PTUN dengan nega Dalam Masyarakat

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 1 ayat (3) dinyatakan bahwa
Negara Indonesia adalah negara hukum. Sebagai negara yang berdasarkan
atas hukum (rechtstaat), maka Negara Indonesia bertujuan untuk mencapai
masyarakat adil dan makmur seperti yang tercantum dalam pembukaan UUD
1945, serta memberikan perlindungan hukum bagi rakyat, sebagaimana
dikemukakan Philipus M. Hadjon bahwa perlindungan hukum bagi rakyat
terhadap tindak pemerintahan dilandasi oleh dua prinsip yaitu prinsip hak
asasi manusia dan prinsip negara hukum. Pengakuan dan perlindungan
terhadap hak asasi manusia mendapat tempat utama dan dapat dikatakan
sebagai tujuan dari pada negara hukum.1
Negara hukum menghendaki agar setiap tindakan penguasa haruslah
berdasarkan ketentuan hukum yang berlaku, karena tujuan akhir dari paham
negara hukum ini, adalah suatu keinginan untuk memberikan perlindungan
terhadap hak asasi manusia dari tindakan sewenang-wenang para penguasa,
sebagaimana dikatakan F.J.Stahl bahwa dalam suatu negara hukum formal
harus memenuhi 5 unsur penting, yaitu2:


1

Zairin Harahap, Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara.Ed.Revisi , PT
RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2005, hlm. 2
2
Rozali Abdullah, Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara , PT RajaGrafindo
Persada Jakarta, 2004, hlm. 11-12

12

1. Adanya perlindungan terhadap hak asasi manusia;
2. Adanya pemisahan/pembagian kekuasaan;
3. Setiap tindakan pemerintah harus didasarkan pada aturan perundangundangan yang berlaku;
4. Adanya Peradilan Tata Usaha Negara.
5. Adanya perlindungan hukum bagi rakyat merupakan konsep-konsep
yang universal, dalam arti dianut dan diterapkan oleh setiap negara yang
mengedepankan diri sebagai negara hukum. Namun, masing-masing
negara mempunyai cara dan mekanismenya sendiri tentang bagaimana
mewujudkan perlindungan hukum tersebut, dan juga sampai seberapa
jauh perlindungan hukum itu diberikan.3

Perlindungan hukum terhadap rakyat atas tindak pemerintahan tidak
menjadi kewenangan peradilan umum yang ada. Oleh karena itu, diperlukan
adanya suatu peradilan khusus yang dapat menyelesaikan masalah tersebut,
yakni; sengketa antara pemerintah dengan rakyat. Peradilan ini dalam tradisi
rechtsstaat disebut dengan peradilan administrasi, yang pada tanggal 29

desember 1986 pemerintah bersama dengan DPR telah menetapkan UndangUndang No.5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara yang
bertujuan untuk memberikan perlindungan hukum bagi rakyat atas tindak
pemerintahan, yang kemudian diubah dengan Undang-Undang No.9 Tahun
2004 jo Undang-Undang No.51 Tahun 2009 Tentang Perubahan Atas
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara
dirasa sudah memenuhi syarat untuk menjadikan lembaga PTUN yang
profesional guna menjalankan fungsinya melalui kontrol yudisialnya.4
Dengan demikian secara teoritis dapat dikatakan bahwa dengan adanya
lembaga Peradilan Tata Usaha Negara, maka masyarakat dapat menggugat
3

Ridwan HR, Hukum Administrasi Negara , PT RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2005,
hlm. 282
4

Adedidikirawan. Tinjauan Umum Penyelesaian Sengketa Tata Usaha Negara di
kaitkan dengan UU No.5_1986 serta kontroversi . http://MyPulau - Blog
Adedidikirawan.htm.

13

setiap pejabat pemerintahan yang dianggap telah merugikan masyarakat
dengan menyalahgunakan kekuasaan yang dimilikinya.
Dengan diberlakukannya Undang-Undang No.5 Tahun 1986 jo UndangUndang No.9 Tahun 2004 jo Undang-undang No.51 Tahun 2009 tentang
Peradilan Tata Usaha Negara berdasarkan Pasal 144 dapat disebut UndangUndang Peradilan Administrasi Negara, maka perlindungan hukum terhadap
warga masyarakat atas perbuatan yang dilakukan oleh penguasa dapat
dilakukan melalui 3 (tiga) badan, yakni sebagai berikut.5:
a.

Badan Tata Usaha Negara, melalui upaya administratif.

b.

Peradilan Tata Usaha Negara


c.

Peradilan Umum, melalui Pasal 1365 KUHPerdata.
Secara historis ide dibentuknya Peradilan Tata Usaha Negara adalah

untuk menyelesaikan sengketa antara pemerintah dengan warga negaranya,
dimana pembentukan lembaga tersebut bertujuan mengkontrol secara yuridis
(judicial control) tindakan pemerintahan yang dinilai melanggar ketentuan
administrasi ataupun perbuatan yang bertentangan dengan hukum (abuse of
power ).

Untuk memberikan perlindungan kepada warga negara terhadap
kekuasaan pihak pemerintah dalam mengatur dan bertindak sesuai dengan
perkembangan konsep negara hukum berdasarkan pernyataan F.J.Sthal,
bahwa adanya peradilan administrasi negara yang akan menyelesaikan
sengketa antara pemerintah dengan warga negaranya yang mungkin
5

Zairin Harahap, Op.Cit, hlm. 18-19


14

melanggar hak asasi manusia (HAM) terutama yang menyangkut
kesejahteraan warga negaranya. Hal ini sesuai dengan konsep negara hukum
yang dianut dalam Negara Indonesia, dimana kepentingan warga negara
mendapat jaminan yang seimbang.
Dengan adanya peradilan administrasi negara sebagai lembaga yang
menyelesaikan sengketa antara pemerintah dan warga negara, maka dalam
Pasal 1 angka 4 Undang-Undang No.51 Tahun 2009 Tentang Pengadilan Tata
Usaha Negara, Sengketa Tata Usaha Negara adalah :
Sengketa yang timbul dalam bidang Tata Usaha antara orang atau badan
hukum perdata dengan Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara, baik di
pusat maupun di daerah, sebagai akibat dikeluarkannya Keputusan Tata
Usaha Negara termasuk sengketa kepegawaian berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Dari pasal tersebut dapat diketahui bahwa tolok ukur subyek sengketa
tata usaha negara adalah orang (individu) atau badan hukum perdata disatu
pihak dan badan atau pejabat tata usaha negara dipihak lainnya. Dengan
demikian, para pihak dalam sengketa tata usaha negara adalah orang
(individu) atau badan hukum perdata disatu pihak dan badan atau pejabat tata

usaha negara, sedangkan tolok ukur pangkal sengketa tata usaha negara
adalah akibat dikeluarkannya suatu Keputusan Tata Usaha Negara (KTUN).6
Peradilan Tata Usaha Negara sebagai salah satu pelaksanaan kekuasaan
kehakiman ditugaskan untuk memeriksa, memutus, dan menyelesaikan
sengketa dalam bidang tata usaha negara. Adapun yang merupakan sengketa
tata usaha negara yang sering timbul diantaranya adalah:
6

Ibid, hlm.63

15

1.

Perizinan ( dispensasi, lisensi, konsensi, izin)

2.

Masalah Kepegawaian Negeri.


3.

Masalah keuangan Negara.

4.

Masalah perumahan dan pergedungan.

5.

Masalah pajak dan cukai.

6.

Masalah pengambilan tanah untuk pelebaran jalan, sewa tanah,
dan sebagainya.
“Perizinan adalah salah satu bentuk pelaksanaan fungsi pengaturan dan
bersifat pengendalian yang dimiliki oleh pemerintah terhadap kegiatankegiatan yang dilakukan oleh masyarakat, yang merupakan mekanisme
pengendalian administratif yang harus dilakukan. Izin sebagai perbuatan
hukum sepihak dari pemerintah yang menimbulkan hak dan kewajiban

bagi si penerima izin perlu ditetapkan dan diatur dalam peraturan
perundangan agar terdapat kepastian dan kejelasan, baik yang
menyangkut prosedur, waktu, persyaratan, dan pembiayaan”.7
Oleh karena bidang perizinan merupakan salah satu kewenangan dari

pemerintah yang berdasarkan otonomi daerah dilimpahkan wewenang dan
pelaksanaannya kepada daerah baik provinsi maupun kabupaten dan kota,
maka setiap bidang perizinan mempunyai kategori-kategori tertentu, seperti
izin mendirikan bangunan, izin tempat usaha dan lain sebagainya 8. Dalam
kategori tersebut, izin mendirikan bangunan merupakan sengketa yang ada
terjadi di Kabupaten Pasaman Barat.
Dari uraian di atas, maka Sengketa Tata Usaha Negara yang sering
timbul diantaranya adalah Sengketa Perizinan, termasuk salah satunya adalah
7

Legalitas pendirian rumah sakit swasta. http://www.diskes.jabarprov.go.id/index.php?
mod =pubSorotanKita&idMenuKiri=8&idArtikel=89.
8
Izin Mendirikan Bangunan,.http://2u-sweethome.blogspot.com/2013/08/izinmendirikan-bangunan-imb-dan-segala.html


16

dalam bidang izin mendirikan bangunan, seperti contoh kasus sengketa
perizinan mendirikan bangunan yang terjadi di Kabupaten Pasaman Barat
yaitu kasus yang diajukan oleh Dominikus Suprianto sebagai penggugat,
mengajukan gugatan ke Pengadilan Tata Usaha Negara pada tanggal 21 Juni
2011 melawan Bupati Pasaman Barat. Adapun yang menjadi objek sengketa
adalah surat keputusan Bupati Pasaman Barat, No.188.45/288.a/BUPPASBAR/2011, tanggal 29 April 2011, tentang pembatalan Izin Mendirikan
Bangunan atas nama Dominikus Suprianto di Pasaman Baru Kejorongan
Pasaman Baru kenagarian lingkuang aua kecamatan Pasaman Kabupaten
Pasaman Barat, dimana pada tanggal 2 maret 2010 Penggugat telah
mendapatkan Surat Keterangan Izin Mendirikan Bnagunan dari Tergugat,
sesuai dengan Surat Izin NOMOR : 09/IMB/C.PAS-2010 tentang Izin
Mendirikan Bangunan “RUKO SATU LANTAI” type A sebanyak 1 unit di
atas tanah milik penggugat sendiri dan surat keputusan Izin mendirikan
bangunan tersebut dikeluarkan oleh Camat Pasaman Atas Nama Bupati
Pasaman Barat dikeluarkan pada masa jabatan Bupati Drs. H. Syahrian,
sedangkan Tergugat (H.Baharuddin R) pada waktu dikeluarkan Izin
Mendirikan Bangunan tersebut masih belum dilantik menjadi Bupati Pasaman
Barat. Di dalam surat keputusan pembatalan izin mendirikan bangunan

tersebut yang menjadi alasan tergugat adalah :
a. Kewenangan

memberikan

izin

mendirikan

bangunan

adalah

kewenangan Bupati Pasaman Barat yang belum dilimpahkan kepada
Camat.

17

b. Lokasi izin mendirikan bangunan merupakan kawasan Mesjid Agung
Kejorongan Pasaman Baru yang peruntukan lahannya tidak boleh

untuk dibangun kawasan perdagangan
Untuk menguatkan gugatan yang diajukan penggugat maka penggugat
memasukan alat bukti yang salah satu alat bukti nya yaitu Surat Izin
Mendirikan Bangunan atas nama

H.Syahrul DT Marajo,S.pd, MM yang

dikeluarkan pada tanggal 09 Juni 2009 oleh camat Pasaman atas nama Bupati
Pasaman yang bernama Andrinaldi,AP.Msi, Karena dari semua bangunan
yang ada disekitar tersebut. Yang mendapatkan Surat keputusan Bupati
Pasaman tentang pembatalan Izin Mendirikan Bangunan hanya penggugat
saja dan penggugat merasa dirugikan dan ketidakadilan.
Sehubungan dengan hal ini, maka penulis merasa tertarik untuk
mengetahui lebih jauh tentang sengketa izin mendirikan bangunan yang
penulis tuangkan dalam bentuk skripsi yang berjudul “Peranan Pengadilan
Tata Usaha Negara Padang dalam Penyelesaian Sengketa Izin
Mendirikan Bangunan”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas ini maka
dapat dirumuskam beberapa masalah adalah :
1.

Bagaimanakah

Peranan

Pengadilan

Tata

Usaha

Negara

dalam

penyelesaian sengketa Izin Mendirikan Bangunan ?

18

2.

Apa saja kendala yang dihadapi oleh Pengadilan Tata Usaha Negara
dalam menyelesaikan sengketa Izin Mendirikan Bangunan ?

C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini ada 2 bentuk tujuan
yaitu tujuan umum dan tujuan khusus.
Tujuan umum :
1.

Bertujuan untuk memenuhi persyaratan guna mencapai gelar sarjana
hukum pada Fakultas Hukum Universitas Andalas Padang.

2.

Untuk mengembangkan ilmu pengetahuan yang diperoleh selama
mengikuti perkuliahan kepada masyarakat dalam bentuk karya ilmiah
sekaligus untuk menilai dan membimbing kecakapan penulisan ilmiah
dalam bentuk skripsi.

Tujuan khusus :
1.

Untuk mengetahui dan menganalisis Peranan Pengadilan Tata Usaha
Negara dalam Penyelesaian Sengketa Izin Mendirikan Bangunan.

2.

Untuk mengetahui dan menganalisis apa saja kendala yang di hadapi
oleh Pengadilan Tata Usaha Negara dalam menyelesaikan sengketa Izin
Mendirikan Bangunan.

19

D. Manfaat Penelitian
Dari diadakannya penelitian ini, diharapkan dapat memberikan manfaat
baik secara teoritis maupun praktis, yaitu:
1.

Secara Teoritis
Dapat

memberikan

tambahan

pengetahuan

mengenai

Peran

Pengadilan Tata Usaha Negara dalam penyelesaian sengketa izin
mendirikan bangunan bagi perkembangan Ilmu Hukum terlebih Ilmu
Hukum Administrasi Negara. Dan diharapkan hasil penelitian ini dapat
menjadi pedoman mengenai penyelesaian sengketa izin mendirikan
bangunan kepada masyarakat terutama orang-orang yang ingin
mendirikan bangunan. Selain itu diharapkan dengan penelitian ini dapat
mengetahui apa yang menjadi kendala dalam penyelesaian sengketa izin
mendirikan bangunan dan dapat menemukan solusi yang tepat untuk
menanganinya.
2.

Secara Praktis
Dengan dilakukannya penelitian ini dapat memberikan informasi
dan menambah pengetahuan bagi setiap orang yang ingin mengetahui
lebih banyak mengenai Peran Pengadilan Tata Usaha Negara terutama
dalam hal-hal yang menyangkut penyelesaian sengketa izin mendirikan
bangunan.

E. Metode Penelitian
Agar tujuan dan manfaat dari penelitian ini dapat tercapai sebagaimana

20

yang telah ditetapkan, maka untuk itu diperlukan metode yang berfungsi
sebagai pedoman dalam melaksanakan penelitian, sebagai berikut:
1.

Sifat penelitian
Dalam penelitian ini adalah menggunakan penelitian yang bersifat
deskriptif, yaitu dengan memaparkan dengan jelas tentang hasil
penelitian yang penulis dapatkan di lapangan. Dalam hal ini Kantor
Pengadilan Tata Usaha Negara Padang di pilih sebagai lokasi penelitian.

2.

Metode Pendekatan Masalah
Pendekatan masalah yang digunakan dalam penelitian ini adalah
“pendekatan yuridis sosiologis yaitu pendekatan terhadap masalah yang
pada proses penelitian mengacu

kepada ketentuan

peraturan yang

berlaku dan melihat bagaimana pelaksanaan yang dilakukan di
lapangan.”
3.

Populasi dan Sampel
a.

Populasi
“Populasi yaitu keseluruhan dari obyek pengamatan atau obyek
penelitian”.9 Populasi dalam melakukan penelitian ini adalah
keseluruhan pribadi atau subjek yang berkaitan dalam Peranan
Pengadilan Tata Usaha Negara Padang dalam Penyelesaian
Sengketa Izin Mendirikan Bangunan.

9

Burhan Ashshofa, Metode Penelitian Hukum, Rineka Cipta, Jakarta , 1996, hlm. 79

21

b.

Sampel
“Sampel yaitu bagian dari populasi yang dianggap mewakili
populasinya.”10

4.

Jenis dan Sumber Data
a.

Bahan Hukum Primer
Bahan hukum ini pada dasarnya berbentuk himpunan peraturan
perundang-undangan yang mempunyai kekuatan hukum mengikat
yang berkaitan dengan judul dan perumusan masalah yang
dipecahkan, yaitu:
1) Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
2) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 Tentang Peradilan Tata
Usaha Negara.
3) Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2004 Tentang Perubahan Atas
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 Tentang Peradilan Tata
Usaha Negara.
4) Undang-Undang Nomor 51 Tahun 2009 Tentang Perubahan
Kedua Atas Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 Tentang
Peradilan Tata Usaha Negara.
5) Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 Tentang Kekuasaan
Kehakiman.
6) Perda Kabupaten Pasaman Barat Nomor 15 Tahun 2005
Reribusi Izin Mendirikan Bangunan.

10

Ibid, hlm 80

22

b.

Bahan Hukum Sekunder
Bahan hukum ini pada dasarnya memberikan penjelasan secara
teoritis terhadap rumusan-rumusan peraturan yang dijadikan dasar
hukumnya dan atau menjelaskan secara teoritis bahan hukum
primer, seperti pendapat para ahli yang terdapat dalam literatur yang
digunakan serta dokumen yang diperlukan berkaitan dengan judul,
diantaranya :
1) Adrian Sutedi, Hukum Perizinan, (Dalam Sektor Pelayanan
Publik), Sinar Grafika, Jakarta, 2010.
2) Amiruddin dan Zainal Asikin, Metodelogi Penelitian Hukum,
Rajawali Pers, Jakarta, 1998.
3) Bachsan Mustafa, Pokok-pokok Hukum Administrasi Negara,
PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 1990.
4) Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, Rajawali
Pers, Jakarta, 2010.
5) Burhan Ashshofa, Metode Penelitian Hukum, Rineka Cipta,
Jakarta , 1996.
6) Philipus M.Hadjhon, Dkk, Pengantar Hukum Administrasi
Negara , Gajah Mada University Press, Yogyakarta, 2004.
7) Ridwan HR, Hukum Administrasi Negara , PT RajaGrafindo
Persada, Jakarta, 2005.
8) Rozali Abdullah, Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara ,
PT RajaGrafindo Persada Jakarta, 2004.
9) Zairin Harahap, Hukum Acara Peradilan Tata Usaha
Negara.Ed.Revisi, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2005.

c.

Bahan Hukum Tersier
Bahan hukum ini pada dasarnya memberikan penjelasan atas
berbagai istilah yang digunakan baik yang terdapat dalam peraturanperaturan sebagaimana dikemukakan maupun istilah asing yang

23

digunakan oleh para ahli. Bahan hukum tersier ini dapat berupa
kamus umum baik kamus bahasa Indonesia, bahasa Inggris dan
bahasa Belanda maupun kamus hukum.
5.

Metode Pengumpulan Data
Penelitian lapangan diperlukan untuk mengumpulkan data-data
mengenai Peranan Peradilan Tata Usaha Negara Padang dalam
Penyelesaian Sengketa Izin Mendirikan Bangunan. Dalam penelitian ini
untuk memperoleh data primer dari informan, maka dilakukan:
a.

Wawancara
Wawancara adalah situasi peran antar pribadi bertatap muka,
ketika seseorang yakni pewawancara mengajukan pertanyaanpertanyaan yang dirancang untuk memperoleh jawaban-jawaban
yang relevan dengan masalah penelitian kepada seseorang
responden.
Dalam penelitian ini yang diperlukan adalah wawancara tak
berstruktur namun terfokus, karena pertanyaan yang diberikan tidak
mempunyai struktur tertentu tetapi selalu terpusat pada satu pokok
permasalahan tertentu.11 Dan yang diwawancarai iyalah Hakim
tersebut serta Panmud Hukum dan orang orang yang mengetahui
kasus ini.

11

Amiruddin dan Zainal Asikin, Metodelogi Penelitian Hukum, Rajawali Pers, Jakarta,
1998, hlm. 85

24

b.

Studi Dokumen
Dalam studi dokumen ini, data-data diperoleh dari penulusuran
terhadap isi dokumen lalu kemudian mengelompokkannya ke dalam
konsep-konsep pokok yang terdapat dalam perumusan masalah.
Penulis juga dapat memperoleh data-data yang berasal dari
peraturan perUndang-Undangan, buku-buku, artikel-artikel dan
bahan-bahan lainnya yang terkait dengan permasalahan yang diteliti.

6.

Metode Pengolahan Data dan Analisis Data
a.

Pengolahan Data
Pengolahan dan analisis data pada penelitian hukum yuridis
sosiologis, tunduk pada cara analisis data ilmu-ilmu sosial. Untuk
menganalisis data tergantung pada sifat data yang dikumpulkan oleh
peneliti. Seluruh data yang telah dikumpulkan selama penelitian
selanjutnya akan penulis olah dengan cara melakukan penyusunan
terhadap data-data yang telah terkumpul tersebut melalui proses :
1) “Editing (pengeditan) yaitu dengan menyusun kembali data
yang telah diperoleh dan memilih data yang sesuai dengan
keperluan dan tujuan penelitian hal ini dilakukan agar diperoleh
kepastian bahwa data yang dikumpulkan telah lengkap dan
cukup.”12 Dalam penelitian ini, penulis merapikan kembali data
yang telah diperoleh dan mengambil data yang sesuai dengan
keperluan dan tujuan penelitian.

12

Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, Rajawali Pers, Jakarta, 2010,
hlm. 127

25

2) “Coding yaitu meringkas hasil wawancara dengan para
responden dengan cara menggolong-golongkan ke dalam
kategori-kategori tertentu yang telah ditetapkan.”13
3) “Tabulating yaitu beberapa data tertentu dimasukan ke dalam
table untuk mempermudah melakukan analisis.”14 Dalam
penelitian ini penulis memasukkan data-data tertentu ke dalam
bentuk table yang lebih singkat sehingga lebih mudah untuk
dimengerti.
b.

Analisis Data
Setelah data-data telah diperoleh baik data primer, data
sekunder maupun data tersier maka selanjutnya dilakukan analisis
data yang telah didapat dengan menggambarkan hasil penelitian
tersebut menggunakan kalimat-kalimat agar hasil penelitian tersebut
dapat mudah dipahami oleh semua pihak. Dalam penelitian ini datadata tersebut dianalisa dengan menggunakan metode analisis secara
kualitatif yaitu uraian terhadap data yang telah terkumpul dengan
tidak memasukkan angka-angka namun lebih berdasarkan kepada
peraturan perUndang-Undangan, pandangan para ahli dan pendapat
penulis.

13

Ibid, hlm. 128

14

Ibid, hlm. 130

26

F. Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan pemahaman dalam tulisan ini, maka secara garis
besar diuraikan lebih lanjut sebagai berikut :

BAB I

: PENDAHULUAN
Pada bab ini menjelaskan tentang latar belakang masalah,
perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan
pustaka, metode penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II

: TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab ini membahas tentang pengertian peradilan tata usaha
negara dan susunan pengadilan tata uasaha negara, kompetensi
peradilan tata usaha negara, pengertian sengketa tata usaha negara
berdasarkan

peraturan

yang

mengaturnya

dan

pengertian

perizinan dan izin mendirikan bangunan.

BAB III

: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab hasil penelitian dan pembahasan ini nantinya
mejelaskan mengenai hasil penelitian dan membahas mengenai
permasalahan yang diangkat oleh penulis yaitu mengenai
bagaimana peran peradilan tata usaha negara dalam penyelesaian
sengketa izin mendirikan bangunan serta apa saja kendala yang

27

dihadapi

oleh

Pengadilan

Tata

Usaha

Negara

dalam

menyelesaikan sengketa Izin Mendirikan Bangunan.

BAB IV

: PENUTUP
Pada bab ini diberikan kesimpulan mengenai apa yang telah
dikemukakan pada bab-bab sebelumnya termasuk kesimpulan
dari pembahasan dari permasalahan yang diangkat, dan juga
terdapat saran-saran yang diperlukan berdasarkan permasalahan
dan pengetahuan penulis serta mencantumkan daftar kepustakaan.

28