BAB I PENDAHULUAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Implementasi Pendidikan Karakter dalam Mata Pelajaran Normatif dan Adaptif di SMK Negeri 1 Klaten Tahun Pelajaran 2013/2014

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah sebuah usaha yang ditempuh

  oleh manusia dalam rangka memperoleh ilmu yang kemudian dijadikan sebagai dasar untuk bersikap dan berperilaku. Pendidikan merupakan salah satu proses pembentukan karakter manusia. Pendidikan merupakan usaha masyarakat dan bangsa dalam mempersiapkan generasi mudanya bagi keberlangsungan kehidupan masyarakat dan bangsa yang lebih baik di masa depan. Keberlangsungan itu ditandai oleh pewarisan budaya dan karakter yang telah dimiliki masyarakat dan bangsa. Menurut Tilaar, (2004), agar dapat merawiskan budaya dan karakter dengan baik dan tidak gagal mendidik generasi muda, maka pendidikan nasional harus dibersihkan dari unsur-unsur politik praktis agar dapat ditangani secara professional.

  Seiring dengan laju perkembangan masyarakat, pendidikan menjadi sangat dinamis dan disesuaikan dengan perkembangan yang ada. Kurikulum pendidikan tidak menjadi patokan yang baku dan statis, tetapi sangat dinamis dan harus menyesuaikan dengan situasi dan kondisi yang ada dalam rangka ini reformasi pendidikan menjadi penting agar pendidikan tetap kondusif. Pendidikan nasional bertujuan untuk mengembangkan potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggungjawab. Hal ini sesuai dengan maksud dari pasal 3 Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang menyebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Sejalan dengan hal tersebut adalah pendapat Mendiknas M. Nuh dalam Soedarsono (2009), mengatakan bahwa pendidikan harus menampilkan tiga hal, yaitu idelisme/cita-cita, memberikan ilmu, dan karakter.

  Beberapa tahun terakhir pendidikan di Indonesia mengalami perubahan kurikulum seperti diberlakukannya Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) pada tahun 2004, yang disusul dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) tahun 2006. Di samping itu, juga telah dilakukan berbagai inovasi dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan nasional seperti yang tertuang dalam Undang-undang nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Salah satu bentuk inovasi tersebut adalah dicanangkannya pendidikan karakter bangsa melalui berbagai proses pendidikan. Sulistyaningrum (2012), berpendapat bahwa pendidikan karakter adalah sistem penanaman karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama, lingkungan maupun kebangsaan sehingga menjadi insan kamil. Menurut Astuti (2010), dicanangkannya pendidikan karakter berkaitan dengan krisis karakter yang cukup memperihatinkan semakin meningkatnya problem terkait dengan karakter generasi muda bangsa Indonesia. Syarifah, (2013), menyatakan bahwa selain memprihtainkan juga mudahnya pengaruh budaya asing masuk ke negara, yang dikawatirkan dapat mereduksi karakter bangsa Indonesia.

  Porsi kegagalan terbesar dunia pendidikan ini terkait model pembelajaran yang diterapkan selama ini. Menurut Astuti (2010:2), demoralisasi merambah ke dunia pendidikan yang tidak pernah memberikan ruang gerak untuk berperilaku jujur, karena proses pembelajaran cenderung mengajarkan pendidikan moral budi pekerti sebatas teks dan kurang dipersiapkan pada siswa untuk menyikapi dan menghidupi kehidupan kontradiktif. Sedangkan Sulistyawati (2012:8), melihat fenomena di kalangan peserta didik mengalami penurunan moral dengan mudahnya dipengaruhi oleh kemajuan teknologi informasi yang berkembang sangat pesat di negara ini. Hal ini dapat dilihat adanya komunikasi bebas lintas benua, lintas negara, bahkan mampu menerobos sampai ke pelosok, akhirnya pengaruh arus derasnya budaya global yang negatif menyebabkan kesadaran terhadap nilai-nilai budaya bangsa semakin memudar. Rosyida (2012), menjelaskan bahwa pendidikan karakter yang marak sekarang ini tidak lepas dari keprihatinan semua komponen bangsa yang menilai bahwa karakter bangsa ini semakin memudar.

  Budaya negatif yang berpengaruh terhadap toleransi hidup beragama semakin luntur dan semu. Tumbuhlah budaya kekerasan, dan primordialisme yang semakin kental, keteladanan para pemimpin semakin merosot dan hukum hanya berlaku untuk rakyat kecil dan bukan bagi para kapitalis, pemimpin atau penguasa. Agus Santoso (2013), berpendapat bahwa budaya negatif yang dimaksudkan ialah pengaruh arus informasi yang sangat mudah dan cepat diakses oleh setiap orang (pelajar) tanpa mem-filter terlebih dahulu.

  Moral di kalangan peserta didik yang semakin merosot dan membuat para orang tua, para guru kuatir dan tidak habis pikir mengapa hal ini bisa terjadi. Ikhwanuddin (2012), menjelaskan bahwa berbagai tindakan amoral, kekerasan, dan kriminal yang dilakukan oleh pelajar dan mahasiswa, seperti mengkonsumsi miras, penyalahgunaan narkoba, bahkan terlibat dalam jaringan narkoba, munculnya geng-geng pelajar, tindakan kekerasan senior terhadap yunior pada mahasiswa,

  

tawuran antarpelajar dan mahasiswa, pergaulan bebas,

  dan lain sebagainya. Maka dari itu pendidikan karakter sama pentingnya dengan pendidikan penguasaan pengetahuan dan keterampilan penggunaan teknologi.

  Di SMK Negeri 1 Klaten juga masih ada beberapa siswa yang moralnya rendah, seperti perilaku menggelapkan uang komite (SPP), pembolosan, penyontekan, kehilangan barang, ditemukannya HP bergambar porno, hamil sebelum lulus. Berdasarkan laporan tahunan dari sekretaris STP2K SMK Negeri 1 Klaten dapat dijelaskan bahwa pada tahun pelajaran 2013/2014, dari total jumlah siswa 1695 anak terdapat 0,12% anak yang berkelahi, 0,06% anak yang hamil sebelum lulus, 0,06% anak yang diketahui jajan di kantin tidak membayar, 0,06% anak yang menggunakan uang komite (SPP) untuk keperluan lain, 0,06% anak kehilangan HP di kelas, 0,06% anak yang kehilangan helm di tempat parkir, 0,06% anak yang kehilangan sepeda, dan 0,12% anak pacaran di sekolah (Sumber: dokumentasi Sekretaris STP2K)

  Meskipun perilaku pelanggaran ini prosentasenya tergolong kecil namun sudah dapat dikategorikan sebagai permasalahan sosial yang harus segera mendapatkan penanganan yang serius. Bila hal ini tidak segera ditangani maka perilaku bisa berkembang ke arah yang lebih memprihatinkan dan tentunya nama baik para guru menjadi semakin terpuruk. Oleh karena itu, para guru diharapkan dapat mengatasi hal tersebut, salah satunya dengan cara menekankan pembelajaran pendidikan karakter, sekolah juga memiliki peranan yang besar sebagai pusat pembudayaan karakter melalui pengembangan budaya sekolah.

  Kurikulum KTSP memasukkan nilai-nilai karakter pada setiap mata pelajaran melalui silabus dan RPP, hal ini menunjukkan pentingnya kurikulum tersebut. Guru sebagai pengembang silabus dan penyusun RPP, sekaligus sebagai agen perubahan diharapkan dengan implementasi pendidikan karakter dalam pembelajaran ini dapat memberikan semaksimal mungkin pembelajaran afektif kepada peserta didik dalam hal ini siswa SMK Negeri 1 Klaten dengan menekankan pada penanaman sikap dan nilai karakter.

  Melalui proses pembelajaran pendidikan karakter yang memuat nilai sikap afektif dituntut untuk mengintegrasikan dengan pendidikan karakter kepada masing-masing pribadi peserta didik dalam suatu pembelajaran. Dengan begitu pembelajaran pendidikan karaker bagi siswa SMK Negeri 1 Klaten yang diajarkan melalui mata pelajaran normatif dan adaptif memuat pengamalan nilai moral dan sikap terhadap peserta didik serta tujuan pembelajaran karakter dapat dicapai. Penelitian ini berfokus pada implementasi pendidikan karakter dalam pembelajaran mata pelajaran normatif dan adaptif di SMK Negeri 1 Klaten. Dengan implementasi pendidikan karakter diharapkan membawa peserta didik ke pengenalan nilai secara kognitif, penghayatan nilai afektif, dan akhirnya ke pengamalan nilai secara nyata. Inilah rancangan pendidikan karakter (moral) yang oleh Thomas Lickona disebut moral knowing, moral feeling, dan moral action (Lickona 1991:51). Karena itulah semua mata pelajaran yang dipelajari oleh peserta didik di SMK Negeri 1 Klaten bermuatan pendidikan karakter sehingga bisa membawanya menjadi manusia yang berkarakter. Pendidikan karakter sekarang ini mutlak diperlukan bukan hanya di sekolah saja, tetapi juga di rumah dan di lingkungan sosial.

  Materi tentang pendidikan karakter kedudukannya sama dengan materi pada mata pelajaran-mata pelajaran yang lain yang diberikan kepada siswa di SMK Negeri 1 Klaten. Namun pada kurikulum sekolah, pendidikan karakter belum mendapatkan tempat tersendiri menjadi mata pelajaran yang berdiri sendiri. Materi pendidikan karakter diberikan kepada siswa dengan cara menyelip nilai-nilai karakter tertentu pada setiap kompetensi dasar yang diajarkan oleh setiap guru mata pelajaran. Untuk itu perlu adanya suatu tim dengan peraturan khusus sehingga pendidikan karakter berkembang dengan baik di sekolah yang diwujudkan dalam contoh dan seruan nyata yang diperlihatkan oleh tenaga pendidik dan kependidikan dalam keseharian kegiatan di SMK Negeri 1 Klaten.

  1.2. Rumusan Masalah

  Sesuai dengan latar belakang masalah di atas maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: 1.

  Bagaimanakah implementasi pendidikan karakter melalui mata pelajaran normatif dan adaptif di SMK Negeri 1 Klaten? 2. Hambatan apa yang ditemui dalam implementasi pendidikan karakter melalui mata pelajaran normatif dan adaptif di SMK Negeri 1 Klaten? 1.3.

Tujuan Penelitian

  Tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah:

  1. Untuk mendeskripsikan implementasi pendidikan karakter melalui mata pelajaran normatif dan adaptif di SMK Negeri 1 Klaten.

  2. Mendeskripsikan hambatan yang ditemui dalam implementasi pendidikan karakter melalui mata pelajaran normatif dan adaptif di SMK Negeri 1 Klaten.

  1.4. Manfaat Penelitian

  1. Manfaat Teoretis Hasil penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan keilmuan dalam bidang manajemen pendidikan, secara khusus pendidikan karakter dan dapat menjadi salah satu acuan bagai penelitian- penelitian selanjutnya.

  2. Manfaat Praktis Bagi sekolah, hasil penelitian dapat dijadikan acuan sekolah dalam mengupayakan kebijakan dalam mengerahkan pembelajaran sehingga siswa-siswanya memiliki dan mengamalkan nilai-nilai karakter.

  Sebagai salah satu acuan dalam mengambil keputusan dan kebijakan tentang pengembangan pendidikan karakter di sekolah

  Bagi guru, hasil penelitian dapat menjadi salah satu acuan dalam melaksanakan pembelajaran yang mengarah pada penanaman dan pengamalan nilai-nilai karakter.

Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Peningkatan Hasil Belajar Matematika Melalui Model Pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) pada Siswa Kelas V SDN Sidorejo Kidul 03 Semester I Tahun Pelajaran 2016/ 2017

0 0 10

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Peningkatan Hasil Belajar Matematika Melalui Model Pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) pada Siswa Kelas V SDN Sidorejo Kidul 03 Semester I Tahun Pelajaran 2016/ 2017

0 0 26

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) PADA SISWA KELAS V SDN SIDOREJO KIDUL 03 SEMESTER I TAHUN PELAJARAN 2016 2017

0 0 13

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Peningkatan Hasil Belajar Matematika Melalui Model Pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) pada Siswa Kelas V SDN Sidorejo Kidul 03 Semester I Tahun Pelajaran 2016/ 2017

0 0 64

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Manajemen Pendidikan Dalam Peningkatan Sumber Daya Manusia Unggul Di SMK Telekomunikasi Tunas Harapan Kabupaten Semarang

0 0 12

BAB I PENDAHULUAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Implementasi Program Sekolah Dasar Standar Nasional (SDSN) Di Sekolah Dasar Negeri 1 Ngadirejo Kabupaten Temanggung

0 0 8

BAB II LANDASAN TEORI - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Implementasi Program Sekolah Dasar Standar Nasional (SDSN) Di Sekolah Dasar Negeri 1 Ngadirejo Kabupaten Temanggung

0 0 36

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Implementasi Program Sekolah Dasar Standar Nasional (SDSN) Di Sekolah Dasar Negeri 1 Ngadirejo Kabupaten Temanggung

0 0 43

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Implementasi Program Sekolah Dasar Standar Nasional (SDSN) Di Sekolah Dasar Negeri 1 Ngadirejo Kabupaten Temanggung

0 0 14

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Implementasi Program Sekolah Dasar Standar Nasional (SDSN) Di Sekolah Dasar Negeri 1 Ngadirejo Kabupaten Temanggung

0 0 33