Analisis Implementasi Perlindungan Sosial Lanjut Usia Oleh Dinas Sosial Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Kota Surakarta

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesejahteraan sosial merupakan suatu keadaan terpenuhinya kebutuhan hidup yang layak bagi masyarakat, sehingga mampu mengembangkan diri dan dapat

  melaksanakan fungsi sosialnya yang dapat dilakukan pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat dalam bentuk pelayanan sosial yang meliputi rehabilitasi sosial, jaminan sosial, pemberdayaan sosial, dan perlindungan sosial (UU No 11 Tahun 2009

  pasal 1 dan 2). Dalam hal ini Pemerintah bertugas mengarahkan, membimbing, dan menciptakan suasana yang menunjang bagi terlaksananya upaya peningkatan kesejahteraan.

  Indonesia merupakan bagian dari Negara kesejahteraan (welfare state). Pembangunan kesejahteraan sosial ini menjadi bagian tak terpisahkandari pembangunan nasional dimana pembangunan kesejahteraan sosialberperan aktif dalam meningkatkan kualitas hidup bangsa Indonesia. Hal inikarena pada prinsipnya konstruksi pembangunan kesejahteraan sosial terdiriatas serangkaian aktivitas yang direncanakan untuk memajukan kondisikehidupan manusia melalui koordinasi dan keterpaduan antara pemerintah,pemerintah daerah dan masyarakat dalam upaya penyelenggaraankesejahteraan sosial dalam mengatasi permasalahan lansia terlantar. Sebagai Negara kesejahteraan, maka Indonesia memiliki kewajiban untuk memberikan perlindungan sosial kepada kelompok rentan dalam hal ini lanjut usia terlantar sehingga dapat mempertahankan kondisi kesejahteraan lansia dalam rangka mendukung terwujudnya kesejahteraan sosial bagi lanjut usia.

  Lansia terlantar memiliki hak memperoleh kesejahteraan sosial. Meskipun mereka merupakan kelompok yang masih termarginalkan dan dianggap sudah tidak produktif lagi, namun sebagian dari mereka masih ada yang bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup rumah tangga, menjaga kesehatan dan mengisi waktu luang dengan beraktifitas baik dirumah, di kegiatan masyarakat maupun di kegiatan produktif. Sebagian lansia bekerja di sektor pertanian, karena pendidikan yang dimiliki oleh lansia relatif rendah. Berdasarkan data Depsos RI (2009) sekitar 65,7 % penduduk lansia di Indonesia tidak tamat SD atau tak pernah sekolah sama sekali. Akibatnya banyak lansia commit to user halnya lansia yang bekerja di sektor formal. Hal ini menyebabkan semakin kompleksnya permasalahan yang dihadapi oleh lanjut usia terlantar.

  Kelompok lansia termasuk yang kelompok yang rentan terhadap berbagai masalah psikososial dan rawan kesehatan, khususnya terhadap kemungkinan jatuh sakit dan ancaman kematian. Lansia menghadapai berbagai masalah yang berkaitan dengan proses menua yang dialaminya. Jenis penyakit yang diderita lansia pada umumnya merupakan penyakit degeneratif yang bersifat kronis dan kompleks yang membutuhkan biaya relatif tinggi untuk perawatannya (Almatsier,2006). Berdasarkan hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga (2002) menunjukkan bahwa penyakit yang diderita lansia di Indonesia bermacam-macam mulai dari hipertensi sebanyak (42,9%), penyakit sendi (39,6%), anemia (46,3%), dan penyakit jantung dan pembuluh darah (10,7%). Lansia yang mengalami keterbatasan fungsi tubuh sekitar 88,9% dan keterbatasan partisipasi sekitar 43,4% (Depkes RI, 2002:40).

  Lansia memiliki hak untuk memperoleh kehidupan yang wajar guna meningkatkan kualitas kesejahteraan hidup mereka. Sebagaimana yang tercantum dalam Undang-Undang Dasar 1945 pasal 27 ayat 2 yang berbunyi: “Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.” Oleh karena itu dalam pelaksanaan suatu kebijakan pemerintah perlu dicegah adanya perlakuan yang dapat merugikan bagi lansia. Selanjutnya dalam UUD 1945 pasal 28 I ayat 2 yang isinya bahwa “Setiap orang berhak bebas dari perlakuan yang bersifat diskriminatif atas dasar apapun dan berhak mendapatkan perlindungan terhadap perlakuan yang bersifat diskriminatif itu”. Hal ini menandakan bahwa lansia mempunyai harkat, martabat dan kedudukan yang sama di dalam masyarakat dan suatu negara.

  Kesempatan untuk mendapatkan kesamaan kedudukan, hak, dan kewajiban bagi lansia dapat diwujudkan jika tersedia kemudahan-kemudahan bagi lansia untuk meningkatkan taraf hidupnya.Kemudahan-kemudahan yang diberikan dapat bersifat fisik maupun non fisik, antara lain penyediaan sarana dan prasarana umum yang mendukung serta penyediaan informasi yang diperlukan oleh lansia. Dengan kesamaan kesempatan bagi lansia dalam segala aspek kehidupan terutama dalam memperoleh pelayanan kesejahteraan sosial akan mendorong terwujudnya peningkatan kesejahteraan bagi kehidupan mereka. commit to user

  Sebagai upaya untuk meningkatkan kesejahteraan sosial kaum Lansia, maka pemerintah menindaklanjuti dengan mengeluarkan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia, yang isinya menjelaskan bahwa upaya peningkatan kesejahteraan sosial lanjut usia diarahkan agar lanjut usia tetap dapat diberdayakan sehingga berperan dalam kegiatan pembangunan dengan memperhatikan fungsi, kearifan, pengetahuan, keahlian, keterampilan, pengalaman, usia, dan kondisi fisiknya, serta terselenggaranya pemeliharaan taraf kesejahteraan sosial lanjut usia. Dengan demikian akan mampu meningkatkan kesejahteraan dan memberikan ruang bagi lansia untuk menjalani kehidupannya dengan wajar di masyarakat.

  Kota Surakarta merupakansalah satu kota besar di Jawa Tengah yang juga tidak terlepas dari permasalahan Lansia. Di Kota Surakarta telah terjadi pergeseran nilai-nilai sosial yang ditujukan bagi kaum lansia. Pandangan masyarakat Kota Surakarta yang dulunya menganggap lansia sebagai orang yang harus dihormati dan dihargai, namun sebaliknya seiring masuknya budaya luar menyebabkan banyak keluarga yang tidak peduli dengan anggota keluarganya yang sudah usianya lanjut. Sehingga keluarga tega menelantarkan lansia dalam keluarganya. Hal inilah yang mendorong berkembangnya fenomena lansia terlantar di Kota Surakarta

  Tabel 1. 1 Kasus Lansiadi Kota Surakarta

  Dalan Kurun Waktu Tahun 2011-2013 Jenis Kasus Tahun Tahun Tahun 2010 2011 2012

  (1) (2) (3) (4) Lansia terlantar 748 745 793 Lanjut usia tindak

  12

  14

  8 kekerasan Sumber data : Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kota Surakarta.

  (2013) Berdasar tabel diatas dapat diketahui bahwa jumlah lanjut usia terlantar di Kota

  Surakarta senantiasa mengalami perubahan. Jumlah tersebut mencakup Lansia terlantar yang diperoleh dari hasil razia petugas Dinsosnakertrans Kota Surakarta di jalanan bekerjasama dengan petugas dari Dinas lain seperti Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol- PP) dan petugas kepolisian setempat dan pendataan lanjut usia terlantar yang tinggal di rumah. Lansia juga mengalami tindak kekerasan. Dari tabel diatas, menunjukkan kasus commit to user kekerasan yang berhasil dihimpun dan dilaporkan kepada Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kota Surakarta, namun demikian masih banyak kasus kekerasan kepada lansia yang belum dilaporkan. Bahkan fakta di lapangan menunjukkan bahwa ada keluarga yang sengaja menyuruh angota keluarga mereka yang usianya lanjut untuk bekerja mencari uang, sebagaimana diungkapkan oleh Kabid Rehabilitasi Sosial Dinsosnakertrans Kota Surakarta.

  Dibandingkan dengan daerah lain, seperti yang diberitakan oleh Harian Republika dikatakan bahwa jumlah lanjut usia terlantar di kabupaten Bantul yakni sebanyak 6.083 jiwa (2011), di Kabupaten Sleman sebanyak 5.536 jiwa (2011), dan di kota Yogyakarta mencapai 1.852 jiwa (2011). Dibandingkan dengan daerah tersebut, jumlah lanjut usia terlantar di Kota Surakarta masih terbilang lebih sedikit. Namun dengan munculnya permasalahan lansia terlantar di beberapa daerah menandakan bahwa masih belum terjaminnya hidup lansia sehingga kondisi kesejahteraan sosial lansia terganggu.

  Fakta di lapangan menunjukkan bahwa tindakan penelantaran terhadap lansia tidak hanya terjadi di Kota Surakarta melainkan juga dialami oleh negara lain seperti yang terjadi di Amerika, dimana hasil penelitian di Amerika Serikat menunjukkan bahwa lebih dari 500,000 penduduk yang berumur 60 tahun ke atas mendapat perlakuan penyiksaan atau tindakan penelantaran (Center, 2011). Hanya saja, kejadian mengenai tindak kekerasan terhadap lanjut usia masih banyak yang belum dilaporkan. Center (2011) menyebutkan juga bahwa sebanyak empat kali kejadian tindak kejahatan, penelantaran, atau penelantaran diri sendiri tidak pernah dilaporkan.Sehingga diestimasi sebanyak 2 juta lanjut usia di Amerika mengalami tindak kekerasan per tahun. Dari 90 persen kasus tindak kekerasan, pelakunya adalah anggota keluarga dan paling banyak dilakukan oleh anak-anaknya yang dewasa atau pasangan dari lanjut usia tersebut.

  Menurut Komnas Lansia (2006), sejumlah permasalahan yang muncul terkait dengan keberadaan lanjut usia antara lain masalah yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan fisik yaitu yang berkaitan dengan kesehatan, dimana para lanjut usia tersebut kurang memahami arti pentingnya kesehatan baik pada waktu sehat maupun pada waktu sakit, dan apabila mengalami sakit tidak adanya kemampuan untuk melakukan pengobatan.Masalah yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan sosial yaitu bahwa commit to user sudah tidak diperlukan lagi maka seringkali diabaikan oleh orang lain.Masalah yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan ekonomi yaitu sebagian besar para lanjut usia itu sudah tidak bekerja, sehingga mereka kurang mampumemenuhi kebutuhan hidupnya dengan baik, pada umumnya merekamenggantungkan hidupnya kepada anak- anaknya atau saudaranya.

  Dengan adanya beragam permasalahan yang dialami oleh lansia diatas, perlu adanya upaya untuk menjaga kondisi kesejahteraan sosial lansia agar dapat terlindungi dari berbagai macam tindakan kekerasan atau penelantaran sehingga mereka dapat menjalankan fungsi sosialnya secara wajardala masyarakat, serta menikmati hari tuanya dengan rasa bahagia. Hal tersebut perlu diingat bahwa lansia merupakan bagian dari masyarakat dan warga negara yang berhak memperoleh penghidupan yang layak.

  Sebagai wujud komitmen pemerintah daerah dalam meningkatkan kesejahteraan lansia, maka pemerintah Kota Surakarta melalui Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kota Surakarta mengimplementasikan perlindungan sosial yang ditujukan kepada lanjut usia terlantar. Perlindungan sosial lansia bertujuan untuk membantu mempertahankan kondisi kesejahteraan lanjut usia terlantar di Kota Surakarta. Dengan demikian lanjut usia terlantar dapat menjalankan kehidupannya dengan wajar sebagaiamana fungsinya dalam masyarakat.

  Namun demikian, sejauh ini implementasi perlindungan sosial lansia di Indonesia masih belum berjalan maksimal. Hal ini terlihat dari hasil penelitian tentang Pelayanan Lanjut Usia di UPTD Panti Sosial Tresna Werdha Nirwana Puri Kota Samarinda., dimana program pelayanan sosial seperti pembinaan, pelayanan, penyantunan dan pemberian kesejahteraan sosial kepada lanjut usia terlantar/diterlantarkan belum berjalan dengan maksimal karena dalam pelaksanaannya masih ditemui beberapa hambatan baik dari segi sumber daya kualitas dan kuantitas SDM yang masih terbatas serta masih belum memadai fasilitas dan sarana prasarana pelayanan sosial bagi lanjut usia terlantar.

  Sebagaimana penelitian dilakukan oleh William K.M. Lee terhadap program perlindungan sosial yang ditujukan bagi kelompok lansia di Singapura. Dalam penelitian tersebut Lee menemukan bahwa orang usia lanjut banyak yang terjerumus kedalam jurang kemiskinan. Hal ini disebabkan karena kebijakan jaminan sosial yang commit to user program bantuan publik masih sangat terbatas. Meskipun sudah ada jaminan pensiun, tetapi hanya terbatas pada lansia tertentu yang memiliki pekerjaan tetap saja namun belum mencakup keseluruhan lansia di Singapura.

  Pemerintah telah mengamanatkan kepada pemerintah daerah dalam mengimplementasikan perlindungan sosial kepada lansia terlantar, seperti halnya di Kota Surabaya dimana Pemerintah Surabaya telah mengeluarkan peraturan yang mengatur hak-hak dan kebutuhan kaum lansia dengan menetapkan Perda Nomor 5 Tahun 2007 tentang Meningkatkan Kesejahteran Lanjut Usia (http://dinsos.jatimprov.go.id/). Dengan adanya Perda lansia tersebut hak-hak dan kebutuhan lansia di Surabaya dapat terpenuhi sehingga dapat meningkatkan kondisi kesejahteraan mereka. Namun sebaliknya Kota Surakarta sendiri sampai sekarang belum memiliki Peraturan Daerah yang secara khusus mengatur tentang hak-hak dan kebutuhan kelompok lansia. Kondisi ini menyebabkan pembangunan kesejahteraan sosial kepada lanjut usia terlantar selama ini hanya dilakukan sebatas pada jargon dan belum terintegrasi dengan strategi pembangunan kesejahteraan sosial.

  Permasalahan kasus kekerasan dan tindak penelantaran yang dialami oleh lansia sangat penting untuk diperhatikan. Akan tetapi sejauh ini, pelaksanaan Undang-Undang No 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Sosial Lansia, yang seharusnya digunakan sebagai pedoman pemerintah untuk dalam memberikan pelayanan dan perlindungan bagi lansia dari tindak penelantaran, ternyata masih belum mampu mengatasi persoalan yang dihadapi oleh lanjut usia terlantar di Kota Surakarta.

  Melihat betapa pentingnya perlindungan sosial bagi lanjut usia, maka penulis tertarik melakukan penelitian untuk mengetahui bagaimana perlindungan sosial yang diberikan kepada lansia terlantar di Kota Surakarta. Sehingga peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Analisis implementasi perlindungan sosial lanjut usia oleh Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kota Surakarta”.

B. Rumusan Masalah

  Dengan memperhatikan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas maka dapatdirumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut :

  1. Bagaimanakah proses implementasi perlindungan sosial lansia oleh Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kota Surakarta ? commit to user

  2. Faktor faktor apa sajakah yang mempengaruhi proses implementasi perlindungan sosial lansia oleh Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kota Surakarta ?

C. Tujuan Penelitian

  1. Tujuan Operasional

  a. Untuk menganalisis proses implementasi perlindungan sosial lansia oleh Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kota Surakarta

  b. Untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi proses implementasi perlindungan sosial lansia oleh Dinsosnakertrans Kota Surakarta

  2. Tujuan Individu Penelitian ini dilaksanakan sebagai persyaratan untuk memperoleh gelar Magister Administrasi Publik, Pascasarjana, Universitas Sebelas Maret Surakarta.

D. Manfaat Penelitian

  1. Manfaat Praktis : Hasil penelitian dapat bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan, bagi pembaca maupun Dinsosnakertrans Kota Surakarta, baik sebagai pengetahuan, masukan dan bahan pertimbangan dalam melaksanakan aktivitas yang berhubungan dengan perlindungan sosial kepada lanjut usia.

  2. Manfaat Akademis : Penelitian ini diharapkan dapat menjadi nilai tambah bagi pengembangan ilmu pengetahuan di bidang kebijakan publik khususnya mengenai Perlindungan

  Sosial kepada Lanjut Usia. Selain itu, penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dan tambahan wawasan bagi peneliti yang ingin melakukan penelitian yang sejenis.

  commit to user