Manfaat Pengembangan LCGC Untuk Indonesi

Manfaat Pengembangan LCGC Untuk Indonesia
Menyambut Masyarakat Ekonomi ASEAN pada 2015 mendatang, Pemerintah melakukan
terobosan strategis salah satunya di bidang otomotif dengan program LCGC.

Pasar otomotif yang terus berkembang dari tahun ke tahun turut mendukung kekuatan ekonomi
nasional saat ini hingga ke depan mendapat perhatian serius dari pemerintah. Mendukung hal
tersebut, maka pemerintah melahirkan kebijakan-kebijakan yang sejalan dan bersifat strategis ke
depan seperti kebijakan tentang pengembangan kendaraan yang hemat energi dengan harga yang
terjangkau atau LCGC, yang telah resmi berjalan di tahun ini. Selain memperkuat ekonomi nasional,
program ini juga diarahkan untuk mengantisipasi berlakunya Masyarakat Ekonomi ASEAN tahun 2015
mendatang.
Gaet Investasi
Dengan insentif LCGC yang ditawarkan pemerintah, akan mendorong para prinsipal otomotif untuk
memanfaatkannya dengan optimal. Dorongan ini diharapkan akan terwujud dalam bentuk
pembangunan pabrik perakitan kendaraan beserta komponen pendukungnya di Indonesia,
mengingat saat ini telah ada komitmen investasi senilai USD 3 miliar dari industri otomotif dan USD
3,5 miliar dari 100 industri komponen otomotif baru, menurut Kementrian Perindustrian. Hingga saat
ini telah terbangun lima pabrik mobil baru dan sekitar 70 pabrik baru komponen pendukungnya.
Dengan adanya pertambahan pabrik tersebut akan semakin menguatkan pasar otomotif nasional
dan meningkatkan daya saing kompetisi Indonesia di pasar ASEAN dengan produk sejenis dari
Thailand dan Malaysia yang lebih dulu siap industrinya dibanding Indonesia. Sejalan dengan proses

LCGC yang telah dimulai saat ini, industri otomotif Indonesia akan mampu mengukuhkan dirinya
sebagai basis produksi otomotif dan komponen berkelas dunia untuk jangka panjang.
Dorong Industri Pendukung
Kemampuan industri otomotif Indonesia yang kompetitif dan menjadi industri berkelas dunia ke
depan, tentunya akan membawa dampak signifikan terhadap sektor ekonomi nasional lainnya.
Industri kecil dan menengah serta industri komponen dan turunannya di daerah-daerah seperti
lembaga pembiayaan, pembukaan bengkel dan toko spare part di tanah air diharapkan akan ikut
terdorong dan tergerak untuk tumbuh.
Jika mencermati ketentuan dalam kebijakan LCGC, maka dalam lima tahun berjalan produsen LCGC
harus meningkatkan kandungan lokal (local content) secara bertahap menjadi 85 %. Kebijakan ini
membuka jalan bagi bertumbuhnya perusahaan pemasok (supplier) komponen sehingga
penggunaan komponen impor akan semakin berkurang dan beralih pada komponen dalam negeri.
Dengan demikian, selain proses penggunaan komponen lokal akan berjalan sesuai dengan ketentuan
kebijakan pemerintah tersebut, juga akan melahirkan industri-industri baru pendukung lain nantinya.
Serap Tenaga Kerja

Pengembangan ekonomi di berbagai sektor turunan tersebut akan membuka lahan kerja baru, selain
dari pabrik perakitan dan komponen baru tentunya. Kementrian perindustrian memperkirakan
pengembangan LCGC di Indonesia akan menciptakan sekitar 60 ribu lapangan kerja baru. Tenaga
kerja baru yang direkrut dalam proses pengembangan LCGC ini akan mengalami peningkatan

kompetensi dan kualitas dalam bidang teknik otomotif. Peningkatan ini jelas terbentuk dikarenakan
kendaraan LCGC yang di produksi akan dipasarkan baik untuk pasar domestik maupun ekspor.
Tuntutan kualitas sebagai kendaraan ekspor tentunya akan memaksa adanya kegiatan riset dan
pengembangan serta peningkatan ketrampilan tenaga kerja pada setiap produksi LCGC.
Kembangkan Riset
Kegiatan riset dan pengembangan pada LCGC akan membawa Indonesia menjadi basis
pengembangan produk yang mampu melakukan minor change, major change hingga menghasilkan
produk otomotif sejak desain awal sampai produksi. Bertahap dan pasti, nantinya LCGC akan mampu
membangun platform industri otomotif Indonesia yang mampu menghasilkan kendaraan karyanya
sendiri.
Persyaratan kapasitas isi silinder 980 sampai 1200 cc (atau sampai 1500 cc untuk diesel) dan
penggunaan bahan bakar minimal 20 km/liter pada LCGC hanya akan dapat terpenuhi melalui riset
dan pengembangan yang tak henti. Riset dan pengembangan di bidang teknologi otomotif juga akan
amat dibutuhkan pada teknologi emisi gas buang. Pada aturan kebijakan mobil LCGC, disyaratkan
pemakaian bahan bakar dengan spesifikasi minimal Research Octane Number (RON) 92 atau
pertamax sehingga menghasilkan emisi gas buang (CO2) yang rendah. Maka dibutuhkan
pengembangan dan riset untuk menciptakan teknologi baru yang lebih hemat energi dan ramah
lingkungan serta mendukung upaya pemerintah untuk pengurangan subsidi BBM premium.
Kendaraan Pilihan
Dari hasil riset dan pengembangan di bidang industri otomotif ini dimungkinkan terciptanya berbagai

kendaraan LCGC yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat Indonesia. Kendaraan dengan harga
terjangkau yang dapat menyesuaikan dengan berbagai kondisi jalan di Indonesia, dan efisien serta
ekonomis sesuai dengan luas lahan tempat tinggal mereka, adalah gambaran kendaraan yang
dikehendaki masyarakat Indonesia dan diharapkan dapat ditemukan pada setiap produk LCGC.
Potensi industri otomotif nasional dan pasarnya diyakini para pelaku industri otomotif nasional akan
terus berkembang dengan baik ke depan, khususnya dibandingkan dengan para pesaingnya di pasar
ASEAN seperti Thailand dan Malaysia. Pasar dalam negeri yang sangat besar yaitu 247 juta jiwa atau
40% dari seluruh penduduk ASEAN dengan jumlah kelas menengah yang meningkat dan GDP per
kapita yang mendekati USD 3.800 yang dimiliki Indonesia merupakan kelebihan yang tak dimiliki
negara ASEAN lainnya. Selain itu, pengalaman proses produksi yang cukup lama lebih dari tigapuluh
tahun, tenaga kerja yang berpengalaman di bidang otomotif dan memiliki basis ekspor ke beberapa
negara dunia, dapat menjadi modal penting untuk mengembangkan LCGC dan industri otomotif
nasional ke depannya.