Pemanfaatan Energi Laut Indonesia pdf

Pemanfaatan Energi Laut Indonesia
Energi laut merupakan jenis energi terbarukan dan sekaligus baru bagi Indonesia, meskipun
pengembangan energi laut di dunia telah dimulai sejak tahun 80-an. Pada tahun 90-an penelitian
dan kegiatan survei pengukuran potensi energi laut telah dimulai, namun kegiatan ini tidak
sampai pada implementasi karena berbagai sebab, termasuk krisis ekonomi.
Bahkan dalam tataran kebijakan, Blueprint Pengelolaan Energi Nasional mengatur semua jenis
energi, kecuali energi laut. Pemerintah hingga 2010 belum mengakomodasi pengelolaan dan
pemanfaatan sumber daya energi laut.
“Mulai tahun ini Kementrian ESDM telah menandai keseriusan pengembangan energi laut
melalui Launching Peta Potensi Energi Laut 2014 dan mempersiapkan pilot percontohan yang
akan tersambung ke jaringan listrik”, tutur Ketua Asosiasi Energi Laut Indonesia (ASELI)
Mukhtasor, di sela-sela acara Peluncuran Peta Nasional Energi Laut oleh Wamen ESDM Susilo
Siswoutomo di Surabaya, 7 Maret 2014.
Peta Nasional Potensi Energi Laut telah ditandatangani oleh Menteri ESDM Jero Wacik di
Jakarta sehari sebelumnya. ASELI mendorong pengembangan energi laut sebagai salah satu
solusi dalam menghadapi tantangan ketahanan dan kemandirian energi nasional. Selama empat
tahun ini berbagai kemajuan dihasilkan dari kerjasama ASELI dengandengan berbagai institusi
seperti Kementerian ESDM melalui Puslitbang Geologi Kelautan (PPPGL), Kementerian
Kelautan dan Perikanan melalui Pusat Penelitian dan Perekayasaan Teknologi Kelautan dan
Perikanan (PPPTKP), Kementerian Ristek, Kementrian Lingkungan Hidup, Badan Pengkajian
dan Penerapan Teknologi (BPPT), Badan Meteorologi Klimatologi Geofisika (BMKG), Institut

Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), dan Institut Teknologi Bandung (ITB).
“Seiring dengan kerja keras dan keuletan para pelaku dan pengembang energi laut Indonesia,
akhirnya di awal tahun 2014 ini telah dihasilkan berbagai capaian nasional yang signifikan di
bidang energi laut,” kata Mukhtasor yang merupakan anggota Dewan Energi Nasional (DEN).
Proyek Percontohan
Di antara capaian nasional tersebut diantaranya adalah persetujuan DPR atas Rancangan
Peraturan Pemerintah tentang Kebijakan Energi Nasional yang telah mengakomodir
pengembangan energi laut melalui pilot percontohan, peluncuran peta nasional energi laut yang
pertama di Indonesia, persiapan program pilot project energi laut 3 MW pembangkit listrik
energi arus laut, inisiasi kerjasama internasional pilot percontohan 10 MW pembangkit listrik
tenaga panas laut, peluncuran buku potensi energi laut Indonesia dan buku dokumen hasil survei
dan pemodelan arus laut Indonesia, serta kesiapan perguruan tinggi dalam menyelenggarakan
pendidikan paska sarjana di bidang energi laut bekerjasama dengan sumber internasional.

Rancangan Peraturan Pemerintah yang diusulkan oleh DEN telah disetujui oleh Dewan
Perwakilan Rakyat (DPR) pada 28 Januari 2014 mengamanatkan tentang Kebijakan Energi
Nasional yang baru terkait pengelolaan energi nasional. Menurut Mukhtasor, di antara target
sasaran penyediaan dan pemanfaatan energi dalam kebijakan ini adalah terpenuhinya penyediaan
energi primer sekitar 400 MTOE pada tahun 2025 dan sekitar 1.000 MTOE pada tahun 2050.
Selain itu, penyediaan kapasitas pembangkit listrik sekitar 115 GW ditargetkan terpenuhi pada

tahun 2025 dan pada tahun 2050 menjadi sekitar 430 GW.
Dalam kebijakan ini, prosentase energi baru dan terbarukan dalam bauran energi nasional
sebesar 23% ditargetkan tercapai pada tahun 2025 dan menjadi 31% pada tahun 2050. “Menurut
amanat Kebijakan Energi Nasional, pemanfaatan sumber daya energi terbarukan, termasuk di
dalamnya energi laut, diarahkan untuk ketenagalistrikan. Sebagai langkah awal, pemanfaatan
sumber energi laut didorong dengan membangun proyek percontohan (pilot project) yang
terhubung dengan jaringan listrik,” tegas Mukhtasor yang juga Guru Besar di Fakultas Teknologi
Kelautan ITS.
Menurut Wakil Menteri ESDM Susilo Siswoutomo, pemerintah siap melaksanakan amanat
Kebijakan Energi Nasional yang baru dikeluarkan oleh DEN dan disetujui oleh DPR, termasuk
didalamnya adalah tentang amanat energi laut tersebut.
Siapkan SDM
Percepatan pengembangan energi laut sudah menjadi keniscayaan mengingat besarnya potensi
Pengembangan energi juga harus memberi perhatian pada peningkatan kapasitas sumber daya
manusia (SDM) dalam hal penguasaan dan pemanfaatan energi laut.
Dalam kaitan dengan hal ini, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menunjukkan
kesiapannya dalam peningkatan kapasitas nasional di bidang energi laut, khususnya dalam
penyediaan layanan pendidikan lanjut pada program paska sarjana. ASELI sedang bekerjasama
dengan Robert Gordon University (RGU), United Kingdom untuk program peningkatan
kapasitas nasional energi laut. Dalam konteks ini pula, ITS dan RGU telah menandatangi

Memorandum of Understanding (MoU) di bulan Februari 2014 yang lalu untuk kerjasama di
bidang penelitian dan pendidikan energi laut.
Koordinator Program Paskasarjana Teknologi Kelautan ITS Dr. Rudi Waluyo menegaskan,
bahwa kerjasama ini difokuskan untuk membentuk konsentrasi baru pada Program Paska Sarjana
Teknologi Kelautan di bidang energi laut dalam rangka menyiapkan tenaga ahli dan profesional
Indonesia yang siap menyambut berbagai tantangan dalam pengembangan energi laut di masa
depan.
“Program paska sarjana tersebut akan dibingkai dalam konsentrasi Teknik dan Manajemen
Energi Laut, diantaranya meliputi studi tentang prinsip konversi energi arus laut, gelombang laut
dan panas laut, infrastruktur kelautan pendukung energi laut, keenonomian energi laut dan bisnis

kelistrikan, kebijakan dan regulasi, serta kewirausahaan di bidang energi,” tutup Rudi. (anovianti
muharti)