PEMBINAAN TOLERANSI DAN PEDULI SOSIAL DALAM UPAYA MEMANTAPKAN WATAK KEWARGANEGARAAN (CIVIC DISPOSITION) SISWA.

(1)

PEMBINAAN TOLERANSI DAN PEDULI SOSIAL DALAM UPAYA MEMANTAPKAN WATAK KEWARGANEGARAAN

(CIVIC DISPOSITION) SISWA

(Studi Kasus di SMAN 4 Balikpapan Kalimantan Timur)

TESIS

Diajukan untuk memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan

Oleh

YUNI MAYA SARI NIM 1201099

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2 0 1 4


(2)

PEMBINAAN TOLERANSI DAN PEDULI SOSIAL DALAM UPAYA MEMANTAPKAN WATAK KEWARGANEGARAAN

(CIVIC DISPOSITION) SISWA

(Studi Kasus di SMAN 4 Balikpapan Kalimantan Timur)

Oleh

YUNI MAYA SARI S.Pd FKIP Unila, 2011

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd) pada Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan

© Yuni Maya Sari 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Juni 2014

Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difotocopy atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

PEMBINAAN TOLERANSI DAN PEDULI SOSIAL DALAM UPAYA MEMANTAPKAN WATAK KEWARGANEGARAAN

(CIVIC DISPOSITION) SISWA

(Studi Kasus di SMAN 4 Balikpapan Kalimantan Timur)

Oleh Yuni Maya Sari

NIM. 1201099

Disetujui dan Disahkan Oleh

Pembimbing I

Prof.Dr.H.Endang Danial.Ar.,M.Pd, M.Si NIP.19500502 197603 1 002

Pembimbing II

Dr. Kokom Komalasari, M.Pd. NIP. 19721001 200112 2 001

Mengetahui,

Ketua Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan

Prof. Dr. H. Sapriya, M.Ed NIP. 19630820 198803 1 001


(4)

Tesis ini telah diuji pada Sidang Tahap 2 Hari/tanggal : Rabu, 25 Juni 2014

Tempat : Ruang Sidang Lantai 2 Gedung Sekolah Pascasarjana UPI Tim Penguji :

Penguji 1

Prof.Dr.H.Endang Danial.Ar.,M.Pd, M.Si NIP.19500502 197603 1 002

Penguji 2

Dr. Kokom Komalasari, M.Pd. NIP. 19721001 200112 2 001 Penguji 3

Prof. Dr. H. Endang Sumantri, M.Ed. Penguji 4

Prof. Dr. H. Sapriya, M.Ed. NIP. 19630820 198803 1 001 Mengetahui,

Ketua Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan

Prof. Dr. H. Sapriya, M.Ed NIP. 19630820 198803 1 001


(5)

Yuni Maya Sari, 2014

Pembinaan Toleransi Dan Peduli Sosial Dalam Upaya Memantapkan Watak Kewarganegaraan (Civic Disposition) Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABSTRAK

Sri Arusmiati (1201235). Pembinaan Nilai Prestasi Diri Dalam Mengembangkan Civic Disposition Pada Siswa SMK Negeri 3 Kota Tangerang (Studi Kasus di SMK Negeri 3 Kota Tangerang)

Dampak globalisasi yang ditandai adanya iklim kompetitif, menjadi tantangan untuk SMK dalam menyiapkan lulusannya agar meningkatkan kompetensi sikap, pengetahuan dan ketrampilannya sebagai wujud prestasi diri. Dalam penelitian ini dibahas tentang proses pembinaan nilai prestasi diri yang dilakukan di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 3 Kota Tangerang yang ditempuh melalui kegiatan intrakurikuler dan ekstrakurikuler. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus dan data diperoleh melalui teknik wawancara mendalam, observasi, studi literatur, dan studi dokumentasi. Hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa : 1) Perencanaan pembelajaran berupa dokumen Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang disusun oleh guru sesuai dengan ketentuan model RPP dalam Kurikulum 2013. Komponen RPP yang masih perlu pengembangan yaitu perumusan indikator pencapaian kompetensi, memilih dan mengorganisaai materi pelajaran, dan penentuan metode pembelajaran. 2) Pelaksanaan pembelajaran, secara umum dijalankan sesuai rencana yang disusun, namun perlu pembinaan yang lebih mendalam pada langkah pembelajaran dengan pendekatan ilmiah (scientific approach). 3) Proses pembinaan nilai prestasi diri melalui kegiatan ekstrakurikuler, menunjukkan program kegiatan yang mendukung terhadap pembinaan sikap, pengetahuan, dan keterampilan sesuai karakteristik ekstrakurikuler yang bersangkutan, pelaksanaannya berjalan dengan baik sesuai jadwal dan program kerja yang ditetapkan, khusus untuk ekstrakurikuler Pramuka perlu lebih ditingkatkan program kerja dan sumber daya manusia terkait dengan implementasi Kurikulum 2013 yang menetapkan Pramuka sebagai ekstrakurikuler wajib. Hasil pembinaan melalui kegiatan ekstrakurikuler dapat diketahui dari manfaat mengikuti kegiatannya, berupa perubahan sikap, pengetahuan, dan ketrampilan, hal ini bermakna bahwa melalui aktifitas siswa dalam kegiatan ekstrakurikuler dapat membina nilai prestasi diri dalam membentuk karakter warga negara yang baik. 4) Hambatan dalam pembelajaran PKn antara lain kurangnya pemahaman dan kemauan guru untuk menerapkan model-model pembelajaran yang dapat meningkatkan peran aktif siswa dalam proses pembelajaran. Sedangkan hambatan kegiatan ekstrakurikuler antara lain kurang memadainya sarana dan prasarana, sulitnya pengaturan waktu kegiatan ekstrakurikuler dengan kegiatan pembelajaran di kelas, masih ada orang tua yang beranggapan ekstrakurikuler dapat mengganggu pelajaran, masih adanya pembina dan pelatih yang perlu terus ditingkatkan rasa tanggungjawab terhadap kegiatan ekstrakurikuler. Berdasarkan pada simpulan diatas, maka peneliti membuat rekomendasi yang ditujukan kepada pihak sekolah, para guru PKn untuk memahami perangkat-perangkat


(6)

Yuni Maya Sari, 2014

Pembinaan Toleransi Dan Peduli Sosial Dalam Upaya Memantapkan Watak Kewarganegaraan (Civic Disposition) Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pembelajaran yang dapat mendukung kompetensi profesional guru, sehingga lebih memacu nilai prestasi diri bagi siswa.

Kata Kunci: Prestasi diri, civic disposition ABSTRACT

Sri Arusmiati (1,201,235). Guidance of Self Achievement Value in Developing Civic Disposition On Students of SMK Negeri 3 Tangerang (Case Study at SMK Negeri 3 Tangerang )

The impact of globalization is characterized by competitive climate, becomes a challenge in preparing graduates for vocational competence in order to improve the attitude, knowledge and skills as a form of self achievement. In this study discussed the process of self-coaching achievement scores performed at Vocational School (SMK) Tangerang City School 3 taken through intra-and extra-curricular activities

This study used a qualitative approach with case study methods and techniques of data obtained through in-depth interviews, observation, literature study, and study documentation. The results of this study revealed that: 1) Planning learning a lesson plan documents (RPP) were prepared by the teacher in accordance to the provisions of the model curriculum lesson plan in 2013. Components RPP that still need development, namely the formulation of indicators of achievement of competencies, selecting and organizing subject matter, and determination method of learning. 2) Implementation of learning, generally run according to plans drawn up, but need a more in-depth guidance on the steps of learning with a scientific approach (scientific approach). 3) The process of self-coaching achievement scores through extracurricular activities, indicate the presence of program activities that support the development of attitudes, knowledge, and skills appropriate ekstrakrikuler characteristics are concerned, the implementation of extracurricular runs well on schedule and work program set, specifically for Scouts, it needs more enhanced program of work and human resources related to the implementation of Curriculum 2013, which establishes mandatory Scouts as extracurricular. The results in coaching through extracurricular activities can be seen from the benefits of completing the activities. The benefits of a change in attitudes, knowledge, and skills, this means that through the activities of students in extracurricular activities can foster achievement scores in shaping the character of a good citizen. 4) The obstacle in learning civics is lack of understanding and willingness of teachers to implement learning models that can enhance students' active role in the learning process. While barriers extracurricular activities is the lack of adequate facilities and infrastructure, the difficulty of timing extracurricular activities with classroom activities, some parents assume extracurricular can interfere the learning, there is still the coach and the coach needs to be improved sense of responsibility towards extracurricular activities. Based on the above conclusions, the researchers make recommendations to the


(7)

Yuni Maya Sari, 2014

Pembinaan Toleransi Dan Peduli Sosial Dalam Upaya Memantapkan Watak Kewarganegaraan (Civic Disposition) Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

school, Civics teachers to understand the learning tools that can support the professional competence of teachers, making it more spur of self achievement scores for students.


(8)

Yuni Maya Sari, 2014

Pembinaan Toleransi Dan Peduli Sosial Dalam Upaya Memantapkan Watak Kewarganegaraan (Civic Disposition) Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

UCAPAN TERIMA KASIH ... ii

ABSTRAK ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

I. PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah ... 1

B. Indentifikasi Masalah ... 6

C. Rumusan Masalah ... 6

D.Tujuan Penelitian ... 7

E. Manfaat Penelitian ... 7

F. Struktur Organisasi Penulisan ... 8

II.KAJIAN PUSTAKA A.Tinjauan Umum Nilai Prestasi Diri ... 10

1. Pengertian Prestasi Diri ... 10

2. Prestasi Diri Sebagai Hasil Belajar ... 13

3. Karakteristik Prestasi Diri ... 23

4. Bidang-bidang Prestasi Diri di Sekolah ... 31

B.Watak Kewarganegaraan (Civic Disposition) ... 35

1. Pengertian Watak Kewarganegaraan (Civic Disposition) ... 35

2. Indikator Watak Kewarganegaraan (Civic disposition) ... 37

C. Pendidikan Kewarganegaraan sebagai Mata Pelajaran yang Membina Prestasi Diri ... 41

1. Konsep Pendidikan Kewarganegaraan ... 41

2. Pendidikan Kewarganegaraan dalam Kurikulum 2013 ... 45

D. Hasil Penelitian yang Relevan ... 80


(9)

ii

Yuni Maya Sari, 2014

Pembinaan Toleransi Dan Peduli Sosial Dalam Upaya Memantapkan Watak Kewarganegaraan (Civic Disposition) Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

III. METODE PENELITIAN

A.Lokasi dan Subyek Penelitian ... 83

1. Lokasi Penelitian ... 83

2. Subyek Penelitian ... 83

B.Pendekatan Penelitian ... 84

C.Metode Penelitian ... 85

D.Penjelasan Istilah ... 86

E. Instrumen Penelitian ... 87

F. Uji Keabsahan Data ... 91

G.Teknik Pengumpulan Data ... 92

1. Wawancara ... 93

2. Observasi ... 94

3. Studi Dokumentasi ... 95

4. Studi Literatur ... 96

H.Analisis Data ... 96

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Umum tentang SMK Negeri 3 Kota Tangerang ... 100

1. Sejarah Singkat SMK Negeri 3 Kota Tangerang ... 100

2. Visi dan Misi SMK Negeri 3 Kota Tangerang ... 102

3. Prestasi SMK Negeri 3 Kota Tangerang ... 103

B. Deskripsi Hasil Penelitian ... 106

1. Perencanaan Pembelajaran PKn dalam Membina Nilai Prestasi Diri untuk Mengembangkan Civic Disposition ... 108

2. Pelaksanaan Pembelajaran PKn dalam Membina Nilai Prestasi Diri untuk Mengembangkan Civic Disposition ... 137

3. Proses Pembinaan Nilai Prestasi Diri melaluiKegiatan Ekstrakurikuler dalam mengembangkan civic disposition ... 151

4. Hambatan-hambatan dalam Membina Nilai Prestasi Diri ... 170


(10)

iii

Yuni Maya Sari, 2014

Pembinaan Toleransi Dan Peduli Sosial Dalam Upaya Memantapkan Watak Kewarganegaraan (Civic Disposition) Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1. Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran PKn ... 178

2. Pelaksanaan Pembelajaran PKn dalam Membina Prestasi Diri 196 3. Kegiatan Ekstrakurikuler sebagai Wadah Pembinaan Nilai Prestasi Diri dalam Mengembangkan civic disposition ... 203

V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Umum ... 207

B. Kesimpulan Khusus ... 208

C. Rekomendasi ... 211

DAFTAR PUSTAKA ... 213 DAFTAR LAMPIRAN


(11)

Yuni Maya Sari, 2014

Pembinaan Toleransi Dan Peduli Sosial Dalam Upaya Memantapkan Watak Kewarganegaraan (Civic Disposition) Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 : Revisi Taksonomi Bloom ... 28

Tabel 2.2 :Standar Kompetensi Lulusan SMA/MA/SMK/MAK/ SMAL B/Paket C ... 47

Tabel 2.3 : Tingkat Kompetensi ... 48

Tabel 2.4 : Tingkat Kompetensi 5 (Tingkat Kelas X-XI SMK/MAK/ PAKET C KEJURUAN) ... 50

Tabel 2.5 : Tingkat Kompetensi 6 (Tingkat Kelas XII SMK/MAK/ PAKET C KEJURUAN) ... 51

Tabel 2.6: Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Sekolah Menengah Kejuruan ...52

Tabel 2.7 : Ruang Lingkup Materi, Muatan Pendidikan Kewarganegaraan pada SD/MI/SDLB / PAKET A, SMP/MTs/SMPLB/PAKET B, SMK/ MAK/PAKET C KEJURUAN ... 59

Tabel 3.1 : Kisi-kisi Instrumen Penelitian ... 90

Tabel 4.1 : Bidang Keahlian dan Program Keahlian di SMK Negeri 3 Kota Tangerang ... 102

Tabel 4.2 : Rata-rata Nilai Akhir Sekolah ... 103

Tabel 4.3 : Jenis Pengembangan Ekstrakurikuler ... 104

Tabel 4.4 : Daftar Prestasi Kejuaraan ... 105

Tabel 4.5 : Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi ... 115

Tabel 4.6 : Kompetensi Dasar dan Rumusan Tujuan Pembelajaran ... 117

Tabel 4.7 : Matrik Hasil Wawancara Perencanaan Pembelajaran ... 130

Tabel 4.8 : Matrik Hasil Pengamatan Pelaksanaan Pembelajaran ... 145

Tabel 4.9 : Program Kegiatan Ekstrakurikuler Paskibra ... 158

Tabel 4.10 : Program Kegiatan Ekstrakurikuler Pramuka ... 160

Tabel 4.11 : Program Kegiatan Ekstrakurikuler OPS ... 162

Tabel 4.12 : Program Kegiatan Ekstrakurikuler Rohis ... 164

Tabel 4.13 : Tingkat Taksonomi Kompetensi Dasar dan Rumusan Tujuan Pembelajaran ... 187


(12)

Yuni Maya Sari, 2014

Pembinaan Toleransi Dan Peduli Sosial Dalam Upaya Memantapkan Watak Kewarganegaraan (Civic Disposition) Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 : Unsur-unsur belajar sebagai proses ... 5

Gambar 2.2 : Tingkatan Domain Kognitif ... 26

Gambar 2.3 : Tingkatan Domain Kognitif Hasil Revisi ... 27

Gambar 2.4 : Tingkatan Domain Afektif ... 30

Gambar 2.5 : Elemen Perubahan Kurikulum ... 47

Gambar 2.6 : Paradigma Penelitian ... 82

Gambar 3.1 : Komponen-komponen Analisis Data ... 97


(13)

Yuni Maya Sari, 2014

Pembinaan Toleransi Dan Peduli Sosial Dalam Upaya Memantapkan Watak Kewarganegaraan (Civic Disposition) Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab pendahuluan ini, secara berturut-turut akan diuraikan tentang hal-hal berikut : latar belakang penelitian; identifikasi masalah; rumusan masalah; tujuan penelitian; manfaat penelitian, dan struktur organisasi tesis.

A.Latar Belakang

Manusia sebagai mahluk ciptaan Tuhan dikaruniai oleh berbagai potensi yang perlu dikembangkan agar dapat meningkatkan kualitas kehidupannya secara optimal. Berbagai upaya dapat dilakukan manusia dalam mengembangkan potensi dirinya, salah satu upaya yang strategis dalam mengembangkan potensi manusia adalah melalui proses pendidikan, karena melalui proses pendidikan manusia diberikan ruang untuk memperoleh seperangkat keilmuan sebagai bekal petunjuk dalam menjalani kehidupannya. Salah satu makna pendidikan diungkapkan oleh Muhammad Nuh, yaitu sebagai berikut:

“Secara falsafati bahwa pendidikan merupakan proses panjang dan berkelanjutan untuk mentransformasikan peserta didik agar menjadi manusia yang sesuai dengan tujuan penciptaannya, yaitu bermanfaat bagi dirinya, bagi sesama, bagi alam semesta, beserta isi dan peradabannya” . (Nuh, 2013, p. 31).

Dengan merujuk pada makna di atas, maka melalui pendidikan terjadi proses transformasi berupa nilai-nilai kehidupan (keilmuan) untuk mengoptimalkan potensi manusia, sehingga individu memiliki kemampuan-kemampuan tertentu yang bermanfaat baik bagi dirinya, maupun bagi lingkungannya.

Sejalan dengan makna pendidikan yang diuraikan diatas, ada keselarasan dengan makna dan tujuan pendidikan nasional, sebagaimana tertuang dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 1 ayat 2 dikatakan bahwa: “Pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara


(14)

2

Yuni Maya Sari, 2014

Pembinaan Toleransi Dan Peduli Sosial Dalam Upaya Memantapkan Watak Kewarganegaraan (Civic Disposition) Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Republik Indonesia Tahun 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman.” Selanjutnya dalam pasal 3 Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional menegaskan bahwa:

“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.

Dengan memperhatikan salah satu amanat Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional di atas, bahwa pendidikan yang harus dikembangkan adalah menyiapkan warga negara yang tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman. Tuntutan perubahan zaman dapat dimaknai sebagai suatu keadaan yang siap menghadapi tantangan pada masa kini yang ditandai dengan perubahan dan perkembangan yang pesat dalam berbagai aspek kehidupan. Era ini yang kita kenal dengan era globalisasi. Tidak dapat dipungkiri salah satu dampak dari globalisasi adalah terciptanya iklim kompetitif dalam berbagai aspek kehidupan. Dalam iklim kompetitif, dibutuhkan suatu kemampuan atau kompetensi warga negara baik yang bersifat sikap, keterampilan, maupun pengetahuan.

Kompetensi warga negara yang dikembangkan dalam sistem pendidikan nasional diuraikan dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 54 Tahun 2013 tentang Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar dan Menengah. Standar Kompetensi Lulusan yang dimaksud adalah sebagai komponen penting dalam Kurikulum 2013, yang telah ditetapkan sebagai kurikulum baru yang secara bertahap telah diimplementasikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah mulai tahun pelajaran 2013, sebagaimana telah ditetapkan dalam Peraturan Mentri Pendidikan dan Kebudayaan No 81A Tahun 2013 tentang Implementasi kurikulum 2013.

Dalam Standar Kompetensi Lulusan pada jenjang Sekolah Menengah Atas dan Sekolah Menengah Kejuruan dijelaskan bahwa Kompetensi lulusannya


(15)

3

Yuni Maya Sari, 2014

Pembinaan Toleransi Dan Peduli Sosial Dalam Upaya Memantapkan Watak Kewarganegaraan (Civic Disposition) Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

meliputi tiga dimensi, pertama: dimensi sikap, kualifikasi kemampuan lulusannya yaitu memiliki perilaku yang mencerminkan sikap orang beriman, berakhlak mulia, berilmu, percaya diri, dan bertanggung jawab dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia. Kedua : dimensi keterampilan, kualifikasi kemampuan lulusannya yaitu memiliki pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan budaya dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab serta dampak fenomena dan kejadian. Ketiga: dimensi pengetahuan, kualifikasi kemampuan lulusannya yaitu memiliki kemampuan pikir dan tindak yang efektif dan kreatif dalam ranah abstrak dan konkret sebagai pengembangan dari yang dipelajari di sekolah secara mandiri.

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) sebagai salah satu unit pendidikan dalam sistem pendidikan nasional, memiliki peran dan tanggung jawab dan besar dalam menyiapkan warga negara yang siap menghadapi tantangan global, serta lulusannya yang memiliki kompetensi yang telah dirumuskan. Sesuai dengan Visi, Misi, dan tujuan SMK. Visi SMK yang dirumuskan oleh Direktorat Pembinaan SMK (PSMKN: 2010) yaitu terwujudnya SMK bertaraf internasional, menghasilkan tamatan yang memiliki jatidiri bangsa, mampu mengembangkan keunggulan lokal dan bersaing di pasar global.

Lulusan SMK merupakan aset bagi keluarga, masyarakat, dan negara, karena tamatan SMK dapat mengisi lowongan kerja di dunia usaha atau industri, dan tamatan SMK juga dapat beraktivitas produksi melalui wirausaha. Dalam Pengembangan Industri Kreatif Berbasis SMK, Direktorat PSMK sebagaimana dikutip oleh Sadbuhy Endang, menjelaskan bahwa

“Sekolah Menengah Kejuruan merupakan lembaga pendidikan kejuruan yang fungsinya menyiapkan tenaga kerja terampil–cerdas, kreatif. Para lulusannya SMK disiapkan untuk tenaga yang siap pakai dan menjadi motor penggerak perekonomian nasional karena lulusan SMK merupakan bagian yang tak terpisahkan dari sektor ekonomi, artinya bahwa lulusan SMK dapat diharapkan menjadi aset bangsa, yang dapat mendukung pengembangan ekonomi nasional”. (Sadbudhy, 2002)


(16)

4

Yuni Maya Sari, 2014

Pembinaan Toleransi Dan Peduli Sosial Dalam Upaya Memantapkan Watak Kewarganegaraan (Civic Disposition) Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Untuk mewujudkan harapan tersebut di atas, maka siswa-siswa SMK perlu benar-benar dibekali dengan berbagai kompetensi yang sesuai dengan bidang keahliannya dan sesuai pula dengan kebutuhan industri atau dunai kerja serta didukung pula oleh pembinaan sikap mental agar lulusan SMK tidak hanya terampil kemampuan keahlian kerjanya, tetapi juga didukung oleh karakter-karakter baik sebagai warga negara sehingga benar-benar SMK menyiapkan sumber daya manusia yang handal. Hal ini sejalan dengan yang tercantum dalam ketentuan Manajemen Berbasis Sekolah untuk SMK (Depdiknas: 35), bahwa pelanggan, dalam hal ini siswa dan pihak industri atau dunia usaha sebagai pemakai tamatan sekolah, harus ditempatkan sebagai pihak yang utama dan terutama berkepentingan dalam program pendidikan di sekolah. Hal ini berarti bahwa semua input dan proses yang dikerahkan di sekolah ditujukan untuk meningkatkan mutu peserta didik dan untuk kepuasan pengguna tamatan sekolah yaitu dunia usaha/industri.

Salah satu kenyataan yang ada, antara lain bahwa lulusan siswa SMK yang seharusnya dapat terserap di dunia kerja, menurut data dari Biro Pusat Statistik masih menunjukkan bahwa lulusan SMK menduduki pisisi tertinggi tingkat pengangguran berdasarkan tingkat pendidikan, yaitu pada tahun 2013 sebesar 11,19% angka ini meningkat dari tahun 2012 yaitu 9,87% jumlah total pengangguan di Indonesia. Melihat kondisi seperti ini, tentu saja ada persoalan penting yang menjadi tantangan para lulusan SMK. Lulusan sebuah lembaga pendidikan kejuruan bukan semata siswanya telah menyelesaikan proses belajar di sekolah (output), tapi lebih dari itu lulusannya dapat terserap dengan layak di dunia industri (outcome). Sulit dipungkiri apabila suatu proses pendidikan telah diupayakan secara maksimal dari setiap komponen-komponen inputnya, maka outcome yang diperoleh dapat mencapai hasil yang diharapkan. Artinya apabila selama masa pendidikan di bangku SMK, sistem perencanaan dan pelaksanaan pengajarannya dilakukan dengan sungguh-sungguh maka diharapkan akan


(17)

5

Yuni Maya Sari, 2014

Pembinaan Toleransi Dan Peduli Sosial Dalam Upaya Memantapkan Watak Kewarganegaraan (Civic Disposition) Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

menghasilkan lulusan SMK yang kompeten, sehingga ketika terserap di dunia kerja akan mampu menunjukkan prestasi kerja yang membanggakan.

Terkait dengan tantangan kompetitif dunia kerja pada era globalisasi sebagaimana diuraikan pada awal tulisan ini, maka tantangan yang dihadapi oleh siswa SMK tidak sederhana, tidak hanya persoalan kompetensi keahlian yang menjadi tuntutan, tetapi juga bagaimana siswa SMK memiliki karakter individu yang tangguh untuk bisa mengembangkan potensi diri untuk mencapai prestasi diri sehingga dapat menjadi pribadi yang sukses.

Dalam Pendidikan Karakter yang dikembangkan Kementerian Pendidikan Nasional Indonesia yaitu karakter menghargai prestasi, artinya sikap terbuka terhadap prestasi orang lain dan mengakui kekurangan diri sendiri tanpa mengurangi semangat berprestasi yang lebih tinggi. Pengembangan prestasi diri lebih diarahkan pada upaya seorang pelajar untuk selalu berusahan membangun semangat meningkatkan prestasi yang lebih tinggi atau lebih baik.

Untuk itu siswa SMK disamping perlu ditingkatkannya kompetensi keahlian juga perlu dibina dan dikembangkan nilai untuk berprestasi. Hal ini dapat meningkatkan kualitas diri, sehingga dapat memasuki kehidupannya baik dalam kehidupan sosial maupun dalam memasuki dunia kerja yang kompetitif di era globalisasi. Pembinaan nilai prestasi diri dapat dilakukan oleh semua unsur pendidikan di lingkungan SMK, baik melalui kegiatan intrakulikuler maupun kegiatan ekstrakulikuler.

Pendidikan Kewarganegaraan sebagai salah satu unsur mata pelajaran di tingkat persekolahan secara substantif dan pedagogis didisain untuk mengembangkan warga negara yang cerdas dan baik (good and smart) untuk semua jenjang pendidikan dari mulai pendidikan dasar hingga pendidikan tinggi. Salah satu karakteristik penting dari mata pelajaran PKn ditandai dengan penekanan pada dimensi watak, karakter, sikap dan potensi lain yang bersifat afektif. Dengan demikian seorang warga negara pertama-tama perlu memiliki pengetahuan kewarganegaraan yang baik, terutama pengetahuan di bidang politik, hukum dan moral dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Selanjutnya seorang


(18)

6

Yuni Maya Sari, 2014

Pembinaan Toleransi Dan Peduli Sosial Dalam Upaya Memantapkan Watak Kewarganegaraan (Civic Disposition) Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

warga negara diharapkan memiliki keterampilan secara intelektual maupun secara partisipatif dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Pada akhirnya, pengetahuan dan keterampilannya tersebut dapat membentuk suatu watak atau karakter yang mapan, sehingga menjadi sikap dan kehidupan sehari-sehari. Watak, karakter, sikap atau kebiasaan hidup sehari-hari mencerminkan warga Negara yang baik.

Sebagaimana diuraikan diatas, bahwa siswa SMK perlu terus dibina nilai prestasi diri. Prestasi diri yang dimaksud dalam penelitian ini meliputi prestasi akademik dan prestasi non akademik. Prestasi akademik merupakakn pencapaian hasil belajar diperoleh melalui hasil pembelajaran kurikuler yang dapat mencakup tiga ranah yaitu sikap, keterampilan dan pengetahuan, dalam hal ini melalui pembelajaran dalam mata pelajaran PKn. Sedangkan prestasi non akademik merupakan hasil pembelajaran dari kegiatan pengembangan diri yaitu kegiatan ekstrakurikuler.

Dengan memperhatikan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk meneliti tentang hal ini, dengan judul penelitian sebagai berikut: “Pembinaan Nilai Prestasi Diri Dalam Mengembangkan Civic Disposition Pada Siswa SMK Negei 3 Kota Tangerang”

B.Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Upaya pembinaan prestasi akademik melalui pengajaran PKn belum didukung oleh rumusan perencanaan pembelajaran yang memadai, karena masih adanya keterbatasan pemahaman terhadap pembelajaran PKn sebagai mata pelajaran yang harus mengembangkan secara proporsional kompetensi ranah afektif, pengetahuan, dan psikomotor.

2. Proses pembelajaran untuk membina nilai prestasi diri belum mengacu pada prinsip-prinsip pembelajaran yang berpusat pada siswa.

3. Upaya pembinaan prestasi belum dilakukan secara terpadu antara kegiatan pembelajaran (kurikuler) dan kegiatan pengembangan diri (ektrakurikuler).


(19)

7

Yuni Maya Sari, 2014

Pembinaan Toleransi Dan Peduli Sosial Dalam Upaya Memantapkan Watak Kewarganegaraan (Civic Disposition) Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4. Adanya hambatan – hambatan yang dirasakan dalam pembinaan prestasi siswa baik yang bersifat akademik maupun non akademik.

C.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah bagaimana nilai prestasi diri dibina dalam membentuk civic disposition pada siswa SMK Negeri 3 Kota Tangerang?

Dari rumusan masalah diatas, penelitian ini lebih difokuskan untuk menjawab beberapa pertanyaan penelitian. Pertanyaan penelitian dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana perencanaan pembelajaran PKn dalam membina nilai prestasi diri untuk mengembangkan civic disposition?

2. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran PKn dalam membina nilai prestasi diri untuk mengembangkan civic disposition?

3. Bagaimana proses pembinaan nilai prestasi diri yang dilakukan melalui kegiatan ekstrakurikuler dalam mengembangkan civic disposition?

4. Hambatan-hambatan apa yang dihadapi dalam membina nilai prestasi diri dan bagaimana upaya yang dilakukan untuk mengatasi hambatan tersebut?

D.Tujuan Penelitian

Sebagaimana kita ketahui bahwasanya dengan memahami tujuan penelitian, maka dapat dipahami kearah mana penelitian ini akan dilakukan. Adapun yang menjadi tujuan utama yang ingin dicapai setelah penelitian ini selesai dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Dapat memberikan gambaran mengenai program perencanaan pembelajaran PKn untuk mengembangkan civic disposition?

2. Dapat memberikan gambaran tentang pelaksanaan pembelajaran PKn dalam mengembangkan civic disposition?

3. Dapat memberikan gambaran tentang pentingnya kegiatan ekstrakurikuler bagi siswa dalam mengembangkan civic disposition.

4. Dapat mengetahui hambatan-hambatan dalam membina nilai ptrestasi diri, dan upaya penanggulangannya dalam mengembangkan civic disposition.


(20)

8

Yuni Maya Sari, 2014

Pembinaan Toleransi Dan Peduli Sosial Dalam Upaya Memantapkan Watak Kewarganegaraan (Civic Disposition) Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

E. Manfaat Penelitian

Peneliti mengharapkan penelitian ini bermanfaat baik secara teoritis maupun praktis. Adapun manfaatnya sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Mengetahui tentang kontribusi Pendidikan kewarganegaraan dalam pembentukan watak kewarganegaraan (civic disposition) melalui pembinaan nilai prestasi diri di kalangan siswa SMK Negeri 3 Kota Tangerang.

2. Manfaat Praktis

Keberhasilan penelitian ini diharapkan disamping memberikan manfaat teoritis juga memberikan manfaat praktis, adapun manfaat praktis dari penelitian ini diantaranya adalah:

a. Terhadap peneliti, penelitian ini bermanfaat sebagai wahana untuk memperkaya khasanah keilmuan peneliti, dan yang lebih utama bermanfaat bagi peneliti untuk mengembangkan pembelajaran PKn baik dalam tahap perencanaan pembelajaran, maupun dalam implementasi pembelajaran PKn di sekolah.

b. Bagi Sekolah Pasca Sarjana Prodi PKn, penelitian ini diharapkan memberi referensi kajian PKn untuk pengembangan pendidikan di lingkungan Sekolah Kejuruan.

c. Terhadap Sekolah Menengah Kejuruan khususnya SMK Negeri 3 Kota Tangerang, penelitian ini diharapkan menjadi sumbangsih pemikiran dan masukan dalam mendukung terbentuknya karakter / watak siswa SMK yang sesuai dengan harapan dunia kerja dan masyarakat pada umumnya.

d. Bagi siswa – siswi SMK Negeri 3 Tangerang, penelitian ini sebagai upaya mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi mahasiswa mahasiswi agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, serta menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab.


(21)

9

Yuni Maya Sari, 2014

Pembinaan Toleransi Dan Peduli Sosial Dalam Upaya Memantapkan Watak Kewarganegaraan (Civic Disposition) Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

F. Struktur Organisasi Tesis

Struktur organisasi penulisan yang dikembangan dalam tesis ini terdiri dari lima bagian, yang terdiri dari (1) bab pendahuluan, (2) bab tinjauan pustaka, (3) metode penelitian, (4) hasil penelitian dan pembahasan, dan (5) kesimpulan dan saran.

Pada bab pendahuluan secara rinci akan dideskripsikan latar belakang masalah, identifikasi masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat hasil penelitian, dan struktur organisasi penulisan tesis.

Pada bab tinjauan pustaka berisikan tentang kajian teori dari fokus penelitian yaitu tentang kajian tentang nilai prestasi, kajian tentang Pendidikan Kewarganegaraan, kajian tentang civic disposition. Bagian akhir dari bab ini mendeskripsikan tentang paradigma penelitian.

Pada bab metodologi penelitian yang meliputi Lokasi dan Subjek Penelitian, Pendekatan Penelitian, Metode Penelitian, Definisi Operasional, Instrumen Penelitian, Proses Pengembangan Instrumen, Teknik Pengumpulan Data, Analisis Data, keabsahan temuan penelitian, serta tahap-tahap pelaksanaan penelitian di lapangan.

Pada bab tentang hasil dan pembahasan yang mencakup tentang gambaran umum obyek penelitian, deskripsi hasil penelitian, serta pembahasan hasil penelitian.

Pada bab terakhir merupakan bab penutup yang berisi kesimpulan dari seluruh pembahasan tesis ini dan n sekaligus memberikan rekomendasi-rekomendasi kepada pihak-pihak terkait.


(22)

10

Yuni Maya Sari, 2014

Pembinaan Toleransi Dan Peduli Sosial Dalam Upaya Memantapkan Watak Kewarganegaraan (Civic Disposition) Siswa


(23)

83

Yuni Maya Sari, 2014

Pembinaan Toleransi Dan Peduli Sosial Dalam Upaya Memantapkan Watak Kewarganegaraan (Civic Disposition) Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODE PENELITIAN

Pada bab ini akan dipaparkan mengenai metodologi penelitian yang mencakup lokasi dan subyek penelitian, pendekatan dan metode penelitian, definisi operasional, instrumen penelitain, proses pengembangan instrumen, teknik pengumpulan data, analisis data, keabsahan temuan penelitian, serta tahap-tahap pelaksanaan penelitian di lapangan.

A. Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Sesuai dengan karakteristik dalam pendekatan kualitatif, bahwa dalam penelitian kualitatif tidak dikenal istilah populasi penelitian, tetapi menurut Spradley (Sugiono, 2011:215) dinamakan situasi sosial yang terdiri atas tiga elemen yaitu tempat/lokasi, pelaku, dan aktivitas yang berinteraksi secara sinergis. Situasi sosial tersebut dapat berupa di lingkungan sekolah dan aktivitasnya. Yang menjadi lokasi dalam penelitian ini adalah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 3 Kota Tangerang, yang beralamat di Jalan Mochamad Yamin, Kelurahan Babakan, Kecamatan Tangerang Kota, Kota Tangerang, Propinsi Banten.

Dijadikannya SMK Negeri 3 Kota sebagai lokasi penelitian, karena sekolah tersebut merupakan salah satu sekolah model di Propinsi Banten dalam binaan Direktorat Pembinaan SMK Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan yang dicanangkan sebagai sekolah berprestasi.

2. Subjek Penelitian

Menurut Miler dan Huberman (1992: 56), terdapat beberapa kriteria yang digunakan dalam menentukan subyek penelitian, yakni latar (setting), para pelaku (actors), peristiwa - peristiwa (events) dan proses (process). Kriteria pertama: adalah latar, maksudnya ialah situasi dan tempat berlangsungnya proses pengumpulan data, yaitu SMK Negeri 3 Kota Tangerang. Kriteria kedua: adalah para pelaku, yang dimaksud di sini ialah kepala sekolah, wakil kepala sekolah, guru PKn, pembina ekstrakulikuler, pelatih ekstrakulikuler, dan siswa. Kriteria


(24)

84

Yuni Maya Sari, 2014

Pembinaan Toleransi Dan Peduli Sosial Dalam Upaya Memantapkan Watak Kewarganegaraan (Civic Disposition) Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ketiga: adalah peristiwa-peristiwa, yang dimaksud ialah hal-hal yang berkaitan dengan pelaksanaan pembinaan nilai prestasi diri, baik secara akademis, mapun non akademis sebagai upaya mengembangkan watak kewarganegaraan seperti kegiatan pembelajaran di kelas, kegiatan-kegiatan ekstrakulikuler yang dilakukan di sekolah. Kriteria yang keempat: adalah proses, yaitu wawancara peneliti dengan subyek penelitian yang berkenaan dengan pendapat dan pandangannya terhadap fokus masalah dalam penelitian ini.

B. Pendekatan Penelitian

Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif, berupa rumusan kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan prilaku yang dapat diamati (Maleong, 2004: 4). Selanjutnya disebutkan bahwa karakteristik penelitian kualitatif yang diungkapkan oleh Maleong, bahwa penelitian kualitatif berkarkateristik sebagai berikut:

“Berlatar alamiah sebagai keutuhan, mengandalkan manusia sebagai alat peneliti, memanfaatkan metode kualitatif, menganalisis secara induktif, mengarahkan sasaran sebagai usaha untuk menemukan teori dari dasar, bersifat deskriptif, lebih mementingkan prose dari pada hasil, membatasi studi dengan fokus, memiliki kriteria untuk menguji keabsahan data, rancangan penelitian bersifat sementara dan hasil penelitian disepakati bersama antara pihak peneliti dengan subjek yang diteliti”. (Maleang, 2004 : 37)

Tugas dan peranan peneliti dalam penelitian kualitatif sesuai dengan konsep naturalistik sebagai peneliti alamiah sebagaimana diungkapkan oleh Abdullah Ali (2007) bahwa:

“Peneliti berperan sebagai instrumen penelitian, peneliti datang di lokasi berada di tengan masyarakat yang akan diteliti, mencatat gejala-gejalan peristiwa yang disaksikan, dialami dan dirasakan selama beraada di lokasi, sambil menyaksikan perilaku orang-orang yang terlibat dalam aktifitas sosial, dakwah dan pendidikan, sekaligus mengamabil foto dokumentasi untuk mendukung buki-bukti visual”.

Dari pernyataan diatas dapat dipahami bahwa penelitian kualitatif adalah proses penelitian untuk memahami berdasarkan tradisi metodologi penelitian


(25)

85

Yuni Maya Sari, 2014

Pembinaan Toleransi Dan Peduli Sosial Dalam Upaya Memantapkan Watak Kewarganegaraan (Civic Disposition) Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

tertentu dengan cara menyelidiki masalah sosial atau manusia. Peneliti membuat gambaran kompleks bersifat holistik, menganalisis kata-kata, melaporkan pandangan-pandangan para informan secara rinci, dan melakukan penelitian dalam situasi alamiah. Guba dan Lingcoln (Moleong, 2001: 15) untuk penelitian kualitatif biasa digunakan istilah naturalistic inquiry atau inkuiri alamiah. Sebab, situasi lapangan penelitian bersifat natural atau wajar, sebagaimana adanya. Untuk memahami makna dari fenomena yang terjadi secara alamiah itu, maka peneliti berperan sebagai key instrument, yang harus mengumpulkan data dan mendatangi langsung sumber data.

Dari berbagai pendapat para ahli tentang karakteristik pendekatan penelitian kualitatif bila dirangkumkan antara lain pertama: penlitian kualitatif bepijak pada konsep naturalistik, kenyataan berdimenensi jamak, kesatuan utuh, terbuka dan berubah. Kedua: Peneliti dan objek berinteraksi peneliti dari luar dan dalam, peneliti sebagai instrumen, subjektif, judgmet. Ketiga: setting penelitian alamiah, terkait tempat dan waktu. Keempat: Analisis subjektif, intuitif rasional. Kelima: Hasil penelitian berupa deskripsi, interpretasi, tentatif, situsional. Keenam: hasil penelitian berupa deskripsi, interpretasi, tentatif, situsional.

C. Metode Penelitian

Penelitian ini berangkat dari beberapa kasus yang unik yang terjadi di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 3 Kota Tangerang, sehingga tradisi penelitian ini adalah studi kasus (case study). Berkaitan dengan tradisi studi kasus tersebut, Stake (Creswell, 2010:20) memberikan defenisi mengenai tradisi studi kasus tersebut bahwa:

“Studi kasus merupakan strategi penelitian dimana di dalamnya peneliti menyelidiki secara cermat suatu program, peristiwa, aktivitas, proses, atau sekelompok individu. Kasus-kasus dibatasi oleh waktu dan aktivitas, dan peneliti mengumpulkan informasi secara lengkap dengan menggunakan berbagai prosedur pengumpul data berdasarkan waktu yang telah ditentukan”.

Dalam kaitannya dengan kasus-kasus yang terjadi di situs penelitian, maka dilakukannya tradisi ini dimaksudkan untuk mendalami, mengungkapkan dan


(26)

86

Yuni Maya Sari, 2014

Pembinaan Toleransi Dan Peduli Sosial Dalam Upaya Memantapkan Watak Kewarganegaraan (Civic Disposition) Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

memahami permasalahan-permasalahan serta kenyataan-kenyataan yang terjadi di situs penelitian sebagaimana adanya secara komprehensif, mendalam, intensif dan mendetail. Sehingga dari studi ini peneliti akan memperoleh gambaran secara mendalam dan menyeluruh mengenai kenyataan-kenyataan yang terjadi disitus penelitian tersebut.

Berdasarkan defenisi diatas, dapat dipahami bahwa tradisi studi kasus (biasa dikenal sebagai penelitian yang laporan kasus) adalah sebuah penelitian yang melakukan analisis secara intensif terhadap unit individu seperti seseorang, kelompok atau peristiwa yang penekanan penelitiannya melihat faktor-faktor perkembangan kasus tersebut dalam kaitannya dengan konteks penelitian.

Dari beberapa defenisi tradisi studi kasus diatas, maka menurut hemat peneliti, tradisi studi kasus hakikatnya merupakan salah satu strategi dalam penelitian kualitatif dimana dalam melakukan proses analisis terhadap program, peristiwa, aktivitas, proses serta latar belakang permasalahan di lapangan dilakukan secara intensif. Berangkat dari pertimbangan tersebut, dalam rangka penelitian ini ingin memahami latar belakang dari kasus-kasus yang terjadi di situs penelitian, maka tepatlah penelitian ini mengunakan metode studi kasus.

D. Penjelasan Istilah

Penjelasan istilah merupakan pembatasan tentang hal-hal yang diamati. Sebagai konsep pokok dalam penelitian ini adalah: pembinaan, prestasi diri, Pendidikan Kewarganegaraan dan watak kewarganegaraan (civic disposition),

1. Pembinaan

Menurut Poerwadarminta (1987) pembinaan adalah suatu usaha dan tindakan kegiatan yang dilakukan secara berdayaguna, berhasilguna untuk memperoleh hasil yang lebih baik.

2. Prestasi diri

Prestasi diri merujuk pada makna prestasi akademik dan prestasi non akademik yang dapat dicapai oleh seseorang dari usaha belajar yang telah dicapai seseorang. Prestasi akademik merujuk pada makna sebagai hasil dari sutau


(27)

87

Yuni Maya Sari, 2014

Pembinaan Toleransi Dan Peduli Sosial Dalam Upaya Memantapkan Watak Kewarganegaraan (Civic Disposition) Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

proses belajar berupa kemampuan (kompetensi) yang dapat diukur meliputi aspek sikap, ketrampilan, dan pengetahuan. Ketiga aspek tersebut merupakan hasil interaksi aktif antara subyek belajar dengan obyek belajar selama berlangsungnya proses belajar mengajar untuk mencapai hasil belajar. Sedangkan prestasi non akademi adalah prestasi yang dicapai oleh siswa sewaktu mengikuti kegiatan ekstrakurikuler di sekolah, sebagai kegiatan untuk mengembangkan bakat dan minat pada diri siswa.

3. Pendidikan Kewarganegaraan

Pendidikan Kewarganegaraan merupakan salah satu mata pelajaran di SMK yang termasuk kelompok mata pelajaran normatif. Pkn di tingkat persekolahan berfungsi untuk membentuk karakter warga negara yang sesuai dengan nilai-nilai ideologi negara dan nilai-nilai budaya bangsa serta didasari oleh nilai-nilai-nilai-nilai agama. Dengan tujuan membentuk warga negara yang baik, cerdas dan berkarkter.

4. Civic Disposition

Civic disposition atau watak kewarganegaraan merupakan salah satu bagian dari Civic Competence yang merujuk pada pengertian tentang sikap dan kebiasaan berpikir warga negara yang menopang berkembangnya fungsi sosial yang sehat dan jaminan kepentingan umum dari sistem demokrasi. Watak kewarganegaraan mencakup sejumlah karakteristik kepribadian yaikni penghormatan dan interaksi manusiawi, tanggung jawab individual, disiplin diri, kepedulian terhadap masyarakat, keterbukaan pikiran yang mencakup keterbukaan, skeptisisme, pengenalan terhadap kemenduaan, sikap kompromi yang mencakup prinsip-prinsip konflik dan batas-batas kompromi, toleransi pada keragaman, kesabaran dan keajekan, keharuan, kemurahan hati, dan kesetiaan terhadap bangsa dan segala prinsipnya.

E. Instrumen Penelitian

Karena penelitian ini mengunakan pendekatan penelitian kualitatif, maka yang menjadi instrumen utama dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri (human


(28)

88

Yuni Maya Sari, 2014

Pembinaan Toleransi Dan Peduli Sosial Dalam Upaya Memantapkan Watak Kewarganegaraan (Civic Disposition) Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

instrument), untuk dapat menjadi instrument, maka dalam melaksanakan penelitian, peneliti harus memiliki bakal teori dan wawasan yang luas, sehingga dengan bekal tersebut mendukung peneliti untuk mampu bertanya, menganalisis, memotret, serta mengkonstruksi berbagai persoalan yang diteliti hingga menjadi lebih jelas dan bermakna. Sesuai dengan pendapat Nasution (Sugiono, 2011:223) yang menyatakan:

“Dalam penelitian kualitatif, tidak ada pilihan lain daripada menjadikan manusia sebagai instrumen penelitian utama. Alasannya ialah bahwa, segala sesuatunya belum mempunya bentuk yang pasti. Masalah, fokus penelitian, prosedur penelitian, hipotesis yang digunakan, bahkan hasil yang diharapkan, itu semuanya tidak dapat ditentukan secara pasti dan jelas sebelumnya. Segala sesuatu masih perlu dikembangkan sepanjang penelitian itu. Dalam keadaan yang serba tidak pasti dan tidak jelas itu, tidak ada pilihan lain dan hanya peneliti itu sendiri sebagai alat satu-satunya yang dapat mencapainya”

Dari uraian diatas, dapat dipahami bahwa didalam menghadapi karakteristik penelitian kualitatif yang segala sesuatunya belum mempunyai bentuk yang pasti atau senantiasa berkembang sepanjang penelitian berlangsung, maka yang bertindak sebagai instrumen penelitian adalah peneliti sendiri (human instrument) agar dapat mengungkap fakta-fakta di situs penelitian.

Peneliti kualitatif sebagai human istrument, dapat dipahami sebagai alat yang dapat mengungkap fakta-fakta di situs penelitian secara elastis dan tepat, peneliti bertugas melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan data dan membuat kesimpulan atas semuanya. Selain itu peneliti kualitatif dapat melihat situasi dan berbagai perkembangan di situs penelitian. Memiliki adaptabilitas yang tinggi sehingga dapat menyesuaikan diri dengan situasi yang berubah-rubah tersebut yang dihadapi dalam penelitian. Peneliti senantiasa dapat memperluas pertanyaan-pertanyaan untuk memperoleh data secara holistik menurut keinginan peneliti.

Dari penjelasan di atas, dapat dikatakan bahwa instrumen pokok atau instrumen utama dalam penelitian ini adalah peneliti sebagai orang yang bertindak di lapangan dalam pelaksanaan penelitian. Sedangakan instrumen penunjang,


(29)

89

Yuni Maya Sari, 2014

Pembinaan Toleransi Dan Peduli Sosial Dalam Upaya Memantapkan Watak Kewarganegaraan (Civic Disposition) Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

adalah pedoman observasi dan pedoman wawancara. Berikut ini deskripsi dari instrumen pokok dan istrumen tambahan:

1. Instrumen Pokok atau utama yaitu peneliti sendiri. Peneliti sebagai instrumen dapat berhubungan langsung dengan responden dan mampu memahami serta menilai berbagai bentuk dari interaksi di lapangan. Menurut Moleong (2007: 168) Kedudukan peneliti dalam penelitian kualitatif adalah ia sekaligus merupakan perencana, pelaksana, pengumpulan data, analisis, penafsir data, pada akhirnya ia menjadi pelapor hasil penelitiannya. Ciri-ciri umum manusia sebagai instrumen mencakup sebagai berikut:

a. Responsif, manusia responsif terhadap lingkungan dan terhadap pribadi-pribadi yang menciptakan lingkungan.

b. Dapat menyesuaikan diri, manusia dapat menyesuaikan diri pada keadaan dan situasi pengumpulan data.

c. Menekankan keutuhan, manusia memanfaatkan imajinasi dan kreativitasnya dan memandang dunia ini sebagai suatu keutuhan, jadi sebagai konteks yang berkesinambungan dimana mereka memandang dirinya sendiri dan kehidupannya sebagai sesuatu yang real, benar, dan mempunyai arti.

d. Mendasarkan diri atas perluasan pengetahuan, manusia sudah mempunyai pengetahuan yang cukup sebagai bekal dalam mengadakan penelitian dan memperluas kembali berdasarkan pengalaman praktisnya.

e. Memproses data secepatnya, manusia dapat memproses data secepatnya setelah diperolehnya, menyusunnya kembali, mengubah arah inkuiri atas dasar penemuannya, merumuskan hipotesis kerja ketika di lapangan, dan mengetes hipotesis kerja itu pada respondennya.

f. Memanfaatkan kesempatan untuk mengklarifikasikan dan mengikhtisarkan, manusia memiliki kemampuan untuk menjelaskan sesuatu yang kurang dipahami oleh subjek atau responden.

g. Memanfaatkan kesempatan untuk mencari respons yang tidak lazim dan disinkratik, manusia memiliki kemampuan untuk menggali informasi yang


(30)

90

Yuni Maya Sari, 2014

Pembinaan Toleransi Dan Peduli Sosial Dalam Upaya Memantapkan Watak Kewarganegaraan (Civic Disposition) Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

lain dari yang lain, yang tidak direncanakan semula, yang tidak diduga sebelumnya, atau yang tidak lazim terjadi.

2. Instrumen tambahan yaitu pedoman wawancara dan observasi. Secara umum penyusunan instrumen pengumpulan data berupa pedoman wawancara dilakukan dengan tahap-tahap berikut ini:

a. Mengadakan identifikasi terhadap variabel-variabel yang ada di dalam rumusan judul penelitian atau yang tertera di dalam problematika penelitian. b. Menjabarkan variabel menjadi sub atau bagian variabel.

c. Mencari indikator setiap sub atau bagian variabel. d. Menderetkan deskriptor menjadi butir-butir instrumen.

e. Melengkapi instrumen dengan pedoman atau instruksi dan kata pengantar (Suharsimi Arikunto, 2005:135)

Sebelum melakukan wawancara peneliti terlebih dahulu membuat kisi-kisi pedoman wawancara. Kisi-kisi instrumen penelitian telah dirumuskan sebagai berikut:

Tabel 3.1

Kisi-kisi Instrumen Penelitian

No Rumusan Masalah Komponen Sub Komponen 1 Bagaimana

Perencanaan Pembelajaran PKn dalam membina nilai prestasi diri untuk mengembangkan civic disposition? Perumusan tujuan, materi, metode, sumber, media, langkah-langkah, dan penilaian dalam pembelajaran PKn.

 Perumusan tujuan pembelajaran yang mencakup kompetensi sikap,

pengetahuan dan ketrampilan.

 Menyusunan materi pembelajaran yang relevan dengan Standar isi dan standar kompetensi.

 Penggunaan sumber dan media pembelajaran yang relevan dengan standar kompetensi.

 Penggunaan metode pembelajaran yang berbasis pemecahan masalah.

 Penentuan langkah-langkah pembelajaran berdasarkan prinsip scientific approach.

 Teknik dan instrumen penilaian menggunakan penilaian otentik dan bersifat komprehensif meliputi penilaian


(31)

91

Yuni Maya Sari, 2014

Pembinaan Toleransi Dan Peduli Sosial Dalam Upaya Memantapkan Watak Kewarganegaraan (Civic Disposition) Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

sikap, pengetahuan, dan ketrampilan.

2 Bagaimana

Pelaksanaan Pembelajaran PKn

dalam membina

nilai prestasi diri untuk mengembangkan civic disposition? Langkah-langkah dalam kegiatan pembelajaran di kelas

 Kegiatan Pendalukuan

 Berdoa

 Penjelasan KD dan Tujuan

pembelajaran

 Membangun motivasi

 Melakukan kegiatan inti:

 Mengamati

 Bertanya

 Mengumpulkan data

 Mengasosiasi

 Mengkomunikasikan

 Menutup pelajaran:

 Menyimpulkan pelajaran

 Menyampaikan rasa syukur dan

terima kasih

 Penyampaian pengharapan

yang lebih baik pada pertemuan berikutnya.

3 Bagaimana proses

pembinaan nilai

prestasi diri yang dilakukan melalui kegiatan

ekstrakulikuler?

Jenis – jenis kegiatan ekstrakulikuler yang

dikembangkan

 Program kerja kegiatan

menampilkan target-target yang akan diraih.

 Prestasi yang pernah diraih

 Manfaaat yang dirasakan

mengikuti kegiatan ekstrakkulikuler

4

Hambatan-hambatan apa yang

dihadapi dalam

membina nilai

prestasi diri dan

bagaimana upaya

yang dapat

dilakukan untuk

mengatasi

hambatan tersebut?

 Faktor-faktor yang menghambatan dalam proses kegiatan pembelajaran PKn

 Upaya untuk

mengatasi hambatan dalam proses

pembelajaran PKn

 Faktor-faktor

 Faktor internal dan eksternal untuk

meraih prestasi dalam proses kegiatan pembelajaran PKn.

(Hambatan internal dari dalam diri siswa, eksternal dari luar diri siswa).

 Meningkatkan aktifitas dan

kreatifitas proses pembelajaran PKn.

 Faktor internal dan eksternal untuk

meraih prestasi dalam proses kegiatan pembelajaran PKn. (Hambatan internal dari dalam diri siswa, eksternal dari luar diri siswa).


(32)

92

Yuni Maya Sari, 2014

Pembinaan Toleransi Dan Peduli Sosial Dalam Upaya Memantapkan Watak Kewarganegaraan (Civic Disposition) Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu yang

menghambatan kegiatan ekstrakulikuler

 Upaya mengatasi

hambatan dalam kegiatan

ekstrakulikuler.

 Meningkatkan aktifitas dan

kreatifitas dalam kegiatan

ekstrakulikuler untuk mendapatkan prestasi yang tinggi

F. Uji Keabsahan Data

Untuk menguji keabsahan data yang didapat sehingga benar-benar sesuai dengan tujuan dan maksud penelitian, maka peneliti menggunakan teknik triangulasi. Triangulasi data adalah teknik pemeriksaan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data tersebut untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding data tersebut (Moleong, 2007: 330). Adapun triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi dengan sumber dan metode, yang berarti membandingkan dan mengecek derajat balik kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam metode kualitatif (Patton dalam Moleong, 2007:330). Hal ini dapat peneliti capai dengan jalan sebagai berikut:

1. Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara.

2. Membendingkan apa yang dikatakan orang didepan umum dengan apa yang dikatakannya secara pribadi.

3. Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang seperti orang yang berpendidikan lebih tinggi atau ahli dalam bidang yang sedang diteliti.

Berdasarkan uraian diatas, dalam rangka melaksanakan penelitian ini dengan menggunakan teknik triangulasi peneliti sekali waktu akan mengabungkan berbagai teknik penelitian yang ada secara serempak (observasi, wawancara, dan dokumentasi) untuk mendapatkan serta mengumpulkan informasi dari sumber data yang sama. Pengunaan teknik triangulasi dalam proses pengumpulan data


(33)

93

Yuni Maya Sari, 2014

Pembinaan Toleransi Dan Peduli Sosial Dalam Upaya Memantapkan Watak Kewarganegaraan (Civic Disposition) Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kualitatif adalah untuk mengetahui apakah data yang diperoleh peneliti telah meluas, konsisten atau kontradiksi dengan hal yang telah ditemukan di situs penelitian.

Teknik uji keabsahan lain yang digunakan oleh peneliti adalah perpanjangan keikutsertaan. Menurut Moleong (2007: 327) perpanjangan keikutsertaan berarti peneliti tinggal di lapangan penelitian sampai kejenuhan pengumpulan data tercapai. Dalam hal ini, peneliti memperpanjang atau menambah waktu wawancara dan observasi terhadap subjek penelitian agar data mencapai kejenuhan.

G. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpul data merupakan salah satu langkah utama didalam melakukan sebuah penelitian, sebab tujuan utama dari penelitian adalah untuk mendapatkan data. Pada hakikatnya pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai setting, berbagai sumber, serta berbagai cara. Apabila dilihat dari setting- nya maka data dapat dikumpulkan pada setting alamiah (natural setting). Apabila dilihat dari sumber datanya, maka pengumpulan data dapat dilakukan dengan menggunakan data primer dan data sekunder. Kemudian apabila dilihat dari teknik atau cara pengumpulan data, maka teknik pengumpulan data dapat dilakukan dengan observasi partisipasi (participant observer), diskusi terfokus (fokus group discussion), dokumentasi, dan gabungan dari keempatnya. Menurut Satori dan Komariah (2011:146) menyatakan bahwa:

“Didalam penelitian kualitatif, pengumpulan data dilakukan pada natural setting (kondisi yang alamiah), sumber data primer, dan teknik pengumpulan data lebih banyak pada observasi berperan serta (participation observation), wawancara mendalam (in depth interview), dan dokumentasi”.

Selanjutnya menurut Catherine Marshall, Gretchen B. Rossman (Satori dan Komariah, 2011:146) menyatakan bahwa “the fundamental methods relied on by qualitative researchers for gathering information are, participation in the setting, direct observation, in-depth interviewing, document review”. Dari gagasan


(34)

94

Yuni Maya Sari, 2014

Pembinaan Toleransi Dan Peduli Sosial Dalam Upaya Memantapkan Watak Kewarganegaraan (Civic Disposition) Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

tersebut diatas dapat dipahami bahwa didalam penelitian kualitatif metode mendasar yang diandalkan dalam pengumpulan datanya yakni pengamatan berperan serta, pengamatan secara langsung, wawancara secara mendalam, serta dokumentasi. Adapun tehnik pengumpulan data dan informasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi literatur, observasi, wawancara, studi dokumentasi, dan triangulasi. Penjelasan masing-masing teknik pengumpulan data tersebut adalah sebagai berikut:

a. Wawancara

Wawancara merupakan salah satu teknik pengumpul data penelitian yang merupakan suatu kegiatan dimana dalam kegiatan tersebut dilakukan oleh dua orang secara langsung. Esterberg (Sugiono, 2011:231) mendefinisikan interview sebagai:”a meeting of two person to exchange information and idea throung question and responses, resulting in communication and joint construction of

meaning about a particular topic”. Dari gagasan diatas dapat dipahami bahwa wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu. Selanjutnya gagasan yang lebih lengkap mengenai teknik wawancara dikemukakan oleh Cresswel (2010: 267) bahwa:

“Dalam wawancara kualitatif peneliti dapat melakukan face to face interview (wawancara berhadap hadapan) dengan partisipan, mewawancarai mereka dengan telepon, atau terlibat dalam facus group interview (interview dalam kelompok tertentu) yang terdiri dari enam sampai delapan partisipan perkelompok. Wawancara-wawancara seperti ini tentu saja memerlukan pertanyaan-pertanyaan yang secara umum tidak terstruktur (unstructed) dan bersifat terbuka (open-ended) yang dirancang untuk memunculkan padangan dan opini dari partisipan”.

Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa wawancara adalah kegiatan yang dilakukan oleh dua orang baik langsung ataupun melalui perantara alat dimana kegiatan tersebut berupa komunikasi dengan sumber data dalam rangka mengkontruksi makna dari topik yang diteliti. Dalam kaitannya dengan melaksanakan proses wawancara dalam penelitian ini, maka peneliti


(35)

95

Yuni Maya Sari, 2014

Pembinaan Toleransi Dan Peduli Sosial Dalam Upaya Memantapkan Watak Kewarganegaraan (Civic Disposition) Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

berupaya mendalami informasi di situs penelitian melalui komunikasi dua arah atau lebih guna mencari informasi-informasi yang diperlukan untuk penelitian serta merumuskan solusi terhadap masalah yang diteliti secara bersama-sama dengan informan. Teknik ini akan peneliti tempuh dengan melakukan wawancara secara kooperatif dan mendalam berdasarkan intrumen yang telah dipersiapkan dan kedudukan proposal penelitian yang bersifat terbuka dengan maksud dapat berkembang sesuai dengan perkembangan di situs penelitian dan kebutuhan data yang diperlukan.

b. Observasi

Dalam upaya memperoleh pengetahuan setiap manusia tidak bisa terlepaskan dari proses observasi, bahkan observasi merupakan dasar bagi semua ilmu pengetahuan. Menurut Cresswell (2010: 267) menyatkan bahwa observasi yang dilakukan dalam penelitian kulitatif adalah “observasi yang didalamnya peneliti langsung turun ke lapangan untuk mengamati perilaku dan aktivitas individu-individu di lokasi penelitian”. Sejalan dengan gagasan diatas Moleong (2007:175) menyatakan bahwa:

”pengamatan memungkinkan pengamat untuk melihat dunia sebagaimana dilihat oleh subjek penelitian, hidup pada saat itu, menangkap arti fenomena dari segi pengertian subjek...pengamatan memungkinkan peneliti merasakan apa yang dirasakan dan dihayati oleh subjek sehingga memungkinkan pula peneliti menjadi sumber data”.

Dalam rangka melaksanakan penelitian ini, maka observasi yang dilakukan oleh peneliti pada situs penelitian yakni mengadakan pengamatan langsung terhadap kondisi, aktifitas, sarana prasarana, dan seluruh latar alamiah di situs penelitian. Dan sekali waktu peneliti akan terlibat dalam peran-peran yang beragam di situs penelitian mulai dari sebagai partisipan hingga partisipan utuh (pengamatan berperan serta). Hal ini dimaksudkan agar peneliti dapat mengamati langsung proses yang terjadi pada objek penelitian didalam situs penelitian serta untuk mendapatkan informasi yang sangat dibutuhkan yang berhubungan dengan data-data penelitian.


(36)

96

Yuni Maya Sari, 2014

Pembinaan Toleransi Dan Peduli Sosial Dalam Upaya Memantapkan Watak Kewarganegaraan (Civic Disposition) Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

c. Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi dalam penelitian kualitatif adalah sebagai pelengkap dari pengunaan teknik observasi dan wawancara. Menurut Satori dan Komariah (2011:149) menyatakan bahwa “studi dokumentasi yaitu mengumpulkan dokumen dan data-data yang diperlukan dalam permasalahan penelitian lalu ditelaah secara intens sehingga dapat mendukung dan menambah kepercayaan dan pembuktian suatu kejadian”. Selanjutnya Sugiono (2011:240) menyatakan bahwa “dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang”.

Dari uraian diatas, maka dapat dipahami bahwa studi dokumentasi adalah kegiatan mengumpukan dokumen, data-data serta peristiwa-peristiwa yang telah berlalu baik berupa tulisan, gambar, karya akademik atau karya seni yang diperlukan dalam permasalahan penelitian. Bogdan (Sugiono, 2011: 240) menyatakan mengenai manfaat studi dokumentasi bahwa: “puslish autobiographies provide a readiley available source of data for the discerning qualitative research. Gagasan tersebut dapat dipahami bahwa hasil penelitian juga akan semakin kredibel apabila didukung oleh foto-foto atau karya tulis akademik dan seni yang telah ada. Makna foto-foto, karya tulis akademik serta seni yang dimaksudkan oleh Bogdan diatas adalah dokumen-dokumen.

Dalam rangka menghasilkan penelitian yang kredibel, melalui teknik ini peneliti mengkaji dokumen-dokumen yang ada untuk kemudian dijadikan bahan pertimbangan dalam mengembangkan analisis penelitian. Catatan dan dokumen ini dapat dimanfaatkan sebagai saksi dari kejadian-kejadian tertentu atau sebagai bentuk pertanggung jawaban. Kajian dokumensi difokuskan pada dokumen-dokumen berbentuk tulisan, karya akademik, serta foto-foto mengenai aktifitas pembelajaran di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 3 Kota Tangerang.

d. Studi literatur.

Studi ini dimaksudkan untuk menemukan berbagai fakta, konsep, generalisasi, dan teori-teori yang relevan dengan masalah yang diteliti serta


(37)

97

Yuni Maya Sari, 2014

Pembinaan Toleransi Dan Peduli Sosial Dalam Upaya Memantapkan Watak Kewarganegaraan (Civic Disposition) Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

sebagai kerangka berpikir dalam penelitian. Menurut Straus dan Corbin (Ruskandi, 2010: 20) bahwa ada literatur teknis dan literatur nonteknis. Literatur teknis, seperti laporan tentang kajian penelitian dan karya tulis profesional atau disipliner dalam bentuk makalah teoritik atau filosofis. Sedangkan literatur nonteknis seperti biografi, buku harian, dokumen, naskah, catatan, katalog, dan materi lainnya yang dapat digunakan sebagai data utama atau sebagai pendukung wawancara. Pada tahapan ini peneliti mengkaji penelitian-penelitian terdahulu, buku-buku, artikel, jurnal serta informasi yang terkait dengan permasalahan penelitian di perpustakaan serta lembaga terkait yang dapat menunjang penelitian ini.

H. Analisis Data

Didalam pendekatan penelitian kualitatif, teknik analisis data dilakukan bersifat induktif berdasarkan fakta-fakta yang ditemukan di situs penelitian untuk kemudian dikonstruksikan menjadi hipotesis atau teori. Pemaparan mengenai konsep analisis data kualitatif secara ekplisit dikemukakan oleh Bogdan dan Biklen (Moleong, 2007: 248) bahwa:

“analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain”.

Selanjutnya Sugiyono (2011:245) mengemukakan waktu pelaksanaan analisis data dalam penelitian kualitatif bahwa “Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum memasuki lapangan, selama di lapangan, dan setelah selesai dilapangan, namun dalam penelitian kualitatif, analisis data lebih difokuskan selama proses dilapangan bersamaan dengan pengumpulan data.

Dalam rangka melaksanakan penelitian ini, teknik analisis data yang digunakan peneliti, yakni pertama analisis data sebelum memasuki lapangan. Pada bagian ini peneliti melakukan analisis terhadap data hasil studi pendahulun atau data sekunder untuk menentukan fokus penelitian. Kedua, peneliti melakukan


(38)

98

Yuni Maya Sari, 2014

Pembinaan Toleransi Dan Peduli Sosial Dalam Upaya Memantapkan Watak Kewarganegaraan (Civic Disposition) Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

analisis data di lapangan dengan menggunakan model Miles dan Huberman besertaan pada saat pengumpulan data dan selesai mengumpulkan data. Menurut Miles dan Huberman (Sugiyono, 2011:246) mengemukakan bahwa: “aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh”. Aktivitas dalam analisis data yaitu data reduction, data display, dan conclusion

drawing/verification”.

Langkah-langkah analisis data dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 3.1

Komponen-komponen Analisis Data Diadopsi dari miles dan Huberman (1992: 20)

Bagan diatas dapat dijelaskan bahwa tiga jenis kegiatan utama pengumpulan data (reduksi data, penyajian data, kesimpulan/varifikasi) merupakan proses siklus dan interaktif. Peneliti haus siap bergerak di antara empat sumbu kumparan itu selama pengumpulan data berlangsung. Selanjutnya bergerak bolak balik di antara kegiatan reduksi, penyajian, dan penarikan kesimpulan /verifikasi.

1. Tahap Reduksi (Data Reduction) Pengumpulan data

Penyajian data

Reduksi data

Kesimpulan dan Verifikasi


(39)

99

Yuni Maya Sari, 2014

Pembinaan Toleransi Dan Peduli Sosial Dalam Upaya Memantapkan Watak Kewarganegaraan (Civic Disposition) Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Dalam tahapan ini peneliti melakukan penelaahan kembali terhadap seluruh laporan dan catatan hasil laporan di lapangan, seperti laporan hasil wawancara, observasi, studi dokumentasi untuk melihat hubungan data-data yang diperoleh dengan permasalahan penelitian. Pada tahapan ini peneliti dapat merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, mengelompokkan data sesuai dengan aspek-aspek permasalahan penelitian, memfokuskan data, pembuangan data yang tidak perlu, dan mengorganisasikan data untuk memperoleh kesimpulan final.

2. Tahap penyajian data (Data Display)

Dalam tahapan ini peneliti melakukan penyajian dan penyusunan dari hal-hal pokok yang telah dirangkum secara sistematis tersebut dalam bentuk teks atau narasi sesuai dengan aspek-aspek penelitian sehingga mempermudah peneliti memahami masalah yang terjadi, mempermudah peneliti merencanakan kerja selanjutnya, serta memudahkan peneliti dalam pengambilan kesimpulan secara konsisten.

3. Tahap penarikan kesimpulan dan verifikasi conclusion)

Setelah menyajikan dan menyusun data, pada tahapan ini peneliti kemudian mencari pola, tema, hubungan, persamaan dan lain sebagainya untuk kemudian diambil suatu kesimpulan akhir untuk mengungkap temuan-temuan penelitian penelitian. Untuk penarikan sebuah kesimpulan tersebut harus dilakukan peneliti dengan cara bertahap. Pertama, peneliti membuat kesimpulan sementara yang bersifat tentatif sebagaimana karakteristik penelitian kualitatif, namun seiring dengan lamanya penelitian dan semakin bertambahnya data maka harus dilakukan proses verifikasi data dengan cara mempelajari kembali data yang telah ada. Kedua, verifikasi data yang dilakukan oleh peneliti harus meminta pertimbangan dari pihak-pihak lain yang ada keterkaitannya dengan penelitian, atau dengan cara membandingkan data yang diperoleh dari sumber-sumber tertentu dengan sumber-sumber lain. Setelah melakukan tahapan verifikasi inilah peneliti akan menghasilkan kesimpulan penelitian yang kredibel.


(1)

perlu adanya kerjasama yang terpadu dari unsur untuk bersama-sama membina siswa, misalnya bimbingan dari petugas Bimbingan dan Konseling, orang tua siswa, wali kelas, serta guru-guru lain yang terkait. Hambatan dari pembina dan pelatih yang perlu dterus ditingkatkan kemampuan dan tanggungjawabnya.

B. Rekomendasi

Berdasarkan simpulan tersebut, pada bagian ini akan dirumuskan beberapa rekomendasi berkaitan dengan pembelajaran Pendidikan Pancasila untuk meningkatkan nilai-nilai prestasi diri dalam mengembangkan civic disposition, yaitu:

1. Kepada guru-guru PKn untuk lebih meningkatkan lagi pemahaman dengan mengkaji lebih mendalam tentang kurikulum 2013, terutama pada standar isi dan standar proses. Untuk Standar isi khususnya tentang kompetensi dasar dan kajian materi pokok pembelajaran, hal ini untuk menghindari tumpang tindihnya materi pada setiap tingkat. Pemahaman tentang standar proses khususnya tentang pendekatan pembelajaran yang lebih mengarah pada

student centered learning approach, dalam praktek pengajaran dapat

menerapkan metode-metode pembelajaran yang menciptakan peran aktif siswa dengan berpatokan pada langkah-langkah pendekatan ilmiah (scientific

Approach).

2. Bagi pihak sekolah, lebih ditingkatkan pembinaan kepada guru-guru dalam mengemban tugas profesionalisme, misalnya tingkatkan pelatihan-pelatihan mengenai Penerapan Metodogi Pembelajaran, teknik Evaluasi Pembelajaran, Penggunaan Media dan Sumber belajar. Sehingga Kurikulum 2013 dapat terimplementasi dengan sebenarnya di sekolah.

3. Bagi Program Studi PKn di SPS UPI Bandung, diharapkan hasil penelitian ini memberikan referensi untuk pengembangan pengajaran PKn di sekolah kejuruan yang memiliki karakteristik tersendiri.


(2)

212

Yuni Maya Sari, 2014

Pembinaan Toleransi Dan Peduli Sosial Dalam Upaya Memantapkan Watak Kewarganegaraan (Civic Disposition) Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4. Kepada peneliti diharapkan memiliki keinginan untuk mengembangkan kemampuan profesionalnya sebagai guru PKN, dengan cara :

a) Melakukan pengkajian mendalam tentang perangkat pendukung dalam menyiapkan perencanan dan mempraktekannya dalam tugas profesi guru.

b) Mencobakan model-model pengajaran yang lebih dengan pendekatan

student centered learning.

c) Menjalin kerjasama yang positif dengan teman seprofesi, untuk bersama-sama mengembangkan pembelajaran PKn menuju pembentukan civic

competence pada siswa.

d) Melakukan pengkajian mendalam terhadap kegiatan ekstrakurikuler di sekolah, sehingga dapat berkontribusi bagi pengembangan ekstrakurikuler.


(3)

Yuni Maya Sari, 2014

DAFTAR PUSTAKA

Ali, M. (1987). Penelitian Pendidikan Dan Prosedur Strategi. Bandung: Angkasa. Arifin, H. (2000). Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara.

Arikunto Suarsimi.(2005), Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta.

Branson, M. S. (1999). Belajar "Civic Education" dari Amerika (Terjemahan

Syarifudin dkk). Yogyakarta: LKIS.

Budimansyah, U. S. (2012). Pendidikan Kewarganegaraan dalam Perspektif

Intemasional. Bandung: Widya Aksara Press.

Chatib, M. (2012). Gurunya Manusia. Bandung: Kaifa PT. Mizan Pustaka.

Creswell, J.W. (2010). Research Design Qualitative Approach. London: Publication. Lessons In Personal Change. New York: A Fireside Book. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. (2013). Peraturan Menteri Pendidikan

dan Kebudayaan No.54 tahun 2013 tentang Standar Kompetensi Lulusan Pendidika Dasar dan Menengah. Jakarta: Depdikbud.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. (2013). Peraturan Menteri Pendidikan

dan Kebudayaan No.65 tahun 2013 tentang Standar Proses Pendidika Dasar dan Menengah. Jakarta: Depdikbud.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. (2013). Peraturan Menteri Pendidikan

dan Kebudayaan No.66 tahun 2013 tentang Standar Penilaian Pendidika Dasar dan Menengah. Jakarta: Depdikbud.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. (2013). Peraturan Menteri Pendidikan

dan Kebudayaan No.64 tahun 2013 tentang Standar isi Pendidika Dasar dan Menengah. Jakarta: Depdikbud.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.. (2013). Permendikbud No 81A tahun

2013. Jakarta: Depdikbud.

Depdiknas. (2001). Kurikulum Berbasis Kompetensi - Kebiajakan Umum. Jakarta: Depatemen Pendidikan Nasional.


(4)

214

Yuni Maya Sari, 2014

Pembinaan Toleransi Dan Peduli Sosial Dalam Upaya Memantapkan Watak Kewarganegaraan (Civic Disposition) Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Komalasari, K. (2010). Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi. Bandung: Refika Aditama.

Majid, A. (2014). Implementasi Kurikulum 2013 Kajian Teoritis dan Praktir. Bandung: Interes Media.

Makmun, A. S. (1999). Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosda Karya. Mulyasa. p.

Miles, Matthew B. dan huberman, A.M. (2007). Analisis Data Kualitatif Bum

Sumber Tentang Metode-Metode Bam. Jakarta: Universitas Indonesia

Press.

Moleong, Lexy J. (2005). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Mulyasa, H. (2014). Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Nuh, M. (2013). Menyemai Kreator Peradaban. Jakarta: Zaman.

Poerwadarminta. (1982). Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Quigley, Buchanan, & Bahmueller. (1991). Civitas : A Frame. Calabassas: Center

For Civic Education.

Sadbudhy, E. (2002). Keirausahaan Untuk SMK. Jakarta.

Sanjaya, W. (2008). Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenamedia Group.

Sanjaya, W. (2010). Krikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Kencana. Sapriya. (2007). Landasan dan Teori PKn. Bandung: UPI.

Satori Djam'an., Komariah Aan. 2011. Metode Penelitian Kualitatif. Alfabeta: bandung

Sobur, A. (2013). Psikologi Umum dalam Lintasan Sejarah. Bandung: CV. Pustaka Setia.

Sugiyono (2011). Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif,


(5)

Sukamadinata, N. S. (2011). Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Sumidjo, W. (2008). Kepemimpinan Kepala Sekolah Tinjauan Teoritis dan

Permasalahan. Jakarta: Rajawali Pers.

Wahab, A.A., & Sapriya. (2011). Teori dan Landasan Pendidikan

Kewarganegaraan. Bandung: Alfabeta.

Widodo. (2000). Kamus Ilmiah Populer. Yogyakarta: Absolute.

Winataputa, U. S. (2001). Jatidiri Pendidikan Kewaganegaran sebagai Wahana

Sistemik Pendidikan Demokrasi. Disertasi Doktor pada Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung: Tidak

diterbitkan. Jurnal :

Afandi, R. (2011). Integritas Pendidikan Karakter Dalam Pembelajaran IPS Di Sekolah Dasar. Jurnal Pedagogia. Vol. 1, No. 1, Desember 2011: 85-98. Bestari, P. (2009). Upaya pembentukan Karakter Bangsa dalam rangka

Mewujudkan Masyarakat Madani. Jurnal Civicus, Mengenbangkan

Karakter PKn Masa Depan, Vol 12. No.1. Bandung : Jurusan PKn FPIPS

UPI.

Hapsari, U. R. (2010). Hubungan Antara Minat Mengikuti Kegiatan Ekstrakurikuler Dengan Intensi Delinkuensi Remaja Pada Siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Di Kota Semarang. Jurnal Fakultas Psikologi. Hlm. 1-23.

Kusuma, D. C. (2013). Analisis Komponen-Komponen Pengembangan Kurikulum 2013 pada Bahan Uji Publik Kurikulum 2013. Jurnal Analisis

Komponen-Komponen Pengembangan Kurikulum 2013. Hlm. 3-6.

Mahfudz, A. ((2007). Nilai dan Moral dalam Pendidikan Kewarganegaraan di Sekolah Dasar. Jurnal Civicus Model Pembelajaran Pendidikan

Kewarganegaraan, Vol II No. 9. Bandung : Jurusan PKn FPIPS UPI.

Sapriya & Maftuh, B. (2005). Jurnal Civicus Pembelajaran PKn melalui


(6)

216

Yuni Maya Sari, 2014

Pembinaan Toleransi Dan Peduli Sosial Dalam Upaya Memantapkan Watak Kewarganegaraan (Civic Disposition) Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sauri, S. (2010). Membangun Karakter Bangsa melalui Pembinaan

Profesionalisme Guru Berbasis Pendidikan Nilai. Jurnal Pendidikan

Karakter, Vol 12 No.1, Bandung : Jurusan Pendidikan Umum FPS UPI.

Suharjana. (2012). Kebiasaan Berprilaku Hidup Sehat Dan Nilai-Nilai Pendidikan Karakter. Jurnal Pendidikan Karakter. Tahun II, Nomor 2, hlm. 193-194 Yogyakarta.


Dokumen yang terkait

PEMBINAAN NARAPIDANA TINDAK PIDANA KORUPSI UNTUK MENGEMBANGKAN WATAK KEWARGANEGARAAN(CIVIC DISPOSITION).

0 6 50

PEMBINAAN TOLERANSI DAN PEDULI SOSIAL DALAM UPAYA MEMANTAPKAN WATAK KEWARGANEGARAAN (CIVIC DISPOSITION) SISWA :Studi Kasus di SMAN 4 Balikpapan Kalimantan Timur:.

2 14 68

INTERNALISASI NILAI PEDULI SOSIAL PADA SEKOLAH BERBASIS ISLAM SEBAGAI UPAYA PENGUATAN CIVIC DISPOSITION SISWA (Studi di SMA Islam 1 Surakarta).

0 0 18

CIVIC SKILLS DAN CIVIC DISPOSITION PENERAPANNYA DALAM MATA KULIAH PRODI PKn

0 0 11

PENGEMBANGAN SIKAP TOLERANSI MELALUI PEMBINAAN KEAGAMAAN DALAM MEMANTAPKAN CIVIC DISPOSITION SISWA: Studi Kasus di SMP Negeri 44 Bandung - repository UPI S PKN 1202803 Title

0 1 4

PEMBINAAN TOLERANSI DAN PEDULI SOSIAL DALAM UPAYA MEMANTAPKAN WATAK KEWARGANEGARAAN (CIVIC DISPOSITION) SISWA :Studi Kasus di SMAN 4 Balikpapan Kalimantan Timur: - repository UPI T PKN 1201099 Title

0 0 4

PEMBINAAN NARAPIDANA TINDAK PIDANA KORUPSI UNTUK MENGEMBANGKAN WATAK KEWARGANEGARAAN(CIVIC DISPOSITION) - repository UPI T PKN 1202056 Title

0 0 4

PEMBINAAN TOLERANSI DAN PEDULI SOSIAL DALAM UPAYA MEMANTAPKAN WATAK KEWARGANEGARAAN (CIVIC DISPOSITION) SISWA - repository UPI T PKN 1201235 Title

0 0 4

PERAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DALAM MEMBINA WATAK KEWARGANEGARAAN (CIVIC DISPOSITION) SISWA (Studi Deskriptif Analisis Terhadap Siswa SMK Negeri 2 Purwokerto) - repository perpustakaan

0 1 16

PERAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DALAM MEMBINA WATAK KEWARGANEGARAAN (CIVIC DISPOSITION) SISWA (Studi Deskriptif Analisis Terhadap Siswa SMK Negeri 2 Purwokerto) - repository perpustakaan

0 1 33