PENGENDALIAN PERSEDIAAN SUKU CADANG MESI

PENGENDALIAN PERSEDIAAN SUKU CADANG MESIN- MESIN PABRIK DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA III PKS RAMBUTAN TEBING TINGGI TUGAS SARJANA

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

Oleh HERWANDI SILALAHI 080423044 PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA EKSTENSI DEPARTEMEN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2009

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat TYME, atas segala berkah dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat melaksanakan Tugas Sarjana di PTPN III PKS Rambutan Tebing Tinggi dan dapat menyelesaikan laporan ini.

Pelaksanaan Tugas Sarjana merupakan pengalaman yang berharga, dimana saya dapat memperoleh pelajaran yang banyak dari dunia kerja secara langsung. Tugas Sarjana ini merupakan salah satu persyaratan dalam memperoleh gelar sarjana pada Jurusan Teknik Industri, Program Ekstensi, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara. Dalam hal ini penulis mengangkat suatu permasalahan yaitu “Pengendalian Persediaan Suku Cadang Mesin-mesin Pabrik” .

Penulis berupaya menyempurnakan laporan ini, namun penulis menyadari bahwa tidak ada yang sempurna, mungkin terdapat kekurangan-kekurangan akibat kesalahan penulis, untuk itulah penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun guna menyempurnakan laporan ini.

Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih, semoga laporan ini bermanfaat bagi kita semua.

Universitas Sumatera Utara Penulis Medan, Juni 2009

UCAPAN TERIMA KASIH

Dalam penulisan Tugas Sarjana ini, penulis mendapatkan banyak bantuan, bimbingan dan dorongan dari berbagai pihak, maka pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ibu Ir. Rosnani Ginting, MT., selaku Ketua Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Ir. Elisabeth Ginting, MSi., selaku dosen pembimbing I yang telah banyak memberikan bimbingan dan waktunya kepada penulis untuk menyelesaikan tugas sarjana ini.

3. Ibu Ir. Nurhayati Sembiring, MT., selaku dosen pembimbing II yang telah banyak memberikan bimbingan dan arahan kepeda penulis dalam penyelesaian tugas sarjana ini.

4. Bapak Rediman Silalahi, ST., selaku Manager Pabrik Kelapa Sawit PTPN III PKS Rambutan yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan riset tugas sarjana pada perusahaan tesebut.

5. Bapak Seno A.P, ST., selaku asisiten pada bagian pengolahan Pabrik Kelapa Sawit yang telah banyak memberikan bimbingan selama pelaksanaan riset tugas sarjana ini.

6. Seluruh staf dan karyawan pada PTPN III PKS Rambutan yang bersedia memberikan masukan-masukan mengenai pabrik.

7. Kedua orang tua tercinta yang telah memberikan dukungan baik secara moril maupun material dan doa, serta abang dan adik yang saya sayangi.

8. Siska Damayanti, Amd., yang setia menemani, memberikan dukungan dan bantuan kepada penulis.

9. Semua teman-teman penulis angkatan 2003 yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah memberikan dukungan kepada penulis.

10. Seluruh staff Jurusan Teknik Industri Universitas Sumatera Utara. Penulis berupaya menyempurnakan laporan ini, namun penulis menyadari bahwa tidak ada yang sempurna, mungkin terdapat kekurangan-kekurangan akibat kesalahan penulis, untuk itulah penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun guna menyempurnakan laporan ini.

Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih, semoga tugas sarjana ini bermanfaat bagi kita semua.

Universitas Sumatera Utara Penulis Medan, Juni 2009

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN

HALAMAN

1. Data Break Down Time Mesin Tahun 2008 ……………............. L-1

2. Hasil Perhitungan Total Biaya Persediaan Suku Cadang Kritis .…………………………………………………………..... L-2

3. Surat Permohonan Tugas Sarjana ………………………………. L-3

4. Surat Permohonan Riset Tugas Sarjana untuk Perusahaan ........... L-4

5. Surat Balasan dari Perusahaan ...................................................... L-5

6. Surat Keputusan Tugas Sarjana …………………………………. L-6

7. Lembar Asistensi ........................................................................... L-7

ABSTRAK

PT. Perkebunan Nusantara III PKS Rambutan adalah suatu perusahaan industri yang bergerak di bidang pengolahan minyak sawit (Crude Palm Oil) dan inti sawit (Palm Kernel). Perusahaan beroperasi dengan menggunakan mesin/peralatan yang semi modern. Mesin dan peralatan memiliki suku cadang, dimana suku cadang mesin harus selalu tersedia di gudang. Persediaan suku cadang mesin di gudang dapat menimbulkan biaya penyimpanan. Semakin lama suku cadang yang disimpan akan mengakibatkan semakin besar biaya penyimpanan (biaya investasi), sebaliknya penyimpanan suku cadang yang tidak terlalu lama dapat menurunkan biaya penyimpanan, akan tetapi menyebabkan frekuensi pembelian suku cadang semakin besar yang berarti total biaya pemesanan semakin besar. Oleh sebab itu perusahaan harus melakukan pengendalian persediaan suku cadang mesin yang lebih efektif dan efesien.

Kebijakan yang diterapkan oleh perusahaan selama ini mampu menjamin kelancaran persediaan suku cadang mesin, sehingga tidak terjadinya kekurangan persediaan di gudang. Namun sistem pemesanan tidak tetap dan kuantitas pemesanan terlalu besar, sehingga dapat menimbulkan biaya persediaan suku cadang yang tidak optimal. Oleh sebab itu penulis ingin memberikan solusi bagaimana mendapatkan total biaya persediaan yang lebih ekonomis (optimal).

Pengoptimalan biaya persediaan suku cadang mesin dilakukan dengan menggunakan metode Economic Order Quantity (EOQ) dan Metode Lot For Lot. Penelitian dilakukan terhadap jenis suku cadang yang dinilai kritis dengan tahap- tahap pengolahan sebagai berikut : (1) Mengetahui pemakaian suku cadang mesin berdasarkan break down time mesin, (2) Penentuan suku cadang kritis berdasarkan klasifikasi ABC, (2) Penentuan jumlah pemesanan ekonomis, (3) Penentuan titik pemesanan kembali, dan (4) Perhitungan total biaya persediaan yang optimum.

Dari jumlah pemakaian suku cadang mesin berdasarkan break down time mesin dan penentuan suku cadang mesin berdasarkan klasifikasi ABC diperoleh

12 item suku cadang kritis dari 40 item suku cadang mesin, yaitu : Phericall roller bearing, Roller clain pitch, Left & right handed worm P/N 13, Nozzle, Press cylinder S/N 12, Bcarer ref 7 ac.ar.al, Coupling p/n 58949044, Trust miracle, Pipa steam, Bearing SKF 29326, Top screen assembly mesh 40, dan Top screen assembly mesh 30.

Hasil total biaya persediaan yang diperoleh menggunakan metode LFL adalah sebesar Rp. 6.630.000, sedangkan total biaya persediaan yang dikeluarkan oleh perusahaan sebesar Rp. 17.528.250. Artinya dengan menggunakan metode LFL perusahaan dapat menghemat total biaya persediaan sebesar Rp 10.898.250 atau sebesar 49,93 % dari total biaya persediaan yang dikeluarkan oleh perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Permasalahan

PTPN III PKS Rambutan Tebing Tinggi merupakan suatu industri yang berproduksi dengan menggunakan peralatan/mesin yang semi modern dalam melaksanakan kegiatan produksinya. Tersedianya bahan dan peralatan/mesin yang dibutuhkan merupakan salah satu faktor yang penting untuk menjamin kelancaran proses produksi. Tanpa adanya sistem persediaan yang baik, perusahaan akan dihadapkan pada permasalahan yang dapat mengganggu kelancaran proses produksinya, maka perlu diadakan persediaan baik bahan maupun peralatan/mesin untuk memenuhi kebutuhan.

Dalam suatu proses produksi ada beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu bagaimana meningkatkan kapasitas produksi, perencanaan dan pengendalian persediaan. Persediaan suku cadang mesin berguna untuk mengganti suku cadang mesin yang mengalami kerusakan agar proses produksi tidak terhambat. Investasi persediaan suku cadang memerlukan biaya yang tinggi, akan tetapi dilain pihak suku cadang harus siap sedia di gudang untuk kelangsungan proses pelayanan dalam pemeliharaan dan perbaikan suku cadang mesin.

Untuk mencapai jumlah pemesanan yang ekonomis dan total biaya persediaan yang optimal, maka perusahaan harus senantiasa menjaga ketersediaan suku cadang mesin. Hal ini terkadang tidak dilakukan perusahaan dengan perhitungan yang cermat dan kurang efisien, yaitu rata-rata penyimpanan suku Untuk mencapai jumlah pemesanan yang ekonomis dan total biaya persediaan yang optimal, maka perusahaan harus senantiasa menjaga ketersediaan suku cadang mesin. Hal ini terkadang tidak dilakukan perusahaan dengan perhitungan yang cermat dan kurang efisien, yaitu rata-rata penyimpanan suku

Sistem pemesanan suku cadang mesin-mesin di PTPN III PKS Rambutan yang ada pada saat ini dilakukan dengan sistem pemesanan secara periodic setiap tahunnya. Kebijakan dalam pengendalian persediaan suku cadang mesin yang diterapkan oleh perusahaan saat ini menimbulkan biaya penyimpanan yang cukup besar. Berdasarkan data nilai barang pada tahun 2008 di PTPN III PKS Rambutan diketahui bahwa jumlah total harga 40 jenis suku cadang yang dibeli adalah sebesar Rp. 395.792.500, sedangkan nilai dari pemakaian suku cadang mesin sebesar Rp. 364.935.000. Dari data tersebut dapat dilihat bahwa terjadi akumulasi nilai suku cadang sebesar Rp. 66.857.500 atau sekitar 16,89 %. Dengan biaya penyimpanan selama 11 bulan, maka biaya total persediaan yang dikeluarkan oleh perusahaan sebesar Rp. 27.928.190, artinya biaya yang diserap akibat penyimpanan suku cadang yang cukup lama lebih besar. Hal ini merupakan suatu masalah yang harus dipecahkan.

1.2. Rumusan Permasalahan

Adapun masalah yang ada pada PTPN III PKS Rambutan dalam hal pengendalian persediaan suku cadang mesin-mesin yaitu jumlah pemesanan suku cadang yang tidak ekonomis, sehingga apabila pemesanan dilakukan, kuantitas pemesanannya bervariasi yang mengakibatkan menumpukknya suku cadang digudang. Apabila persediaan suku cadang digudang menumpuk, maka akan Adapun masalah yang ada pada PTPN III PKS Rambutan dalam hal pengendalian persediaan suku cadang mesin-mesin yaitu jumlah pemesanan suku cadang yang tidak ekonomis, sehingga apabila pemesanan dilakukan, kuantitas pemesanannya bervariasi yang mengakibatkan menumpukknya suku cadang digudang. Apabila persediaan suku cadang digudang menumpuk, maka akan

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah :

1. Menentukan suku cadang mesin-mesin pabrik yang dinilai paling kritis.

2. Menentukan jumlah pemesanan yang ekonomis.

3. Menentukan titik pemesanan kembali (reorder point)

4. Meminimisasi biaya persediaan.

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian tugas sarjana ini antara lain :

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi perusahaan dalam menyusun perencanaan dan pengendalian persediaan suku cadang mesin yang optimal di masa yang akan datang.

2. Menambah informasi-informasi secara teoritis tentang hal-hal yang berhubungan dengan pengendalian persediaan suku cadang mesin.

3. Dapat membandingkan teori-teori yang diperoleh pada saat mengikuti perkuliahan dengan praktek di pabrik.

1.5. Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah yang dilakukan dalam penelitian ini adalah :

1. Pemecahan masalah yang dilakukan hanya pada bagian persediaan suku cadang mesin-mesin pabrik .

2. Jumlah pemakaian suku cadang tahun 2009 berdasarkan break down time

mesin tahun 2008.

3. Pembahasan hanya dilakukan terhadap suku cadang mesin-mesin yang dinilai

paling kritis.

4. Pengelompokan suku cadang mesin-mesin kritis dilakukan dengan menggunakan analisis klasifikasi ABC.

5. Model persediaan yang digunakan berdasarkan sifatnya adalah static

deterministic inventory model , sedangkan berdasarkan kebijakan yang digunakan menggunakan fixed reorder quantity models.

6. Analisis masalah dibatasi hanya pada metode EOQ dan Lot For Lot.

7. Aspek finansial dibatasi hanya pada biaya–biaya yang berhubungan dengan

masalah persediaan suku cadang mesin-mesin pabrik.

1.6. Asumsi Masalah Asumsi-asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Lead time pemesanan untuk setiap jenis suku cadang mesin diketahui dan konstan.

2. Pemesanan suku cadang mesin dilakukan tanpa adanya potongan harga.

3. Tidak adanya kekurangan persediaan (stock out cost).

4. Proses produksi dianggap cukup baik dan tidak terjadi perubahan pada mesin- mesin pabrik.

5. Pola kerusakan mesin (break down) diketahui dan konstan.

I.7. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan tugas sarjana terdiri atas tujuh bab, yaitu :

BAB I

: PENDAHULUAN Dalam bab ini diuraikan latar belakang masalah, tujuan, perumusan masalah, pembatasan masalah, dan asumsi yang dipakai untuk menganalisa data yang ada.

BAB II : GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

Bab ini berisikan tentang sejarah perusahaan, ruang lingkup bidang usaha, proses produksi, serta organisasi dan manajemen.

BAB III

: LANDASAN TEORI Bab ini menjelaskan secara lengkap tentang dasar teori yang dipakai dalam analisis dan pemecahan masalah yang dirumuskan untuk mencapai tujuan studi.

BAB IV

: METODOLOGI PENELITIAN

Pada bab ini diuraikan tentang tempat dan waktu penelitian, obyek penelitian, dan tahapan proses penelitian.

BAB V : PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

Bab ini berisikan tentang data yang diambil untuk mendukung pelaksanaan studi/penelitian dan perhitungan terhadap data yang diambil untuk memperoleh variabel-variabel yang dipakai dalam menentukan analisa.

BAB VI : ANALISIS PEMECAHAN MASALAH

Bab ini berisikan tentang penganalisaan variabel-variabel yang diperoleh untuk mendapatkan perhitungan dan kesimpulan yang tepat terhadap penelitian.

BAB VII : KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini memuat butir-butir penting dari hasil penganalisaan dan memberikan saran atau usulan mengenai berbagai hal kemungkinan aplikasi hasil studi ini dalam dunia nyata.

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

2.1. Sejarah Perusahaan

PTPN III PKS Rambutan merupakan salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak dalam bidang usaha pengolahan kelapa sawit. Pada awalnya PTPN III bernama PTP V, dimana PTP V tersebut adalah perusahaan perkebunan milik swasta Belanda dengan nama NV RCMA (Rubber Culture Mats Chaappij Amsterdam ). Pada tahun 1958 perusahaan dinasionalisasikan menjadi PPN cabang Sumatera Utara. Nasionalisasi menjadi cabang Sumatera Utara ini berdasarkan PP No. 24/1958 JO, keputusan Menteri Pertanian No. 229.1957 JO, No. 49/1958 JO dan UU No. 86/1958. Perusahaan ini melakukan aktivitas produksi selama tiga tahun. Karena terjadinya pergolakan- pergolakan politik, maka dilakukan reorganisasi dalam tubuh perusahaan. Dengan PP No. 164/1961 tanggal 26 Agustus 1961 PPN cabang Sumatera Utara berubah nama menjadi PPN Sumatera Utara IV. PPN Sumatera Utara IV berproduksi selama dua tahun. Pada tanggal 20 Mei 1963 dilakukan reorganisasi dalam perusahaan. Reorganisasi ini menghasilkan perubahan nama perusahaan menjadi PPN karet V dari tahun 1963 sampai dengan 1968.

Pada tanggal 19 April 1968, dengan surat keputusan Menteri Pertanian No. 55/KPT/OP/1968, PPN karet berubah menjadi PNP V, PNP V kembali berubah nama menjadi PTP V dengan dikeluarkannya PP No. 17/1971 tanggal 29 Mei 1971 dan SK Menteri Keuangan No. 258/SK/IV/1/1976 pada tanggal 19 Maret

1976. Pada tahun 1992 dilakukan konsolidasi bersama PTP lainnya. Konsolidasi teresebut menghasilkan penggabungan perusahaan yang menggabungkan PTP III, PTP IV dan PTP V dengan seorang direksi yang berkedudukan di PTP masing- masing. Pada tahun 1996 penggabungan PTP tersebut menjadi PTP Nusantara III yang berkedudukan di Sei Skambing Medan Sumatera Utara. Sedangkan Pabrik Kelapa Sawit Rambutan dibangun pada tahun 1983 dan merupakan salah satu pabrik dari 11 PKS yang dimiliki oleh PTP Nusantara III yang terletak di Desa Paya Bagas Kecamatan Rambutan, Kabupaten Serdang Bedagai, Propinsi Sumatera Utara sekitar 85 km ke arah Tenggara Kota Medan.

Tata letak PTPN III PKS Rambutan terdiri atas :

1. Tempat pengolahan kelapa sawit

2. Laboratorium

3. Instalasi

4. Pembangkit tenaga listrik

5. Bengkel

6. Tempat penyimpanan minyak sawit dan inti sawit

7. Kantor

8. Parkir

9. Perumahan staff dan karyawan

10. Kamar mandi

11. Pengolahan limbah Dalam menghadapi pasar bebas di era globalisasi sekarang ini, PTPN III PKS Rambutan telah menerapkan :

1. Sistem Manajemen Mutu ISO 9001 Sasaran Sistem Manajemen Mutu ISO 9001 adalah untuk menjamin produksi yang dihasilkan sesuai dengan standar secara konsisten dan memuaskan pelanggan yang telah di audit oleh pihak external pada bulan Mei tahun 2000 (PT. TUV INTERNASIONAL INDONESIA) dan telah mendapat Sertifikat ISO 2002.

2. Sistem Manajemen Lingkungan ISO 14001 Tujuan Sistem Manajemen Lingkungan ISO 14001 adalah mengembangkan usaha perkebunan dan industri hilir yang berwawasan lingkungan. Telah menjalani TRIAL AUDIT oleh pihak eksternal (PT Surveyor Indonesia) pada bulan Juni tahun 2000.

3. Sistem Manajemen Keselamatan Kerja dan Kesehatan Kerja (SMK3) Tujuan Sistem Manajemen Keselamatan Kerja dan Kesehatan Kerja adalah memberikan perlindungan Keselamatan dan Kesehatan Kerja terhadap seluruh staff dan karyawan. Telah menjalani audit oleh pihak eksternal (PT. Sucopindo) pada bulan oktober 2000. Atas Rekomendasi PT. Sucopindo, PKS Rambutan memperoleh “SERTIFIKAT DAN BENDERA EMAS“. PTPN III PKS Rambutan juga mendapatkan “PIAGAM PENGHARGAAN ZERO ACCIDENT AWARD”

2.1.1. Ruang Lingkup Bidang Usaha

PTPN III PKS Rambutan Tebing Tinggi bergerak dalam bidang usaha pengolahan kelapa sawit menjadi minyak sawit atau crude palm oil (CPO) dan inti PTPN III PKS Rambutan Tebing Tinggi bergerak dalam bidang usaha pengolahan kelapa sawit menjadi minyak sawit atau crude palm oil (CPO) dan inti

Dalam memproduksi CPO dan kernel ini, pabrik menetapkan suatu sasaran mutu yang harus dicapai untuk menjaga kualitas dan standar mutu CPO internasional. Hasil produksi perusahaan diusahakan mencapai standar mutu minyak sawit Indonesia yang telah diperkenalan, yaitu Standard Indonesia Palm Oil

I (SIPO I), SIPO II, Standard Indonesia Kernel Oil I (SIKO I), SIKO II dan telah terdaftar pada ISO 9000. Penerapan standar ini diperkirakan akan menjadi keharusan bagi perusahaan yang mengekspor produknya terutama ke luar negeri.

2.1.2. Lokasi Perusahaan

PKS Rambutan terletak di Desa Paya Bagas, Kecamatan Rambutan, Kotamadya Tebing Tinggi, Propinsi Sumatera Utara. PKS Rambutan berada pada

3 °35 Lintang Utara dan 98°41 Bujur Timur atau berada ± 85 km arah Tenggara kota Medan. Elevasi pabrik berada pada 18 meter diatas permukaan laut. Dengan elevasi seperti ini suhu minimum dan maksimum berkisar antara 22 °C - 32°C dan suhu rata-rata mencapai 27 °C. PKS Rambutan mempunyai curah hujan rata-rata lima tahun terakhir 1447 mm/tahun dengan 86 hari hujan dan beriklim sedang.

Unit kebun rambutan mempunyai luas area 6351,26 ha yang dibagi dua budidaya perkebunan, yaitu komoditi kelapa sawit dan komoditi karet. Luas Unit kebun rambutan mempunyai luas area 6351,26 ha yang dibagi dua budidaya perkebunan, yaitu komoditi kelapa sawit dan komoditi karet. Luas

2.1.3. Organisasi dan Manajemen

Organisasi merupakan wadah atau tempat dilakukannya segala rencana serta kebijakan-kebijakan perusahaan dalam pencapaian tujuan bersama. Organisasi harus digerakkan dengan suatu proses yang dinamika dan khas, yang disebut dengan manajemen. Struktur organisasi memberikan gambaran secara skematis tentang hubungan, kerja sama, pembagian tugas, pendelegasian wewenang serta pembatasan tanggung jawab dari orang-orang yang terdapat dalam organisasi dengan jelas. Struktur organisasi yang digunakan PTPN III PKS Rambutan adalah struktur organisasi yang berbentuk lini dan fungsional karena terlihat adanya pembidangan tugas, dimana pembagian unit-unit organisasi didasarkan pada spesialisasi tugas. Disamping itu, wewenang dari pimpinan dilimpahkan pada unit-unit organisasi di bawahnya dalam bidang-bidang tertentu secara langsung. Struktur organisasi juga ditentukan dan dipengaruhi oleh badan usaha, jenis usaha, besarnya usaha dan sistem produksi perusahaan tersebut.

Organisasi garis adalah suatu bentuk struktur organisasi dimana kekuasaan dan tanggung jawab diturunkan secara garis dari tingkat pimpinan atas kepada bawahannya. Dalam bentuk organisasi ini tidak seorang bawahan yang memiliki atasan lebih dari satu orang, jadi kesimpang siuran perintah yang diterima oleh bawahan sangat kecil kemungkinannya untuk terjadi. Pada struktur organisasi garis prinsip unity of command atau kesatuan dalam komando akan terpelihara dengan baik. Atasan hanya memerintah bawahan tertentu dan bawahan akan memberikan laporan kepada atasan yang memberi perintah.

Organisasi fungsional dalam struktur organisasi ini yaitu, setiap petugas memiliki fungsi yang telah ditentukan oleh pimpinan perusahaan. Jadi tugas dan tanggung jawab dalam organisasi ini dibagi menurut fungsi masing-masing. Pimpinan tiap bidang berhak memerintah kepada semua pelaksana yang menyangkut bidang kerjanya. Petugas-petugas yang setingkat mempunyai wewenang dan tanggung jawab yang sama. Struktur organisasi PTPN III PKS Rambutan dapat dilihat pada gambar 2.1.

2.1.4. Pembagian Tugas, Wewenang dan Tanggung Jawab

Dalam malakukan aktivitas perusahaan PTPN III PKS Rambutan membutuhkan tenaga kerja dan staffnya untuk menjalankan fungsi manajemen.

Tugas, wewenang dan tanggung jawab dilakukan sesuai dengan jabatannya masing-masing. Pembagian tugas dalam organisasi didasarkan atas kualifikasi dan tanggung jawab. Pembagian tugas dan tanggung jawab dari pimpinan/staff yang bekerja di PTPN III PKS Rambutan adalah sebagai berikut :

A. Manajer

1. Memimpin dan mengkoordinir masinis kepala yang ditetapkan direksi.

2. Memimpin dan mengkoordinasi tugas-tugas operasional pabrik.

3. Menilai dan mengevaluasi seluruh laporan pekerjaan pabrik, baik di bidang produksi, teknik, pengangkutan maupun administrasi.

4. Melaksanakan dan memelihara kelengkapan dalam rangka kesehatan dan keselamatan kerja (K3) di lingkungan pabrik .

5. Mengatur, mengkoordinir dan menciptakan sistem administrasi dan pelaporan yang baik dibidang teknik dan pengolahan serta melakukan peningkatan kinerja pabrik.

6. Melakukan koordinasi dengan bagian terkait terutama untuk pekerjaan dibidang pengolahan produksi, teknik, administrasi dan laboratorium.

7. Melakukan pengawasan secara menyeluruh atas aset perusahaan termasuk produksi hasil olahan dan mengawasi pengolahan limbah pabrik.

8. Membuat laporan kepada direksi.

9. Membina hubungan baik dengan instansi dan masyarakat disekitar pabrik.

10. Melakukan penilaian terhadap karyawan pada setiap akhir tahun atau periode penilaian karyawan.

B. Masinis Kepala (Maskep)

1. Menjamin dan menyetujui proses pengolahan.

2. Menjamin dan menyetujui rencana pemeliharaan pabrik.

3. Menjamin bahwa kebijaksanaan mutu dimengerti , ditetapkan, dipelihara diseluruh unit pabrik.

4. Membantu manajer untuk mengidentifikasikan persyaratan-persyaratan sumber daya manusia dan menggunakan personil terlatih disetiap posisi.

5. Meninjau persyaratan kontrak yang berhubungan dengan pemeliharaan pabrik.

6. Meninjau persyaratan bahan kimia, peralatan dan pembuatan yang diusulkan oleh asisten pengolahan, asisten teknik, dan laboratorium.

7. Meninjau rencana produksi dan jadwal pemeliharaan peralatan di pabrik.

8. Mengidentidikasikan kebutuhan pemeliharaan untuk semua personil yang langsung mempengaruhi mutu.

9. Mengevaluasi kemajuan proses pengolahan dan peralatan mesin.

10. Membantu ADM dalam pembuatan dan peninjauan kontrak.

C. Asisten Pengolahan

1. Menentukan sasaran mutu tahunan yang berhubungan dengan proses pengolahan.

2. Menentukan standard stok produksi sesuai rencana yang telah ditentukan oleh perusahaan.

3. Menjamin bahwa kebijaksanaan mutu dimengerti, diterapkan dan dipelihara oleh mandor-mandor dan pekerja pada proses pengolahan.

4. Membuat rencana pemakaian tenaga kerja, peralatan dan bahan-bahan kimia yang digunakan pada proses pengolahan sesuai ketentuan yang ada.

5. Berusaha agar proses produksi dilakukan secara efektif dan afesien untuk mencapai produktifitas yang tinggi.

6. Mengendalikan proses pengolahan dengan spesifikasi yang telah ditetapkan.

7. Mengawasi barang yang dipasok pelanggan jangan sampai rusak atau hilang.

8. Melakukan pengawasan terhadap bahan baku yang diterima serta produk yang dikirim.

9. Mengawasi dan mengevaluasi kondisi persediaan produk digudang.

10. Mengendalikan catatan mutu terhadap identifikasi, pengarsipan, pemeliharaan sesuai dengan spesifikasi yang telah ditentukan.

11. Bertanggung jawab terhadap kebersihan seluruh lingkungan pabrik.

12. Bertanggung jawab tehadap pencapaian target produksi sesuai dengan bahan baku yang diterima.

13. Menandatangani dan mengevaluasi check sheet dalam proses pengolahan.

14. Mengidentifikasikan kebutuhan pelatihan untuk semua mandor di proses pengolahan.

D. Asisten Laboratorium

1. Menjamin bahwa kebijaksanaan mutu dimengerti, ditetapkan dan dipelihara diseluruh tingkat organisasi di laboratorium dan sortasi.

2. Membuat rencana pemakaian bahan-bahan serta alat yang berhubungan dengan analisa lanoratorium dan sortasi untuk disampaikan kepada kepala pengolahan setelah disetujui ADM.

3. Menjamin bahwa pemeriksaan dan pengujian pada penerimaan bahan dalam proses dan prodeuk akhir telah dilaksanakan sesuai dengan prosedur dan catatan mutu yang telah ditetapkan.

4. Mengawasi bahwa semua dokumen mutu yang berhubungan dengan sortasi dan laboratorium telah dipelihara dengan baik.

5. Mengawasi bahwa pada identifikasi penerimaan bahan baku pada proses maupun produk akhir telah dilaksanakan sesuai dengan persyaratan yang telah ditetapkan.

6. Menyetujui laporan hasil pemeriksaan dan pengujian pada penerimaan bahan baku pada awal maupun produk akhir.

7. Mengevaluasi teknik statistik yang berhubugan dengan aktifitas pengujian dan pemeriksaan di laboratorium dan sortasi.

E. Asisten Teknik

1. Menerima laporan hasil perbaikan reperasi yang diborongkan kepada kontraktor.

2. Membantu maskep dan mengevaluasi reperasi yang dilakukan oleh kontraktor.

3. Menentukan spare part yang digunakan mesin sesuai dengan standard yang ditetapkan.

4. Menjamin bahwa kebijakan mutu dimengerti seluruh mandor dan karyawan teknik.

5. Menjamin bahwa semua aktifitas yang dilakukan o;eh pelaksana teknik sesuai dengan quality procedure yang telah diimplementasikan sampai efektif.

6. Mempersiapkan agenda pertemuan untuk tinjauan manajemen yang berhubungan dengan masalah-masalah teknik.

7. Mengajukan permintaan bahan, alat, mesin untuk kepentingan teknik sesuai dengan perencanaanyang telah dibuat.

8. Memelihara semua dokumen dan catatan mutu dibagian teknik.

9. Menjamin bahwa semua peralatan/mesin yang digunakan dalam proses telah siap dioperasikan.

10. Merencanakan semua peralatan/mesin untuk dipelihara secara rutin.

11. Menandatangani laporan pemeliharaan rutin dan break down maintenance.

12. Membuat laporan bulanan emergency maintenance.

F. Asisten Tata Usaha

1. Merencanakan, mengarahkan dan mengawasi kegiatan-kegiatan bidang administrasi dan keuangan.

2. Mengkoordinir laporan bulanan dan tahunan atas anggaran kegiatan di pabrik.

3. Menyusun rancangan anggaran belanja perusahaan.

4. Menganalisa dan memberikan tindakan perbaikan terhadap administrasi pabrik.

5. Membuat laporan pertanggungjawaban kepada manager.

G. Papam (Perwira Pengaman)

1. Menyusun rencana kerja dibidang keamanan.

2. Mengkoordinir petugas keamanan.

3. Melaksanakan dan mengawasi kegiatan pengamanan terhadap aset pabrik Membuat laporan pertanggungjawaban bidang keamanan kepada manager.

H. Karyawan

1. Melakukan kegiatan operasional di lantai pabrik.

2. Membantu atasan dalam melakukan tugas.

3. Bertanggung jawab kepada atasan atas pekerjaan yang dipercayakan padanya.

2.1.5. Jumlah Tenaga Kerja dan Jam Kerja

Tenaga kerja/karyawan pada suatu pabrik sangat dibutuhkan untuk mendukung kelancaran proses pengoperasian pabrik PTPT III PKS Rambutan. Perusahaan tersebut memiliki jumlah tenaga kerja sebanyak 227 karyawan dan pimpinan. Susunan dan jumlah tenaga kerja dapat dilihat pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1. Susunan dan Jumlah Tenaga Kerja PTPN III PKS Rambutan

JUMLAH No

3 Asisten Tata Usaha

4 Asisten Teknik

5 Asisten Pengolahan

6 Asisten Laboratorium

7 Karyawan Pengolahan Shift I

8 Karyawan Pengolahan Shift II

9 Karyawan Laboratorium/Sortasi

10 Karyawan Bengkel

11 Karyawan Dinas Sipil

12 Karyawan Administrasi

13 Karyawan Bagian Produksi

14 Karyawan Bagian Keamanan/Hansip

Jumlah

Sumber : PTPN III PKS Rambutan

Jam kerja karyawan pada bagian produksi pabrik PTPT III PKS Rambutan dibagi atas dua shift, dapat dilihat pada Tabel 2.2.

Tabel 2.2. Jam Kerja Bagian Produksi

Shift I

07.00 – 19.00 Wib Senin s/d Sabtu

Jam Kerja

Jam Istirahat

10.00 – 11.00 Wib dan

15.00 – 16.00 Wib

Shift II

Jam Kerja

19.00 – 07.00 Wib

Senin s/d Sabtu

Jam Istirahat

Sumber : PTPN III PKS Rambutan

Sedangkan untuk jam kerja karyawan pada bagian administrasi dapat dilihat pada Tabel 2.3.

Tabel 2.3. Jam Kerja Bagian Administrasi

Senin s/d Jum’at

Jam Kerja

07.00 – 16.00 Wib

Jam Istirahat

12.00 - 14.00 Wib

Sabtu

Jam Kerja

07.00 – 16.00 Wib

Jam Istirahat

09.30 – 10.00 Wib

Sumber : PTPN III PKS Rambutan

2.1.6. Sistem Pengupahan dan Fasilitas Lainnya

Sistem pengupahan pada pabrik PTPN III PKS Rambutan Tebing Tinggi adalah sebagai berikut :

1. Gaji pokok bulanan

2. Premi pengolahan, dihitung berdasarkan sawit yang diolah

3. Catu beras tiap bulan Selain pemberian gaji tetap, perusahaan juga memberikan imbalan kompensasi yang merupakan suatu bentuk balas jasa yang besarnya ditentukan berdasarkan prestasi, serta mempunyai kecenderungan untuk diberikan secara tetap, seperti pemberian bermacam-macam fasilitas kepada karyawan, pemberian tunjangan, dan pemberian insentif. Pemberian kompensasi ini merupakan pendorong utama bagi karyawan untuk lebih meningkatkan semangat dan gairah dalam bekerja. Agar kompensasi yang diberikan dapat memberikan efek positif, maka jumlah yang diberikan haruslah dapat memenuhi kebutuhan secara minimal serta sesuai dengan peraturan yang ada.

Selain pemberian gaji diatas, perusahaan juga memberikan beberapa tunjangan seperti :

1. Tunjangan Kesehatan

2. Tunjangan Keluarga

3. Tunjangan pemakaman

4. Tunjangan Hari raya

5. Bonus Tahunan

Sistem pengupahan dan fasilitas yang diberikan kepada setiap karyawan dilakuka secara adil sesuai dengan prestasi kerja karyawan tersebut, agar tidak terjadi kecemburuan sosial yang mengakibatkan dampak buruk bagi karyawan dan perusahaan itu sendiri. Dengan adanya pemeberian upah dan fasilitas yang dibutuhkan oleh setiap karyawan, maka karyawan dapat bekerja dengan baik sehingga perusahaan dapat menghasilkan produksi yang baik dan berkualitas.

2.2. Proses Produksi

Proses adalah cara, metode dan teknik bagaimana sesungguhnya sumber- sumber yang ada diubah untuk memperoleh suatu hasil. Sedangkan produksi adalah kegiatan untuk menciptakan atau menambah kegunaan suatu barang atau jasa. Dari uraian diatas, proses produksi dapat diartikan sebagai cara, metode atau teknik untuk menciptakan atau menambah kegunaan suatu barang atau jasa dengan menggunakan sumbar-sumber yang ada.

Kelapa sawit merupakan sumber minyak nabati yang penting disamping kacang-kacangan, jagung dan sebaginya. Minyak kelapa sawit yang digunakan berasal dari daging buah (misocrap) dan dari inti sawit (endosperm). Selain menghasilkan minyak dan inti sawit, hasil dari proses buah kelapa sawit adalah tandan buah kosong yang dapat diabukan dan digunakan sebagai pupuk kalium, cangkang yang dapat diolah menjadi arang untuk pengeras jalan di kebun, ampas dan fiber dapat digunakan untuk bahan bakar boiler. Proses produksi kelapa sawit meliputi :

1. Penimbangan Tandan Buah Sawit (TBS)

2. Penampungan TBS Sementara

6. Pemurnian Minyak Sawit

7. Pengolahan Biji

8. Pengeringan Inti Sawit

2.2.1. Standar Mutu Produk

Agar dapat menghasilkan minyak sawit (CPO) dan inti sawit (Kernel) yang berkualitas, diperlukan batasan-batasan atau standar mutu produk. Dalam pengendalian mutu minyak sawit dipakai tiga parameter kualitas faktor, yaitu : kadar Asam Lemak Bebas (ALB), kadar air, dan kadar kotoran. Standar mutu minyak kelapa sawit umumnya dihubungkan dengan maksud dan penggunaanya. Standar mutu minyak sawit dapat dilihat pada Tabel 2.4.

Tabel 2.4. Standar Mutu Minyak Sawit

NO Parameter

Produksi (%)

Ekspor (%)

1 Asam Lemak Bebas

2 Kadar Air

3 Kadar Kotoran

Sumber : Laboratorium PKS Rambutan

Sedangkan standar mutu inti sawit dipakai enam parameter, yaitu : kadar ALB, kadar Air, kadar kotoran, inti pecah, kadar minyak, dan inti berubah warna. Standar mutu Inti sawit dapat dilihat pada Tabel 2.5.

Tabel 2.5. Standar Mutu Inti Sawit

NO Parameter

Produksi (%)

Ekspor (%)

1 Asam Lemak Bebas

Max 5,00

Max 5,00

2 Kadar Air

Max 7,00

Max 7,00

3 Kadar Kotoran

Max 6,00

Max 6,00

4 Inti Pecah

Max 15,0

Max 15,0

5 Kadar Minyak

Min 49,0

Min 49,0

6 Inti Berubah Warna

Max 40,0

Max 40,0

Sumber : Laboratorium PKS Rambutan

2.2.2. Bahan yang Digunakan

Bahan yang digunakan dalam proses pengolahan kelapa sawit adalah bahan baku, dan bahan penolong. Bahan baku adalah bahan utama yang diperlukan dalam pembuatan produk. Bahan baku pada produk minyak kelapa sawit adalah tandan buah sawit (TBS) yang terdiri dari dura, psipera, dan tenera. Perbandingan ketiga jenis varietas buah kelapa sawit ini sebagai berikut :

a. Dura Spesifikasi : Bentuk buah agak bulat Tebal pericarp 2-6 mm

Tebal cangkang 2-5 mm Percent pericarp terhadap buah, 70 % Percent inti terhadap buah, 10 %

b. Pesifera Spesifikasi : Ukuran buah lebih kecil Tebal pericarp, sangat tebal Tebal cangkang, 0-0,1 mm Percent pericarp terhadap buah, 95 % Percent inti terhadap buah, 5 %

c. Tenera Spesifikasi : Buah agak lonjong Tebal pericarp, 4-10 mm Tebal cangkang, 1-25 mm Percent inti terhadap buah, 5 %

Kualitas maupun kuantitas minyak dan inti sawit erat hubungannya dengan umur buah. Didalam buah mentah terdapat asam lemak bebas yang rendah namun minyaknya rendah. Didalam buah yang kelewat masak terdapat minyak dalam jumlah yang banyak akan tetapi kadar asam lemak bebasnya tinggi. Secara ekomonis buah yang diinginkan untuk dipanen adalah buah yang kandungan minyaknya tinggi dan kadar asam lemak optimum. Buah masak yang demikian lazim disebut buah yang berumur enam bulan sejak polinasi.

Sedangkan bahan penolong adalah bahan yang digunakan untuk membantu proses produksi tetapi tidak ikut dalam pembuatan produk. Bahan peno Sedangkan bahan penolong adalah bahan yang digunakan untuk membantu proses produksi tetapi tidak ikut dalam pembuatan produk. Bahan peno

1. Steam (uap) Steam disuplai dari back preassure vessel (BPV) yaitu suatu tangki penampung uap. Uap dihasilkan dari boiler untuk memutar turbin sehingga menghasilkan tenaga listrik.

2. Air panas

Air panas diperoleh dari hasil pemanasan air bersih oleh uap pada suatu tangki yang disebut hot water tanki, dari tangki ini air panas disalurkan pada setiap stasiun yang memerlukannya.

2.3. Uraian Proses

Uraian proses produksi dari awal hingga akhir pengolahan kelapa sawit adalah sebagai berikut :

1. Stasiun Penerimaan Buah

Stasiun penerimaan buah berfungsi untuk menerima tandan buah sawit (TBS) yang berasal dari kebun. Pada stasiun ini TBS melalui tahapan penimbangan buah dan penumpukan buah. Tandan buah sawit yang masuk ke PKS Rambutan ditimbang di jembatan timbang yang terbuat dari plat baja berbentuk segi empat. Fungsi dari jembatan timbang adalah untuk mengetahui jumlah berat tandan yang akan diolah dengan cara sebagai berikut :

1. Truk berisi TBS ditimbang dan dinyatakan sebagai bruto.

2. Setelah ditimbang TBS dibongkar di loading ramp dan truk kosong ditimbang

kembali dan dinyatakan sebagai tara.

3. Selisih antara bruto dan tara adalah netto dan merupakan berat TBS yang diterima di pabrik.

Tujuan penimbangan adalah :

1. Mengetahui rendemen yang dihasilkan minyak sawit dari TBS yang diolah.

2. Mengetahui kapasitas olah.

3. Mengetahui TBS yang masuk, sehingga diketahui input dari perusahaan.

2. Penampungan TBS sementara (Loading ramp) Setelah tandan buah sawit ditimbang, kemudian dilanjutkan ketempat

penampungan TBS sementara untuk disortasi dan dimasukkan kedalam lori. Proses di loading ramp sangat bergantung pada jumlah kapasitas lori. Fungsi sortasi adalah untuk mengetahui kualitas TBS dari setiap TBS yang masuk ke PKS Rambutan dan menseleksi bahan atau TBS yang bisa diolah, dan yang tidak bisa diolah dikembalikan lagi ke kebun. Sebelum pengisian lori dilakukan, dipastikan letak posisi lori tepat pada pintu loading ramp.

3. Stasiun Perebusan (Sterilizer)

TBS yang telah dimasukkan kedalam lori, selanjutnya ditarik oleh rail track yang merupakan landasan untuk bergerak yang terbuat dari baja. Rail track ini mempunyai jumlah tiga unit untuk jalannya lori. Buah ditarik menuju sterilizer untuk direbus. Pada proses perebusan ada tiga unit ketel rebusan, setiap unit diisi sebanyak delapan lori, setiap lori berisi TBS sebanyak 2,5 ton. Sistem perebusan memakai sistem tiga puncak tekanan uap atau steam dengan memakai alat kontrol TBS yang telah dimasukkan kedalam lori, selanjutnya ditarik oleh rail track yang merupakan landasan untuk bergerak yang terbuat dari baja. Rail track ini mempunyai jumlah tiga unit untuk jalannya lori. Buah ditarik menuju sterilizer untuk direbus. Pada proses perebusan ada tiga unit ketel rebusan, setiap unit diisi sebanyak delapan lori, setiap lori berisi TBS sebanyak 2,5 ton. Sistem perebusan memakai sistem tiga puncak tekanan uap atau steam dengan memakai alat kontrol

1. Memudahkan brondolan lepas dari tandan.

2. Melunakkan buah sehingga mudah diaduk.

3. Menonaktifkan enzim-enzim yang merusak mutu minyak.

4. Melekangkan inti dari cangkang.

5. Menggumpalkan zat putih telur (protein) dalam buah agar pemurnian mintak mudah dilakukan.

Dalam perebusan diperlukan waktu 90 menit dengan menggunakan suhu 140ºC. Perebusan diperlukan tekanan uap atau steam sebesar 2,8 – 3,0 kg/cm. Kapasitas sterilizer dalam perebusan TBS adalah 30 ton/jam. Pada perebusan ini air yang dibuang melalui condensat pump untuk membuang udara pada buah sehingga tidak terjadi isolasi yang dapat direndam. Cara pembuangan air kondensat dalam perebusan adalah cara perebusan tiga puncak dengan menggunakan pemanasan pada tekanan kerja dilakukan tiga kali penaikan tekanan uap dan pengeluaran kondensat serta udara yang kemudian akan menuju pembuangan limbah. Proses perebusan tiga puncak antara lain :

a. Daeration Yaitu pembuangan udara dengan cara memasukkan uap secara perlahan-lahan yang bertujuan untuk mendorong udara keluar, sehingga tercapai tekanan hampa dan keran udara terbuka.

b. Maintain pack I Yaitu menaikkan tekanan dalam ketel rebusan yang bertujuan untuk mengeluarkan air dalam buah. Prosesnya sebagai berikut : - Kran pemasukan uap (in let steam) dibuka 15 menit untuk mencapai tekanan

2,3 kg/cm. - Kemudian in let steam ditutup, sedangkan outlet steam kran pembuangan kondensat dan udara dibuka dengan cepat untuk menurunkan tekanan menjadi 0,3 kg/cm.

- Waktu yang dipergunakan untuk menurunkan tekanan dari 2.3 kg/cm2

menjadi 0.2 kg/cm2 adalah 3 menit, kemudian kran-kran ditutup kembali.

c. Maintain pack II Yaitu memasukkan uap untuk mencapai tekanan kerja 2,7 kg/cm yang bertujuan untuk merebus dengan tekanan uap tertutup.

d. Maintain pack III Memasukkan uap untuk mencapai tekanan 2,5 - 3,0 kg/cm yang bertujuan untuk membuang air kondensat. Prosesnya adalah : - Kran in let steam dibuka penuh untuk mencapai tekanan 3.0 kg/cm2. - Jumlah waktu untuk mencapai puncak tiga ( tekanan 3.0 kg/cm2 ) adalah 13

menit. - Puncak tiga ini ditahan selama 45 menit (keadaan ini disebut holding time). - Selesai masa tahan in let steam ditutup sedangkan outlet steam kran

pembuangan kondensat dan pembuangan udara dibuka selama 5 menit sehingga tekanan turun menjadi 0 kg/cm2.

- Setelah tekanan dalam perebusan turun hingga 0 kg/cm2 dan air kondensat terkuras habis, pintu pengeluran dapat dibuka dan dengan bantuan capstand lori-lori dikelurkan untuk proses lanjutan. Waktu yang dipergunakan untuk membuka pintu mengeluarkan lori adalah 5 menit.

Secara grafik, sistem perebusan dengan tiga puncak dapat dilihat pada Gambar 2.2. Tekanan steam perebusan

( kg/cm2 )

0.2 Waktu perebusan

90’ ( menit )

Gambar 2.2. Grafik sistem perebusan tiga puncak ( triple peak)

4. Stasiun Penebah (Threeser) Buah yang telah selesai direbus kemudian dikeluarkan dari sterilizer menggunakan penarik lori (capstan) dibawa ke stasiun penebah, kemudian diangkat dengan pengangkat lori (hosting crane) lalu dimasukkan ke tempat penebahan buah (threeser). Setelah buah masuk ke threseer yaitu alat untuk memisahkan antara brondolan dengan janjangan dengan cara membanting dan 4. Stasiun Penebah (Threeser) Buah yang telah selesai direbus kemudian dikeluarkan dari sterilizer menggunakan penarik lori (capstan) dibawa ke stasiun penebah, kemudian diangkat dengan pengangkat lori (hosting crane) lalu dimasukkan ke tempat penebahan buah (threeser). Setelah buah masuk ke threseer yaitu alat untuk memisahkan antara brondolan dengan janjangan dengan cara membanting dan

Dari fruit transfer conveyor brondolan diproses ke fruit elevator yang berfungsi untuk mengangkut brondolan dengan alat bantu timba-timba dari pembagi yang diarahkan ke fruit distributor conveyor yang berfungsi untuk membagi brondolan kedalam alat pencacah (digester) yang selanjutnya akan memisahkan daging buah dan biji. Digester berfungsi untuk melumatkan daging buah agar mudah diproses dan memisahkan butiran-butiran minyak dengan menggunakan suhu 80 ° - 90°C. Proses ini harus dalam keadaan panas agar serat- serat buah atau cangkang mudah terpisah dari bijinya dan menjadi lembut, dimana jika dingin akan menjadi beku. Pada proses digester menggunakan air dengan perbandingan antara air dan buah yaitu 1: 2.

Pada digester terdapat empat pasang mata pisau, tiga yang berguna untuk mengaduk dan satu pasang untuk mengeluarkan massa. Brondolan yang telah dicacah kemudian dipress menggunakan screw press yang berfungsi untuk pengepressan minyak yang terdapat pada daging buah dengan tekanan 60 kg/cm, sehingga minyak kasar keluar dari daging buah. Pada proses pengepressan brondolan menghasilkan perbandingan pengenceran antara minyak sebesar 40 %, air 40 % dan ampas 20 %. Pada proses pengepressan ini untuk mengepress minyak yang terdapat pada daging buah menggunakan alat bantu tangki air panas Pada digester terdapat empat pasang mata pisau, tiga yang berguna untuk mengaduk dan satu pasang untuk mengeluarkan massa. Brondolan yang telah dicacah kemudian dipress menggunakan screw press yang berfungsi untuk pengepressan minyak yang terdapat pada daging buah dengan tekanan 60 kg/cm, sehingga minyak kasar keluar dari daging buah. Pada proses pengepressan brondolan menghasilkan perbandingan pengenceran antara minyak sebesar 40 %, air 40 % dan ampas 20 %. Pada proses pengepressan ini untuk mengepress minyak yang terdapat pada daging buah menggunakan alat bantu tangki air panas

5. Stasiun Pengempaan (press in station) Pengempaan adalah proses pemerasan minyak dari massa remasan dan mengusahakan agar kehilangan pada ampas remasan sekecil mungkin. Alat yang digunakan terdiri dari sebuah press cylinder yang berlubang-lubang dan didalamnya terdapat screw press yang berputar-putar berlawanan arah. Tekanan kempa diatur oleh dua buah cones yang berada pada bagian ujung pengempa yang dapat digerakkan maju-mundur secara hidrolis.

Dengan tolakan pisau kempa dalam digester, massa adukan keluar dan masuk kedalam alat kempa melalui feed screw, selanjutnya dikempa oleh mesin screw . Proses pemerasan didasarkan pada prinsip kerja double screw yang berputar berlawanan arah, sehingga massa remasan ditekan dan mengeluarkan minyak kasar (crude oil). Minyak keluar dari feed screw dan main screw dan ditampung dalam talang minyak, selanjutnya dialirkan ke saringan bergetar (sand trap tank ). Untuk memudahkan pemisahan dan pengaliran minyak pada feed screw dilakukan injeksi uap dan penambahan panas. Setelah minyak diperas sebagai sisanya berupa ampas dan biji yang didorong keluar dan jatuh kedalam screw conveyor untuk dibawa ke alat pemisah ampas dan biji. Proses pengempaan merupakan tahapan proses yang memisahkan proses produksi selanjutnya menjadi dua bagian, yaitu crude oil diteruskan ke proses pemurnian minyak (clarification), sedangkan ampas dan biji dibawa ke proses pengolahan biji.

6. Stasiun Klarifikasi (Proses Pemurnian Minyak) Minyak kasar yang keluar dari proses pengempaan (Screw press) masih mengandung kotoran-kotoran, pasir, cairan dan benda kasar lainnya. Oleh karena itu perlu dilakukan pemurnian untuk mengurangi atau menghilangkan kandungan yang tidak diharapkan. Minyak dari pengadukan dan pengempaan dialirkan ke crude oil tank melalui sand trap tank yang berfungsi menangkap pasir yang terikut dengan minyak dan vibro separator yang berfungsi memisahkan kotoran berupa sabut dan kotoran lainnya yang tidak dapat lolos dari saringan/ayakan.

Kemudian minyak dari crude oil tank dipompakan ke stasiun klarifikasi. Fungsi dari crude oil tank adalah :

1. Menurunkan NOS

2. Menambah panas

3. Transit tank Tahapan-tahapan proses pemurnian minyak, yaitu :

a. Vertical clarifier Tank (VCT) Vertical continue Tank adalah tangki pemisah. Minyak dalam tangki ini masih bercampur dengan sludge (lumpur, air dan kotoran lainnya). Pemisahan minyak dari sludge berdasarkan perbedaan berat jenis antar minyak dengan sludge melelui proses pengendapan. Agar pemisahan minyak dan sludge dapat berlangsung terus menerus dan sempurna, maka temperature

di dalam tangkiperlu dijaga 95 0 C dengan mengalirkan uap melalui pipa

pemanas (coil). Minyak dialirkan ke oil tank dan dialirkan ke sludge tank.

b. Oil Tank Pure tank adalah bejana penampang minyak sebelum diolah dengan menggunakan oil purifier. Temperatur minyak tetap 90 0 - 95 0 C agar minyak tetap cair sehingga mudah diproses.

c. Oil Purifier Oil purifier adalah suatu mesin yang berfungsi memisahkan minyak dari kotoran dan air. Pemisahan minyak dari kotoran/sludge adalah berdasarkan dengan berat jenis dengan cara memberikan gaya centrifugal. Putaran alat ini 7500 per menit, kemudian minyak yang dihasilkan dipompakan ke vacum drier untuk dikeringkan, sedangkan sludge dialirkan ke fat-fit.

d. Vacuum Dryer Vacuum dryer berfungsi mengeringkan minyak. Proses pengeringan adalah dengan cara mengabutkan minyak didalam vacum. Air akan menguap meninggalkan minyak kemudian minyak yang sudah bebas air ini dipompakan kedalam tangki timbun.

e. Sludge Tank Sludge tank adalah bejana penampung sludge sebelum diolah menggunakan

sludge separator 0 . Temperatur sludge tetap dijaga 90 – 95 0 C agar tetap mencair, sehingga mudah diproses.

f. Sludge Separator Sludge sparator adalah suatu mesin yang berfungsi memisahkan minyak dari kotoran kasar dan air. Pemisahan minyak dari kotoran/sludge adalah berdasarkan perbedaan berat jenis dengan cara memberikan gaya centrifugal.

Minyak yang dihasilkan dipompakan ke vertical clarifier Tank sedangkan sludge nya dialirkan ke fat – fit. Seluruhnya sludge dari pabrik dialirkan ke fat-fit untuk mengutip minyak yang masih ada, sisanya berupa limbah yang dialirkan ke sistem penanganan limbah.

Setelah minyak yang diproses menjadi murni, selanjutnya minyak murni disimpan ditempat penyimpanan sementara minyak (storage tank) sebelum dikirim.

7. Stasiun Pengolahan Biji (Kernel Plan) Adapun tahapan-tahapan dalam pengolahan biji adalah sebagai berikut :

a. Cake Breaker Conveyor Fungsi dari cake creaker conveyor adalah untuk membawa dan memecahkan gumpalan cake dari stasiun press ke depericarper. CBC merupakan konveyor berbentuk uliran terbuka untuk menghantarkan ampas kempa ke alat pemolis biji (polishing drum), sambil bongkahan ampasnya dipecah-pecah dan dikeringkan sepanjang uliran. Uliran berputar digerakkan oleh elektromotor. Pemecah ampas dilakukan sambil memberikan pemanasan dengan

menggunakan uap yang dimasukkan, sehingga temperatur mencapai 70 0 C.

b. Depericarper Fungsi dari depericarper adalah untuk memisahkan fiber dengan nut dan membawa fiber menuju boiler untuk dijadikan bahan bakar.

c. Nut Polishing Drum Fungsi dari Nut polishing drum adalah :

1. Membersihkan biji dari serabut-serabut yang masih merekat.

2. Membawa nut dari depericarper ke nut transport.

3. Memisahkan nut dari sampah. Nut yang keluar dari nut polishing drum dibawa ke nut silo menggunakan nut elevator .

d. Nut Silo Fungsi dari nut silo adalah sebagai tempat penyimpanan sementara nut sebelum diolah selanjutnya. Nut silo dilengkapi dengan 3 unit pemanas yang disusun bertingkat dan dilengkapi dengan shacking grac (pengguncang) untuk mengeluatkan biji kering.

e. Ripple Mill Fungsi dari ripple mill adalah memecah nut dengan sistem pemulas, sehingga biji terpecah menjadi cangkang dan inti yang kemudian menuju LTDS. Ripple mill memecah biji dengan gaya sentrifugal. Biji yang masuk akan terdampar ke dinding, sehingga biji terpecah dan cangkang terlepas dari inti.

f. Kernel Grading Drum Fungsi kernel grading drum adalah menyaring nut utuh dan nut pecah yang berukuran besar yang dapat terikut ke produksi untuk diproses ulang dan mengurangi beban peralatan pada proses selanjutnya. Kernel grading drum dapat ditempatkan stelah ripple mill atau setelah LTDS.

g. Light Tenera Dust Separation (LTDS) Fungsi LTDS adalah memisahkan cangkang, inti utuh dan inti pecah dan membawa cangkang untuk bahan bakar boiler.

h. Hydrocyclone Fungsi hydrocyclone adalah mengutip kembali inti yang terikut dengan cangkang, mengurangi loses inti pada cangkang dan kadar kotoran menurut berat jenisnya, yang kemudian akan menuju ke penyimpanan inti (kernel silo ).

i. Kernel Silo Fungsi kernel silo adalah mengurangi kadar air yang terkandung dalam inti produksi. Penurunan kadar air pada inti bertujuan untuk menghindari penjamuran pada saat penyimpanan. Penurunan inti harus benar-benar diawasi dengan cermat dan jangan sampai lengah.