN 4 Balikpapan Kalimantan Timur?


(21)

Yuni Maya Sari, 2014

Pembinaan Toleransi Dan Peduli Sosial Dalam upaya Memantapkan Watak Kewarganegaraan (CIVIC DISPOSITION) Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3. Faktor-faktor penghambat dan penunjang apa sajakah dalam proses pembinaan toleransi dan peduli sosial siswa SMAN 4 Balikpapan Kalimantan Timur?

4. Bagaimanakah peran dan upaya pihak sekolah dalam mengatasi hambatan proses pembinaan toleransi dan peduli sosial dalam upaya memantapkan watak kewarganegaraan (civic disposition) siswa SMAN 4 Balikpapan Kalimantan Timur?

D. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum.

Tujuan penelitian berisi uraian tentang rumusan hasil yang akan dicapai oleh mahasiswa selaku peneliti yang merupakan jawaban terhadap pertanyaan

“mengapa penelitian dilakukan”. Secara umun, studi atau penelitian ini bertujuan untuk menggali dan mengungkapkan secara mendalam pembinaan toleransi dan peduli sosial dalam upaya memantapkan watak kewarganegaraan (civic disposition) siswa SMAN 4 Balikpapan Kalimantan Timur.

2. Tujuan Khusus.

Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan dan mengetahui secara mendalam:

1. Realitas sikap toleransi dan peduli sosial siswa di SMAN 4 Balikpapan Kalimantan Timur.

2. Proses pembinaan nilai toleransi dan peduli sosial melalui proses pembelajaran, kegiatan ekstrakurikuler, dan pembiasaan di lingkungan sekolah dalam upaya memantapkan watak kewarganegaraan (civic disposition) siswa SMAN 4 Balikpapan Kalimantan Timur.

3. Faktor-faktor penghambat dan penunjang dalam proses pembinaan toleransi dan peduli sosial siswa SMAN 4 Balikpapan Kalimantan Timur.


(22)

Yuni Maya Sari, 2014

Pembinaan Toleransi Dan Peduli Sosial Dalam upaya Memantapkan Watak Kewarganegaraan (CIVIC DISPOSITION) Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4. Peran dan upaya pihak sekolah dalam mengatasi hambatan proses pembinaan nilai toleransi dan peduli sosial dalam upaya memantapkan watak kewarganegaraan (civic disposition) siswa SMAN 4 Balikpapan Kalimantan Timur.

E. Manfaat Penelitian. 1. Manfaat Akademik Ilmiah.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menyumbang khasanah ilmu pengetahuan dan mengembangkan Pendidikan Kewarganegaraan. Khususnya di Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan Pascasarjana Universitas Pendidikan dan di Indonesia pada umumnya.

2. Manfaat Sosial Praktis a. Bagi siswa.

Hasil penelitian ini diharapkan semakin meningkatkan toleransi dan peduli sosial siswa baik di lingkungan sekolah maupun di lingkungan masyarakat. b. Bagi guru.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan acuan selanjutnya untuk lebih menekankan pada pengajaran toleransi dan peduli sosial pada siswa agar melahirkan warga negara yang memiliki rasa toleransi dan peduli sosial yang tinggi.

c. Bagi penulis.

Penelitian ini akan memberi manfaat yang sangat berharga berupa pengalaman praktis dalam penelitian ilmiah. Sekaligus dapat dijadikan referensi ketika mengamalkan ilmu terutama di lembaga pendidikan.


(23)

Yuni Maya Sari, 2014

Pembinaan Toleransi Dan Peduli Sosial Dalam upaya Memantapkan Watak Kewarganegaraan (CIVIC DISPOSITION) Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tesis yang akan dikembangkan tersusun menjadi 5 (lima) bab, yang terdiri dari (1) bab pendahuluan, (2) bab tinjauan pustaka, (3) metode penelitian, (4) hasil penelitian dan pembahasan, dan (5) simpulan dan rekomendasi. Pada bab pendahuluan secara rinci mendeskripsikan latar belakang masalah, identifikasi masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat hasilpenelitian, danstruktur organisasi penulisan tesis.

Pada bab selanjutnya tinjauan pustaka yang berisikan tentang pembinaan nilai toleransi dan peduli sosial dalam pendidikan karakter yang terdiri dari pendidikan karakter (pengertian pendidikan karakter, tujuan pendidikan karakter, indikator aspek-aspek pendidikan karakter, implementasi pendidikan karakter di sekolah), nilai toleransi dalam pendidikan karakter, nilai peduli sosial dan watak kewarganegaraan (Civic disposition) siswa (pengertian dan indikator watak kewarganegaraan). Di bagian akhir ditutup dengan hasil penelitian yang relevan.

Bab berikutnya merupakan metode penelitian yang meliputi lokasi dan subjek penelitian, pendekatan penelitian, metode penelitian, definisi operasional, instrumen penelitian, proses pengembangan instrumen, teknik pengumpulan data, serta analisis data. Pada bab selanjutnya yaitu bab tentang hasil dan pembahasan yang mencakup tentang gambaran umum objek penelitian, deskripsi hasil penelitian, serta pembahasan hasil penelitian. Dan bab terakhir merupakan bab penutup yang berisi simpulan dari seluruh pembahasan tesisini dan sekaligus memberikan rekomendasi.


(24)

Yuni Maya Sari, 2014

Pembinaan Toleransi Dan Peduli Sosial Dalam upaya Memantapkan Watak Kewarganegaraan (CIVIC DISPOSITION) Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III

METODE PENELITIAN

Pada bab ini akan dipaparkan mengenai metode penelitian yang mencakup lokasi dan subyek penelitian, pendekatan dan metode penelitian, definisi operasional, instrumen penelitain, proses pengembangan instrumen, teknik pengumpulan data, analisis data, keabsahan temuan penelitian, serta tahap-tahap pelaksanaan penelitian di lapangan.

A. Lokasi dan Subyek Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Adapun yang dijadikan lokasi dalam penelitian ini adalah SMAN 4 Balikpapan Kalimantan Timur yang berada di jalan Sepinggan Baru RT.48 No. 36 Kelurahan Sepinggan, Kecamatan Balikpapan Selatan, Kota Balikpapan, Propinsi Kalimantan Timur, dekat dengan Bandar Udara Sepinggan. SMAN 4 Balikpapan Kalimantan Timur dijadikan tempat penelitian karena sekolah ini merupakan sekolah yang telah menerapkan pendidikan karakter dan juga merupakan sekolah Inklusi (menerima anak berkebutuhan khusus) sehingga data yang didapat sesuai dengan realitas yang ada.

2. Subyek Penelitian

Terdapat beberapa kriteria yang digunakan dalam penetapan subyek penelitian, yakni latar (setting), para pelaku (actors), peristiwa-peristiwa (events), dan proses (process) (Miler dan Huberman, 1992: 56). Kriteria pertama: adalah latar, yang maksudnya ialah situasi dan tempat berlangsungnya proses pengumpulan data, yaitu SMAN 4 Balikpapan Kalimantan Timur. Kriteria

kedua: adalah para pelaku, dalam penelitian ini, peneliti mewawancarai sepuluh responden yang terdiri dari guru PKn Marta Patibong, S.Pd (54 tahun) dan Jajuk Prihandini, S.Pd., MM. (47 tahun), serta siswa yakni: Marcel Hezkiel (16 tahun),


(25)

Yuni Maya Sari, 2014

Pembinaan Toleransi Dan Peduli Sosial Dalam upaya Memantapkan Watak Kewarganegaraan (CIVIC DISPOSITION) Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Meilitta Naurah Nazhifah (17 tahun), dan Suriansyah (20 tahun). Selain itu, peneliti mengadakan cross check dengan beberapa narasumber terkait dengan lainnya, seperti Kepala Sekolah (Drs. Heru Marsono, M.M., 51 tahun), Wakil Kepala Sekolah bidang Kurikulum (Dra. Agnes Bussan, 56 tahun), Wakil Kepala Sekolah bidang Kesiswaan merangkap sebagai pembina OSIS (Topo Suprianto,S.Pd, 49 tahun), Pembina Kerohanian (Suryadi,S.Ag., 57 tahun), pembina UKS (Ramlawati, S.Pd., 43 tahun), Pendiri Sekolah Rakyat (Oci Robiyanto, 27 tahun), dan Pengurus Panti Asuhan (Bapak Ali, 61 tahun)

Pelaku atau yang sering disebut dengan sumber responden dipilih secara

puspose sampling dan bersifat snow ball sampling, maka informasi yang sengaja ditetapkan oleh peneliti mungkin saja dapat dikembangkan di lapangan apabila peneliti menemukan orang yang lebih mengetahui tentang permasalahan yang diteliti, atau tidak menutup kemungkinan didapatnya data-data selain dari sumber data yang telah ditetapkan di atas, selama data tersebut dapat menunjang keberhasilan penyelidikan dalam penelitian ini. Sesuai namanya snowball sampling, teknik ini bagaikan bola salju yang turun menggelinding dari puncak gunung ke lembah, semakin lama semakin membesar ukurannya. Jadi, teknik ini merupakan teknik penentuan subjek penelitian yang awalnya berjumlah kecil, kemudian berkembang semakin banyak. Proses ini baru berakhir bila peneliti merasa data telah jenuh, artinya periset merasa tidak lagi menemukan sesuatu yang baru dari wawancara (Kriyantono, 2009:158-159).

Kriteria ketiga: adalah peristiwa-peristiwa, yang dimaksud ialah hal-hal yang berkaitan dengan pelaksanaan pembinaan nilai toleransi dan peduli sosial dalam pendidikan karakter sebagai upaya memantapkan watak kewarganegaraan seperti kegiatan pembelajaran di kelas, kegiatan-kegiatan sosial yang dilakukan di sekolah. Dan kriteria yang keempat: adalah proses, yaitu wawancara peneliti dengan subyek penelitian yang berkenaan dengan pendapat dan pandangannya terhadap fokus masalah dalam penelitian ini.


(26)

Yuni Maya Sari, 2014

Pembinaan Toleransi Dan Peduli Sosial Dalam upaya Memantapkan Watak Kewarganegaraan (CIVIC DISPOSITION) Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu B. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian tentang pembinaan nilai toleransi dan peduli sosial siswa dalam pendidikan karakter sebagai upaya memantapkan watak kewarganegaraan adalah pendekatan kualitatif. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Creswell (1998: 15), bahwa penelitian kualitatif adalah :

Qualitatif research is a inquiry process of understanding based on distinct methodological tradition of inquiry that explore a social or human problem. The researcher builds a complex, holistic picture, analyses words, reports detailed views of informants, and conducts the study in a natural setting.

Dari kutipan di atas dapat dijelaskan bahwa penelitian kualitatif adalah proses penelitian untuk memahami berdasarkan tradisi metodologi penelitian tertentu dengan cara menyelidiki masalah sosial atau manusia. Peneliti membuat gambaran kompleks yang bersifat holistik, menganalisis kata-kata, melaporkan pandangan-pandangan para informan secara rinci, dan melakukan penelitian dalam situasi alamiah.

Pendekatan kualitatif yang digunakan dalam penelitian ini berimplikasi pada penggunaan ukuran-ukuran kualitatif secara konsisten, artinya dalam pengolahan data, sejak mereduksi, menyajikan, memverifikasi dan menyimpulkan data tidak menggunakan perhitungan-perhitungan secara matematis dan statis, melainkan lebih menekankan pada kajian interpretatif. Lebih lanjut menurut Nasution (1996:18) penelitian kualitatif disebut juga dengan penelitian naturalistik. Disebut kualitatif karena sifat data yang dikumpulkan bercorak kualitatif, bukan kuantitatif, karena tidak menggunakan alat-alat pengukuran. Disebut naturalik karena situasi lapangan penelitian bersifat natural atau wajar, sebagaimana adanya, tanpa dimanipulasi, diatur dengan eksperimen atau tes.

Karakteristik pokok yang menjadi perhatian dalam penelitian kualitatif adalah kepedulian terhadap makna. Dalam hal ini penelitian naturalistik tidak peduli terhadap persamaan dari objek penelitian, melainkan sebaliknya


(27)

Yuni Maya Sari, 2014

Pembinaan Toleransi Dan Peduli Sosial Dalam upaya Memantapkan Watak Kewarganegaraan (CIVIC DISPOSITION) Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

mengungkap pandangan tentang kehidupan dari orang-orang yang berbeda-beda. Pemikiran ini didasarkan pula oleh kenyataan bahwa makna yang ada dalam setiap manusia berbeda-beda. Oleh karena itu tidak mungkin untuk mengungkap kenyataan yang ada dalam diri orang yang unik itu menggunakan alat lain kecuali manusia sebagai instrumen.

Pendekatan kualitatif dipandang sesuai dengan masalah penelitian ini dengan alasan sebagai berikut:

a) Permasalahan yang dikaji dalam penelitian tentang pembinaan nilai toleransi dan peduli sosial dalam pendidikan karakter sebagai upaya memantapkan watak kewarganegaraan siswa ini membutuhkan sejumlah data lapangan yang sifatnya aktual dan kontekstual.

b) Pemilihan pendekatan ini didasarkan pada keterkaitan masalah yang dikaji dengan sejumlah data primer dari subyek penelitian yang tidak dapat dipisahkan dari latar alamiahnya.

c) Penelitian ini berfokus pada bagaimana realitas toleransi dan peduli sosial siswa, proses pembinaan nilai toleransi dan peduli sosial dalam pendidikan karakter sebagai upaya memantapkan watak kewarganegaraan (civic disposition) siswa, faktor-faktor penunjang dan penghambat, serta peran dan upaya pihak sekolah dalam pembinaan nilai toleransi dan peduli sosial siswa. Hal ini dapat terungkap melalui pendekatan kualitatif sesuai dengan karakteristik kualitatif yang dikemukakan oleh Bogdan & Mien (1982: 28) :

qualitative researchers are concerned with process rather than simply with outcomes or products. Penekanan kualitatif pada proses memberikan keuntungan dalam penelitian ini antara lain memperoleh gambaran dan informasi berupa bagaimana realitas, proses, faktor penunjang dan penghambat, serta peran dan upaya pihak sekolah secara nyata dalam memantapkan watak kewarganegaraan (civic disposition) siswa SMAN 4 Balikpapan Kalimantan Timur.


(28)

Yuni Maya Sari, 2014

Pembinaan Toleransi Dan Peduli Sosial Dalam upaya Memantapkan Watak Kewarganegaraan (CIVIC DISPOSITION) Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Dengan melakukan pendekatan penelitian kualitatif, peneliti dapat lebih leluasa mengetahui sejauh mana pembinaan nilai toleransi dan peduli sosial dalam pendidikan karakter sebagai upaya memantapkan watak kewarganegaraan siswa SMAN 4 Balikpapan Kalimantan Timur. Selain itu peneliti ingin dapat mengungkapkan perilaku seseorang, pengetahuan, gagasan dan pikirannya, sebab pada hakekatnya penelitian kualitatif merupakan pengamatan terhadap orang-orang tertentu dalam lingkungannya, berinteraksi dengan mereka dan berusaha memahami bahasa mereka serta menafsirkannya sesuai dengan dunianya.

C. Metode Penelitian

Metode adalah suatu cara, prosedur, prinsip-prinsip dan proses yang digunakan untuk memecahkan masalah dalam penelitian. Berdasarkan pengertian tersebut, metode yang digunakan pada rencana penelitian tesis yang hendak peneliti lakukan ini adalah metode studi kasus yang merupakan bagian dari penelitian kualitatif. Creswell (2010:20) mengatakan bahwa penelitian kualitatif sebenarnya meliputi sejumlah metode penelitian diantaranya Etnografi, Grounded Theory, Studi Kasus, Fenomenologi, dan Naratif. Penelitian studi kasus merupakan strategi penelitian dimana di dalamnya peneliti menyelidiki secara cermat suatu program, peristiwa, aktivitas, proses, atau sekelompok individu-individu. Penelitian studi kasus memusatkan perhatian pada satu objek tertentu yang diangkat sebagai sebuah kasus untuk dikaji secara mendalam sehingga mampu membongkar realitas di balik fenomena.

Metode studi kasus dipilih sebagai metode dalam penelitian ini karena permasalahan yang dikaji terjadi pada tempat dan situasi tertentu. Penelitian kualitatif dengan metode studi kasus dimaksudkan untuk mengungkapkan dan


(29)

Yuni Maya Sari, 2014

Pembinaan Toleransi Dan Peduli Sosial Dalam upaya Memantapkan Watak Kewarganegaraan (CIVIC DISPOSITION) Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

memahami kenyataan-kenyataan yang terjadi di lapangan sebagaimana adanya. Menurut Nasution (1996:55) Studi Kasus atau case study adalah untuk penelitian yang mendalam tentang suatu aspek lingkungan sosial termasuk manusia di dalamnya. Case study dapat dilakukan terhadap seorang individu, kelompok atau suatu golongan manusia, lingkungan hidup manusia atau lembaga sosial.

Hal di atas sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Arikunto (1998:120) yang mengatakan bahwa: Penelitian studi kasus adalah suatu penelitian yang dilakukan secara intensif terperinci dan mendalam terhadap suatu organisasi, lembaga, atau gejala tertentu. Bila ditinjau dari lingkup wilayahnya, maka penelitian kasus hanya meliputi daerah yang sangat sempit. Tetapi bila ditinjau dari lingkup sifatnya, maka penelitian kasus merupakan penelitian yang lebih mendalam membicarakan kemungkinan untuk memecahkan masalah yang aktual dengan mengumpulkan data, menyusun data, mengklarifikasikannya dan menginterpretasikannya.

Studi kasus merupakan metode penelitian kualitatif yang memiliki beberapa keunggulan. Lincon & Guba (1985:137) mengungkapkan bahwa keistimewaan studi kasus meliputi hal-hal berikut:

a) Studi kasus merupakan sarana utama bagi penelitian emik yaitu penyajian pandangan subyek yang diteliti.

b) Studi kasus menyajikan uraian menyeluruh yang mirip dengan apa yang dialami pembaca dalam kehidupan sehari-hari.

c) Studi kasus merupakan sarana efektif untuk menunjukkan hubungan antara peneliti dengan informan.

d) Studi kasus memungkinkan pembaca untuk menemukan konsistensi internal yang tidak hanya merupakan konsistensi gaya dan konsistensi faktual tetapi juga keterpercayaan (trustworthiness).

e) Studi kasus memberikan “uraian tebal” yang diperlukan bagi penilaian atau transferabilitas.


(30)

Yuni Maya Sari, 2014

Pembinaan Toleransi Dan Peduli Sosial Dalam upaya Memantapkan Watak Kewarganegaraan (CIVIC DISPOSITION) Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

f) Studi kasus terbuka bagi penilaian atas konteks yang turut berperan bagi pemaknaan atas fenomena dalam konteks tersebut.

Pendapat di atas menggambarkan bahwa metode studi kasus lebih menitikberatkan pada sebuah kasus, adapun kasus yang dimaksud dalam penelitian ini adalah bagaimana pembinaan niali toleransi dan peduli sosial dalam pendidikan karakter sebagai upaya memantapkan watak kewarganegaraan (civic disposition) siswa SMAN 4 Balikpapan Kalimantan Timur. Penggunaan pendekatan penelitian kualitatif dengan metode studi kasus diharapkan mampu mengungkap aspek-aspek yang diteliti, terutama mengetahui bagaimana realitas toleransi dan peduli sosial siswa, bagaimana proses pembinaan nilai toleransi dan peduli sosial dalam pendidikan karakter sebagai upaya memantapkan watak kewarganegaraan siswa, faktot-faktor penunjang dan penghambat, serta peran dan usaha pihak sekolah dalam mengatasi hambatan dalam membina nilai toleransi dan peduli sosial siswa.

Penggunaan pendekatan penelitian kualitatif dengan metode studi kasus dalam penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui kondisi yang obyektif dan mendalam tentang fokus penelitian. Pendekatan studi kasus dipilih karena permasalahan yang dijadikan fokus penelitian ini hanya terjadi ditempat tertentu yaitu di SMAN 4 Balikpapan Kalimantan Timur. Dalam pelaksanaanya, peneliti lebih banyak menggunakan pendekatan antar personal di dalam penelitian ini, yang artinya selama proses penelitian peneliti lebih banyak mengadakan kontak dengan orang-orang di lingkungan SMAN 4 Balikpapan Kalimantan Timur terutama dengan kepala sekolah, guru pembina ekstrakurikuler, guru PKn, dan siswa.

D. Definisi Operasional

Definisi operasional di dalam sebuah penelitian bertujuan untuk menghindari kesalahan pemahaman dalam menafsirkan istilah yang berkaitan dengan judul atau kajian penilitian. Agar dalam penulisan ini tidak terjadi


(31)

Yuni Maya Sari, 2014

Pembinaan Toleransi Dan Peduli Sosial Dalam upaya Memantapkan Watak Kewarganegaraan (CIVIC DISPOSITION) Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kerancuan makna atau salah persepsi, maka dipandang perlu dalam penulisan ini dicantumkan definisi dari permasalahan yang diangkat yaitu toleransi, peduli sosial, pendidikan karakter, dan watak kewarganegaraan.

1. Toleransi

Dalam penelitian ini, definisi toleransi merujuk pada pendapat-pendapat dari:

a) Daryanto (2013:135) mengatakan bahwa toleransi adalah sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnik, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dengan dirinya.

b) Naim (2012:138) yang mengatakan bahwa toleransi merupakan sikap membiarkan ketidaksepakatan serta tidak menolak pendapat, sikap, ataupun gaya hidup orang yang berbeda dengan pendapat, sikap, serta gaya hidupnya sendiri.

c) Wiyani (2013:184) mengatakan bahwa secara sederhana toleransi adalah sikap saling menghargai baik antar individu maupun antar kelompok yang berbeda suku, agama, ras maupun adat.

Dari rujukan-rujukan di atas, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa yang dimaksud toleransi dalam penelitian ini ialah suatu sikap pengakuan yang saling menghormati, menghargai, memahami, dan tidak memaksakan kehendak dalam bentuk-bentuk dan cara-cara yang merugikan satu sama lain tanpa membedakan suku, agama, ras, ataupun golongan sehingga dapat terciptanya kedamaian, kerukunan, serta mampu hidup berdampingan karena setiap orang memiliki hak untuk memilih jalan hidup dan tindakannya sendiri. Dengan toleransi ia akan memperlakukan orang lain dengan baik dan penuh pengertian, menentang permusuhan, kekejaman, kefanatikan, serta menghargai orang-orang berdasarkan karakter mereka.

Indikator nilai toleransi untuk jenjang SMA menurut Kementerian Pendidikan Nasional Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat kurikulum yaitu :


(32)

Yuni Maya Sari, 2014

Pembinaan Toleransi Dan Peduli Sosial Dalam upaya Memantapkan Watak Kewarganegaraan (CIVIC DISPOSITION) Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tabel 3.1

Indikator Nilai Toleransi Untuk Jenjang SMA

No Nilai Indikator Toleransi jenjang SMA 1 Toleransi.

Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya.

 Memberi kesempatan kepada teman untuk berbeda pendapat.

 Bersahabat dengan teman lain tanpa membedakan agama, suku, dan etnis.  Mau mendengarkan pendapat yang

dikemukakan teman tentang budayanya.  Mau menerima pendapat yang berbeda

dari teman sekelas.

(Sumber: Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa oleh Kemendiknas, 2010) 2. Peduli sosial.

Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan peduli sosial di sini merujuk pada beberapa pendapat yaitu:

a) Daryanto (2013: 142) mengatakan bahwa peduli sosial adalah suatu sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain dan masyarakat yang mebutuhkan.

b) Mu’in (2011:231) mengatakan bahwa kepedulian merupakan sifat yang membuat pelakunya merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain, mengetahui bagaimana rasanya menjadi orang lain dengan menunjukkan tindakan memberi atau terlibat langsung dengan orang tersebut karena adanya perasaan bahwa orang lain atau kelompok lain adalah bagian dari kita dan ketika mereka susah maka kita merasa harus berbagi dengan mereka.

c) Atoshoki (2005:269) menyatakan bahwa kepedulian sosial ialah suatu bentuk kepedulian terhadap sesama yang sedang membutuhkan bantuan, di mana bentuk kepedulian itu tidak hanya berbentuk materi, tapi juga berbentuk perhatian, penerimaan, penyediaan waktu, pikiran dan hati.


(33)

Yuni Maya Sari, 2014

Pembinaan Toleransi Dan Peduli Sosial Dalam upaya Memantapkan Watak Kewarganegaraan (CIVIC DISPOSITION) Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Berdasarkan rujukan-rujukan di atas maka penulis simpulkan bahwa pengertian peduli sosial dalam penelitian ini yaitu suatu perilaku baik seseorang terhadap orang lain disekitarnya, kepedulian antar sesama yang timbul dari hati yang terbuka bersedia untuk berbagi kepada sesama, tanpa didorong atau disertai oleh alasan-alasan apapun di mana segala perbedaan menjadi hilang, semua bersatu dalam rasa peduli pribadi dan peduli sesama. Adapun indikator nilai peduli sosial yang dapat diamati bagi anak SMA yaitu:

Tabel 3.2 Indikator Nilai Peduli Sosial untuk Jenjang SMA

No Nilai Indikator peduli sosial jenjang SMA 1 Peduli sosial:

Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan bagi orang lain dan

masyarakat yang membutuhkan.

 Merancang dan melaksanakan berbagai kegiatan sosial.

 Menghormati petugas-petugas sekolah.

 Membantu teman yang sedang memerlukan bantuan.

 Menyumbang darah.

(Sumber: Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa oleh Kemendiknas, 2010) 3. Pendidikan karakter

Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan peduli sosial di sini merujuk pada beberapa pendapat yaitu:

a) Megawati (2004:95) mendefinisikan pendidikan karakter sebagai upaya untuk membantu perkembangan jiwa anak-anak baik lahir maupun batin, dari sifat kodratinya menuju ke arah peradaban yang manusiawi dan lebih baik.

b) Kemdiknas (2010:8) mengatakan bahwa pendidikan karakter adalah pendidikan yang menanamkan dan mengembangkan karakter-karakter luhur kepada peserta didik, sehingga mereka memiliki karakter luhur itu, menerapkan dan mempraktikan dalam kehidupannya, baik dalam keluarga maupun sebagai anggota masyarakat serta warga negara.


(34)

Yuni Maya Sari, 2014

Pembinaan Toleransi Dan Peduli Sosial Dalam upaya Memantapkan Watak Kewarganegaraan (CIVIC DISPOSITION) Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

c) Zubaedi (2011:25) mengatakan bahwa pendidikan karakter sebagai pendidikan budi pekerti plus, yang intinya merupakan program pengajaran yang bertujuan untuk mengembangkan watak dan tabiat peserta didik dengan cara menghayati nilai-nilai dan keyakinan masyarakat sebagai kekuatan moral dalam hidupnya melalui kejujuran, dapat dipercaya, disiplin, dan kerjasama yang menekankan ranah afektif (sikap) tanpa meninggalkan ranah kognitif (berfikir rasional), dan ranah skill (keterampilan).

Berdasarkan rujukan-rujukan dari beberapa pendapat di atas maka penulis menarik kesimpulan bahwa pengertian pendidikan karakter di penelitian ini yaitu usaha sadar dan terencana dalam menanamkan nilai-nilai yang menjadi pedoman dan jati diri bangsa sehingga terinternalisasi didalam diri peserta didik yang mendorong dan mewujud dalam sikap dan perilaku yang baik.

4. Watak Kewarganegaraan (Civic Disposition)

Dalam penelitian ini, yang dimaksud dengan watak kewarganegaraan adalah sikap dan kebiasaan berpikir warga negara yang menopang berkembangnya fungsi sosial yang sehat dan jaminan kepentingan umum dari sistem demokrasi. Watak kewarganegaraan mencakup sejumlah karakteristik kepribadian yakni penghormatan dan interaksi manusiawi, tanggung jawab individual, disiplin diri, kepedulian terhadap masyarakat, keterbukaan pikiran yang mencakup keterbukaan, skeptisisme, pengenalan terhadap kemenduaan, sikap kompromi yang mencakup prinsip-prinsip konflik dan batas-batas kompromi, toleransi pada keragaman, kesabaran dan keajekan, keharuan, kemurahan hati, dan kesetiaan terhadap bangsa dan segala prinsipnya.

Dari berbagai definisi di atas yang dimaksud dalam judul tesis ini adalah bagaimanakah pembinaan toleransi dan perilaku sosial dalam upaya memantapkan watak kewarganegaraan (civic disposition) siswa di Sekolah Menengah Atas Negeri 4 bertempat di Kelurahan Sepinggan baru, Kota Balikpapan, Provinsi


(35)

Yuni Maya Sari, 2014

Pembinaan Toleransi Dan Peduli Sosial Dalam upaya Memantapkan Watak Kewarganegaraan (CIVIC DISPOSITION) Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Kalimantan Timur, karena melihat kondisi generasi kita sekarang mengalami dekadensi moral dan diharapkan pendidikan karakter ini dapat dijadikan sebagai solusi yang cepat dan tepat.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian menurut Arikunto (2006:149) merupakan alat bantu bagi peneliti dalam mengumpulkan data. Sedangkan menurut Arikunto dalam edisi sebelumnya adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis, sehingga mudah diolah.

Dalam hal ini Sugiyono (2011: 305) mengemukakan, terdapat dua hal utama yang mempengaruhi kualitas dari hasil penelitian, yakni kualitas instrumen penelitian dan kualitas pengumpul data. Kualitas instrumen penelitian berkenaan dengan validitas dan reliabilitas instrumen dan kualitas pengumpul data berkaitan dengan ketepatan cara-cara yang digunakan untuk mengumpulkan data. Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen atau alat penelitian adalah peneliti itu sendiri. Dalam hal ini peneliti adalah instrumen utama (key instrument) dalam pengumpulan data. Jadi peneliti adalah instrumen kunci dalam penelitian kualitatif. Dalam kaitan tersebut Moleong (2005:9) berpendapat bahwa:

Bagi peneliti kualitatif manusia adalah instrumen utama, karena ia menjadi segala dari keseluruhan penelitian. Ia sekaligus sebagai perencana, pelaksana, pengumpul data, penganalisis data, penafsir, dan pada akhirnya ia menjadi pelopor penelitiannya.

Dari kutipan di atas, alat penelitian utama itu sendiri adalah peneliti sebagai orang yang bertindak di lapangan dalam pelaksanaan penelitian. Instrumen yang digunakan oleh peneliti dalam hal ini adalah instrumen pokok dan instrumen penunjang. Instrumen pokok adalah manusia itu sendiri sedangkan instrumen penunjang adalah pedoman observasi dan pedoman wawancara.


(36)

Yuni Maya Sari, 2014

Pembinaan Toleransi Dan Peduli Sosial Dalam upaya Memantapkan Watak Kewarganegaraan (CIVIC DISPOSITION) Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1) Instrumen pokok dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri. Peneliti sebagai instrumen dapat berhubungan langsung dengan responden dan mampu memahami serta menilai berbagai bentuk dari interaksi di lapangan. Menurut Moleong (2007: 168) Kedudukan peneliti dalam penelitian kualitatif adalah ia sekaligus merupakan perencana, pelaksana, pengumpulan data, analisis, penafsir data, pada akhirnya ia menjadi pelapor hasil penelitiannya.

2) Instrumen kedua dalam penelitian ini adalah pedoman wawancara dilakukan dengan tahap-tahap berikut ini :

a) Mengadakan identifikasi terhadap variabel-variabel yang ada di dalam rumusan judul penelitian atau yang tertera di dalam problematika penelitian.

b) Menjabarkan variabel menjadi sub atau bagian variabel. c) Mencari indikator setiap sub atau bagian variabel. d) Menderetkan deskriptor menjadi butir-butir instrumen.

e) Melengkapi instrumen dengan pedoman atau instruksi dan kata pengantar (Arikunto, 2005:135)

Lebih lanjut, sebelum melakukan wawancara peneliti terlebih dahulu membuat kisi-kisi pedoman wawancara sebagai berikut:

Tabel 3.3 Kisi-kisi Pedoman Wawancara

NO Rumusan Masalah Komponen Sub Komponen 1. Bagaimana realitas

toleransi dan peduli sosial para siswa SMAN4 Balikpapan Kaltim?

a)Realitas toleransi siswa.

b)Realitas peduli sosial

 Memberi kesempatan teman mengutarakan pendapat, saran, dan kritik.  Bersahabat tanpa

membedakan suku, ras, agama, dan golongan.  Menghargai dan menghormati

orang lain yang berbeda agama, suku, ras, dan golongan.

 Mengendalikan emosi, menghindari kekerasan, mudah memaafkan.

 Tidak mengejek dan menjauhi teman yang memiliki


(37)

Yuni Maya Sari, 2014

Pembinaan Toleransi Dan Peduli Sosial Dalam upaya Memantapkan Watak Kewarganegaraan (CIVIC DISPOSITION) Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu siswa.

c)Pandangan terhadap pembinaan nilai toleransi dalam menghadapi tantangan globalisasi.

 Merancang dan melaksanakan berbagai kegiatan sosial.  Menghormati petugas-petugas

sekolah.

 Membantu teman yang sedang memerlukan bantuan.  Menjenguk teman yang

sedang sakit.  Melayat apabila ada

orang/wali murid yang meninggal dunia.  Pandangan terhadap

pembinaan toleransi dan peduli sosial dalam menghadapi tantangan globalisasi.

2. Bagaimana proses pembinaan toleransi dan peduli sosial melalui kegiatan pembelajaran, kegiatan ekstrakurikuler, dan pembiasaan di lingkungan sekolah dalam memantapkan watak kewarganegaraan siswa SMAN 4 Balikpapan Kalimantan Timur?

Urgensi Pembinaan toleransi dan peduli sosial siswa.

a) Kegiatan Pembelajaran PKn.

b) Kegiatan Ektrakurikuler.

c) Pembiasaan di lingkungan sekolah

Urgensi pembinaan toleransi dan peduli sosial dalam segmen pendidikan, serta pengaruhnya terhadap civic disposition siswa.

 Materi pembelajaran.  Metode pembelajaran.  Faktor-faktor pertimbangan

dalam memilih metode pembelajaran.

 Implementasi sikap toleransi dan peduli sosial saat proses pembelajaran.

 Bentuk kegiatan

ekstrakurikuler yang potensial bagi pembinaan toleransi dan peduli sosial di lingkungan sekolah.

 Tujuan kegiatan ekstrakurikuler.

 Dampak positif kegiatan ekstrakurikuler bagi siswa.  Pembiasaan Rutin.  Pembiasaan Spontan,  Pembiasaan Keteladanan


(38)

Yuni Maya Sari, 2014

Pembinaan Toleransi Dan Peduli Sosial Dalam upaya Memantapkan Watak Kewarganegaraan (CIVIC DISPOSITION) Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 3. Faktor-faktor

penghambat dan penunjang apa sajakah dalam proses

pembinaan toleransi dan peduli sosial siswa SMAN 4 Balikpapan Kaltim?

a) Faktor-faktor penghambat dan penunjang dalam proses pembinaan toleransi dan peduli sosial siswa.

 Faktor penghambat.  Faktor penunjang.

 Hal-hal positif atau negatif dalam proses pembinaan toleransi dan peduli sosial.

4. Bagaimana peran dan upaya pihak sekolah dalam mengatasi hambatan proses pembinaan toleransi dan peduli sosial dalam memantapkan civic disposition siswa SMAN 4 Balikpapan Kaltim?

a) Peran dan upaya pihak sekolah dalam mengatasi hambatan proses pembinaan nilai toleransi dan peduli sosial.

 Faktor pendorong sekolah membina toleransi dan peduli sosial.

 Penyusunan program kegiatan, fasilitas, alokasi dana dan alokasi waktu yang bermuara pada proses pembinaan toleransi dan peduli sosial.

 Melatih siswa berpartisipasi dalam berbagai kegiatan yang berorientasi pada pembinaan toleransi dan peduli sosial.  Kegiatan-kegiatan yang

dilakukan pihak-pihak sekolah dalam proses pembinaan toleransi dan peduli sosial.

 Hasil atau manfaat dari perwujudan pembinaan nilai toleransi.

(Sumber: Dara Primer diolah Tahun 2014)

3) Instrumen ketiga dalam penelitian ini adalah dengan observasi.

F. Proses Pengembangan Instrumen

Proses pengembangan instrumen dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan pengujian validitas data. Menurut Alwasilah (2006:169) “validitas adalah kebenaran dan kejujuran sebuah deskripsi, kesimpulan, penjelasan,

tafsiran, dan segala jenis laporan.” Dengan pengertian tersebut jelas bahwa

validitas memiliki kegunaan yaitu agar suatu deskripsi atau kesimpulan itu benar adanya mengingat penelitian kualitatif sering kali diragukan terutama dalam hal


(39)

Yuni Maya Sari, 2014

Pembinaan Toleransi Dan Peduli Sosial Dalam upaya Memantapkan Watak Kewarganegaraan (CIVIC DISPOSITION) Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

keabsahan datanya (validitas data), oleh sebab itu diperlukan cara untuk dapat memenuhi kriteria kredibilitas data.

Dalam penelitian ini ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengusahakan agar kebenaran hasil penelitian dapat dipercaya yaitu:

1) Memperpanjang masa observasi.

Untuk memeriksa keabsahan suatu data penelitian, perpanjangan masa observasi dapat mengurangi kebiasan suatu data karena dengan waktu penelitian di lapangan yang lebih lama akan menjadikan peneliti mengetahui keadaan secara mendalam serta dapat menguji ketidakbenaran data, baik yang disebabkan oleh peneliti sendiri maupun oleh subjek penelitian.usaha peneliti untuk dapat memperoleh data dan informasi yang sahih (valid) dari sumber data yaitu dengan meningkatkan intensitas pertemuan dan menggunakan waktu seefesien mungkin. 2) Meningkatkan ketekunan.

Yang dimaksudkan dengan meningkatkan ketekunan di sini adalah melakukan pengamatan secara lebih cermat dan berkesinambungan. Dengan cara demikian maka kepastian data dan urutan peristiwa akan dapat direkam secara pasti dan sistematis. Dengan meningkatkan ketekunan, maka peneliti akan melakukan pengecekan kembali tentang kebenaran data yang telah didapatkan, apakah benar atau tidak, serta peneliti dapat medeskripsikan data yang akurat dan sistematis tentang data yang diamati.

3) Triangulasi.

Triangulasi merupakan suatu teknik pemeriksaan data dengan membandingkan data yang diperoleh dari satu sumber ke sumber lainnya pada saat yang berbeda, atau membandingkan data yang diperoleh dari sumber satu ke sumber lain dengan menggunakan pendekatan yang berbeda. Hal ini dilakukan untuk mengecek data penelitian yang dikumpulkan. Dalam hal ini Sugiyono (2009:273) menyatakan bahwa “triangulasi dalam pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan cara dan berbagai


(40)

Yuni Maya Sari, 2014

Pembinaan Toleransi Dan Peduli Sosial Dalam upaya Memantapkan Watak Kewarganegaraan (CIVIC DISPOSITION) Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

waktu. Dengan demikian terdapat triangulasi sumber, triangulasi teknik pengumpulan data, dan waktu.”

Penelitian ini mengacu pada triangulasi sumber dan triangulasi teknik pengumpulan data. Triangulasi dalam penelitian ini dilakukan terhadap informasi yang diberikan oleh para siswa sebagai peserta didik, guru dan kepala sekolah sebagai pihak sekolah, serta pendiri sekolah rakyat dan pengurus panti asuhan sebagai masyarakat. Triangulasi tersebut dijelaskan secara singkat sebagai berikut: a. Triangulasi sumber

Triangulasi sumber dilakukan untuk menguji kredibilitas data dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber.

Triangulasi sumber dalam penelitian ini sebagai berikut:

Pihak Sekolah Masyarakat

Siswa sebagai Peserta didik

Gambar 3.1 a. Triangulasi Sumber Data

Sumber : Diolah oleh peneliti (Sugiyono,2009:273) b. Triangulasi teknik pengumpulan data

Triangulasi teknik untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda. Adapun triangulasi teknik dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Wawancara Observasi

Studi Dokumentasi

Gambar 3.2 b. Triangulasi teknik pengumpulan data Sumber: Diolah oleh peneliti (Sugiyono,2009:273)


(41)

Yuni Maya Sari, 2014

Pembinaan Toleransi Dan Peduli Sosial Dalam upaya Memantapkan Watak Kewarganegaraan (CIVIC DISPOSITION) Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4) Menggunakan referensi yang cukup

Referensi di sini adalah adanya pendukung untuk membuktikan data yang ditemukan oleh peneliti. Sebagai bahan referensi untuk meningkatkan kepercayaan akan kebenaran data, peneliti menggunakan bahan dokumentasi berupa catatan hasil wawancara dengan subjek penelitian, foto-foto dan sebagainya yang diambil dengan cara tidak menggangu atau menarik perhatian informan, sehingga informasi yang diperlukan akan diperoleh dengan tingkat kesahihan yang tinggi.

5) Mengadakan member check

Menurut Sugiyono (2009:276) “member check adalah proses pengecekan data yang diperoleh peneliti kepada pemberi data.” Seperti halnya pemeriksaan pada data lain, member check juga dimaksudkan untuk memeriksa keabsahan data. Member check dilakukan setiap akhir kegiatan wawancara, dalam hal ini transkripsi dan tafsiran data hasil penelitian yang telah disusun oleh peneliti kemudian diperlihatkan kembali kepada para responden untuk mendapatkan konfirmasi bahwa transkripsi itu sesuai dengan pandangan mereka. Responden melakukan koreksi, mengubah, ataupun menambahkan informasi.

Proses member check tersebut dapat menghindari salah tafsir terhadap jawaban responden sewaktu diwawancara, menghindari salah tafsir terhadap perilaku tesponden sewaktu diobservasi dan dapat mengkonformasi perspektif responden terhadap suatu proses yang sedang berlangsung.

G. Teknik Pengumpulan Data

Teknik sebagai alat bersifat paling konkret dibandingkan metode, sebagai instrumen penelitian teknik dapat dideteksi secara indrawi. Menurut Vredenberght teknik berhubungan dengan data primer (dalam Ratna, 2007:37). Pengumpulan data dan informasi dalam penelitian ini dilakukan dengan berbagai cara dan teknik


(1)

Yuni Maya Sari, 2014

Pembinaan Toleransi Dan Peduli Sosial Dalam upaya Memantapkan Watak Kewarganegaraan (CIVIC DISPOSITION) Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Megawangi, R. (2004). Pendidikan Karakter Solusi yang Tepat untuk Membangun Bangsa. Bandung: BPMIGAS dan Energi.

Megawati, R. (2007). Semua Berakar Pada Karakter. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Miles, Matthew B. dan huberman, A.M. (2007). Analisis Data Kuali

tatif: Buku Sumber Tentang Metode-Metode Baru. Jakarta: Universitas Indonesia Press.

Minawar. (2005). Fiqih Hubungan Antar Agama. Jakarta: Ciputat Press.

Moleong, Lexy J. (2005). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Mu’in, F. (2011). Pendidikan Karakter: Konstruksi Teoretik & Praktik. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Mulyana, D. (2002). Metodologi Penelitian Kualitatif Paradigma Baru, Ilmu Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya. Bandung: remadja rosdakarya. Mulyasa, E. (2002). Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung: Rosdakarya.

Munir, A. (2010). Pendidikan Karakter Membangun Karakter Anak Sejak dari Rumah. Yogyakarta: PT Pustaka Insan Madani.

Musfiroh, T. (2008). Pengembangan Karakter anak melalui pendidikan karakter. Yogyakarta: Tiara Wacana Yogyakarta.

Musfiroh, T. (2008). Tinjauan Berbagai Aspek Character Building: Bagaimana Mendidik Anak Berkarakter? Yogyakarta: Tiara Wacana.

Naim, N. (2012). Character Building: Optimalisasi Peran Pendidikan dalam Pengembangan Ilmu & Pembentukan Karakter Bangsa. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Nasution. (1996). Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung: Tarsito.


(2)

Yuni Maya Sari, 2014

Pembinaan Toleransi Dan Peduli Sosial Dalam upaya Memantapkan Watak Kewarganegaraan (CIVIC DISPOSITION) Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Poerwadarminta. (1982). Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Purwasaswita, M. (2010). Memaknai Konsep Alam Cerdas dan Kearifan Nilai Budaya Lokal (Cekungan Bandung, Tatar Sunda, Nusantara, dan Dunia) Peran Lokal Genius dalam Pendidikan Karakter Bangsa. Prosiding Seminar. Bandung: Widya Aksara Press.

Pusat Kurikulum. (2009).Pengembangan dan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa Pedoman Sekolah.

Quigley, C.N., Buchanan, Jr.J.H., Bachmueller, C.F. (1991). Civitas: A Framework for civic education. Calabasas: CCE.

Santosa, K. O. (2009). Mencari Demokrasi Gagasan dan Pemikiran. Bandung: Sega Arsy.

Somantri, E. (2011). Pendidikan Karakter: Nilai Inti Bagi Upaya Pembinaan Kepribadian Bangsa. Bandung: Widya Aksara Press.

Subini, N. (2012). Awas, Jangan Jadi Guru Karbitan: Kesalahan-kesalahan Guru dalam Pendidikan dan Pembelajaran. Yogyakarta: Javalitera.

Sudjana. 1989. Metode Statistika. Bandung: Tarsito.

Sudrajat, A. (2011). Sepuluh Aspek Degradasi Moral dan Sebelas Prinsip Pendidikan Karakter. [Online].

http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2011/07/31/degradasi-moral-dan-prinsip-pendidikan-karakter/. 28 Desember 2013.

Sugiyono (2011). Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Suyadi. (2013). Strategi Pembelajaran Pendidikan Karakter. Bandung: Remaja RosdaKarya.

Suyatno. (2010). Peran pendidikan sebagai modal utama membangun karakter bangsa. Jakarta: Makalah Sarasehan Nasional.

Tim Pendidikan Karakter Kemendiknas. (2010). Pembinaan Pendidikan Karakter di Sekolah Menengah Pertama. Tidak Diterbitkan.


(3)

Yuni Maya Sari, 2014

Pembinaan Toleransi Dan Peduli Sosial Dalam upaya Memantapkan Watak Kewarganegaraan (CIVIC DISPOSITION) Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

UNESCO. (1994). Tolerance: The Threshold Of Peace (Preliminary Version). Paris: Unesco

UPI. (2013). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bondung: UPI Press.

Usman, H. (2006). Manajemen, Teori, Praktik dan Riset Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Wahab, A. A. (1996). Politik Pendidikan dan Pendidikan Politik: Model PKN Indonesia Menuju Warga Negara Global. (Pidato Pengukuhan Jabatan Guru besar). Bandung : IKIP Bandung.

Wahab, A.A. dan Sapriya. (2011). Teori dan Landasan Pendidikan Kewarganegaraan. Bandung: Alfabeta.

Wibowo, A. (2012). Pendidikan Karakter: Strategi Membangun Karakter Bangsa Berperadaban. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Wibowo, A. (2013). Manajemen Pendidikan Karakter di Sekolah. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Winataputra dan Budimansyah. (2007). Civic Education. Konteks, Landasan Bahan Ajar dan Kultur Kelas. Bandung: UPI.

Winataputra, U.S. (2001). Jatidiri Pendidikan Kewarganegaraan sebagai Wahana Sistemik Pendidikan Demokrasi: Suatu Kajian Konseptual dalam Konteks Pendidikan IPS. Disertasi PPS UPI: tidak diterbitkan.

_____________. (2001). Membangun Etos Demokrasi Melalui Proyek Belajar Kami Bangsa indonesia (Materi Penataran). Bandung : CICED.

Winataputra, U.S. dan Budimansyah, D. (2012). Pendidikan Kewarganegaraan dalam Perspektif Internasional. Bandung: Widya Aksara Press.

Yamin, M. (2011). Meretas Pendidikan Toleransi. Malang: Madani Media

Yin, R.K. (2012). Studi Kasus: Desain & Metode. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Zubaedi. (2011). Desain Pendidikan Karakter: Konsepsi dan Aplikasinya dalam Lembaga Pendidikan . Jakarta: Kencana.


(4)

Yuni Maya Sari, 2014

Pembinaan Toleransi Dan Peduli Sosial Dalam upaya Memantapkan Watak Kewarganegaraan (CIVIC DISPOSITION) Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Peraturan Perundang-undangan

Depdikbud Dirjen Dimenum (1996) Petunjuk Teknis Kegiatan Ekstrakurikuler Di Bidang Kepramukaan di Sekolah. Jakarta: Direktorat Pembinaan Kesiswaan.

Kementerian Pendidikan Nasional. (2010). Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa. Bahan Pelatihan Penguatan Metodologi Pembelajaran Berdasarkan Nilai-Nilai Budaya Untuk Membentuk Daya Saing dan Karaker Bangsa. Jakarta: Kementerian Pendidikan Nasional. ___________. (2010). Buku Induk Pembangunan Karakter. Jakarta: Kementrian

Pendidikan Nasional.

___________. (2010). Desain Induk Pendidikan Karakter. Jakarta: Kementrian Pendidikan Nasional.

___________. (2010). Pendidikan Karakter di Sekolah Menengah Pertama. Jakarta: Kementrian Pendidikan Nasional, Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Pertama.

___________. (2010). Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa. Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum.

__________. (2011). Pedoman Pelaksanaan Pendidikan Karakter (Berdasarkan Pengalaman di Satuan Pendidikan Rintisan). Jakarta: Kementerian Pendidikan Nasional Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum dan Perbukuan.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2008 Tentang Pembinaan Kesiswaan.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.


(5)

Yuni Maya Sari, 2014

Pembinaan Toleransi Dan Peduli Sosial Dalam upaya Memantapkan Watak Kewarganegaraan (CIVIC DISPOSITION) Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Harefa, A. (2009). Pengertian Karakter.

http://kabarmu.blogspot.com/2009/05/pengertian-karakter.html. [18 Oktober 2013].

Iimazizah.(2012) Kepedulian Sosial.

http://Iimazizah.Wordpress.Com/2012/12/18/Kepedulian-Sosial/. 12 Januari 2014.

Irfani, A. I., Alimi, M.Y., dan Iswari, R. (2013) Toleransi Antar Penganut Nahdhatul Ulama, Muhammadiyah, Dan Kristen Jawa Di Batang. Komunitas 5 (1) : 1-13.

Ismaji, H. D. (2013). Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Kebudayaan

Balitbang Kemendikbud.

http://milikmail.blogspot.com/2012/09/toleransi.html. 20 Januari 2014

Jamaluddin, E. W. (2012). Pembinaan Nilai Toleransi Beragama Di Pondok Pesantren Annuriyyah Soko Tunggal Semarang. Volume 1 (1). Hlm 16-21. Kouchok, K.H. (2004). Teaching Tolerance Through Moral & Value Education.

[Online]. http;// Kouchok0904.doc. 22 Januari 2014.

Life, B. Cara Membesarkan Anak Agar Memiliki Rasa Kepedulian. [Online]

http://brighterlife.co.id/2012/03/28/cara-membesarkan-anak-agar-memiliki-rasa-kepedulian/. 12 Januari 2014.

Murniati, B. (2011). Pengaruh Pendekatan Analisis Nilai Dalam Pembelajaran Ips Terhadap Sikap Kepedulian Sosial Peserta Didik. No. 2. Hlm. 1-12.

Ngajum. 2010. Pendidikan Karakter di SMP.

http://www.ngajum.co.cc/2010/10/pendidikan-karakter-di-smp.html. [18 Oktober 2013].

Rangkuti, A. A. (2013). Mendidik Nilai Toleransi. [Online]. http://abrarrkt.blogspot.com/2013/01/mendidikkan-nilai-toleransi.html. 10 Januari 2014

Siswanto, H. W. (2011). Pendidikan Karakter: Apa, Mengapa, dan Bagaimana Implementasinya di Satuan Pendidikan. [Online]. 16 Januari 2014.


(6)

Yuni Maya Sari, 2014

Pembinaan Toleransi Dan Peduli Sosial Dalam upaya Memantapkan Watak Kewarganegaraan (CIVIC DISPOSITION) Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sudrajat, A. (2010). Tentang Pendidikan Karakter. http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2010/08/20/pendidikan-karakter-di-smp/. [30 Oktober 2013].

Taufik, H.M. (2012). Upaya Menumbuhkan Kepedulian Sosial Siswa. [Online]

http://karyatulis1.blogspot.com/2012/01/ptk-guru-sd-upaya-menumbuhkan.html. 12 Desember 2013. Surat Kabar:

Pos Kota News. (2013). Menurun, Toleransi di Kalangan Pelaja .[Online]. http://www.poskotanews.com/2013/10/29/menurun-toleransi-di-kalangan-pelajar/. 29 November 2013.

Tempo. (2013). Tawuran Sekolah Jakarta Naik 44 Persen. [Online]. http://www.tempo.co/read/news/2013/11/20/083531130/Tawuran-Sekolah-Jakarta-Naik-44-Persen. 27 Desember 2013.

Sindo New. (2014). 2014 Polri diminta aktif mendeteksi potensi konflik sosial. [Online]. http://nasional.sindonews.com/read/2014/01/02/14/822781/2014-polri-diminta-aktif-mendeteksi-potensi-konflik-sosial. 02 Januari 2014.

News Detik. (2013). 2 Mahasiswa Fakultas di UKI Terlibat Tawuran. [Online].

http://finance.detik.com/read/2013/07/08/171410/2296001/10/2-mahasiswa-fakultas-di-uki-terlibat-tawuran. 17 Desember 2013.

Tribun News. (2014). Satu Pelajar di Bogor Tewas Diclurit Saat Tawuran. [Online]. https://id.berita.yahoo.com/satu-pelajar-di-bogor-tewas-diclurit-saat-tawuran-185118516.html. 13 Februari 2014.


Dokumen yang terkait

PEMBINAAN NARAPIDANA TINDAK PIDANA KORUPSI UNTUK MENGEMBANGKAN WATAK KEWARGANEGARAAN(CIVIC DISPOSITION).

0 6 50

PEMBINAAN TOLERANSI DAN PEDULI SOSIAL DALAM UPAYA MEMANTAPKAN WATAK KEWARGANEGARAAN (CIVIC DISPOSITION) SISWA.

2 8 49

INTERNALISASI NILAI PEDULI SOSIAL PADA SEKOLAH BERBASIS ISLAM SEBAGAI UPAYA PENGUATAN CIVIC DISPOSITION SISWA (Studi di SMA Islam 1 Surakarta).

0 0 18

CIVIC SKILLS DAN CIVIC DISPOSITION PENERAPANNYA DALAM MATA KULIAH PRODI PKn

0 0 11

PENGEMBANGAN SIKAP TOLERANSI MELALUI PEMBINAAN KEAGAMAAN DALAM MEMANTAPKAN CIVIC DISPOSITION SISWA: Studi Kasus di SMP Negeri 44 Bandung - repository UPI S PKN 1202803 Title

0 1 4

PEMBINAAN TOLERANSI DAN PEDULI SOSIAL DALAM UPAYA MEMANTAPKAN WATAK KEWARGANEGARAAN (CIVIC DISPOSITION) SISWA :Studi Kasus di SMAN 4 Balikpapan Kalimantan Timur: - repository UPI T PKN 1201099 Title

0 0 4

PEMBINAAN NARAPIDANA TINDAK PIDANA KORUPSI UNTUK MENGEMBANGKAN WATAK KEWARGANEGARAAN(CIVIC DISPOSITION) - repository UPI T PKN 1202056 Title

0 0 4

PEMBINAAN TOLERANSI DAN PEDULI SOSIAL DALAM UPAYA MEMANTAPKAN WATAK KEWARGANEGARAAN (CIVIC DISPOSITION) SISWA - repository UPI T PKN 1201235 Title

0 0 4

PERAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DALAM MEMBINA WATAK KEWARGANEGARAAN (CIVIC DISPOSITION) SISWA (Studi Deskriptif Analisis Terhadap Siswa SMK Negeri 2 Purwokerto) - repository perpustakaan

0 1 16

PERAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DALAM MEMBINA WATAK KEWARGANEGARAAN (CIVIC DISPOSITION) SISWA (Studi Deskriptif Analisis Terhadap Siswa SMK Negeri 2 Purwokerto) - repository perpustakaan

0 1 33